PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 46 jiwa per 1000 kelahiran hidup.
Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 2007 yaitu 248 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi(AKB) yaitu 27 per
1000 kelahiran hidup.(Standar WHO).
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal.
Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma
lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR,2008;
h.145)
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
mengestimasikan AKB di Indonesia dalam periode 5 tahun terakhir, yaitu tahun
2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang
mempengaruhi angka kematian tersebut, yaitu salah satunya asfiksia sebesar
37% yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir (Depkes.RI,
2008). Sementara target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015
adalah 32 / 1. 000 KH.
AKB Kepulauan Riau berdasarkan pencatatan di pelayanan kesehatan
menunjukkan angka yang rendah. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
pencapaian target AKB cenderung pada angka yang sangat baik. Kematian bayi
dibagi atas dua kategori yaitu kematian neonatal yaitu kematian bayi yang
berusia 0 - 28 hari dan kematian post neonatal yaitu kematian bayi 29 hari – 11
bulan. Penyebab kematian bayi neonatus tertinggi adalah kasus Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) dan kasus Asfiksia. Sedangkan kematian bayi post
neonatus adalah diare dan pneumonia. (Profil Kesehatan Kepri 2015)
1
Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia. Hal ini
ditemukan baik dilapangan maupun dirumah sakit rujukan di indonesia. Di Desa
Teluk Sasah, AKB berdasar data yang didapat terdapat 3 bayi. Diantaranya 2
bayi berumur 4 hari jenis kelamin laki-laki gamely dengan prematur+sepsis dan
1 bayi berumur 2 hari jenis kelamin laki-laki dengan asfiksia+kelainan bawaan.
Asfiksia neonatorum spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga
bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam
arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan
tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi suatu keadaan bayi baru
lahir yang mengalami gagal bernapas secara kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan (Dewi.2010; hal.102).
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir
rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50%
kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup bahkan kematian. Dua hal yang banyak menentukan penurunan kematian
perinatal ialah tingkat kesehatan serta gizi wanita dan mutu pelayanan
kebidanan yang tinggi di seluruh negeri. (Sarwono, 2011;h.59)
Berdasarkan kasus diatas penulis tertarik untuk membuat laporan kasus
yang berjudul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.Y dengan
Asfiksia Sedang di Polindes Teluk Sasah 2018.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.Y
dengan Asfiksia Sedang di Polindes Teluk Sasah 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif asuhan
kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.Y dengan asfiksia sedang di
Polindes Teluk Sasah 2018.
2
b. Untuk melakukan analisis masalah asuhan kebidanan asuhan kebidanan
bayi baru lahir pada bayi Ny.Y dengan asfiksia sedang di Polindes Teluk
Sasah 2018.
c. Untuk melakukan penegakan diagnosa masalah potensial asuhan
kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.Y dengan asfiksia sedang di
Polindes Teluk Sasah 2018.
d. Untuk melakukan tindakan segera asuhan kebidanan bayi baru lahir
pada bayi Ny.Y dengan asfiksia sedang di Polindes Teluk Sasah 2018.
e. Untuk menyusun perencanaan tindakan asuhan kebidanan bayi baru
lahir pada bayi Ny.Y dengan asfiksia sedang di Polindes Teluk Sasah
2018.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Kegiatan studi kasus ini berguna untuk menambah dan meningkatkan
kompetensi penulis dalam memberikan pelayanan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan untuk
pengembangan materi perkuliahan pada program pendidikan dan studi
kepustakaan yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan asfiksia.
3. Bagi Klien
Klien bisa mengetahui tentang kondisi kesehatan dan masalah pada
bayinya serta mengerti cara penanganan terhadap masalah yang
dihadapinya.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Prof. dr.
Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG 1998:319).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. (Sarwono, 2002: 709)
1. Faktor Janin
Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat,
depresi pernapasan karena obat-obat anastesi atau analgetika yang di
berikan kepada ibu, perdarahan intracranial dan kelainan bawaan
(hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hypoplasia paru-paru
dan lain-lain).
