Anda di halaman 1dari 22

SARAF SENSORIK DAN MOTORIK SERTA FUNGSI BAHASA 1.

Nervus Olfaktorius Nervus olfaktorius adalah serabut-serabut saraf yang menghubungkan mukosa ruang hidung dan bulbus olfaktorius. Serabut-serabut tersebut merupakan juluran sentral dari sel saraf bipolar di mukosa ruang hidung. Serabut-serabut itu tak berselebung myelin, dan menyusun beberapa berkas saraf halus yang menembuh lamina kribrosa os etmoidalis untuk di bersinaps di bulbus olfaktorius. Berkas saraf yang tersusun oleh serabut sentral neuron-neuron tersebut dinamakan traktus olfaktorius. Pada korteks di mana jaras tersebut berakhir, ia bercabang dua. Terminalnya bersinaps dengan sel sel di korteks periamigdalae dan prepiriformis. Korteks periamigdalae dan prepiriformis merupakan inti reseptif olfaktorik primer. Di belakang inti-inti tersebut terdapat daerah reseptif olfaktorik asosiatif, yaitu korteks entorinalis. Forniks merupakan jaras penghubung antara korteks olfaktorik dan hypothalamus. Impuls olfaktorik yang tiba di inti septal diintegrasikan dalam nucleus anterior talami dan girus singuli. Pengaruh bau terhadap fungsi autonom berwujud sekresi air liur dan lapar. Pencetusan impuls olfaktorik yang dipancarkan ke girus singuli mewujudkan timbulnya emosi yang terkait pada penghidu. 2. Nervus opticus Nervus opticus terdiri dari serabut-serabut aferen sel-sel ganglia di stratum optikum dari retina. Impuls penglihatan dicetuskan oleh batang dan kerucut. Batang merupakan penangkap rangsang penglihatan pada keadaaan kurang terang, sedangkan kerucut adalah alat penangkap rangsang penglihatan pada keadaan terang benderang. Makula atau macula lutea terletak di sebelah tempral dari papil nervus optikus. Warnanya lebih pucat dari bagian retina lainnya. Pusatnya lebih pucat lagi dikenal sebagai fovea sentralis. Cahaya yang tiba di retina diterima oleh batang dan kerucut sebagai gelombang cahaya. Gelombang ini mencetuskan impuls yang dihantarkan oleh serabut-serabut di sel startum optikum otak. Nervus optikus memasuki ruang intracranial melalui foramen optikum, Di depan tuber sinerium nervus optikus kiri dan kanan tergabung menjadi satu berkas untuk kemudian

berpisah lagi dan melanjutkan perjalannya ke korpus genikulatum laterale dan kolikulus superior. Tempat kedua nervi optisi bergabung menjadi satu berkas disebut kiasma. Setelah mengadakan pergabungan tersebut, nervus optikus melanjutkan perjalannya sebagai traktus optikus. Traktus optikus ialah berkas serabut optikus yang sebagian berasal dari belahan nasal sisi kontralateral dan sebagian dari belahan temporal retina sisi homolateral. Serabut-serabut optisi yang bersinaps di korpus genikulatum latele

merupakan jaras visual, sedangkan yang berakhir di kolikus superior menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks optosomatik. Setelah bersinaps di korpus genikulatum laterale penghantaran impuls visual selanjutnya dilaksanakan oleh serabutserabut genikulokalkarina, yaitu juluran neuron korpus genikulatum laterale yang menuju ke korteks kalkarinus. Korteks tersebut ialah korteks perseptif visyal primer (area 17). Setibanya impuls visual di situ terwujudlah suatu perasaan atau sensasi. Denfan perantaraan korteks area 18 dan 19 perasaan visual itu mendapat bentuk dan arti, yakni suatu penglihatan 3. Nervus okulomotorius Saraf otak ketiga merupakann berkas saraf somatomotorik dan viseromotorik , yang berasal dari kelompok-kelompok inti inti di kedua sisi garis tengah di bawah akuaduktus sylvii. Serabut-serabut kortikonuklear kedua sisi, sebagian menuju ke inti somatomotorik nervus okulomotoris pada tingkat inti, tetapi sebagian dari serabut kortikonuklear meninggalkan pedinkulus serebri. Sebagian dari serabut-serabut berakhir langsung di inti nervus okulumotoris dansebagain lainnya berakhir di interneuron. Akson-akson daro kolom sel lateral, dorsal, ventral, dan medial bergabung dengan akson-akson dari kolom sel sentral kaudal serta serabut serabut parasimpatetik preganglionar dan dinamakan radikses nervii okulumotori. Setelah keluar melalui permukaan ventralmesensefalon berkas itu dikenal sebagai nervus okulomotoris. Nervus okulomotoris diapit oleh arteria serebri posterior dan arteria serebri superior. Kemudian ia menembus dua mater di dekat proses klinoideus posterior untuk memasuki dinding sinus kavernosus. Ia melanjutkan perjalanannya ke rostral di dalam bagian atas dinding lateral sinus kavernosus. Di eblajang fisura oribitalis ia meniggalkan dinding tersbut dan berada di daerah di mana di sebelah medialnya terdapat sinus kavernosus dengan arteri karotis interna dan sebalah

lateralnya lobus temporalis, lalu bercabang menjadi dua yaitu superior mensarafi m. levator palpebrae superioris dan m. oblikus inferior. Cabang inferior mengandung serabut-serabut viseromotorik yang disampaikan kepada ganglia siliare. M.rektus

superior melakukan elevasi bola mata. M. rektus medialis melaksanakan aduksi bola mata. M.oblikus inferior melaksanakan elevasi bola mata, dan M. levator palpebrae superioris mengangkat kelopak mata atas. 4. Nervus troklearis Serabut-serabut yang menyusun nervus troklearis dari inti yang terletak di substansi grisea mesensefalon sedikit lebih ke kaudan dari inti nervus okulomotori. Setelah keluar dari inti, serabut-serabut tersebut melengkung ke dorsal dan selanjutnya ke medial lagi untuk menyilang garis tengah di velum medulare anterior. Ia muncul pada permukaan dorsal sisi kontralateral, tepat di belakang kedua kolikuli. Kemudian ia menjulur ke ventral melalui tepi bebas pedunkulus serebri untuk tiba pada tempat di antara pedunkulus serebri dan lobus temporalis. Di sini ia menembus daun bebas tentorium serebeli untuk selanjutnya berjalan ke depan melalui dinding lateral sinus kavernosus, meninggalkan dinding tersebut untuk menuju ruang orbita melalui fisura orbitalis superior dan mengakhiri perjalannya pada muskulus oblikus superior. 5. Nervus Trigeminal The trigeminal nerve atau saraf trigeminal (saraf kranial yang kelima, juga disebut kelima atau hanya syaraf V) bertanggung jawab untuk sensasi di wajah. Indra informasi dari wajah dan tubuh diproses oleh jalur paralel di sistem saraf pusat.

Saraf kelima pada dasarnya merupakan suatu saraf sensorik, tetapi juga memiliki fungsi motorik tertentu (menggigit, mengunyah, dan menelan). Hal tersebut dibahas secara terpisah.

Fungsi Fungsi sensorik dari saraf trigeminal adalah dengan memberikan sentuhan, proprioseptif, dan nociceptive afference dari wajah dan mulut. Sedangkan kulit kepala dan leher bagian posterior dipersarafi oleh C2-C3, bukan oleh saraf trigeminal.

Fungsi motor mengaktifkan otot-otot pengunyahan, yang tensor timpani, tensor Veli palatini, mylohyoid, dan perut anterior digastric.

Peripheral anathomy Saraf trigeminal adalah yang terbesar dari saraf tengkorak. Namanya berasal dari fakta bahwa ia memiliki tiga cabang utama: yang oftalmik saraf (V 1), berkenaan dgn rahang atas saraf (V 2), dan saraf rahang (V 3). Berkenaan dgn rahang atas yang oftalmik dan saraf sensorik murni. Yang rahang saraf telah baik sensoris dan fungsi motorik. Tiga cabang berkumpul di ganglion trigeminal (juga disebut semilunar simpul saraf atau ganglion gasserian), yang terletak di dalam gua Meckel, dan berisi sel tubuh serabut saraf sensorik yang masuk. The trigeminal ganglion adalah analog dengan akar dorsal ganglia dari sumsum tulang belakang, yang mengandung sel tubuh yang masuk serat sensorik dari seluruh tubuh. Dari ganglion trigeminal, satu akar sensorik besar memasuki batang otak pada tingkat jembatan. Segera berdekatan dengan akar sensorik, akar motor yang lebih kecil muncul dari jembatan pada tingkat yang sama. Serat motor melewati ganglion trigeminal dalam perjalanan mereka ke perifer otot, tapi sel tubuh mereka berada di inti motorik saraf kelima, jauh di dalam pons. Motor serat didistribusikan (bersama-sama dengan serat sensoris) di cabang-cabang saraf rahang. Kutaneus bidang distribusi (dermatom) dari tiga cabang saraf trigeminal yang tajam perbatasan dengan tumpang tindih relatif kecil (tidak seperti dermatom di seluruh tubuh, yang menunjukkan cukup tumpang tindih). Cabang saraf trigeminal sensorik 1. Oftalmik, saraf yang membawa informasi sensorik dari kepala dan dahi, di atas kelopak mata, konjungtiva dan kornea mata, hidung (termasuk ujung hidung, kecuali alae nasi), mukosa hidung, sinus frontal, dan bagian dari the meninges (the dura dan pembuluh darah).

2. Saraf yang berkenaan dgn rahang atas, sensorik, membawa informasi dari kelopak mata bawah dan pipi, nares dan bibir atas, gigi atas dan gusi, mukosa hidung, langitlangit dan atap faring, yang berkenaan dgn rahang atas, ethmoid dan sphenoid sinus, dan bagian-bagian Meninges . 3. Mandibular, saraf sensorik membawa informasi dari bibir bawah, gigi bawah dan gusi, dagu dan rahang (kecuali sudut rahang, yang disediakan oleh C2-C3), bagian telinga eksternal, dan bagian-bagian meninges.

