Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian akibat sengatan listrik (Electrocution) didefinisikan sebagai
kematian akibat arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan
ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam. Trauma akibat
sengatan listrik merupakan jenis trauma yang bisa berakibat fatal bagi manusia karena
mempunyai nilai resiko kematian yang tinggi. Sekitar 50% dari jumlah korban
sengatan listrik akan mengalami kematian. Banyaknya kasus trauma atau kematian
akibat sengatan listrik terjadi di lingkungan keluarga dimana sumber listrik
bertegangan rendah biasa digunakan pada alat-alat kehidupan sehari-hari. Trauma
tersebut biasanya disertai adanya tetanoid spasm otot pada daerah kontak fisik dan
gangguan pada jantung menyebabkan gangguan pada tubuh lainnya dan bahkan
kematian.

Tidak seperti luka bakar, luka listrik umumnya melibatkan beberapa sistem
utama termasuk luka bakar pada kulit dan jaringan yang lebih dalam, gangguan irama
jantung dan cedera sekunder terkait lainnya karena jatuh. Amper, tegangan, jenis arus
(AC atau DC), lamanya kontak, resistensi jaringan dan jalur arus melalui tubuh akan
menentukan jenis dan luasnya cedera. Kematian mungkin karena fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan pernapasan, trauma tumpul atau tenggelam.

Kasus kecelakaan karena listrik dapat terjadi dimana saja, bahkan sebagian
besar berada di rumah/menggunakan perabot rumah tangga. Hasil penelitian tahun
2001 di Amerika Serikat yang telah memiliki standard keselamatan yang lebih tinggi
dibandingkan kebanyakan negara berkembang ternyata memiliki cukup banyak kasus
kematian yang disebabkan oleh sengatan listrik.Kemudian, penelitian yang dilakukan
oleh National Center for Health Statistics, Consumer Product Safety
Commission/EHHA ternyata instalasi kabel menduduki urutan pertama, yaitu 23%
total kasus kematian, sementara penggunaan peralatan rumah tangga menyumbang
17% kasus kematian.

Luka hingga kematian akibat listrik dapat dicegah oleh masyarakat yang
bekerja di bidang yang berkaitan dengan listrik. Pencegahan tersebut dapat dilakukan

1
dengan melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja yang berhubungan dengan listrik. Sebagai dokter umum, penting
untuk mengetahui bagaiamana proses luka hingga kematian akibat listrik itu terjadi
dan mengenali tanda-tanda luka akibat listrik agar dapat memberikan terapi sehingga
dapat memberikan terapi dan edukasi dan tepat kepada pasien. Selain itu, penting
untuk mengetahui tanda-tanda kematian akibat listrik sehingga dapat memberikan
informasi dengan baik pada saat penulisan visum sesuai permintaan penyidik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penulisan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kematian akibat listrik (electrocution)?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya luka hingga kematian akibat arus listrik?
3. Bagaimana karakteristik pemeriksaan pada pasien dengan luka atau kematian
akibat arus listrik?
4. Bagaimana edukasi untuk mencegah terjadinya luka hingga kematian akibat arus
listrik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi kematian akibat listrik;
2. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya luka hingga kematian akibat
arus listrik yang mengalir di dalam tubuh manusia;
3. Mengetahui dan memahami karakteristik pemeriksaan pada pasien dengan luka
atau kematian akibat arus listrik;
4. Mengetahui, memahami dan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat
umum mengenai pencegahan luka dan kematian akibat sengatan arus listrik.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan bagi penulis dan masyarakat mengenai bagaimana kejadian
kecelakaan akibat listrik dapat terjadi.
2. Menambah wawasan bagi penulis mengenai tanda-tanda luka akibat kecelakaan
listrik.
3. Menambah wawasan bagi penulis dan masyarakat untuk mencegah terjadinya
kecelakaan akibat listrik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Definisi Kematian akibat Sengatan Listrik
Kematian akibat sengatan listrik (electrocutions) didefinisikan sebagai kematian
akibat arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan
ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam. Listrik yang mengalir
dalam tubuh biasanya akibat listrik industrial maupun listrik rumah tangga. Arus listrik
yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar
dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi
mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung,
otot atau otak.

2.2 Epidemiologi Kematian akibat Sengatan Listrik


Secara umum, luka bakar merupakan masalah Kesehatan yang serius. Diperkirakan
195.000 terjadi kematian akibat luka kebakaran setiap tahunnya. Sebagian besar akibat
luka kebakaran dan luka bakar listrik. Luka bakar temasuk 15 penyebab kematian
terbanyak pada anak-anak dan dewasa muda dengan kisaran sekitar 5-29 tahun. Asia
tenggara diperkirakan menyumbang setengah dari total angka kematian akibat
kebakaran.
The National Electronic Injury Surveillance System dari Komisi Keamanan Produk
Konsumen memperkirakan bahwa angka kematian akibat sengatan listrik mencapai
angka 1000 sampai 1500 per tahun, dengan lebih dari 60% terjadi pada orang dewasa 15
sampai 40 tahun. Lebih dari 200 kematian per tahun dan sebagian besar terkait dengan
pemakaian listrik yang salah. Data dari Burn Center Rumah Sakit Cipto
Mangunkusoma Jakarta dari tanggal 1 januari 2011 31 Desember 2012, didapatkan 275
angka kejadian luka bakar dan sekitar 73% adalah orang dewasa. Dan angka kejadian
laki-laki sekitar 76,3%.
Sekitar 20% dari semua cedera listrik terjadi pada anak-anak, dengan puncak
kejadian terjadi pada balita dan remaja. Sebagian besar cedera listrik pada anak-anak
terjadi di rumah akibat kabel (60-70%) dan colokan listrik pada dinding (10-15%). Pada
orang dewasa, kebanyakan cedera listrik terjadi di tempat kerja dan merupakan penyebab
utama keempat kematian traumatis (5-6%) yang berhubungan dengan pekerjaan di
Amerika Serikat. Sepertiga dari trauma listrik dan sebagian besar trauma tegangan tinggi
berhubungan dengan pekerjaan. Angka kematian kerja akibat listrik di Amerika Serikat
sekitar 1 kematian per 100.000 pekerja setiap tahunnya dengan rasio laki : perempuan
adalah 9:1 hal ini dikarenakan oleh terkait pekerjaan. Beberapa penelitian menunjukkan
hasil yang hampir sama yaitu sekitar 80% terjadi pada pria.

