Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN ESENSIAL KEBIDANAN

DI PMB SAHABAT IBU, PMB AMANAH, DAN PKM BUNGIN

Oleh

Yovita Febri Stibis


NIM. PO7124120044

POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN PALU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
praktik Pmb Sahabat Ibu, Pmb Amanah, Dan Pkm Bungin. Dimana Laporan
ini disusun untuk memenuhi kompetensi dan sebagai bentuk pertanggung
jawaban praktik yang telah dilaksanakan. Pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih.

Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak


kekurangan oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Semoga laporan ini
dapat dimanfaatkan bagi pembaca umum dan Mahasiswi Program Studi
Kebidanan khususnya.

Palu, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Tujuan ..................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Teori Kehamilan
B. Konsep Teori Persalianan
C. Konsep Teori Nifas
D. Konsep Teori BBL
E. Konsep Teori KB

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ..................................................................................
B. SARAN ..............................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015
Angka Kematian Ibu diseluruh dunia 216/100.000 Kelahiran Hidup (KH) atau
hampir sekitar 830 wanita meninggal akibat hal terkait dengan kehamilan dan
persalinan. 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang,
terutama yang tinggal di daerah pedesaan dan diantara masyarakat miskin
(WHO,2015). Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejaktahun 1991 sampai
dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012
menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI menunjukan penurunan menjadi 305
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan
salah satu indicator derajat kesehatan.Masalah kematian dan kesakitan ibu di
Indonesia masih merupakan masalah besar, sehingga pelayanan kesehatan ibu
dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang trampil melakukan prosedur klinis
dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat dalam penatalaksanaan asuhan
pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan normal dan fisiologis
sangat menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan bayi oleh karena
wewenang dan tanggung jawab profesionalnya (PP IBI, 2016).
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 telah
memenuhi target Rencana Strategis (Renstra) kementrian kesehatan sebesar
72%. Sumatra Utara sudah mencapai target yaitu 75,50%. Namun, terdapat
lima provinsi yang belum mencapai target tersebut yaitu Papua, Papua Barat,
Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah. Kendala yang di hadapi
dalam pelayanan kesehatan ibu hamil tidak hanya di akses melainkan kualitas
pelayanannya juga harus ditingkatkan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Di Indonesia pelayanan kesehatan ibu bersalin masih belum baik dapat
dilihat dari presentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
mengalami penurunan. Presentasi pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di Indonesia menunjukan kecenderungan dari 2005 sampai dengan
2015. Namun demikian, terdapat penurunan dari 90,88% pada tahun 2013
menjadi 88,55% pada tahun 2015. Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 79,72%. Meskipun persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan tetapi tidak dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan dianggap menjadi salah satu penyebab masih tingginya Angka
Kematian Ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Pelayanan kesehatan masa nifas termasuk diantaranya kegiatan sweeping
atau kunjunga rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia dalam kurun waktu delapan
tahun mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2015 87,06% tetapi masih banyak
juga provinsi yang cakupan kunjungan nifasnya belum memenuhi target
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
B. Tujuan
1. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
2. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
3. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Kehamilan


