Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Asfiksia Pada Bayi Bari Lahir Dan
Penanganannya” ini bisa diselesaikan. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah
untuk menambah pengetahuan tentang asfiksia pada bayi baru lahir dan
penanganannya agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada
neonatus,. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang
tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah
terlibat dalam proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini,
namun penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia
di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian
neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama
kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk
menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat
penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru
lahir.
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada asfiksia pada
bayi baru lahir.
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir.
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera
setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul. (Wiknjosastro, 1999).
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam
rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
1. Preeklampsia dan eklampsia
2. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3. Partus lama atau partus macet
4. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat pendek
3. Simpul tali pusat
4. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
3. Kelainan bawaan (kongenital)
4. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus
dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.
Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong)
tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap
melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
2.3. Tanda Gejala Serta Diagnosa Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
1. 1. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
A. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
B. Warna kulit kebiruan
C. Kejang
D. Penurunan kesadaran
1. 2. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin.
Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya
tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu
menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa
bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan
kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2.5. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
1. A. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :
1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi wewenang
untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal.
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.
4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.
5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.
I. TAHAP I LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal
dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur. Langkah tersebut
meliputi :
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara
kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa
bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkahnya :
1. Pasang sunkup
A. Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.
2. Ventilasi 2 kali
A. Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat penting untuk
membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi
terbuka.
3.1.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru
lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
3.1.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
o Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan.
(2007). Jakarta
o Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
o Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru lahir.