Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

TERAPI OKSIGEN

NAMA :

Safitri Nindya K. S. 125070107111055

Muhammad Ilmawan 125070107111002

PEMBIMBING:

dr. Buyung Hartiyo Laksono, Sp.An

LABORATORIUM / SMF ILMU ANASTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

RUMAH SAKIT UMUM DR.SAIFUL ANWAR MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipokesmia merupakan keadaan rendahnya tekanan parsial oksigen di
dalam darah. Hipoksemia dapat di sebabkan oleh berbagai penyebab, tergantung
dari penyakit yang dihadapi oleh pasienn. Terapi oksigen merupakan tetalaksana
yang dapat diberikan pada pasien dengan hipoksemia.
Penggunaan oksigen pada berbagai kondisi medis menjadi hal yang sering
dijumpai di berbagai tipe rumah. Menjadi hal yang lumrah bila terdapat pasien
yang di berikan masker oksigen lengkap dengan aliran oksigen di ruang instalasi
gawat darurat (IGD) maupun di bangsal. Banyaknya kondisi medis yang
membutuhkan suplementasi oksigen sebagai suportive care pada pasien-pasien
tersebut membuat penggunaan terapi oksigen menjadi hal yang sering di jumpai di
rumah sakit. Sehingga tenaga medis, baik dokter maupun perawat, di tuntut
mampu untuk menggunkan fasilitas tersebut untuk hasil perawatan yang lebih
baik.
Referat yang berjudul Terapi Oksigen ini akan membahas secara
singkat mengenai cara penggunaan oksigen sebagai terapi maupun sebagai
suplementasi pada berbagai kondisi medis yang sesuai dengan indikasi terapi
oksigen. Diharapkan dengan referat ini wawasan dokter muda sebagai dokter di
masa yang akan mendatang akan lebih terbuka dalam hal terapi oksigen sehingga
dapat menjadi bekal yang bermanfaat di dunia kerja nantinya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui definisi dan tujuan dari terapi oksigen.


1.2.2 Mengetahui Indikasi dan kontraindikasi terapi oksigen.
1.2.3 Mengetahui tahapan tatalaksana terapi oksigen.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi terapi oksigen

Terapi oksigen, atau biasa juga disebut dengan suplemental oxygen atau
oxygen saja, adalah tatalaksana penghantaran gas oksigen yang digunakan untuk
bernafas. Terapi ini dapat meningkatkan jumlah oksigen yang masuk ke dalam
paru-paru sehingga dapat dihantarkan melalui darah ke seluruh bagian tubuh yang
membutuhkan.

Terapi oksigen dapat diberikan untuk jangka waktu pendek dan jangka
waktu panjang pada saat pasien berada di rumah sakit, puskesmas, atau di rumah
dan berbagai seting medis yang lain. Oksigen disimpan dalam bentuk cair atau gas
dalam wadah berupa tabung khusus penymimpanan oksigen yang dapat di isi
ulang. Selain itu ada juga alat oxygen concentrator yang mengumpulkan
oksigen langsung dari udara bebas yang bisa digunakan secara langsung dan
keuntungan alat ini adalah tidak perlu di isi ulang. Oksigen merupakan senyawa
yang mudah terbakar sehingga penggunaanya tidak boleh menggunakan
bersamaan dengan material lain yang mudah terbakar.

Terapi oksigen sebaiknya digunakan oleh tenaga medis yang terlatih dalam
pemberian terapi oksigen. Tenaga medis yang dimaksud diharapkan mengeahui
prosedur dan peralatan yang digunakan demi keselamatan pasien. Tenaga medis
tersebut diharapkan mampu menggunakan alat yang tepat untuk mencapai saturasi
oksigen yang diperlukan.

