Anda di halaman 1dari 16

NOTULENSI TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK 6.

3 KELOMPOK B8

Jump 1
1. pemeriksaan TORCH negative (Narasnama)

TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. (Kiemas)

TORCH itu O juga jg singkatan. Tp O = sifilis, listerosis, variella, HIV, HPC, polio, dll. (Golda)

2. Resusitasi Neonatus (Putri)

Resusitasi neonatus adalah prosedur membuka jalan nafas dan memberikan bantuan
pernafasan bagi neonatus yang mengalami gagal nafas. (Narasnama)

3. Mekoneum (Aulia)
Mekoneum adl tinja pertama yg dikeluarkan oleh bayi stelah lahir. Warnanya hitam kehijauan,
kental dan lengket. biasanya terdiri dari bahan2 yg tdp pd saluran pencernaan janin selama di
dlm rahim spt sel epitel usus, cairan empedu, cairan amnion. mekoneum berbeda dg feses,
kalau mekonium tdk berbau & tdk mengandung bakteri. (Putri)

Normalnya, mekonium dikeluarkan oleh bayi setelah ia lahir. Namun, ada juga bayi yang
mengeluarkannya selagi masih di dalam kandungan. Bayi yang lahir dari cairan ketuban yang
mengandung mekonium memiliki risiko menderita distres pernapasan karena inhalasi
mekonium oleh BBL mengakibatkan perburukan pengembangan alveoli paru bayi maupun
menutup sebagian atau seluruh jalan napas neonates. (Syecha)

4. Ventilasi tekanan positif (Hillary)


Ventilasi tekanan positif: adalah bagian dari proses resusitasi bayi dimana memasukkan gas
bertekanan positif sehingga alveoli paru bayi terbuka. (Adnan)
Jump 2 dan 3
1. Apakah ada hubungan antara ketuban pecah 24 jam dengan bayi tidak bernafas dan tonus otot
kurang baik? (Aulia)

Pada kasus ini, ketuban pecah dalam kurun waktu normal yaitu 24 jam. Namun, apabila terjadi
ketuban pecah dini (ketuban yang pecah sebelum tanda2 persalinan) maupun ketuban pecah
lama (>24 jam) dapat meningkatkan risiko infeksi ibu dan janin. Bisa saja infeksi yang terjadi
pada janin berupa pneumonia sehingga akan termanifestasi berupa gangguan napas. (Felicia)

2. Apa saja yang dapat menyebabkan bayi lahir tidak bernapas dan tonus otot kurang baik?
(Syecha)

Jadi mengapa tonus otot pada bayi tsb kurang baik?


spt yg kita tau bahwa otot memperoleh energi melalui metabolisme dari zat-zat makanan.
Metabolisme yang biasa digunakan adalah metabolisme aerob. Karena bayi pada kasus
didapatkan tdk bernafas spontan atau hipoksia, shg kemungkinan otot tdk memperoleh suplai
energi yg adekuat yg mengakibatkan tonus otot mjd kurang baik. (Putri)

Penyebab umum asfiksia neonatorum (bayi tidak bernapas seusai lahir) itu hipoksia prenatal
(kondisi dimana supply oksigen ke jaringan itu menurun), kompresi korda umbilika saat
kelahiran, kelahiran preterm atau persalinan yang sulit dan anestesi yang diberikan kepada si
ibu.

Faktor risiko terjadinya asfiksia neonatorum:


- ibu dengan umur kurang dari 16 tahun atau lebih dari 40 tahun
- status sosioekonomi rendah
- penyakit ibu, seperti diabetes, anemia berat
- ibu dengan riwayat aborsi, kematian bayi sebelum atau saat persalinan, kematian bayi di awal
kehidupan, kelahiran preterm
- prenatal care yang buruk
- posisi dan presentasi janin yang abnormal
- merokok dan minum alkohol
- retardasi pertumbuhan janin yang parah
- persalinan preterm
Gejalanya meliputi sianosis (kulit bayi kebiruan atau keabuan), bradikardi (kurang dari 100 kali
per menit), hipotonia (tonus bayi lemas, tidak aktif), dan respon yang buruk terhadap stimulasi.
Yang mana kesemua ini dapat diinterpretasikan ke dalam APGAR Score, dan normalnya itu 7
atau di atas 7. (Melania)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis.


Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
1) Faktor Ibu
-Pre Eklamsi dan Eklamsi
- Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
-Partus lama atau partus macet
-Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
-Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2) Faktor Tali Pusat
-Lilitan Tali Pusat
-Tali Pusat Pendek
-Simpul Tali Pusat
-Prolapsus Tali Pusat
3) Faktor Bayi
-Bayi Prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
-Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep) c) Kelainan bawaan (kongenital)
-Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. (Syecha)

3. Bagaimana transisi fisiologis dari janin ke neonatus? (Felicia)


Sesungguhnya organ2 vital pada janin usia 39 minggu pada kasus sudah terbentuk sempurna.
Namun belum berfungsi secara sempurna, dan masih dibantu dengan kondisi fisiologis ibu utk
sirkulasi dan penyediaan sumber kebutuhan tubuh. Salah satu nya adalah paru2, paru2 selama
masa janin masih belum mengalami ventilasi terhadap udara, sehingga pada saat bayi baru lahir
itu pertama kalinya udara akan masuk ke dalam alveoli dan paru2 bayi mengalami ventilasi.
Namun apabila ada tahanan baik berupa cairan, obstruksi atau kelainan kongenital, proses
ventilasi ini dapat terhambat. (Hillary)

Neonatus mulai bernapas dan menangis segera setelah dilahirkan, hal ini menunjukan terjadinya
pernafasan aktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan udara yang pertama antara lain:
1. Rangsangan fisik, seperti memegang neonatus selama pelahiran
2. Berkurangnya oksigen dan terakumulasinya karbondioksida, yang memicu peningkatan
frekuensi dan besar gerakan pernapasan baik sebelum dan setelah kelahiran
3. Tekanan pada toraks, yang selama penurunan panggul dan persalinan per vaginam menekan
sejumlah cairan dari saluran pernapasan setara dengan seperempat kapasitas residu fungsional
utama
Pengisian udara pada udara neonatus bukanlah memompa suatu struktur yang kempis,
melainkan mengganti cairan bronkial dan alveolar dengan udara secara cepat. Setelah pelahiran,
sisa cairan alveolar dibersihkan melalui sirkulasi paru dan sebagian kecil melalui sistem limfatik
paru. (Aulia)

Pada periode janin dan neonatus juga teradi transisi sirkulasi meliputi hilangnya sirkulasi
plasenta dan berkurangnya resistensi pulmonal. Penjepitan tali pusat akan menghilangkan
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Rendahnya alitan darah balik vena
dari plasenta menurunkan tekanan di atrium kanan. Setelah bayi mulai bernapas, udara akan
menggantikan cairan yang ada di paru. Cairan yang ada di paru akan hilang melalui trakea :
proses menelan. Sisa cairan lainnya juga akan diserap oleh sistem limfatik dan vena pulmoner
Sebagian besar bayi normal membutuhkan sedikit tekanan untuk membuka paru secara spontan
setelah lahir.Karena mekanisme bernapas dan peningkatan tekanan oksigen arteri terjadi
peningkatan aliran darah ke paru. Kemudian juga mulai terjadi penutupan dari foramen ovale
juga duktus arteriorsus.
Apabila terjadi kegagalan dalam penggantian seluruh cairan alveolar dengan paru dapat
menyebabkan transient tachypnea of the newborn (TTN). (Felicia)

4. Apa saja indikasi pemberian resusitasi? + bagaimana algoritmanya (Kiemas & Felicia)
5. Apakah ada hubungan usia kehamilan Ibu dg kondisi bayi yang dilahirkan? (Putri)

Hub usia kehamilan dg bayi


Pada kasus dijumpai usia kehamklan 39 minggu lgs lahir ini dikategorikan masa gestasi aterm
(bayi cukup bulan u/ dilahirkan)
Preterm <37 mgg
Aterm 37-42 mgg
Posterm > 42mgg
Ada hubungan antara usia kehamklan dg berat bayi lahir
Krn smakin cukup usia gestasi makin sejahtera bayinya
Dikasus 3,2kg termasuk bb bahir normal
Teruss mengenai tidak ada mekonium itu karena bayi termasuk bayi aterm, sdgkn bayi dg
keluaran mekonium biasanya terjadi pada bayi posterm atau bayi dg kondisi hipoksia .
Bayi posterm karena semakin mature usia fisiologis colon semakin bagus shg dpt ditemukan
keluaran dri colon berupa mekonium, sdgkn hipoksia berhubungan dg jaras parasimpatis.
(Adnan)

6. Apa risiko dari ANC yang tidak teratur? (Narasnama)


7. Jelaskan mengenai APGAR skor dan interpretasinya dalam kasus? (Felicia)
jadi pada kasus, awalnya bayi memiliki skor APGAR 5 kemudian 7, lalu 10. Ketika awal bayi
mendapat skor APGAR 5 berarti bayi tergolong asfiksia dan termasuk dalam kegawatdaruratan
bayi.
Activity: 0
Respiration: 0
Lalu setelah dilakukan tatalaksana, bayi dievaluasi pada menit ke 5 dn didapatkan membaik
dengan skor APGAR 7 (Golda)

8. Bagaimana tataklaksana awal jika bayi tidak bernafas? (Golda)


9. Bagaimana hubungan catatan kesehatan ibu (tanda vital, TORCH, HbsAg, gula darah) terhadap
neonatus? (Melania)
10. Mengapa pada kasus di skenario, dilakukan rawat gabung? Apa indikasi nya? (Kiemas)
Rawat gabung merupakan sistem perawatan bayi yang disatukan dengan ibu, sehingga ibu dapat
melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa tinggal bersamaibunya dalam satu
kamar sepanjang siang maupun malam hari sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau
bayinya dapat dipindahkan ke bangsal neonatus atau ke ruang observasi pada saat-saat tertentu
seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan atau besuk.
Syarat Rawat Gabung

Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin dikamar bersalin dan dibangsal perawatan
pasca persalinan. Meskipun demikian penyuluhan tentang manfaat dan pentingnya rawat
gabung sudah dimulai sejak ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya di poliklinik asuhan
antenatal. Tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat gabung. Bayi dan ibu yang dapat
dirawat gabung harus memenuhi syarat/kriteria berikut :

a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.


b. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks
menghisap baik, tidak ada infeksi dan sebagainya.
c. Bayi yang dilahirkan denga sectio secaria dengan anestesi umum, rawat gabung dilakukan
segera setelah ibu dan bayinya sadar penuh (bayi tidak ngantuk) misalnya empat sampai enam
jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus.
d. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai APGAR minimal 7).
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
f. Berat lahir 2000 – 2500gram atau lebih.
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
h. Bayi dan ibu sehat. (Kiemas)

11. Apa saja kegawatdaruratan bayi baru lair? (Adnan)


12. Mengapa ibu harus dilakukan pemeriksaan TORCH, HBsAg dan gula darah? Apakah ada efeknya
terhadap ibu dan bayi? (Hillary)
13. Apa saja yg dinilai pasca resusitasi? (Golda)
Jump 4

Jump 5 (LO)
1. Menjelaskan perubahan fisiologi janin ke neonates.

2. Menyebutkan macam kegawatdaruratan neonates.

3. Menjelaskan algoritma tata laksana dan evaluasi resusitasi.

4. Menjelaskan apa saja faktor penyebab kehamilan berisiko tinggi pada ibu dan hubungannya terhadap
janin.

Jump 6 (Belajar Mandiri)


Jump 7
1. Perubahan Fisiologi janin ke neonates

Jadi utk perubahan atau transisi secara fisiologis dari janin atau fetus menjadi neonatus sangat
kompleks, dan melibatkan banyak sistem organ yang vital dan krusial... ada beberapa komponen
esensial pada transisi fisiologis tersebut

a. Pembersihan cairan di dalam paru pada neonatal

b. Sekresi surfaktan meningkat, dan neonatal pertama kali mengalami proses pernafasan dengan
ventilasi udara

c. Perubahan sirkulasi
d. Resistensi vaskular pada paru2 menurun, memungkinkan aliran darah pada Pulmonary artery
meningkat

e. Bantuan hormon2 pada tubuh seperti kortisol, katekolamin dan thyroid hormone pada masa
transisi tersebut. (Hillary)

Saya mau menambahkan terkait pembentukan sel darah merah. Jadi untuk pembentukan sel darah
merah dimulai dari indung telur dan lapisan mesothelium plasenta pada minggu ke-3 perkembangan
janin. Satu minggu kemudian, dimulai pembentukan sel darah merah di mesenkim janin dan endotel
janin. Saat mencapai 6 bulan, organ hati milik janin mulai membentuk sel darah scr mandiri, lalu
pada 3 bulan berikutnya diikuti oleh limpa dan limfonodi lainnya juga sumsum tulang. (Narasnama)

Fisiologi janin sangat berbeda dengan neonatus baik secara struktur maupun fungsional. Transisi
antara intrauterin dengan ekstrauterin berlangsung cepat dan kompleks. Salah satu contoh bila
terjadi gangguan pada transisi ini adalah asfiksia pada neonatus.

Dalam uterus, pertukaran gas dan asupan nutrisi bergantung pada plasenta dari sirkulasi maternal.
Darab ibu yang teroksigenasi akan bercampur denagn darah yang kurang teroksigenasi pada ruang
plasenta. Sehingga kandungan oksigen yang sampai pada janin lebih rendah dibandingkan yang ada
pada arteri ibu. Maka, sebenarnya janin hidup di lingkungan yang relatif hipoksemia. (Felicia)

Adaptasi endokrin pada neonatal. Jadi ada tiga hormon yang paling berperan. Yang pertama,
katekolamin. Jadi menjelang kelahiran term, terdapat lonjakan katekolamin. Nah lonjakan ini
memicu peningkatan tekanan darah, metabolisme glukosa dan lemak, inisiasi termogenesis. Nah,
selanjutnya kortisol, kalau katekolamin yang memulai, kortisol ini berperan sebagai pengaturnya.
Kortisol mulai naik di pekan akhir kehamilan. Berfungsi dalam maturasi paru dan surfaktan,
clearance cairan paru, meningkatkan densitas reseptor beta, maturasi saluran cerna, maturasi axis
tiroid, mengatur release katekolamin, mengontrol metabolisme. Yang ketiga, hormon tiroid. Untuk
fungsinya, lebih pada fungsi suportif dan preparatif. Dan kalau ada inhibisi, efeknya baru timbul jika
berlangsung kronis. (Melania)

Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, semakin tua usia kehamilan maka jumlah
limfosit semakin bertambah dalam perifer dan terdapat pula limfe. Juga pada sel-sel limfoid
membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan dari IgA dan IgM.
Gamma G dibentuk setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu
melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis,
penambahan folikel limfoid dan sintesis IgM. Sementara IgA dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan
banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus, respiratorus,
kelenjar ludah, pankreas dan traktus urogenital.

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan
alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh untuk
mencegah terjadinya infeksi. (Putri)

Sistem kardiovaskuler

Peningkatan oksigen dan penurunan kadar prostaglandin memicu


penutupan paten ductus arteriosus (PDA). Penutupan lengkap biasanya terjadi

dalam 2 hingga 3 minggu penutupan PDA membuat lebih banyak darah untuk

bersirkulasi ke paru-paru. (Adnan)

Transisi ini tergantung pada beberapa faktor, seperti kesehatan ibu dan kondisi medis kronis,status
plasenta,durasi kehamilan,dan adanya anomali janin. Transisi yang berhasil dari sirkulasi janin ke
sirkulasi pasca kelahiran yaitu peningkatan aliran darah paru,pengangkatan plasenta danpenutupan
intrakardiak (foramen ovale) dan pirau ekstrakardiak (ductus venosus dan ductus arteriosus). (Aulia)

nah temen2 mungkin biar lebih jelas aku tadi dapet ini di jurnal, dimana dari perubahan sirkulasi
pada fetus dan neonatal ada bbrp perubahan . (Hillary)
sumbernya : Vonderen JJv, et al. (2014) Measuring Physiological chnages during the transiiton to life
after birth

vena umbilikalis memiliki saturasi oksigen 70-80% yang merupakan saturasi oksigen tertinggi dalam
sirkulasi janin. Vena umbilicalis akan memasuki janin kemudian terbai menjadi sirkulasi hepatis dan
ductus venosus. Darah dari ductus venosus akan bergabung dengan darah inferior vena cava. Semua
darah tersebut akan bermuara di atrium kanan dan dipompa kan ke ventrikel kanan. Darah dari
ventrikel kanan sebagian kecil menuju paru dan sebagian kecil lagi menuju aorta asenden melalui
ductus arteriosus. Kemudian darah mengalir ke aorta desenden dan pergusi ke organ serta anggota
gerak sebelum kembali ke plasenta. (Felicia)

Jadi pada saat intrauterus, terdapat foramen ovale yg menghubungkan atrium kanan dan kiri.
namun ketika persalinan terjadi, foramen ovale akan menutup. Agar tidak terjadi campuran darah.
Namun kalau ga menutup bs menjadi patent foramen ovale. Nah kenapa bisa menutup? karena
tekanan atrium kanan menurun saat tali pusat di clamp. sehingga terjadi penurunan volume dan
tekanan RA. Sementara pernapasan akan meningkatkan tekanan atrium kiri/LA. Ketika LA pnya
tekanan lebih besar dr RA, foramen ovale pun menutup. (Golda)

Pada saat pertama kali neonatus bernapas, resistensi vaskular paru akan menurun secara drastis.
Seluruh cairan akan mulai digantikan dengan udara. Sehingga terjadi peningkatan oksigen dan
ventilasi. Saat dilakukan penjepitan tali pusat, resistensi vaskular sistemik neonatus akan meningkat.
Darah yang melalui ductus venosus akan berkurang dan menyebabkan penutupan pasif 3-7 hari
kemudian. Sementara penutupan foramen ovale disebabkan karena adanya perbedaan terkanan
antara atrium kiri dan atrium kanan. Untuk penutupan ductus arteriosus adanya andil dari hormon
cortisol juga yang mengatur. (Felicia)

Perubahan Sistem Termoregulasi:

Suhu bayi yang baru lahir akan turun beberapa derajat karena lingkungan luar lebih dingin daripada
suhu intrauterine. Lemak subkutan yang terbatas dan luasnya permukaan tubuh dibandingkan
dengan berat badan menyebabkan neonates mudah menghantarkan panas ke lingkungan baik
dengan radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.

Pada Sistem Metabolisme:

Besarnya luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan menyebabkan metabolism
basal per kg lebih besar dari orang dewasa. (Syecha)

Jadi produksi panas pada neonatus itu berawal dari naiknya kortisol dan konversi T4 jadi T3 di usia
akhir kehamilan. Nah berdua itu meningkatkan sintesis UCP1 (uncouplinh protein 1) hingga gestasi
akhir. Nah setelah lahir, kan ada lonjakan katekolamin, nah si norepinefrin inilah yang mengaktivasi
UCP1, yang akan memicu metabolisme oksidatif ATP, yang akan menghasilkan panas. Selain itu,
panas juga dihasilkan dari gerak otot skelet si neonatus. (Melania)
2. Kegawatdaruratan Neonatus

a. Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa
saat setelah lahir. Penyebab asfiksia bisa dari berbagai faktor seperti faktor ibu (pre eklamsia, eklamsia,
pendarahan abnormal, partus lama, demam selama persalinan, infeksi berat, postterm), faktor tali pusat
(lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat, prolapsus tali pusat), faktor bayi (prematur,
persalinan dengan tindakan, kelainan bawaan, air ketuban bercampur mekoneum).

Saat kekurangan oksigen, baik sebelum maupun sesudah pelahiran, bayi tersebut menunjukkan urutan
yang jelas gejala-gejala yang menyebabkan apnea.Kekurangan oksigen pada awalnya menyebabkan
periode sementara pernapasan cepat.Jika kekurangan tersebut terus berlanjut, pernapasan berhenti
dan bayi memasuki tahap apnea primer.Tahap ini disertai oleh penurunan denyut jantung dan hilangnya
tonus neuromuscular. Stimulasi sederhana dan pajanan terhadap oksigen biasanya akan memulihkan
apnea primer. Namun jika kekurangan oksigen dan asfiksia berlanjut, bayi baru lahir tersebut akan
mengalami pernapasan megap-megap yang dalam diikuti oleh apnea sekunder. Tahap terakhir ini
berkaitan dengan penurunan denyut jantung lebih lanjut, penurunan tekanan darah dan hilangnya tonus
neuromuscular.Neonatus yang mengalami apnea sekunder tidak merespon rangsangan dan tidak
mampu secara spontan melanjutkan usaha bernapas.Jika tidak dibantu dengan alat ventilasi maka dapat
menyebabkan kematian. (Aulia)

klasifikasi asfiksia berdasarkn APGAR:

1)Asfiksia Ringan

Kondisi bayi terlihat baik dan normal dengan APGAR score antara 7-10 sehingga bayi tidak memerlukan
tindakan atau penanganan khusus setelah dilahirkan.

2) Asfiksia Sedang

Kondisi bayi mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan teratur dengan score 4-6 dan dilihat
juga berdaarkan pemeriksaan fisik antara lain:

a) Frekuensi denyut nadi lebih dari 100x/menit


b) Tonus otot lemah
c) Sianosis
3)Asfiksia Berat
Memiliki score APGAR 0-3 dengan hasil pemeriksaan fisik :
a) Frekuensi nadi kurang dari 100x/menit
b) Tonus otot lemah
c) Sianosis berat
d) Reflek iritabilitas tidak ada. (Kiemas)
Tanda klinis asfiksia neonatorum:
1. Bayi tidak bernapas spontan
2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
3. Kulit sianosis dan pucat
4. Tonus otot menurun
5. Tidak ada respon terhadap refleks rangsangan
Selain asfiksia, ada jg kegawatdaruratan Neonatal dengan BBLR
BBLR merupakan bayi baru lahir (BBL) dengan berat badan lahir < 2500 gram.punya resiko tinggi utk
kegawatdaruratan neonatal disebakan krn belum sempurnanya organ2 tubuh pd bayi tsb. (Putri)

b. Hipotermia
Hipotermia: kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Akibat
hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis
sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat
hipoglikemia. Etiologi dan faktor predisposisi dari hipotermia antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis,
kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah
kelahiran dan paparan suhu lingkungan yang dingin. Nah gejalanya dr sedang ke berat: akral dingin-->
bunyi jantung sedang --> sklerema (Golda)

c. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan karena
basil klostridium tetani. Spora Clostridium Tetani masuk ke dalam tali pusat yang belum menutup atau
telinga.Tanda klinis antara lain: bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti mulut
ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai sianosis, kaku
kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut
tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus. Penatalaksanaan yang dapat diberikan:

- Letakkan di ruang isolasi yang tenang dan sedikit cahaya untuk mengurangi rangsangan kejang.
- Injeksi anti kejang
-Jaga jalan napas tetap bebas dan pasang spatel lidah sehingga lidah tidak tergigit.
- Beri antitetanus dan antibiotic
-Perawatan adekuat: kebutuhan makanan, cairan, dan elektrolit.
- Longgarkan atau buka pakaian bayi
- Berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang (Syecha)
d. Ikterus
Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan sebagian besar
(80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah) sebagian lagi karena ketidak
cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang
berlebihan atau ada gangguan pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin
mengakibatkan gangguan saraf pusat). Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul, kapan
menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan menghilang sebelum 14
hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI. (Adnan)

