PENDAHULUAN
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaaan bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontandan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
masukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
Umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Varney, 2010. Hal
102).
Asfiksia neonatrum akan terjadi apabila saat lahir bayi mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O² dari ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O² dan dalam penghilangan CO² . Gangguan ini dapat berlangsung secara
menahun akibat kondisi ibu atau kelaianan pada ibu saat kehamilan ( Winkjosastro,
2010 H. Hal 109).
Di Indonesia angka kematian Neonatal sebesar 25 per 1000 kelahiran. Dan hasil
survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) pada tahun 2007 penyebab utama
kematian neonatal dini adalah berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 35%, Asfiksia
(33,6%) dan Tetanus (31,4%).
Sedangkan di Jawa Timur pada tahun 2017 Angka kematian bayi (AKB) dan
angka kematian neonatal (AKN) yang diperoleh dari lapangan rutin relative sangat
kecil, namun bila dihitung angka kematian absolut masih tinggi yaitu sebanyak 4.059
bayi meninggal per tahun. Dalam satu hari berati sebanyak 11 bayi meninggal. Tahun
2017 angka kematian bayi pada posisi 23,1 per 1000 kelahiran hidup.
Berbagaai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah :
1. Pelayanan Kesehatan antenatal berkualitas
Usaha untuk menurunkan angka kematian, Persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang terstandar yaitu salah
satunya dengan melaksanakan manajemen asfiksia pada neonatal. Kemampuan dan
keterampilan ini digunakaan setiap kali menolong persalinan.
1.3 Tujuan
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan kasus asfiksia secara
menyeluruh di ruang neonatus RSUD dr. M. Soewandhie dengan manajemen varney.
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan kasus asfiksia sedang
menggunakan manajemen 7 langkah varney, yaitu :
b. Mampu melakukan Interpretasi data pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang
c. Mampu menentukan Diagnosa potensial pada bayi Ny. A dengan asfiksia sedang
d. Mampu menentukan masalah dan kebutuhan serta melakukan tindakan segera pada
bayi Ny. A dengan asfiksia sedang
1.4 Manfaat
Kasus ini sebagai bahan masukkan atau informasi untuk mahasiswa agar
sehingga mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan asfiksia neonatorum dilapangan.
1.5 Penatalaksanaan
1. BAB I Pendahuluan
4. BAB IV Pembahasan
5. BAB V Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis (Anik dan Eka,2013).
b. Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat pada saat lahir (Prambudi,2013).
c. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis segera setelah lahir yang tidak
dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O² dan
meningkatkan CO² yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Tujuan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan
pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan (Manuaba, I, B.
G, 2010)
2.1.2 Etiologi dan factor resiko
Penyebab Asfiksiamenurut (Anik&Eka, 2013:297) adalah:
1. Asfiksia dalam kehamilan:
a) Penyakit Infeksi Akut
b) Penyakit nfeksi Kronik
c) Keracunan oleh obay-obat bius
d) Uremia dan Toxemia gravidarum
e) Anemia berat
f) Cacat bawaan
g) Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan :
a) Kekurangan O2:
1. Partus Lama (Rigid serviks dan Atonia/Insersi Uteri)
2. Ruptur uteri yang memberat, kontaraks uteru terus menerus
mengganggu siruklasi darah ke plasenta
3. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta
4. Prolaps Venikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panguul
5. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya
6. Perdarahan banyak: Plasenta Previa dan Solusio Placenta
7. Kalau Plasenta sudah tua: Postmaturitas (Serotinus, Disfungsi Uteri)
b) Paralisis Pusat pernafasan
1. Trauma dari luar seperti tindakan forceps
2. Trauma dari dalam akibat obat bius
Menurut (Vidia&Pongki, 2016:362)
1. Faktor Ibu
a. Pre Eklamsia dan Eklamsia
b. PerdarahanAbnormal (Plasenta Previa dan Solusio Plasenta)
c. Partus lama dan partus macet
d. Demam selama Persalinan, Infeksi berat(Malaria, Sifilis, TBC, dan
HIV)
e. Kehamilan Lewat waktu(Sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali pusat
a. Lilitan Tali Pusat
b. Tali Pusat Pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor bayi
4. a. Bayi Prematur
b. Persalinan sungsang, gemeli, distosia bahu, ekstrasi vakum dan
ekstrasi forceps
c. Kelainan bawaan
d. Air ketuban bercampur meconium
2.1.3 Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin. Faktor ini berperan pada kejadian asfiksia. Bila janin kekurangan O²
dan kadar CO² bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga
denyut jantung janin menjadi lambat. Jika kekurangan O² terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga djj menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudianterdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbatdan terjadi atelaksis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara bengangsur-angsur dan bayi
memasuki periodeapneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan
yang dalam denyut jantung terus menurun tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama kamin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah, dan kadar O² dalam darahterus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan.
Kematian akan terjadi jika resusutasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak segara dimulai. (Aziz,2010).
b) Keluhan Utama
1. Diagnosa kebidanan
2. Data Subjektif
Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga
kesehatan secara independent tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2010)
3. Data Objektif
Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2010).
4. Masalah
5 Kebutuhan
Rencana yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia
2.2.7 Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari BBL asfiksia sedang adalah bayi bisa bernapas
dengan normal, tidak hipotermi, tidak infeksi, reflek dan nutrisi bayi baik, vital
sign normal ( Dewi 2011)
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
A. IDENTITAS/BIODATA
a. Bayi
Nama Bayi : By. Ny A
RM : 60.64.59
Umur Bayi : 0 jam (01.55)
Tanggal/Jam Lahir : 10 Juni 2019 / 01.55 wib
Jenis Kelamin :Perempuan
b. Orang Tua
NamaIbu : Ny. A Nama Ayah : Tn. S
Umur : 23 Tahun Umur : 27 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : IRT
AlamatRumah : KMP Nagasari Desa AlamatRumah : KMP Nagasari Desa
Telepon : 0821486xxx Telepon : 0821486xxx
a. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya yang pertama lahir pada tanggal 10 Juni 2019,
pukul : 01:55
2. Ibu mengatakan bayinya lahir tidak segera menangis
b. Data Objektif
1. Nilai Apgar Score 4-6
Apgar Score Menit 1 Menit 2
A : Appearane (warnakulit) 1 1
P : Pulse (DetakJantung) 1 2
G : Grimace (Gerak) 1 1
A : Activity (Aktivitas) 0 1
R : Respiration (pernafasan) 1 1
Jumlah 4 6
2. Pemeriksaan fisik
a. Warna kulit : Kebiruan
b. Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung
c. Mulut : Kebiruan, tidak ada labioskisis
d. Dada : Terdapat Retraksi Interkosta
3. TTV
Suhu : 35,5oC
Denyut Jantung : 95x/menit
RR : 29x/menit
4. Pemeriksaan reflek
a. Reflek moro : Ada, Lemah
b. Reflek rooting : Ada, Lemah\
c. Reflek suchning : belum dikaji
d. Tonic Neck : Ada, Lemah
5. Pemeriksaan antopometri
a. Lingkar, Kepala : 33 cm
b. BBL : 2.700 gram
c. PB : 48 cm
d. Masalah : - Bayi terjadi hipotermi (35,5oC)
- Hipoksia
e. Kebutuhan : - Jaga Kehangatan
- Resusitasi
- Beri O2 Nasal
c. Diagnosa Kebidanan : By. Ny. A usia 0 hari dengan Asfiksia
III. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi Asfiksia Berat
IV. Tindakan Segera
1. Hangatkan bayi
2. Aturposisi (setengah ekstensi)
3. Isap Lendir
4. Keringkan bayi
5. Atur posisi kembali
6. Lakukan penilaian
V. Intervensi
Pertanyaan : - apakah bayi cukup bulan
- Apakah bayi bernafas / menangis
- Apakah Tonus otot bayi baik atau kuat
1. Hangatkan tubuh bayi
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
3. Bersihkan jalan napas
4. Keringkan bayi.
5. Lakukan VTP
6. Berikan rangsangan taktil
7. Observasi tanda-tanda vitas
8. Berikan oksigen Nasal 1 liter/ menit ±4 jam
9. Lakukan perawatan bayi dengan infant warmer
10. Melakukan observasi output (BAB/BAK) bayi, TTV, Tanda gawat nafas.
VI. Implementasi
1. Memberitahu keluarga pasien hasil pemeriksaan bayinya. Perempuan
kelengkapan anggota tubuh, keadaan bayinya saat lahir tidak segera menangis,
dan air ketuban ibu hijau encer sehingga keadaan bayinya kurang baik.
2. Menghangatkan bayi dengan meletakkan bayi di Infant Warmer.
3. Memposisikan kepala bayi setengah ekstensi dengan cara mengganjal bahu
bayi 2-3 cm, untuk membebaskan jalan nafas.
4. Membersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung dengan cara menghisap
lendir pada mulut 5 cm dan hidung 3 cm dengan menggunakan De lee/Suction
-> Bayi mulai merintih ektremitas masih ke biruang.
5. Melakukan Ventilasi TekananPositif (VTP).
6. Memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki dan punggung bayi dengan
cara menepuk ->Bayi mulai menangis
7. Mengeringkan tubuh bayi dengan cara mengganti handuk yang basah dengan
kain yang bersih dan kering -> bayi menangis kuat dan tidak merintih ->Kulit
mulai kemerahan.
8. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi, terutama pernapasan tiap 4 jam untuk
memantau perkembangan keadaanbayi
9. Memberikan oksigen nasal 1 liter/menit ±4 jam.
10. Melakukan perawatan bayi dengan infant warmer dengan suhu 36,6oC untuk
menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
11. Melakukan observasi TTV, dan tanda gawat napas bayi seperti pernafasan
cepat (Takypnea) atau lambat (Dyspnea), terdapat retraksi Interkosta, sianosis,
Merintih, Takikardi> 160x/menit, Bradikardi< 100x/menit dan observasi
output (BAB/BAK) bayi.
VII. Evaluasi
No. Tanggal / Jam Tindakan & Hasil Paraf
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas kesenjangan yang ada antara penatalaksanaan
dengan konsep teori yang telah diuraikan pada bab II.
1. Pengkajian
Bayi baru lahir dengan asfiksia sedang merupakan sesuatu keadaan pada
bayi baru lahir yang mengalami gagal nafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. (Dewi,2011).
Pada pengkajian By.Ny. A dengan asfiksia sedang diperoleh data
objektif dengan apgar skor 4-6, keadaan umum bayi lemah, pemeriksaan reflek
pada bayi diperoleh hasil posistif tetapi masih lemah.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa, menentukan masalah,
dan kebutuhan pada bayi baru lair dengan asfiksia sedang. Interpretasi data
terdiri dari diagnosa kebidanan, kebutuan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
sedang yaitu pemberian lampu sorot, pencegahan infeksi, dan pemberian Asi
pada bayi (Dewi,2011).
Pada kasus ini diagnos kebidanan bayi Ny.A usia 1 jam dengan asfiksia
sedang masalah yang ditemukan adalah hipotermi,hipoksia kebutuhan yang
diberikan adalah pemberian Infant Warmer,Resusitasi serta pemberian oksigen
nasal, memberikan salep mata, injeksi vit K.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus BBl dengan asfiksia sedang diagnosa potensial bila bayi
masih belum bisa bernafas spontan maka potensial terjadi asfiksia berat. Namun
pada bayi Ny.A dengan asfiksia sedang ini tidak terjadi diagnosa potensial
karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi dapat bernafas dengan baik.
