Heart Failure
Oleh:
Muhammad Illmawan
Amuthen a/l R Karunagaran 1250070200011176
Pembimbing:
dr Ardian Rizal SpJP(K)
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
BAB 3 LAPORAN KASUS.........................................................................................18
BAB 4 PEMBAHASAN..............................................................................................27
BAB 5 PENUTUP.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada pasien hipertensi resiko terjadinya gagal jantung dan stroke meningkat
tiga kali. Pada pasien hipertensi dapat terjadi perubahan-perubahan struktrur
dan fungsi jantung yaitu hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik, disfungsi
diastolic dan gagal jantung.3 Data kohort dari studi Framingham
mengidentifikasi riwayat penyakit hipertensi pada >75% pasien degan gagal
jantung.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Etiologi
Penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan ke dalam enam
kategori utama:2,3
a. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat
disebabkan oleh hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang
tidak terkoordinasi (left bundle branch block), kurangnya
kontraktilitas (kardiomiopati)
b. Kegagalan jantung yang berhubungan dengan overload seperti
hipertensi sistemik (peningkatan tekanan darah di atas 140/90
mmHg) atau hipertensi pulmonal (peningkatan tekanan darah di
paru-paru akibat kongesti pulmonal)
c. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup
d. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme kardiak (takikardi)
e. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi
perikard (tamponade)
f. Kelainan congenital jantung
3. Patofisiologi
3.1 Mekanisme dasar
3
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas
pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatkan volume
akhir diastolik ventrikel (LVDEP), terjadi peningkatan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri. Derajat peningkatan tekanan bergantung pada
kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVDEP, terjadi pula
peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel
berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke
belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan
kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik anyaman
kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan
terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Jika kecepatan
transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjadi
edema interstisial. Peningkatan cairan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah
edema paru.3,4
4
perubahan orientasi otot papilaris dan korda tendinae akibat dilatasi
ruang.3,4
5
kerja ventrikel. Namun pada akhirnya respons miokardium terhadap
rangsangan simpatis akan menurun, katekolamin akan berkurang
pengaruhmya terhadap kerja ventrikel. Berkurangnya respons
ventrikel yang gagal terhadap rangsangan katekolamin menyebabkan
berkurangnya derajat pergeseran akibat rangsangan ini. Perubahan
ini dapat disebabkan karena cadangan norepinephrin pada
miokardium menjadi berkurang pada gagal jantung kronis. 3,4
c. Hipertrofi ventrikel
6
Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium. Sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial
bergantung pada jenis beban hemodinamik yang yang
mengakibatkan gagal jantung. Sebagai contoh, suatu beban tekanan
yang ditimbulkan stenosis aorta akan disertai dengan meningkatnya
ketebalan dinding tanpa penambahan ukuran ruang dalam. Respon
miokardium terhadap beban volume, seperti pada regurgitasi aorta
ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya ketebalan dinding.
Kombinasi ini diduga terjadi akibat bertambahnya jumlah sarkomer
yang tersusun secara serial. Kedua pola hipertrofi ini disebut hipertrofi
konsentris dan hipertrofi eksentris. Apapun susunan pasti
sarkomernya, hipertrofi miokardium akan meningkatkan kekuatan
kontraksi ventrikel.
7
kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
jantung seperti yang tersebut di atas.
d. Kelas 4: Penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik
apapun tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung, yang bertambah
apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat
ringan.
