2
3
4
5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
Abstrake
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau Cronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD) merupakan suatu penyakit yang ditujukan untuk mengelompokkan penyakit-
penyakit paru yang mempunyai gejala berupa terhambatnya aliran udara pernapasan yang
dapat terjadi pada saluran pernapasan maupun pada parenkim paru, pasien dengan penyakit
paru obstruksi Kronik akan mengalami gejala sesak untuk mengatasi sesak dapat dilakukan
dengan terapi non farmakologi yaitu Pursed Lip Breating. Metode dalam karya tulis ilmiah
akhir ners ini berupa studi kasus yang di ambil saat melakukan praktek profesi ners di rumah
sakit umum daerah Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi dengan melakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari. Hasil yang di dapatkan setelah dilakukan pursed lip breating yaitu sesak nafas
menurn dan saturasi oksigen meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya
pengaruh teknik Pursed Lip Breating dalam menurunlan sesak nafas dan meningkatkan
saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruksi kronik. Disarankan kepada perawat
agar menerapkan teknik pursed lip breating dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan sesak nafas.
6
NERS PROFESSIONAL EDUCATION STUDY PROGRAM
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE PADANG
Abstrake
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) or Chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) is a disease aimed at grouping pulmonary diseases that have symptoms in the form
of obstruction of respiratory air flow which can occur in the respiratory tract and in the
lung parenchyma., patients with chronic obstructive pulmonary disease will experience
symptoms of shortness of breath. To overcome the tightness, it can be done with non-
pharmacological therapy, namely Pursed Lip Breating. The method in this nurse's final
scientific paper is in the form of a case study taken when practicing the nurse profession at
the general hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi by providing nursing care for 3 days.
The results obtained after pursed lip breating were shortness of breath and increased
oxygen saturation. So it can be concluded that the effect of pursed lip breating technique in
reducing shortness of breath and increasing oxygen saturation in patients with chronic
obstructive pulmonary disease. It is recommended that nurses apply the Pursed Lip Breating
technique in performing nursing care for patients with shortness of breath.
7
RIWAYAT HIDUP PENULIS
I. Identitas
NPM : 1914901719
Agama : Islam
Ayah : Yayat
Ibu : Sefriyanti
Email : gitomahataputra123@gmail.com
No Hp : 085263491640
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang berjudul “asuhan
dapat diselesaikan.
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Profesi Ners, pada Program Studi Keperawatan STIKes perintis Padang. Dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang
2. Ibu Ns. Mera Delima, M. Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes Perintis
Padang.
3. Ibu Ns. Dia Resti DND, M. Kep selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk dalam menyusun karya ilmiah akhir
ners ini.
4. Ibu Ns. Endra Amalia, M. Kep selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, serta petunjuk dalam menyusun karya ilmiah akhir ners ini.
9
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ... .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Bagi Penulis ........................................................................................ 5
1.4.2 Bagi Pasien........................................................................................... 5
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian ......................................................................... 6
1.4.4 Bagi Instansi Pendiidkan...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Paru Obstruksi Kronis ................................................. 7
2.1.1 Pengertian Penyakit Paru Obstruksi Kronis ....................................... 7
2.1.2 Kelompok Penyakit Yang Masuk Jenis PPOK .................................. 8
2.1.3 Etiologi PPOK .................................................................................... 9
2.1.4 Tanda Dan Gejala PPOK .................................................................... 12
2.1.5 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan ................................................ 13
2.1.6 Patofisiologi PPOK ............................................................................ 19
2.1.7 Pathway PPOK ................................................................................... 21
2.1.8 Klasifikasi PPOK................................................................................ 22
2.1.9 Komplikasi PPOK .............................................................................. 23
2.1.10 Penatalaksanaan ................................................................................. 25
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis ..................................................... 32
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................ 32
2.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 36
2.2.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 38
2.2.4 Implementasi Keperawatan .................................................................. 49
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 49
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1. Pengkajian ............................................................................................ 50
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Klasifikasi Derajat Keperahan Keterbatasan Aliran Udara Pasien PPOK ..... 22
Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan Teoritis ................................................... 38
Tabel 3.1 Pemeriksaan Penunjang Labor ...................................................... 59
Tabel 3.2 Pemeriksaan Penunjang Radiologi................................................ 59
Tabel 3.3 Pemberian Terapi .......................................................................... 60
Tabel 3.4 Intervensi Keperawatan Kasus ...................................................... 64
Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi ........................................................... 74
13
DAFTAR SKEMA
14
DAFTAR Gambar
15
BAB 1
PENDAHULUAN
pernafasanyangdidefinisikansebagaikegagalanventilasidankegagalanoksigenas
D, 2014).
kematian terkemuka pada tahun 2030. Secara global di perkirakan bahwa 3,17
juta kematian disebabkan oleh PPOK pada tahun 2015. Pada tahun 2010
PPOK menyebabkan kerugian ekonomi sekitar 2,1 triliun dolar (World Health
kronis dan kematian di seluruh dunia. Banyak orang menderita penyakit ini
16
Angka kematian ini diperkirakan akan meningkat karena meningkatnya
dari10penyebabkematiandiIndonesiadanprevalensiPPOKrata-ratasebesar 3,7%
2015 yaitu penyait PPOK menduduki peringkat kedua dengsn angka kejadian
199 kasus. Semantara itu pada tahun 2016 data yang didapatkan dari RSAM
GejalklinispadaPPOKantaralainbatuk,produksisputum,sesaknafadanketerbatas
mekanisdariototototinspirasimeningkatnyavolumerestriksiselamaberaktivitas,l
gangguanpertukarangaskompresijalannafasdinamisdanfaktor kardiovaskuler.
Oleh karena itu pada penanganan PPOK tidak hanya menghandalkan terapi
17
farmakologi saja melainkan terapi non-farkologi juga merupakan hal yang
2012)..
Pasien dngan PPOK jga dpat diberikan pennganan trapi nonfrmakologi, salh
satnya adlah rehbilitasi dngan melkukan tehnk Pursd Lps Brathing (PLB) yng
dapt dijdikan intrvensi keperwatan mndiri. PLB adalh latihn pernfasan untk
alveolidenganpertkarangastanpameningkatkankerjapernafasan,mengkoordinasi
TerhadapPenurunanFrekuensiPernafasanPadaPasienPPOKdiRSUD Ambarawa
penelitian ini adalah Pursed lip breathing lebih efektif digunakan untuk
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Qamila et al., 2019) dengan
18
disarankanteknikPLB dapatdijadikan sebagaisalah satuintervensi mandiri
mengurangikeluhan ssak.
Bukittinggi
(PPOK)
Bukittingi
19
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Penyakit Paru
Bukittingi
Bukittingi
Bukittingi
Bukittingi
Dengan adanya karya ilmiah akhir ners ini maka penulis dapat
Dengan adanya karya ilmiah ini dapat menjadi sumber informasi bagi
20
1.4.3 Bagi Lahan Praktek
Dengan adanya karya ilmiah akhir ners ini dapat menjadi sumber
khususnya pada pasien penyakit paru obstruksi kronis dengan sesak nafas.
