Anda di halaman 1dari 2

Apa itu Asfiksia Neonatorum?

Asfiksia Neonatorum yang disebut juga dengan Perinatal Asphyxia atau Birth Asphyxia
adalah suatu kondisi terjadinya gangguan aliran darah atau pertukaran oksigen dalam tubuh
bayi.

Kondisi ini dapat terjadi pada periode sebelum, selama, atau setelah proses persalinan dan
menyebabkan gagal nafas secara spontan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
respirasi, sistem kardiovaskuler, bahkan apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan
kerusakan sel otak. Dikarenakan otak, jantung, dan paru – paru merupakan organ yang sel –
sel nya dapat mati dalam hitungan menit apabila tidak mendapatkan asupan oksigen. Asfiksia
Neonatorum masih menjadi penyebab kematian terbanyak pada bayi baru lahir. Penyebab
Asfiksia Neonatorum Secara garis besar, berikut ini faktor risiko yang dapat menyebabkan
Asfiksia Neonatorum terdiri dari: Faktor Maternal Pada beberapa kondisi Ibu seperti penderita
Diabetes melitus, hipertensi, preeclampsia, hipotensi, anemia, dan penderita infeksi hal ini
dapat mencetuskan terjadinya asfiksia pada bayi. Faktor Plasental Kondisi plasenta dapat
memengaruhi tingkat insidensi terjadinya asfiksia, seperti abrupsio plasenta perdarahan
fetomaternal, prolaps tali pusat, dan terjadinya infeksi serta inflamasi. Faktor Fetal Faktor pada
bayi juga berpengaruh dalam terjadinya asfiksia neonatorum. Di antaranya adalah anomali atau
kelainan pada jalan napas bayi, penyakit neurologis, infeksi, efek dari obat, dan penyakit
kardiopulmoner pada bayi. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, asfiksia
neonatorum dapat disebabkan oleh keadaan berikut pada bayi: Penyakit Membran Hialin
Penyakit Membran Hialin adalah penyakit yang menyebabkan asfiksia neonatorum pada bayi
baru lahir dikarenakan paru-paru bayi yang belum berkembang dengan sempurna dalam
kandungan, sehingga belum mampu menerima oksigen dengan baik. Normalnya, paru-paru
akan sempurna pada usia kehamilan 34-35 minggu. Oleh karena itu, penyakit ini biasa terjadi
pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34-35 minggu. Transient Tachypnea of Newborn
(TTTN) Transient Tachypnea of Newborn atau disingkat menjadi TTTN ditandai oleh nafas bayi
baru lahir yang cepat akibat cairan ketuban yang mengisi paru bayi. Pada kondisi normal, paru
bayi akan terendam cairan ketuban pada saat dalam kandungan. Saat persalinan normal, paru-
paru bayi akan “terperas” melalui jalan lahir yang sempit, sehingga paru bayi dapat
mengembang sempurna setelah keluar dari jalan lahir. Kondisi ini menyebabkan kondisi TTTN
ini lebih sering terjadi pada bayi yang dilahirkan secara caesar karena tidak adanya akses
kepada paru untuk melewati jalan lahir yang sempit dan “diperas” nya cairan ketuban yang
mengisi paru bayi. Pneumonia Pneumonia adalah infeksi paru yang dapat menyerang siapa
saja termasuk bayi baru lahir. Pada pneumonia terjadi infeksi yang disebabkan oleh
bakteri/virus/jamur yang dapat mempengaruhi sistem pernafasan bayi sehingga paru bayi tidak
dapat melakukan pertukaran oksigen dengan sempurna. Sindrom Aspirasi Mekonium Keadaan
ini terjadi akibat feses bayi baru lahir (mekonium) yang terhirup ke saluran pernapasan bayi
(termasuk paru – paru) sehingga menyebabkan bayi sulit bernafas dengan baik. Normalnya,
mekonium dikeluarkan bayi dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Gejala Asfiksia
Neonatorum Berikut merupakan gejala yang perlu diperlihatkan pada bayi yang menderita
asfiksia neonatorum: Kulit dan bibir bayi tampak kebiruan atau pucat (sianosis) Denyut jantung
yang sangat cepat atau sangat lambat Bayi tampak lunglai Bayi terdengar merintih Otot-otot
dada bayi terlihat bergerak untuk membantu pernapasan bayi Cuping hidung bayi terlihat
bergerak untuk membantu bernapas Anggota gerak bayi tampak kaku dan lemas Bayi tidak
merespon terhadap stimulasi Kejang apabila asfiksia sudah parah Diagnosis Asfiksia
Neonatorum Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) dan American College of
Obstetrics and Gynaecologists (ACOG) kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
Asfiksia Neonatorum adalah: Skor APGAR Rendah (0 – 3) selama <5 menit Pada bayi baru
lahir, biasanya bidan atau dokter spesialis akan menilai APGAR score. APGAR score terdiri dari
5 komponen, yaitu Appearance (tampakan bayi biru atau tidak), Pulse (menilai denyut nadi
bayi), Grimace (menilai respon bayi ketika diberi rangsangan), Activity (menilai kontraksi dari
otot bayi), dan Respiration (menilai bunyi napas bayi, penggunaan otot napas, dan jumlah
napas bayi). Setiap komponen tersebut memiliki skor 0,1, atau 2. Ketika dijumlahkan nilai dari
tiap komponen tersebut dan jumlah skor total di bawah 7, maka kita patut curiga bahwa bayi
mengalami asfiksia neonatorum dan perlu ditangani lebih lanjut. pH Darah <7.00 Kriteria ini
agak sulit untuk ditetapkan karena harus mengecek pH (tingkat keasaman) darah yang
sampelnya diambil dari a. umbilicalis (pembuluh darah pada tali pusat bayi) dan memakan
biaya agak mahal. Gangguan Neurologis Beberapa gangguan neurologis yang dapat terjadi
adalah bayi kejang, penurunan kesadaran, dan tidak merespons ke rangsangan. Gangguan
Multiorgan Kekurangan oksigen berkepanjangan pada bayi asfiksi dapat menyebabkan
gangguan pada otak, paru-paru, ginjal, sistem pencernaan, dan sistem keseimbangan elektrolit.
Cara Mengatasi Asfiksia Neonatorum Apabila ditemukan tanda-tanda di atas pada bayi, makan
kita dapat segera mencurigai bahwa bayi menderita asfiksia neonatorum. Selanjutnya, dapat
melakukan hal-hal berikut: Jaga saturasi oksigen pada bayi >85% Jika sudah baik, maka tidak
perlu tambahan nafas dan tambahan oksigen Dilakukan resusitasi neonatus pada bayi oleh
bidan atau dokter spesialis terkait. Jika ada kesulitan bernafas makan dapat diberikan bantuan
nafas berupa CPAP (Continous Positive Airway Pressure) atau ventilator. Apabila penyebab
asfiksia neonatorum sudah teridentifikasi, biasanya akan diberikan terapi spesifik sesuai
penyebabnya. Beberapa di antaranya seperti: Memberikan zat surfaktan pada bayi penderita
penyakit membran hialin Menyedot feses pada bayi penderita sindrom aspirasi mekonium
dengan suction Memberikan antibiotik kepada bayi baru lahir yang menderita pneumonia
Kemudian untuk asfiksia karena Transient Tachypnea of Newborn (TTTN) diberikan tambahan
oksigen untuk mendukung pernafasannya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam
kurun waktu beberapa hari. Pencegahan Asfiksia Neonatorum Secara garis besar pencegahan
asfiksia neonatorum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Pencegahan Primer Pencegahan ini dapat
dilakukan oleh ibu hamil untuk meningkatkan status nutrisi ibu dan janin, melakukan skrining
prenatal terutama pada kehamilan resiko tinggi, dan memilih dokter atau bidan yang kompeten
untuk membantu persalinan. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder yaitu resusitasi
yang efektif terhadap bayi baru lahir sehingga mencegah terjadinya asfiksia neonatorum.
Pencegahan Tersier Pencegahan ini berhubungan dengan manajemen dan terapi yang
dilakukan oleh tenaga medis untuk mencegah komplikasi berkelanjutan pada bayi post asfiksia
neonatorum.

Anda mungkin juga menyukai