Anda di halaman 1dari 33

Dosen. Nour Sriyanah, S.Kep., Ns., M.Kep.

MAKALAH AKSFIKSIA PADA ANAK

Di Susun Oleh

Muhamad Nur Hatan (21806051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan banyak nikmat-Nya
kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas dengan judul Asuhan keperawatan
pada Hipertensi. Adapun tujuan penyusunan tugas ini kami buat dalam rangka memenuhi salah
satu tugas pembuatan Askep mata kuliah Keperawatan Anak II

Saya sebagai penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan
pastinya mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.

Makassar, 25.Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertin ..................................................................................................
B. Klasifikasi.................................................................................................
C. Etiologi ....................................................................................................
D. Manifestasi klinis.....................................................................................
E. Patofisiologi..............................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang ...........................................................................
G. Penatalaksanaan........................................................................................
H. Komplikasi...............................................................................................
I. Asuhan keperawatan menurut teori..........................................................

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Kasus.........................................................................................................
B. Pengkajian..................................................................................................
C. Klasifikasi Data.........................................................................................
D. Analisa Data...............................................................................................
E. Diagnosa Keperawatan..............................................................................
F. Rencana Asuhan Keperawatan..................................................................
G. Implementasi Keperawatan.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.

Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal
(usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab
kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma
lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama
kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional.
Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus
digunakan setiap kali menolong persalinan.

Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal
sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan
bayi baru lahir.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi asfiksia neonatorum?


2. Apakah penyebab asfiksia?
3. Bagaimana tanda gejala serta diagnose pada bayi asfiksia?
4. Bagaimanakah cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir?
5. Bagaimanakah penanganan asfiksia neonatorum?

C. TUJUAN

1. Untuk  mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum.


2. Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum.
3. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada asfiksia  pada bayi
baru lahir.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir.
5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).

Asfiksia adalah perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen


dalam udara pernapasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia (Dorland, 2002)

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas
brnapas secara spontan dan teratur setelah lahir (Wikenjosastro, Hanifa,2002 ).

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)

B. Klasifikasi
Klasifikasi asfiksia berdasarkan niloai APGAR

 “Vigorous baby” skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewanya.

“Mild Moderat Asphyxia( asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 padapemeriksaan fisik
akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/mnt, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

1. Skor apgar 1-3 pada pemeriksaan fisis ditemukan freuensi jantung kurang dari
100x/mnt, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleksitabilitas
tidak ada.

asfiksia berat dengan henti  jantung dimaksudkan dengan henti jantung ialah keadaan a).
Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 mnt sebelum  lahir lengkap. b). Bunyi
jantung bayi menghilang postpartum. Dalam hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai
dengan yang ditentukan pada penderita asfiksia berat.

C. Etiologi
Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti
pengembangan paru – paru.  Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.  Penyebab asfiksia menurut
Mochtar (1989) adalah :

1.      Asfiksia dalam persalinan

a. Kekurangan O2.

a). Partus lama (KPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum


waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. (Sujiyatini, 2009 : h 13).

Pada ketuban pecah dini bisa menyebabkan persalinan berlangsung lebih


lama dari keadaan normal, dan dapat menyebabkan infeksi. Infeksi adalah
bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya, bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Bahkan
jika jumlah air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan berisiko
asfiksia. (Wiknjosastro, 2007 ).

Pada Rigid serviks atau kekauan serviks juga dapat menyebabkan terjadinya
partus lama karena jalan keluar janin terhambat/macet.

