Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaaan bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontandan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
masukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
Umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Varney, 2010. Hal
102).
Asfiksia neonatrum akan terjadi apabila saat lahir bayi mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O² dari ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O² dan dalam penghilangan CO² . Gangguan ini dapat berlangsung secara
menahun akibat kondisi ibu atau kelaianan pada ibu saat kehamilan ( Winkjosastro,
2010 H. Hal 109).
Di Indonesia angka kematian Neonatal sebesar 25 per 1000 kelahiran. Dan hasil
survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) pada tahun 2007 penyebab utama
kematian neonatal dini adalah berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 35%, Asfiksia
(33,6%) dan Tetanus (31,4%).

Sedangkan di Jawa Timur pada tahun 2017 Angka kematian bayi (AKB) dan
angka kematian neonatal (AKN) yang diperoleh dari lapangan rutin relative sangat
kecil, namun bila dihitung angka kematian absolut masih tinggi yaitu sebanyak 4.059
bayi meninggal per tahun. Dalam satu hari berati sebanyak 11 bayi meninggal. Tahun
2017 angka kematian bayi pada posisi 23,1 per 1000 kelahiran hidup.

Menurut data Depkes 2010, penyebab langsung kematian bayi disebabkan


BBLR (28%), Asfiksia (12%) , Tetanus(10%), masalah pemberian makanan (10%),
Infeksi (6%), gangguan Hematologik (5%) dan lain-lain (27%).

Berbagaai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah :
1. Pelayanan Kesehatan antenatal berkualitas

2. Asuhan Persalinan Normal

3. Pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional.

Usaha untuk menurunkan angka kematian, Persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang terstandar yaitu salah
satunya dengan melaksanakan manajemen asfiksia pada neonatal. Kemampuan dan
keterampilan ini digunakaan setiap kali menolong persalinan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “


Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi Ny. A dengan
asfiksia sedang di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya. ”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan kasus asfiksia secara
menyeluruh di ruang neonatus RSUD dr. M. Soewandhie dengan manajemen varney.

1.3.2 Tujuan Khusus

Dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan kasus asfiksia sedang
menggunakan manajemen 7 langkah varney, yaitu :

a. Mampu melakukan Pengkajian pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang

b. Mampu melakukan Interpretasi data pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang

c. Mampu menentukan Diagnosa potensial pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang

d. Mampu menentukan masalah dan kebutuhan serta melakukan tindakan segera pada
bayi Ny. A dengan asfiksia sedang

e. Mampu memberikan Intervensi pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang

f. Mampu melakukan Implementasi pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang


g. Mampu melakukan evaluasi pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi institusi

Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam mengaplikasikan ilmu


pendidikan yang diperoleh di bangu kuliah serta sebagai bahan analisa untuk pendidikan
pada kasus asfiksia neonatorum.

1.4.2 Bagi lahan Praktek

Dapat memberikan bimbingan bagi mahasiswa tentang perkembangan


pengetahuan baik yang menyakut tentang pendidikan maupub dilahan praktik.

1.4.3 Bagi Penulis

Kasus ini sebagai bahan masukkan atau informasi untuk mahasiswa agar
sehingga mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan asfiksia neonatorum dilapangan.

1.5 Penatalaksanaan

Tempat : Ruang Neonatus RSUD dr. Mohammad Soewandhie Surabaya

Waktu : Tanggal 10 Juni 2019 s/d 12 Juni 2019

1.7 Sistematika Penulisan

1. BAB I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulis, manfaat, pelaksanaan,


metode penulisan dan sistematika penulisan.

2. BAB II Tinjauan Pustaka

Menguraikan tentang konsep dasar asfiksia neonatorum dan manajemen


kebidanan

3. BAB III Tinjauan Kasus


Menguraikan pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan
segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

4. BAB IV Pembahasan

Membandingkan antara landasan teori dan tinjauan kasus apakahsusuai atau


tidak.