3
2.3 Mekanisme Luka dan Kematian akibat Sengatan Listrik
2.3.1 Faktor yang mempengaruhi Luka dan Kematian akibat Sengatan Listrik
Jenis dan luasnya cedera listrik ditentukan oleh tegangan, kekuatan arus,
resistensi terhadap aliran, durasi kontak dengan sumber, jalur aliran, dan jenis arus
(yaitu, searah [DC] atau bolak balik [AC]). Elektron bergerak mengelilingi sebuah
sirkuit dengan perbedaan potensial antara dua titik yang dapat dilihat sebagai
tekanan elektrisitas dan diukur dalam Volt (V). Jumlah elektron yang mengalir
menunjukkan arus yang analog dengan volume elektrisitas dan diukur dalam
ampere (A) yang dalam pembahasan ini satuan mA lebih relevan dengan aspek
biologis. Jaringan juga memiliki resistensi terhadap aliran listrik. Terdapat
hubungan matematis antara perbedaan potensial arus dan resistensi yang dikenal
dengan hukum Ohm, dimana arus berbanding lurus dengan voltase dan berbanding
terbalik dengan resistensi. Hukum ini memiliki relevansi yang sesuai dengan
kerusakan biologis akibat listrik.
Jenis arus terdiri atas dua, yaitu arus DC (arus searah) dan arus AC (arus
bolak-balik). Arus DC mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam
industri elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan pelapisan/penyepuhan
logam.Juga digunakan pada telepon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500 volt).
Sumber misalnya baterai dan accu. Arus AC mengalir bolak-balik, digunakan di
rumah-rumah dan pabrik-pabrik, biasanya 110 volt atau 220 volt.
Menurut kepercayaan elektrisians, arus bolak balik (AC) lebih berbahaya
dari pada arus langsung (DC). Arus 50-80mA AC dapat berakibat fatal dalam
beberapa detik, sementara orang masih dapat bertahan dengan arus 250mA DC
dengan waktu yang sama. AC memiliki kecenderungan 4-6 kali lebih sering
menyebabkan kematian, sebagian besar disebabkan oleh hold on effect yang
merupakan hasil dari spasme otot tetanoid dan menghalangi korban untuk
melepaskan konduktor listrik.
AC juga lebih sering menyebabkan aritmia jantung dibandingkan DC.
Aliran arus AC sebesar 100mA dalam seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel dan henti jantung. Arus DC yang tinggi (diatas 4A) dapat mengembalikan
aritmia jantung menjadi irama sinus seperti alat defibrilator.
Derajat kerusakan jaringan berbanding lurus dengan jumlah elektrisitas
aktual yang mengalir melewatinya. Berdasarkan hukum Ohm, kekuatan arus
bergantung pada voltase yang dipakai, resistensi jaringan, dan waktu aliran arus

4
untuk mengetahui kerusakan jaringan. Dalam patologi forensik, kematian yang
fatal akibat listrik menjadi perhatian karena sebagian besar kematian merupakan
akibat dari cardiac dysrithmia, sehingga hal yang paling penting adalah mengukur
arus yang dapat menyebabkan gagal jantung akut. Terdapat beberapa pendapat
berbeda, secara umum gerakan sebesar 5080 mA yang melewati jantung lebih
dari beberapa detik dapat menyebabkan kematian. Arus tertinggi yang dapat
ditoleransi oleh sebagian besar orang secara volunter adalah 30 mA yang
diaplikasikan tangan dan menghasilkan kontraksi otot menyakitkan dan penurunan
kesadaran dapat terjadi pada arus 40 mA.
Hukum Ohm menyatakan bahwa voltase yang sesuai untuk menghasilkan
50 mA atau lebih dibutuhkan untuk dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel (VF).
Sebagian besar kejadian fatal terjadi dengan voltase dasar 240V, meskipun
umumnya di sebagian Amerika dan Eropa 110V sudah memberikan efek letal.
Sangat jarang terjadi kematian pada voltase kurang dari 100V. Voltase yang sangat
tinggi, seperti yang ditemukan pada sistem penghantar daya dan peralatan eletronik
dapat secara paradoksal menjadi lebih aman pada beberapa keadaan, misalnya
kejutan yang dihasilkan dapat melemparkan subjek menjauh dari konduktor,
sehingga menurunkan waktu kontak di bawah ambang kerusakan jantung.
Hambatan utama bagi arus listrik adalah kulit, yang memiliki resistensi
yang jauh lebih tinggi, dibandingkan jaringan internal. Inilah yang menyebabkan
terjadinya luka bakar listrik di kulit, seiring resistivitas menyebabkan transfer
energi dari elektron mengalir ke kulit. Setelah berada dalam dermis, sitoplasma
semi-fluid dan sistem vaskuler yang terisi cairan dan elektrolit akan
menghantarkan arus ke seluruh tubuh dengan mudah. Resistensi kulit bervariasi
berdasarkan ketebalan keratin pada epidermis, yang pada telapak kaki dan bantalan
jari lebih tebal dari pada kulit tipis di bagian lain. Resistensi rata-rata kulit adalah
antara 50010.000 ohm pada area selain telapak tangan dan telapak kaki yang
pada kondisi kering dapat memberikan resistensi sebesar 1 juta ohm.
Faktor potensial lainnya adalah keadaan kering atau lembabnya kulit yang
akan sangat mempengaruhi resistensinya. Telapak tangan yang kering dapat
memiliki resistensi sebesar 1 juta ohm, tetapi ketika basah dapat turun hingga
1.200 ohm. Jellinek (1932) menemukan bahwa kulit dengan lapisan tanduk yang
lebih tebal seperti pada tukang, memiliki resistensi sekitar 1 hingga 2 juta ohm
dalam keadaan kering; Jaffe (1928) menyatakan bahwa berkeringat dapat

5
menurunkan resistensi kulit sebesar 30.000 hingga 2.500 ohm. Saat arus mulai
melewatinya, terjadi penurunan resistensi yang jelas sebagai akibat dari perubahan
elektrolit di kulit yang dapat mencapai 380 ohm. Jadi, untuk voltase tetap, seperti
pada sumber utama 240V, resultan arus akan jauh lebih besar jika kulit basah
karena berkeringat atau kelembaban eksternal. Hal ini menyimpulkan bahaya
penggunaan peralatan elektronik di kamar mandi dan tempat-tempat lembab.
Ketika melibatkan arus bolak balik (AC), seperti dalam kasus-kasus forensik,
resistensi digantikan dengan impedansi, tetapi hal ini tidak relevan dengan aspek
patologis.