1. Neonatal sepsis -dibagi dalam 2 onset yaitu early (7 hari pertama swtelah kelahiran) dan late (8-28
hari kwlahiran), disebabkan oleh infeksi, paling banyak yang early itu disebabkan infeksi beta-
streptokokus dan e coli
2. Neonatal Herpes
Ada 3 tanda emergency di sini yaitu disseminated, gangguan pada CNS, dan skin, eye and mouth
disease
3. Cardiac emergencies
Dibagi ke dalam 3 yang aku nemu, cyanotic, acyanotic heatt disease dan disritmia.. ini bisa di
evaluasi di APGAR score
4. Neurological emergencies
Biasanya ada kejang, dikarenakan hypoxic-ischemic encepalopathy
5. Endocrine emergencies
Ada hyperbilinrubinemia, jadi ada kelainan sel darah merah pada bayi atau obstruksi pada saluran
pencernaan.
6. Gastrointestinal emergencies
Bisa ada volvulus (malrotasi usus, harus segera di operasi) dan necrotizing enterocolitis - ada bloody
stools dan distended abdomen (Hillary)

3. Algoritma tatalaksana dan evaluasi reesusitasi

Jadi evaluasi resusitasi itu dilakukan dengan cara


- Menilai pernapasan bayi dengan melihat pengembangan dada dan warna kulit. Dengarkan
suara napas di seluruh lapang paru dengan stetoskop
- Menilai suhu dan saturasi oksigen
- Mengukur gula darah
- Melihat jalan nafas

(Narasnama)
Bayi menangis atau bernapas dan tonus otot baik dilanjutkan perawatan rutin. Perawatan rutin
memastikan bayi tetap hangat, mengeringkan bayi, memposisikan bayi kontak kulit dengan ibu,
menyelimuti bayi dengan kain kering, dan tetap memantau pernapasan, aktivitas bayi dan warna kulit
bayi.
Jika bayi tidak menangis atau bernapas dan tonus otot buruk maka dilakukan stabilisasi berupa
memastikan bayi tetap hangat, mengatur posisi dan membersihkan jalan napas, mengeringkan dan
stimulasi taktil, memposisikan kembali pada posisi kepala setengah ekstensi, dan menilai kembali upaya
napas, laju denyut jantung dan tonus otot bayi.
Apabila setelah stabilisasi terdapat perbaikan klinis bayi bernapas adekuat, denyut jantung bayi lebih
dari 100 kali per menit maka dilanjutkan perawatan rutin. Apabila tidak ada perbaikan klinis (tidak
bernapas/napas megap-megap dan LDJ < 100 kali per menit) berikan VTP selama 15 detik sambil
perhatikan pengembangan dada adekuat/tidak, pantau saturasi oksigen. Bila dada tidak naik evaluasi
ventilasi SRIBTA (Sungkup, Reposisi, Isap lender, Buka mulut, Tekanan dinaikkan, Alternatif jalan napas)
sampai dada mengembang. Bila dada mengembang adekuat tapi LDJ < 60 kali per menit, evaluasi
ventilasi, pertimbangkan intubasi, dan lakukan VTP serta kompresi dada (3 kompresi : 1 ventilasi),
observasi usaha napas tiap 60 detik. Kompresi dilakukan setelah bayi di intubasi. Apabila LDJ tetap < 60
kali per menit pertimbangkan pemberian obat dan cairan intravena melalui kateter vena umbilical.
Apabila setelah langkah awal bayi bernapas spontan namun didapatkan distres napas berikan CPAP
dengan tekanna puncak akhir ekspirasi (TPAE) 7-8 cmH2O. apabila gagal pertimbangkan intubasi.
Apabila setelah langkah awal bayi bernapas spontan namun didapatkan sianosis sentral tanpa distres
napas pertimbangkan suplementasi oksigen dan pantau saturasi oksigen. (Aulia)

4. Faktor penyebab kehamilan berisiko tinggi pada ibu dan hubungannya terhadap janin.

Ada beberapa kegawatdaruratan maternal yang akan berdampak pada janin. Kegawatdaruratan
maternal secara umum terbagi menjadi dua yaitu saat kehamilan muda dan kehamilan tua.
Kegawatdaruratan kehamilan muda bisa disebabkan karena abortus, KET, dan mola hidatidosa.
Sementara, pada kehamilan tua akan sangat erat hubungannya dengan kesejahteraan janin. Contoh
kegawatdaruratan maternal usia kehamilan tua seperti perdarahan antepartum (solusio
plasenta/plasenta previa), pre-eklamsia/eklamsia, kehamilan ganda, kelainan dalam lamanya kehamilan
(preterm/ postterm) serta kelainan air ketuban. (Felicia)
Beberapa faktor dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada neonatus. Faktor tersebut antara lain,
faktor kehamilan yaitu kehamilan kurang bulan, kehamilan dengan penyakit DM, kehamilan dengan
gawat janin, kehamilan dengan penyakit kronis ibu, kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
dan infertilitas. Faktor lain adalah faktor pada saat persalinan yaitu persalinan dengan infeksi
intrapartum dan persalinan dengan penggunaan obat sedative. Sedangkan faktor bayi yang
menyebabkan kegawatdaruratan neonatus adalah Skor apgar yang rendah, BBLR, bayi kurang bulan,
berat lahir lebih dari 4000 gr, cacat bawaan, dan frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari
60/menit. (Golda)
Jadi dari apa yang saya baca, faktor yang menyebabkan kehamilan jadi berisiko tinggi itu ada
1. Riwayat Kesehatan Ibu
- Tekanan darah tinggi
- Polycystic Ovary Syndrome
- Diabetes
- Penyakit Ginjal
- Penyakit Autoimun
- Penyakit Tiroid
- Obesitas
- HIV/AIDS
- Infeksi Zika
2. Usia
- Kehamilan di usia muda
- Kehamilan pertama di usia lebih dari 35 tahun
3. Faktor Gaya Hidup
- Konsumsi Alkohol
- Merokok
- Obat-obatan
4. Kondisi Kehamilan
- Hamil kembar
- Diabetes Gestasional
- Preeclamsia Eclamsia
- Riwayat Melahirkan Preterm
- Defek genetik pada bayi (Melania)

Selain yang disebutkan oleh teman2 tadi, ada kegawatdaruratan yg paling umum tjd yakni Usia Ibu saat
melahirkan. Ibu yang melahirkan pada usia <17 tahun atau >35 tahun memiliki risiko komplikasi
kehamilan yang lebih besar. Diantara risiko yang mungkin terjadi ialah keguguran, cacat atau kelainan
kongentinal dan down syndrome. (Putri)
Baik dokter, kalau diliat dari skenarionya, utk faktor resiko yang relate mungkin pemeriksaan masa ANC,
serta ketuban pecah dalam waktu yang lama. (Hillary)
Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu: kemiskinan, ketidaktahuan,
pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi, kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah,
kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan saranan
kesehatan yang serba kekurangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan, pendapatan ibu dan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan kejadian Kekurangan
Energi Kronis (KEK).Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang tanda
bahaya kehamilan. (Syecha)
Di skenario itu, ibunya kan G3P1A0. Nah berarti pernah hamil sebelum ini dan bayi yang lahir tidak
memungkinkan untuk hidup. Riwayat ini pasti mempengaruhi kehamilan selanjutnya, tergantung
background ibunya lebih luas. (Melania)
zin menjawab yang ini dokter, yang penting ada bbrp data dok
Seperti usia ibu, riwayat kehamilan, usia kehamilan, ukuran passanger (bayi), riwayat infeksi (diperiksa
melalui TORCH dan HbsAg), pemeriksaan diabetes juga. (Hillary)
Mohon izin berpendapat dok, mungkin bila dikaitkan dengan skenario. Ibu memiliki faktor resiko perihal
kondisi ketuban. Pada kasus ini masih dalam batas normal yaitu ketuban pecah dalam 24 jam. Namun,
bisa saja KPD atau KPL yang dapat mengganggu viabilitas janin. Selain itu juga, kondisi ibu yang tidak
demam menunjukkan tidak adanya infeksi. vital ibu yang normal bisa menunjukkan tidak ada tanda2
pre-eklamsi/eklamsi. (Felicia)

Anda mungkin juga menyukai