1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi trimester I, II dan
III, pada trimester I yaitu dimulai dari konsepsi sampai minggu ke12,
trimester II dari minggu ke-13 sampai minggu ke-28, trimester III dari
minggu ke-28 sampai minggu ke-40 (Nugraheny, 2010).
2. Program pelayanan ibu hamil
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) membuat
standar antenatal care yaitu minimal pelayanan “10T”, sebagai berikut :
a. Timbang Berat Badan
Pada dasarnya ibu hamil dianjurkan untuk makan empat sehat
lima sempurna. Karena kebutuhan akan protein dan bahan makanan
tinggi, dianjurkan tambahan buah dan telur sehari. Nilai gizi ibu
hamil dapat ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar
6,5 sampai 15 kg selama hamil. Berat badan di ukur dalam kg tanpa
sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat badan
yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapatkan
perhatian khusus karena kemungkinan terjadi kesulitan kehamilan.
Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ Kg/minggu segera
rujuk.
b. Ukur Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau
berbaring, posisi tetap sarna pada pemeriksaan pertama maupun
berikutnya. Letakkan tensimeter dipermukaan yang dasar setinggi
jantungnya. Gunakan ukuran manset yang sesuai. Tekanan darah di
atas 140/90 mmHg atau peningkatan distol 15 mmHg atau lebih
sebelum kehamilan 20 minggu atau paling sedikit pada pengukuran
dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan
nyata dan ibu perlu di rujuk.
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pertumbuhan janin dimulai dari tingginya fundus uteri.
Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri;
namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun
kembali karena kepala janin telah 43 turun atau masuk panggul.
Pada kehamilan 12 minggu fundus uteri biasanya sedikit di atas
tulang pubis. Pada kehamilan 24 minggu fundus uteri teraba bulat.
Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus
naik 2 jari, tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena
ukuran jari pemeriksaan sangat bervariasi. Jika hasil berbeda
dengan umum kehamilan (dalam minggu) lebih dari 3 cm atau
pertumbuhan janin lambat / tidak ada, ibu tersebut perlu di rujuk.
Secara ringkas ukuran tinggi fundus dapat di lihat pada tabel berikut
ini : Tinggi Fundus Uteri Pada Kehamilan Umur Kehamilan Tinggi
Fundus 12 Minggu - 16 Minggu 16 cm, 20 Minggu 20 cm, 24
Minggu 24 cm, 32 Minggu 32 cm, 36 Minggu 36 cm , (Sumber :
Depkes RI, 2010)
d. Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxsoid)
TT lengkap Imunisasi TT diberikan 2 kali yaitu pada
kunjungan pertama dan kemudian interval 4 minggu, tanpa pandang
usia kehamilan. Bila pemah menerima TT 2 kali pada kehamilan
terdahulu, maka hanya diberi TT 1 kali imunisasi TT bertujuan
melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus. Pemberian
Vaksin Tetanus Toksoid (TT) Pada Kehamilan Anti gen Interval
(Selama Waktu Minimal) Lama Perlindu ngan Perlindu ngan ($)
TT1 Pada kunjungan antenal pertama - - TT2 4 minggu setelah TT 3
tahun* 80 TT3 6 minggu setelah TT 5 tahun 95 TT4 1 tahun setelah
TT 10 tahun 99 TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun / seumur hidup
99 (Sumber : Buku Ajar Asuhan Kehamilan, 2011) Keterangan : *
Apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi
yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum).
Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc
I.M (intra muskular) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk
calon pengantin diberikan imrmisasi TT2 kati dengan interval 4
minggu. Usahakan TT1 dan TT 2 diberikan sebelum menikah.
e. Pemberian Tablet Zat Besi
WHO menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara
dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9
gr% atau kurang dari pada salah satu kunjungan tingkatkan tablet zat
besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai berakhir masa kehamilannya.
Kebijakan KIA di lndonesia saat ini menetapkan :
1) Pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat
untuk semur ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari.
Jumlah 47 tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi
selama kehamilan, yaitu 100 mg.
2) Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi
2-3 kali 1 tablet/hari selama 2-3 bulan dan dilakukan pada setiap
kali kunjungan, mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi yang
cukup, hindari merrinum teh / kopi 1 jam sebelum / sesudah
makan karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat
besi lebih dapat diserap jika disertai dengan mengkonsumsi
vitamin C yang cukup. Jika vitamin C dikonsumsi ibu dalam
tidak tercukupi berikan tablet vitamin C 250 mg per hari.
f. Tes Terhadap Penyakit Menular
Seksual Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit
melalui 48 hubungan seksual sehingga diperlukan tes laboratorium
untuk memastikan apakah pada ibu hamil terjangkit suatu penyakit.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan tetapi juga
terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan.

g. Temu wicara
dalam rangka rujukan Pada saat kunjungan antenatal, petugas
kesehatan harus menjelaskan pada klien dan suami tentang kondisi
ibu dan janinnya dan jika kesulitan terjadi beritahu ibu suami dan
keluarga serta ajak ibu suami dan keluarga untuk membahas rujukan
dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan
asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.
h. Tes Hb
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat
membutuhkan asupan makanan yang maksimal baik untuk jasmani
maupun rohani (selalu rileks dan tidak stres). Di masa-masa ini pula
wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh
untuk bekerja secara maksimal. Anemia dalam kehamilan ialah
suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr %
terutama pada trimester I dan trimester ke III. Kadar Hb yang
normal untuk wanita hamil trimester akhir minimal 10,5 g/dl. Jika
kurang disebut anemia. Pada wanita tidak hamil, kadar normal Hb
adalah 12-16 g/dL. 50
i. Tes Venereol Desease Research Laboratory (VDRL)
VDRL adalah singkafan dari tes Venereal Desease Reseach
Laboratory dan merupakan tes untuk mengetahui adanya infeksi
sifilis. Seperti diketahui sifilis terdiri dari beberapa tahapan :
1) Sifilis Primer (4-6 minggu)
2) Sifilis Sekunder
3) Sifilis Laten (tanpa gejala)
4) Sifilis Lanjut (setelah bertahuntahun)
Pemeriksaan VDRL merupakan screening untuk sifilis,
penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Janin
yang terinfeksi dapat mengalami gejalanya saat lahir atau beberapa
bulan setelah lahir. Gejalanya berupa pembesaran hati dan limpa
kuning, anemia, lesi kulit, pembesaran kelenjar getah bening dan
gangguan sistem saraf. 51 Pengobatan terhadap sifilis sebelum
kehamilan bisa mencegah bayi terkena kongenital.
j. Terapi Kebugaran Terapi kebugaran wanita hamil menawarkan
banyak manfaat bagi wanita hamil yang ingin memiliki kehamilan
yang sehat dan mendapatkan bentuk tubuh mereka kembali dengan
cepat setelah kelahiran. Terapi kebugaran dan pusat kesehatan
menawarkan rasa indah dukungan dan persahabatan. Ini adalah
tempat bagi perempuan untuk bertemu dan berbagi pengalaman
kehamilan yang baik dan tidak begitu baik.
3. Kunjungan ANC
1) Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan dan
interpersonal yang baik, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini
mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.
Kontak pertama dapat dibagi menjadi K1 murni dan K1 akses. 1. 2.
3. 4. 5. 6. K1 murni adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan pada kurun waktu trimester 1 kehamilan. Sedangkan K1
akses adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
pada usia kehamilan berapapun. Ibu hamil seharusnya melakukan K1
murni, sehingga apabila terdapat komplikasi atau faktor risiko dapat
ditemukan dan ditangani sedini mungkin.
2) Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu dan komprehensif sesuai standar selama kehamilannya
minimal 4 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester
pertama (0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (>12minggu -24
minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (>24 minggu sampai
dengan kelahiran). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai
kebutuhan (jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan).
3) Kunjungan ke-6
(K6) K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama
kehamilannya minimal 6 kali selama kehamilannya dengan distribusi
waktu: 2 kali pada trimester kesatu (0-12 minggu), 1 kali pada
trimester kedua (>12minggu - 24 minggu), dan 3 kali pada trimester
ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran), dimana minimal 2
kali ibu hamil harus kontak dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan 1
kali di trimester 3). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali
sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan
kehamilan. Jika kehamilan sudah mencapai 40 minggu, maka harus
dirujuk untuk diputuskan terminasi kehamilannya. Pemeriksaan
dokter pada ibu hamil dilakukan saat : Kunjungan 1 di trimester 1
(satu) dengan usia kehamilan kurang dari 12 minggu atau dari kontak
pertama Dokter melakukan skrining kemungkinan adanya faktor
risiko kehamilan atau penyakit penyerta pada ibu hamil termasuk
didalamnya pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Apabila saat K1 ibu
hamil datang ke bidan, maka bidan tetap melakukan ANC sesuai
standar, kemudian merujuk ke dokter. Kunjungan 5 di trimester 3
Dokter melakukan perencanaan persalinan, skrining faktor risiko
persalinan termasuk pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan rujukan
terencana bila diperlukan.
B. Konsep Teori Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologis yang normal
dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa
sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya,
sedangkan peranan keluarga adalah memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu Ketika proses perjalinan.
Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :
a. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
b. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan
bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan
memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran
plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
c. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
d. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002).
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas.
Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama
sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot,
pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang
menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut :
1) Penurunan Kadar Progesteron Progesterone menimbulkan
relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada
akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh
darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive
terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
2) Teori Oxitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone
dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi
sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.
3) Keregangan Otot-otot. Otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu
terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti
halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang
oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan
 Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir  5
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan
proses persalinan.
4) Pengaruh Janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-
rupanya juga memegang peranan karena pada anencephalus
kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
5) Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak
umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga
didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban
2. Tanda Persalinan
Tanda – Tanda Persalinan
a. Tanda dan Gejala Inpartu
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
( frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit )
3) Cairan lendir bercampur darah “show” melalui vagina.
b. Tanda-Tanda Persalinan.
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
vagina
3) Perenium menonjol
4) Vulva-vagina dan spingter ani membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a) Power (Kekuatan Ibu)
b) Passage (jalan lahir)
c) Passanger (Janin)
d) Psikis
e) Penolong