Motor cabang-cabang saraf trigeminal Motor cabang-cabang saraf trigeminal didistribusikan di saraf rahang. Serat ini berasal dari inti motorik saraf kelima, yang terletak di dekat nukleus trigeminus utama di jembatan. Saraf trigeminal dikatakan memiliki aferen somatik umum (indra) komponen, serta viseral eferen khusus (motor) komponen. Cabang motor dari saraf trigeminal mengontrol pergerakan delapan otot, termasuk empat otot-otot pengunyahan. Dengan pengecualian tensor timpani, semua otot terlibat dalam menggigit, mengunyah dan menelan.

Sensasi Ada dua tipe dasar sensasi: sentuhan / posisi dan sakit / suhu. Secara umum, sentuhan / informasi posisi dibawa oleh serabut saraf bermyelin (cepat), sedangkan nyeri / suhu informasi yang dibawa oleh serat saraf tidak bermyelin (lambat).

Istilah "sentuhan", sebagaimana digunakan dalam artikel ini, mengacu pada persepsi yang rinci, informasi taktil lokal, seperti dua titik diskriminasi (perbedaan antara menyentuh satu titik dan dua poin erat-spasi) atau perbedaan antara nilai amplas (kasar, sedang dan baik). Istilah "posisi", sebagaimana digunakan dalam artikel ini, merujuk pada sadar proprioception. Proprioceptors (gelendong otot organ dan organ tendon Golgi) memberikan informasi tentang posisi sendi dan pergerakan otot. Sebagian besar

informasi ini diproses pada tataran bawah sadar (terutama oleh serebelum dan vestibular nukleus). Namun, beberapa informasi ini tersedia pada tingkat sadar.

Dua jenis sensasi pada manusia, sentuhan / posisi dan sakit / suhu, diproses oleh jalur yang berbeda di sistem saraf pusat.

6. Saraf Abducens (Saraf ke VI) The abducens nerve atau abducent saraf (saraf kranial yang keenam, juga disebut keenam atau hanya syaraf VI) adalah sebuah "somatik eferen" syaraf yang mengontrol pergerakan otot tunggal, seperti otot rektus lateral mata Peripheral anatomi Abducens pada saraf batang otak terletak di persimpangan pons dan medula, medial ke saraf wajah. Dalam rangka untuk mencapai mata, ia berjalan ke atas (superior) dan kemudian membungkuk ke depan (anterior).

Saraf memasuki ruang subarachnoid ketika muncul dari batang otak. Dijalankan ke atas antara pons dan clivus, dan kemudian menembus dura mater untuk menjalankan antara dura dan tengkorak. Pada ujung kaku tulang temporal itu membuat tajam ke depan untuk

masuk ke gua sinus. Dalam gua sinus itu berjalan bersama arteri karotid internal. Ini kemudian memasuki orbit melalui fisura orbital superior dan innervates otot rektus lateral mata. Tentu saja panjang dari abducens saraf antara otak dan mata membuat rentan terhadap cedera pada berbagai tingkatan. Misalnya, patah tulang temporal kaku selektif dapat merusak saraf, seperti dapat aneurisma dari arteri karotis intracavernous. Lesi massa yang mendorong ke bawah batang otak dapat merusak saraf dengan meregangkan antara titik di mana ia muncul dari jembatan dan titik kait di mana di atas tulang temporal keras seperti batu. Anatomi Inti abducens terletak di jembatan, di lantai ventrikel keempat, di tingkat colliculus wajah. Akson dari saraf wajah loop di sekitar abducens inti, menciptakan sedikit tonjolan (colliculus wajah) yang terlihat pada permukaan dorsal lantai ventrikel keempat. Abducens nukleus yang dekat dengan garis tengah, seperti nukleus motor lain yang mengendalikan gerakan mata (yang oculomotor dan trochlear nukleus).

Motor akson meninggalkan inti abducens menjalankan ventrally dan caudally melalui jembatan. Mereka lulus lateral corticospinal saluran (yang berjalan longitudinal melalui jembatan pada tingkat ini) sebelum keluar dari batang otak di persimpangan pontomedullary. Anatomi pusat saraf keenam memprediksi (benar) yang mempengaruhi infark dorsal pons di tingkat inti abducens juga dapat mempengaruhi saraf wajah, menghasilkan wajah ipsilateral palsy bersama-sama dengan rektus lateral palsy. Anatomi juga memprediksi (benar) yang melibatkan infark ventral pons dapat mempengaruhi saraf dan keenam saluran corticospinal secara bersamaan, menghasilkan kelumpuhan rektus lateral yang terkait dengan hemiparesis kontralateral. Sindrom yang jarang terjadi ini yang menarik berguna terutama sebagai ringkasan dari anatomi batang otak.