2. Faktor Ibu
a. Gangguan his misalnya hipertoni dan tetania.
b. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya pada
plasenta previa.
4
c. Hipertensi pada eklamsia, gangguan mendadak pada plasenta
seperti solusia plasenta. (Sarwono, 2002: 710).
D. Diagnosis
5
janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap
sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh
tiga tanda penting
1. Warna Kulit: Apakah warna kulit bayi merah muda? atau pucat/biru?
2. Tonus Otot: Apakah bayi aktif atau lemas?
3. Usaha Nafas:Apakah bayi menangis kuat? atau merintih,lemah?
Jika penilaian awal didapatkan hasil buruk (kulit biru, bayi lemas, tidak
menangis) Segera lakukan resusitasi.
Memulai resusitasi tidak menggunakan apgar score karena
membutuhkan waktu yang lama. Pengukuran apgar score hanya
dicantumkan sebagai penilaian keberhasilan resusitasi dan tingkat
asfiksia dengan ada peningkatan skor apgar.
0 1 2
Appearance Seluruh badan Ekstremitas biru Seluruh tubuh
Warna Kulit biru merah muda
Pulse Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
Denyut Jantung
Grimace Tidak merespon Merintih/Menangis Menangis kuat
Refleks stimulasi lemah
Activity Lemah/Tidak Sedikit gerakan Aktif
Tonus Otot ada
Respiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat,
Pernapasan/Usaha teratur pernapasan
Nafas teratur
Tabel 1. APGAR Score
6
Klasifikasi asfiksia berdasarkan jumlah APGAR Score yaitu :
1. Asfiksia ringan (7-9)
2. Asfiksia sedang (4-6)
3. Asfiksia berat (0-3)
7
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1) Biodata
Anak Ke :3
8
3) Riwayat Kesehatan
a. Penyakit Menular
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit TBC,
Hepatitis, PMS.
b. Penyakit Keturunan
4) Riwayat Kehamilan
5) Riwayat Persalinan
-Kala I : 9 jam
-Kala II : 25 menit
-Kala IV : 2 jam
9
B. DATA OBJEKTIF
Tanda Nilai
0 1 2
Warna Biru/Pucat√ Tubuh Kemerahan, Seluruh tubuh kemerahan
ekremitas biru
Frekuensi Tidak Ada Lambat <100x/menit√ >100x/menit
Jantung
Refleks Tidak Ada Gerakan sedikit√ Gerakan kuat/melawan
Aktivitas/ Lumpuh/Lemah Ekremitas fleksi√ Gerakan aktif
tonus
otot
Usaha Tidak Ada Lambat tidak teratu√r Menangis kuat
Napas
1. Pemeriksaan Khusus (APGAR SCORE)
2. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : sommolent
RR : 35 x/menit
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36○C
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
-UUB : Ada
-UUK : Ada
-Sutura : Ada
10
-Caput Succedenum : Tidak ada
b) Mata
-Bentuk : Simetris
c) Mulut
-Bibir : Simetris
d) Hidung
-Bentuk : Simetris
e) Telinga
-Bentuk : Simetris
11
-Sekret : Tidak ada
f) Leher
-Bentuk : Normal
-Nafas : Megap-megap
h) Genetalia
i) Anus
j)Punggung
-Bentuk : Normal
k)Ekstremitas
1) Atas
2) Bawah
12
3. ASSESMENT
4. PLANNING
Pada Bayi
1. Membersihkan badan bayi, dengan cara mengusap badan bayi dengan kain
bersihkan badan bayi dari lendir-lendir dan cairan ketuban sambil melakukan
rangsangan taktil yaitu menyentil telapak kaki bayi dan mengusap punggung
bayi dan segera lakukan pemotongan tali pusat. Pembersihan badan dan
pemotongan tali pusat sudah dilakukan
2. Membungkus badan dan kepala bayi dengan kain yang kering dan hangat,
setelah badan bayi dibersihkan langsung bungkus badan bayi dengan kain
yang bersih, kering dan hangat untuk mencegah hipotermi pada bayi. Badan
dan kepala bayi sudah dibungkus dengan kain bersih, kering dan hangat.
3. Membersihkan jalan napas bayi, sedot lender yang berada pada mulut dan
hidung bayi dengan menggunakan dee lee. Penghisapan dilakukan dan bayi
sudah tampak kemerahan.
4. Memberikan oksigen 2 L/menit, dipasang melalui nasal. Bayi sudah tampak
kemerahan, dan mulai menangis.
5. Melakukan penilaian ulang. bayi tampak kemerahan, menagis kuat, tonus otot
baik pernapasan 40x/menit detak jantung 135x/Menit dan suhu 36,5 c. Nilai
APGAR Score 9 pada menit ke-10
13
6. Melakukan Perawatan bayi baru lahir normal, pasang bedong dan pakaian
bayi, setelah satu jam setelah lahir memberikan suntik vit K secara IM di paha
kiri bayi dan salep mata Tetracycline 1 % dari mata luar ke dalam. Terlaksana
7. Memberikan bayi ke ibu untuk memberikan ASI sedini mngkin. Ibu bersedia.
Pada Ibu
1. Memberikan penjelasan kepada ibu bahwa bayinya mengalami asfiksia
sedang dan keadaan ini dapat ditangani dengan segera sehingga ibu tidak
perlu khawatir. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh Bidan
dan ibu mulai tampak tenang.
2. Memberikan support mental kepada ibu agar tidak terlalu khawatir dan
cemas akan keadaan bayinya dengan cara mengatakan bahwa ibu harus
sabar dan ibu harus yakin kalau bayinya akan baik-baik saja. Ibu sudah mulai
tenang dan tidak cemas lagi.
3. Memberikan konseling nutrisi bayi pasca resusitasi kepada ibu.
Menganjurkan ibu sesering mungkin memberikan ASI kepada bayinya,
karena bayi dengan gangguan pernapasan banyak membutuhkan energi. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Prof. dr. Ida Bagus Gde
Manuaba, SpOG 1998:319).
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) yaitu fator janin
dan faktor ibu. Adapun Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia (Sarwono, 2002) Tidak
bernafas atau bernafas megap-megap, Warna kulit kebiruan, Kejang, Penurunan
kesadaran, DJJ lebih dari 160x/mnt/ dan kurang dari 100x/menit tidak teratur dan
Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
Asfiksia sedang yang dialami Bayi Ny.Y harus ditangani dengan baik untuk
mencegah terjadinya Asfiksia Berat.Penanganan asfiksia yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan tindakan segera yaitu membersihkan bayi, membungkus badan
dan kepala bayi dengan kain bersih dan hangat untuk mencegah hipotermi,
membersihkan jalan nafas bayi dengan cara menghisap lendir pada hidung dan
mulut bayi dengan de lee, memberikan oksigen 2L/menit pada bayi setelah bayi
menangis kuat dan tampak kemerahan penanganan di lakukan sesuai dengan
tahapan penanganan asfiksia.
15
secara IM di paha kiri bayi dan salep mata Tetracycline 1 % dari mata luar ke dalam
serta memberikan bayi ke ibu untuk menyusui bayinya sedini mungkin.
Asuhan juga diberikan kepada ibu karena menimbulkan masalah cemas, yaitu
dengan support mental, penjelasan tentang keadaan bayi, dan penkes nutrisi pada
bayi pasca resusitasi.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. (Sarwono, 2002: 709).
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir diantaranya faktor ibu dan faktor bayi (Sarwono, 2002; hal
709).
Dari hasil pengkajian, bayi Ny.Y mengalami sulit bernapas, sianosis, detak
jantung 100 x/menit, bayi menangis lemah dan tonus otot lemah. Berdasarkan
gejala keadaannya di kategorikan asfiksia sedang karena jumlah APGAR Score
4.. Penatalaksanaan yang dilakukan berupa pemberian asuhan resusitasi dan
pasca resusitasi, penkes nutrisi, serta pemberian support mental.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
b. Bagi Institusi
c. Bagi Instansi
17