5. BAB V Penutup

Menguraikan tentang kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asfiksia Neonatorum

2.1.1 Pengertian Asfiksia Neonatorum

a. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis (Anik dan Eka,2013).
b. Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat pada saat lahir (Prambudi,2013).
c. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis segera setelah lahir yang tidak
dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O² dan
meningkatkan CO² yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Tujuan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan
pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan (Manuaba, I, B.
G, 2010)
2.1.2 Etiologi dan factor resiko
Penyebab Asfiksiamenurut (Anik&Eka, 2013:297) adalah:
1. Asfiksia dalam kehamilan:
a) Penyakit Infeksi Akut
b) Penyakit nfeksi Kronik
c) Keracunan oleh obay-obat bius
d) Uremia dan Toxemia gravidarum
e) Anemia berat
f) Cacat bawaan
g) Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan :
a) Kekurangan O2:
1. Partus Lama (Rigid serviks dan Atonia/Insersi Uteri)
2. Ruptur uteri yang memberat, kontaraks uteru terus menerus
mengganggu siruklasi darah ke plasenta
3. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta
4. Prolaps Venikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panguul
5. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya
6. Perdarahan banyak: Plasenta Previa dan Solusio Placenta
7. Kalau Plasenta sudah tua: Postmaturitas (Serotinus, Disfungsi Uteri)
b) Paralisis Pusat pernafasan
1. Trauma dari luar seperti tindakan forceps
2. Trauma dari dalam akibat obat bius
Menurut (Vidia&Pongki, 2016:362)
1. Faktor Ibu
a. Pre Eklamsia dan Eklamsia
b. PerdarahanAbnormal (Plasenta Previa dan Solusio Plasenta)
c. Partus lama dan partus macet
d. Demam selama Persalinan, Infeksi berat(Malaria, Sifilis, TBC, dan
HIV)
e. Kehamilan Lewat waktu(Sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali pusat
a. Lilitan Tali Pusat
b. Tali Pusat Pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor bayi
4. a. Bayi Prematur
b. Persalinan sungsang, gemeli, distosia bahu, ekstrasi vakum dan
ekstrasi forceps
c. Kelainan bawaan
d. Air ketuban bercampur meconium
2.1.3 Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin. Faktor ini berperan pada kejadian asfiksia. Bila janin kekurangan O²
dan kadar CO² bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga
denyut jantung janin menjadi lambat. Jika kekurangan O² terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga djj menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudianterdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbatdan terjadi atelaksis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara bengangsur-angsur dan bayi
memasuki periodeapneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan
yang dalam denyut jantung terus menurun tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama kamin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah, dan kadar O² dalam darahterus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan.
Kematian akan terjadi jika resusutasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak segara dimulai. (Aziz,2010).

2.1.4 Tanda dan gejala asfiksia


a. Asfiksia Ringan

2.1.5 Klasifikasi Klinis

Berdasarkan penilaian klinis asfiksia terbagi atas (Mansur,A.2010):

a. Asfiksia Ringan (7-10)


Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus.
b. Asfiksia Sedang (4-6)
Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100
kali/menit, tonus otot kurang baik dan sianosis.
c. Asfiksia Berat (0-3)
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan frekuensi jantung akan kurang dari
100 kali/menit, tonus otot buruk dan kadang-kadang pucat, reflex tidak ada.

2.1.6 Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efisien akan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian
untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting yaitu:
1. Pernafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau
pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk
untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

2.1.7 Penatalaksanaan Medis

2.1.8 Penatalaksanaan Asfiksia


a. Langkah awal
1. Mencegah kehilangan panas.
2. Memposisikan bayi dengan baik (kepala bayi setengah tengadah/sedikit
ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
3. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia. Bersihkan jalan
nafas dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium) hisap lendir pada mulut
baru hidung.
b. Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai menghisap lendir
setelah kepala lahir (berherti sebentar untuk menghisap lendir di mulut dan
hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur lakukan asuhan bayi baru lahir
normal teratur lakukan asuhan bayi baru lahir normal.
c. Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit
kemerahan, lakukan asuhan bayi baru lahir normal. Bila bayi tidak menangis
atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari tung kurang dari
100x/menit, lanjutkan langkah resusitasi.
b. Langkah resusitasi
1. Periksa alat resusitasi, apakah berfungsi dengan baik (lakukan tes untuk balon
dan sungkup muka).
2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan.
3. Selimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering.
4. posisikan bayi (posisi setengah ekstensi).
5. Letakan sungkup melingkupi dagu, hidung, dan mulut.
6. Tentukan balon resusitasi dengan 2 jari atau semua jari.
7. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak 2 kali dan
periksa gerakan dinding dada.
8. Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang dan lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen.
9. Perhatikan kecepatan ventilasi sekitar 40 x per 60 detik.
10. Bila dinding dada naik turun dengan baik berate ventilasi berjalan secara
adekuat.
11. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau
terjadi kebocoran. Lakuakan ventilasi selama 2x30 detik atau 60 detik kemudian
lakukan penilaian segera.
12. Bila bayi belum bernafas spontan, ulangi lagi ventilasi selama 2x30 detik
atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Asfiksia Sedang
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan
kebidanan pada pasien (Varney, 2010). pada analisis untuk mengevaluasi keadaan
meliputi :
1.Data Subyektif
Adalah data yang didapat dari klien sebagai pendapat terhadap situasi dan
kejadian. Informasi tersebut dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi
(Nursalam, 2010).
a) Biodata
Menurut Nursalam (2008), pengkajian biodata antara lain :
1) Nama bayi : untuk mengenal pasien.
2) Tanggal lahir : untuk mengetahui kapan bayi lahir.
3) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin yang dilahirkan.
4) Nama orang tua : untuk mengetahui identitas orang tua bayi.
5) Umur : untuk mengetahui faktor dan tingkat kesuburan.
6) Agama : berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan
agamanya. 7) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua
8) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial dan ekonomi
9) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal

b) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien saat pemeriksaan


c) Riwayat kehamilan sekarang
Yang perlu dikaji adalah HPHT, Masalah dan kelainan pada kehamilan
sekarang, pemakaian obat obatan, keluhan selama hamil( Saifuddin,2010)
d) Riwayat penyakit kehamilan
Untuk mengetahui apakah saat ini sedang menderita suatu penyakit atau
pernah menderita penyakit sistemik
e) Kebiasaan ibu waktu hamil
1) Pola nutrisi
2) Pola eliminasi
3) Pola istirahat
4) Pola seksualitas
5) Personal hygine
6) Psikososial budaya
7) Perokok dan pemakaian obat obat
f) Pemeriksaan fisik ( Data objektif)
1) Pemeriksaan khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar skor pada menit pertama, kelima dan
kesepuluh
(a) Ringan bila nilai APGAR 7– 10
(b) Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4– 6
(c) Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0– 3
2) Pemeriksaan khusus
a) Tanda tanda vital
1) Denyut jantung dinilai kecepatan, irama, kekuatan dalam satu menit
normalnya 120-160x/menit. Pada kasus asfiksia sedang frekuensi jantung
menurun menjadi 60-80x/menit.
2) Pernapasan dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi napas dalam satu
menit, pernapasan normal 40-60x/menit. Pada kasus
Asfiksia sedang pernafasan <40x/menit.
3) Suhu dinilai dari temperature normal rectal dan axilla yaitu 36,5˚C
sampai 37,5˚C (Dewi, 2011). Pada kasus asfiksia sedang suhu
<36,5˚C.
b) Pemeriksaan fisik sistematis menurut dewi(2011) adalah:
1. Kepala
2. Mata
3. Telinga
4. Hidung
5. Mulut
6. Leher
7. Dada
8. Abdomen
9. Kulit
10. Genetalia
11. Ekstremitas
12. Tulang Punggung
13. Anus
c) Pemeriksaan reflek
1) Reflek moro : untuk mengetahui gerakan memeluk bila
dikagetkan. pada kasus asfiksia sedang reflek moro ada dan
kuat
2) Reflek rooting : untuk mengetahui mencari puting susu
dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut. Pada
kasus asfiksia sedang reflek rooting ada namun lemah
3) Reflek sucking : untuk mengetahui reflek isap dan menelan.
Pada kasus asfiksia sedang reflek suching ada namun lemah.
4) Reflek tonik neck : untuk mengetahui otot leher anak akan
mengangkat leher dan menoleh ke kanan dan kiri jika
diletakkan pada posisi tengkurap. Pada kasus asfiksia sedang
reflek tonick neck ada namun lemah
d) Pemeriksaan antopometri
1) Lingkar kepala : untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal
34 cm).
2) Lingkar dada : untuk mengetahui Keterlambatan pertumbuhan
(normal 32-34 cm).
3) Panjang badan : normal ( 48-50 cm)
4) Berat badan : normal 2500- 4000 gram. (Dewi, 2011).
e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan untuk menunjang
diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis
lainnya (Nurmalasari, 2010).
2.2.2 Interpretasi Data

1. Diagnosa kebidanan

adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan dan


memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2010). Diagnosa kebidanan :
Bayi Baru Lahir Ny. x Umur 10 Menit dengan asfiksia sedang

2. Data Subjektif

Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga
kesehatan secara independent tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2010)

3. Data Objektif

Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2010).

4. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang


ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2010).
Masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang adalah
hipotermi, resiko infeksi, nutrisi (Arief dkk, 2010).

5 Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum


teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan
analisis data (Varney, 2010). Kebutuhan pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Sedang yaitu pemberian lampu sorot pada bayi, resusitasi pada Bayi Baru Lahir,
pencegahan infeksi, pemberian ASI pada bayi baru lahir (Arief dkk, 2010)

2.2.3 Diagnosa Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial


berdasarkan masalah dan diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah-langkah ini
membutuhkan antisipasi sambil mengamati pasien, bila kemungkinan dilakukan
pencegahan infeksi.

2.2.4 Tindakan segera

Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan segera yang dilakukan oleh


bidan atau konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap penyimpangan
yang abnormal(Varney 2010).
2.2.5 Rencana tindakan

Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang menyeluruh yang


merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa yang telah
teridentifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan berupa bsersihkan jalan nafas
dengan pengisap lendir, potong tali pusat, keringkan tubuh bayi, nilai status
pernafasan (Dewi, 2011)

Rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia

Sedang adalah sebagai berikut:

1) Rangsangan refleks pernafasan dengan mengisap lendir selama 30-60 detik.


2) Posisikan kepala bayi ekstensi.
3) Berikan oksigen 1-2 liter x/menit
4) Buka dan tutup mulut serta hidung gerakan dagu keatas dan kebawah teratur
dengan frekuensi 20 x/menit (Hasan, 2011).
2.2.6 Implementasi
1) Memberikan rangsangan refleks pernafasan dengan mengisap lendir selama 30-60
detik.
2) Memposisikan kepala bayi ekstensi.
3) Memberikan oksigen 1-2 liter x/menit.
4) Membuka dan tutup mulut serta hidung gerakan dagu keatas dan kebawah teratur
dengan frekuensi 20 x/menit (Hasan, 2011).
Pada langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti
diuraikan pada langkah kelima

2.2.7 Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari BBL asfiksia sedang adalah bayi bisa bernapas
dengan normal, tidak hipotermi, tidak infeksi, reflek dan nutrisi bayi baik, vital
sign normal ( Dewi 2011)
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA
A. IDENTITAS/BIODATA
a. Bayi
Nama Bayi : By. Ny A
RM : 60.64.59
Umur Bayi : 0 jam (01.55)
Tanggal/Jam Lahir : 10 Juni 2019 / 01.55 wib
Jenis Kelamin :Perempuan
b. Orang Tua
NamaIbu : Ny. A Nama Ayah : Tn. S
Umur : 23 Tahun Umur : 27 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : IRT
AlamatRumah : KMP Nagasari Desa AlamatRumah : KMP Nagasari Desa
Telepon : 0821486xxx Telepon : 0821486xxx

B. ANAMNESA (Data Subjektif)


Tanggal : 10 Juni 2019
1. Riwayat kehamilan : GIP00000
ANC : TM I : 2 kali TM II : 2 kali TM III : 2 kali
Keluhan selama kehamilan :
TM I : Mual Muntah TM II : Pusing TM III : Odem tungkai,
Obesitas
UK : 37 Minggu
BB Sebelum Hamil : 73 kg
BB Terakhir : 94 kg
TB : 146 cm
Kehamilan BB ibu : 21 kg Imunisasi TT : TT1
Komplikasi kehamilan : obesitas
2. Kebiasaan waktu hamil :
a. Makanan : 2-5 x/ Hari porsi sedang (Nasi, Sayur, Lauk)
b. Obat-obatan/jamu : pernah mengkonsumsi jamu
c. Alkohol : tidak
d. Merokok : tidak
3. Riwayat persalinan sekarang :
a. Jenis persalinan : Spontan (sehingga dilakukan tindakan kristeller)
Ditolong oleh : Bidan
b. Lama persalinan :
- Kala I : 8 Jam (16.15 wib – 00.15 wib)
- Kala II : 1 Jam 30 menit (00.25 wib – 01.55 wib)
- Lamanya : 9 jam 30 menit
c. Ketuban pecah : Dipecahkan pukul : 01.25 wib
Warna : Hijau Keruh Jumlah : ± 500 cc
d. Komplikasi persalinan
Ibu : Partus macet (sehingga di lakukan tindakan kristeller)
Bayi : Asfiksia sedang
e. Keadaan BBL
Segera menangis saat lahir : Tidak
Tonus otot : Jelek
f. Resusitasi
- Pengisapan lendir : ya
- Rangsangan : ya
- Massage jantung : tidak
- Oksigen : ya
C. PEMERIKSAAN FISIK BAYI
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
1. Penampilan keseluruhan : Normal
2. Kepala, badan dan ekstrimitas : normal/lengkap
3. Tonus otot, tingkat aktivitas : jelek, bayi kurang aktif bergerak
4. Warna kulit dan bibir : kebiruan
5. Tangis bayi : bayi tidak menangis
Tanda-tanda vital
1. Laju Nafas (40-60x/menit) : 29x/menit
2. Laju hantung (120-160x/menit) : 95x/menit
3. Suhu (36,5-37,2oC di ketiak) : 35,5oC
4. Berat badan : 2.700 gram
5. Panjang badan (dalam cm) : 48 cm
Kepala
1. Ubun-ubun : belum Menutup
2. Sutura, molase : (1) sutura bersesuaian
3. Lingkar kepala : 33 cm
Telinga
1. Kesimetrisan dengan mata : simetris
Mata
Tanda-tanda infeksi/Pus : Tidak ada tanda infeksi
Hidung dan Mulut
1. Bibir dan palatum : bibir normal, terdapat sianosis, dan
palatum ada
2. Periksa adanya sumbing : tidak ada
3. Refleks isap, saat menyusui : belum dikaji
Leher
1. Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
2. Kelainan : Tidak ada
Dada
1. Bentuk : simetris
2. Puting : Simetris dan menonjol keluar
3. Bunyi nafas : lemah, tetapi tidak teratur
4. Bunyi jantung : lemah
Bahu, lengan, dan tangan
1. Gerakan normal : Gerakan bayi lemah
2. Jumlah Jari : 10
Perut
1. Bentuk : Simetris
2. Penonjolan tali pusat saat menangis : tidak ada
3. Pendarahan tali pusat (3 pembuluh) : tidak ada
4. Lembek (pada saat tidak menangis) : tidak ada
5. Tonjolan/ masa : tidak ada
Kelamin perempuan
1. Introitus vagina : Normal, terdapat lubang vagina
2. Orifisium uretra : Ada
3. Labio mayora & labio minora : Normal, labia mayor menutupi labia
minor
Anus
1. Lubang anus : Ada
Tungkai dan kaki
1. Gerakan : Pasif
2. Jumlah Jari : 10
Punggung
1. Pembengkakan/ada cekungan : Tidak ada
Kulit
1. Verniks kaseosa : Ada
2. Warna : Kebiruan pada kulit bayi, terutama
ekstremitas
3. Pembengkakan/bercak hitam : Tidak ada
4. Tanda Lahir : Tidak ada
Refleks
 Reflek moro : ada reflek memeluk saat bayi
dikagetkan, tetapi lemah
 Reflek rooting : reflek membuka mulut saat bayi
disentuh mulutnya
 Reflek walking : saat telapak kaki disentuh bayi kaki
bayi bergerak, tetapi lemah
 Grahps/plantar : saat telapak tangan bayi disentuk maka
akan mengenggam
 Reflek sucking : belum di kaji
 Reflek tonik neck : Bayi belum bisa menolehkan kepalanya
BAK : belum BAK
BAB : belum BAB

II. Interpretasi Data Tanggal : 10 Juni 2019

Pukul : 02.00 wib

a. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya yang pertama lahir pada tanggal 10 Juni 2019,
pukul : 01:55
2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak segera menangis
b. Data Objektif
1. Nilai Apgar Score 4-6
Apgar Score Menit 1 Menit 2
A : Appearane (warnakulit) 1 1
P : Pulse (DetakJantung) 1 2
G : Grimace (Gerak) 1 1
A : Activity (Aktivitas) 0 1
R : Respiration (pernafasan) 1 1
Jumlah 4 6

2. Pemeriksaan fisik
a. Warna kulit : Kebiruan
b. Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung
c. Mulut : Kebiruan, tidak ada labioskisis
d. Dada : Terdapat Retraksi Interkosta
3. TTV
Suhu : 35,5oC
Denyut Jantung : 95x/menit
RR : 29x/menit
4. Pemeriksaan reflek
a. Reflek moro : Ada, Lemah
b. Reflek rooting : Ada, Lemah\
c. Reflek suchning : belum dikaji
d. Tonic Neck : Ada, Lemah
5. Pemeriksaan antopometri
a. Lingkar, Kepala : 33 cm
b. BBL : 2.700 gram
c. PB : 48 cm
d. Masalah : - Bayi terjadi hipotermi (35,5oC)
- Hipoksia
e. Kebutuhan : - Jaga Kehangatan
- Resusitasi
- Beri O2 Nasal
c. Diagnosa Kebidanan : By. Ny. A usia 0 hari dengan Asfiksia
III. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi Asfiksia Berat
IV. Tindakan Segera
1. Hangatkan bayi
2. Aturposisi (setengah ekstensi)
3. Isap Lendir
4. Keringkan bayi
5. Atur posisi kembali
6. Lakukan penilaian
V. Intervensi
Pertanyaan : - apakah bayi cukup bulan
- Apakah bayi bernafas / menangis
- Apakah Tonus otot bayi baik atau kuat
1. Hangatkan tubuh bayi
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
3. Bersihkan jalan napas
4. Keringkan bayi.
5. Lakukan VTP
6. Berikan rangsangan taktil
7. Observasi tanda-tanda vitas
8. Berikan oksigen Nasal 1 liter/ menit ±4 jam
9. Lakukan perawatan bayi dengan infant warmer
10. Melakukan observasi output (BAB/BAK) bayi, TTV, Tanda gawat nafas.
VI. Implementasi
1. Memberitahu keluarga pasien hasil pemeriksaan bayinya. Perempuan
kelengkapan anggota tubuh, keadaan bayinya saat lahir tidak segera menangis,
dan air ketuban ibu hijau encer sehingga keadaan bayinya kurang baik.
2. Menghangatkan bayi dengan meletakkan bayi di Infant Warmer.
3. Memposisikan kepala bayi setengah ekstensi dengan cara mengganjal bahu
bayi 2-3 cm, untuk membebaskan jalan nafas.
4. Membersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung dengan cara menghisap
lendir pada mulut 5 cm dan hidung 3 cm dengan menggunakan De lee/Suction
-> Bayi mulai merintih ektremitas masih ke biruang.
5. Melakukan Ventilasi TekananPositif (VTP).
6. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi dengan
cara menepuk ->Bayi mulai menangis
7. Mengeringkan tubuh bayi dengan cara mengganti handuk yang basah dengan
kain yang bersih dan kering -> bayi menangis kuat dan tidak merintih ->Kulit
mulai kemerahan.
8. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernapasan tiap 4 jam untuk
memantau perkembangan keadaanbayi
9. Memberikan oksigen nasal 1 liter/menit ±4 jam.
10. Melakukan perawatan bayi dengan infant warmer dengan suhu 36,6oC untuk
menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
11. Melakukan observasi TTV, dan tanda gawat napas bayi seperti pernafasan
cepat (Takypnea) atau lambat (Dyspnea), terdapat retraksi Interkosta, sianosis,
Merintih, Takikardi> 160x/menit, Bradikardi< 100x/menit dan observasi
output (BAB/BAK) bayi.
VII. Evaluasi
No. Tanggal / Jam Tindakan & Hasil Paraf

1. Keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya


2. Bayi telah dihangatkan dengan infant warmer
3. Kepala bayi telah diposisikan
4. Jalan napas teleh dibersihkan
5. VTP telah dilakukan
6. Setelah diberikan rangsangan taktil dan pernapasan mulai teratur serta bayi
sudah menangis kuat.
7. Setelah dilakukan observasi TTV dengan hasil :
- 02.30 WIB : RR : 65X/menit suhu : 36oC, HR : 154x/menit
- 06.30 WIB : RR : 46X/menit, suhu : 36,8oC, HR : 139x/menit
8. Setelah diberikan oksigen1 liter/menit keadaan bayi sudah mulai membaik.
9. Setelah diberi O2 nasal 1 liter/menit, keadaan bayi mulai membaik dan O2
nasal dilepas pukul 04.30 wib.
10. Setelah dilakukan perawatan bayi dengan infant warmer suhu tubuh bayi mulai
meningkat 36,6oC
11. Setelah dilakukan observasi TTV mulai membaik, tidak ada tandagawat nafas
BAB/BAK : Belum BAB/BAK.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesenjangan yang ada antara penatalaksanaan
dengan konsep teori yang telah diuraikan pada bab II.

1. Pengkajian
Bayi baru lahir dengan asfiksia sedang merupakan sesuatu keadaan pada
bayi baru lahir yang mengalami gagal nafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. (Dewi,2011).
Pada pengkajian By.Ny. A dengan asfiksia sedang diperoleh data
objektif dengan apgar skor 4-6, keadaan umum bayi lemah, pemeriksaan reflek
pada bayi diperoleh hasil posistif tetapi masih lemah.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa, menentukan masalah,
dan kebutuhan pada bayi baru lair dengan asfiksia sedang. Interpretasi data
terdiri dari diagnosa kebidanan, kebutuan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
sedang yaitu pemberian lampu sorot, pencegahan infeksi, dan pemberian Asi
pada bayi (Dewi,2011).
Pada kasus ini diagnos kebidanan bayi Ny.A usia 1 jam dengan asfiksia
sedang masalah yang ditemukan adalah hipotermi,hipoksia kebutuhan yang
diberikan adalah pemberian Infant Warmer,Resusitasi serta pemberian oksigen
nasal, memberikan salep mata, injeksi vit K.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus BBl dengan asfiksia sedang diagnosa potensial bila bayi
masih belum bisa bernafas spontan maka potensial terjadi asfiksia berat. Namun
pada bayi Ny.A dengan asfiksia sedang ini tidak terjadi diagnosa potensial
karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi dapat bernafas dengan baik.
4. Tindakan Segera
Menurut Arif (2011) asfiksia sedang perlu antisipasi dengan perawatan
bayi pembersihan jalan nafas, pemberian 02, menjaga agar suhu tetap hangat,
kolaborasi dengan tim medis.
Pada kasus by. Ny. A dengan asfiksia sedang antisipasi yang dilakukan
adalah meletakkan bayi di Infant Warmer, mengeringkan tubuh bayi, mengatur
posisi bayi, membersihkan jalan nafas, melakukan VTP, memberikan
rangsangan taktil, pemasangan 02.
5. Perencanaan
Pada kasus By. Ny.A dengan asfiksia sedang ini rencana tindakan yang
diberikan adalah melakukan pendekatan dengan keluarga pasien, memberitahu
keluarga hasil pemeriksaan bayinya, keringkan tubuh bayi, meletakkan bayi di
infant warmer, ganti kain basah dengan kain kering, posisikan kepala bayi,
bersihkan jalan nafas, lakukan VTP, berikan rangsangan taktil, observasi TTV
bayi, berikan terapi 02 1 liter, injeksi vit k, salep mata, rawat bayi di infant
warmer dengan suhu 36,6˚C.
Sedangkan menurut Arif (2010) rencana yang dilakukan pada BBL
dengan asfiksia adalah posisikan bayi ekstensi, bersikan jalan nafas, hangatkan
bayi, beri rangsangan taktil, berkolaborasi dengan tim medis.

6. Pelaksanaan
Menurut Arif (2011). Pada kasus asfiksia sedang melakukan pendekatan
dengan keluarga pasien, memposisikan bayi sedikit ekstensi, membersihkan
jalan nafas, berkolaborasi dengan tim medis dalan pemberian terapi,
mengobsrvasi pernapasan setiap 4 jam.
7. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari BBl dengan asfiksia sedang adalah bayi bisa
bernafas dengan normal,tidak hipotermi, tidak infeksi, reflek dan nutrisi bayi
baik, (Arif dan Sari,2010).
Pada By Ny.A hasil yang didapat bayi dapat bernafas normal, keadaan
umum baik, reflek ada dan kuat.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran antara 02 dan C02, adapun
gangguan tersebut dapat teijadi selama prenatal, intranatal dan postnatal. Asfiksia
diklasikfikasikan menjadi 3 yaitu asfiksia ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia
berat.Dari masing masing klasifikasi mempunyai tanda dan gejala yang berbeda,
namun kita juga dapat menentukan klasifikasinya berdasarkan apgar skor.
Dari kasus dapat disimpulkan bahawa bayi Ny. A didiagnosa asfiksia
dengan klasifikasi asfiksia sedang yang didasari dari tanda dan gelaja yang terdapat
pada bayi serta skor apgar yang didapatkan serta penyebabnya yaitu faktor ibu
dengan obesitas, persalinan lama, ketuban yang berwarna hijau encer. Maka dari itu
dibutuhkan tindakan segera untuk menangani bayi Ny. A yaitu dengan tindakan
resusitasi untuk meningkatkan skor apgar.
5.2. Saran
5.2.1 Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat lebih memperdalam teori atau bahasan
mengenai asfiksia neonatorum, agar nantinya dapat dengan mudah memberi
asuhan dan melakukan penatalaksanaan terhadap kasus bayi dengan asfiksia
di lahan praktek.
5.2.2 Bidan/ Tenaga Kesehatan
Dalam penanganan kasus asfiksia perlunya bidan dapat mengenal
tanda-tanda atau gejala asfiksia sedini mungkin dengan obser:asi yang lebih
jelas pada tanda-tanda vital agar dapat mengantisipasi kemungkinan yang
teijadi pada ibu dan janin sebelum ibu melahirkan.
5.2.3 Institusi
Bagi institusi pendidikan khusunya institusi pendidikan kesehatan di
harapkandapat meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar mendapatkan
tenaga kesehatan yang berkualitas dan professional.

Anda mungkin juga menyukai