7. Nervus Facialis Nervus Facialis adalah saraf gabungan antara neuron motorik, yang menginervasai otot ekspresi wajah ( kelenjar air mata dan kelenjar salvia ), dan neuron sensorik, yang membawa informasi dari reseptor pengecap pada 2/3 bagian anterior lidah. Nervus Facialis muncul sebagai dua akar dari permukaan anterior otak belakang diantara pons medulla oblongata, berjalan ke lateral dalam Fossa Cranii Pasterior bersama N. Vestibulo cochlearis dan masuk ke meatus internus dalam pars petrosa asis temporalis. Pada dasar meatus saraf ini masuk ke dalam Canidis Facialis, berjalan ke lateral melewati telinga dalam. N.Facialis menempel di telinga tengah dan aditus adantrum thympanicum dan ke luar dari canalis melalui foramen stylomastoideum, kemudian berjalan ke depan melalui glandula paratidea kea rah distribusinya.

Anatomi

Nervus Facialis mendapat pendarah dari 3 arteri yaitu: 1. Cabang anterior inferior cerebellum. 2. Petrosal bagian tengah meningeal. 3. Stylomastoideus dari arteri posterior auricularis. Sedangkan untuk otot-otot wajah mendapat vaskularis dari arteri dan vena facialis. 8. Nervus Vestibulocochlearis Saraf Vestibulocochlear (juga dikenal sebagai saraf pendengaran atau akustik) adalah dua belas delapan tengkorak saraf, dan bertanggung jawab untuk transmisi suara dan keseimbangan (balance) informasi dari telinga ke otak.

Struktur dan fungsi

Sepanjang saraf ini terdapat sel-sel sensorik (sel-sel rambut) dari telinga bagian dalam mengirimkan informasi ke otak. Terdiri dari saraf koklea, membawa informasi tentang pendengaran, dan saraf vestibular, membawa informasi tentang keseimbangan. Ini muncul dari medula oblongata dan masuk ke dalam tengkorak melalui meatus akustik internal (atau meatus auditori internal) dalam tulang temporal, bersama dengan saraf wajah.

Innervations Saraf Vestibulocochlear kebanyakan terdiri dari neuron bipolar dan terbagi menjadi dua divisi besar pada saraf koklea dan saraf vestibular. Saraf di koklea perjalanan ke koklea di telinga bagian dalam tempat ini terbagi untuk menciptakan spiral ganglia. Proses dari ganglia spiral kemudian lanjutkan untuk mengakhiri pada organ Corti. Ini adalah bagian dalam sel-sel rambut organ Corti yang bertanggung jawab untuk aktivasi reseptor aferen dalam menanggapi gelombang tekanan mencapai basilar transduksi membran melalui suara. Saraf yang vestibular perjalanan ke sistem vestibular dari telinga bagian dalam. Rumah di ganglion vestibular tubuh sel bipolar neuron dan proses meluas sampai lima indra organ. Tiga dari krista ini terletak di ampullae dari kanal berbentuk setengah lingkaran. Sel-sel rambut krista aferen mengaktifkan reseptor dalam menanggapi percepatan rotasi. Dua yang lain alat indera yang diberikan oleh neuron vestibular adalah maculae dari saccule dan utrikulus. Sel-sel rambut maculae aferen mengaktifkan reseptor dalam menanggapi percepatan linear.

9. Nervus Glosofaringeus Nervus glosofaringeus terdiri dari serabut sensorik dan motorik. Ganglion untuk bagian sensoriknya ialah ganglion petrosum. Serabut-serabut ganglion tersebut melintasi bagian dorsolateral medula oblongata dan berakhir sepanjang nukleus traktus solitarius. Berkas serabut itu terkumpul di sekitar nukleus traktus solitarius ikut menyusun traktus solitarius. Sebagian dari serabut-serabut tesebut menuju ke nukleus doralis vagi. Serabutserabut motork nervus glosofaingeus berasal dari nukleus salivatorius inferior dan sebagian dari nukleus ambiguus. Kedua jenis serabut muncul pada permukaan medula oblongata di sulkus lateralis posterior. Bersama-sama dengan nervus vagus dan asesorius ia meninggalkan ruang tengkorak melalui foramen jugulare. Di leher nervus glosofaringeus membelok ke depan. Dalam perjalanannya ke bawah dan ke depan itu, ia melewati arteria karotis interna dan vena jugularis interna. Kemudian ia berjalan diapit oleh arteria karotis interna dan ekstera di samping laring. Di situ ia bercabang-cabang dan menyarafi muskulus stilofaringeus dan selaput lendir farings. Cabang-cabang lainnya menyarafi tonsil, selaput lendir bagin belakang palatum mole dan 1/3 bagian belakang lidah.