Pada Atonia uteri akan menyebabkan uterus dalam kondisi yang sangat


lelah, sehingga otot-otot rahim tidak mampu melakukan kontraksi sehingga
menggangu kemajuan persalinan.

b). Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus


mengganggu sirkulasi darah ke uteri sehingga sulpai O2 ke janin berkurang.

c)     Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.


d)     Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.

e)     Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.

f)      Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.

g)    Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.

b.  Paralisis pusat pernafasan

a)      Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps

Melahirkan dengan cara mencongkel sisi kepala bayi dengan alat yang disebut
forceps. Pemakaian alat ini otomatis akan memperlebar jalan lahir, dan
memperbanyak luka ahitan pada ibu serta menyebabkan trauma pada kepala
bayi, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pusat penapasan (medulla
oblongata)

b)      Trauma dari dalam : akibat obat bius.

Pemberian obat bius pada saat melahirkan, obat bius dapat masuk kejanin
melalu plasenta sehingga dapat mengakibatkan paralisis pusat pernapasan

Sedangkan menurut Towell(1966), asfiksia dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1. Faktor
a. Hipoksia ibu

Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau


anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.

b. Gangguan aliran darah uterus

Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya


aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklampsi.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.

3.  Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah


dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan
tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin.

4. Faktor neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu

a. Pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu secara langsung


dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin
b. Trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial,
c. Kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia
atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
D. MANIFETASI KLINIS
1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia


b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan

Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,


kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik

g. RR > 60x /menit atau < 30 x/menit


h. Nafas megap-megap/gasping sampai terjadi henti nafas
i. Bradikardia
j. Tonus otot berkurang
k. Warna kulit sianotik/pucat
l. Apgar skor 1-3 atau 4-6 (Arif Mansjoer 2001).
m. Tanda hipoksia pada janin biasanya ditemukan beberapa menit sampai
beberapa hari sebelum persalinan. IUGR/Intra Uterine Growth
Restriction ( suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan
pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah
batasan tertentu dari usia kehamilannya) dengan naikan tahanan vaskuler
mungkin merupakan pentunjuk pertama hipoksia janin. Frekuensi denyut
jantung janin yang lambat dan variabilitas dari denyut kedenyut
menurun,perekaman frekuensi jantung secara terus menerus dapat
menunjukan pola perlambatan yang bervariasi atau terlambat dan analisa
darah kulit kepala janin dapat menunjukan pH kurang dari 7.20. Asidosis
terdiri  dari beberapa tingkat komponen metabolik atau respiratorik.
Terutama pada bayi yang mendekati usia cukup bulan,tanda-tanda ini
mengakibatkan pemberian oksigen kadar tinggi pada ibu dan melakukan
persalinan segera untuk menghindarkan kematian janin (Nelson, 2000)
E. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa hamil dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan Asfiksia ringan yang bersifat
sementara. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat
pernafasan akan terjadi usaha bernafas pertama (primary gasping) yang kemudian akan
berlanjut pernafasan teratur. Sifat Asfiksia yang ringan ini tidak berpengaruh buruk
karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau transportasi O2 selama kelahiran atau
persalinan, maka terjadilah Asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh, kerusakan dan gangguan ini dapat membaik atau tidak, tergantung pada
berat dan dalamnya Asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnea
(berhenti bernafas), disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita Asfiksia berat usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya ada dalam
periode apnea.

Pada tingkat ini di samping perlahannya frekuensi jantung ditemukan pula penurunan
tekanan darah. Disamping itu ada perubahan klinis yang akan terjadi berupa gangguan
metabolisme dan perubahan pertukaran gas oksigen (O2) mungkin hanya menimbulkan
asidosis resfiratorik meningginya tekanan oksigen (O2) dalam darah dan bila gangguan
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobic yang kemudian
dapat menyebabkan timbulnya asidosis metabolic, selanjutnya terjadi perubahan
kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel otak. Kerusakan yang terjadi dapat menimbulkan kematian atau kehidupan
dengan gejala sisa (squele).

Mengenal dengan tepat perubahan-perubahan di atas sangat penting, karena hal itu
merupakan manifestasi daripada tingkat Asfiksia. Tindakan yang dilakukan hanya akan
dapat berhasil dengan baik bila perubahan yang terjadi dikoreksi secara adekuat. Dalam
praktek, menentukan tingkat Asfiksia bayi dengan tepat membutuhkan pengalaman dan
observasi klinik yang cukup. Menentukan beberapa kriteria klinik untuk menilai keadaan
bayi baru lahir (Arif Mansjoer, 2001).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang yang mengarah pada pada diagnosa Asfiksia


Neonatorum antara lain :

1. Analisa gas darah

pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.


PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi Asfiksia Neonatorum cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.  PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada
bayi Asfiksia Neonatorum cenderung turun karena terjadi hipoksia
progresif. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

2. Elektrolit darah

Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350 x 10
gr/ct), Distrosfiks pada bayi preterm dengan Asfiksi Neonatorum cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.

3. Gula darah
4. Baby gram (Rontgen dada)

Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

5. USG (kepala) untuk mengetahui adanya ke abnormalan pada otak.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan menurut Setiadi Sofyan (2001)
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan nafas
a) Kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir lebih mudah mengalir.
b) Bersihkan lendir dan cairan ketuban dari rongga mulut dan farings.
c) Bila perlu gunakan laringoskop untuk membantu pengisapan lendir dan
saluran nafas lebih dalam.
b. Rangsangan refleks pernafasan
a) Melakukan bila setelah 20 detik bayi tidak memberi usaha bernafas.
b) Jangan memukul di daerah punggung atau bokong.
c) Bila gagal, anggap bayi tersebut menderita Asfiksia ringan-sedang
c. Pertahankan suhu tubuh
a) Tubuh bayi dibaringkan.
b) Pemanasan menggunakan lampu pijar lebih dari pada penggunaan selimut
yang menutupi bayi..
2. Tindakan Medis
a. Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi


paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan
intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat
hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua
obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi
obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung.
Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3
kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau
frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi
80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks,
jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau
gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asfiksia sedang

Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60
detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan,
ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi
diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan
membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan
kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai
dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi
dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi
dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah
dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak
memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat(FKUI 2002).

H. KOMPLIKASI

Komplikasiyang muncul pada asfeksia neonatorum antara lain:

1. Edema otak dan perdarahan otak pada penderita asfeksia dengan gangguan fungsi
jantung yang terlalu berat sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran
darah ke otak pun menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak yang berakibat terjadinya
edema otak, hal ini juga akan menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau ologuria disfungsi miokardium pada penderita asfiksia,keadaan ini
dikenal istilah disfungsi moikardium pada saat terjadi yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine
sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabakan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada
otak (Saifudin,A.B.2001)
5. Sepsis
Sepsis biasanya akan dimulai dengan adanya respon sistemik tubuh dengan
gambaran proses inflamasi,koagulopati,gangguan fibrinolisis yang selnjutnya
menimbulkan gangguan fungsi organ. Berlaianan pada pasien dewasa,pada bayi
baru lahir terdapat berbagai tingkat defisiensi system pertahanan tubuh,sehingga
respon sistemik pada janin dan bayi baru lahir akan berlainan dengan pasien
dewasa sebagai contoh pada awitan dini respon sistemik pada bayi baru lahir
mungkin terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan. ( Arif Mansjoer, 2001).

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas bayi dan orang tua

Umur (mulai 0 – 28 hari), jenis kelamin Perempuan,


b. Riwayat kesehatan bayi dan orang tua

Keluhan utama: Hipoksia, RR > 60 x/mnt, nafas megap-megap/gasping sampai


terjadi henti nafas, bradikardi, tonus otot berkurang, warna kulit sianotik/pucat.