3. 60 langkah APN
1. Tanda gejala kala II Persalinan
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vaginnya
3) Perineum terlihat menonjol
4) Vulva vagina, dan spingter ani terlihat membuka
5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah Asuhan Persalinan Kala
II Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai kedalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabin dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk pemeriksaan dalam
6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam atbung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati – hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum
atau anus terkontaminasi oleh kotorang ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasa dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.  Bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan
amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian melepaslannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan.
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)
pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partograf. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai derongan yang kuat
untuk meneran
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang)
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu
f) Menganjurkan asupan cairan per oral
g) Menilai DJJ setiap 5 menit
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam
waktu 120 menit meneran untuk primipara atau 60 menit untuk
multipara, merujuk segera.
i) Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran, maka :
menjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
mengajurkan ibu untuk muali meneran pada puncak kontraksi –
kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
j) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai Persiapan Pertolongan
Kelahiran Bayi
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
meletakan handuk bersih diatas perut untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
16. Membuka tutup partus set dan memastikan kembali kelengkapan alat
17. Memakai sarung tangan DTT atau sterril pada kedua tangan Menolong
Kelahiran Bayi Lahirnya kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan
yang lain dikepala dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepa keluar perlahan –
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan – lahan atas bernafas
cepat saat kepala lahir.
a) Jika ada meconium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lender deelee
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penhisap yang
baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan. Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing – masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kea rah bawah
dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan ke arah luar
untuk melahirka bahu posterior. Lahir Badan Tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan , menelusurkan tangan muali kepala bayi
yang berada dibagian bawah kearah perineum tangan membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tetangan tersebut. Mengendelikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan
bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan, menelusurkan tangan yang ada atas (anterior)
dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung
dari kaki lahir. Memegang kedua kaki bayi dengan hati – hati
membantu kelahiran kaki. VII. Penanganan bayi baru lahir
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakan bayi ditempat yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusat. Ganti handuk atau kain yang kering. Biarkan bayinya
berada diatas perut.
27. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinanan
adanya bayi kedua.
28. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi
29. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 IU IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
30. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi.
Melaukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu)
31. Memegang talipusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
32. Meletakan bayi tengkurao didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
menempel didada/ perut ibu. Usahakan bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu
33. Memindahkan klem dan tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusay dan klem dengan tangan lain.
35. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan kea rah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati – hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 detik – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Mengeluarkan plasenta
36. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat kea rah bawah dan keamudian kea rah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus -
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva. - Jika plasenta tidak lepas setelah
melakukan penengan tali pusat selama 15 menit. - Mengulangi
pemberian oksitosin 10 IU Im - Menilai kandung kemih dan
mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic
jika perlu. - Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan - Mengulangi
peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. - Merujuk ibu jika
plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
37. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati – hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. -
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tingggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari – jari tangan atau klem atau forceps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal. Pemijatan uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massase
uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras)
39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan
perineum lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau 2
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakan plasenta dalam kantung plastic atau
tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
massase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
42. Pastikan kandung kemih kosong jika penuh lakukan katerisasi
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Anjurkan ibu dan keluarga melakukan messase uterus dan menilai
kontraksi
45. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan. - Memeriksa temperature tubuh ibu
sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan - Melakukan
tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
46. Mengevaluasi dan estimasi kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40
– 60 x/menit serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5)
48. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lender dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering
49. Memastikan bahwa ibu nyaman dan Membantu ibu memberikan ASI,
anjurkan keluarga memberi makan dan minum pada ibu
50. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
51. Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 % dan
membilas dengan air bersih
53. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
membalikan bagian luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT dan beri tetes mata/zalf antibiotic
profilaksis, dan vitamin K 1 mg dipaha kiri anterolateral
56. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi,
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi hepatitis
B di paha anteroteral.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
membalikan bagian luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi partograf.
C. Konsep Teori Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah
masa persalanian, yang dimulai dari Setelah kelahiran bayi dan
plasenta, yakni setelah berakhirnya kala IV Dalam persalinan dan
berakhir sampai dengan 6 Minggu (42 hari) yang ditandai dengan
berhentinya perdarahan. Masa Nifas berasal dari Bahasa latin dari kata
puer yang artinya bayi, dan paros artinya melahirkan yang berarti masa
pulihnya kembali, mulai dari persalinan sampai organ-organ reproduksi
kembali seperti sebelum kehamilan.
2. Kunjungan Masa Nifas
Seorang ibu yang baru bersalin membutuhkan perawatan
selama masa nifas. Asuhan pada ibu nifas yang diberikan oleh seorang
bidan dilakukan selama kurun waktu 6 minggu. Hal ini dilandasi oleh
Kebijakan program nasional pada masa nifas, yaitu paling sedikit 4
kali melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan:
a) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan gangguan
kesehatan ibu dan bayinya
c) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas
d) Menangani komplikasi/masalah yang timbul & mengganggu
kesehatan ibu nifas serta bayinya Asuhan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan sewaktu melakukan kunjungan nifas memiliki
tujuan yang berbeda.
Kunjungan masa nifas sebgai berikut :
a) 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah perdarahan karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu dan salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan
4) Pemberian ASI awal
5) Membina hubungan baik antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
7) Bila petugas kesehatan yang menolong persalinan ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi 2 jam pertama setelah kelahi-
ran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
b) 6 hari setelah persalinan
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal.
b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi ,demam atau perdara-
han abnormal.
c) Memastikan ibu menyusui baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
d) Memberikan konseling KB secara mandiri
e) Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan istirahat.
c) 2 minggu setelah persalinan
d) 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
3. Tanda bahaya Masa Nifas
Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal
yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat
terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi
bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda-tanda bahaya postpartum,
adalah sebagai berikut.
a. Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut.
1) Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)
adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir, atau perdarahan dengan volume seberapapun
tetapi terjadi perubahan keadaan umum ibu dan tanda-tanda
vital sudah menunjukkan analisa adanya perdarahan. Penyebab
utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan
robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum
Hemorrhage) adalah perdarahan dengan konsep pengertian
yang sama seperti perdarahan postpartum primer namun terjadi
setelah 24 jam postpartum hingga masa nifas selesai.
Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta
182 Asuhan kebidanan Nifas dan Menyusui  (Prawirohardjo,
2002). Menurut Manuaba (2005), perdarahan postpartum
merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di
negara berkembang. Perdarahan pervaginam yang melebihi 500
ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan
postpartum, namun dari beberapa kajian evidence based
menunjukkan terdapat beberapa perkembangan mengenai
lingkup definisi perdarahan postpartum.
Sehingga perlu mengidentifikasi dengan cermat dalam
mendiagnosis keadaan perdarahan postpartum sebagai berikut.
a) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya.
Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau
dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan
kain di dalam ember dan lantai.
b) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai
dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar
Hb normal kadangkala dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah, namun kehilangan darah dapat berakibat
fatal pada keadaan anemia. Seorang ibu yang sehat dan
tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari
kehilangan darah.
c) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu
beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai
terjadi syok. Penilaian faktor resiko pada saat antenatal dan
intranatal tidak sepenuhnya dapat memperkirakan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif
kala III sebaiknya dilakukan pada semua ibu yang bersalin
karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu postpartum harus
dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan
postpartum.
b. Infeksi pada masa postpartum
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah
persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas ibu. Infeksi alat genital
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas
kesaluran urinari, payudara, dan pasca pembedahan merupakan
salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum
infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat.
Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa
nyeri pada payudara atau adanya disuria.  Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui
c. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui
vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih
banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan
berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya atau
implantasi placenta). Lochea dibagi dalam beberapa jenis,
antara lain sebagai berikut (Mochtar, 2002).
a) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya. Apabila
pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di
atas kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut. Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena
kontraksi uterus yang kurang baik. Ibu yang tidak menyusui
anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak karena
kontraksi uterus dengan cepat, Infeksi jalan lahir, membuat
kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis,
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut
bagian bawah kemungkinan analisa diagnosisnya adalah
metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan
yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.
Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik (Mochtar,
2002).
d. Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi
rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin,
menjadi 40-60 mg pada 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini
kurang baik atau terganggu di sebut sub involusi (Mochtar,
2002). Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa plasenta
dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo,
2007). Pada keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di
temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya,
fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang
terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2007). Pengobatan di
lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di
tambah dengan Ergometrin dan Menyusui  oral. Bila ada sisa
plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika sebagai
pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2007). Bidan mempunyai
peran untuk mendeteksi keadaan ini dan mengambil keputusan
untuk merujuk pada fasilitas kesehatan rujukan.
e. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan
tanda dan gejala komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis
adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena
infeksi. Menurut Mochtar (2002), gejala klinis peritonitis dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis Tanda dan
gejalanya adalah demam, nyeri perut bagian bawah tetapi
keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum
dauglas menonjol karena ada abses.
b) Peritonitis umum Tanda dan gejalanya adalah suhu
meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat
muka cekung, kulit dingin, anorexia, kadang-kadang
muntah.
f. Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik,
dan penglihatan Kabur
Menurut Manuaba (2008), pusing merupakan tanda-tanda
bahaya pada nifas. Pusing bisa disebabkan oleh tekanan darah
tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan distolnya ≥90 mmHg). Pusing
yang berlebihan juga perlu diwaspadai adanya keadaan
preeklampsi/eklampsi postpartum, atau keadaan hipertensi
esensial. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin 38 0C Dalam
beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
meningkat antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi proses
perlukaan dalam uterus, proses autolisis, proses iskemic serta
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal
ini adalah peristiwa fisiologis apabila tidak diserta tanda-tanda
infeksi yang lain. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi
380C berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 2002).
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak
disusu secara adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu
ketat, ibu dengan diet yang kurang baik, kurang istirahat, serta
anemia. Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala
adanya komplikasi dan penyulit pada proses laktasi, misalnya
pembengkakan payudara, bendungan ASI, mastitis dan abses
payudara.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat
mempengaruhi nafsu makan,sehingga terkadang ibu tidak ingin
makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin
berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula
untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan
yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu proses guna
memulihkan keadaanya kembali pada masa postpartum.
i. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun
ekstremitas.
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara
pada vena-vena di pelvis maupun tungkai yang mengalami
dilatasi. Keadaan ini secara klinis dapat menyebabkan
peradangan pada vena-vena pelvis maupun tungkai yang disebut
tromboplebitis pelvica (pada panggul) dan tromboplebitis
femoralis (pada tungkai). Pembengkakan ini juga dapat terjadi
karena keadaan udema yang merupakan tanda klinis adanya
preeklampsi/eklampsi.
j. Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih.
Pada masa nifas awal sensitifitas kandung kemih terhadap
tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma
persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan
kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak
nyaman, yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi,
hematom dinding vagina.
D. Konsep Teori BBL
1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami
proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk
dapat hidup dengan baik. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru
lahir pada usia kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentasi
belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa
memakai alat.
2. Manifestasi klinis BBL / neonatus
a. Berat badan 2500 -4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38.
d. Lingkar kepala 33-35.
e. Frekuensi jantung 180 denyut/menit,kemudian menurun sampai 120-
140 denyut/menit.
f. Pernafasan pada beberapa menit pertama cepat, kira - kira 80
kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira - kira 40
kali/menit.
g. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna. 9. Kuku agak panjang dan lemas.
i. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleks moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan
l. Gerakan tangan seperti memeluk.
m. Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.
3. Asuhan Segera BBL / neonates
a. Pengertian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap
hangat, membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi
(kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan
mengikat tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin
K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua mata, memberi
immunisasi Hepatitis B, serta melakukan pemeriksaan fisik
(Syaputra Lyndon, 2014)
b. Asuhan Bayi Baru Lahir
1) Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga
bayi tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera
mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam
atau sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.
2) Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada
di mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindakan ini juga
dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit
pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah
lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera
dibersihkan.
3) Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan
menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih dan halus.
Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan
membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah
dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2
menit sebelum tali pusat diklem, Hindari mengeringkan
punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi
membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.
4) Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan
antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor
menit kelima.
5) Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
bulan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping
ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat
dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi
baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi
selama paling sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan
menemukan putting dan mulai menyusui.
6) Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang
pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal,
jam lahir, dan jenis kelamin.
7) Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan
darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru
lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi
BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral
paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan
sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B
8) Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah
terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam
setelah lahir.
9) Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2
jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular.
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari. 10.
Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui
apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera
serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan
dan kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari
kepala hingga jari kaki).

E. Konsep Teori KB
1. Pengertian KB
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan
kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB merupakan tindakan
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh
pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.
Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk
Indonesia
2. KONTRASEPSI
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan
maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yan membutuhkan kontrasepsi
adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya
memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen. Adapun
akseptor KB menurut sasarannya, meliputi: 1. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20
tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak
dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu
kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin 26 Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi 100%.
Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak,
serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan
adalah pil KB, AKDR. 2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 – 4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas
tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya
anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan. 3. Fase Mengakhiri Kesuburan Sebaiknya keluarga setelah
mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi
keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai
efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping
itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak
lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap,
AKDR, implan, suntik KB dan pil KB. Adapun syarat - syarat kontrasepsi,
yaitu: 1. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya. 2. efek samping yang
merugikan tidak ada. 3. kerjanya dapat diatur menurut keinginan. 4. tidak
mengganggu hubungan persetubuhan. tidak memerlukan bantuan medik
atau kontrol ketat selama pemakaian. 6. cara penggunaannya sederhana 7.
harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas. 8. dapat
diterima oleh pasangan suami istri.
3. Macam-macam Kontrasepsi
a. Pil Kb Kombinasi
1) Mekanisme: Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh
sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga transportasi
telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari.
2) Efektivitas: Bila diguakan secara benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
3) Efek samping:* Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau
semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau tidak haid),
sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat badan,
perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat membaik atau
memburuk, tapi biasaya membaik), dan peningkatan tekanan
darah.
4) Mengapa beberapa orang menyukainya: Pemakaiannya
dikendalikan oleh perempuan, dapat dihentikan kapannpun tanpa
perlu bantuan tenaga kesehatan, dan tidak mengganggu hubungan
seksual.
b. Pil Hormon Progestin
1) Mekanisme: Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi
lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir
serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil
diminum setiap hari.
2) Efektivitas: Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
3) Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
4) Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
5) Efek samping: Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama
pada ibu menyusui, haid tidak teratur, haid
c. Pil KB Darurat (Emergency Contraceptive Pills)
Kontrasepsi darurat digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang
tidak terlindung dengan kontrasepsi yang tepat dan konsisten. Semakin
cepat minum pil kontrasepsi darurat, semakin efektif. Kontrasepsi
darurat banyak digunakan pada korban perkosaan dan hubungan
seksual tidak terproteksi. Penggunaan kontrasepsi darurat tidak
konsisten dan tidak tepat dilakukan pada: 1. Kondom terlepas atau
bocor 2. Pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi alamiah
dengan tepat (misalnya gagal abstinens, gagal menggunakan metoda
lain saat masa subur). 3. Terlanjur ejakulasi pada metoda senggama
terputus. 4. Klien lupa minum 3 pil kombinasi atau lebih, atau
terlambat mulai papan pil baru 3 hari atau lebih. 5. AKDR terlepas 6.
Klien terlambat 2 minggu lebih untuk suntikan progesteron 3 bulanan
atau terlambat 7 hari atau lebih untuk metoda suntikan kombinasi
bulanan
d. KB SUNTIK KOMBINASI
1. Mekanisme: Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada endometrium
sehingga implantasi terganggu, dan menghambat transportasi gamet
oleh tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.
2. Efektivitas: Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1
diantara 100 ibu dalam 1 tahun.
3. Efek samping: Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin
pendek, haid tidak teratur, haid memanjang, haid jarang, atau tidak
haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat badan.
e. SUNTIKAN PROGESTIN
1. Mekanisme: Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan
selaput rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet
oleh tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA).
2. Efektivitas: Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung
kembali setelah berhenti, biasanya dalam waktu beberapa bulan.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Mengurangi risiko kanker
endometrium dan fibroid uterus. Dapat mengurangi risiko penyakit
radang paggul simptomatik dan anemia defisiensi besi.
Mengurangi gejala endometriosis dan krisis sel sabit pada ibu
dengan anemia sel sabit
f. IMPLAN
1. Mekanisme: Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan
lendir serviks, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan
mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah
kulit dan dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung jenisnya.
2. Efektivitas: Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di
antara 100 ibu dalam 1 tahun.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Mengurangi risiko penyakit
radang paggul simptomatik. Dapat mengurangi risiko anemia
defisiesi besi.
4. Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
5. Efek samping: Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama:
haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid
jarang, atau tidak haid;setelah setahun: haid sedikit dan singkat,
haid tidak teratur, dan haid jarang), sakit kepala, pusing, perubahan
suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat membaik
atau memburuk), nyeri payudara, nyeri perut, dan mual.
g. TUBEKTOMI
1. Mekanisme: Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
2. Efektivitas: Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di
antara 100 dalam 1 tahun.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Mengurangi risiko penyakit
radang panggul. Dapat mengurangi risiko kanker endometrium.
4. Risiko bagi kesehatan: Komplikasi bedah dan anestesi.

h. VASEKTOMI
1. Mekanisme: Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferens sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
2. Efektivitas: Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah
vasektomi, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1
tahun.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
4. Risiko bagi kesehatan: Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di
lokasi operasi (sangat jarang), dan hematoma (jarang). Vasektomi
tidak mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria, ataupun
maskulinitasnya.
5. Efek samping: Tidak ada.
6. Mengapa beberapa orang menyukainya: Menghentikan kesuburan
secara permanen, prosedur bedahnya aman dan nyaman, efek
samping lebih sedikit
i. KONDOM
a. Mekanisme: Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
b. Efektivitas: Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah
2 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
c. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Mencegah penularan penyakit
menular seksual dan konsekuesinya (misal: kanker serviks).
d. Risiko bagi kesehatan: Dapat memicu reaksi alergi pada orang-
orang dengan alergi lateks.
e. Efek samping: Tidak ada.
f. Mengapa beberapa orang menyukainya: Tidak ada efek samping
hormonal, mudah didapat, dapat digunakan sebagai metode
sementara atau cadangan (backup) sebelum menggunakan metode
lain, dapat mencegah penularan penyakit meular seksua
j. Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
1) Mekanisme: Metode keluarga berencana tradisional, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi
2) Efektivitas: Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan adalah 4
di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
3) Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
4) Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
5) Efek samping: Tidak ada.
6) Mengapa beberapa orang menyukainya: Tidak ada efek samping,
tidak perlu biaya dan prosedur khusus, membantu ibu mengerti
tubuhnya, dan sesuai bagi pasangan yang menganut agama atau
kepercayaan tertentu.
7) Mengapa beberapa orang tidak menyukainya: Kurang efektif.
k. Lactational Amenorrhea Method
1. Mekanisme: Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi MAL
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk
menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat yang harus
dipernuhi: a. Ibu belum mengalami haid b. Bayi disususi secara
ekslusif dan sering, sepanjang siang dan malam c. Bayi berusia
kurang dari 6 bulan
2. Efektivitas: Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui
bayinya secara benar. Bila dilakukan secara benar, risiko
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan setelah
persalinan.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Mendorong pola menyusui
yang benar, sehingga membawa manfaat bagi ibu dan bayi.
4. Efek samping: Tidak ada
l. Diafragma
1. Mekanisme: Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat
dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
falopii).Dapat pula digunakan dengan spermisida.
2. Efektivitas: Bila digunakan dengan benar bersama spermisida,
risiko kehamilan adalah 6 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: 82 Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi Mencegah penularan penyakit menular seksual dan
kanker serviks.
4. Risiko bagi kesehatan: Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial,
kadidiasis, sindroma syok toksik.
5. Efek samping: Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina.
6. Mengapa beberapa orang menyukainya: Tidak ada efek samping
hormonal, pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dan dapat
dipasang sebelum berhubungan seksual.
7. Mengapa beberapa orang tidak menyukainya: Memerlukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan ukuran yang tepat,
keberhasilan tergatung cara pemakaian.
m. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
1. Mekanisme: Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam uterus.
AKDR menghambat (AKDR) kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah
implantasi telur dalam uterus.
2. Efektivitas: Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di
antara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama,
hingga 12 tahun.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Mengurangi risiko kanker
endometrium.
4. Risiko bagi kesehatan: Dapat menyebabkan anemia bila cadangan
besi ibu rendah sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan
haid yag lebih banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang
panggul billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau gonorea sebelum
pemasangan.
5. Efek samping: Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan
pertama (haid memanjang dan banyak, haid tidak teratur, dan nyeri
haid).
6. Mengapa beberapa orang menyukainya: Efektif mecegah
kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak ada
biaya tambahan setelah pemasangan, tidak mempengaruhi
menyusui, dan dapat langsung dipasang setelah persalinan atau
keguguran.
7. Mengapa beberapa orang tidak menyukainya: Perlu prosedur
pemasangan yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih
Daftar Pustaka
Amelia, P. and Cholifah (2019) ‘BUKU AJAR KONSEP DASAR
PERSALINAN’, Syria Studies, 7(1), pp. 37–72. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/
548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/
Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://thinkasia.org/handle/11540/8282%0Ahttp
s://www.jstor.org/stable/41857625.
Azizah, N. and Rosyidah, R. (2019) Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan NIfas dan Menyusui.
Kundaryanti, R. and Anni Suciawati (2018) Evaluasi Pelaksanaan
Standar 10T dalam Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas Wilayah
Kabupaten Tangerang-Banten Tahun 2018.
Kurniarum, A. (2016) ‘ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN
BAYI BARU LAHIR’, Syria Studies, 7(1), pp. 37–72. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/
548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/
Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://thinkasia.org/handle/11540/8282%0Ahttp
s://www.jstor.org/stable/41857625.
Rohmawati, nida. & dkk. (2020) ‘Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu
Eedisi Ketiga’, p. 81.
Susiana, S. (2019) ‘Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya
Penanganannya’.
Usnawati, N. and Sumaningsih, R. (2019) Modul Ajar Kebidanan Asuhan
Persalinan dan BBL.
http://eprints.uad.ac.id/24374/1/buku%20ajar%20Keluarga%20Berencana
%20dan%20Kontrasepsi.pdf
Wahyuningsih, puji H. (2018) ‘ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN
MENYUSUI’, Syria Studies, 7(1), p. 286. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/
548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/
Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://thinkasia.org/handle/11540/8282%0Ahttp
s://www.jstor.org/stable/41857625.
Yogyakarta, P. K. (2013) ‘MODUL 3 ASUHAN KEBIDANAN MASA
NIFAS’.

(D-iii, Kebidanan, Kesehatan, & Kesehatan, 2019)

Anda mungkin juga menyukai