Nervus glosofaringeus merupakan saraf motok utama bagi faring yang memegang peran penting dalam mekanisme menelan. Ia menyarafi otot stilofaringeus yang merupakan levator dari faring yang berfungsi memindahkan makanan dari mulut ke faring. Selain tugas motorik, nervus glosofarigeus juga mengurus inervasi sensorik protopatik permukaan orofaring dan pengecapan 1/3 bagian belakang lidah. Maka gangguan terhadap nervus glosofaring akan menimbulkan: gangguan menelan (gangguan dari nervus glosofaringeus dan nervus vagus), gangguan pengecapan, dan gangguan perasaan protopatik di sekitar orofaring. 10. Nervus Vagus

Nervus vagus mengandung serabut somatosensorik, viserosensorik, somatomotorik, dan viseromotorik. Nukleus ambiguus merupakan inti motorik nervus vagus dan glosofaringeus. Serabut-searabut nukleus dorsalis vagi menyusun lintasan preganglionar parasimpatetik yang menghantarkan impuls untuk menggalakkan kelenjar dan otot polos visera serta pembuluh darah intratorakal dan intraabdominal. Serabut aferen yang menyusun nervus vagus berinti di ganglion jugulare dan nodosum yang terletak di foramen jugulare. Ganglion jugulare menerima impuls protopatik dari kulit liang telinga. Ganglion nodosum menerima impuls aferen dari faring laring, esofagus, dan organ dalam di dalam toraks dan abdomen. Juluran sentral kedua ganglion tersebut menuju ke nukleus spinalis nervus trigeminus dan dari situ impuls dihantarkan oleh jaras trigeminotalamikus ke VPM dan VPL. Nervus vagus meninggalkan medula oblongata bersama-sama dengan nervus glosofaringeus dan asesorius pada permukaan lateral, langsung di bawah korpus restiforme. Ketiga nervus tersebut keluar dari ruang tengkorak melalui foramen jugulare. Nervus vagus turun ke leher berada di belakang arteria dan vena jugularis interna. Selanjutnya ia tetap berada di belakang vena jugularis eksterna. Di dalam ruang toraks nervus vagus kiri dan kanan mempunyai anatomi yang berbeda. Nervus vagus kanan mengikuti vena kava dari belakang sampai ke bronkus kanan. Sebagian bercabangcabang untuk menyarafi permukaan posterior paru dan sebagian lainnya berjalan di belakang oesefagus untuk beranastomosis dengan cabang-cabang nervus vagus kiri yang berada di depan esofagus. Disitu kedua nervus vagus menyusun pleksus esofagus

posterior. Nervus vagus kiri berjalan di antara arteria karotis komunis dan arteria subklavia. Di depannya terdapat nervus frenikus. Ia melewati tepi lateral arkus aorta dan setinggi bronkus kiri ia bercabang-cabang untuk menyarafi permukaan posterior paru dan sebagian lainnya berjalan di depan oesefagus. Disitu serabut-serabutnya beranastomosis dengan serabut vagus kanan dan dengann demikian mereka menyusun pleksus esofagus anterior. Setinggi arkus aorta, nervus vagus kiri memberikan cabang yang berbalik ke atas melalui kolong arkus aorta. Cabang ini dinamakan nervus rekurens. Cabang nervus vagus kanan yang bernama nervus rekuren dekstra berbalik ke atas melalui permukaan bawah arteria subklavia. Kedua nervi rekurens menyarafi semua otot larings kecuali otot krikotiroideus dan sfingter faring serta krikofaringeus. Bersama dengan esofagus-nervus vagus kanan di belakangnya dan nervus vagus kiri di depannya- mereka menembus diafragma melalui hiatus esofagus dan tiba di ruang abdomen. Dalam perjalanan sepanjang toraks dan abdomen, nervus vagus kanan dan kiri membentuk pleksus-pleksus. Di dalam toraks terbentuk pleksus esofagus, pleksus pulmonalis anterior dan posterior. Di dalam abdomen nervus vagus kiri memberikan rami gastrisi anterior. Yang kanan menjulurkan rami gastrisi posterior. Untuk hepar kedua nervi vagi mengeluarkan cabang-cabang hepatis, untuk lien cabang-cabang lienales dan untuk ginjal rami renales. Sebagian besar dari nervus vagus abdominalis menuju ke ganglion soliaka, yang merupakan pemancar impuls viseromotorik vagus untuk usus kecil dan besar. Semua lesi radikular yang mengganggu nervus vagus, selalu melibatkan juga nervus glosofaringeus karena kedua saraf otak bersama-sama meninggalkan inti mereka. Baru setelah mereka keluar dari foramen jugulare, masing-masing melanjutkan perjalanannya sendiri-sendiri. Maka, semua manifestasi akibat lesi intrakranial yang mengganggu nervus vagus selalu berkombinasi dengan manifestasi gangguan nervus glosofaringeus. Paralisis faring timbul karena lesi pada nervus vagus sebelum meninggalkan foramen jugulare. Pada keadaan tersebut daya pendorong makanan ke arah esofagus hilang, sehingga faring tertimbun dengan lendir dan makanan. Karena lesi nervus vagus tersebut,