c. Observasi pernapasan terhadap:


a) Frekuensi         : Cepat, normal, atau lambat untuk anak tentunya
b) Kedalaman      : Normal, terlalu dangkal, terlalu dalam, biasanya
diperkirakan dari amplitudo dangkal.
c) Kemudahan     : Kurang upaya, sulit, ortopnea, dihubungkan dengan
retaksi intercosta dan substernal
d) Pernafasaan     : Sulit, kontinue, intermiten, menjadi makin buruk, dan
menetap, awitan tiba-tiba
e) Irama               : Variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
d. Observasi adanya:
a) Bukti infeksi   : peningkatan suhu tubuh, perbesaran kelenjar limfe
servikal membran mukosa terinfeksi
b) Batuk              : karakteristik batuk (bila ada) dalam keadaaan seperti batuk
terdengar, sifat batuk, frekuensi batuk berhubungan dengan menelan
c) Mengi              : Ekspirasi dan Inspirasi nada tinggi atau musikal
memanjang, secara lambat
d) Sianosis           : perhatikan distribusi (perifer, peroral, fasial) derajat
berhubungan dengan aktifitas
e) Nyeri dada      : mengkin merupakan keluhan anak yang paling besar,
perhatikan lokasi dan situasi terlokalisir atau menyebar
f) Sputum            : Anak-anak yang lebih besar dapat memberikan sempel
sputum , perhatikan volume dan warnanya
g) Pernafasan buruk        : dapat berhubungan dengan bebebrapa infeksi
pernafasan

Jangan lupa juga mengkaji:

a. Sirkulasi
a) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg(Sistolik) 40 sampai 45 mmHg (Diastolik)
b) Manghitung nadi serta RR bayi
c) Melihat ekstermitas bayi/ akral bayi
d) Mengkaji adanya perdarahan saat melahirkan
e) Bunyi jantung, lokasi di mediastrenum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/IV
f) Murmur biasanya terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan
g) Tali pusat putih dan bergelatin mengandung 2 artheri dan 1 vena
b. Makanan dan cairan
a) Mengetahui umur bayi
b) Diet yang diberikan pada bayi asfeksia
c) Berat badan asfeksia
d) Memantau adanya muntah, residu apa tidak pada bayi asfiksia
e) Pemberian PASI lewat NGT atau Oral
c. Neurosensori
a) Tonus otot :fleksi hipertonik dari semua ekstermitas
b) Sabar dan aktif mendesmotrasikan reflek menghisap selam 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas), penampilan
asimetris (molding, edema, hematoma).
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek narkotik
yang memanjang)

d. Pernapasan
a) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik torak: kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
b) Adanya pernafasan spontan apa tidak
c) Pemakaian O2 dalam bentuk apa
d) Keadaan ketuban pada keluar
e) Keadaan bayi saat ini
f) Hasil analisa gas darah
e. Keamanan
a) Suhu rentang dari 36,5 C, ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi)
b) Kulit : lembut, fleksibel,  pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau memerah, mungkin belang-belang menunjuk
memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan
warna herlequin, petekie, pada kepala/wajah (dapat menunjukkan
penigkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal)
bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat
terlihat, abrasi kulit kepala mungkin ada.
f. Eliminasi
a) Berapa kali bayi dengan asfiksia BAK nya per hari
b) Apakah mengunakan alat bantu apa tidak
c) BAB nya berapa kali per hari

2. Pemeriksaan Fisik pada Asfeksia


a. Penampilan umum : bayi mungkin bebaring dengan anggota gerak yang
mungkin tidak bergerak sama sekali karena energi yang dimiliki dihemat
dan dipusatkan untuk pernapasan yang sulit, tonus aktif maupun pasif dan
sikap yang tidak lazim harus dicatat.
b. Kulit

Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer diungkapkan


oleh kemerahan pembentukan bintik-bintik pada tubuh (MOTTLING)
bayi disebabkan oleh adanya ketidakstabilan peredaran darah, sianosis
dapat diselubungi oleh kepucatan akibat kegagalan pembuluh darah,
kepucatan dapat menggambarkan adanya asfeksia perfusi O2 ke jaringan
berkurang.

c. Hidung
Memperhatikan adanya lendir dilubang hidug yang sempit

d. Kepala

Tengkorak memungkin mengalami “moulase” terutama bila bayi


merupakan anak pertama dan jika kepala bayi mengalami halangan dalam
waktu yang cukup lama. Tulang parietal cenderung menutupi (overlap)
tulang oksipital dan frontal. Kepala bayi yang dilahirkan melalui section
sesar atau dari letak sungsang dapat dikenali dari bentuknya yang bulat.

e. Kuku

Pada bayi yang prematur bersifat rudimeter sebaliknya akan melampaui


batas pada bayi post matur. Pada bayi asfeksia warna kuku merupakan
indikator penentuan sianosis pada bayi normal kuku bayi berwarna
kemerahan sedangkan pada bayi prematur kuku akan tampak kebiruan
sebagai akibat dari perfusi jaringan yang kurang.

f. Pemeriksaan jantung, pernapasan, dan neuromuskuler


Secara umum asfeksia , patokan klinis yang dinilai adalah
a) Menghitung frekuensi jantung
b) Melihat usaha bernafas
c) Menilai tonus otot
d) Menilai reflek rangsangan
e) Memperhatikan warna kulit
Skor Apgar yang biasanya dinilai satu menit setalah bayi lahir
lengkap yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik
serta telah dilakukan penghisapan lendir untuk menetukan tingkat
asfeksia berat, sedang atau ringan/normal dapat dipakai penilaian
apgar skor. Dibawah ini tabel untuk menentukan apakah bayi
asfeksia atau tidak:

TANDA 0 1 2
Frekuensi Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
jantung
Usaha nafas Tidak ada Lambat tidak Menangis  kuat
teratur
Tonus otot Lumpuh Exstermitas Gerakan aktif
fleksi
Reflek Tidak ada Gerakan Gerakan kuat/
sedikit melawan
Warna Biru/pucat Tubuh Seluruh tubuh
kemerahan kemerahan
ekstermitas
biru
Ket: 0-3 : asfeksia berat, 4-7: asfeksia sedang , 7-10 : Normal. Pemantauan : bila
skor Apgar 5 menit kurang dari 7, penilaian dilanjutkan setiap 5 menit, sampai
mencapai skor 7. (Arif Mansjoer. 2001)

c. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan sianosis
5. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius
6. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
7. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga

d. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, bersihan jalan nafas kembali


efektif.
Dengan kriteria hasil :

a. Tidak menunjukkan demam


b. Rata-rata repirasi dalam batas normal
c. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas
d. Mudah dalam bernafas.
e. Tidak adanya sianosis.
f. PaCO2 dalam batas normal.
g. PaO2 dalam batas normal.

Intervensi:

1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.

Rasional: Untuk memungkinkan reoksigenasi.

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction.

Rasional: Pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukkan tertahannya secret.

3. Beritahu keluarga tentang suction.

Rasional: Membantu memberikan informasi yang benar pada keluarga.

4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.

Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi.

5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan
sesudah suction

Rasional:Membantu untuk mengidentifikasi perbedaan status oksigen sebelum


dan sesudah suction.

2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola nafas menjadi efektif

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif


2. Ekspansi dada simetris
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal

Intervensi:

1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender

Rasional: Untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari nasofaring,


tracea.

2. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi

Rasional: Bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder.
Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas/kegagalan pernafasan.

3. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan pertukaran gas teratasi

Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas


2. Fungsi paru dalam batas normal

Intervensi:
1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum

Rasional: Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki,


mengi menunjukkan akumulasi secret/ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja pernafasan.

2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

Rasional: Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau


peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan
program terapi.

3. Berikan oksigen tambahan yang sesuai.

Rasional: Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder


terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.