2.2 Tujuan Terapi Oksigen

Terapi oksigen bertujuan untuk meningkatkan jumlah oksigen yang masuk


ke dalam paru-paru sehingga dapat dihatarkan melalui darah ke seluruh tubuh
sesuai dengan target saturasi yang ingin dicapai.1,2 Target yang dimaksud adalah
94-98% pada pasien akut dan 88-92% pada pasien yang beresiko terkena
hypercapnic respiratory failure, cotohnya seperti pada pasien COPD, cystic
fobrosis, deformitas dinding dada, dan kelainan saraf pernafasan untuk
menghindari efek rebound dan terjadinya acidosis respiratorik.2,3

2.3 Indikasi Terapi Oksigen

Terapi oksigen diindikasikan pada pasien yang mengalami atau beresiko


mengalami hipoksemia. Hipoksemia adalah istilah yang digunakan ketika tekanan
parsial oksigen (PO2) dalam darah menjadi rendah, atau juga bisa dikatakan ketika
oksigen tidak dapat terlarut di dalam darah karena kurangnya tekanan parsial.
Kadar normal PO2 pada sampel darah arteri adalah 12-14,6 kPa (kilopascal) atau
90-110 mmHg pada dewasa muda. Secara klinis, hipoksemia juga bisa di ukur
menggunakan saturasi oksigen darah seperti yang telah di jelaskan pada kurva
disosiasi hemoglobin. Nilai saturasi oksigen di dalam darah yang didapatkan dari
hasil pembacaan pulseoxymeter biasa disebut denga SpO2 sedangkan nilai saturasi
oksigen yang di dapatkan dari darah biasa disebut dengan SaO2. Nilai normal SaO2
dan SpO2 dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Sedangkan istilah hipoksia digunakan
ketika kebutuhan oksigen jaringan tidak terpenuhi. Terapi oksigen efektif pada
pasien yang mengalami hipoksia yang diakibatkan oleh hipoksemia dan kurang
efektif pada jenis hipoksia yang di akibatkan oleh penyebab yang lain.1

tabel 1. nilai PO2 dan SaO2 Normal3


tabel 2. nilai PO2 dan SaO2 Normal4

Hipoksemia dapat di sebabkan oleh berbagai kondisi medis, secara


praktis British Thoracic Society (BTS) membagi kondisi medis tersebut sesuai
dengan indikasi dan tatalaksana diberikanya terapi oksigen, seperti pada tabel 3.1

Tabel 3. Kondisi yang dapat menyebabkan hipoksemia1

Penyakit kritis yang membutuhkan Cardiac arrest atau resusitasi, shock,


kadar oksigen tinggi sepsis, major trauma, tenggelam,
anaphylaxis, major pulmonary
haemorhage, status epilepticus, major
head injury, carbon monoxida
poisoning.
Penyakit parah yang membutahkan Acute hypoxemia (diagnosis belum
suplementasi oksigen moderate pada tegak), acute ashtma, pneumonia, lung
kondisi hipoksemia cancer, deterioration of lung fibrosis,
intersitial lung diseasse,
pneumothorax, pleural effusion,
pulmonary embolism, acute heart
failure, severem anemia, postoperative
breathlessness.
Pasien yang tidak memerlukan Myocardial infarction, acute coronary
suplemental oksigen bila tidak ada syndrome, stroke, hyperventilation,
hipoksemia dysfunctional breathing, poisoning dan
drug overdoses, keracunan paraquat
dan bleomycin, metabolic renal
disorder, acute dan subcatue
neurological dan muscular condition
producing muscle weakness,
pregnancy dan obstetric emergencies.

COPD dan kondisi lain yang COPD, exacerbation of cystic fibrosis,


memerlukan kadar oksigen rendah neuromuscular disease, neurological
condition and chest wall deformity,
morbid obesity.

Adapun kondisi medis lain yang merupakan indikasi pemberian terapi


oksigen, seperti pada kondisi kehamilan, preoperative care, penggunaan sedasi
pada anasthesia, dan pasien dengan terapi paliatif.1

Indikasi sesak pada oksigen terapi tidak memiliki bukti penelitian yang
cukup untuk menghilangkan gejala tersebut kecuali terdapat hipoksemia.1
2.4 Kontraindikasi

Tidak terdapat kontarindikasi absolut dalam pemberian terapi oksigen


bila terdapat indikasi yang jelas dalam pemberiannya.3

2.5 Teknik Pemberian Oksigen

Dalam memberikan terapi oksigen, ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan agar pemberian terapi sesuai indikasi dan tidak menimbulkan
komplikasi karena ketidak tahuan kita tentang teknik pemberian oksigen. Adapun
teknik pemberian oksigen adalah sebagai berikut :

2.5.1 Sistem Aliran Rendah (low flow)


Sistem low flow diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, bekerja
dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari volume inspirasi
pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen ini bercampur
dengan udara ruangan, maka FiO2 aktual yang diberikan pada pasien tidak
diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi bergantung pada tipe pernafasan
dengan patokan volume tidal pasien. Aliran oksigen low flow sangat cocok untuk
pasien stabil dengan pola nafas yang teratur, frekuensi dan volume ventilasi
normal.

Contoh sistem aliran rendah adalah :

Low flow low concentration :

a. Kateter nasal

b. Nasal kanul / nasal prong

Low flow high concentration :

a. Sungkup muka sederhana

b. Sungkup muka dengan kantong rebreathing

c. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

Kateter Nasal
Kateter nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen secar kontinyu dengan aliran 1-6 liter per menit dengan konsentrai 24% -
44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam
hidung sampai naso faring. Presentasi oksigen yang mencapai paru-paru beragam
sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan terutama jika mukosa nasal
membengkak.
Keuntungan :
Pemberian oksigen stabil, pasien bebas bergerak, makan dan berbicara
Biaya murah dan nyaman serta dapat juga digunakan sebagai kateter
penghisap.
Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebi dari 44
Teknik memasukkan kateter nasal lebih sulit daripada nasal kanul
Nyeri saat pemasangan kateter nasal karena melewati nasofaring, dan
mukosa nasal akan mengalami trauma
Fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus
diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain
Dapat terjadi distensi lambung, terjadi iritasi selaput lendir nasofaring,
aliran dengan leih dari 6 liter per menit akan menyebabkan nyeri pada sinus dan
mengeringkan mukosa hidung
Kateter mudah tersumbat dan tertekuk.
Nasal Kanul / Nasal Prong
Nasal kanul merupakan alat sederhana yang dapat memberika oksigen
kontinyu dengan aliran 1-6 liter per menit dengan konsentrasi oksigen sama
dengan kateter nasal yaitu 24%-44%. Presentasi O2 pasti tergantng degan
ventilasi per menit pasien. Pada pemberian oksigen nasal kanul jalan nafas harus
paten dan dapat digunakan pada pasien yang menggunakan pernafasan mulut.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
1 Liter/menit : 24%
2 Liter/menit : 28%
3 Liter/menit : 32%
4 Liter/menit : 36%
5 Liter/menit : 40%
6 Liter/menit : 44%
Keuntungan :
Pemasangan lebih mudah dibanding kateter nasal
Biaya murah, disposibel, klien bebas, makan, minum, bergerak dan
berbicara
Dapat digunakan pada pasien yang menggunakan pernafasan dengan
mulut, karena apabila pasien menggunakan pernafasan melalui mulut, makan
udara akan masuk pada waktu inhalasi dan akan mempunyai efek venture pada
bagian belakang faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan melalui
kanul hidung akan terhirup melalui hidung.
Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
Suplai oksigen akan berkurang apabila pasien bernafas melalui mulut
Mudah lepas karena kedalaman nasal kanul hanya 1-1,5 cm
Tidak dapat diberikan pada pasien degan obstruksi nasal
Kecepatan aliran oksigen > 4 liter per menit jarang digunakan karena
pemberian flow rate > 4 liter tidak akan menambah FIO2. Yang ada hanyalah
ppemborosan oksigen dan dapat menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi
mukosa selaput lendir
Dapat menyebabkan keruakan kulit diatas telinga dan hidung akibat
pemasangan yang terlalu ketat/lama

Sungkup Muka Sederhana


Sungkup muka sederhana digunakan untuk konsesntrasi oksigen rendah
sampai sedang. Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau
sedang seling aliran oksigen yang diberikan antara 5-8 liter per menit dengan
konsentrasi oksigen 40-60%. Kontraindikasi penggunaan sungkup muka
sederhana adalah pada pasien dengan reteni karbondioksida karena akan
memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter per meniit untuk
mendorong CO2 keluar dari masker.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
5-6 liter/menit : 40%
6-7 liter/menit : 50%
7-8 liter/menit : 60%
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dibandingkan dengan
nasal kanul
System humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlubang besar
Dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol
Kerugian :
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%
Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah
Menyekap, tidak memungkinkan pasien untuk makan dan batuk
Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah

Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing


Rebreathing mask adalah salah satu teknik pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi yaitu 35-60% dengan aliran oksigen 6-15 liter/menit, serta
dapat meningkatan nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur dengan
udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan
hamper menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien, kantong
terlebih dahulu diisi dengan O2 dengan cara menutup lubang antara kantongg
degan sungkup, minmal 2/3 bagian kantong reservoir. Tidak lupa untuk memasang
kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk
mencegah iritasi kulit.
FiO2 estimation :
Flows (litetr/menit) FiO2 (%)
6 liter/menit : 35%
8 liter/menit : 40-50%
10-15 liter/menit : 60%
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana
Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah
Kantong oksigen bisa terlipat atau terputar kemudian mengempes. Apabila
hal ini terjadi, dapat menyebabkan pasien menghidup karbondioksida dalam
jumlah besar
Pasien tidak memungkinkan untuk makan, minum atau batuk.
Dapat menyebabkan aspirasi apabila pasien muntah

Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing


Non Rebreathing mask adalah tekik pemberian oksigen dengan konsentrasi
oksigen yang tinggi mencapai 90% dengan aliran oksigen 6-15 liter/menit. Pada
prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi
dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup, sehingga di dalam
kantong kosentrasi oksigen menjadi lebih tinggi. Cara penggunaan masker hampir
mirip dengan rebreathing mask.
FiO2 estimation :
Flows (liter/menit) FiO2 (%)
6 liter/menit : 55-60%
8 liter/menit : 60-80%
10 liter/menit : 80-90%
12-15 liter/menit : 90%
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapai 90%
Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi renahh
Kantong oksigen dapaat terputar, menyekap sehingga perlu disegel dengan
pengikat
Pasien tidak memungkinkan untuk makan, minum atau batuk]
Dapat terjadi aspirasi apabila pasien muntah
2.5.2 Sistem Aliran Tinggi (high flow)
Pada metode ini, oksigen diberikan dengan aliran yang cukup tinggi untuk
memberikan 2 atau 3 kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien
dengan pola nafas yang pendek dan pasien COPD yang mengalami hipoksia
karena ventilator. Sisem aliran tinggi adalah suatu teknik pemberian oksigen
dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, ehingga
dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi okigen yang lebih tepat dan
teratur.
Adapun contoh sistem aliran tinggi adalah sebagai berikut :
Sungkup Muka dengan venturi / masker venturi (High flow low concentration)

Masker venture adalah metodi yang paling akurat dan dapat diandalkan
untuk konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker telah dibuat
sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan
aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker venturi menerapkan prinsip
entrainmen udara (menjebak udara eperti vakum), yang memberikan aliran udara
yang tinddi dengan pengayaan okigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker
melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut bersama dengan karbondioksida
yang dihembuskan. Metode ini meningkatkan konsentrasi oksigen yang konstan
untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan.
Diberikan pada paien hyperkarbia kronik (CO2 yang tinggi) seperti COPD
yang tertama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada pasien
hypoksemia sedang sampai berat.
FiO2 estimation
Menurut Standart Keperawatan ICU Dep.Kes RI tahun 2005, estimasi FiO2
venturi mask merk Huudson

Warna Flows (liter/ menit)


Biru
Putih
Orange
Kuning
Merah
Hijau

Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk
pada alat
FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2
analiser
Temperatur dan kelembapan gas dapat dikontrol
Tidak terjadi penumpukan O2
Kerugian :
Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam
mata
Tidak memungkinkan pasien untuk makan, minum ata batuk.
Bila humidifikasi ditambahkan, gunakan udara tekan sehingga tidak
mengganggu konsentrasi O2

Sungkup Muka Aerosol / Ambu Bag


Digunakan pada pasien :
cardiac arrest
respiratory failure
Sebelum dan sesudah suction gas flow 12-15 liter, selama resusitasi
buatan, hiperinflasi / bagging, kantong reusitasi dengan reservoir harus digunakan
untuk memberikan konsentrasi oksigen74% - 100%. Kantong 2,5 liter juga
memberikan jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima
oksigen tambaham. Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan
adalah vital :
Kekuatan pemijatan menentukan volume tidak (VT)
Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak
Hal- Hal yang harus diperhatikan :
Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik
dan apakah terjadi distensi abdomen
Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru
Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorax, hemothorax, atau
spasme bronkus yang memburuk
Syarat-syarat resusitasi menggunakan ambu bag :
Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100% pada kondisi akut
Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi
terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi
Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut

2.6 Resiko Pemberian Terapi Oksigen


Dalam dunia kedokteran, setiap perlakuan atau terapi yang diberikan
kepada pasien pasti memiliki efek samping dan resiko. Mulai dari resiko yang
minimal hingga resiko fatal. Salah satu resiko pemberian terapi oksigen adalah
keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen yang diberikan dengan fraksi
lebih dari 50% terus menerus elama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru juga dapat
terjadi akibat terbentuknya metabbolik oksigen yang merangsang sel PMN dan
H2O2 melepaskan enzim proteolitik enzim lisosom yang dapat merusak alveoli.
Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelectasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun
juga pada tanaman, baketeri, jamur dan biakan sel hewan. Apabila oksigen 80-
100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan
mengalami iritasi , menimbulkan distress substernal, kongesti hidung, nyeri
tenggorokan dan batuk. Terpaparnya paru-paru dengan oksigen selama 24-48 jam
akan mengakibatkan rusaknya jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2,
selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan
oemadatan jaringan paru (dysplasia bronkopulmonal). Komplikasi lain yang dapat
terjadi pada bayi adalah retinopti prematumaturitas (fibroplaksia retrolental), yaitu
pembentukan jaringan vaskuler opak pada mata yang dapat mengakibatkan
kelainan pengelihatan berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi
berakibat tidak hanya terjadinya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kekuatan otot,
bunyi berdenging pada telinga, rasa pening, kejang bahkan koma. Pajanan
terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghailkan
peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah. Oksigen bukanlah zat pembakar,
namun dapat memudahkan terjadinya kebakaran. Oleh karena itu, seorang pasien
yang sedang dalam pemberian terapi oksigen diharapkan untuk menghindari :
merokok / orang yang merokok di sekitarnya, membuka alat listrik dalam area
sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik taoa Ground.
Daftar Pustaka

1. National Heart, Lung, and Blood Insitute. 2016. Oxygen theraphy. (dapat
di akses di: https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/oxt)

2. BRODriscoll, S Howard, J Earis, V Mak. 2017. BTS guideline for oxygen


use in adults in healthcareand emergency settings.(dapat di akses di
http://dx.doi.org/10.1136/thoraxjnl-2017-209951)

3. Centerbury DHB. 2012. Fluid & Medication management manual oxygen


theraphy.
4. Crapo RO, Jensen RL, Hegewald M, et al. 1999. arterial blood gas
reference values for sea level and an altitude of 1,400 meters. Am J Respir
Crit Care Med.
5. Smith GB, Prytherch DR, Watson D, et al. 2012. S( p)O(2) values in acute
medical admissions breathing airimplications for the British Thoracic
Society guideline for emergency oxygen use in adult patients
Resuscitation.

Anda mungkin juga menyukai