Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KELOMPOK BBDM 21

MODUL 7.1
Skenario 3
“BAYI SESAK”

Seno 22010116130173
Alisya Nuril Firdausi N 22010116130161
Mufidah Nadhifatul A 22010116140162
Aryasetya Bagas Jayanegara 22010116140163
Valencia Fabiana 22010116130172
Amelia Putri 22010116130203
Arjadyaksa Tegar Sepasthika MA 22010116140211
M Hasbi Hashfareza 22010116130212
Devi Saviera Firnanda 22010116140213
Chan Houvel Prima 22010116140211

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
ABSEN MAHASISWA

No Nama NIM TTD


Seno 22010116130173
Alisya Nuril Firdausi N 22010116130161
Mufidah Nadhifatul A 22010116140162
Aryasetya Bagas Jayanegara 22010116140163
Valencia Fabiana 22010116130172
Amelia Putri 22010116130203
Arjadyaksa Tegar Sepasthika MA 22010116140211
M Hasbi Hashfareza 22010116130212
Devi Saviera Firnanda 22010116140213
Chan Houvel Prima 22010116140211

Mengetahui,
Dosen Pembimbing BBDM

( )
BBDM MODUL 7.1
SKENARIO 3

BAYI SESAK

Seorang bayi baru lahir dari ibu G2P1A0 secara sectio caesaria (SC) atas indikasi bekas SC, usia
kehamilan 36 minggu, selama hamil ibu tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Saat lahir bayi
langsung menangis, BBL 2.900 gram, PBL 50 cm. Bayi dirawat gabung dengan ibu.

Usia 12 jam setelah lahir bayi tampak sesak napas, menangis merintih dan tampak kebiruan di
bibir. Tidak ada riwayat tersedak saat menetek ibu.

I. Terminologi
1. Usia kehamilan 36 minggu : Kehamilan preterm, dimana preterm berarti kurang
dari 37 minggu. Aterm bila usia kehamilan 37-42 minggu.
2. Bayi sesak : Kondisi dimana bayi kekurangan oksigen, ditandai dgn sianosis
sentral, retraksi dada, takipneu, suara merintih.
3. Sectio Caesarea : Tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dgn membuka
dinding perut ibu dan dinding uterus. Indikasi: bayi besar, panggul sempit.

II. Rumusan Masalah


1. Mengapa bayi sesak nafas pada usia 12 jam setelah lahir?
2. Apa hubungan antara usia kehamilan preterm terhadap kondisi bayi pada kasus?
3. Mengapa perlu ditanyakan riwayat tersedak?
4. Apa hubungan SC dengan kondisi bayi pada kasus?
5. Mengapa bekas SC menjadi indikasi atas dilakukan SC lagi?

III. Hipotesis
1. Bisa jadi terdapat gangguan pada paru maupun jantung. Untuk DD keluhan
tersebut, yaitu seperti HMD, dysplasia paru, dan PJB sianotik
2. Kehamilan premature/ preterm, sistem pernafasan belum bekerja dengan baik dan
belum matur sehingga terjadi restriksi jalan nafas, kadar oksigen tubuh kurang
adekuat, sehingga terjadi sianosis. Bayi premature memiliki kadar surfaktan paru
yang rendah, sehingga alveoli pada paru kolaps.
3. Bayi kemungkinan punya kelainan anatomis seperti tracheoesophageal fistule,
jadi perlu konfirmasi riwayat tersedak untuk menyingkirkan kemungkinan
tersebut.
4. -Urgensi ibu atau bayi yang memerlukan untuk lahir premature, seperti
hidramnion dan sebagainya, sehingga memerlukan SC agar lebih aman.
-Persalinan pervaginam punya tekanan intrakostal tapi SC tidak ada, resiko bayi
tidak nafas lebih tinggi pada SC karena kemungkinan organ belum matur.
5. Jika persalinan normal, ditakutkan jahitan bekas SC sebelumnya terbuka, resiko
rupture uteri

IV. Peta Konsep

Anamnesis
Pemeriksaan
Hamil 36
Lahir SC Sesak Fisik Tatalaksana
minggu
Pemeriksaan
Penunjang

V. Sasaran Belajar
1. Tanda dan gejala bayi sesak
2. Etiologi bayi sesak
3. Diagnosis banding bayi sesak
4. Pemeriksaan penunjang bayi sesak
5. Terapi bayi sesak

VI. Belajar Mandiri


1. Tanda dan Gejala Bayi Sesak
 Breathing rate. Meningkatnya jumlah Respiratory rate per menit
mengindikasikan bahwa anak mengalami kesulitan dalam bernapas atau
tidak mendapat oksigen yang cukup.

 Increased heart rate. Rendahnya level oksigen dapat menyebabkan heart


rate meningkat.

 Color changes. Warna kebiruan dapat ditemukan pada sekitar mulut, dalam
mukosa bibir, atau pada kuku jemari ketika anak tidak mendapatkan oksigen
yang cukup. Dapat pula ditemukan warna kulit pucat atau keabuan.

