Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENANGANAN AWAL


KEGAWATDARURATAN PADA BAYI DENGAN
GANGGUAN NAFAS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Balita

Disusun oleh :

1. Herni Prafita Dewi (202102020021)


2. Liya Fatikhatun .N (202102020022)
3. Nabilah Putri (202102020023)
4. Rizki Amalia (202102020024)
5. Nervia Anjani .K.P (202102020025)
6. Difa Risana (202102020026)

Dosen Pengampu :
Risqi Dewi Aisyah, SST . MPH

PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus Bayi dan Balita tentang “DETEKSI DINI KOMPLIKASI DAN PENANGANAN AWAL
KEGAWATDARURATAN PADA BAYI DENGAN GANGGUAN NAFAS”

Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak
membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen pemgampuh mata
kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Balita Ibu Risqi Dewi Aisyah, SST . MPH

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan yang untuk yang membaca dan menjadi
sumber pemikiran pembaca khususnya para Mahasiswa Kebidanan Universitas
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan pada umumnya.

Kami menyadari bahwa penuyusunan makalah sederhana ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penyusunan yang akan datang dan atas saran yang akan disampaikan
sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
TINJAUN PUSTAKA...............................................................................................................4
A.Deteksi dini komplikasi dan penanganan awal kegawatdaruratan pada bayi dengan
gangguan nafas.......................................................................................................................5
1. TTN ................................................................................................................................5
2. RDS.................................................................................................................................6
3. MAS................................................................................................................................7
4.Pneumonia.......................................................................................................................8
5 Apnea..............................................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebab utama kematian pada neonatus adalah komplikasi


kehamilan dan persalinan, seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat lahir
rendah (Depkes RI. 2008). Komplikasi yang menyerang bayi berat lahir
rendah banyak macamnya. Diantaranya gangguan pada sistem pernafasan,
susunan saraf pusat. Kardiovasskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan
termogulasi. Hal ini dikarenakan bayi yang lahir dengan berat badan 2500
gram tubuhnya belum mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
diluar rahim. Salah satu komplikasi berat lahir rendah yang merupakan
gangguan sistem pernafasan adalah respiratory distress sindrom
(RDS)/Hyalin Membrane Disease (HMD)/sindrom gawat nafas. Hal ini
sesuai dengan hasil ramdani dkk (2014), yang menyatakan bahwa faktor
penyulit tersering pada BBLSR salah satunya adalah RDS/HMD sebanyak
38,1%.
Respiratory Distress Syndrome merupakan suatu kondisi yang terdiri
dari satu gejala atau lebih seperti berikut: takipnea atau laju pernapasan lebih
dari 60x/menit, retraksi dinding dada (subcostal, intercostal, sternal,
suprasternal), dan adanya bising pernapasan dalam bentuk merintih,

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan deteksi dini komplikasi dan penanganan


awal kegawatdaruratan pada bayi dengan gangguan nafas?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan deteksi dini komplikasi
dan penanganan awal kegawatdaruratan pada bayi dengan gangguan
nafas.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Deteksi Dini Komplikasi dan Penanganan Awal


Kegawatdaruratan pada Bayi dengan Gangguan Nafas

Ada berbagai masalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
perlu diwaspadai. Presentasi klinis gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir meliputi apnea, sianosis, mendengus, sindrom inspirasi,
pembersihan hidung, makanan yang buruk, dan takipnea (bernapas
lebih dari 60 kali per menit).
Gangguan pernapasan terjadi pada sekitar 7% bayi, sebagian besar
kasus ini disebabkan oleh takipnea transien pada bayi baru lahir,
sindrom gangguan pernapasan, atau sindrom aspirasi mekonium.
1. TTN (Transient Tachypneu of the Newborn)
Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah kondisi yang
terjadi disebabkan oleh keterlambatan tubuh untuk mengeluarkan
cairan yang bertumpuk pada janin setelah lahir. Hal tersebut dapat
menyebabkan paru-paru kesulitan untuk berfungsi dengan normal,
sehingga gangguan pernapasan dan takipnea dapat terjadi.
Gejala dari gangguan pernapasan ini bisa terlihat seperti masalah
kesehatan lainnya, seperti:
a) Tingkat pernapasan yang sangat cepat, yaitu 60 kali napas per
menit.
b) Terdengar suara mendengus saat bayi bernapas.
c) Lubang hidung melebar.
d) Terlihat tulang rusuk setiap kali bernapas karena kulit tertarik.
e) Kulit di sekitar mulut serta hidung menjadi kebiruan (sianosis).
Kondisi ini umum terjadi, namun ada beberapa kondisi yang
meningkatkan peluang TTN pada bayi, seperti:
a) Bayi lahir prematur karena paru-paru belum berkembang
sepenuhnya.
b) Mengalami perubahan hormonal sehingga paru-paru tidak
punya waktu untuk menyerap cairan.
c) Ibu hamil yang mempunyai kondisi asma atau diabetes
Penatalaksanaan transient tachypnea of the newborn (TTN) bersifat
suportif, yang mencakup terapi oksigen, nutrisi, dan hidrasi. Terapi
oksigen dapat diberikan melalui nasal kanul atau nasal continuous
positive airway pressure (CPAP), sesuai dengan kebutuhan.
Bila pasien mengalami takipnea lebih dari 80 kali per menit, pasien
dipuasakan dan pemberian nutrisi dilakukan melalui jalur
intravena, atau melalui gavage feeding. Pemberian medikasi rutin
belum menjadi standar terapi TTN.
a) Oksigenisasi
Neonatus dengan TTN mungkin memerlukan terapi oksigen
untuk mempertahankan kadar saturasi normal. Pemberian
oksigen dapat melalui metode noninvasif, seperti nasal kanul,
atau dapat diberikan melalui nasal CPAP bila terdapat
peningkatan usaha napas dan memerlukan oksigen >30%.
Etiologi lain perlu dipertimbangkan bila neonatus memerlukan
FiO2 lebih dari 0,4 atau hingga memerlukan intubasi
endotrakeal.
b) Nutrisi dan Hidrasi
Pemberian nutrisi pada bayi dengan TTN ditentukan
berdasarkan status respirasi. Takipnea dapat menyebabkan
risiko aspirasi, sehingga pemberian makan peroral tidak aman.
Bila laju napas 60–80 kali per menit, pemberian nutrisi dapat
melalui selang nasogastrik. Bila laju napas lebih dari 80 kali per
menit, maka pemberian nutrisi dapat melalui jalur intravena
dengan volume diet 60–80 mL/kgBB per hari.
Pemberian nutrisi enteral dipertimbangkan bila gejala distres
pernapasan telah membaik atau laju napas kurang dari 80 kali
per menit. Volume pemberian dimulai dari dosis kecil dan
ditingkatkan perlahan secara progresif bila takipnea mengalami
resolusi sempurna.
Restriksi cairan dilakukan pada hari pertama, yaitu 40
mL/kgBB pada neonatus aterm dan 60 mL/kgBB pada neonatus
prematur, yang kemudian dinaikkan bertahap 20 mL/kgBB per
hari pada kasus TTN yang memerlukan alat bantu napas lebih
dari 48 jam. Restriksi cairan dinilai dapat memberikan manfaat
bagi TTN karena dapat menurunkan durasi penggunaan alat
bantu pernapasan. Namun, hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
c) Medikamentosa
Pemberian medikamentosa rutin, seperti diuretik, terapi
inhalasi epinefrin rasemik atau beta dua agonis belum
direkomendasikan sebagai terapi standar karena masih
kurangnya data mengenai efikasi dan keamanannya pada TTN.
Antibiotik empirik perlu diberikan bila terdapat bukti
keterlibatan infeksi bakteri pada pneumonia atau sepsis.
d) Persiapan Rujukan
Tata laksana neonatus dengan distres pernapasan perlu
memperhatikan “rule of two hours”, yaitu rujukan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjut diperlukan bila terdapat pemburukan
gejala setelah 2 jam onset distres pernapasan; atau neonatus
memerlukan alat bantu napas dengan kebutuhan FiO2 lebih dari
0,4; atau ditemukan abnormalitas lain pada Rontgen torak
RDS (Respiratory Distress Syndrome) / HMD (Hyaline Membrane
Disease)

 Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh


paru-paru yang belum tumbuh sempurna. Neonatal respiratory
distress syndrome (NRDS) lebih sering terjadi pada bayi
prematur yang lahir enam minggu atau lebih sebelum tanggal
lahir seharusnya. Kondisi ini biasanya terjadi 24 jam pertama
setelah lahir.

 RDS / HMD
• Merupakan penyakit pernapasan yang sering pada NKB
• Terutama bayi UK <32 minggu
• Insiden meningkat dengan makin mudanya UK
• Karena kurangnya surfactant

 Gejala klinis HMD

• Biasa ditemui pada saat lahir.


• Bisa muncul pada 6-12 jam post natal
• Gawat napas semakin parah
• Peningkatan upaya pernapasan dan frekuensi napas (tachypneu)
• Sianosis pada udara ruangan
Merintih (grunting) saat ekspirasi
• Retraksi dinding dada
• Gas darah menunjukan hipoksia, hiperkapnea dan asidosis
• Darah lengkap menyingkirkan kemungkinan infeksi
• Rontgen dada: retikulogranuler bilateral, airbronchogram atau
white Lung

 Meningkatkan risiko HMD

• NKB
• Bayi laki-laki

• Predisposisi familial
• SC
• Asfiksia perinatal
• Korioamnionitis
• Bayi dari ibu DM

 Menurunkan risiko HMD

• Stress intra uterin kronis:


• Ketuban pecah dini (KPD),
• Hipertensi ibu, IUGR atau KMK
• Kortikosteroid prenatal
• Obat tokolitik (menghambat
• Kontraktilitas myometrium)

I. MAS (Meconeal Aspiration Syndrome)

 MAS (meconeal aspiration syndrome) disebabkan aspirasi


mekoneum oleh Fetus intra uterus / selama proses persalinan
• Terjadi obstruksi dan reaksi inflamasi di saluran napas
• Menyebabkan asfiksia sebelum dan sesudah kelahiran
• Angka kematian bisa >50% kasus
• Bayi yang selamat bisa ada gejala sisa jangka panjang
termasuk kelainan Neurologis dan dysplasia bronkopulmonaris

 Gejala klinis
• Mekoneum bercampur dengan cairan ketuban sebelum
kelahiran
• Tampak kontaminasi mekoneum pada bayi setelah lahir
• Jalan napas tersumbat, sesak berat
• Gagal napas
 Pemeriksaan penunjang
• Analisa gas darah: asidosis metabolic, PaO2 rendah, PCo2
meningkat
• Rontgen dada: infiltrat

 Tatalaksana MAS
• Identifikasi kehamilan risiko tinggi
• Pemantuan denyut jantung janin selama persalinan
• Penghisapan trachea (tracheal suction) jika memungkinkan
sebelum Penggunaan ambubag.
• Kosongkan isi lambung untuk menghindari aspirasi lebih
lanjut
Koreksi hipoksia, asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia dan
hipotermia
• Penghisapan dari saluran napas untuk membersihkan paru
• Antibiotika ( ampisilin, gentamisin atau cephalosporin)
• Oksigenasi bila perlu ventilasi mekanik.

II. Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan pada


sistem pernapasan. Pneumonia pada anak terjadi ketika paru-paru
anak mengalami peradangan atau infeksi. Kondisi ini biasanya
diawali dengan infeksi pada saluran pernapasan atas, seperti
hidung dan tenggorokan.
• Paparan bakteri ke dalam cairan ketuban dapat menyebabkan
pneumonia
Bawaan ataupun infeksi bakteri sistemik (sepsis)
• Manifestasi :
• Sebelum persalinan: gawat janin, takikardia
• Saat kelahiran: asfiksia perinatal
• Segera setelah kelahiran: gawat pernapasan, syok

 Gejala klinis pneumonia


• Sesak pada bayi
• Awitan: 1-2 hari setelah persalinan
• Gawat napas sedang hingga berat
• Rontgen dada: adanya infiltrate
• Kultur bakteri dari sampel darah, hasil bisa positif atau
memperlihatkan hasil Negatif

 Tatalaksana pneumonia
• Antibiotika secara empiris ampisilin, gentamisin,
cephalosporin selama 10-14 hari
• Jika kultur positif, antibiotika sesuai dengan hasil kultur
selama 14 hari

III. Apnea

• Berhentinya pernapasan disertai bradikardia dan sianosis lebih


dari 20 detik
• Apnea dalam waktu 24 jam setelah persalinan biasanya ada
dasar patologisnya
• Apnea setelah 3 hari dan tidak ada patologi lainnya dapat
diklasifikasikan sebagai Apneu of prematurity
 Faktor risiko apnea
• Hipotermia
• Hipoglikemi
• Anemia
• Hipovolemia
• Aspirasi
• NEC
• Penyakit jantung
• Penyakit paru
• Obstruksi saluran napas
• Infeksi
• Kelainan syaraf

 Gejala klinis
• Berhentinya pernapasan
• Bradikardia
• Sianosis
• > 20 detik

 Tatalaksana apnea
• Pantau neonatus berisiko apnea terutama NKB dengan UK<
32 minggu
• Evaluasi kemungkinan penyebabnya
• Lab: DL, GDS, AGD, SE
 Terapi :
• Rangsang taktil
• Jika tidak respon dengan rangsang taktil maka di VTP
• Berikan O2 dengan CPAP
• Theofilin dosis pertama 6 mg/kgBB kemudian dilanjutkan 8
jam Kemudian dosis 2 mg/kgBB setiap 8 jam
• Obati penyebab spesifiknya misal hipoglikemia, anemia,
infeksi, Atau elektrolit imbalance
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan

mengenai Impetigo. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan,

karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam

makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1.https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/99441/F.%20K_Makalah_M.%20Ali
%20Shodikin_Gawat%20Napas%20pada%20Neonatus.pdf?sequence=1&isAllowed=y

2.https://repository.ump.ac.id/8164/3/Feptriyanto%20BAB%20II.pdf

3.https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/3.%20Gangguan_Napas_Pada_bayi_baru_lahir.pdf

Anda mungkin juga menyukai