Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

KEKURANGAN OKSIGEN PADA BAYI YANG BARU LAHIR:


ASFIKSIA NEONATORUM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia


yang di ampu oleh : Khotibul Umam, S.S., M.Hum

Disusun oleh :
Salma Sabil Salsabila Izdihar : 22020121140223

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kita panjatkan puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat-Nya sehingga proposal penelitian dengna judul “Kekurangan Oksigen pada
Bayi Baru Lahir: Asfiksia Neonatorum” ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Saya
sangat berharap semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa memberi manfaat serta
memberi kesan yang baik bagi pembaca.

Semarang, 22 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i


DAFTAR
ISI .......................................................................................................................ii
BAB I ..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................................
1
1.1 Latar
belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................,...........................1
1.3 Tujuan .....................................................................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................1
BAB II .................................................................................................................................2
KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................................................2
2.1 Konsep Dasar...........................................................................................................2
2.2 Klasifikasi Asfiksia..................................................................................................2
2.3 Faktor Resiko...........................................................................................................2
2.4 Patofisiologi.............................................................................................................3
BAB III................................................................................................................................5
METODE PENELITIAN....................................................................................................5
3.1 Jenis dan sifat Penelitian.........................................................................................6
3.2 Metode Pengumpulan Data.....................................................................................6
3.3 Teknik Analisa Data...............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang membuat bayi kekurangan oksigen
selepas lahir. Kondisi ini juga dikenal sebagai asfiksia perinatal atau asfiksia pada bayi
baru lahir. Selama kehamilan, asfiksia dapat menyebabkan gawat janin yang merupakan
kondisi fatal. Bahkan, asphyxia neonatorum berat dapat memicu kelainan akibat cedera
otak, atau hipoksia-iskemik ensefalopati. Kekurangan asupan oksigen dan darah bisa
mengakibatkan kelainan otak pada bayi selepas lahir.
Menurut estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 90.000
bayi yang meninggal setiap tahunnya karena asphyxia neonatorum. Sebagian besar kasus
tercatat terjadi di negara berkembang. Sementara di Indonesia sendiri, menurut Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyebab kematian neonatus 0-6 hari akibat asfiksia
sebanyak 37 persen. Bayi dapat kekurangan asupan oksigen selama dalam kandungan dan
selama proses persalinan berlangsung. Jika tubuhnya tidak mendapatkan cukup oksigen
selama waktu tersebut, maka bayi dapat mengalami hipoksia. Bayi yang lahir prematur
maupun bayi yang lahir dari ibu dengan komplikasi kehamilan seperti diabetes
gestasional atau preeklampsia, memiliki risiko tinggi terhadap asfiksia neonatorum.
Selain itu, bayi dengan berat rendah (BBLR) juga rentan mengalami kondisi ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Asfiksia Neonatorum?
2. Apa saja faktor penyebab Asfiksia Neonatorum pada bayi ?
3. Apa saja ciri serta gejala bayi yang menderita Asfiksia Neonatotum?

1.3 Tujuan
Mengetahui gejala serta hal yang perlu dihindari untuk mencegah Asfiksia
Neonatorum, mengetahui banyaknya faktor peyebab Asfiksia Neonatorum.

1.4 Manfaat Penelitian

1
Pengetahuan tentang Asfiksia lebih awal dapat mengurangi resiko
terserangnya Asfiksia dan mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan Asfiksia
Neonatorum.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar dan Diagnosis


Asifiksia Neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernafasan secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang
di tandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis. Bayi mungkin lahir Asfiksia
primer, atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami Asfiksia beberapa saat
setelah lahir (Asfiksia sekunder).
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1) Denyut jantung janin : frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan
semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai dibawah 100 permenit diluar
his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2) Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada presentasi kepala mungkin
menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi rangsangan
nervus X, sehingga pristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi
untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3) Pemeriksaan Ph darah janin : adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila
PH itu turun sampai bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda bahaya.

2.2 Klasifikasi Asfiksia


Berikut klasifikasi Asifiksia berdasarkan nilai APGAR :
a) Bayi normal atau tidak Asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.
b) Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bbagi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tindakan istimewa, tidak memerlukan pemberian oksigen dan
resusitasi

2
c) Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit, tonus otot kurang baik atau
baik,

2
sianosis, refleks iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi
serta pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal.
d) Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara
aktif dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis,
maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg
berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan lewat
vena umbilikus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