Dengan adanya karya ilmiah akhir ini dapat menambah referensi bagi
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
pernpasan yng daat tejadi pda salran pernpasan mupun pda parnkim pru
(Djojodiningrat D, 2014)
pnyumbatan sluran npas yng mnimbulkan gjala srupa satu dngan yng
lainya dn basanya tdak bersfat revesibel dn dlam wktu yng lma akn terjdi
gejla akt yng membruk yagseing diebut dngan eksserbasi (Kosasih, etc.,
2008)
22
berkaitan dengan respons inflamasi abnormal pada paru terhadap partikel
penyumbtan alran udra pda salran pernpasan yang ditndai dengn adnya
gejla sesk npas dandalam wktu yng lma akn semkinmemburukyang disbut
denga eksserbasi.
a. Asma
b. Bronkitis kronis
23
Bronkitis kronimerupkan suatukeadaan adnya batk prduktif lbih dri 250
c. Emfisema
d. Bronkiektasis
Bronkiektsis adlah gngguan pda salran pernapsan yng terjdi akibt adanya
penunjng, yng disbabkan olh atu berkitan dngan infksi nekrtikan krnis.
olh batk dan pengelaran sptum purlen dalm jumlh besr (Robins, et.al
,2007).
a. Usia
24
PPOKjarang mlai mnyebabkan gjala yng diknali secra klnis seblum usia40
b. Merokok
batk prduktif. Pda brokitis krnik btuk prduktif dpat terjdi selma lbih dri
Didga bhwa sektar 20% orng yng merkok akn menglami PPOK, dengn
dengan2 packyears(Francis,2008).
25
c. Lapangankerjaberdebu
d. Polusiudara
terjadinyapenyumbatan.
ada riwayatmerokok.
26
2.1.4 Tanda dan Gejala
2007):
bloater).
a. Kelemahanbadan
b. Batuk
c. Sesaknafas
f. Ekspirasiyangmemanjang
i. Suaranafasmelemah
j. Kadangditemukanpernapasanparadoksal
k. Edemakaki,asietasdanjaritabuh
27
memastikanbahwatbuh mengkstrakoksgen dalamjumlahyangcukupuntuk
Gambar 1
paru-paru(PeatandNair,2011).
a. Hidung
menghangatkan,melembabkan,danmenyaringudarayang masuk;(2)
mendeteksistimulasiolfaktori(indrapembau);dan(3)modifikasigetaran
28
suara yangmelalui bilikresonansi yangbesar danbergema.Rongga
mukosa(TortorraandDerrickson,2014).
b. Faring
13cm. Dnding fring dissun olh ott rangka dn dibtasi olh membrne
Derrickson,2014).
c. Laring
29
Epiglotismelindungisaluran udaradan mengalihkanmakanandan
d. Trakea
(PeateandNair,2011).
e. Bronkus
Gambar 2
Struktur bronkus
30
Setlah larng, traka terbgi menjdi dua cbang utma, brnkus kann dan kri,
sehingmenyebabkanbronkitiskronis.
f. Paru
31
Gambar 3
Alveoli(Sherwood,2010)
Cabangcabangbronkusterusterbagihinggabagianterkecilyaitubronchiole
udarakeciltempat dimanaterjadipertukarangas(Sherwood,2010).
cairanalveolar.Cairanalveolarinimengandungsurfaktansehingga dapat
32
dimanakeduanya membentukmembran respiratori(Tortoradan
dansel-seltubuh(Sherwood, 2014).
1. Ventilasipulmonar
Bagaimanaudaramasuk dankeluardariparu
2. Respirasieksternal
karbondioksidaberdifusidari darahkeparu
3. Transportgas
tubuhatausebaliknya
4. Respirasiinternal
darisel tubuh(PeateandNair,2011)
2.1.6 Patofisiologi
33
pada terjadinyapenurunan FEV(ForcedExpiratoryVolume,
2012).
34
Faktorresiko merokokdan polusi udarmenyebabkan prosesinflamasi
inpirasi aan terebak kedlam alvolus pada sat teradi eksprasi sehngga akn
yangdapa menyebabkanterjadinyakeluhansesaknapas.
35
2.1.7 Pathway PPOK
Faktor
Predisposisi
MK:
Edema ,spasme bronkus,
Bersihan jalan
nafas tidak Peningktan secret bronkus
efektif
Obstruksi bronkiolus awal
Fase ekspirasi
Udara terperangkap
Dalam Alveolus
Metabolisme
Hipertensi erob
pulmonal
Produksi ATP
menurun MK:
MK:
Perfusi perifer Intoleransi
aktivitas
tidak efektif
Defisit Energi Lelah, lemah
MK:
Gangguan
pola tidur
36
2.1.8 Klasifikasi PPOK
paksa dri titik insprasi makimal (Forcd Vitl Capcity (FC)), kapaitas udra
paien PPOK.
Tabel 2.1
37
Sumber: GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and
Prevention of COPD.
Keterangan :
udara yang dapat dihembuskan paksa dalam satu detik pertama) lebih dari
2.1.9 Komplikasi
a. Hipoksemia
b. Asidosis respiratori
38
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness, dan
takipnea.
c. Infeksi respiratori
timbulnya dyspnea.
d. Gagal jantung
e. Kardiak disritmia
asidosis respiratori.
f. Status asmatikus
otot bantu pernafasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada
39
2.10 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
kasus.
dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
40
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
B. Penatalaksanaan Keperawatan
adalah:
harian
41
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
g. Pengobatanoksigen,bagiyangmemerlukan.Oksigenharusdiberikan
denganaliranlambat1-2liter/menit.
h. Tindakanrehabilitasiyangmeliputi:
a) Fisioterapi,terutamabertujuanuntukmembantupengeluaransecret
bronkus.
memulihkankesegaranjasmani.
dapatkembali mengerjakanpekerjaansemula.
pernapasanyangpalingefektif.
42
Latiahan Pernafasan dengan Pursed Lip Breating
a. Pengertian
alatbantu apapun, dan juga tanpa efek negative seperti pemakaian obat-
b. Tujuan
43
untuk mengontrol pernapasan, dan mencegah kolaps alveoli (Smeltzer
et al., 2008).
dalam keadaan tidur dan duduk dengan menghirup udara dari hidung
dihembuskan).
44
4) Hitung hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir
2008).
Gambar 4
45
d. Mekanisme Pursed Lip Breating
napas(PotterandPerry2010).
secaradalamsertaekspirasiaktifdalam danpanjang.Prosesekspirasi
2008).
46
e. Manfaat Pursed Lip Breating
pernapasan(IgnataviusandWorkmann.d.)Latihanpernapasanpursed
lipdapatmencegahatelektasisdanmeningkatkanfungsiventilasipada paru,
pemulihankemampuanototpernapasanakanmeningkatkancompliance
2.2.1 Pengajian
(Dermawan, 2012).
a. BiodataPasien
47
perlu dikajiuntuk mengetahuiterjadinyamasalahatau penyakitdan
pasiententangpenyakitnya(Muttaqin,2014)
b. Riwayat Kesehatan
kelhan uama, keadian yng memuat kodisi sekrang ini, riwyat keseatan
c. Keluhan Utma
(Muttaqin, 2014).
d. RiwayatKesehatanSekarang
keluhanutamasesaknafas,kemudiandiikuti dengangejala-gejalalain
sepertiwheezing,lendirdansekresiyangsangatbanyaksehingga
e. RiwayatKesehatanMasaLalu
48
MenurutMuttaqin(2014)tujuanmenanyakan riwayatkesehatankeluarga
orangterinfeksiakandapatdiketahuisumberpenularannya.
2. Kelainanalergi
3. Tempattinggalpasien,kondisilingkunganmisalnya adanyapolusi
udara.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
49
Pada auskultasi, sering didapatkan bunyi suara nafas ronkhi basah
(Harahap, 2012).
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah pada pasien PPOK meliputi cek darah rutin yaitu
c. Pemeriksaan radiologi
50
penderita PPOK di Jepang ditemukan adanya perburukan gambaran
dan asma mengalami gangguan tidur. Jika gangguan tidur ini dia
tidur yang diterima adalah usulan dari Rechts chaffen dan Kales yaitu
(NREM) sleep gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur makin
dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur. Tidur REM lebih
mata yang tertutup. Pada waktu REM, orang tidak lagi mendengkur,
a. Bersihan jalan nafas tidak efetif b.d spasmen jalan nafas, hpersekresi
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas, penurunan energi,
51
dipnea, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal
(D.0005)
52
2.2.4. intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intrevensi Keperawatan (SIKI)
1. Bersihan jalan napas tidak efetif Bersihan jalan nafas: Latihan batuk Efektif
berhubungan dengan spasme jalan Kemampuan membersihkan sekret Defenisi:
nafas, hipersekresi dijalan nafas, atau obstruksi jalan napas untuk Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
sekresi yang tertahan dibuktikan mempertahankan jalan napas tetap secara efektif untuk membersihkan laring- trakea dan
dengan batuk tidak efektif, sputum paten bronkiolus dari sekret atau benda asing dijalan napas
berlebih, mengi, wheezing dan/atau Setelah dilakukan intervensi
ronkhi keprawatan selama 3 X 24 jam maka Tindakan
Bersihan Jalan Napas Meningkat Observasi:
Defenisi 1. Identifikasi kemampuan batuk
Kemampuan membersihkan sekret atau Kriteria Hasil: 2. Monitor adanya retensi sputum
obstruksi jalan nafas untuk 1. Batuk efektif meningkat 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
mempertahankan jalan nafas tetap 2. Produksi sputum menurun 4. Monitor input dan output (mis, jumlah,
paten 3. Mengi Wheezing menurin karakteristik)
4. Dispnea menurun Terapeutik
5. Gelisah menurun 1. Atur posisi semi-fowler
6. Frekunsi nafas membaik 2. Pasang perlak dab bengkok di pangkuan psien
7. Pola nafas membaik 3. Buang sekret di tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan dan tujuan batuk efektif
2. Anjurkan menarik nafas dalam dari hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
elurgan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
38
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke -3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiak mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Pola Nafas Menejemen Jalan Nafas
dengan hambatan upaya nafas, Definisi: Definisi:
penurunan energi, posisi tubuh yang Inspirasi dan/atau ekspirasi yang mengidentfikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
menghambat ekspansi paru dibuktikan memberikan ventilasi adekuat Tindakan :
dengan dipnea, penggunaan otot bantu Setelah dilakukan intervensi Observasi :
pernafasan, pola nafas abnormal keprawatan selama 3 X 24 jam maka 1. Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman,
Defenisi: pola napas membaik usaha napas )
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi nafas tambahan ( mis, gurgling,
memberikan ventilasi adekuat 1. Jalan nafas paten mengi, wheezing, ronkhi kering )
2. Sekret berkurang 3. Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )
3. Frekuensi nafas dalam batas
normall Teraupeutik :
4. Kilen mampu melakuan Batuk 1. Pertahankan kapatenan jalan napas dengan
efektif dengan benar head-tilt dan chin- lift ( jaw-thrust jika curiga
trauma Servikal )
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
endotrakea
6. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
39
forsepMcGill
7. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
8. Berikan oksigen , jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik, jika perlu
40
perlak dan bengkok di pangkuan pasien
2. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif -
Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
selama 4 detik ,ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu ( dibulatkan) 8 detik.
2. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan ke efektifan
pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
1. Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya
nafas
2. Monitor pola napas seperti ( seperti bradipnea
taipnea,hiperventilasi)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
41
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6. Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan resprasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
1. Jelaskan tujuan dan perusedur pemantauan -
Informasikan hasil pemantauan , jika perlu
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan Petukaran gas Terapi oksigen
dengan ketidak seimbangan ventilasi- Defenisi: Defenisi:
perfusi, perubahan membran alveolus- Oksigen dan/atau eliminasi Memberikan tambahan oksigen untuk mencegah dan
kapiler, dibuktikan dengan dispnea. karbondioksida pada membran mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan
Defenisi: alveolus-kapiler dalam batas normal
Kelebihan atau kekurangan oksigen Setelah dilakukan intervensi Tindakan
dan/atau karbondioksidapada membran keprawatan selama 3 X 24 jam maka Observasi:
alveolus-kapiler pertukaran gas meningkat
1. monitor kecepatan aliran oksigen
Kriteria Hasil: 2. monitor posisi alat terapi oksigen
1. dispnea menurun 3. monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan
2. bunyi napas tambahan menurun fraksi yang diberikan cukup
42
3. PO2 membaik 4. monitor efektifitas terapi oksigen (mis: oksimetri,
4. Pola nafas membaik analisa gas darah) jika perlu
5. monitor kemampuan melepaskan oksigen dan
atelektasis.
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasanga oksigen
Terapeutik
1. Bersihan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika
perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahkan, jika perlu
5. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
6. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan kelurgan cara menggunakan
oksigen di rumah.
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentukan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
43
4.
Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
berhubungan dengan peningkatan Defenisi: Defenisi:
tekanan darah, dibuktikan dengan akral Keadekuatan aliran darah pembuluh Mengedentifikasi dan merawat area lokal dengan
terasa dingin darah distal untuk menunjang fungsi keterbatasan sirkulasi perifer
Defenisi: jaringan.
Penurunan sirrkulasi darah pada lever Tindakan:
kapiler yang dapat mengganggu Setelah dilakukan intervensi Observasi :
metabolisme tubuh. keperawatan selama 3 X 24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi, perifer,
maka perfusi perifer meningkat edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle –
brachial index )
Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (
1. Denyut nadi perifer mis. Diabetes, merokok, orang tua, hipertensi,
meningkat dan kadar kolesterol tinggi)
2. Warna kulit pucat menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
3. Pengisian kapiler membaik pada ekstremitas.
4. Akral membaik Terapeutik :
5. Turgor kulit membaik 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
6. Tekanan darah sistolik darah di area keterbatasan pefusi.
membaik 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
7. Tekanan darah diastolik ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
membaik 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi :
44
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkakn mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol,
jika perlu.
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan oba
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat ( mis. Melembabkan kulit kering pada
kaki )
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
9. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi ( mis. Rendah lemak jenuh , minyak
ikan omega 3 )
10. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan ( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa )
45
5. Gangguan pola tidur berhubungan Pola tidur Dukungan tidur
dengan restraint fisik, hambatan Defenisi: Defenisi:
lingkungan, dibuktikan dengan Keadekuatan kualitas dan kuantitas Menfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
mengeluh sulit tidur tidur
Tindakan:
Defenisi: Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 X 24 jam 1. identifikasi pola aktivitas dan tidur
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu maka pola tidur membaik 2. identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
tidur akibat faktor eksternal psikologis)
Kriteria Hasil: 3. identifikasi makan dan minum yang mengganggu
1. Keluhan sulit tidur menurun tidur (mis: kopi, teh, alkohol, makan mendekati
2. Keluhan sering terjaga waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
menurun 4. identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
3. Istirahat meningkat
4. Kemampuan beraktivitas terapeutik
meningkat 1. modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
2. batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4. tetapkan jadwal tidur rutin
5. lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis: pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
6. sesuaikan jadwal pemberian obat dan /atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
1. jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
46
2. anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. anjurkan menghindari makanan/minum yang
menggung tidur
4. anjurkan penggunakan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
5. anjurkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis: psikologis, gaya hidup,
sering berubah shif bekerja)
6. ajarkan relaksasi atot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya.
6.
Intoleransi aktivitas berhubungan Toleransi Aktivitas Manajemen energi
dengan ketidakseimbangan antara Defenisi: Defenisi:
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah Respon fisiologi terhadap aktivitas Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi
baring, kelemahan, dibuktikan dengan yang membutuhkan tenaga untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
dispnea saat mengoptimalkan proses pemulihan
Setalah dilakukan intervensi
Defenisi: keperawatan selama 3 X 24 jam Tindakan:
maka toleransi aktivitas meningkat Observasi:
Ketidak cukupan energi untuk 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
melakukan aktivitas sehari-hari Kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
1. saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. kemudahan dalam aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkta 4. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama
3. keluhan lelah menurun melakukan aktivitas
4. dispnea saat aktivitas menurun
5. tekanan darah membaik Terapeutik
47
6. frekuensi napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpisah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
48
2.4.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
dan kriteri hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi ada
yaitu:
b. Diagnosa keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
49
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Jambak
No MR : 11-17-39-20
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 35 Tahun
Hubungan : Anak
50
C. Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
klien juga mengatakan belum BAB semenjak 2 hari yang lalu. vital
5. Faktor Pencetus
51
Faktor pencetus yang terjadi pada Ny.A yaitu akibat dari hipertensi
6. Lama Keluhan
sakit.
7. Faktor Pemberat
Faktor pemberat pada Ny.A yaitu usia yang sudah memasuki usia
pertolongan.
E. Diagnosa
PPOK
52
F. Genogram
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: pasien
X : Meninggal
: Tinggal Serumah
: Menikah
G. Aktivitas Sehari-hari
No Aktivitas Dirumah Dirumah sakit
53
Keluarga mengatakan Lunak) keluarga
pasien tidak menyukai mengatakan klien menyukai
makan yang berat. makanan lunak karena
sudah tua dan tidak ada gigi
- Nafsu makan
lagi
Keluarga mengatakan
nafsu makan pasien baik,
pasien tidak menjadi
penurunkan berat badan
sejak 3 bulan yang lalu
b. BAk
- Frekuensi: klien terpasng
kateter
b. BAK
- Urin output: 800 cc
- Frekuensi : 4 – 6 kali
- Warna : kuning pekat
sehari
- Bau : kas
- Warna: kuning
- Bau: kas
3. Pola tidur dan - Waktu tidur: jam 21.00 - Waktu tidur: keluarga
istirahat wib mengtakan klien mengalami
Keluarga mengatakan susah tidur dan waktu tidur
klien tidur setalah isya tidak menentu.
sampai jam 5 subuh. - Klien mengatakan sering
terbangun karena nafas
54
Lama: 6-9 jam sesak
- Kebiasaan sebelum tidur:
- Kebiasaan sebelum tidur:
keluarga mengatakan
keluarga mengatakan
sebelum tidur klien baca
sebelum tidur klien baca
doa dan ayat-ayat al-quran
doa dan ayat-ayat al-
quran
- Kesulitan dalam tidur:
tidak ada.
4. Personal - Gosok gigi - Gosok gigi
hygein Frekunsi 2 x sehari pagi dan Frekunsi kadang-kadang,
sore hari gosok gigi di tempat tidur di
- Mandi bantu keluarga
Frekunsi 2 x sehari, pagi - Mandi
dan sore hari, Selama dirawat di RS Klien
menggunakan sabun mengatakan belum madin
- Keramas
Sekali 2 hari menggunakan
shampoo
1. Gambaran Diri
2. Harga Diri
3. Peran
Klien mengatakan perannya saat ini adalah sebagai seorang ibu dan
seorang istri
55
4. Ideal Diri
dengan baik.
5. Identitas
Klien mengatakan perannya saat ini adalah seorang ibu dan istri dari
56
I. Pemeriksaan Fisik
1. keadaan umum
kesadaran:Composmentis
2. Tanda-tanda vital
- R: 30 x/mnt
- S: 360C
- N: 76x/menit
3. Berat badan
- sebelum sakit: 60 kg
- setalah sakit: 60 kg
Hidung : Hidung kiri kanan simestris, hidung bersih, tidak ada secret,
tidak ada pembesaran polip, fungsi penciuman normal.
Terpasang oksigen 4 l/mnt
Mulut : Lidah kotor, mukosa lembab, tidak ada karang gigi, gusi baik
tidak ada pendarahan
57
Dada
Paru-paru :
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama getaranya, tidak ada nyeri
tekan
Jantung
Abdomen
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
58
K. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.1
Pemeriksaan Labor
Hari atau
tanggal Jenis pemerisaan Hasil (satuan) Normal
Tabel 3.2
Pemeriksaan Radiologi
Hari/tanggal Jenis pemeriksaan Kesan
15-10-2019 EKG Intervention sinus tachicardi R/S
Invansion area vetneem Vs and V6
Abnormal EKG.
Radiologi Bronchitis Pleural Reaction bilateral
Besar cor normal Trachea dan
medistinum di tenggah Tak tampak
penebalan hilus Sistema tulang tak
tampak kelainan.
59
Tabel 3.6
Pemberian Terapi
Hari/tanggal Obat Dosis Rute
Infus asering 12 tpm IV
Inj cefotaxcim 2x 125 gram
Inj Methilprednisolon 2x 25 gram IV
Inj lasix 1x 20 gram IV
Valsatran 1x 80 gram IV
Vectrine kapsul 3x300 ml Oral
Nebu combiven 2,1/2 ml/ 8 jam Inheler
Dulkolax 5 mg Oral
DATA FOKUS
Data Sabjektif:
60
Data Objektif:
2. Klien tampak batuk berdahak dan nafas klien sesak, dahak sudah kental
6. Makanan tampak tidak habis, Cuma habis separoh dari porsi yang di
7. Klien tampak meminum obat bab Dulkolax 5 mg karna sudah dua hari
11. Kepala tampak sedikit kotor, rambut lepek dan ada ketombe
- R: 30 x/mnt
- S: 360C
- N: 76x/menit
61
- Red bloodcel/ hitung sel darah merah meningkat yaitu 5,32m/ul
ANALISA DATA
62
keluar karena sudah kental
Do:
- Klien tampak batuk
- Klien tampak letih
- Askultasi: suara ronkhi di paru
- Sputum kental dan berwarna
kehijauan
- Red bloodcel/ hitung sel darah
merah meningkat yaitu 5,32m/ul
- Hemoglobin/HGB meningkat yaitu
16,9 g/dl
63
5. Ds: Defisit perawatan Kelemahan
- Klien mengatakan selama di rawat diri
belum ada mandi
- Klien mengatakan selama di rawat
belum ada kermas
Do:
- Rambut klien terasa lepek, kepala
sedikit kotor
- Tampak ada ketombe
- Badan bau keringat
2. Pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen tidak edekuat keseluruh tubuh
64
5.3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intrevensi Keperawatan (SIKI)
1. Bersihan jalan nafas tidak efetif Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk Efektif
berhubungan dengan spasmen jalan keprawatan selama 3 X 24 jam maka Defenisi:
nafas, hpersekresi dijalan nafas, bersihan jalan napas meningkat Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, batuk secara efektif untuk membersihkan laring-
sputum berlebih, mengi, wheezing Kriteria Hasil: trakea dan bronkiolus dari sekret atau benda asing
dan/atau ronkhi 1. Batuk efektif meningkat dijalan napas
2. Produksi sputum menurun
Defenisi 3. Mengi Wheezing menurin Tindakan
Kemampuan membersihkan sekret atau 4. Dispnea menurun Observasi:
obstruksi jalan nafas untuk 5. Gelisah menurun 1. Identifikasi kemampuan batuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten 6. Frekunsi nafas membaik 2. Monitor adanya retensi sputum
7. Pola nafas membaik 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
nafas
4. Monitor input dan output (mis, jumlah,
karakteristik)
Terapeutik
1. Atur posisi semi-fowler
2. Pasang perlak dab bengkok di pangkuan
psien
3. Buang sekret di tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan dan tujuan batuk efektif
2. Anjurkan menarik nafas dalam dari hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
65
kemudian elurgan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke -3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiak mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan intervensi Menejemen Jalan Nafas
dengan hambatan upaya nafas keprawatan selama 3 X 24 jam maka Definisi:
dibuktikan dengan dipnea, penggunaan pola napas membaik mengidentfikasi dan mengelola kepatenan jalan
otot bantu pernafasan, pola nafas dengan kriteria hasil: nafas
abnormal 1. Jalan nafas paten Tindakan :
Defenisi: 2. Sekret berkurang Observasi :
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak 3. Frekuensi nafas dalam batas 1. Monitor pola nafas ( frekuensi,
memberikan ventilasi adekuat normall kedalaman, usaha napas )
4. Kilen mampu melakuan Batuk 2. Monitor bunyi nafas tambahan ( mis,
efektif dengan benar gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering
)
3. Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )
Teraupeutik :
1. Pertahankan kapatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin- lift ( jaw-
thrust jika curiga trauma Servikal )
66
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
pengisapan endotrakea
6. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
7. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik
8. Berikan oksigen , jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran,mukolitik, jika perlu
67
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
nafas
4. Monitor input dan output cairan (mis.
Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
1. Atur posisi semi fowler atau fowler -
Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
2. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik ,ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu ( dibulatkan) 8
detik.
2. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
3. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan menganalisis data
68
untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan ke
efektifan pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
1. Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan
upaya nafas
2. Monitor pola napas seperti ( seperti
bradipnea taipnea,hiperventilasi)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6. Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan resprasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
1. Jelaskan tujuan dan perusedur
pemantauan - Informasikan hasil
pemantauan , jika perlu
69
3 Manajemen energi
Intoleransi aktivitas berhubungan Setalah dilakukan intervensi Defenisi:
dengan ketidakseimbangan antara suplai keperawatan selama 3 X 24 jam maka Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
dan kebutuhan oksigen dibuktikan toleransi aktivitas meningkat energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan
dengan dispnea saat dan mengoptimalkan proses pemulihan
Kriteria hasil:
Defenisi: 1. Saturasi oksigen meningkat Tindakan:
2. Kemudahan dalam aktivitas sehari- Observasi:
Ketidak cukupan energi untuk hari meningkta 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
melakukan aktivitas sehari-hari 3. Keluhan lelah menurun mengakibatkan kelelahan
4. Dispnea saat aktivitas menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
5. Tekanan darah membaik 3. Monitor pola dan jam tidur
6. Frekuensi napas membaik 4. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpisah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
70
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
4. Resiko defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi
dengan ketidak mampuan menelan keperawatan selama 3 X 24 jam maka Defenisi:
makana status nutrisi membaik Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
Definisi: yang seimbang
Resiko mengalami asupan nutrisi tidak Kriteria Hasil:
cukup untuk memnuhi kebutuhan 1. Porsi makanan yang di habiskan Tindakan:
metabolisme meningkat Observasi:
2. Persaan cepat kenyang menurun 1. Identifikasi status nutrisi
3. Nyeri abdomen menurun 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
4. Frekunsi makan mebaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik:
71
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
72
5. Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukannya intervensi Dukungan perawatan diri
dengan kelemahan dibuktikan dengan keperawatan selama 2 X 24 jam maka Defenisi:
tidak mampu mandi/ toilet secara perawatan diri meningkat Menfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan
mandiri. Kriteria Hasil: diri
Defenisi: 1. Kemampuan mandi meningkat
Tidak mampu melaukan atau 2. Kemampuan mengenakan Tindakan
menyelesaikan aktivitas perawatan diri pakaian meningkat Observasi:
3. Kemampuan makan meningkat 1. Identifikasi usia dan budaya dalam
4. Kemampuan toilet meningkat membantu kebersihan diri
5. Mempertahankan keberishan diri 2. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
meningkat 3. Monitor kebersihan tubuh (mis. Rambut,
6. Mempertahankan kebersihan mulut, kulit, kuku)
mulut meningkat 4. Monitor integritas kulit
Terapeutik:
1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat
gigi, shampoo, pelembap kulit)
2. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
3. Fasilitaskan menggosok gigi, sesuai
kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat kemadirian
Edukasi:
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandi tehadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
pasien, jika perlu
73
1.4 Implementasi Dan Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny.A Ruangan : Jantung
Umur : 60 Tahun hari/tanggal :14-10-2019
74
1. Mengaturposisi yaitu dengan - klien mengatakan
semo fowler minum air hangat
A:
75
P:
Intervensi dilanjutkan
Observasi:
3. Memonitor sputum
Terapeutik
2. Menganjurkan minum
air hangat
3. Mengajurkan melakukan
bantuk efetif yang di
76
ajarkan
Edukasi
1. Mengingatkan kembali
untuk melakukan batuk
efektif yang telah di
ajarkan
2. Mengingatkan kembali
untuk minum air hangat.
Observasi: S:
Pola nafas tidak
- Klien mengatakan nafas
efektif b.d suplai 1. Mengidentifikasi indikasi
sesak jika bnayak gerak
oksigen tidak latihan pernafasan yaitu
- Klien mengatakan
edekuat keseluruh pursep lip breating
posisinyaman yaitu
tubuh ditandai
2. Memonitor frekuensi, irama setengah duduk
dengan sesak nafas
dan kedalaman napas - Klien mengatakan
77
(dispnea) sebelum dan sesudah latihan melakukan teknik
yaitu frekunsi nafas 25 pernafasan yang di
x/mnt, irama tidak teratur, ajarkan yaitu pursd lip
nafas sebelm latihan danggal breating
dan pendek, setelah latihan O:
danggal panjang. - Klien tampak
melakukan latihan
Terapeitik
pernahasan yang di
1. Menyediaan tempat yang ajarkan
tenang - Frekunsis nafas 25
x/mnt
2. Memposisikan pasien
- Klien masih tampak
nyaman dan rileks yaitu
sesak
semi fowler
A:
3. Mengajarkan teknik Masalah belum teratasi
pursed lip breating P:
Observasi
1. Mengobservasi latihan
pernafasan yang di
ajarkan
78
Edukasi 2. Memonitor frekunsi
pernafasan
1. Menjelaskan mafaat dari
Terapeutik
latihan pernafasan yang di
1. Menyediakan
ajarkan
lingkungan yang tenang
Kolaborasi
2. Mengatur posisi
Kolaborasi pemberian oksigen
nyaman pasien
dengn dokter yaitu 4 l/jam
3. Menendampingi klien
melakukan tenik
pernafasan pursed lip
breating
Edukasi
1. Menganjurkan klien
melakukan latihan
pernafasan pused lip
breating yang telah di
ajarkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
79
oksigen.
Observasi: S:
Intolernasi aktivitas
- klien mengatakan
b.d Ketidak 1. Mengidentifikasi fungsi
aktivitas di bantu
seimbangan antara tubuh yang menyebabkan
perawat dan keluarga
suplai dan kelehana yaitu klien sesak
- klien mengatakan tidur
kebutuhan oksigen nafas
sering terbangun karena
ditandai dengan
2. Monitor pola dan jam tidur sesak
sesak nafas saat
yaitu klien tidur tidak teratur O:
beraktivitas.
dan sering terbangun kerena - klien tampak terbaring
sesak nafas lemah di tempat tidur
- aktivitas tampak
Terapeutik
dibantu
1. menyeediakan lingkungan A:
nyaman dan rendah stimulus Masalah belum teratasi
(yaitu dengan membatasi P:
pengunjung Observasi:
80
tempat tidur, jika tidak dapat terbangun kerena sesak
berpisah atau berjalan nafas
Edukasi Terapeutik
3. me fasilitasi duduk di
Kolaborasi sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpisah
1. Kolaborasi dengan ahli
atau berjalan
gizi tentang cara
meningkatkan asupan Edukasi
makanan.
1. Menganjurkan tirah
baring
81
2. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
82
pemeriksaan laboratorium O:
- klien tampak makan
Terapeutik:
sedikit tapi sering
1. Melaakukan oral hygiene
- klien tampak sikat gigi
sebelum makan
sebelum makan
2. Berikan makanan tinggi serat
- BB: 60 Kg
untuk mencegah konstipasi
- Diit ML rendah garam
3. Memberikan makanan tinggi
- Porsi makan yang
kalori dan tinggi protein
dihabiskan ½ porsi rs
4. Menganjurkan makan sedikit
A:
tapi sering
Masalah belum teratasi
Edukasi:
P:
1. Menganjurkan posisi duduk
Intervensi di lanjutkan
2. Megajarkan diet yang
Observasi:
diprogramkan
1. Menonitor berat badan
Kolaborasi: Terapeutik:
83
2. Kolaborasi dengan ahli gizi diit.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi
S:
Defisit perawatan Observasi:
- Klien mengatakan
diri b.d kelemahan
1. Mengdentifikasi usia dan badan segar setelah
dibuktikan dengan
budaya dalam membantu mandi
tidak mampu
kebersihan diri - Klien mengatakan
mandi/ toilet secara
2. Mengidentifikasi jenis kepala sudah tidak gatal
mandiri.
bantuan yang dibutuhkan lagi.
84
1. Menganjurkan kelurga - Keluarga tampak
menyediakan peralatan mendampingi klien
mandi (mis. Sabun, sikat A:
gigi, shampoo, pelembap Masalah sebagain teratasi
kulit) P:
2. Mnyiapkan lingkungan yang Intervensi dilanjutkan
aman dan nyaman Edukasi
3. Menfaasilitaskan menggosok 1. Mengingatkan keluarga
gigi, sesuai kebutuhan membantu dan
4. Menfaasilitasi mandi, sesuai mendampingi
kebutuhan kebutuhan mandi dan
5. Memberikan bantuan sesuai toilet pasien.
tingkat kemadirian
Edukasi:
1. Menjelaskan manfaat mandi
dan dampak tidak mandi
tehadap kesehata
2. Mengajarkan kepada
keluarga cara memandikan
pasien
85
CATATAN PERKEMBANGAN
86
klien dengan semi - klien tampak batuk
fowler
- frekunsi nafas 20 x/mnt
2. Menganjurkan
- klien tampak melakukan batuk
minum air hangat
efektif yang di ajarkan
3. Mengajurkan
- TD: 140/80 mmHg
melakukan bantuk
efetif yang di ajarkan - HR: 96 xmnt
Edukasi - S: 36,00c
1. Mengingatkan A:
kembali untuk
Masalah teratasi
melakukan batuk
efektif yang telah di P:
ajarkan
Intervensi dihentikan
2. Mengingatkan
kembali untuk
minum air hangat.
87
Observasi S:
Pola nafas tidak efektif
1. Mengobservasi - Klien mengatakan nafas kadang-
b.d suplai oksigen tidak
latihan pernafasan kadang masih sesak
edekuat keseluruh tubuh
yang di ajarkan - Klien mengatakan nfas sesak
ditandai dengan sesak
2. Memonitor frekunsi lagi saat banyak bergerak
nafas (dispnea)
pernafasan - Klien mengatakan melakukan
Terapeutik teknik pernafasan yang di
1. Menyediakan ajarkan yaitu pursd lip breating
lingkungan yang O:
tenang - Klien tampak melakukan latihan
2. Mengatur posisi pernahasan yang di ajarkan
nyaman pasien - Frekunsis nafas 20 x/mnt
3. Menendampingi - Terpasang oksigen 2 l/jam
klien melakukan - Klien masih tampak sesak
tenik pernafasan A:
pursed lip breating Masalah sebagian teratasi
Edukasi P:
1. Menganjurkan klien Observasi
melakukan latihan 1. Mengobservasi latihan
pernafasan pused lip pernafasan yang di ajarkan
88
breating yang telah 2. Memonitor frekunsi pernafasan
di ajarkan Terapeutik
Kolaborasi 1. Menyediakan lingkungan yang
1. Kolaborasi dengan tenang
dokter pemberian 2. Mengatur posisi nyaman pasien
oksigen. 3. Menendampingi klien
melakukan tenik pernafasan
pursed lip breating
Edukasi
1. Menganjurkan klien melakukan
latihan pernafasan pused lip
breating yang telah di ajarkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen.
. Observasi: S:
Intolernasi aktivitas b.d
- klien mengatakan aktivitas di
Ketidak seimbangan 1. Monitor pola dan
bantu perawat dan keluarga
antara suplai dan jam tidur yaitu
- klien mengatakan tidur sudah
kebutuhan oksigen klien tidur tidak
mulai nyenyak
ditandai dengan sesak teratur dan sering
89
nafas saat beraktivitas. terbangun kerena O:
sesak nafas - klien tampak terbaring h di
tempat tidur
Terapeutik
- aktivitas tampak sebagian masih
1. menyeediakan dibantu
lingkungan nyaman A:
dan rendah stimulus Masalah sebagian teratasi
(yaitu dengan P:
membatasi Terapeutik
pengunjung
1. menyeediakan lingkungan
2. Membatu keperluan nyaman dan rendah stimulus
klein (yaitu dengan membatasi
pengunjung
3. Menfasilitasi duduk
di sisi tempat tidur, 2. Membatu keperluan klein
jika tidak dapat
Edukasi
berpisah atau
berjalan 1. Menganjurkan tirah baring
90
1. Menganjurkan tirah aktivitas secara bertahap
baring
3. Menganjurkan menghubungi
2. Menganjurkan perawat jika tanda dan gejala
melakukan aktivitas kelelahan tidak berkurang
secara bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Observasi: S:
Resiko defisit nutrisi b.d
1. Menonitor berat - klien mengatakan makan
dipnea (sesak nafas)
badan sedikit-sedikit tapi sering
Terapeutik: - klien mengatakan makan yang
1. Menganjurkan habsi sudah meningkat dari hari
makan sedikit tapi yang kemaren
sering O:
Edukasi: - klien tampak makan sedikit tapi
1. Mengingatkan sering
91
program diit. - BB: 60 Kg
Kolaborasi: - Diit ML rendah garam
1. Kolaborasi dengan - Porsi makan yang diberikan
ahli gizi hampir habis
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
Observasi: S:
Defisit perawatan diri b.d
1. Menanyakan pasien - Klien sudah mandy
kelemahan dibuktikan
sudah mandi atau - Klien mengatakan badan sudah
dengan tidak mampu
belum segar
mandi/ toilet secara
2. Menganjurkan pasien O:
mandiri.
mandy - Klien tampak sudah besih dan
3. Mendampingi pasien rapi
Edukasi: - Keluarga tampak mendampingi
1. Mengingatkan klien
keluarga untuk A:
membantu memenuhi Masalah teratasi
92
perawatan diri paisen P:
Intervensi dihentikan
2. .
CATATAN PERKEMBANGAN
93
tenang O:
2. Mengatur posisi - Klien tampak melakukan
nyaman pasien latihan pernahasan yang di
3. Menendampingi klien ajarkan
melakukan tenik - Frekunsis nafas 20 x/mnt
pernafasan pursed lip - Terpasang oksigen 2 l/jam
breating - Klien masih tampak sesak
Edukasi A:
1. Menganjurkan klien Masalah beleum teratasi
melakukan latihan P:
pernafasan pused lip Intervensi dihentikan mahasiswa
breating yang telah di pindah ruangan dan di anjutkan
ajarkan olah perawat ruangan
Kolaborasi
2. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
oksigen.
. Observasi: S:
Intolernasi aktivitas b.d
- Klien mengatakansudah bisa
Ketidak seimbangan 1. Monitor pola dan jam
beraktivitas
94
antara suplai dan tidur yaitu klien tidur O:
kebutuhan oksigen tidak teratur dan - Klien tampak sudah
ditandai dengan sesak sering terbangun melakukan aktivitas
nafas saat beraktivitas. kerena sesak nafas A:
Masalah teratasi
Terapeutik
P:
1. menyeediakan Intervensi dihentikan
lingkungan nyaman
dan rendah
stimulus (yaitu
dengan membatasi
pengunjung
2. Membatu
keperluan klein
3. Menfasilitasi duduk
di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpisah atau
berjalan
95
Edukasi
1. Menganjurkan tirah
baring
2. Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
96
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari satu proses keperawatan, kegiatan yang dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan data sekunder lainnya seperti mencatat hasil
pemeriksaan diagnostik dan literature (Desani, 2009). Pengkajian yang dilakukan oleh
perawat ketika menghadapi klien dengan gagal ginjal kronis gangguan sistem
perkemihan terutama pada klien dengan gagal ginjal kronik meliputi riwayat kesehatan,
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit kronik paru yang ditandai
dengan terbatasnya aliran udara di dalam saluran pernafasan yang tidak sepenuhnya
reversible. Gangguan bersifat progresif ini disebabkan oleh adanya inflamasi kronik
akibat gas yang bersifat racun bagi tubuh. Penyebab utama PPOK antara lain asap rokok,
polusi udara dari pembakaran, dan partikel-partikel gas berbahaya. Beberapa masalah
pernafasan, gangguan otot dinding dada dan peradangan akut jaringan paruyang
Pengkajian pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis ini di dekatkan pada
Pengkajian yang dilakukan kepada Ny.A dengan usia 60 tahun di dapatkan bahwa klien
masuk melalui IGD dengan Keluhan sesak nafas semenjak 3 hari yang lalu, sesak
97
awalnya dirasakan saat beraktivitas, sesak semangkin memberat 2 jam SMRS, sedangkan
keluhan yang di dapatkan saat melakukan pengkajian pada tanggal 17 -10-2019 yaitu
klien mengatakan nafas masih sesak, sesak meningkat saat beraktivitas seperti banyak
bergerak, klien mengeluh batuk, batuk berdahak, klien mengeluh nafsu makan menurun,
susah tidur, klien juga mengatakan belum BAB semnjak 2 hari yang lalu. vital sign yang
Berdasarkan teori gejala klinis pada PPOK antara lain batuk, produksi sputum, sesak
nafas dan keterbatasan aktivitas. Faktor patofisiologi yang berkontribusi dalam kualitas
dan intensitas sesak nafas saat melakukan aktivitas pada pasien PPOK antara lain
relatif, gangguan pertukaran gas, kompresi jalan nafas dinamis dan faktor kardiovaskuler.
Oleh karena itu pada penanganan PPOK tidak hanya menghandalkan terapi farmakologi
saja melainkan terapi non-farkologi juga merupakan hal yang penting untuk mengurangi
Sedangkan dilihat dari ri wayat penyakit yang di alami oleh Ny.A yaitu Klien mengatakan
mempunyai riwayat penyakit stroke dan hipertensi semenjak 10 tahun yang lalu, dilihat
dari teori salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan riwayat stroke
yaitu hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan, dan
98
salah stu penyebab hipoksia ini adalah penyakit paru obstruksi kronis (Smeltzer & Bare
,2012).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien PPOK yaitu antara lain
pemeriksaan darah pada pasien PPOK meliputi cek darah rutin yaitu Hb, Hematokrit, dan
leukosit. Polisitemia akan timbul sebagai tanda telah terjadi hipoksia kronik (Kemenkes,
2008). Pemeriksaan rontgen thorax AP tampak gambaran hiperlusen, pelebaran sela iga
merupakan salah satu bentuk PPOK. Pemeriksaan radiologi lain yang memungkinkan
dilakukan pada pasien PPOK yaitu computed tomography (CT). berdasarkan penelitian
yang di lakukan selama lima tahun pada pasien-pasien penderita PPOK di Jepang
pasien dengan keluhan sesak nafas seperti PPOK dan asma mengalami gangguan tidur.
Jika gangguan tidur ini dia baikan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien akibat
gangguan tidur, maka dapat dilakukan dengan pemberian terapi EEG (Electro enchelopati
gram). Sampai saat ini sistem klasifikasi untuk tingkatan tidur yang diterima adalah
usulan dari Rechts chaffen dan Kales yaitu dengan pemeriksaan EEG. Pada waktu non
rapid eye movement (NREM) sleep gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur
makin dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur. Tidur REM lebih dangkal,
ditandai dengan gerakan bola mata cepat di bawah kelopak mata yang tertutup. Pada
waktu REM, orang tidak lagi mendengkur, nafas menjadi tak teratur, aliran darah ke otak
bertambah dan temperatur tubuh naik, disertai banyak gerakan tubuh. Gelombang 1istrik
99
Pemeriksaan fisik yang abnormal yang di dapatkan pada Ny.A yaitu pada paru-paru saat
askultasi terdengar suara tambahan yaitu ronkhi dilapang paru, pasien terpasang oksigen 4
l/jam dengan kanul nasal. Sedangkan dari hasil pemeriksaan EKG di dapatkan hasil
Intervention sinus tachicardi R/S Invansion area vetneem Vs and V6 Abnormal EKG.
Dan pemeriksaan radiologi di dapatkan Bronchitis Pleural Reaction bilateral Besar cor
normal Trachea dan medistinum di tenggah Tak tampak penebalan hilus Sistema tulang
Diagnosa keperawatan yang di dapatkan dari hasil pengkajian pada Ny.a yaitu yang
pertama bersihan jalan nafas b.d hipersekresi di jalan nafas ditandai dengan batuk tidak
efektif, ronkhi dan sputum berlebih dengan data subjektif klien mengeluh batuk berdahak,
klien mengatakan dahak susah keluar, sedangkan data objektif yang di dapatkan yaitu
klien tampak batuk, klien tampak letih, askultasi: suara ronkhi di paru. Sedangkan
diagnosa kedua yang di dapatkan yaitu pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen tidak
edekuat keseluruh tubuh ditandai dengan sesak nafas (dispnea) dengan data sabjektif
yaitu klien mengatakan sesak nafas, klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas,
klien mengatakan badan lemas, dan data objektif klien tampak sesak, klien terpasang
oksigen 4 l/jam, klien tampak lemas, dan diagosa ketiga yaitu intolernasi aktivitas b.d
Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan sesak nafas
saat beraktivitas dengan data sabjektif klien mengatakan susah tidur, klien mengatakan
aktivitas di bantu dan data objektif yang di dapatkan yaitu klien tampak berbaring lemah
keperawatan, dimana pada kasus ini rencana tindakan di ambil bedasarkan standar
intervensi keperawatan indonesia (SIKI). Diagnosa pertama yaitu bersihan jalan nafas b.d
100
hipersekresi di jalan nafas ditandai dengan batuk tidak efektif, ronkhi dan sputum
berlebih dengan tujuan intervensi yaitu jalan nafas efektif dengan kriteria hasil produksi
sputum menurun, frekuensi nafas membaik, rencana intervensi yaitu Observasi monitor
pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi nafas tambahan, (mis:
girgling, mengi, wheezing, ronkhi kering), monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
sedangkan pada bagian kedua yaitu terapeutik pertahankan kepatenan jalan napas dengan
heald-tilt dan cjin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal), posisikan semo fowler atau
fowler, berikan minum hangat, lakukan fisioterapi dada, jika perlu, lakukan penghisapan
keluargan sumbatan benda padat dengan forsep McGill, berikan Oksigen, jika perlu.
Bagian edukasi yang direncanakan yaitu anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi, ajarkan teknik batuk efektif dan pada bagian terakhir kolaborasi
Intervensi pada diagnosa kedua yaitu pada bagian pertama observasi direncanakan
kedalaman napas sebelum dan sesudah latihan, sedangkan pada bagian kedua yiatu
terapeutik menyediakan tempat yang tenang, posisikan pasien nyaman dan rileks,
tempatkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut, pastikan tangan di dada mundur
ke belakang dan telapak tangan di perut maju ke depan saat menarik napas, ambil napas
dalam secara perlahan melalui hidung dan tahap selama tujuh hitungan, lakukan
konsekuensi yang telah ditetapkan jika tidak melakukan perilaku yang diharapkan,
modifikasi konsekuensi dan harapan perilaku, jika perlu, murunkan limit setting jika perlu
pasien mendekati perilaku yang diharapkan, sedangkan pada bagian edukasi jelaskan
101
Sedangkan intervensi yang direncanakan pada diagnosa yang terakhir yaitu pada bagian
kelelahan monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor pola dan jam tidur, monitor
lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktivitas, dan pada bagian terapeutik
sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan),
lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif, berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan , fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpisah atau berjalan,
pada bagian edukasi anjurkan tirah baring, anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap,
anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang, ajarkan
strategi koping untuk mengurangi kelelahan, bagian terakhir kolaborasi dengan ahli gizi
dan evaluasi berdasarkan intervensi yang dibuat sesuai dengan kebutuhan klien, dimana
implementasi diberikan selama 3 hari dari tanggal 17 sampai dengan 19 oktober 2019.
4.2 Analisa Salah Satu Intervensi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait
Pada kasus Ny.A intervensi lebih di terapkan pada diagnosa pola nafas tidak efektif b.d
suplai oksigen tidak edekuat keseluruh tubuh ditandai dengan sesak nafas (dispnea)
dimana pada diagnosa ini dajarkan tentang teknik pernafasan yaitu pursed lip breating
yaitu latihan pernapasan yang menekankan pada proses ekspirasi yang dilakukan secara
tenang dan rileks dengan tujuan untuk mempermudah proses pengeluaran udara yang
102
terjebak oleh saluran napas (Potter and Perry 2010). Manfaat dari latihan pernapasan
dengan teknik pursed lip ini dapat membantu meningkatkan compliance paru untuk
melatih kembali otot-otot pernapasan untuk dapat berfungsi dengan baik serta mencegah
distress pernapasan (Ignatavius and Workman n.d.) Latihan pernapasan pursed lipdapat
Intervensi yang diberikan juga pernah dilakukan oleh Barakatul Kamila, dkk Pada tahun
2019 dengan judul efektivitas teknik pursed lips breathing pada pasien penyakit paru
obstruksi kronik (ppok): study systematic review dimana di dapatkan hasil teknik PLB
dalam tubuh. Dengan demikian pemberian latihan yaitu 3x sehari setiap pagi, siang, dan
sore dengan waktu 6-30 menit selama 3 hari berturut-turut. Teknik PLB efektif dalam
pasien PPOK dengan pola napas tidak efektif. Selanjutnya, disarankan teknik PLB dapat
dijadikan sebagai salah satu intervensi mandiri perawat dalam melakukan asuhan
Seiring juga penelitian yang telah dilakukan oleh Ratnaningtyassih Pamungkas, dkk pada
tahun 2016 dengan judul penelitian Efektivitas Pursed Lip breathing dan deep Breathing
dapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan efektifitas antara intervensi Pursed Lib
Breathing dan Deep Breathing terhadap penurunan frekuensi pernapasan pada pasien
PPOK di RSUD Ambarawa. rekomendasi hasil penelitian ini adalah Purset Lib
103
Breathing lebih efektif digunakan untuk menurunkan frekuensi pernafasan pada pasien
PPOK
Intervensi pursed lip breating ini dilakukan selama 3 hari dimana pada hari pertama
pemberian di dapatkan frekunsi nafas 25 x/mnt, masih sesak dan terpasang oksigen nasal
kanul 4 l/jam setelah 3 hari pemberian terapi di dapatkan 20 x/mnt dengan terpasang
oksigen nasal kanul 2 l/jam dengan oksigen kadang sudah bisa dilepaskan.
Pada kasus Ny.A dalam mengatasi keluhan yang sesak nafas telah dilakukan teknik
pernafasan dengan pursed lip breating, dimana intervensi dilakukan selama 3 hari,
sedangkan alternatif lain yang mendukung dalam melakukan intervensi yaitu dengan
mengatur posisi nyaman pasien, menciptakan lingkungan yang tenang bagi pasien.
Sehingga dengan dengan pemberian intervensi pursed lip breating pada pasien dapat
104
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.1.1 dari hasil pengajian kepada Ny.A dengan usia 60 tahun dengan diagnosa menis
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dengan penyakit penyerta stroke dan
hipertensi semenjak 10 tahun yang lalu. Dari hasil pengajian di dapatkan keluhan
klien mengatakan nafas masih sesak, sesak meningkat saat beraktivitas seperti
banyak bergerak, klien mengeluh batuk, batuk berdahak, klien mengeluh nafsu
makan menurun, susah tidur, klien juga mengatakan belum BAB semnjak 2 hari
yang lalu. vital sign yang di dapatkan saat melakukan pengkajian yaitu TD 155/88
1.1.2 Diagnosa yang di dapatkan pada kasus yaitu bersihan jalan nafas b.d hipersekresi
di jalan nafas ditandai dengan batuk tidak efektif, ronkhi dan sputum berlebih,
pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen tidak edekuat keseluruh tubuh ditandai
dengan sesak nafas (dispnea), intolernasi aktivitas b.d Ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan sesak nafas saat beraktivitas.
1.1.3 Intervensi yang di berikan lebih ditekankan pada diagnosa pola nafas tidak efektif
b.d suplai oksigen tidak adekuat keseluruh tubuh ditandai dengan sesak nafas
1.1.4 Implementasi telah dilakukan selama 3 hari kepada ketiga diagnosa yang di
intervenso pursed lip breating, dari mengidentifikasi teknik pernafasan yang akan
105
1.1.5 Evaluasi yang di dapatkan dari tiga diagnosa yang ada 2 diagnosa dapat di atasi,
yaitu pada diagnosa bersihan jalan dan intoleransi aktivitas, sedangkan pada
1.2 Saran
Kepada penulis selanjutnya yang akan membahas intervensi keperawatan pada pasien
PPOK untuk dapat memberikan intervensi lebih lama dan mengembangkan intervensi
Disarankan kepada pasien untuk melakukan teknik latihan pernafasan yang telah
Saran untuk kepada lahan praktek khususnya kepada perawat untuk menerapkan
pada pasein dengan PPOK sehingga dapat mengoptilkan dalam pemberian asuhan
keperawatan.
intervensi keperawatan madiri pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis
106
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Smeltzer. (2012). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. EGC.
Brunner & Suddarth. (2010). Buju Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin Asih.
EGC.
Danusantosos halim. (2010). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, edisi2. EGC.
Djojodiningrat D. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.
Kosasih, Alvin, S.,Agus, D., Temmangsonge,R.Pakki, Titin, M. (2008). Diagnosis dan tatalaksana
kegawatdaruratan paru (CV Sagung).
Pamungkas, R., Arif, S., Jurusan, D., Poltekkes, K., & Semarang, K. (n.d.). EFEKTIVITAS PURSED
LIP BREATHING DAN DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI
PERNAFASAN Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) ialah suatu keadaan yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru . Masalah utama yang
biasanya di . 1–7.
Qamila, B., Ulfah Azhar, M., Risnah, R., & Irwan, M. (2019). Efektivitas Teknik Pursed
Lipsbreathing Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (Ppok): Study Systematic Review.
Jurnal Kesehatan, 12(2), 137. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v12i2.10180
Russell, R., Norcliffe, J. Bafadhel, M. (2012). Chronic obstructive pulmonary disease: management
of chronic disease. Elsevier Ltd. All rights reserved.
SDKI, D. & P. (2016). tandar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostik.
(Edisi 1). DPPPPNI.
Smeltzer, B. &. (2002). buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. EGC.
Tim Pokja SDKi DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
PErsatuan Peawat Nasional Indonesia.
107
World Health Organization (WHO). (2017). Chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
108
109
110
111
112