 Grunting. Suara merinting juga terdengar setiap kali anak menghembuskan


napas/ekspirasi.

 Nose flaring. Membukanya cuping hidung ketika bernapas


mengindikasikan bahwa anak perlu usaha yang lebih keras untuk bernapas.

 Retractions. Dinding dada tampak cekung di area bawah leher ataupun


intercostal setiap inspirasi, sebagai usaha tubuh dalam memasukkan lebih
banyak udara ke paru.

 Sweating. Menigkatnya kerigat, namun kulit tidak hangat ketika diraba.


Seringkali kulit teraba dingin dan basah. Hal ini terjadi ketika RR sangat
cepat.

 Wheezing. Suara yang terdengar setiap ekspirasi yang mengindikasikan


bahwa jalur napas menyempit, sehingga menyebabkan sulit bernapas.

 Stridor. Merupakan suara yang terdengar ketika inspirasi pada saluran


napas atas.
 Accessory muscle use. Bergeraknya otot-otot leher pada saat anak
bernapas.

 Changes in alertness. Turunnya level oksigen dapat menyebabkan anak


tampak lelah/fatigue.

 Body positions. Rendahnya oksigen dan kesulitan bernapas menyebabkan


anak bersandar kedepan saat duduk (tripod position) atau tampak adanya
head bobbing. Hal ini dilakukan untuk membantu dalam bernapas.

2. Etiologi Bayi Sesak


Penyebab Umum Gawat Napas :

 Transient tachypnea of the newborn (TTN)

 Penyakit Membran Hialin (HMD)

 Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)

 Pneumonia

 Penyakit jantung bawaan

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)

TTN adalah adalah gangguan respirasi yang muncul pada neonatus sesaat
setelah lahir. TTN merupakan kondisi yang dapat sembuh sendiri yang ditandai
dengan laju pernapasan meningkat (takipneu), tarikan dinding dada (retraksi)
ringan, hipoksia, dan merintih. Biasanya tanpa adanya tanda distres respiratori
berat. Hal ini disebabkan oleh retensi cairan pada paru neonatus akibat
mekanisme pembersihan cairan yang terganggu. TTN merupakan penyebab
umum terjadinya distres respirasi pada masa neonatus. Kondisi ini dapat sembuh
sendiri dalam 24-72 jam.

TTN disebabkan oleh terlambatnya reabsorpsi dan pembersihan cairan paru.


Peningkatan cairan pada paru menyebabkan peningkatan tahanan jalan napas
dan mengurangi kemampuan paru untuk mengembang.
Pada persalinan dengan operasi sesar sering terjadi TTN.
Pelepasan prostaglandin pasca persalinan akan menyebabkan pembuluh limfatik
melebar, yang mengangkut cairan paru ketika sirkulasi pulmonal meningkat saat
neonatus bernapas pertama kali. Pada persalinan sesar, proses ini tidak dilalui.
Immaturitas paru juga telah dianggap sebagai faktor
penyebab. Defisiensi surfaktan ringan juga telah dianggap sebagai faktor
kausatif

Faktor Risiko :

 Bedah sesar sebelum ada kontraksi

 Makrosomia

 Partus lama

 Sedasi ibu berlebihan

 Skor Apgar rendah (1 menit: < 7)

3. Diagnosis Banding Bayi Sesak

DIAGNOSIS GEJALA YANG DITEMUKAN

Pneumonia  Demam
 Batuk dengan napas cepat
 Crackles (ronki) pada auskultasi
 Kepala terangguk-angguk
 Pernapasan cuping hidung
 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
 Merintih (grunting)
 Sianosis

Bronkiolotis  Episode pertama wheezing pada anak umur < 2


tahun
 Hiperinflasi dinding dada
 Ekspirasi memanjang
 Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
 Kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator

Asma  Riwayat wheezing berulang

Gagal jantung  Peningkatan tekanan vena jugularis


 Denyut apeks bergeser ke kiri
 Irama derap
 Bising jantung
 Crackles /ronki di daerah basal paru
 Pembesaran hati

Penyakit jantung  Sulit makan atau menyusu


bawaan  Sianosis
 Bising jantung
 Pembesaran hati

Efusi/empiema  Bila masif terdapat tanda pendorongan organ


intra toraks
 Pekak pada perkusi

Tuberkulosis  Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa


(TB)  Uji tuberkulin positif (≥ 10 mm, pada keadaan
imunosupresi ≥ 5 mm)
 Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan
menurun
 Demam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang jelas
 Batuk kronis (≥ 3 minggu)
 Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila,
inguinal yang spesifik. Pembengkakan
tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang

Pertusis  Batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop,


muntah,sianosis atau apnu
 Bisa tanpa demam
 Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap
 Klinis baik di antara episode batuk

Benda asing  Riwayat tiba-tiba tersedak


 Stridor atau distres pernapasan tiba-tiba
 Wheeze atau suara pernapasan menurun yang
bersifat fokal

Pneumotoraks  Awitan tiba-tiba


 Hipersonor pada perkusi di satu sisi dada
 Pergeseran mediastinum
.

4. Pemeriksaan Penunjang Bayi Sesak


Untuk kepentingan diagnosis, beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan,
baik pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan pencitraan. Namun,
pemeriksaan tersebut diperlukan terutama pada kasus berat. Untuk kasus
croup secara umum, pemeriksaan penunjang yang lebih khusus tidak begitu
diperlukan karena diagnosis biasanya dapat ditegakkan hanya dngan anamnesis,
gejala klinis, dan pemeriksaan fisis.
Terdapat dua pemeriksaan pencitraan yang dilakukan pada kasus croup.
Kedua pemeriksaan penunjang tersebut adalah: Foto rontgen leher dan CT-
Scan leher. Pada pemeriksaan radiologis leher posisi postero- anterior, pada
kasus croup, dapat ditemukan udara steeple sign (seperti menara) yang
menunjukkan adanya penyempitan kolumna subglotis.
Untuk mempertegas diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, maka
pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan CT-Scan leher. Dengan
pemeriksasan penunjang ini, kita dapat lebih jelas mendeteksi penyebab
obstruksi pada pasien dengan keadaan klinis yang lebih berat.
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah laringoskop atau bronkhoskopi. Kedua
pemeriksaam ini biasanya tidak diperlukan pada kasus dengan gejala yang khas,
atau diagnosis dapat dibuat dengan mudah. Pemeriksaan laringoskop atau
bronkhoskopi dibuat bila kecurigaan croup mengenai bayi kurang dari 6 bulan.

5. Terapi Bayi Sesak


A. Penatalaksnaan secara umum
 pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi
 pantau selalu tanda vital
 jaga kepatenan jaln nafas
 berikan oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
 jika bayi mengalami apneu lakukan resusitasi sesuai dengan tahap yang
diperlukan, lakukan penilaian lanjut.
 bila terjadi kejang potong kejang
 segera periksa kadar gula darahi
 pemberian nutrisi adekuat
 stelah manajemen umum, segera lakukan manajemen lanjut sesuai
dengan kemungkinan penyebab, jenis dan derajat gangguan nafas
B. gangguan nafas ringan
 amati petnafasana bayi tiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
 bila dalam pengamatan gangguan pernafasan memburuk atautimbul
gejala sepsis lainnya
 beri ASI bila mampu mengisap
 kurangi pemberian oksigen bertahap bila ada perbaikan gangguan nafas,
hentika pemberian oksigen jika RR 30-60 X/menit
 amati bayi dalam 24 jam berikutnya, kika RR menetap 30-60 x/menit,
tidak ada sepsis dan masalah lain, bayi dapat dipulangkan
C. gangguan nafas sedang
 lanjutkan oksigen dengan kecepatan sedang
 bayi jangan diberi minum
 jika ada tanda beriku darah untuk kultur dan beri antibiotic
- suhu aksiler <35oC/>39oC
- air ketuban bercampur meconium
- riwayat infeksi intrauterine
 bila suhu aksila <35oC/>39oC tangani masalah suhu abnormal dan nilai
ulang setelah 2 jam
 bila tidak ada tanda sepsis, nilai kembali setelah 2 jam
 bila bayi mulai menunjukan perbaikan (RR menurun, tarikan dada/suara
merintih berkurang :
- kurangi oksigen bertahap
- pasang pipa lambung, beri ASI peras tiap 2 jam
- bila oksigen tidak diperlukan lagi, bayi mulai dilatih menyusu
 amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic dihentikan
D. gangguan nafas berat
 tentukan pemberian oksigen dan kecepatan sedang
 tangani sebagia kemungkinan besar sepsis
 bila bayi memburuk, naikan pemberian oksigen kecepatan aliran tinggi,
jika gangguan nafas semakin memberat dan sianosis sentral menetap
walau oksigen 100% segera rujuk
 jika gangguan nafas masih menetap selama 24 jam, pasang pipa
lambung
 nilai kondisi bayi 4x/hari
 bila bayi mulai menunjukan perbaikan
- kurangi oksigen
- mulai beri ASI melalui pipa lambung
- bila oksigen tidak diperlukan lagi, bayi mulai dilatih dengan
alternative cara pemebrian minum

pantau dan catat setiap 3 jam mengenai :

1. frekuensi nafas
2. adanya tarikan dinding dada atau suara merintih saat ekspirasi
3. episode apnea

gangguan nafas ringan : RR 60-90x/menit tanpa tarikan dinding dada/ merintih


saat ekspirasi

gangguan nafas sedang : RR >60 x/menit, biru disekitar mulut

gangguan nafas berat : RR 0 (apnea) - <40 x/menit, biru sentral, lidah biru.

Anda mungkin juga menyukai