palatum mole, sfingter laring dan otot krikofaringeus menjadi lumpuh. Jika faring lumpuh bilateral, menelan sama sekali tidak bisa. Jika faring lumpuh unilateral menimbulkan kesulitan dalam menelan makanan. Karena itu faring mudah dirangsang oleh sisa makanan dan lendir sehingga sering timbul batuk. Paralisis laring juga dapat terjadi akibat gangguan nervus vagus. Serabut-serabut nervus vagus yang mensyarafi muskulus krikotiroideus, yang bertindak selaku penegang pita suara, meninggalkan berkas induk nervus vagus sebagai nervus laringeus superior. Aduktor dan abduktor pita suara disarafi oleh cabang-cabang nervus rekurens yang dikenal sebagai nervus laringeus rekurens. Lesi di lintasan kortikolobularis yang menghubungi inti nervus vagus, tidak menimbulkan gejala-gejala paralisis laring, Pada lesi infranuklearis dan nuklearis, manifestasi paralisis laring adalah jelas. Tetapi gejalanya bisa mereda dan akhirnya hilang karena daya kompensasi otot-otot laring yang masih utuh dan besar sekali. Jika nervus laringeus rekurens mengalami kerusakan pada salah satu sisi, suara akan menjadi lemah dan menelan agak sukar. Dalam beberapa hari gangguan tersebut hilang berkat kompensasi otot-otot sisi yang sehat. Karena itu lesi terhadap nervus laringeus rekurens secara unilateral seringkali luput didiagnose. Jika di samping itu nervus laringeus superior juga ikut terkena maka kesulitan dalam menelan menjadi suatu kenyataan, dan di samping itu didapati tenaga untuk batuk berkurang dan suara menjadi lemah dan serak. Kompensasi dari otot-otot laring pada sisi yang sehat, bisa menghilangkan gejala-gajala tersebut. Kelumpuhan laring bilateral karena lesi nuklear atau infranuklear pada kedua sisi, menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut: suara lemah tetapi ucapan kata-kata terang, nafas memburu pada waktu mengeluarkan tenaga dan stridor inspirasi, selanjutnya mengeluarkan lendir atau dahak dengan jalan berbatuk sangat sukar. Paralisis laring bisa timbul tanpa proses patologik yang nyata. Biasanya ia sembuh dengan sendirinya. 11. Nervus Asesorius Nervus asesorius ialah saraf somatomotorik mutlak. Ia berinti di medula spinalis dan medula oblongata. Sel-sel di kornu anterius C1 sampai C5 menyumbangkan juluran

mereka untuk menyusun bagian spinal nervus asesorius. Inti bulbaris nervus asesorius terletak di belakang nervus ambiguss. Bagian spinalnya masuk ke ruang intrakranial melalui foramen magnum dan menggabungkan diri pada bagian bulbari untuk keluar ruang tengkorak melalui foramen jugulare. Di situ ia berdampingan dengan nervus vagus di satu sisi dan dengan nervus glosofaringeus di lain sisi. Setelah tiba di wilayah leher ia diapit oleh arteri karotis interna dan vena jugularis interna. Kemudian ia berjalan di belakang muskulus sternokleidomastoideus dan sekaligus menyarafi otot tersebut. Lebih jauh ke bawah, ia memberikan cabang-cabang ke muskulus trapezius. Kelumpuhan unilateral muskulus sternokleidomastoideus menyebabkan kepala tidak bisa berputas ke arah kontralateral terhadap lesi. Kelumpuhan muskulus trapezius sesisi dapat diperlihatkan ileh sikap bahu dan skapula. Bahu sisi yang lumpuh lebih rendah dan bagian bawah dari skapula terletak lebih dekat pada garis tengah bagian atasnya. Kelumpuhan bilateral muskulus sternokleidomastoideus dan trapezius dapat dijumpadi pada motoneuron disease, distrofia muskulorum progresiva, dan miopati tiritoksika. Dalam hal tersebut kedua otot yang disarafi nervus asesorius tidak dapat menegakkan leher dan karena itu kepala menunduk ke depan. 12. Nervus Hipoglosus Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglosus yang terletak disamping bagian dorsal fasikulus longitudinalis medialis pada tingkat kaudal medula oblongata. Radiksnya melintasi substansia retikularis di samping fasikulus longitudinalis medialis, lemniskus medialis, dan bagian medial piramis. Ia muncul pada permukaan ventral dan melalui kanalis hipoglosus keluar dari tengkorak. Di leher ia turun ke bawah melalui tulang hioid. Dari situ membelok ke medial menuju ke lidah. Dalam perjalanan ke situ ia melewati arteri karotis interna dan eksterna, dan terletak di bawah otot digastrikus dan stilohioideus. Otot-otot lidah yang menggerkkan lidah terdiri dari muskulus stiloglosus, hipoglosus, genioglosus, longitudinalis inferior, dan longitudinalis superir. Mereka semua dipersarafi oleh nervus hipoglosus. Lesi nervus hipoglosus sering terletak di perifer. Maka artrofi otot cepat terjadi. Garis tengah menjadi cekung, belahan lidah yang lumpuh menjadi tipis dan keriput. Pada

kelumpuhan unilateral, lidah akan menyimpang ke sisi yang lumpuh apabila lidah dikeluarkan. Karena lidah berperanan dalam mekanisme menelan dan artikulasi, maka gejala-gejala kelumpuhan paralisis nervus hipoglosus berupa sukar menelan dan bicara pelo. Kedua gejala itu lebih mengganggu jika kelumpuhannya bilateral. Bicara pelo dapat juga terjadi kendati pun lidah tidak lumpuh namun kelelusasaannya terbatas karena frenula lingua mengikat lidah sampai ujungnya. Dalam hal tersebut huruf mati sukar diucapkan sebagaimana mestinya. Penderita hemiparesis kiri atau kanan, kebanyakan menjadi pelo pada tahap dini setelah mengalami "stroke". Kemudian gangguan artikulasi itu hilang. Lain halnya bila terdapat kelumpuhan unilateral lower motoneuron, penderitanya akan tetap pelo. Proses patologik yang sering mengganggu bagian perifer nervus hipoglosus ialah infiltrasi karsinom nasofarings, siringobulbi, dan infeksi retrofaringeal. Fungsi Bahasa

Hubungan Otak dan Fungsi Bahasa

Otak terdiri dari dua belahan (hemisfer) yakni, hemisfer kiri dan kanan. Fungsi otak kiri terutama berperan dalam perkembangan bahasa dan bicara, karena mengatur kemampuan berbicara, pengucapan kalimat dan kata, pengertian pembicaraan orang, mengulang kata dan kalimat, disamping kemampuan berhitung, membaca, dan menulis. Fungsi otak kanan berperan dalam bahasa non verbal seperti penekanan dan irama kata, pengenalan situasi dan kondisi, pengendalian emosi, kesenian, kreativitas, dan berpikir holistik. Kedua belahan otak berhubungan melalui suatu jalinan serabut saraf, dan kerja sama terjadinya melalui suatu bagian yang disebut korpus kalosum, walau pada kenyataannya dalam aktivitas tertentu hanya salah satu belahan otak yang berperan

Hemisfer kiri dan kanan

(Sumber: Eric Jensen, Barin-Based Learning, 2008)

Perkembangan kedua belahan otak akan mengalami spesialisasi atau lateralisasi. Pada usia kurang lebih dua tahun, hemisfer kanan lebih berkembang selanjutnya hemisfer kiri. Oleh karena itu, pada periode ini anak lebih sering menggunakan tangan kirinya. Biasanya para orang tua mengarahkan agar menggunakan tangan kanan. Namun, bagi anak yang memunyai kecenderungan kidal bila dipaksa pindah tangan akan mengalami gangguan berbahasa. Karena anak kidal fungsi bicara dan bahasanya berasal dari hemisfer kanan. Hemisfer kiri memang dominan untuk bicara-bahasa, tetapi tanpa aktivitas hemisfer kanan, maka seseorang akan menjadi monoton tak ada prosodi, tak ada lagu kalimat; tampak adanya emosi; tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri ini disebut dengan hemisfer dominan bagi bahasa, dan korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan secara morfologis lebih berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer kiri memunyai arti penting bagi bicara-bahasa, juga berperan untuk fungsi memori verbal. Sementara hemisfer kanan berfungsi untuk emosi, lagu, isyarat (gesture), baik yang emosional maupun verbal.

Hemisfer dominan 1. Yule (1985) fungsi bagian tertentu pada satu daerah otak yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya di bagian otak yang lain. 2. Whitaker (1977) menyatakan kandungan dalam otak yang menyusun perilaku manusia melibatkan keterkaitan beberapa wilayah otak. 3. Krashen (1977) mengatakan bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu. Lebih lanjut krashen mengatakan bahwa cara kerja hemisfer tertentu pada setiap orang dapat bervariasi dalam dua hal berikut: a. Orang-orang tertentu kemampuan berbahasanya dikendalikan oleh hemisfer kiri dan orang-orang tertentu lainnya oleh hemisfer kanan.

b.

Sebagian orang lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau kanan, secara lebih siap untuk fungsi kognitif.

Gangguan cara berbahasa dinamakan afasia. Lebih tepat untuk menggunakan istilah disfasia, karena umumnya kemampuan untuk berbahasa tidak hilang secara mutlak. Tetapi afasia sudah umum digunakan baik untuk afasia ringan maupun afasia berat. Sindrom afasia dapat dibagi dalam afasia motorik dan afasia sensorik atau afasia ekspresif dan reseptif. Lesi yang menimbulkan afasia motorik terletak di sekitar daerah Broca. Afasia motorik terberat ialah jika penderita sama sekali tidak dapat mengeluarkan kata-kata. Adakalanya hanya dapat mengucapkan "ya" saja, sambil menganggukkan kepalanya. Namun demikian ia masih mengerti bahasa verbal dan visual. Pada afasia motorik umumnya kemampuan untuk menulis kata-kata masih tidak terganggu, tetapi bisa juga terjadi adanya agrafia (hilangnya kemampuan untuk ekspresi dengan tulisan). Afasia motorik yang ringan ialah afasia nominatif atau afasia amnestik. Penderitanya tidak bisa menemukan simbolik verbal dari benda yang diperlihatkan kepadanya. Ia tahu abstraksi benda tersebut dalam pikirannya, tetapi lafal dari abstraksi itu tidak bisa dinyatakan. Misalnya penderita diminta untuk menyebut nama benda yang disodorkan kepadanya. Ia bisa menjawab "itu...itu, tulis-tulis" tetapi ia tidak bisa temukan atau ucapkan kata "pensil". Baru setelah dibantu dengan mengucapakan suku kata pertama "pen....", penderita dapat meneruskannya "pen...sil". Lesi yang dapat menimbulkan afasia nominatif itu terletak di luar area broca, tetapi juga di luar area wernicke. Lesi tersebut diketemukan di daerah antara daerah Broca dan Wernicke. Afasia motorik yang mencerminkan kerusakan terhadap seluruh korteks daerah Broca ialah afasia pada mana penderita tidak bisa melakukan ekspresi dengan cara apapun , baik dengan cara verbal maupun dengan cara visual. Afasia motorik pada mana penderita tidak bisa mengucapkan satu kata apapun, namun masih bisa mengutarakan fikirannya dengan jalan tulis-menulis bisa timbul akibat lesi di masa puti daerah broca. Oleh karena itu afasia motorik dinamakan juga afasia motorik subkortikal. Jika seorang penderita afasia motorik masih bisa membeo, namun tidak mampu lagi untuk mengeluarkan katakata sebagai cara ekspresi aktifnya, maka afasia motorik semacam itu disebabkan oleh suatu lesi kortikal yang agak besar di daerah antara daerah Broca dan Wernicke. Afasia

motorik berat dengan masih adanya kemampuan untuk membeo ini dinamakan afasia motorik transkortikal. Tergolong dalam afasia motork adalah juga akalkulia ekspresif fan agrafia ekspresif, yang berarti hilangnya kemampuan untuk ekspresi dengan menggunakan simbolik matematika dan huruf disebabkan lesi yang berkorelasi dengan gangguan yang terletak di lobus frontalis yang berdampingan dengan korteks motorik. Afasia sensorik atau afsia perseptif dikenal juga sebagai afasia Wernicke, kemampuan untuk mengerti bahasa verbal dan visual tergantung atau hilang sama sekali. Tetapi kemampuan untuk secara aktif mengucapkan kata-kata dan menulis kata-kata masih ada, kendatipun apa yang diucapkan dan ditulis tidak mempunyai arti sama sekali. Penderita dengan afasia perseptif tidak mengerti lagi bahasa yang didengarnya, walaupun ia tidak tuli. Ia pun tidak

mengerti lagi isi surat yang dibacanya,

walaupun ia tidak buta huruf. ("storge") Penyimpanan berikut

proses "coding" dari apa yang didengar dan ditulis terjadi di daerah antara bagian belakang lobus temporalis, lobus oksipitalis, dan lobus parietalis. Jika daerah tersebut rusak proses "decoding" pun tidak akan menghasilkan apa-apa. Ibaratnya gudang yang bisa dibuka dengan kunci yang masih kita miliki tetapi isi gudangnya atau gudangnya sendiri sudah terbakar habis. Daerah tersebut dikenal sebagai daerah Wernicke. Dan daerah itu dapat diumpamakan dengan gudang pengertian. Hancurnya gudang pengertian berarti hilangnya daya untuk mengerti apa yang dibicarakan dan apa yang ditulis. Semacam afasia sensorik yang ringan, yang dikenal dalam bahasa inggris sebagai tuli kata-kata (word-deafness), bisa dijumpai. Dalam hal tersebut, penderita sama sekali tidak

bisa mengerti bahasa verbal yang didengarnya, tetapi ia masih bisa mengerti bahasa tertulis dengan baik. Juga afasia sensorik yang dinamakan "buta kata-kata" ("word blindness") pada mana bahasa verbal masih bisa dimengerti, tetapi bahasa visual tidak mempunyai artibaginya, jarang dijumpai. Tuli kata-kata dan buta kata-kata timbul akibat lesi kecil di sekitar daerah Wernicke yang terletak baik di lobus temporalis ataupun parietalis bahkan lobus oksipitalis.

Kerusakan daerah Broca (apasia broca) Menghalangi seseorang untuk menghasilkan sebuah ujaran

Seseorang dapat memahami bahasa

Kerusakan daerah Wernicke (apasia wernicke) Kehilangan pemahaman kemampuan berbahasa Seseorang dapat berbicara dengan sangat jelas, tetapi kata-kata yang dibuat tidak masuk akal. Ini yang disebut dalam berbicara dengan salad kata karena itu kelihatan kata-kata semuanya dicampurkan seperti sayuran di dalam salad.

Kata-kata tidak dibentuk dengan baik Ujaran pelan dan menyatu

Sumber: Mardjono, Mahar Prof.Dr. & Sidharta, Priguna Prof.Dr.. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai