Disusun Kelompok 18 :
4
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatus ”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak Program Studi D3 Keperawatan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, yang
telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan
makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
6
BAB I
PENDAHULUAN
baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2006) yang
berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.
1.3 Manfaat
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Asfiksia Neonatorum
2.1.1 Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir
(Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatrum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidakdapat
bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigendan
semakin meningkatkan kadar karbondioksida yang dapat menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
bisa bernafas secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,2004).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa
faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
Asfiksia dikatakan sebagai hipoksia yang progresif,
penimbunanCO2 dan asidosis. Apabila proses ini berlangsung lebih jauh
dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Pada bayi yang
mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat
dalamperiodeyang singka
1) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita (BKKBN, 2006).17 Menurut Manuaba (2008), paritas adalah
wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Paritasyang rendah (paritas
satu) menunjukkan ketidaksiapan ibu dalammenangani komplikasi
yang terjadi dalam kehamilan, persalinandan nifas
Klasifikasi paritas antara lain:
a)) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seoranganak, yang
cukup mampu untuk hidup.
b)) Multipara
Multipara adalah wanita yang sudah melahirkan bayi atermsebanyak
lebih dari satu kali.
c)) Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 oranganak
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalamkehamilan dan
persalinan
2) Usia Ibu
Sistem reproduksi yang matang dan siap digunakan adalahpada usia
20-35 tahun, sedangkan usia reproduksi tidak sehat yaitu 35 tahun,
yang dapat menimbulkan akibat burukbagi kesehatan ibu dan bayi
yang akan dilahirkan. Pada usia ibukurang dari 20 tahun, alat
reproduksi belummatang sehinggadapat merugikan kesehatan ibu
maupun perkembangandanpertumbuhan janin. Hal ini disebabkan
karena ibu sedang dalammasa pertumbuhan ditambah faktor psikologis
ibu yang belummatang atau belum siap untuk menerima kehamilan
3) Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan tekanan darahyang terjadi
saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulanterakhir
kehamilan atau lebih seyelah 20 minggu usia kehamilanpada wanita
yang sebelumnya normotensif, tekaan darah mencapai nilai 140/90
11
2.1.4 Patway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan faktor lain : anestesi,
resentasi janin abnormal obat-obatan narkotik
ASFIKSIA
Kerusakan otak
hipotermia Gg.meta
Bolisme &
perubahan
DJJ & TD Kematian bayi asam basa
Asidosis
Proses keluarga
terhenti
13
Resiko
respiratorik infeksi Gg.perfusi ventilasi
Janin tdk bereaksi
Terhadap rangsangan
Gangguan
Nafsu makan pemenuhan
kebutuhan
tidak adekuat oksigen
Tanda-tanda
Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2
Vital
1. Appearance Seluruh tubuh bayi Warna kulit tubuh Warna kulit
(warna kulit) berwarna kebiru- normal, tetapi seluruh tubuh
15
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena
peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan
memburuk bila frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah
berkembang. Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah
nomor dua. Bila apnea berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak
berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang
hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung dari dua tanda penting tersebut.
disebabkan oleh salah satu sebab berikut yakni perlekatan sungkup kurang
sempurna, arus udara terhambat, atau tidak cukup tekanan.
8. Pemberian Obat-Obatan Penunjang
Obat-obatan diperlukan apabila frekuensi jantung bayi tetap 80 per
menit walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen 100%)
dan kompresi dada untuk paling sedikit 30 detik atau frekuensi jantung
nol.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
21
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Dalam tahap
pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada beberapa pengkajian
yang harus dilakukan yaitu :
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
b. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
22
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus
antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
23
3. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat
gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan
menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde
sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
7. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang
diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)
a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan
hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan
gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran
neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan
usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi
preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37
C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C,
nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
27
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
Natrium (normal 134-150 mEq/L)
Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3) Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
1 Gangguan pemenuhan Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang 1. Memberi rasa nyaman dan
kebutuhan O2 Kebutuhan O2 bayi terpenuhi dengan alas yang data, mengantisipasi flexi leher yang
sehubungan dengan post Kriteria: kepala lurus, dan leher dapat mengurangi kelancaran
asfiksia berat - Pernafasan normal 40-60 sedikit tengadah/ekstensi jalan nafas.
kali permenit. dengan meletakkan bantal
- Pernafasan teratur. atau selimut diatas bahu
- Tidak cyanosis. bayi sehingga bahu
- Wajah dan seluruh tubuh terangkat 2-3 cm
Berwarna kemerahan 2. Bersihkan jalan nafas, 2. Jalan nafas harus tetap
(pink variable). mulut, hidung bila perlu. dipertahankan bebas dari lendir
- Gas darah normal untuk menjamin pertukaran gas
PH = 7,35 – 7,45 yang sempurna.
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal 3. Deteksi dini adanya kelainan.
dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam
31
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi
No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam
rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang
rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang
lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan
keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan
keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan
didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
36
37
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.1 Pengkajian
Pengkajian pada bayi Ny. E.N dengan diagnosa medis : asfiksia sedang,
di Ruangan NICU RSUD. Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang dilakukan pada tanggal
9 Juli 2018, jam 09.00 WITA. Hasil pengkajian yang didapatkan adalah :
Identitas, Bayi Ny. E.N , jenis kelamin laki-laki, tanggal lahir 4 Juli 2018 jam
07:30 WITA (umur 6 hari), lahir dengan persalinan SC indikasi letak sungsang,
agama Protestan, alamat Labat Kupang
Keluhan utama :bayi tidak bernapas spontan saat lahir, APGAR score
5/7, usia gestasi 33 minggu, BB lahir 2200 gram, panjang badan 47 cm, lingkar
kepala 33 cm, lingkar dada 28 cm, dan lingkar perut 26 cm. Tandatanda vital:
heart rate : 130 kali per menit, suhu 36,5°c, pernapasan 60 kali per menit.
