Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASFIKSIA PADA NEONATUS


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kuliah

Dosen Pembimbing : Suryati,S.K.,NS.,M.Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

1. IRMALIANTI 04.17.4557

2. INDRI HERYANTI 04.17.4556

3. KINASIH NURFADILAH 04.17.4558

4. FIKA NURI FATHUL JANNAH 04.17.4555

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “MAKALAH
ASFIKSIA”. dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN ANAK dari dosen
pengampu Ibu Suryati,S.K.,NS.,M.Kep. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah
satu acuan atau petunjuk maupun pedoman bagi yang membaca makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan kami terima dengan hati terbuka agar dapat
meningkatkan kualitas makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima
kasih.

Yogyakarta, April 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan
hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia
ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap
kehidupan ekstrauterin/perkembangan embrio di luar rahim (Grabiel Duc,1971) .penilaian statistik
dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan
penyebab utama mortalitas/ukuran jumlah kematian umumnya akibat karena spesifik dan
morbiditas/jumlah semua penyakit bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes
(1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada
bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi

Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai


akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat
langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi
sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir(james,1959).Penyelidikan
patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat
dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

1.2 TUJUAN
Tujuan umum :

Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan
Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.

Setelah membaca makalah ini :

 Mengetahui definisi Asfiksia


 Mengetahui etiologi AsfiksiaMengetahui manifestasi klinis Asfiksia
 Mengetahui komplikasi Asfiksia
 Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
 Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
 Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Asfiksia ?


2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
4. Apa komplikasi Asfiksia ?
5. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ASFIKSIA NEONATUS

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin
meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :

a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerkikan
istimewa.
b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi jantung kurang
dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :

1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap.
2. Bunyi jantung menghilang post partum
2.2 ETIOLOGI

Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau
pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. Hampir sehagian hes;ir asfiksia bayi baru lahir meriip;ik;in kcltiniutan
asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran
penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:

1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia
janin.
b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus
akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan
kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
 Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat.
 Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
 Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.

3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.

4. Faktor Neonatus

Depresi pusat
pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena

1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara


langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika
atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

2.3 PATOFISIOLOGI

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan


akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung
dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya
asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah
paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis
dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.

2.4 MANFESTASI KLINIS

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:

 DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur


 Mekonium/tinja pertama bayi dalam air ketuban pada janin letak kepala
 Apnea/henti napas
 Pucat
 Sianosis/tanda fisik berupa kebiruan
 penurunan terhadap stimulus.

2.5 PENATALAKSANAAN KLINIS

1. Tindakan Umum
 Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan
lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam.
 Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan
tanda achiles.
 Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan khusus
 Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2.
Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak
timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan
sternum 80 –100 x/menit.

 Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik.
Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu :
kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam
hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah
secara teratur 20x/menit

 Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi


2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PH


 Pemeriksaan fungsi paru
 Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
 Gambaran patologi
BAB III
KONSEP ASKEP ASFIKSIA NEONATUS

Asuhan keperawatan adalah tindakan yang berurutan dilakukan sistematis untuk


menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan
rencana itu/menugaskan orang lain untuk melakukan dan mengevaluasi keberhasilan
secara efektif terhadap masalah yang diatasinya (Efendi. Nasrul, 1995 ; 3).

3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. Dalam tahap pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada beberapa pengkajian yang harus dilakukan
yaitu :

1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
b. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
c. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri
dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
d. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
e. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
a. Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44 - 45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas
genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak :
kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung
pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda
atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran
dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal),
bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal)
atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).

3.2 ANALISA DATA

1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan.

Data subyektif terdiri dari

a. Biodata atau identitas pasien :


Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin

b. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
asfiksia berat yaitu :
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multipel,
inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
e. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate
atau preterm).
2. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a. Kala I :
ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik solusio
plasenta maupun plasenta previa.

b. Kala II :
persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan, persalinan dengan
tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi). Adanya trauma lahir yang dapat
mengganggu sistem pernafasan. Persalinan dengan tindakan bedah caesar,
karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat
pernafasan.

3. Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :

a. Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c. Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
3. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan
parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.

4. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :

BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

BAK : frekwensi, jumlah

5. Latar belakang sosial budaya


Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia, kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika

Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet


ketat atau pantang makanan tertentu.

6. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika
kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain
halnya dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif

7. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)

a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara
120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada
bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur.

8. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.

Pemeriksaan yang diperlukan adalah :

1) Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
 Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun
karena O2 dalam darah sedikit.
 Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
 Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
 Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering
terjadi hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
 pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
 PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.
 PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
 HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

 Natrium (normal 134-150 mEq/L)


 Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
 Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3) Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

ANALISA DATA DAN PERUMUSAN DATA

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan


menghubungkan data tersebut dalam konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan pasien (Effendi Nasrul,1995 : 23).

Tabel 1.3 Analisa Data dan Perumusan Masalah

Kemungkinan Penyebab Masalah


Sign / Symptoms
1. Pernafasan tidak teratur, - Riwayat partus lama Gangguan pemenuhan
pernafasan cuping hidung, kebutuhan O2
- Pendarahan peng-obatan.
cyanosis, ada lendir pada
hidung dan mulut, tarikan - Obstruksi pulmonary
inter-costal, abnormalitas gas
- Prematuritas
darah arteri.
2. Kulit dingin, distres - peningkatan kebutuhan hipotermia
pernafasan, ikterik, pucat, oksigen
menggigil
- suhu lingkungan rendah

3. Kelemahan otot untuk - asupan diet kurang Ketidakseimbanngan nutrisi


mengunyah, kelemahan otot kurang dari kebutuhan
-ketidakmampuan
unutuk menelan, enggan
mengabsorpsi nutrien
makan
4. Gangguan integritas kulit, -Sistem Imunitas yang Resiko infeksi
malnutrisi, ada tanda-tanda belum sempurna
infeksi, abnormal kadar
- Ketuban mekonial
leukosit, kulit kuning,
riwayat persalinan dengan - Tindakan yang tidak aseptik
ketuban mekonial
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga


atau komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien asfiksia antara lain:

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.


2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap
lemah.
3. hipotermia
4. Resiko infeksi
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


3.4
Perawatan

1 Gangguan Tujuan: 1. Letakkan bayi 1. Memberi rasa nyaman dan


pemenuhan terlentang dengan alas mengantisipasi flexi leher
Kebutuhan O2 bayi
kebutuhan O2 yang data, kepala lurus, yang dapat mengurangi
terpenuhi
berhubungan dengan dan leher sedikit kelancaran jalan nafas.
post asfiksia berat Kriteria: tengadah/ekstensi
dengan meletakkan
- Pernafasan normal 40-
bantal atau selimut
60 kali permenit.
diatas bahu bayi
- Pernafasan teratur. sehingga bahu terangkat
2-3 cm
- Tidak cyanosis.

- Wajah dan
seluruh tubuh
Berwarna kemerahan 2. Bersihkan jalan nafas, 2. Jalan nafas harus tetap
(pink variable). mulut, hidung bila perlu. dipertahankan bebas dari
lendir untuk menjamin
- Gas darah normal
pertukaran gas yang
PH = 7,35 – 7,45 sempurna.

PCO2 = 35 mm Hg

PO2 = 50 – 90 mmHg

3. Observasi gejala 3. Deteksi dini adanya


kardinal dan tanda-tanda kelainan.
cyanosis tiap 4 jam

Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


3.5
Keperawatan

4. Kolaborasi dengan 4. Menjamin oksigenasi


tim medis dalam jaringan yang adekuat
pemberian O2 dan terutama untuk jantung dan
pemeriksaan kadar otak. Dan peningkatan pada
gas darah arteri. kadar PCO2 menunjukkan
hypoventilasi

2. Resiko terjadinya Tujuan 1. Letakkan bayi 1. Mengurangi kehilangan


hipotermi terlentang diatas panas pada suhu lingkungan
Tidak terjadi hipotermia
berhubungan dengan pemancar panas sehingga meletakkan bayi
adanya proses Kriteria (infant warmer) menjadi hangat
persalinan yang lama
Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
dengan ditandai akral
Akral hangat

dingin suhu tubuh Warna seluruh tubuh 2. Singkirkan kain yang 2. Mencegah kehilangan tubuh
dibawah 36° C kemerahan sudah dipakai untuk melalui konduksi.
mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas
handuk / kain yang
kering dan hangat.
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Perawatan

3. Observasi suhu 3. Perubahan suhu tubuh bayi


bayi tiap 6 jam. dapat menentukan tingkat
hipotermia

4. Kolaborasi 4. Mencegah terjadinya


dengan team medis hipoglikemia
untuk pemberian
Infus Glukosa 5%
bila ASI tidak
mungkin diberikan.
3. Gangguan Tujuan 1. Lakukan observasi 1. Deteksi adanya kelainan
pemenuhan BAB dan BAK pada eliminasi bayi dan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
kebutuhan nutrisi jumlah dan frekuensi segera mendapat tindakan /
Kriteria serta konsistensi. perawatan yang tepat.

- Bayi dapat minum


pespeen / personde
dengan baik.

- Berat badan tidak turun 2. Monitor turgor dan 2. Menentukan derajat


lebih dari 10%. mukosa mulut. dehidrasi dari turgor dan
mukosa mulut.
- Retensi tidak ada.

Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Perawatan

3. Monitor intake 3. Mengetahui keseimbangan


dan out put. cairan tubuh (balance)

4. Beri ASI sesuai 4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi


kebutuhan. secara adekuat.

5. Lakukan kontrol berat 5. Penambahan dan penurunan


badan setiap hari. berat badan dapat di monito

4. Resiko terjadinya Tujuan: 1. Lakukan teknik 1. Pada bayi baru lahir daya
infeksi aseptik dan antiseptik tahan tubuhnya kurang /
Selama perawatan tidak
dalam memberikan rendah.
terjadi komplikasi (infeksi)
asuhan keperawatan
Kriteria

- Tidak ada tanda-tanda 2. Cuci tangan sebelum 2. Mencegah penyebaran


infeksi. dan sesudah infeksi nosokomial.
melakukan tindakan.
- Tidak ada gangguan
fungsi tubuh.

Tabel 1.4 Perencanaan / Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


N
Kepeerawatan
o
.
3. Pakai baju 3. Mencegah masuknya
khusus/ short waktu bakteri dari baju petugas ke
masuk ruang isolasi bayi
(kamar bayi)
4. Lakukan 4. Mencegah terjadinya
perawatan tali pusat infeksi dan memper-cepat
dengan triple dye 2 pengeringan tali pusat
kali sehari. karena mengan-dung anti
biotik, anti jamur,
desinfektan.

5. Jaga kebersihan 5. Mengurangi media untuk


(badan, pakaian) dan pertumbuhan kuman.
lingkungan bayi.

6. Observasi tanda-tanda 6. Deteksi dini adanya


infeksi dan gejala kelainan
kardinal

Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


N
Keperawatan
o
.
7. Hindarkan bayi 7. Mencegah terjadinya
kontak dengan sakit. penularan infeksi.

8. Kolaborasi 8. Mencegah infeksi dari


dengan tim medis pneumonia
untuk pemberian
antibiotik.
9. Siapkan pemeriksaan 9. Sebagai pemeriksaan
laboratorat sesuai penunjang.
advis dokter yaitu
pemeriksaan DL,
CRP.
3.6 PENATALAKSAAN TINDAKAN

Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi


rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan
pasien terpenuhi secara optimal .

3.7 EVALUASI

Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian
pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang
rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan
pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan.
Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang
sesuai dengan kriteria evaluasi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi,
perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru
lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun)
akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan
pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat
reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35
tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-
alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.

4.2 SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah asfiksia
pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Hanifa Winkjosastro,SpOG.Ilmu Kebidanan Edisi Ke3 Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo,Jakarta.2007

Dr.Ruseppto Hassan Dkk.Buku Kuliyah3 Ilmu Kesehatan Anak Informedika Jakarta 1985

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH.Sinopsis Obstetri Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Setiawan S.Kp Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan.Penerbit Buku Kedokteran cetakan 1.1998.EGC

Anda mungkin juga menyukai