Sedangkan stadium gagal jantung menurut American College of
Cardiology terdiri atas empat stadium, yaitu:4,6
a. Stadium A Mempunyai risiko tinggi terhadap perkembangan
gagal jantungtetapi tidak menunjukkan struktur abnormal dari
jantung.
b. Stadium B Adanya struktur yang abnormal pada jantung
pasien tetapi tidak bergejala
c. Stadium C Adanya struktur yang abnormal dari pasien
dengan gejala awal gagal jantung
d. Stadium D Pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung
sulit diterapi dengan pengobatan standar
5. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi, foto toraks, ekokardiografi-doppler. Kriteria Framingham
dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung yaitu dengan terpenuhinya
2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Adapun kriteria Framingham sebagai berikut:3,5,9
Kriteria mayor :
a. Paroksismal nocturnal dispnu
b. Distensi vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
e. Edema paru akut
8
f. Gallop S3
g. Peninggian tekanan vena jugularis
h. Refluks hepatojugular
Kriteria minor :
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam hari
c. Dispnea deffort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
g. Takikardia (>120 x/menit)
9
vena jugularis dapat normal pada waktu istirahat namun dapat meningkat
secara abnormal seiring dengan peningkatan tekanan abdomen.
c. Pemeriksaan paru
Pulmonary crackles (ronkhi atau krepitasi) dihasilkan oleh transudasi
cairan dari rongga intravaskular ke dalam alveoli. Pada pasien dengan
edema paru, ronki dapat didengar pada kedua lapang paru dan dapat
disertai wheezing ekspiratoar (asma kardial). Jika ditemukan pada pasien
tanpa penyakit paru, ronkhi spesifik untuk gagal jantung. Efusi pleura
timbul sebagai akibat meningkatnya tekanan sistem kapiler pleura,
hasilnya adalah transudasi cairan ke dalam rongga pleura.
d. Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan jantung sering tidak memberikan informasi yang berguna
mengenai tingkat keparahan gagal jantung. Jika kardiomegali ditemukan,
maka apex cordis biasanya berubah lokasi di bawah ICS V dan atau
sebelah lateral dari midclavicularis line, dan denyut dapat dipalpasi
hingga 2 interkosta dari apex. Pada beberapa pasien, suara jantung
ketiga (S3) dapat terdengar dan dipalpasi pada apex. S3 atau
prodiastolik gallop paling sering ditemukan pada pasien dengan volume
overload yang juga mengalami takikardi dan takipneu, dan sering kali
menandakan gangguan hemodinamika. Bising pada regurgitasi mitral
dan tricuspid biasa ditemukan pada pasien dengan gagal jantung tahap
lanjut.
10
jantung stadium lanjut, biasanya kadar bilirubin direk dan indirek
meningkat. Ikterik ini disebabkan karena terganggunya fungsi hepar
sekunder akibat kongesti hepar dan hipoksia hepatoseluler. Edema
perifer adalah manifestasi cardinal jantung, namun hal ini tidaklah
spesifik dan biasanya tidak terdapat pada pasien yang telah mendapat
diuretik. Edema perifer biasanya simetris, beratya tergantung pada gagal
jantung yang terjadi, dan paling sering terjadi sekitar pergelangan kaki
dan daerah pretibial pada pasien yang masih beraktivitas.
f. Cardiac cachexia
Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat ditandai dengan penurunan
berat badan dan cachexia yang bermakana. Mekanisme dari cachexia
pada gagal jantung dapat melibatkan banyak faktor dan termasuk
peningkatan resting metabolic rate, anorexia, nausea, dan muntah akibat
hepatomegali kongestif dan perasaan penuh pada perut. Jika ditemukan,
cachexia menandakan prognosis keseluruhan yang buruk.
Foto thoraks
Pemeriksaan Chest X-Ray dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk
jantung, struktur dan perfusi dari paru. Kardiomegali dapat dinilai melalui
pengukuran cardiothoracic ratio (CTR) yang lebih dari 50%, atau ketika
ukuran jantung lebih besar dari setengah ukuran diameter dada, telah
menjadi parameter penting pada follow-ip pasien dengan gagal jantung.
11
EKG
Pemeriksaan EKG 12 lead dianjurkan untuk dilakukan. Kepentingan
utama dari EKG adalah untuk menilai ritme, menentukan keberadaan
hipertrofi pada ventrikel kiri atau riwayat Infark myocard (ada atau
tidaknya Q wave). EKG normal biasanya menyingkirkan adanya
disfungsi diastolic pada ventrikel kiri.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai anatomi dan fungsi jantung,
miokardium dan pericardium, dan mengevalusi gerakan regional dinding
jantung saat istirahat dan saat diberikan stress farmakologis pada gagal
jantung. Fitur yang paling penting pada evaluasi gagal jantung adalah
penilaian Left ventricular ejection fraction (LVEF), beratnya remodeling
ventrikel kiri, dan perubahan pada fungsi diastolik.
9
Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :
12
A. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis,
miksedema, dan aritmia.
B. Digitalis
a. Dosis digitalis :
13
Cedilanid 04-0,8 mg iv perlahan lahan.
a. Diuretik
b. Vasodilator
14
Vasodilator berguna untuk mengatasi preload dan afterload yang
berlebihan. Preload adalah volume darah yang mengisi ventrikel selama
diastole. Peningkatan preload menyebabkan pengisian jantung berlebih.
Afterload adalah tekanan yang harus di atasi jantung ketika memompa
darah ke sistem arterial. Dilatasi vena mengurangi preload jantung
dengan meningkatkan kapasitas vena, dilator arterial menurunkan
resistensi arteriol sistemik dan menurunkan afterload.
Dosis ISDN adalah 10-40 mg atau 5-15 mg sublingual setiap 4-6 jam.
Pemberian nitrogliserin secara intravena pada keadaan akut harus
15
dimonitor ketat dan dilakukan di ICCU. Kaptopril sebaiknya dimulai dari
dosis kecil 6,25 mg. Untuk dosis awal ini perlu diperhatikan efek samping
hipotensi yang harus dimonitor dalam 2 jam pertama setelah pemberian.
Jika secara klinis tidak ada tanda-tanda hipotensi maka dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap sampai 3x 25-100 mg. Kaptopril dapat
menimbulkan hipoglikemia dan gangguan fungsi ginjal. Dosis awal
analapril 2 x 2,5 mg dapat dinaikkan perlahan lahan sampai 2 x 10 mg.
Pasien gagal jantung yang lanjut cenderung rentan terhadap komplikasi
infeksi, terutama infeksi saluran napas, infeksi saluran kemih, septicemia
dan infeksi nosokomial sehingga antibiotic yang adekuat harus segera
diberikan bila ada indikasi.
7. KOMPLIKASI
Pada bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama
biasanya mengalami gangguan pertumbuhan. Umumnya, berat badan
akan mengalami hambatan yang lebih berat daripada tinggi badan. Pada
gagal jantung kiri dengan gangguan pemompaan pada ventrikel kiri dapat
mengakibatkan bendungan paru dan selanjutnya dapat menyebabkan
hipertrofi ventrikel kanan akibat daripada kompensasi jantung dan
selanjutnya menimbulkan dyspnea. Pada gagal jantung kanan dapat
terjadinya hepatomegali, asites, bendungan pada vena perifer dan
gangguan gastrointestinal. Menurut Brunner & Suddarth, potensial
komplikasi mencakup syok kardiogenik, episode tromboemboli, efusi
perikardium, dan tamponade pericardium.
8. PROGNOSIS
16
Prognosis CHF tergantung dari derajat disfungsi miokardium. Menurut
New York Heart Assosiation, CHF kelas I-III mempunyai kadar mortalitas
1 tahun sekitar 25% dan kadar mortalitas 5 tahun sekitar 52%.
Sedangkan kadar mortalitas 1 tahun untuk CHF kelas IV adalah sekitar
40%-50%.
17
BAB3
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 57 tahun
Alamat : Pakis, Kab. Malang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
No RM : 11339xxx
Tanggal MRS : 20 April 2017
B. Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan utama: Sesak
Keluhan penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD karena sesak yang memberat sejak 3 hari
terakhir. Sesak dirasakan sejak 3 minggu yang lalu, biasanya sesak
memberat pada saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat. Pasien
menggunakan lebih dari 2 bantal untuk mengurangi sesak pada malam hari.
Pasien juga mengeluh kaki bengkak sejak 3 hari yang lalu. Pasien
merasa kaki merasa loyo sehingga sulit untuk dibuat beraktivitas.
Pasien juga mengeluh batuk sejak 2 hari yang lalu.Batuk dirasakan
sewaktu-waktu. Batuk disertai dengan dahak berwarna putih kental dan sulit
dikeluarkan. Riwayat demam disangkal.
18
Pasien juga mengeluh mual sejak 7 hari yang lalu, mual dirasakan
sewaktu-waktu. Riwayat muntah disangkal. Pasien mengeluh terdapat
penurunan nafsu makan karena keluhan tersebut.
Pasien memliki riwayat darah tinggi sejak 10 tahun yang lalu. Biasanya
tekanan darahnya bisa mencapai 160 hingga 200. Pasien diberitahu di
Puskesmas namun tidak rutin kontrol darah tinggi. Pasien sempat diberi obat
untuk megkontrol darah tinggi namun tidak dilanjutkan.
Riwayat pengobatan:
Pasien sebelumnya datang ke puskesmas sekitar 3 hari yang lalu dan
diberi obat mual. Karena tidak kujung membaik, pasien dirujuk ke RSSA.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien tidak pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat keluarga:
Tidak terdapat riwayat darah tinggi dan kencing manis pada keluarga
Riwayat sosial:
Pasien sudah menikah dan memiliki 5 orang anak, saat ini pasien
sudah berhenti datang bulan sejak 3 tahun yang lalu. Pasien bekerja sebagai
petani di tempat tinggalnya dan pekerjaanya terganggu akibat penyakit yang
dialaminya.
C. Pemeriksaan Fisik
KU : tampak sakit sedang
GCS : 456
Tanda-tanda vital
BP :140/70
HR : 100 x / menit
RR : 28 x / menit
Tax : 37 oC
Sa02 : 94% (room air)
19
Kulit
Inspeksi: pigmentasi, tekstur, turgor, Tidak terdapat kelainan
rash, luka, infeksi, tumor, petekie,
hematom, ekskoriasi, ikterus, kuku,
rambut
Palpasi: nodul, atrofi, sclerosis
Kepala dan Leher
Inspeksi: Bentuk kepala, sikatrik, Tidak terdapat pembesaran kelenjar
pembengkakan JVP 2+5 cm H2O
Palpasi: Kelenjar limfe,
pembengkakan, nyeri tekan, tiroid,
trakea, pulsasi vena
Auskultasi: Bruit
Pemeriksaan: JVP, Kaku kuduk
Telinga
Inspeksi: Serumen, infeksi, membran Tidak terdapat kelainan
timpani, tophi
Palpasi: Mastoid, massa
Hidung
Inspeksi: septum, mukosa, sekret, Tidak terdapat kelainan
perdarahan, polip
Palpasi: nyeri
Rongga Mulut dan Tenggorok
Inspeksi: pigmentasi, leukoplakia, Tidak terdapat kelainan
ulkus, tumor, gusi, gigi, lidah, faring,
tonsil
Palpasi: Nyeri, tumor, kelenjar ludah
Mata
Inspeksi: Ptosis, sklera, ikterus, Anemis -/-
pucat, kornea, arkus, merah, infeksi,
air mata, tumor, perdarahan, pupil
(kanan dan kiri), lapangan pandang
Palpasi: tonometri
Fundoskopi
Toraks
Pulmo
Inspeksi: simetri, gerakan, respirasi, Inspeksi : Statis D=S, Dinamis D=S
irama, payudara, tumor P: Ekspansi dinding dada normal,
Palpasi: Stem fremitus Stem Fremitus N N
Perkusi: resonansi
Auskultasi: suara nafas, rales, ronki, P:ss
20
wheezing, bronkofoni, peqtoryloquy ss
ss
Suara Napas: v v rh - - wh -
-
bv b v + + - -
bv b v + + - -
Jantung
Inspeksi: iktus I : Iktus tidak terlihat
Palpasi: iktus, thrill P : Iktus tidak teraba
Perkusi: batas kiri, batas kanan, P : RHM ~ 1 cm lateral SL (D) ICS II
pinggang jantung LHM ~ 2 cm latera MCL (S) ICS V
Auskultasi: denyut jantung (frekuensi, A : S1, S2 tunggal, murmur (-)
irama) S1, S2, S3, S4, gallop,
murmur, efection click, rub
Abdomen
Inspeksi: kontur, striae, sikatrik, vena, Flat, soefl, BU (+) dalam batas normal,
caput medusae, hernia epigastric pain (-), Liver span 8 cm
Palpasi: nyeri, defans/rigiditas, dan tidak teraba, Traube space
massa, hernia, hati, limpa, ginjal thympani dan limpa tidak teraba
Perkusi: resonansi, shifting dullness,
undulasi
Perkusi: peristaltik usus, bruit, rub
Punggung
Inspeksi: postur, mobilitas, skoliosis, Tidak terdapat kelainan
kifosis, lordosis
Palpasi: nyeri, gybus, tumor
Ekstremitas
Inspeksi: gerak sendi, Pembengkakan pada ekstremitas (-),
pembengkakan, merah, deformitas, edema (-), pucat (-), panas (-), nyeri
simetri, edema, sianosis, pucat, (-), massa (-),
ulkus, varises, kuku
Palpasi: panas, nyeri, massa, edema,
denyut nadi perifer
Alat Kelamin
Laki-laki: sirkumsisi, rash, ulkus,
sekret, massa, nyeri Tidak dievaluasi
Perempuan: introitus, vagina, serviks,
uterus, adneksa, nyeri, tumor
Rektum
21
Hemoroid, fisura, kondiloma, darah, Tidak dievaluasi
sfingter ani, massa, prostat
Neurologi
Berdiri, gaya jalan, tremor, koordinasi, Gaya jalan normal, tremor (-),
kelemahan, flaksid, spatik, paralisis, koordinasi baik, flaksid (-), spastik (-),
fasikulasi, saraf kranial, reflek paralisis (-), fasikulasi (-), saraf kranial
fisiologis, reflek patologis tidak menunjukkan kelainan, reflek
fisiologis normal, reflek patologis (-)
Bicara
Disartria, apraksia, afasia Disartria (-), apraksia (-), afasia (-)
Lab Value
Hemoglobine 13,70 11,0-16,5 g/dl
Leukocyte 9.960 3.500-10.300/L
Trombocyte 315.000 100.000-390.000/L
MCV 90,30 80-97fL
MCH 29,50 26,5 33,5pg
Eu/bas/Neu/Ly/M 0,6/0,4/77,9/14,0/7 0-4/0-1/51-67/25-33/2-5
o ,1 %
Natrium 130 136-145 mmol/L
Kalium 3,57 3,5-5,0 mmol/L
Chlorida 100 98-106 mmol/L
Ureum 28,20 20-40 mg/dL
2. Creatinin 0,86 <1,2 mg/dL
SGOT 26 0-40
SGPT 11 0-41
Albumin 3,87 3,5 5,5 g/dL
BGA ( 20/4/17)
22
PH 7,50 7,35-7,45
Sa O2 92,9 >95%
3. X-ray (20/4/17)
23
Deskripsi:
Cor : ukuran membesar ke kiri dan kekanan CT% >
70%
Aorta : tidak tampak elongasi, dilatasi, kalsifikasi
Trachea : di tengah
Pulmo : Corakan vaskular normal. Hilus D/S normal.
