DISUSUN OLEH :
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan tugas makalah ini.
Solawat beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan menginspirasi
untuki para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Asfiksia Neonatrum
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
2.1.3 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung
terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas
(flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam
darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
2.1.4 Patway
2.1.5 Gejala Klinik
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :
a. Pernafasan terganggu
b. Detik jantung berkurang
c. Reflek / respon bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
2.1.6 Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia
janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukan
tanda-tanda gawat janin untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan terjadi asfiksia,
maka ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatikan.
1. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensinya turun sampai dibawah 100/menit, dan lebih-lebih jika
tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan terus timbul
kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada prosentase kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu
turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Dengan
penilaian pH darah janin dapat ditemukan derajat asfiksia yaitu :
Tabel 1.1. Penilaian pH Darah Janin
Pulse (denyut
Tidak ada <100 x/ menit >100 x/ menit
jantung)
Meringis, menarik,
Menyeringai/ batuk, atau bersin
Grimace (Respons Tidak ada saat
meringis
reflek) stimulasiMeringis,
menarik, batuk, atau
bersin saat stimulasi
Menangis lemah,
Respiration terdengar seperti Menangis kuat,
Tidak bernapas merintih, pernapasan baik dan
(usaha bernafas) pernapasan lambat teratur
dan tidak teratur
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena peninggian
frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan memburuk bila
frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah berkembang. Dalam
hal ini pijatan jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah nomor dua. Bila apnea
berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak berhasil maka bayi menderita
depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang hebat. Sedang ketiga tanda lain
tergantung dari dua tanda penting tersebut.
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
(Dinarti, M Yuli. 2017)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu
perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi,
perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal
yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang
lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas
sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus
dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan
mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia
tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum
siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan
kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua
untuk hamil.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah asfiksia
pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC