Azkia Mantasya
1019031028
Universitas Faletehan
Desember, 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah
“Penggunaan Kipas Angin Untuk Mengurangi Dispnea Pada Pasien Kanker”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Evidance Best
Practice (EBP). Selama menulis makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharpkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaa hasil
yang di dapat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I……………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
BAB II…………………………………………………………………………….4
TINJAUAN TEORI...............................................................................................4
A. Bayi Prematur.............................................................................................4
B. Status Hemodinamik.................................................................................10
C. Posisi Pronasi.............................................................................................11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP……………………………………………………………………….13
A. KESIMPULAN..........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah AKN di Provinsi Banten tahun 2017 sebesar 1035 per 1000
kelahiran hidup, dengan angka terendah yaitu 30 per 1000 kelahiran hidup
yang diduduki oleh Kota Serang, sedangkan AKN tertinggi Provinsi
Banten di Kabupaten Tangerang yaitu 268 per 1000 kelahiran hidup, yang
mana penyebabnya antara lain prematur, ibu mengalami anemia, dan
kurangnya asupan gizi saat hamil. Jika AKN di suatu daerah tinggi maka
dapat dikatakan bahwa tingkat pelayan kesehatan di daerah tersebut rendah
(Profil Kesehatan Provinsi Banten, 2017).
1
menyebabkan kematian pada bayi. Maka dari itu dalam kondisi ini bayi
premature harus mendapat tata laksana yang baik, untuk menghindari
masalah tersebut antara lain yaitu dengan diberikannya alat bantu
pernapasan baik ventilasi mekanik ,maupun Continous Positive Airway
Pressure (CPAP). Selain membutuhkan alat bantu pernapasan CPAP juga
memerlukan intervensi pendukung untuk meningkatkan status oksigen
bayi tersebut salah satunya dengan pemberian posisi pronasi (Oktariani et
al., 2020)
2
pronasi dapat meningkatkan saturasi oksigen dengan nilai p=(0,00<0,05)
(Prawesti et al., 2019)
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Bayi Prematur
1. Definisi Bayi Premature
bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang
dari 36 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sari, 2017).
Semua bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan dibawah 37 minggu
disebut bayi premature, namun dalam hal berat ringannya kondisi bayi
lahir tergantung dari usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Kondisi bayi
premature tidak semuanya sama, makin muda usia kehamilan semakin
kecil berat badannya (Yusna, 2020).
4
3. Etiologi Bayi Prematur
a. Faktor Ibu
1) Toksemia gravidarum (preklamsia dan eclampsia)
2) Riwayat kelahiran premature seperti perdarahan
antepartum, malnutrisi dan anemia stabil
3) Kelainan bentuk uterus (uterus bukenis, inkompeten
serviks)
4) Tumor (mioma uteri, eistoma)
5) Ibu menderita penyakit akut dengan gejala panas tinggi
sepeti thypus abdominalis, dan malaria
6) Ibu menderita penyakit kronis (TBC, penyakit jantung,
hipertensi, penyakit ginjal)
7) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh
8) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan
alcohol)
9) Usia ibu pada kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun saat hamil
10) Bekerja yang terlalu berat
11) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
b. Faktor Janin
faktor janin juga dapat mempengaruhi terjadinya premature
antara lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini,
cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi (rubella, sifilis,
toksoplasmosis), insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu
dan janin (factor rhesus, golongan darah A, B dan O) infeksi
dalam rahim.
5
c. Faktor Lain
Factor lain yang menjadi penyebab premature yaitu factor
plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta, factor
lingkungan, radiasi, zat-zat beracun, keadaann social ekonomi
yang rendah, kebiasaan pekerjaan yang melelahkan dan
merokok (Surami, 2018)
6
produksi surfaktan yang tidak memadai guna mencegah
collapse dan atelektasis
b. Neurologik
Neurologic akut yang sering terjadi pada bayi premature adalah
perdarahan intracranial dan depresi perinatal. Penyebabnya
adalah enselopati iskemik (EIH). Jejas pada otak yang terjadi
pada masa perinatal diketahui menjadi penyebab utama
gangguan neurologis berat yang memiliki dampak dalam
jangka panjang yang dikenal dengan Cerebral Paisy.
c. SSP (susunan syaraf pusat)
Disebabkan karena tidak memadainya koordinasi reflex
menghisap dan menelan sehingga dibei makan secara
intravena.
d. Kardiovaskuler
Gangguan yang sering terjadi adalah hipovolemia., misalnya
kehilangan volume, gangguan fungsi jantung dan vasodilatasi
akibat sepsis.
e. Infeksi
Bayi premature memiliki risiko terjadinya infeksi akibat
defisiensi respon imun dan humoral.
f. Pengaturan Suhu
Bayi premature sulit untuk membuat suhu tubuhnya stabil
karena efek shivering pada bayi premature tidak ada. Ketika
terpapar dengan suhu lingkungan bawah netral akan cepat
kehilangan panas dikarenakan mempunyai luas permukaan
tubuh yang besar disbanding rasio.
g. Saluran pencernaan
Bayi premature tidak mampu menyerap ASI dengan baik
karena saluran pencernaan nya belum sempurna, akibatnya
pengosongan lambujng terlambat dan menimbulkan desistensi
lambung usus.
7
h. Ginjal
Batas konsentrasi dan dilusi cairan urine kurang memadai
karena itu fungsi ginjal pada bayi premature masih imatur
sehingga tidak seperti bayi normal lainnya.
i. Mata
Retrolental fibroplasia, ini terjadi akibat pemberian oksigen
tinggi pada bayi premature merusak pembuluh darah retina
yang masih belum matang.
j. Hiperbilirubinemia
k. Hipoglikemia
l. Tedensi (Sari, 2017)
6. Penatalaksanaan Bayi Prematur
Tujuan utama penatalaksanaan bayi premature adalah untuk
mengurangi mortalitas bayi, perlu diketahui bahwasanya tidak semua
bayi premature adalah bayi sakit, penatalaksanaan bayi premature
tergantung pada kondisi bayi saat lahir. Berikut beberapa tata laksana
pada bayi premature:
a. Rujukan
Pada umumnya bayi premature membutuhkan perawatan di
ruang NICU, seperti pada kondisi eklamsia/preeklamsia atau
korioamnionittis, namun tidak semua rumah sakit memiliki
ruang NICU, langkah yang paling tepat adalah dengan
merujukmya ke fasilitas yang lebih memadai.
b. Stabilisasi dan Resusitasi
Bayi premature mepunyai resiko tinggi mengalami
hipotermia dan gangguan respiratorik sehinnga membutuhkan
perhatian lebih.
Termoregulasi
Target suhu tubuh bayi premature adalah 36.5-37.5
Celcius, pencegahan hipotermia dapat dilakukan dengan
8
pemberian intervensi seperti kangaroo mother care(KMC),
perawatan kulit, dan penggunaan plastik juga dapat dilakukan.
Manajemen Respiratorik
Manajemen respiratorik dengan pemberian ventilasi
tekanan positif(VTP) mealaui sungkup, continuous positive air
way (CPAP), atau dengan intubasi harus sesuai dengan target
saturasi oksigen
Terapi surfaktan umumnya juga dilakukan pada bayi
premature setelah ada gejala respiratorik dan sebelum terjadi
pemburukan, biasanya 2 jam pasca lahir (Darmawan, 2019)
Ada beberapa intervensi pendukung lainnya untuk
meningkatkan kadar oksigen pada bayi premature salah satunya
dengan pemberian posisi pronasi (Oktariani et al., 2020)
c. Terapi Nutrisi dan Cairan
Secara umum penatalaksanaan cairan yang dapat diberikan
pada bayi premature adalah glukosa dan kristaloid. Pemantauan
elektrolit dilakukan setiap 12-24 jam sekali sedangkan
pemantauan berat badan dilakukan setiap 24 jam sekali.
Tata laksana Hipoglikemia
Target gula darah pada bayi premature adalah 50-110
mg/dl. Dengan pemeriksaan diulangi setiap 20 menit
kemudian 60 menit hingga stabil dan membaik.
Nutrisi pada bayi premature
Pada bayi premature kebutuhan nutrisi berbeda-beda
tergantung dari kondisi klinis bayi. Kebutuhan kalori
bayi premature lebih tinggi umumnya 120-150/kg/hari.
ASI adalah sumbernutrisi utama yang
direkomendasikan untuk bayi premature.
d. Terapi farmakologis
9
Jika terjadi indikasi maka yang harus dilakukan yaitu dengan
terapi farmakologis, penatalaksanaan yang sering kali
diperlukan adalah obat inotropic atau epinefrin untuk
bradikardi. Ventilasi dan oksigenasi yang baik dpat
memperbaiki bradikrdi (Darmawan, 2019)
B. Status Hemodinamik
Hemodinamik adalah gambaran dari pemeriksaan sirkulasi darah,
fungsi jantung dan karakteristik fisiologis vascular perifer. Monitoring
hemodinamik dapat dilakukan dengan metode invasive dan non invasive
(Herman et al., 2015).
a. Pemantauan Hemodinamik Invasiv
Parameter pemantauan hemodinamik invasive dapat dilakukan
pada arteri, vena sentral ataupun arteri pulmonalis.
b. Pemantauan Hemodinamik non invasive
Pernapasan
Pengaturan frekuensi napas pada pasien disesuaikan
dengan usia pasien. Menentukan frekuensi pernapasan
pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
berada pada batas bawah dan batas atas, yang mana jika
nilai berada di batas bawah memberikan informasi
bahwa pasien mengalami hipoventilasi, jika berada di
batas atas pada nilai menunjukan pasien mengalami
hiperventilasi.
Batas-batas frekuensi normal pada pasien
berdasarkan usia :
- Neonates: 30-60 kali / menit
- 1bulan-1 tahun: 25-50 kali/ menit
- 1-2 tahun : 25-50 kali / menit
- 3-4 tahun: 20-30 kali/ menit
- 5- 10 tahun lebih: 15-30 kali/ menit
- Dewasa: 12-24 kali / menit
10
Saturasi Oksigen
Nilai normal saturasi oksigen adalah 95-100%.
Pemantauan untuk mengetahui saturasi oksigen dari
hemoglobin menggunakan alat yang bernama pulse
oximetry.
Frekuensi Denyut Jantung
Alat bantu yang digunakan untuk menghitung
frekuensi denyutjantung menggunakan alat bantu
monitor. Berikut frekuensi denyut jantung berdasarkan
usia:
- 1 bulan : 100-180 kali / menit
- 6 bulan : 120-160 kali / menit
- 1 tahun : 90-140 kali/ menit
- 2 tahun : 80-140 kali/ menit
- 6 tahun: 75-100 kali/ menit
- 10 tahun : 60-90 kali / menit
- 16 tahun keatas : 60-100 kali/menit
Tekanan Darah
Perhitungan tekanan darah menggunakan alat bantu
monitor sesyai usia pasien:
- 1 bulan: 85/50 mmHg
- 6 bulan : 90/53 mmHg
- 1 tahun : 91/54 mmHg
- 2 tahun: 91/56 mmHg
- 6 tahun : 95/57 mmHg
- 10 tahun : 102/62 mmHg
- 20 tahun keatas : 120/80 mmHg (jevons, 2011).
C. Posisi Pronasi
11
Pronasi adalah suatu posisi tidur telungkup dengan Kepala miring
ke salah satu sisi (kanan atau kiri), posisi tangan menekuk di dada bayi,
dan lutut menempel ke dada bayi (Harjati, 2013). Posisi pronasi yang
diberikan pada bayi bertujuan untuk memperbaiki fisiologis pernapasan
dan stabilitas kardiovaskuler, serta meningkatkan distribusi ventilasi dan
mengurangi Shunt Intrapulmonal (penyebab bayi hipoksemia) (Suek,
2013).
Hal diatas dibuktikan dengan adanya beberapa hasil eksperimen
diantaranya, penelitian yang dilakukan diruang NICU RS An-nisa
Tanggerang, terdapat pengaruh bermakna pada pemberian pronasi
terhadap status hemodinamik bayi premature terutama pada frekuensi
nafas bayi dengan signifikan nila p=0,000<p0,05 (Oktariani et al., 2020).
Eksperimen kedua mendapatkan hasil bahwa posisi pronasi dapat
meningkatkan frekuensi pernapasan dengan nilai p=0,026 artinya p < 0,05
(Apriliawati & Rosalina, 2016). Selanjutnya terdapat penelitian yang
ditulis dalam jurnal yang berjudul “The Effevtiveness Of Prone and
Supine Nesting Position on Changes Of Oxygen Saturation and Weight in
Premature Babies” menujukan hasil bahwa adanya pengaruh posisi
pronasi dalam meningkatkan saturasi oksigen pada bayi premature
dibuktikan dengan nilai p=0,000<0.05 (Prawesti et al., 2019)
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang
dari 36 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Masalah yang
sering terjadi pada bayi premature adalah masalah yang berhubungan
dengan fungsi imatur dan system organ. Gangguan yang sering terjadi
adalah Respiratory Distress Syndrome dan hipovolemia.
Hemodinamik adalah gambaran dari pemeriksaan sirkulasi darah,
fungsi jantung dan karakteristik fisiologis vascular perifer. Pemantauan
hemodinamik dibagi dua yaitu dengan pemantauan invasive dan non
invasiv. Beberapa yang dipantau pada pemantauan invasive adalah
pernapasan saturasi oksigen, tekanan darah, dan frekuensi denyut
jantung.
Pronasi adalah suatu posisi tidur telungkup dengan kepala miring
ke salah satu sisi (kanan atau kiri), posisi tangan menekuk di dada
bayi, dan lutut menempel ke dada bayi. Posisi pronasi yang diberikan
pada bayi bertujuan untuk memperbaiki fisiologis pernapasan dan
stabilitas kardiovaskuler, serta meningkatkan distribusi ventilasi dan
mengurangi Shunt Intrapulmonal (penyebab bayi hipoksemia). Hal
diatas dibuktikan dengan adanya beberapa hasil eksperimen
diantaranya, penelitian yang dilakukan diruang NICU RS An-nisa
Tanggerang, terdapat pengaruh bermakna pada pemberian pronasi
terhadap status hemodinamik bayi premature terutama pada frekuensi
nafas bayi dengan signifikan nila p=0,000.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, L. D., Indiah, E. S., & Daryati, S. (2019). Pengaruh Posisi Pronasi
Pada Bayi Prematur Terhadap Perubahan Hemodinamik. Journal of Holistic
Nursing Science, 6(2), 9–14. https://doi.org/10.31603/nursing.v6i2.2663
Apriliawati, anita, & Rosalina. (2016). The Effect Of Prone Position To Oxygen
Aturation’s Level And Respiratory Rate Among Infants Who Being Installed
Mechanical Ventilation In NICU Koja Hospital.
Jagadeeswari, J., & Soniya, R. (2020). Effectiveness of prone and supine position
on respiratory pattern among neonates. Drug Invention Today, 13(7), 983–
985.
https://www.researchgate.net/profile/Jagadeeswari_Jayaseelan/publication/34
2160774_Effectiveness_of_prone_and_supine_position_on_respiratory_patte
14
rn_among_neonates/links/5ee61291a6fdcc73be7b8ce4/Effectiveness-of-
prone-and-supine-position-on-respiratory-pa
Oktariani, L., Sari, R. S., & Sari, F. R. (2020). Pengaruh Posisi Pronasi Pada
Bayi Prematur Yang Terpasang CPAP Terhadap Status Hemodinamik di
Ruang NICU RS An-nisa Tangerang Tahun 2020. 44(8), 1689–1699.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Prawesti, A., Emaliyawati, E., Mirwanti, R., & Nuraeni, A. (2019). The
Effectiveness of Prone and Supine Nesting Positions on Changes of Oxygen
Saturation and Weight in Premature Babies. Jurnal Ners, 14(2), 137.
https://doi.org/10.20473/jn.v14i2.7755
Sari, sagita darma. (2017). Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Postterm
Disertai Evidence Based. Nooerfikri. https://books.google.co.id/books?
id=CrZTDwAAQBAJ&lpg=PA23&dq=pengertian bayi
prematur&pg=PP1#v=onepage&q=pengertian bayi prematur&f=false
15
Prematur. Stiletto Indi Book. https://books.google.co.id/books?
id=wdwKEAAAQBAJ&lpg=PA11&dq=klasifikasi bayi
prematur&pg=PA11#v=onepage&q=klasifikasi bayi prematur&f=false
LAMPIRAN
16
17