24
Tidak tampak infiltrat.
Sudut costophrenicus D/S : Lancip
Hemidiaphragma : Dome Shaped
Skeleton : Intak, tidak tampak lesi litik/blastik/ garis fraktur
Soft Tissue : Normal
Kesimpulan : Cardiomegali suspek ADHF
5. EKG (20/4/17)
Deskripsi:
Irama : Sinus
HR : 136x/menit
PR interval : 0,20 s
QRS kompleks : 0,08 s
QT interval : 0,24 s
Abnormallity : pvc di lead II, V2,V3
Kesimpulan : Sinus takikardi
3.5 Asessment
1. ADHF prec. Factor HT emergency dd infection
2. HT emergency
25
3. HF stg C fc IV dt HHD dd CAD
4. Dyspepsia syndrome
5. Respiratory Failure type 1
3.6 Planning
3.6.1 PDx
- Echocardiography
- Lipid profile
3.6.2 PTx
- Oksigen 8-12 lpm NRBM
- Total cairan 1500 cc/hari
- intake oral 1500cc/hari
- IVFD NaCl 0,9% 500cc/hari
- BC -500 cc s/d -1000 cc /hari
- Drip GTN 200mcg/menit
- inj. Furosemide 3x20mg IV
- inj. Lansoprazole 1x30mg IV
- PO : Captopril 3x 25mg
Amlodipin 1x10mg
Sprironolactone 1x 25mg
3.6.3 Pmo
- Vital sign (TD, HR, RR, Tax)
- Keluhan subjektif
- Saturasi oksigen
- BGA serial
- EKG / 24 jam
3.6.4 Ped
- Menjelaskan tentang penyakit yang diderita.
- Menjelaskan pasien dalam kondisi kritis.
- Menjelaskan rencana diagnosis, terapi dan monitor.
- Menjelaskan tentang perubahan gaya hidup, pola makan, dan olahraga.
26
PEMBAHASAN
27
mengalami hipertensi selama 5 tahun dan jarang kontrol makan akan terjadi
remodeling, perubahan struktur miokard dan gangguan fungsi jantung.
Nyeri dada pada pasien ini dapat disebakan karena adanya proses
nekrosis atau infark padaotot jantung. Pada pasien ini proses yang terjadi
diduga merupakan adanya proses infark, karena nyeri dada berlangsung 20
menit.
Edema kedua tungkai pada pasien ini terjadi karena adanya kongesti
vena sistemik sebagai akibat gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan
dapat terjadi akibat meningkatnya tekanan vaskular paru sehingga akhirnya
membebani ventrikel kanan. Selain itu disfungsi ventrikel kiri juga
berpengaruh langsung terhadap fungsi ventrikel kanan melalui fungsi
anatomis dan biokimiawinya. Kedua ventrikel mempunyai satu dinding yang
sama (septum interventrikularis) yang terletak dalam pericardium.
28
Perubahan-perubahan biokimia seperti berkurangnya cadangan norepinefrin
miokardium selama gagal jantung juga dapat merugikan kedua ventrikel.
DAFTAR PUSTAKA
29
www.heartfoundation.org.au/.../chronic_heart_failure_guidelines_2011.
pdf
6. Ismail D. Penyakit Jantung Hipertensi : Patogenesis dan Patofisiologi
Terkini. Makmun, LH, Alwi I, Mansjoer A. Dalam : Prosiding Simposium
Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskuler II. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2003
7. American Heart Association. Heart Disease and Stroke Facts, 2006
Update. Dallas, Texas: AHA, 2006.
8. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson
JL, et.al editor. Cardiology. In: Harrisons manual of medicine 17 th ed.
USA: McGraw Hill, 2009: 730-5.
9. Lily Ismudiati Rilantono,dkk.;Buku Ajar Kardiologi;Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,2004,hal 173-181
30