4. Tindakan Segera
Menurut Arif (2011) asfiksia sedang perlu antisipasi dengan perawatan
bayi pembersihan jalan nafas, pemberian 02, menjaga agar suhu tetap hangat,
kolaborasi dengan tim medis.
Pada kasus by. Ny. A dengan asfiksia sedang antisipasi yang dilakukan
adalah meletakkan bayi di Infant Warmer, mengeringkan tubuh bayi, mengatur
posisi bayi, membersihkan jalan nafas, melakukan VTP, memberikan
rangsangan taktil, pemasangan 02.
5. Perencanaan
Pada kasus By. Ny.A dengan asfiksia sedang ini rencana tindakan yang
diberikan adalah melakukan pendekatan dengan keluarga pasien, memberitahu
keluarga hasil pemeriksaan bayinya, keringkan tubuh bayi, meletakkan bayi di
infant warmer, ganti kain basah dengan kain kering, posisikan kepala bayi,
bersihkan jalan nafas, lakukan VTP, berikan rangsangan taktil, observasi TTV
bayi, berikan terapi 02 1 liter, injeksi vit k, salep mata, rawat bayi di infant
warmer dengan suhu 36,6˚C.
Sedangkan menurut Arif (2010) rencana yang dilakukan pada BBL
dengan asfiksia adalah posisikan bayi ekstensi, bersikan jalan nafas, hangatkan
bayi, beri rangsangan taktil, berkolaborasi dengan tim medis.
6. Pelaksanaan
Menurut Arif (2011). Pada kasus asfiksia sedang melakukan pendekatan
dengan keluarga pasien, memposisikan bayi sedikit ekstensi, membersihkan
jalan nafas, berkolaborasi dengan tim medis dalan pemberian terapi,
mengobsrvasi pernapasan setiap 4 jam.
7. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari BBl dengan asfiksia sedang adalah bayi bisa
bernafas dengan normal,tidak hipotermi, tidak infeksi, reflek dan nutrisi bayi
baik, (Arif dan Sari,2010).
Pada By Ny.A hasil yang didapat bayi dapat bernafas normal, keadaan
umum baik, reflek ada dan kuat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran antara 02 dan C02, adapun
gangguan tersebut dapat teijadi selama prenatal, intranatal dan postnatal. Asfiksia
diklasikfikasikan menjadi 3 yaitu asfiksia ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia
berat.Dari masing masing klasifikasi mempunyai tanda dan gejala yang berbeda,
namun kita juga dapat menentukan klasifikasinya berdasarkan apgar skor.
Dari kasus dapat disimpulkan bahawa bayi Ny. A didiagnosa asfiksia
dengan klasifikasi asfiksia sedang yang didasari dari tanda dan gelaja yang terdapat
pada bayi serta skor apgar yang didapatkan serta penyebabnya yaitu faktor ibu
dengan obesitas, persalinan lama, ketuban yang berwarna hijau encer. Maka dari itu
dibutuhkan tindakan segera untuk menangani bayi Ny. A yaitu dengan tindakan
resusitasi untuk meningkatkan skor apgar.
5.2. Saran
5.2.1 Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat lebih memperdalam teori atau bahasan
mengenai asfiksia neonatorum, agar nantinya dapat dengan mudah memberi
asuhan dan melakukan penatalaksanaan terhadap kasus bayi dengan asfiksia
di lahan praktek.
5.2.2 Bidan/ Tenaga Kesehatan
Dalam penanganan kasus asfiksia perlunya bidan dapat mengenal
tanda-tanda atau gejala asfiksia sedini mungkin dengan obser:asi yang lebih
jelas pada tanda-tanda vital agar dapat mengantisipasi kemungkinan yang
teijadi pada ibu dan janin sebelum ibu melahirkan.
5.2.3 Institusi
Bagi institusi pendidikan khusunya institusi pendidikan kesehatan di
harapkandapat meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar mendapatkan
tenaga kesehatan yang berkualitas dan professional.