4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksia jaringan perifer.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan tidak


trjadi hipoksia

Kreteria hasil:

1. Tidak sesak nafas


2. Fungsi paru dalam batas normal

Intervensi:

1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas dan produksi sputum

Rasional: mengetahui jika ada kelainan

2. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

Rasional: mengetahui adanya sianosis

3. Pantau hasil analisa darah


Rasional: untuk mengetahui adanya asidosis

5. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan
pada agen-agen infeksius
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan risiko cidera dapat dicegah
Kriteria hasil :
1. Bebas dari cidera/ komplikasi
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama

Intervensi:

1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi

Rasional: Mengurangi kontaminasi silang.

2. Pakai sarung tangan steril

Rasional: Mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang.

3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan
pembuluh darah tali pusat dan adanya anomaly

Rasional: Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bayi.

4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya


pada pemberi pelayanan kesehatan

Rasional: Membantu keluarga untuk mendapatkan pendidikan dan


pengetahuan yang benar tentang tanda dan gejala infeksi begitu juga
dengan penanganan yang benar.

5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari


vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan
hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E
(Hbe Ag).
Rasional: Membantu memberi kekebalan anak terhadap agen infeksi.

6. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan suhu tubuh normal

Kriteria hasil :

1. Temperatur badan dalam batas normal


2. Tidak terjadi distress pernafasan
3. Tidak gelisah
4. Perubahan warna kulit
5. Bilirubin dalam batas normal

Intervensi:

1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang


hangat.

Rasional: Menghindari terjadinya hipitermia.

2. Monitor temperatur dan warna kulit.

Rasional: Mengetahui terjadinya hipotermi.

3. Monitor TTV.

Rasional: Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi


proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.

4. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.

Rasional: Menghindari terjadinya hipitermia.

5. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.

Rasional:Mambantu BBL tetap berada pada keadaan yang sesuai dengan


keadaannya.
7. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan koping keluarga adekuat

Kriteria Hasil :

1. Percaya dapat mengatasi masalah.


2. Kestabilan prioritas.
3. Mempunyai rencana darurat.
4. Mengatur ulang cara perawatan.
5. Status kekebalan anggota keluarga

Intervensi:

1. Buat hubungan dan akui kesulitan situasi pada keluarga.

Rasional: Mambantu orang terdekat untuk menerima apa yang terjadi dan
berkeinginan untuk membagi masalah dengan staf.

2. Tentukan pengetahuan akan situasi sekarang.

Rasional: Sediakan informasi untuk memulai perencanaan perawatan dan


membuat keputusan. Kurangnya informasi dapat mengganggu respons
pemberi/penerima asuhan terhadap situasi penyakit.

3. Ikutsertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan


masalah dan perawatan pasien sesuai kemungkinan.

Rasional:Informasi dapat mengurangi perasaan tanpa harapan dan tidak


berguna. Keikutsertaan dalam perawatan akan meningkatkan perasaan
kontrol dan harga diri
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Diagnosa Asfiksia

I. DATA UMUM
A. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 5 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan :-
No. RM : 307736
Tanggal Masuk : 15 Oktober 2020
Tanggal Pegkajian : 16 Oktober 2020
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : makassar
Pekerjaan : IRT
Hubungan Dengan Klien : Ibu Kandung

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Keluhan Utama : Sesak nafas
Riwayat Keluhan Utama : Klien masuk ruang perinatology dengan keluhan nangis
merintih, perut kembung, sesak nafas disertai dengan lendir, akral dingin, reflek premitif
positif tetapi lemah, keadaan umum lemah, apgar skore lahir 4/5/6. lahir spontan dengan
ekstraksi vakum usia kehamilan 39 minggu.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


X X X ?

? ?

29
45

4
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan  bidan).
Salemba Medika: Jakarta

Doengoes. M.E. (2003). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. EGC.


Jakarta

Dorland. (2002). Kamus Saku Kedokteran. Edisi 25. EGC. Jakarta

Hidayat. A.A.A. (2005).  Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Media. Jakarta

Markum. A.H. (2002).  Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta

Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta

Arif. M. (2000).  Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai