Anda di halaman 1dari 3

SKENARIO 3 : BAYI SESAK

Seorang bayi baru lahir dari ibu G2P1A0 secara sectio caesaria (SC) atas indikasi bekas SC,
usia kehamilan 36 minggu, selama hamil ibu tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Saat
lahir bayi langsung menangis, BBL 2.800 gram, PBGL 49 cm. Bayi dirawat gabung dengan
ibu.

Usia 12 jam setelah lahir bayi tampak sesak napas, menangis merintih dan tampak kebiruan
di bibir. Tidak ada riwayat tersedak saat menetek ibu.

TERMINOLOGI

1. Sectio Caesarea : tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka


dinding perut ibu dan dinding uterus untuk indikasinya sendiri yaitu bayi besar, dan
panggul sempit. Indikasi dibagi menjadi 3 yaitu indikasi fetal, maternal, fetal dan
maternal. Dari segi urgensi dibagi menjadi 2 yaitu SC Cito dan Elektif.
2. Bayi Sesak : Kondisi dimana bayi kekurangan oksigen ditandai dengan sianosis
sentral, retraksi dada, takipneu, dan suara merintih.
3. Rawat Gabung : Salah satu cara perawatan yaitu ibu dan bayi ditempatkan dalam satu
ruangan bersama sama selama 24 jam penuh, kegiatan ini dilakukan oleh ibu untuk
bayinya dengan memberikan sentuhan kontak mata dan kontak suara sehingga
semakin terjalin kedekan antara ibu dengan bayi atau bonding attachment. Terdiri dari
Rooming in (bayi dan ibu dalam satu ruangan bayi diletakkan di dalam satu ruangan
tetapi bayi di tempat sendiri) Bed in (ibu dan bayi berada dalam satu bed yang sama).
4. Usia kehamilan 36 minggu : termasuk ke dalam kehamilan preterm yaitu usia kurang
dari 37 minggu disebut aterm bila usia 37 – 42 minggu. Termasuk kedalam pre term
akhir. Menghitung usia kehamilan dengan HPHT.

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa bayi sesak nafas pada usia 12 jam setelah lahir?


2. Mengapa riwayat tersedak perlu untuk ditanyakan?
3. Apakah terdapat hubungan antara persalinan secara SC dengan kondisi bayi saat ini?
4. Mengapa bekas SC menjadi indikasi atas dilakukan SC lagi?
5. Apa hubungan antara usia kehamilan preterm dengan kondisi bayi pada kasus?
6. Mengapa bayi tampak kebiruan?

HIPOTESIS

1. Bisa dikarenakan kelainan bawaan (kelainan pada paru dan jantung, kelumpuhan
saraf, hernia diafragmatika) dan kelainan yang di dapat (aspirasi mekonium, akibat
SC). Dalam proses kelahiran pervaginam, bayi akan melewati tulang panggul ibu,
keluar melewati leher rahim dan vagina (dimana jalan lahir lebih sempit dari ukuran
badan bayi) ( badan bayi ikut tertekan ( proses penekanan itu seolah-olah memeras
dan mengosongkan cairan yang merendam paru selama dalam kandungan/terjadi
proses pemerasan alami paru. Sedangkan, jika bayi dilahirkan lewat persalinan caesar,
tidak terjadi proses pemerasan alami paru. Hal ini membuat bayi harus berusaha lebih
keras untuk membantu paru-parunya mengembang dan cairan di dalamnya hilang atau
terserap ke jaringan lain agar mendapatkan cukup oksigen. Bila paru-paru ini masih
berisi air ketuban, akan menimbulkan Transient Respiratory Distress of The Newborn
(TRDN) atau Transient Tachypnea of the Newborn (TTN). Proses pematangan paru
terjadi mulai trimester kedua. Produksi surfaktan 24-26 minggu, surfaktan mulai aktif
32-34 minggu, pematangan paru sempurna 34-36 minggu. Sehingga apabila terjadi
persalinan preterm mungkin paru belum berkembang penuh dan belum dapat
berfungsi secara tepat sehingga dapat menimbulkan keadaan bayi sesak napas saat
lahir akibat usaha ekstra untuk bernapas. Faktor Risiko bayi yang dapat menyebabkan
sesak nafas, makrosimoia, partus lama, bedah sesar sebelum ada kontraksi, sedasi ibu
yang berlebihan, skor apgar yang rendah kurang dari 7. Bayinya rawat gabung dengan
ibu tapi apabila rawat gabung bayi tidak diberikan inkubator bisa menyebabkan
hipotermi yang mana hipotermi bisa menyebabkan defisiensi surfaktan.
2. Untuk melihat apakah terdapat kelainan anatomi misalnya pada atresia esofagus
dimana terdapat fistula trakeoesofagus, fistula ini mengakibatkan hubungan antara
trakea dengan saluran pencernaan, sehingga misalkan bayi memasukkan makanan
akan masuk ke saluran pernafasan bisa menyebabkan tersedak.
3. Transisi dari paru yang berisi cairan menjadi paru yang berisi udara merupakan
tantangan yang harus dilewati bayi baru lahir. Apabila bayi lahir secara pervaginam
bayi akan terkompresi eksternal sehingga dapat mengeluarkan cairan paru sehingga
dapat mengeluarkan cairan paru dari hidung dan mulut bayi. Ketika bayi dilahirkan
melalui SC tidak mengalami kompresi thorax, sehingga meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
4. Diasumsikan tidak memungkinan dilaukannya persalinan pervaginam setelah
dilakukan persalinan SC, terdapat resiko kemtian perinatal, hipoksia dll, resiko
tersebut lebih dapat dikendalikan apabila persalinan dilakukan secara SC.
5. Pada kehamilan preterm sistem pernapasan blm bekerja dengan baik sehingga bisa
menyebabkan Restriksi jalan nafas sehingga oksigen tubuh bayi kurang dan terjadi
sianosis, lalu pada kehamilan preterm juga srfaktan bayi masih rendah sehingga ada
gangguan pengembangan paru bahkan mungkin paru kolaps sehingga yerjadi
gangguan pernafasan pada bayi yg menyebabkan sesak nafas.
6. Bayi tampak kebiruan menandakan adany sianosis. Sianosis terjadi karena kurangnya
oksigen yang dibawa darah sehingga terjadi peningkatan jumlah unoxygenated
hemoglobin, yang menyebabkan terjadinya kebiruan. Untuk mengetahui etiologinya
dapat dilakukan pemeriksaan tes darah, saturasi oksigen, X Ray, EKG, Kateterissi
jantung dan ECHO.
PETA KONSEP

Bayi lahir dari ibu : KU Bayi lahir :


KU Bayi 12 jam Setelah Lahir :
- G2P1A0 - Langsung menangis
- Secara SC - Sesak napas
- BBL : 2800 gr - Menangis merintih
- Usia kehamilan 36 - PBL : 49 cm - Tampak kebiruan di bibir
minggu - Rawat gabung - Tidak ada Riwayat tersedak
- Tidak memiliki dengan ibu
riwayat penyakit

Etiologi

Pemeriksaan
Diagnosis Penunjang Diagnosis Banding
Sesak Nafas

Tatalaksana

SASARAN BELAJAR

1. Tanda dan Gejala Bayi Sesak Nafas


2. Etiologi dan Patofiologi Bayi Sesak Nafas
3. Diagnosis Banding Bayi Sesak Nafas
4. Pemeriksaan Penunjang Bayi Sesak Nafas
5. Tatalaksana Bayi Sesak Nafas

Anda mungkin juga menyukai