2.3 Faktor Resiko


Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan
dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada
pertukaran plasenta untuk oksigen,asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga
gangguan pada aliran darah umbilical maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan
asfiksia
Penyebab dan gejala asfiksia adalah :
1) Asfiksia dalam kehamilan :
a) Penyakit infeksi akut
b) Penyakit infeksi kronik
c) Keracunan oleh obat-obat bius
d) Uremia dan toksemia gravidarum
e) Anemia berat
f) Cacat bawaan
g) Trauma
2) Asfiksia dalam persalinan:
a) Kekurangan O2 :
1) Partus lama (rigid serviks dan atonia /insersi uteri)
2) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus terusmenerus mengganggu
sirkulasi darah ke plasenta
3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta
4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala
dan panggul
5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya
6) Perdarahan banyak: plasenta previa dan solusio plasenta

3
7) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus,
disfungsi uteri)

b) Paralisis pusat pernafasan :


1) Trauma dari luar seperti tindakan forceps
2) Trauma dari dalam seperti akibat obat bius

c) Faktor bayi
1) Bayi Prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

d) Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia :


a) Tidak bernafas atau nafas mega-megap
b) Warna kulit kebiruan
c) Kejang
d) Penurunan kesadaran
e) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
f) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi asfiksia neonatorum, dapat dijelaskan dalam dua tahap yaitu
dengan mengetahui cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir, dan dengan
mengetahui reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal, yang dijelaskan
sebagai berikut :
1) Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir :
a) Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan
untuk mengeluarkan karbondioksida.
b) Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen.
c) Arteri dan vena umbikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan
udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan
mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah berkurang.
d) Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik,
menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan

4
tekanan sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada
duktus arteriosus menurun.
e) Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan
paru-parunya untuk mendapatkan oksigen.

2) Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal :


a) Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara kedalam paru-
parunya.
b) Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada organ
seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan
otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.
c) Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ
tubuh lain, atau kematian.
d) Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-
tanda klinis :
(1) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ
lain depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
(2) Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot jantung atau sel otak.
(3) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta
sebelum dan selama proses persalinan.
(4) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru
dan sianosis karena kekurangan oksigen didalam darah.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian kajian pustaka atau studi kepustakaan yaitu berisi
teori yang relevan dengan masalah penelitian. Pada bagian ini dilakukan pengkajian
mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan artikel-artikel yang
dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. Kajian pustaka berfungsi untuk membangun
konsep atau teori yang menjadi dasar studi penelitian.

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

a) Jenis Penelitian
Dilihat dari penelitiannya, adapun jenis jenis penelitiaqn yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research, yakni
penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data atau karya tulis ilmiah
yang bertujuan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah
yang pada dasarnyatertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap
bahan-bahan pustaka yang relevan.

b) Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif,
penelitian deskriptif terfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang
diperoleh saat penelitian dilakukan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data penelitian ini diambil dari sumbber data.
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh.

a) Sumber Primer
Sumber Primer adalah sumber-sumber yang memberikan data secara
langsung dari tangan pertama atau merupakan sumber asli. Dalam proposal ini
sumber primer yang di maksud adalah Jurnal Karya Ilmiah Asfiksia dari
Unimus.

6
b) Sumber Sekunder
Sumber Sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber yang
lain yang tidak diperoleh dari sumber primer. Dalam proposal ini sumber-
sumber sekunder yang dimaksud adalah artikel-artikel dari surel resmi yang
berhubungan dengan topik yang dibahas.

3.3 Teknik Analisis Data


Setelah keseluruhan data terkumpul maka langkah selanjutnya penulis
menganalisa data tersebut sehingga ditarik satu kesimpulan. Untuk memperoleh hasil
yang benar dan tepat dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik analisis isi.
Analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu
informasitertulis atau tercetak di media massa.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian analisis isi, sebagai berikut:
a) Penetapan model penelitian. Disini ditetapkan beberapa media, analisis
perbandingan atau korelasi, objek banyak atau sedikit dan sebagainya.
b) Pencarian data pokok atau data primer. Sebagai analisis isi, teks merupakan objek
pokok.
c) Pencarian penegetahuan konstektual agar penelitian yang dilakukan tidak berada
diruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait.

7
DAFTAR PUSTAKA

Reni Utari, 2019. Asfiksia noenatorum, penyebab bayi kekurangan oksigen


selepas lahir, diakses pada 22 September 2021

https://www.sehatq.com/artikel/kekurangan-oksigen-bayi-baru-lahir

Dp Sari, 2013. Jurnal Kesehatan mengenai Asfiksia Neonatorum, diakses


pada 22 September 2021
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjfkrn5nJXzAhXZX30KHQepB-
IQFnoECCAQAQ&url=http%3A%2F%2Feprints.poltekkesjogja.ac.id%2F2241%2F3%2FBAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw2FlLL_w56xSIoOQwPYMHMr

Anda mungkin juga menyukai