2.3.2 Mekanisme Luka dan Kematian Akibat Arus Listrik


Kematian akibat listrik harus ada jalur untuk elektron yang melewati
bagian tubuh yang, dalam kasus yang fatal terkait dengan struktur vital. Saat
memasuki pada satu titik (paling sering tangan yang digunakan untuk menahan,
menyentuh atau memanipulasi beberapa perangkat listrik) dan kemudian
meninggalkan tubuh pada titik keluar, biasanya menuju bumi atau konduktor netral
dari pasokan listrik. Jalur arus akan tergantung terutama pada ketahanan relatif dari
berbagai potensi titik akhir. Hal ini cenderung untuk mengambil rute terpendek
antara masuk dan keluar yang terbaik, terlepas dari konduktivitas bervariasi dari
jaringan internal yang berbeda. Jika seseorang menempatkan jari pada konduktor
240 V sambil berdiri dengan sepatu basah di lantai beton basah, maka arus yang
cukup akan melewati dari tangan ke kaki, dengan hasil yang dapat berakibat fatal.
Namun, jika orang tersebut berdiri di atas lantai berkarpet lantai atas kayu, orang
miskin kembali bumi akan memungkinkan onlya saat kecil mengalir dan semua
yang mungkin diderita adalah kejang otot yang menyakitkan. Jalur masuk dan
keluar listrik pada tubuh tergambar pada Gambar 1.

6
Gambar 1. Jalur arus listrik

Ahli patologi memiliki fokus pada kematian akibat listrik yang fatal dan
tiga peristiwa besar dapat terjadi, yang merupakan ancaman bagi kehidupan. Yang
paling umum adalah bagian dari arus di jantung, biasanya ketika tangan dibawa ke
dalam kontak dengan konduktor baik, dan tubuh dibumikan baik melalui kaki atau
tangan yang berlawanan. Telah diklaim bahwa jalan yang paling berbahaya adalah
kontak dengan tangan kanan dan keluar melalui kaki, karena hal ini menyebabkan
maksimum (sampai 8,5 persen) dari total arus tubuh mengalir melalui jantung jika
dibandingkan dengan kepala untuk kaki (hingga 5,9 persen), tangan kiri ke kaki
(hingga 5,1 persen), tangan ke tangan (hingga 4,4 persen) atau kaki ke kaki (hingga
11,4 persen ). Dibandingkan dengan variabel lain dari tegangan, resistensi kulit dan
waktu, perbedaan ini antara rute tampaknya immaterial, dengan pengecualian dari
kaki ke kaki, di mana aliran arus melalui jantung jauh lebih rendah. Proses yang
fatal adalah detak jantung tak beraturan, biasanya akhir fibrilasi ventrikel di detak
jantung.
Kurang sering, bagian dari arus di dada dan perut dapat menyebabkan
kelumpuhan pernapasan dari spasme otot interkostal dan diafragma. Jarang, saat
melewati kepala dan leher, biasanya dalam keadaan ketika kepala seorang pekerja

7
pada garis listrik overhead datang ke dalam kontak dengan konduktor. Dalam hal
demikian, mungkin ada efek langsung pada batang otak sehingga pusat jantung
atau pernafasan lumpuh.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, kebanyakan kematian akibat sengatan
listrik disebabkan oleh aritmia jantung biasanya fibrilasi ventrikel yang kemudian
berakhir dengan henti jantung. Hal ini terjadi karena arus listrik yang melewati
miokardium, terutama lapisan epikardium superfisial yang dapat menembus lapisan
endokardium. Arus listrik memiliki efek langsung yang sangat besar terhadap
sinsitium miokardium, sehingga kemungkinan dapat memunculkan nodus
pacemaking dan sistem konduksi listrik pada jantung, meskipun mekanisme ini
belum dapat dipahami. Ketika kematian terjadi akibat terhentinya jantung, maka
tubuh jenazah akan memucat atau sedikit mengalami kongesti, gambaran saat
otopsi tidak terlalu membantu terlepas dari ditemukannya gambaran eksternal
berupa tanda sengatan listrik.
Mekanisme kematian kedua yaitu henti napas, arus listrik yang melewati
dinding dada menyebabkan otot-otot interkostal dan diafragma mengalami spasme
hingga menjadi paralisis. Ketika gerakan napas terhambat maka akan terjadi
kematian akibat hipoksia-kongestif. keterlibatan batang otak terjadi apabila arus
listrik melewati kepala, yang kemudian akan diikuti dengan henti jantung dan
paralisis respiratorik.
Kebanyakan kasus kematian akibat sengatan listrik luput dari pengamatan,
seseorang biasanya ditemukan sudah dalam kedaan tidak bernyawa, sehingga
mekanisme kematian tidak diketahui. terkadang mekanisme kematian korban sulit
dijelaskan secara fisiologis, sehingga terdapat keterlambatan (sering dalam
hitungan menit) antara kondisi shok dan kematian. Pada interval waktu tersebut,
korban dapat dalam keadaan sadar atau bahkan tampak sudah pulih. Sulit diketahui
mengapa henti jantung secara tiba-tiba terjadi bahkan setelah arus listrik dimatikan,
akan tetapi hal ini dapat diduga akibat kerusakan mendasar yang telah terjadi pada
tingkat intraseluler dari jantung atau jaringan saraf. Pada akhirnya, ketika
mendiskusikan perihal mekanisme kematian, hal yang perlu diingat bahwa trauma
akibat non-listrik cukup sering terjadi. Dalam suatu penelitian Bissig (1960),
sekitar 15% kasus terdapat trauma akibar jatuh dan trauma lainnya yang menyertai.
Pada kecelakaan industri dan ketika bekerja yang berhubungan dengan kabel,

8
korban syok akibat terlempar dari ketinggian, atau mengalami spasme muskular
yang dapat menyebabkan fraktur atau cedera serius lainnya.