Riwayat ibu : umur 37 tahun, gravida kedua, partus kedua, abortus tidak
pernah, tidak ada komplikasi.
Keadaan umum bayi saat pengkajian : bayi tampak sakit sedang,
menangis kuat, tidak sesak napas, respirasi 60x/menit, tidak ada napas cuping
hidung dan retraksi dinding dada. Terpasang OGT (oro grastric tube) dan infus
dextrose 10%. Minum ASI 8x20cc/24 jam, ada mual dan muntah setiap kali diberi
minum. Refleks mengisap dan menelan kuat.
Pemeriksaan penunjang tanggal 10 Juli 2018 didapatkan : , RDW-SD
63,4 H mg/dl , RDW-CV 16,3 H mg/dl , dan Eosinofil 3,5 L mg/dl, dan neutrofil
47,8 H mg/dl.
Terapi : kebutuhan cairan infus glukosa 10% 330 cc/24 jam (14
tetes/menit), injeksi Ampicilin 2 x 110 mg ( IV), dan Gentamicin 1 x 11 mg (IV).
omeprazole 1 x 1 g/oral, ASI 8x20cc/24 jam.
3.1.2 Analisa data
Berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan fisik maka dapat dilakukan
analisa data sebagai berikut :
38
Data subjektif : -, Data objektif : Bayi tampak mual muntah saat minum ASI per
oral, terpasang OGT, minum ASI 8x20cc/24 jam. Masalah : Risiko tinggi nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Penyebab : imaturitas sistim pencernaan
Data subjektif : -, Data objektif : Pasien terpasang OGT, dan terpasang infus.
Tampak bekas tusukan di lengan kiri dan kanan (warna kebiruan dan bengkak),
suhu 36,5°C. Masalah : risiko tinggi infeksi. Penyebab : prosedur invasif dan
sistim imunitas belum berkembang optimal.
3.1.3 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakan pada bayi Ny.E.N sebagai berikut:
1. Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
imaturitas sistim pencernaan
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan sistim imunitas
belum berkembang optimal.
3.1.4 Perencanaan
Rencana keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul pada bayi Ny.
E.N sebagai berikut :
Diagnosa pertama : risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan imaturitas sistim pencernaan Goal :Bayi akan mempertahankan kebutuhan
nutrisi selama dalam perawatan Objektif : Dalam jangka waktu 1 x 24 jam
kebutuhan nutrisi akan terpenuhi. Kriteria hasil : Bayi dapat minum ASI per oral
sesuai kebutuhan, bayi tidak muntah. Intervensi : 1. Kaji status nutrisi bayi. 2.
Pantau cairan infus yang terpasang, 3. Beri minum ASI per oral sedikit-sedikit. 4.
Kolaborasi pemberian omeprazol 1 x 11 g
Diagnosa kedua : risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan
sistim imunitas belum berkembang optimal, Goal : Bayi tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi selama dalam perawatan, Objektif : dalam jangka waktu 3 x
24 jam bayi diharapkan terhindar dari tanda dan gejala infeksi dengan kriteria
hasil : suhu tubuh dalam batas normal (36,5°c – 37 °c), tidak ada tanda-tanda
infeksi pada bekas tusukan (tidak merah, bengkak, tidak nyeri,tidak ada pus dan
tidak terjadi gangguan pada fungsi pergerakan).
Intervensi : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi, 2. Bersihkan alat-alat sebelum
digunakan pada pasien, 3. Monitor TTV 4. Lakukan prosedur keperawatan dengan
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori
dan kasus pada bayi, Ny. E.N dengan asfiksia sedang di Ruangan NICU
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal 09 sampai 12 Juli
2018. Pembahasan mencakup : pengkajian dan analisa data, merumuskan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan asuhan keperawatan,
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan evaluasi hasil asuhan
keperawatan serta dokumentasikan asuhan keperawatan.
4.1 Pengkajian
Pengkajian pada bayi lahir dengan asfiksia menurut Wong, 2008
adalah tanda dan gejala dari asfiksia : tidak bernapas atau megap-
megap, pernapasan cepat, adanya retraksi dinding dada, pernapasan
cuping hidung, warna kulit pucat atau biru, atau sianosis, denyut
jantung tidak ada atau lamabat (kurang dari 100 kali per menit). Kasus
bayi Ny E.N tidak ditemukan tanda sianosis pada mulut, kuku dan
seluruh badan, hal ini disebabkan karena bayi sudah mendapatkan
perawatan di ruangan NICU dan data yang menunjang tidak
ditemukan.
4.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia menurut Wong, 2008 adalah : 1. Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan
energi, dan keletihan, 2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan
dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh
subkutan, 3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan
imunologi yang kurang. 4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh (resiko tinggi tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit. 5. Risiko tinggi
kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan
karakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas
atau penyakit Namun pada kasus bayi Ny.E.N dengan asfiksia hanya
43
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat
lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa
50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir
sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu
sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan
untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia
muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi
ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua
46
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.