2.3.3 Efek yang dihasilkan Akibat Sengatan Arus Listrik


Efek sengatan listrik pada tubuh tergantung pada tujuh faktor, diantaranya
tipe arus; besarnya arus; jalannya arus; durasi saat kontak; bagian yang terpapar;
tahanan oleh tubuh dan tegangan listrik. Jika arus listrik voltase rendah melewati
tubuhefek fisiologis yang ditimbulkan biasanya reversibel (Koumborles, 2002).
Salah satu efek elektrisitas yang memiliki implikasi praktik adalah spasme yang
terjadi pada otot rangka jika arus mencapai 10 dan 40 mA pada 50 cps. Ketika
tangan menjadi jalur masuk (entry point), seperti pada kebanyakan kasus, otot
fleksor yang lebih kuat di lengan akan mengalami spasme dan menyebabkan efek
menunggu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap objek yang dipegang di tangan
secara involunter akan terkepal (kemungkinan berupa kawat atau peralatan listrik
yang rusak), sehingga alat tersebut tidak dapat dilepaskan dan menyebabkan
hantaran arus terus menerus. Inilah yang meningkatkan nilai elemen waktu dan
secara progresif memperburuk risiko luka bakar listrik, henti jantung, dan henti
napas. Untuk waktu kontak selama 1 detik, arus listrik 1 mA merupakan nilai
ambang yang dapat mencetuskan perasaan kesetrum, dan kontraksi otot pada arus
sebesar 9-10 mA, sehingga menimbulkan hold-on effect. Arus listrik sebesar 50-
100 mA menimbulkan paralisis respiratorik dan fibrilasi ventrikel sedangkan arus
listrik lebih dari 1000 mA menyebabkan kontraksi miokardial yang terus-menerus.
Efek langsung pada trauma listrik, yaitu luka bakar, aritmia jantung,
parestesia, kejang, dan defisit motorik. Gejala neurologik akut setelah trauma
listrik memilik prognosis untuk pulih lebih baik dibanding gejala neurologi dengan
onset lambat (Deveci, Bozkurt, dan Sengezer, 2001). Trauma listrik menyebabkan
keruskan saraf secara langsung. Saraf propioseptif cenderung berpotensi
mengalami kerusakan, diikuti saraf yang berperan pada perasa, tekanan, fungsi
motorik, nyeri dan temperatur; saraf otonom preganglionik, saraf nyeri yang tidak
berselubung mielin; dan saraf otonom postganglionik.

2.4 Tanda Sengatan Listrik


Titik kontak listrik dengan permukaan tubuh menimbulkan lesi pada kulit
yang dapat disebut luka bakar listrik electrical burns atau tanda sengatan listrik

9
(electrical marks), tetapi semakin dikenal dengan istilah Joule Burn. Tapi tanda
lain dapat muncul pada area tubuh yang terhubung ke tanah. Yang harus ditekankan
bahwa trauma listrik yang fatal dapat terjadi tanpa tanda apa-apa sehingga
diagnosis kematian harus berdasarkan keadaan saat kematian. Contoh yang
ekstrem adalah kesetrum sewaktu dalam bak mandi, apabila area permukaan yang
besar untuk arus masuk ditambah resistensi kulit yang disebabkan oleh air
menghalang terjadinya cedera fokal.Tanda kesetrum tidak akan kelihatan secara
eksternal, karena arus dapat dimasukkan melalui genital, anus atau abdomen dalam
kasus seksualatau melalui mulut terutama pada anak-anak.
Anak-anak biasanya memasukkan kabel antara bibir dan mengalami luka
bakar pada lidah dan mukosa bukal yang tidak akan mudah kelihatan pada
pemeriksaan luar pada autopsi. Apabila arus mengalir, ada tidaknya lesi yang
tampak tergantung pada :
a) densitas arus dibandingkan dengan area kulit, dan
b) konduktivitas, biasanya bervariasi dengan kelembapan. Lesi kulit ini adalah luka
bakar termal dari pemanasan epidermis dan dermis sewaktu arus mengalir.
Secara teori, panas yang dihasilkan dapat diketahui dari formula GC =
C2R/4,187; dimana GC adalah panas (gram kalori/detik), C adalah arus (ampere)
dan R adalah Tahanan (ohm). Jika elektron mengalir melalui sebuah area yang
relatif luas, tahanan per unit area kecil (khususnya jika kulit basah) dan efek panas
dapat berkurang secara sebanding. Sebagai contoh, seseorang meletakkan telapak
tangan pada piring logam yang datar dimana arus yang mengalir lebih kecil/cm 2
kulit daripada menyentuh piring dengan ujung jari. Pertama, kemungkinan besar
mempunyai lesi tidak dapat dibuktikan, kedua akan mempunyai sebuah luka lepuh
atau keratinized nodule, tergantung pada kuatnya kontak. Temperatur pada jaringan
yang terkena secara langsung dapat dengan mudah mencapai 950C. Kerusakan
jaringan dapat terjadi dalam 25 detik ketika temperatur mencapai 50 0C. Tanda
listrik fokal adalah luasnya luka bakar termal dan beberapa gambaran histologi
untuk digambarkan kemudian.

2.4.1 Karakteristik Luka akibat Sengatan Listrik

10
Ketika kulit telah kontak dengan konduktor listrik, arus mengalir dari kulit
dengan resistensi panas yang tinggi memanaskan cairan jaringan dan
menghasilkan uap. Ini mungkin mengakibatkan robekan pada lapisan epidermis
atau epidermal-dermal junction dan menghasilkan luka melepuh. Dapat juga ruptur
jika arus berlanjut atau jika area relative luas.
Ketika arus berhenti, luka lepuh dingin dan kolaps, yang merupakan
gambaran yang sering terlihat pada saat autopsi. Luka lepuh yang kolaps biasanya
annular, menghasilkan cincin abu-abu atau putih dengan sebuah pusat. Tanda
kadang-kadang menghasilkan kembali bentuk konduktor, khususnya pada sebuah
kawat lurus atau objek logam. Dimana ujung kawat atau batang tegak lurus pada
kulit, sebuah lubang fokal terbentuk, kadang-kadang menembus cukup dalam ke
kulit.
Apabila kontak kurang kuat, sehingga celah udara (meskipun sempit) ada
antara kulit dan konduktor, arus melewati celah sebagai percikan (spark). Pada
udara yang kering 1000 V akan melewati beberapa millimeter dan 100 kV kira-kira
35 cm. Pada suhu yang sangat tinggi (sekitar 4000 0C), seperti dalam busi pada
mesin, dan menyebabkan kulit luar keratin mencair pada area yang kecil. Pada
pendinginan, keratin menjadi nodul keras kecoklatan, biasanya di atas permukaan,
yang disebut dengan spark lesion.

Gambar 2. Serangkaian spark lesion oleh arus tegangan tinggi menimbulkan nodul akibat
keratin meleleh.

Pada kebanyakan luka bakar listrik, merupakan gabungan kedua tipe


berikut, sebagai suatu hasil dari perpindahan tangan atau tubuh melawan konduktor
dan beberapa disebabkan oleh ketidakteraturan dari konduktor. Pada saat waktu
sengatan lama, voltase/tegangan tinggi, atau konduktor yang luas, luka bakar

11
secara bersamaan akan menjadi parah dengan area kulit melepuh dan mengelupas
yang luas, lapisan tanduk/keratin yang hitam, dan dengan campuran hiperemis,
menghanguskan dan melepas epidermis.
Satu bentuk karakteristik dari tanda luka bakar, yang merupakan indikator
paling berguna dari sifat luka yang sering terjadi adalah batasan kulit yang
memutih disekelilingnya. Diduga disebabkan oleh spasme arteriole dari efek
langsung pada daerah otot dinding pembuluh darah, kepucatan bertahan hingga
kematian dan merupakan patognomonis dari kerusakan yang disebabkan oleh
listrik. Sering kali terdapat batas kemerahan (hiperemis) pada bagian luar luka
yang pucat, kemerahan mungkin juga terlihat di dalam daerah yang pucat, sebagai
pinggir yang mengelilingi daerah terjauh dari panas area luka bakar. Kadang-
kadang bentuk dari melepuh-kemerahan-pucat-kemerahan dapat diamati dari pusat
luka secara sentrifugal. Ketika luka memanjang (linear), seperti bentuk kabel yang
tertekan di kulit, areola berbentuk dari zona yang pucat secara parallel menuju
pusat luka bakar.

Gambar 3. Luka memanjang akibat sengatan listrik.

Pada luka tegangan tinggi, seperti transmisi dari kabel bertekanan tinggi,
dimana tegangan dalam rentang multikilovolt, percikan bisa terjadi lebih dari
beberapa sentimeter. Hal ini dapat menyebabkan lesi multiple yang memberikan
gambaran seperti kulit buaya (crocodile skin). Pembuat garis dan pencuri tembaga
bekerja pada menara / tiang yang tinggi mungkin mengalami cedera bukan akibat
listrik dari yang dilemparkan ke tanah, atau mereka mungkin mengalami luka
bakar gosong yang besar atau bahkan fraktur ekstremitas yang bisa disebabkan

12
oleh energi listrik langsung dan spasme otot yang disebabkan oleh ledakan listrik
yang besar.

Gambar 4. Gambaran Crocodile skin akibat serangan arus listrik tegangan tinggi.

Ketika arus telah mengalir dalam waktu yang cukup, bahkan dengan
tegangan 240 volt, akibatnya mungkin akan jadi berat. Luka gosong dan
pengelupasan kulit yang lebih luas mungkin dapat terjadi, dengan kerusakan otot
dan jaringan yang lebih dalam. Bagian ini disebabkan bahwa kerusakan awal pada
resistensi kulit yang rendah sehingga arus mengalir lebih progressif yang akan
diikuti luka dan nekrosis.
Kebanyakan kerusakan ini dapat dilihat pada autopsi mungkin terjadi
setelah kematian, jika kematian karena henti jantung tiba-tiba terjadi pada awal
kejadian dan, dimana korban sedang sendirian, tidak ada seorangpun di tempat
untuk memindahkan tubuhnya dari sumber listrik. Hal ini telah disimpulkan oleh
Polson dan kawan-kawan bahwa luka bakar post mortem dapat ditemukan pada
mayat, penampakan yang mirip dengan luka bakar dan lepuh, walaupun gambaran
kemerahan reaksi vital dapat hilang jika kematian terjadi beberapa waktu
sebelumnya.
Seperti banyak luka lainnya, pola bentuk dari objek penyebab kadang-
kadang dapat diidentifikasi. Ketika konduktor listrik adalah kawat, linear burn
mungkin terjadi. bentuk dan jarak dari colokan listrik atau kontak dapat dilihat, dan
peralatan listrik yang rusak mungkin terkesan bentuknya ke kulit. tanda-tanda ini
mungkin berguna ketika ahli patologi mencoba untuk merekonstruksi peristiwa,
dan memang, mungkin menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa kematian
disebabkan oleh listrik, ketika tidak menyaksikan peristiwa yang jelas.

13
Gambar 5. Linear Burn akibat gengaman
kawat berarus listrik

2.5 Pemeriksaan Jenazah Pada


Kematian karena Sengatan
Listrik
2.5.1 Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah kelainan pada
kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda listrik atau
current mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn. Tanda-tanda listrik
tersebut antara lain :
1.Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana listrik
masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau oval dengan
bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang menimbul.
Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark akan
menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari benda yang
berarus lisrtrik yang mengenai tubuh.

Gambar 6. Electric mark

2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh
dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian

14
bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam
hangus terbakar.

Gambar 7. Joule burn

3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang berarus
listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung panas;
misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh korban hangus terbakar
dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai patahnya
tulang-tulang.

Gambar 8. Exogenous burn

2.5.2 Pemeriksaan dalam

15
Pada kematian karena sengatan listrik, penemuan pada organ dalam mungkin
tidak terlalu jelas dan bahkan perubahan histologi masih menjadi kontroversi.
Karena jaringan organ dalam banyak mengandung air dan mengandung elektrolit
yang bersifat konduktor, jalur arus listrik biasanya terlalu luas untuk menyebabkan
perubahan termal. Ketiadaan kerusakan organ dalam menandakan adanya
abnormalitas fisiologi dan fungsional, khususnya pada jaringan otot dan
saraf.Bentuk kematian yang biasanya adalah aritmia jantung menyebabkan fibrilasi
ventrikuler dan henti jantung tiba-tiba. Pada kematian ini, hanya sedikit penemuan
yang didapat selama autopsi pada tempat yang jauh dari lesi kulit. Diklaim bahwa
terjadi bintik perdarahan pericardial, tetapi masih tidak spesifik untuk kasus ini.
Badan dapat berwarna pucat atau hanya sedikit mengembung. Hal ini nyata tampak
pada beberapa kematian yang disebabkan karena paralisisnya sistem
pernapasan.Otot-otot bantu pernafasan dan diafragma akan mengalami spasme dan
paralisis yang mana akan menimbulkan tanda bendungan dan sianosis pada wajah,
dan ini akan sama dengan paru. Biasanya akan tampak beberapa petechiae pada
pleura walaupun ini bukan tanda yang spesifik sebagai tanda diagnosis yang
membantu.
Pada autopsi, tanda-tanda yang biasa dari kematian akibat bendungan darah
sering ditemukan dengan dark blue-red post mortem hypostasis. Beberapa tanda-
tanda kematian yang disebabkan listrik telah disebutkan tetapi jarang dikonfirmasi
oleh pengalaman pribadi. Beberapa tanda itu ialah petechiae pada intracerebral,
yang mana sering menjadi tanda dari bendungan darah pada paralisis sistem
pernafasan.

2.5.3 Gambaran Histologik


Ini masih sering menjadi kontroversi yakni perubahan bentuk yang sering
dikatakan menjadi tanda spesifik untuk lesi elektrik yang ditunjukkan dengan
panas. Pada kulit terdapat tanda yang terdiri dari vakuolisasi pada lapisan
epidermis maupun dermisnya, yang disebabkan dengan adanya ruang gas dari
cairan jaringan yang panas yang memecah bagian sel. Jaringan yang terkena akan
menjadi eosinhopilik. Sel-sel pada lapisan epidermis sering mengalami elongasi
dengan inti lapisan bawah mengalami orientasi dan peregangan secara horizontal;
ini sering dikatakan sebagai akibat efek elektromagneti tetapi beberapa bentuk
dapat dilihat pada suhu yang tinggi dan suhu yang rendah.

16
A B

Gambar 9. Sel-sel pada lapisan epidermis mengalami elongasi dengan inti lapisan bawah mengalami orientasi
dan peregangan secara horizontal (A) sel sub epidermal yang terpisah akibat sengatan listrik

Perubahan pada otak telah digambarkan, walaupun ketika penyebab


kematian ialah jantung. Petechiae focal pada pendarahan, terdapat ruangan yang
mengelilingi pembuluh darah kecil dan dan perobekan pada white matter telah
digambarkan. Mikroskop elektron menunjukkan jika terdapat beberapa jenis
perubahan terutama pada inti dari sel kulit yang mana membentuk clumped
chromatin.
Jansen telah mengumpulkan beberapa review dari kerusakan histologik dari
elektrik dalam bukunya pada histologi forensik, tetapi beberapa data kelihatan
masih sedikit terutama patognomonik pasti dari listrik sebagai penyebab panas
murni. Reaksi kimia jaringan akibat metal bisa dilihat, walaupun metal bisa
mentransfer panas secara murni yang berarti panas metal bisa menembus kulit.
Hasil dari scanning mikroskop elektro merupakan cara terbaik untuk membedakan
kerusakan akibat listrik atau panas karena punctuate dari kumpulan dan
kemungkinan analisis kimia dengan mikroskop elektron memberikan makna yang
berarti untuk mengidentifikasi sisa-sisa metal. Organ dalam tidak dapat menjadi
diagnosis yang pasti untuk luka-luka karena listrik. Bentuk yang paling sering pada
serat-serat miocardial dan fragmennya dapat menjadi bukti namun tidak memiliki
makna diagnostik yang berarti. Ikatan kontraksi pada serat-serat terutama bentuk
bark-like telah digambarkan namun tidak spesifik, walaupun sering terlihat pada
myocardium subepicardial setelah resusitasi dimana tampak defibrilasi elektrik.
Walaupun, mereka kemungkinan identik dengan efek dari katekolamin pada
miocardium dan bukan merupakan tanda yang murni dari luka akibat listrik.

17
2.6 Kematian Akibat Sengatan Listrik di Kamar Mandi
Kamar mandi merupakan tempat yang paling sering mengakibatkan kematian
karena sengatan listrik. Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan sering terjadi di sini
karena sangat mudah menimbulkan kejutan listrik. Biasanya, sengatan listrik di kamar
mandi akibat pemakaian alat-alat listrik seperti hairdryer dan alat pemanas. Sebagai
tambahan, pipa besi dan kepala shower mengarah langsung kepada pasien merupakan
media baik konduksi listrik dari pemanas air. Mengingat risiko tersebut, disarankan
pemanas air dan colokannya ditempatkan pada tempat yang kering dan kepala shower
yang bisa dipegang dilapisi dengan bahan isolator.
Sebagian besar negara-negara Eropa mempunyai peraturan yang ketat tentang
pemasangan arus listrik di dalam kamar mandi sebab hal ini sangat berbahaya. Di
Inggris, pemakaian saklar dinding lampu pada tembok, tidak diperbolehkan, saklar pada
langit-langit dioperasikan dengan menggunakan kawat penyekat yang diperintahkan.
Tidak ada stop kontak yang disediakan kecuali untuk keadaan dimana stop kontak
dipakai untuk menaik turunkan perpindahan dengan menggunakan arus keluar yang
rendah. Namun, karena ketidaktahuan masyarakat akan hal ini, banyak pemasangan arus
listrik dan alat-alat listrik dipasang di dalam kamar mandi dan ini meningkatkan kejadian
kecelakaan akibat sengatan listrik.
Angka kematian bunuh diri dengan menggunakan arus listrik di dalam kamar
mandi semakin meningkat. Seperti telah digambarkan oleh Bonte et al meningkatnya
jumlah kasus di daerah bekas Jerman Barat, telah menjadi perhatian yang luar biasa.
Banyak rencana di buat pada kasus bunuh diri di dalam kamar mandi, diantaranya
dengan menarik alat-alat listrik ke dalam air sehingga menghasilkan hubungan yang
kompleks dari piringan sabun metal ke tubuh kita.

Gambar 10. Bunuh diri menggunakan arus listrik dililitkan kawat pada kakinya.

2.7 Pembunuhan Menggunakan Arus Listrik

18
Pembunuhan akibat sengatan listrik jarang terjadi. Hampir semua kematian
akibat serangan listrik karena kecelakaan dan jarang akibat pembunuhan atau bunuh diri.
Metode paling umum yang dilakukan adalah dengan mencemplungkan perangkat listrik
ke dalam bak mandi ketika seseorang sedang mandi. Biasanya tidak ada luka listrik pada
kasus ini dan jika perangkat listrik tersebut diambil, penyebab kematian tidak dapat
ditentukan.

Kasus pertama, seorang wanita muda ditemukan tewas di bak mandinya,


merosot ke depan dalam posisi berlutut dengan satu payudara bersandar pada keran.
Lengan kiri sedang berada di atas tepi bak mandi, ditambah kipas pemanas listrik dekat
dengan kaki. Pemanas dihubungkan dengan kabel panjang untuk soket 240 V, 13 Amp di
kamar tidur yang berdekatan.

Gambar 11. Pembunuhan menggunakan perangkat


listrik yang dicemplungkan pada bak mandi.

Tes forensik selanjutnya menunjukkan bahwa lapisan enamel logam bak mandi
adalah bahan isolator yang sangat baik sehingga pembumian dari arus melalui air
mandi-hanya bisa terjadi melalui suatu pipa berbahan krom. Sirkuit telah lengkap, namun
berakibat fatal, wanita tersebut jatuh (atau didorong) ke arah keran, sehingga ia
mendapatkan luka bakar listrik pada payudaranya. Dia juga punya luka bakar yang khas
di bagian dalam lengan kiri di dekat ketiak, di mana enamel isolator dari bak mandi
berakhir di tepinya bak mandi. Tes forensik menunjukkan bahwa gradien tegangan turun
secara progresif lebih dari 200 V dekat pemanas hingga hampir nol di dekat pipa
pembuangan pembumian. Suami wanita itu, setelah beberapa kali menyangkal,

19
akhirnya mengaku telah menjatuhkan pemanas ke kamar mandi dan sehari sebelumnya ia
telah meminjam buku dari perpustakaan umum yang berjudul "The Do-It-Yourself Home
Electrician".
Kasus lain yang dilapor adalah pembunuhan anak 22 bulan oleh ayahnya sendiri
menggunakan kawat listrik yang dililitkan ke kandang bayi. Banyak tanda aneh
ditemukan pada autopsi meliputi tanda dan poin kecil, dan tanda bekas luka bakar
memanjang berukuran 4 cm.

2.8 Usaha mencegah terjadinya kecelakaan akibat listrik


Pekerja dapat mengalami bahaya listrik pada kondisi-kondisi sebagai berikut:
Pekerja berhubungan/menyentuh kedua konduktor pada rangkaian listrik yang
bertegangan.
Pekerja berada pada bagian antara konduktor yang ditanahkan (grounding) dan
konduktor yang tidak ditanahkan (grounding)
Pekerja berada pada bagian konduktor yang ditanahkan dengan material yang
tidak ditanahkan.
Kecelakaan listrik disebabkan oleh kombinasi tiga faktor, yaitu
peralatan/instalasi yang tidak aman, tempat kerja berada di lingkungan yang tidak
aman, praktik kerja yang tidak aman. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian bahaya
listrik guna mencegah terjadinya kejadian kecelakaan listrik.
Pengendalian bahaya listrik dari sentuh langsung:
1. Mengisolasi bahan aktif
2. Semua bagian aktif/bertegangan diberi penghalang selungkup sehingga tidak ada
potensi arus kejut
3. Peralatan yang mempunyai tegangan tinggi harus dibuat rintangan untuk mencegah
terkena arus kejut
4. Peralatan yang mempunyai tegangan tinggi harus diberi jarak aman untuk
mencegah terkena arus kejut
5. Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja di bagian listrik.
Pengendalian yang harus dilakukan:
1. Menutup semua instalasi yang terbuka
2. Mengisolasi bagian aktif/konduktor
3. Memperbaiki penutup instalasi yang rusak
4. Memperbaiki atau mengganti peralatan yang rusak
Langkah aman dari bahaya listrik:
Gunakan sarung tangan atau sepatu khusus untuk bahaya listrik
Simpan peralatan listrik yang tidak digunakan di tempat yang kering
Jangan menggunakan peralatan listrik yang basah/lembab
Usahakan tempat kerja listrik terang
Pastikan tidak mendekati potensi bahaya listrik

20
Jangan membawa alat dengan kabel
Jangan mencabut/menyentak untuk melepaskan tusuk kontak
Jaga kabel dari panas, minyak dan benda tajam
Lepaskan dari sumber listrik, peralatan yang tidak digunakan
Ganti setiap peralatan yang rusak
Menyediakan sistem tidak menyalahkan untuk pelaporan ksalahan dan protocol
yang mencegah peralatan listrik yang rusak dari penggunaan sampai diperbaiki
Pastikan bahwa saklar daya utama untuk mematikan daya listrik mudah dijangkau
dan jelas ditandai, sehingga dapat dengan cepat dimatikan dalam keadaan darurat.

2.9 Pertolongan Pertama Saat Tersengat Listrik


Kecelakaan akibat kesetrum merupakan kecelakan yang segera mendapatkan
pertolongan pertama dengan cepat dan benar. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya penambahan jumlah korban yang tersengat arus listrik. Sengatan listrik tidak
dicegah oleh penyelamat mengenakan sarung tangan karet dan sepatu bot kecuali ini
secara khusus dirancang untuk anti listrik. Pertama adalah memastikan penyelamat dan
sekitarnya kering. Apabila korban tersebut masih kesetrum atau masih tersengat arus
listrik, jangan memindahkan korban dengan tangan kosong apalagi menyentuhnya.
Idealnya, yang terbaik untuk menolong orang kesetrum adalah adalah untuk mematikan
sumber listrik sebelum kontak dengan korban. Jika tidak memungkinkan maka kita bisa
melepaskan korban dengan cara mendorong atau menariknya menggunakan benda yang
tidak mudah dialiri listrik (bersifat konduktor) seperti tongkat kau kering atau gagang
sapu. Hal ini harus dilakukan hanya dengan sangat hati-hati karena ketika tegangan di
atas sekitar 600 V, kayu kering dan bahan lainnya dapat mengaliri sejumlah besar arus
listrik, yang membahayakan untuk penyelamat.
Apabila korban sudah tidak ada kontak dengan arus listrik, periksalah tubuh
korban, cek pernapasan dan denyut nadi korban. Segera hubungi tim medis terdekat
untuk pertolongan selanjutnya. Saat melakukan pertolongan pertama, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah hindari posisi terlalu dekat dengan korban jika tersengat
oleh arus listrik yang sangat tinggi. Pastikan tidak menggunakan bahan yang mudah
menghantarkan listrik. Pastikan tidak ada air disekitar lokasi kesentrum.

21
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kematian akibat listrik (electrocaution) didefinisikan sebagai kematian akibat
arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan
ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam. Jenis dan luasnya cedera
listrik ditentukan oleh tegangan, kekuatan arus, resistensi terhadap aliran, durasi kontak
dengan sumber, jalur aliran, dan jenis arus (yaitu, searah [DC] atau bolak balik [AC]).
Kerusakan yang diakibatkan oleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme
yaitu terjadinya pemanasan yang akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran
listrik. Pada jaringan akan menyebabkan kerusakan membran sel. Kemudian, kematian
akibat sengatan listrik dapat disebabkan oleh aritmia jantung biasanya fibrilasi ventrikel
yang kemudian berakhir dengan henti jantung, paralisis otot pernapasan dan keterlibatan
batang otak.
Pemeriksaan luar sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah
kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda

22
sengatan listrik meliputi electrical mark, joule burn, linear burn. Sedangkan
pemeriksaan dalam biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas.
Upaya pengendalian kecelakaan listrik dapat dilakukan dengan mengisolasi bahan
aktif atau konduktor baik, semua bagian aktif / bertegangan diberi penghalang selungkup
sehingga tidak ada potensi arus kejut, peralatan yang mempunyai tegangan tinggi harus
dibuat rintangan untuk mencegah terkena arus kejut, peralatan yang mempunyai
tegangan tinggi harus diberi jarak aman untuk mencegah terkena arus kejut,
menggunakan alat pelindung diri saat bekerja di bagian listrik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Low Voltage Electrocution Deaths and Histopathological Findings: One-Year


Prospective Autopsy Study B. Viswakanth1,* and P. Shruthi. Journal of Current
Forensic Science Research, 2015, 1, 1-5
2. Klein, MB. Thermal, Chemical, and Electrical Injuries. Lippincot Williams and Wilkins,
Grabb and Smiths Plastic Surgery, Sixth Edition. 2007; p.135
3. Death by electrocution: Histological technique for copper detection on the electric mark
Enrico Bellini , Gary Gambassi , Giulia Nucci , Matteo Benvenuti , Gianluca Landi ,
Mario Gabbrielli , Peter Vanezis Forensic Science International 264 (2016) 2427.
4. Death due to electrocution during shower: one case report and brief review of the
literature Xiameng Chen1, Yuan Liu1, Haojie Qin2, Lin Zhang3, Haibiao Zhu1, Yu
Yang1, Peng Guan1,* Rom J Leg Med [23] 163-166 [2015]
5. Electrocution and Electrical Injuries. Bernius, Morgan.
6. Martina NR, Wardhana A. Mortality Analysis of Adult Burn Patient. Jurnal Plastik
Rekonstruksi: 2013; 2; 96-100
7. Koumbourlis AC. Electrical injuries. Crit Care Med. 2002 Nov. 30(11 Suppl):S424-30.
8. Deveci M, Bozkurt M, Sengezer M. Clonus: an unusual delayed neurological
complication in electrical burn injury. Burns. 2001;27(6):64751\

23
9. Lee RC. Injury by electrical forces: pathophysiology, manifestation and therapy. Curr
Probl Surg. 1997;34(9):667765.
10. Saukko Pekka, Bernard Knight. 2016. Knights Forensic Pathology. United State
America. Taylor and Francis Group
11. Bernius Morgen, Jeffrey Lubin. 2015. Eletrocution and Electrical Injury. Crit Clane Clear
12. Xiameng Chen, Yuan Liu, Haojie Qin, Lin Zhang, Haibiao Zhu, Yu Yang, Peng Guan.
Death due to electrocution during shower: one case report and brief review of the
literature.Rom J Leg Med [23] 163-166 [2015].
13. International Labour Organization. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana
untuk Produktivitas. Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai