Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN IMUNISASI

Tugas Praktik Klinik Kebidanan I (PKK I)


Program Studi Diploma III Kebidanan Angkatan XXIII Semester VI
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Disusun Oleh ;

Nama : Heppy Farista Debora Putri


NIM : PO.62.24.2.21.113

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN JURUSAN


KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PALANGKA RAYA
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Praktik Asuhan Pada Ibu Bersalin


Di RSUD dr.Sylvanus Ruang Asoke (VK Bersalin)

Telah Disahkan Pada Tanggal : 10 Juli 2023

Pembimbing Klinik/CI Pembimbing Klinik Institusi/CT

SulisTiyawati,S.Tr.Keb Lola Meyasa, SST.,M.Kes


NIP. 199010202014022 NIP. 1981222006042004

Mengetahui, Koordinator MK,


Kaprodi D-III Kebidanan Praktik Klinik Kebidanan I

Seri Wahyuni, SST.,M.Kes Dr.Legawati,S.SiT.,MPH


NIP. 198010192002122002 NIP. 198003012002122003

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Pendahuluan
Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis juga menyampaikan


terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
terkait, yang telah membantu penulis menyelesaikan laporan ini. Semoga
kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh
yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah
Subhana wa Ta’ala Amin.

Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada ini saya


menyadari masih terdapat berbagai kekurangan, maka kami sangat mengharapkan
saran dan kritik bagi perbaikan dan perkembangan Laporan ini ke depannya.
Akhir kata, semoga Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
memberikan manfaat bagi pembaca.

Palangka Raya, 30 mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
A. Tinjauan Umum Tentang Persalinan.........................................................3
1. Pengertian Persalinan............................................................................3
2. Tanda - Tanda Persalinan......................................................................3
3. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan................................................5
4. Tahapan Persalinan...............................................................................7
5. Tujuan Asuhan Persalinan...................................................................26
6. Diagnosa Kehamilan...........................................................................26
B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan........................................................27
1. Pengkajian Data..................................................................................27
2. Interpretasi Data Dasar........................................................................45
3. Antisipasi Masalah Potensial..............................................................45
4. Tindakan Segera dan Kolaborasi........................................................45
5. Intervensi.............................................................................................45
6. Implementasi.......................................................................................45
7. Evaluasi...............................................................................................46
BAB III PENUTUP........................................................................................47
A. Kesimpulan..............................................................................................47
B. Saran........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................48

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah sistem keluarnya produk fertilisasi/pembuahan yang
mampu tumbuh dan berkembang yang berasal dari rahim menuju ke luar
rahim. Persalinan meliputi sistem kehidupan yang mengharuskan beberapa
transformasi yang banyak kepada ibu agar bisa mengeluarkan bayinya
melewati jalur keluar. Persalinan serta kelahiran normal merupakan metode
keluarnya bayi yang ada pada kandungan genap bulan (37-42 minggu), keluar
langsung dengan belakang kepala yang berproses 18 jam, tidak ada penyulit
yang muncul di ibu ataupun janin (Amelia & Cholifah, 2021).
Persalinan dianggap tanpa komplikasi kalau sistemnya mengikuti umur
kandungan genap bulan (masuk 37 minggu) tidak bersama munculnya
komplikasi. Persalinan diawali (inpartu) pada saat uterus mengalami
penegangan yang mengakibatkan modifikasi di serviks (terbuka dan
berkurang) kemudian berhenti bersama hadirnya plasenta dengan utuh. Serta
dianggap tidak normal jika terjadi hal-hal seperti His yang lemah yang
mampu menimbulkan persalinan abnormal pada tiap-tiap kala persalinan,
panggul sempit dan berat janin yang melebihi 4000 gram (Purwatiningsih
dkk., 2021).
Jumlah pertolongan persalinan dan pascasalin yang dilakukan oleh tenaga
medis di Indonesia membuktikan kecondongan kenaikan mulai tahun 2005
mencapai tahun 2015. Meskipun begitu, terjadi pengurangan mulai 90,88% di
tahun 2013 turun diangka 88,55% di tahun 2015. Aturan Pemerintah
Kesehatan didalam sepuluh tahun akhir mengutamakan supaya semua
persalinan dibantu dengan tenaga medis agar dapat terjadi penurunan angka
kematian ibu maupun bayi (Kemenkes RI, 2019).
Mengurangi angka kematian ibu karena melahirkan adalah tugas yang
besar untuk kita semua karena penyebab masalah ini bukan hanya disebabkan
oleh faktor tunggal. Bermacam-macam faktor bisa menjadi pemicu utama
masalah yang bisa jadi belum atau sukar disentuh melalui program kesehatan

1
saja. Oleh sebab itu usaha pengurangan angka kematian ibu tetap harus
dilaksanakan melalui berbagai pendekatan dan mempraktekkan konsep yang
bersifat komprehensif (Profil Kesehatan Indonesia, 2020).
Berbagai macam survei di Indonesia yang membuktikan tentang
beberapa ibu di Indonesia enggan memohon bantuan tenaga medis agar
melakukan bantuan persalinan dan melahirkan bayi. Berbagai diantara
lainnya memberikan alasan tentang tenaga medis tidak melihat budaya,
kebiasaan serta kemauan para ibu dengan persalinan serta kelahiran bayinya.
Pemicu lainnya berasal dari pemberdayaan ataupun penggunaan sarana medis
dimana aturan yang sukar serta aturan yang tidak sesuai mengerikan untuk
para ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2020).
Asuhan persalinan merupakan faktor yang dibutuhkan pada ibu agar
mampu menolong ibu mempercepat sistem dalam persalinannya, membantu
ibu lebih percaya agar menjalankan hal itu dan agar mengetahui masalah yang
bisa dialami serta yang tidak normal didalam proses persalinan jadi untuk
melakukan standar Asuhan Persalinan Normal (APN) dibutuhkan wawasan
dan keahlian agar mampu melakukan bantuan yang sejalan dengan aturan
yang berlaku, diantaranya usaha yakni pentingnya bidan ikut training APN
khususnya bagi yang tidak pernah sama sekali (Fitriana & Nurwiandani,
2021).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan dapat melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin sesuai dengan nomenklatur kebidanan serta keterampilan
yang telah didapatkan saat di perkuliahan.
2. Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan dari pengkajian sampai
evaluasi dengan pendekatan manajemen kebidanan dalam memberikan
pelayanan pada ibu bersalin.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Persalinan


B. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan sistem terbuka serta berkurangnya serviks,
janin menuju ke dalam jalur keluar. Sedangkan kelahiran merupakan alur
yang mana janin serta ketuban mendorong keluar melewati jalur lahir.
Persalinan serta kelahiran normal yaitu sistem keluarnya janin yang
terdapat di kandungan genap bulan (37-42 minggu), keluar langsung
melalui persentase belakang kepala dimana berjalan selama durasi 18
jam, tidak ada masalah terhadap ibu atau janin (Walyani & Purwoastuti,
2020).
Persalinan (labor) merupakan serangkain kejadian yang dimulai
dengan sangat kuat beraturan sampai dilahirkannya hasil fertilisasi (janin,
plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) yang berasal di dalam rahim ke
dunia luar melewati alur lahir ataupun melewati alur lain, dengan
pertolongan atau dengan kemampuan sendiri. Persalinan merupakan
sistem kelahiran yang terjadi di kandungan genap bulan (37-42 minggu),
berjalan selama durasi 18-24 jam (Purwatiningsih dkk., 2021).
Dari beberapa penjelasan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa
persalinan normal adalah sistem keluarnya bayi yang genap bulan, keluar
dengan cara langsung melalui presentasi belakang kepala, diikuti
bersama kelahiran tali pusat dan lapisan ketuban yang berasal dari badan
ibu, tidak ada masalah terhadap ibu ataupun janin.
C. Tanda - Tanda Persalinan
Sebelum terjadinya proses persalinan, beberapa minggu sebelum itu
perempuan telah masuk “bulannya” ataupun “minggunya” serta “harinya”
yang dikenal dengan kala permulaan. Ini memperlihatkan ciriciri antara
lain :
a. Lightening
Di minggu ke 36 di kehamilan yang pertama terjadi penyusutan

3
perut yang disebabkan oleh kepala bayi telah masuk ke PAP yang
diakibatkan karena penegangan braxton hicks, tegangnya otot,
tegangnya ligamentum rotundum serta posisi berat janin kepala
munuju ke posisi bawah.
b. Terjadinya his permulaan
Semakin matang umur kandungan keluarnya progesteron serta
estrogen makin menurun akhirnya oksitosin bisa mengakibatkan
penegangan, yang biasa dikenal dengan his buatan, ciri his buatan
yakni terasa ngilu kecil disebelah bawah, munculnya tak beraturan,
tidak ada perkembangan serviks, waktunya singkat, tak meningkat bila
melakukan aktivitas
c. Munculnya his persalinan yaitu kontraksi permulaan seperti ciricirinya
antara lain: Nyeri berputar mulai di punggung menjalar ke fundus
daerah depan, beraturan, semakin lama semakin berkurang selangnya
serta semakin kokoh kekuatannya, kalau dibawa beraktivitas semakin
meningkat kokoh, serta memiliki hubungan dengan perataan ataupun
pembukaan serviks
d. Bloody show (keluarnya lendir disertai darah melewati kemaluan)
bersama kontraksi awal, muncul transformasi di serviks yang
mengakibatkan perataan serta pembukaan, lendir yang ada di kanalis
servikalis terlepas, kapiler pembuluh darah terpecah, yang
menimbulkan darah berkurang.
e. Melalui perataan dan terbukanya lendir yang berasal di canalis
servikalis keluar disertai bersama darah kecil. Perdarahan yang kecil
ini disebabkan oleh lepasnya lapisan janin di sebelah bawah bagian
bawah uterus sehingga sebagian kapiler terpisah.
f. Pengeluaran cairan
Disebabkan karena terpecahnya ketuban ataupun lapisan ketuban
sobek. Kebanyakan ketuban akan terpecah menjelang terjadinya
pembukaan 10 tapi terkadang ketuban terpecah di pembukaan awal,
yang dikenal sebagai ketuban pecah dini.
(Amelia & Cholifah, 2021).

4
D. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Kesuksesan sistem persalinan disebabkan karena berbagai macam hal
yakni ibu (kekuatan, jalan lahir, mental/kesiapan ibu), bayi, tali pusat
serta amnion (passenger), serta tentang pembantu partus. Hal itu amat
diperlukan, melihat sebagian peristiwa meninggalnya ibu serta bayi
diakibatkan karena tidak dideteksinya dari awal munculnya diantara hal-
hal itu.
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1) His
His adalah kemampuan penegangan rahim oleh otot-otot polos
uterus berproses secara bagus dan lengkap. Ciri kontraksi yang
bagus yaitu his simetris, fundus dominial, teratur serta bertahap.
His ini memiliki sifat kesukarelaan akibat terdapat dibawah saraf
intrinsik (Fitriana & Nurwiandani, 2021).
2) Tenaga
Sesudah pembukaan 10 cm serta ketuban terpecah ataupun dengan
bantuan, dan beberapa perputaran telah ada di dasar panggul,
karakter hisnya megalami perubahan, yaitu berkarakter menekan
untuk lahir ditolong bersama kemampuan ibu dengan mengejan
ataupun upaya volunter. Kemauan mengejan ini disebabkan oleh
penegangan otot-otot dinding fundus yang membuat peningkatan
tekanan intra abdominial serta tekanan ini menindik rahim di
segala bagian serta meningkatkan kemampuan agar menekan
keluar, kekuatan itu sama seperti kekuatan mengejan pada waktu
berak/pengeluaran tinja tetapi jauh lebih kokoh, disaat kepala tiba
didasar panggul muncul refleks dengan menimbulkan ibu
mengatupkan klotisnya, menggerakkan otot-otot fundus serta
mendorong diafragmanya kebawah, kekuatan mengedan ini hanya
bisa terjadi jika pembukaan telah pembukaan 10 dan akan berhasil
pada waktu muncul kontraksi serta jika tidak ada kekuatan
mengejan, bayi tidak bisa keluar (Kurniarum, 2016).

5
b. Passage (Jalan Lahir)
Adalah saluran keluar yang wajib dilalui oleh janin yaitu ruang
bokong, pangkal bokong, serviks, serta kemaluan. Persyaratan supaya
bayi dan tali pusat mampu melewati saluran keluar tanpa ada
hambatan, oleh karena itu, saluran keluar itu mesti normal (Utami &
Fitriahadi, 2020).
c. Passenger (Janin, Tali Pusat serta Amnion)
1) Janin
Passenger ataupun janin berpindah tempat sejalan dengan saluran
keluar yang disebabkan oleh hubungan berbagai hal, yaitu kepala
janin, presentasi, tempat, karakteristik dan letak janin.
2) Plasenta
Tali pusat tetap sama mesti melalui saluran keluar sehingga dia
dikatakan sebagai daerah dari passenger yang bersama janin.
Tetapi plasenta tidak selalu menghalangi sistem persalinan normal.
3) Air Ketuban
Cairan ketuban pada kandungan cukup bulan adalah sesuatu
selaput yang kokoh dan giat tapi mudah dibentuk. Cairan ketuban
merupakan sistem yang menciptakan nyaris setiap kemampuan
bentangan selaput janin, oleh karena itu, terjadi penyusunan
bagian. Cairan ketuban akan mengatasi ruptur ataupun sobekan.
Pengurangan itu terbagi dari 3 kemampuan yakni diantaranya
karena penekanan dari air ketuban serta pada proses munculnya
pembukaan serviks ataupun perpanjangan tempat dan jalan serviks
yang muncul pada awal persalinan, bisa karena disebabkan oleh
penekanan yang dimunculkan dari air ketuban saat amnion belum
pecah (Amelia & Cholifah, 2021).
d. Faktor Psikis (Psikologi)
Pikiran baik seperti kesenangan diri, seakan-akan disaat itu betulbetul
muncul fakta, “wanita sempurna” yakni timbulnya perasaan senang dapat
melahirkan serta menghasilkan anak.
1) Psikologis mencakup : Keadaan mental ibu sendiri, sentimen serta

6
kesiapan kemampuan, pernah melahirkan bayi dahulu, tradisi adat
istiadat, serta bantuan oleh keluarga.
2) Sikap buruk kepada persalinan diliputi oleh : Persalinan seperti tekanan
kepada keselamatan, persalinan seperti tekanan di citra diri, perawatan
persalinan, serta nyeri persalinan serta kelahiran
e. Pysician (Penolong)
Tugas dari pembantu persalinan yakni bidan, yaitu menjaga serta mengatasi
masalah yang bisa muncul pada ibu dan janin. Bukan itu saja dari segi
tindakan yang diberikan, tapi juga segi konsultasi serta menyarankan sesuatu
dengan tepat diperlukan oleh ibu bersalin agar menurunkan derajat
kegelisaan ibu serta keluarga (Utami & Fitriahadi, 2020).

E. Tahapan Persalinan
Berdasarkan (Fitriana & Nurwiandani, 2021) proses persalinan terbagi
atas 3 yaitu :
a. Kala I
Persalinan (partus diawali) dilihat melalui munculnya lendir
tercampur darah, yang disebabkan oleh serviks telah membuka dan
melebar. Darah bersumber dari terpecahnya saluran darah halus di
daerah karnalis servikalis yang disebabkan oleh perpindahan saat
serviks datar serta membuka. Berjalannya persalinan dilihat dengan
munculnya his yang bertahap, bagus, serta mengakibatkan
transformasi dengan serviks sehingga menggapai pembukaan 10
(Padeng dkk., 2022).
Fase kala 1 terbagi menjadi :
1) Fase laten : pembukaan yang dimulai dari pembukaan 0 menuju 3
cm dengan durasinya berkisar 8 jam.
2) Fase aktif dibagi menjadi :
a) Fase percepatan: pembukaan yang berlangsung berkisar 2
jam, mulai dari pembukaan 3 cm mencapai 4 cm
b) Fase pembukaan tinggi: pembukaan yang berjalan sekitar 2

7
jam, mulai dengan pembukaan 4 cm mencapai 9 cm.
c) Fase perlambatan: pembukaan yang berlangsung berkisar 2
jam mulai di pembukaan 9 cm mencapai pembukaan 10
Fase itu di primigravida berjalan berkisar 13 jam. Sementara itu
di multigravida berkisar 7 jam. Secara objektif diawalinya kala I
partus dilihat dengan munculnya kontraksi dan keluarnya darah
tercampur lendir/bloody show. Lendir tinggal di lendir kanalis
servikalis yang disebabkan oleh serviks terbuka dan merata,
sementara itu darah tinggal di lapisan darah kapiler yang ada pada
daerah kanalis servikalis yang terpecah oleh beberapa perpindahan
saat serviks terbuka (Mukharrim dkk., 2019).
Selama durasi waktu munculnya kontraksi mencapai pembukaan
10 cm muncul sebagian kejadian yang fisiologis. Kejadian kala I
meliputi:
(1) Perubahan serviks
Adapun perubahan serviks pada ibu bersalin menurut
(Widiastuti, 2019), yaitu :
(a) Perataan di serviks/pengurangan
Perataan di serviks merupakan pendekatan dengan kanalis
servikalis yang awalnya seperti sesuatu aliran panjang 1-2
cm, kemudian berubah sesuatu liang saja bersama pinggiran
yang menipis
(b) Pembukaan Serviks
Pembukaan serviks diakibatkan oleh pertumbuhan Ostium
Uteri Eksternum (OUE) akibat otot yang berputar pada
bagian ostium melebar agar dilalui kepala. Saat pembukaan
10 cm ataupun pembukaan telah cukup, mulut rahim tak
terbagi lagi
(2) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Adapun perubahan sistem kardiovaskuler pada ibu bersalin

8
yaitu:
(a) Tekanan Darah
Tekanan darah mengalami peningakatan saat penegangan
rahim terjadi peningkatan sistolik sekitar 10-20 mmHg serta
peningkatan diastolik sekitar 5-10 mmHg. Antara
penegangan TD terjadi penurunan lagi sama saat sebelum
mamasuki persalinan serta muncul peningkatan kembali
kalau ada his. Gaya tidur menelentang saat persalinan bisa
menyebabkan terjadinya penghimpitan rahim kepada
jaringan darah besar (aorta), yang mengakibatkan aliran
darah ibu ataupun janin terjadi masalah, ibu umumnya
mengalami kekurangan darah serta janin mengalami
kekurangan oksigen (Oktarina, 2016).
(b) Denyut Jantung
Denyut jantung mengalami peningkatan saat penegangan.
Saat gaya menelentang denyut jantung mengalami
penurunan. Denyut jantung diantara penegangan akan sedikit
meningkat jika dilihat selama waktu sesaat sebelum
persalinan (Nabanan, 2022).
(c) Perubahan Metabolisme
Saat persalinan metabolisme karbohidrat bekerja ataupun
tidak bekerja muncul peningkatan secara secara bertahap,
peningkatan ini kebanyakan diakibatkan oleh kekhawatiran
dan aktivitas otot kerangka badan (Walyani, 2020).
(d) Perubahan Sistem Respirasi
Saat respirasi atau bernafas terjadi peningkatan tipis jika
dilihat sebelum persalinan, hal ini diakibatkan oleh
munculnya rasa nyeri, kekhawatiran dan pelaksanaan
metode bernafas yang kurang tepat (Walyani, 2020).
(e) Kontraksi uterus

9
Penegangan uterus muncul disebabkan oleh dorongan di otot
polos rahim serta pengurangan hormon progesteron yang
mengakibatkan terlepasnya hormon oksitosin.
(f) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) disusun dari corpus uteri yang
karakternya pekerja yakni menegang, serta dinding
bertambah menebal bersama muculnya persalinan dan
menekan bayi lahir.
(g) Perubahan hematologis
Hemoglobin bisa mengalami peningkatan 1,2 gram/100 ml
saat persalinan serta akan balik ke posisi sebelum persalinan
saat waktu awal sesudah persalinan jika tidak megalami
kekurangan darah saat persalinan. Angka leukosit
mengalami peningkatan dengan progres saat kala I partus
sebanyak 5000 s/d 15000 WBC mencapai saat terakhir
pembukaan 10 cm (Walyani, 2020).
(h) Perubahan renal
Buang air kecil berlebihan sering muncul saat persalinan,
disebabkan karena kardiak out-put mengalami peningkatan
yang diakibatkan karena glomerulus dan aliran plasma ke
renal. Air kencing yang berlebihan tidak terlalu terlihat saat
gaya melentang yang menurunkan aliran air kencing saat
mengandung (Amelia & Cholifah, 2021).
(i) Perubahan gastroitestinal
Kekuatan gerakan lambung dan absorbsi makanan padat
menurun, mengakibatkan pencernaan nyaris berakhir disaat
persalinan serta mengakibatkan konsipasi. Makanan yang
masuk ke dalam lambung saat tahap permulaan ataupun
tahap yang bisa jadi besar masih tidak berubah tinggal
didalam uterus saat persalinan. Rasa mual muntah bukan
sesuatu yang tidak pernah terjadi, hal ini memperlihatkan

10
berhentinya kala I partus (Nabanan, 2022).
(j) Perubahan suhu badan
Temperatur tubuh akan mengalami peningkatan kecil saat
persalinan, temperatur menggapai derajat paling tinggi saat
persalinan serta sesegera sesudah kelahiran. Peningakatan itu
bisa dikatakan biasa asalkan tidak melampaui 0,5 - 10 °C.
Temperatur tubuh yang meningkat kecil adalah sesuatu yang
biasa tapi kalau situasi itu bertahan lama, maka peningkatan
temperatur itu dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan
cairan pada tubuh (Walyani, 2020).
(k) Perubahan pada vagina dasar panggul
Saat kala I ketuban turut menegang, daerah atas kemaluan
yang saat mengandung terjadi transformasi berbagai
transformasi agar bisa dilewati bayi, sesudah ketuban pecah
semua transformasi khususnya di panggal bokong
diakibatkan karena daerah depan anak, daerah depan yang
menuju ke depan kedasar bokong melebar menjadi jaringan
dengan dasar yang tipis, ketika kepala tiba di vulva, lubang
vulva menuju kedepan atas serta dari luar penegangan
dengan daerah depan muncul di antara kemaluan dan anus
yang terlihat serta menjadi berkurang, sementara itu anus
makin membuka, tegangan yang kokoh itu dikarenakan
meningkatnya pembuluh darah di daerah kemaluan serta
pangkal bokong. Namun pada saat saluran itu sobek, dapat
mengakibatkan perdarahan yang besar (Nabanan, 2022).
b. Kala II
1) Tanda Gejala Kala II
Berdasarkan (JNPK-KR, 2018a) mengeluarkan janin berdasarkan
asuhan persalinan normal (APN) tahap-tahapnya yakni :
(a) Mengamati ciri atau pertanda partus kala II.
- Ibu memiliki kemamuan supaya mengedan

11
- Ibu merasakan tekanan yang makin tinggi di anus serta pada
kemaluannya.
- Perineum menonjol.
- Vulva sampai kemaluan serta sfingter anal terbuka

(b) Mekanisme turunnya kepala


Saat akhir kala 1, segmen rahim, serviks, pangkal bokong,
serta pintu keluar vulva membuat 1 alur lahir yang
berkelanjutan. Posisi yang dibutuhkan agar melahirkan janin
bermula dari kerja otot rahim serta dari otot perut sekunder
serta diagfragma, yang memperkokoh his pada waktu kepala
janin melalui bokong, kepala bayi akan melaksanakan
beberapa pergerakan penting mencakup :
(1) Turunnya kepala
Turunnya kepala daerah dalam
a. Masuknya kepala dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
Masuknya kepala ke dalam PAP diprimigravida
muncul di bulan akhir kandungan sementara itu
dimultigravida umumnya muncul dipermulaan partus.
Kepala masuk ke PAP normalnya dengan sutura
sagitalis melintang serta secara flexi dengan mudah.
Masuknya kepala melewati pintu atas panggul didalam
bagian syinclitismus, yakni tujuan daerah kepala janin
tegak selurus bersama daerah PAP ataupun sutura
sagitalis berada dipertengahan alur keluar atau antara
simpisis serta promotorium jadi, mulai parietal depan
serta belakang sama tinggi
b. Majunya Kepala
Saat primigravida majunya kepala terjadi sesudah
kepala masuk ke bagian bokong serta umumnya

12
bermula di kala II. Saat kehamilan yang lebih dari 1
kali majunya kepala serta masuknya kepala kedalam
bagian bokong bersamaan. Majunya kepala bersama
dengan pergerakan fleksi, putaran faksi dalam, serta
ekstensi. Alasan majunya kepala : Meningginya cairan
intra uterin, tekanan spontan oleh fundus di panggul,
kemampuan mengejan, lurusnya tubuh anak mengikuti
struktur rahim. Kepala yang masuk dalam kondisi
asyinclitismus yakni posisi kepala janin miring
bersama daerah pintu atas panggul ataupun sutura
sagitalis agak ke depan menuju simfisis sedikit ke
belakang menuju promontorium. Asyinclitismus
posterior jika sutura sagitalis menuju simpisis dari
parietal normal di bawah parietal depan, ataupun jika
tujuan poros kepala menjadi sudut lancip ke belakang
dengan PAP. Asyinclitismus depan yakni jika sutura
sagitalis menuju promontorium hingga parietal depan
di bawah parietal belakang, ataupun jika tujuan sumbu
kepala menjadi sudut lancip ke depan pintu atas
panggul.
c. Flexi
Saat majunya kepala, umumnya flexi sama akan
menambah sehingga ubun-ubun kecil di bawah ubun-
ubun besar. Manfaat dari menambahnya flexi yaitu
besarnya kepala yang lebih kecil melewati alur
keluar : diameter sub occipito bregmatika (9,5 cm)
mengganti sub occipito frontalis (11 cm). Alasan flexi
yakni disebabkan anak ditekan maju serta
kebalikannya memperoleh himpitan di pinggir PAP,
serviks, dinding bokong ataupun pangkal bokong,
akibatnya rotasi kepala janin yang memanjang ataupun

13
tidak sama dengan rotasi menuju sub occiput,
himpitan di daerah yang ada di bawahnya terhadap
kepala anak terjadi penurunan secara hukum Koppel.
d. Putaran Paksi Dalam
Pengertian putaran paksi dalam adalah perputaran
di daerah depan mengikuti jalan lahir hingga daerah
terendah di daerah depan berputar ke depan kebawah
simfisis. Saat presentasi belakang kepala daerah yang
paling rendah yaitu bagian UUK serta daerah itulah
yang berputar ke depan dan ke bawah simfisis.
Putaran paksi dalam penting agar keluarnya
kepala yang disebabkan oleh putaran paksi adalah
sesuatu upaya agar mengkondisikan gaya kepala serta
struktur alur keluar terkhusus kepada struktur daerah
tengah serta pintu bawah panggul.
Putaran paksi dalam tidak muncul begitu saja
akan tapi sering bersama dengan majunya kepala serta
tak muncul sebelum kepala mencapai hodge III,
sewaktu-waktu bisa sesudah kepala sampai di pangkal
bokong. Alasan putaran paksi dalam yakni disebabkan
di posisi fleksi daerah belakang kepala adalah daerah
paling rendah di kepala, daerah yang paling rendah di
kepala ini cari himpitan yang kurang terletak di
samping depan atas yang mana ada hiatus genitalis, m.
levator ani kiri serta kanan dan ukuran yang paling
besar di daerah tengah bokong yaitu diameter
anteroposterior.
e. Ekstensi
Sesudah perputaran paksi berakhir serta kepala
tiba di dasar bokong, terjadi ekstensi ataupun defleksi
di kepala. Hal ini diakibatkan oleh rotasi alur keluar di

14
PBP menuju ke depan serta atas, hingga kepala wajib
melakukan ekstensi agar melewatinya. Di kepala
muncul 2 kemampuan, yang satu memaksanya
kebawah serta yang kedua diakibatkan hambatan
didasar bokong yang menolak keatas.
Resultannya yaitu kemampuan menuju ke depan
atas. Sesudah subocciput terhambat di pinggir bawah
simfisis jadi yang bisa maju akibat kemampuan diatas
daerah yang bersebrangan dengan subocciput, jadi
keluarlah satu persatu di pinggir atas perineum UUB,
dahi, hidung, mulut serta terakhir dagu dengan
pergerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi titik
perputaran dikenal dengan hypomochilion.
f. Putaran Paksi Luar
Sesudah kepala keluar, jadi kepala bayi berputar
kembali menuju punggung bayi agar melenyapkan
torsi di leher yang muncul akibat perputaran paksi
dalam. Pergerakan ini dikenal perputaran retribusi
(perputaran pembalasan).
Berikutnya perputaran diteruskan sehingga
kebelakang kepala berhadapan bersama tuber
ischiadicum sendiri (dibagian kiri). Peregerakan yang
akhir ini yaitu perputaran paksi luar yang aslinya serta
diakibatkan oleh ukuran bahu menyimpan diri dengan
diameter anteroposterior di pintu bawah panggul
g. Ekspulsi
Sesudah perputaran paksi luar bahu depan tiba di
bawah simpisis serta menjadi hypomochilion dan
keluarnya bahu belakang. Setelah itu, bahu depan
mengikit dan kemudian semua tubuh bayi lahir
bersamaan dengan paksi alur keluar

15
Menyiapkan pertolongan persalinan :
(2) Memastikan kelengkapan, bahan serta obat-obatan yang
diperlukan sudah bersiap dipakai. Membuka tempat
oksitosin 10 unit serta menyimpan tempat yang bebas dari
infeksi dipakai di dalam partus set.
(3) Memakai pakaian pelindung ataupun celemek plastik yang
bebas dari kuman
(4) Membuka segala atribut yang digunakan di bawah siku,
membilas kedua tangan menggunakan sabun serta air
bersih yang berjalan serta keringkan tangan menggunakan
handuk 1 kali pakai sendiri yang tidak kotor
(5) Menggunakan 1 sarung dengan desinfeksi tingkat tinggi
ataupun bebas dari bakteri untuk segala VT
(6) Mengambil oksitosin 10 unit dan memasukkannya ke
dalam tempat suntik (menggunakan handscoon desinfeksi
tingkat tinggi ataupun bebas dari kuman) serta menyimpan
lagi di partus set atau tempat DTT ataupun bebas dari
kuman tanpa mengkontaminasikan tabung suntik).
(7) Merawat vulva serta perineum, membersihkannya dengan
pelanpelan dari depan ke belakang memakai kapas
ataupun kasa yang sudah diberi air DTT. Kalau mulut
kemaluan, perineum ataupun arektum terkena dengan
sampah ibu, bersihkan dengan benar dengan teknik
membersikannya dari depan ke belakang. Memasukkan
kapas ataupun kasa yang telah terkena kedalam tempat
yang tepat. Menggantikan sarung tangan kalau terkena
kuman (menyimpan kedua sarung tangan itu dengan tepat
di dalam larutan yang digunakan untuk membersihan
kuman)
(8) Dengan memakai metode aseptik, melaksanakan VT
supaya membuktikan bahwa pembukaan serviks telah

16
cukup. (jika lapisan ketuban tidak terpecah, sementara itu
pembukaan telah cukup, laksanakan pemecahan ketuban)
(9) Membersihkan handscoon menggunakan teknik
memasukkan tangan yang tetap menggunakan handscoon
yang tidak bersih di dalam campuran klorin 0,5% serta
setelah itu, lepas dengan kondisi terbalik serta rendamlah
dengan campuran klorin 0,5% dengan lama 10 menit.
Membilas kedua tangan.
(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) sesudah his
selesai agar menentukan bahwa denyut jantung janin
dalam keadaan normal (100 – 180 kali / menit ).
a) Melakukan penatalaksanaan yang tepat kalau denyut
jantung janin tidak biasa.
b) Dokumentasikan semua tindakan VT, denyut jantung
janin serta segala tindakan pemantauan dan asuhan
yang lain di partograf.
(11) Menyampaikan pada ibu bahwa pembukaan telah cukup
serta kondisi janin baik. Menolong ibu dalam keadaan
yang ternyaman berdasarkan dengan kemampuannya. a)
Mengawasi sehingga ibu memiliki kemauan agar
mengejan. Meneruskan memantau kesehatan serta
kenyamanan ibu dan janin menggunakan aturan partus
aktif serta dokumentasikan semua penemuan b)
Memaparkan pada anggota keluarga cara agar mampu
memberi dukungan serta kekuatan pada ibu saat ibu awal
mengejan
(12) Memohon pertolongan keluarga agar mempersiapkan
posisi ibu untuk mengejan. (saat mubcul kontraksi, tolong
ibu dengan posisi setengah duduk serta memastikan dia
merasakan nyaman). Melakukan pengaturan mengejan
saat Ibu memiliki tekanan yang kuat agar mengejan:

17
a) Membantu ibu agar mengejan saat ibu memiliki
kemauan untuk mengejan
b) Memberi dukungan serta kekuatan terhadap upaya ibu
untuk mengejan
c) Menolong ibu melakukan posisi yang nyaman sesuai
dengan yang dia pilih (jangan menyarankan ibu tidur
terlentang).
d) Menyarankan ibu agar istirahat di sela-sela his.
e) Menyarankan keluarga agar memberi dukungan serta
kekuatan pada ibu.
f) Memberikan nutrisi cairan per oral.
g) Memantau denyut jantung janin tiap 5 menit.
h) kalau janin tidak keluar ataupun kelahiran janin tidak
terjadi sesegera dengan durasi 120 menit (2jam)
mengedan dengan ibu primipara ataupun 60/menit (1
jam) dengan ibu multipara, rujuk cepat. Kalau ibu
tidak memiliki kemauaan untuk mengejan
i) Menyarankan ibu agar jalan, jongkok ataupun
melakukan posisi yang tidak berbahaya. Kalau ibu
belum mau mengedan dalam waktu 60 menit,
menyarankan ibu agar memulai mengedan di puncak
his itu serta istirahat di sela-sela his.
j) kalau bayi belum keluar ataupun pengeluaraan bayi
belum terjadi sesegera setelah 60 menit .
k) mengedan, rujuk ibu sesegera mungkin.
(13) Kalau kepala bayi sudah membuka vulva dengan panjang
5-6 cm, menyimpan handuk bersih di atas abdomen ibu
untuk keringkan bayi
(14) Menyimpan kain yang bersih disimpan 1/3 daerah bawah
panggul ibu.

18
(15) Melepas partus set
(16) Menggunakan handscoon desinfeksi tingkat tinngi atau
bebas dari bakteri dan virus di kedua tangan.
(17) Disaat kepala bayi membuka vulva dengan panjang 5-6
cm, jaga perineum menggunakan 1 tangan yang diberi
kain tadi, simpan tangan yang lainnya di kelapa bayi serta
laksanakan penekanan yang halus serta tidak menghalangi
kepala bayi, biarkan kepala lahir secara bertahap.
Menyarankan ibu agar mengejan bertahap atau mengambil
nafas sesegera saat kepala keluar. (kalau terdapat feses
pertama bayi didalam amnion, langsung bersihkan mulut
serta hidung bayi sesudah kepala keluar memakai
penghisap lendir DeLee DTT atau bebas dari virus dan
bakteri ataupun bola karet penghisap yang terbaru serta
tidak kotor).
(18) Secara halus membersihkan wajah, mulut serta hidung
bayi dmenggunakan kain ataupun kasa yang bersih.
(19) Periksa lilitan plasenta serta melakukan pelaksanaan yang
tepat kalau hal itu muncul, serta setelah itu melanjutkan
sesegera proses keluarnya bayi: kalau tali pusat melilit di
leher janin secara lowong, putuskan melalui daerah atas
kepala bayi. kalau plasenta melilit di leher bayi secara
erat, klem didua daerah serta guntinglah
(20) Tunggu sampai kepala bayi melaksanakan putaran paksi
luar dengan langsung untuk melahirkan bahu
(21) Setelah kepala melaksanakan perputaran paksi luar,
simpan kedua tangan di setiap daerah wajah bayi.
Menyarankan ibu agar mengejan saat ada his selanjutnya.
Secara pelan tarik mengharap bawah serta menghadap
keluar sampai bahu anterior tiba di bawah arkus pubis
serta setelah itu secara pelan tarik menghadap ke atas serta

19
menghadap ke luar untuk agar keluarnya bahu posterior.
Keluar badan serta tungkai.
(22) Sesudah kedua bahu dikeluarkan, menelusuri tangan mulai
kepala bayi yang ada di daerah bawah menuju ke
perineum tangan, biarkan bahu serta lengan posterior lahir
ke tangan itu. Mengontrol keluarnya siku serta tangan bayi
saat melalui perineum, pakai lengan daerah bawah untuk
mengalasi badan bayi saat dikeluarkan. Memakai tangan
anterior (daerah atas) agar mengontrol siku serta tangan
anterior bayi saat keduanya keluar.
(23) Sesudah badan di lengan lahir, menggerakkan tangan yang
terdapat di atas (anterior) dari punggung ke menuju kaki
bayi untuk mengalasinya saat panggung di kaki keluar.
Gerakkan kedua mata kaki bayi secara pelan-pelan
menolong keluarnya kaki.
(24) Menilai bayi secara cepat, setelah itu menyimpan bayi di
atas abdomen ibu menggunakan posisi kepala bayi agak
lebih turun dari badannya (jika plasenta sangat pendek,
menyimpan bayi di daerah yang memadai).
(25) Keringkan sesegera bayi, melapisi kepala serta tubuh bayi
kecuali daerah pusat.
(26) Jepit plasenta memakai klem sekitar 3 cm dari pusat bayi.
Melaksanakan pengurutan di plasenta mulai di klem ke
arah ibu serta pasang klem kedua 2 cm di klem pertama
(ke arah ibu).
(27) Pegang plasenta menggunakan satu tangan, lindungi bayi
dari gunting serta menggunting plasenta antara 2 klem itu.
(28) Ganti handuk yang basah serta memberi selimut bayi
menggunakan kain ataupun selimut yang bersih serta
kering

20
(29) Menutup daerah kepala dan biarkan plasenta terbuka.
Kalau bayi terjadi kesusahan bernapas, lakukan
pelaksanaan yang tepat.
(30) Memberi bayi pada ibunya serta menyarankan ibu agar
memeluk bayinya serta mengawali memberi ASI kalau ibu
menginginkannya
(31) Menyimpan kain yang bersih serta kering. Melaksanakan
perabaan perut untuk memastikan tidak ada bayi kedua.
(32) Menyampaikan pada ibu bahwa dia akan disuntik.
c. Kala III
1) Data subjektif
Ibu berkata perut mulas. Bayi telah keluar, tali pusat belum
keluar, TFU, kontraksi rahim baik ataupun burukk. Jumlah
perdarahan keluar dari vagina, kondisi kandung kemih kosong
(Purwatiningsih dkk., 2021).
2) Data objektif
Melihat kondisi umum ibu, kontraksi rahim baik ataupun buruk,
melihat pengeluaran tali pusat yakni rahim semakin bundar, darah
memancar keluar, plasenta yang keluar memanjang, fundus uteri
naik (Utami & Fitriahadi, 2020).
3) Assesment
Ibu P1A0 persalinan kala III
4) Planning
Berdasarkan (Walyani & Purwoastuti, 2020) laksanakan
peregangan plasenta terkendali, laksanakan manajemen kala III,
masase rahim, keluarkan tali pusat langsung serta lihat
keutuhannya. Nilai jumlah perdarahan, observasi ciri-ciri vital
serta kondisi ibu. Menurut Marmi 2012 sesuai APN manajemen
aktif kala III yakni:
(a) Selama durasi 2 menit sesudah keluarnya bayi, memberikan

21
suntik oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu daerah
luar, sesudah itu mengeluarkan udaranya lebih dulu. Lakukan
peregangan tali plasenta terkendali
(b) Pindahkan klem di plasenta
(c) Menyimpan satu tangan diatas kain yang berada pada
abdomen ibu, tepat di atas tulang pubis, serta memakai tangan
ini agar melaksanakan perabaan kontraksi serta menormalkan
rahim. Menyentuh plasenta serta klem menggunakan tangan
yang lainnya.
(d) Tunggu rahim mengalami kontraksi serta setelah itu,
melaksanakan peregangan ke daerah bawah di plasenta secara
halus. Laksanakan tekanan yang berlainan arah di daerah
bawah rahim dengan cara menekan rahim ke arah atas serta
belakang (dorso kranial) secara berhati-hati agar menolong
mengantisipasi munculnya inversio uteri. Kalau plasenta tidak
keluar sesudah 30 – 40 detik, hentikan peregangan plsenta
serta tunggu sampai kontraksi selanjutnya muncul. (Kalau
rahim tidak berkontraksi, menyuruh ibu ataupun seorang
anggota keluarga untuk melaksanakan rangsangan puting susu
untuk mengeluarkan tali pusat)
(e) Sesudah tali pusat lepas, menganjurkan ibu agar mengejan
dengan menarik plasenta ke arah bawah lalu ke arah atas,
mengikuti bentuk alur keluar dengan melanjutkan tekanan
berlainan arah di rahim.
(1) Kalau plasenta tambah panjang, pindahkan klem sampai
panjang berkisar 5 – 10 cm di vulva.
(2) Kalau tali pusat tidak terlepas sesudah melaksanakan
peregangan plasenta sepanjang 15 menit :
a. Mengulang memberi oksitosin 10 unit IM.
b. Melihat kandung kemih serta melakukan kateter dengan

22
memakai metode pencegahan mikroorganisme masuk
kedalam tubuh kalau diperlukan
c. Menyuruh keluarga agar mempersiapkan pasien untuk
dirujuk
d. Mengulangi peregangan plasenta selama 15 menit
selanjutnya.
e. Rujuk ibu kalau tali pusat tidak keluar selama waktu 30
menit saat keluarnya bayi.
(f) Kalau tali pusat muncul di introitus vagina, meneruskan
keluarnya tali pusat memakai kedua tangan. Menyentuh tali
pusat dengan kedua tangan serta secara pelan-pelan memutar
tali pusat sampai lapisan ketuban terpilih. Secara halus
pelanpelan mengeluarkan lapisan ketuban itu. Kalau lapisan
ketuban sobek, gunakan sarung tangan DTT ataupun bebas
dari infeksi serta melihat vagina serta serviks ibu secara
mendalam. Memakai jari-jari tangan ataupun klem dan
forseps DTT ataupun bebas dari infeksi agar memutuskan
daerah selaput yang tertinggal. Pijat rahim.
(g) Sesegera sesudah tali pusat serta lapisan ketuban keluar,
lakukan masase rahim, menyimpan telapak tangan di fundus
serta melaksanakan masase dengan gerakan membundar
secara halus sampai rahim menegang (fundus menjadi keras).
(h) Melihat kedua bagian tali pusat baik yang melekat di ibu
ataupun janin serta lapisan ketuban agar menetapkan bahwa
lapisan ketuban cukup serta utuh. Menyimpan tali pusat di
dalam kantong plastik ataupun wadah pribadi. Kalau rahim
tidak mengalami penegangan sesudah melaksanakan masase
selama 15 detik melakukan pelaksanaan yang tepat.
d. Kala IV
1. Data Subjektif

23
Ibu berkata agak lemah, capek serta tidak nyaman, ibu berkata
banyak darah yang keluar sama saat hari awal menstruasi
2. Data Objektif
Mengamati kondisi umum, kesadaran, temperatur, TD, nadi,
kandung kemih, TFU, kontraksi rahim, jumlah darah yang keluar,
lihat munculnya robekan di jalan keluar
3. Assessment
Ibu P1A0 persalinan kala IV
4. Planning
Berdasarkan (JNPK-KR, 2018) penatalaksaan partus kala IV
yakni :
a. Memeriksa ulang munculnya robekan di kemaluan dan
perineum serta sesegera jahit robekan yang terjadi perdarahan
aktif.
b. Memeriksa kembali rahim serta pastikan uterus berkontraksi
dengan bagus
c. Memeriksa ulang perdarahan partus di kemaluan.
d. Memasukkan kedua tangan yang menggunakan handscoon di
dalam campuran klorin 0,5 %, mencuci kedua tangan yang
tetap memakai handscoon itu menggunakan air DTT serta
keringkan menggunakan kain yang bersih serta kering.
e. Menyimpan klem plasenta DTT ataupun terbebas dari infeksi
dan mengikat tali DTT dengan ikatan mati di bagian plasenta
berkisar 1 cm dari plasenta.
f. Ikat satu lagi ikatan mati didaerah pusat yang berseblahan
bersama ikatan mati yang pertama.
g. Lepaskan klem bedah serta menyimpannya ke dalam campuran
klorin 0,5 %. 47) selimuti lagi bayi serta tutupi daerah
kepalanya. Pastikan handuk ataupun kain yang bersih dan
kering.

24
h. Menyarankan ibu agar mengawali memberi air susu ibu.
i. Meneruskan pengawasan kontraksi rahim serta perdarahan yang
keluar dari vagina :
a. 2-3 kali dalam 15 menit awal sesudah partus.
b. Tiap 15 menit di 1 jam awal sesudah partus.
c. Tiap 20-30 menit di jam kedua sesudah partus.
d. Kalau rahim tidak berkontraksi secara baik, melakukan
pengobatan yang tepat untuk penatalaksanaan atonia uteri.
e. Kalau didapatkan robekan yang membutuhkan jahitan,
laksanakan jahitan dengan anestesi lokal serta memakai
metode yang tepat.
j. Mengajarkan pada ibu atau keluarga cara melaksanakan masase
rahim serta periksa kontraksi rahim.
k. Memeriksa ulang kehilangan darah.
l. Periksa TD, nadi serta kondisi kandung kemih tiap 15 menit
saat 1 jam awal sesudah partus serta tiap 30 menit saat jam ke 2
setelah partus.
m. Perikas suhu badan ibu satu kali tiap jam saat 2 jam awal
sesudah partus.
n. Melaksanakan penatalaksanaan yang tepat untuk penemuan
yang terdapat masalah.
o. Menyimpan segala alat di dalam campuran klorin 0,5% untuk
membebaskan alat dari mikroorganisme (10 menit). Cuci serta
bilas alat sesudah dibebaskan dari mikroorganisme
p. Membuang alat-alat yang sudah terkena virus maupun bakteri
ke dalam wadah sampah yang tepat.
q. Membersihkan ibu dengan memakai air disinfeksi tingkat
tinggi. Bersihkan amnion, lendir serta darah. Menolong ibu
agar memasang baju yang bersih serta kering.

25
r. Pastikan ibu nyaman. Menolong ibu memberikan air susu ibu.
Menyarankan keluarga untuk memberikan ibu makan serta
minum sesuai yang diinginkannya
s. Membebaskan dari mikroorganisme bagian yang dipakai untuk
partus menggunakan campuran klorin 0,5% serta mencuci
memakai air bersih.
t. Memasukkan handscoon kotor di dalam campuran klorin 0,5%,
balikkan daerah dalam ke luar serta rendam di dalam campuran
klorin 0,5% selama 10 menit.
u. Cuci kedua tangan menggunakan sabun serta air yang berjalan.
v. Lengkapi partograf (daerah depan serta belakang).
F. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan partus normal yakni mengusahakan jalannya hidup
serta memperoleh tingkat kesehatan yang meningkat untuk ibu serta
bayinya, melewati bermacam-macam usaha yang saling berkaitan dan
cukup serta intervensi sedikit hingga tujuan pengamanan serta kelebihan
pelayanan bisa terjaga di derajat yang bagus. Tujuan lain dari asuhan
partus yakni:
a. Meningkatkan tindakan baik kepada keramahan dan keamanan di
dalam memberi pelayanan partus normal serta penatalaksanaan awal
masalah serta rujukannya.
b. Memberikan ilmu serta kemampuan pelayanan partus normal serta
penatalaksanaan awal masalah serta rujukan yang baik serta sejalan
bersama aturan standar.
c. Menganalisis berbagai teknik terbagus untuk pelaksanaan partus dan
kelahiran seperti penolong yang ahli, kesiapan mengalami partus,
kelahiran, serta masalah yang bisa muncul, partograf, episiotomi
terbatas hanya kalau ada gejala, serta menganalisis berbagai
pelaksanaan yang dapat membuat rugi dengan maksud
menghapuskan pelaksanaaan itu

26
G. Diagnosa Kehamilan
Diagnosa Kebidanan menurut Kemenkes RI (2014) dalam
Suprapti & Mansur (2018) menjelaskan penulisan assasment sebagai
berikut:
Ny.X G≤4 P≤3 A0 umur 20-35 tahun, hamil 36-40 minggu,
dalam persalinan kala I fase aktif, janin tunggal hidup, intrauterine,
presentasi belakang kepala, punggung kanan atau kiri, kepala sudah
masuk panggul.

H. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


1. Pengkajian Data
a. Nama Ibu dan Suami
Mengetahui nama ibu dan suami berguna untuk menjalin
komunikasi yang baik dalam memberikan asuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab. Hendaknya ibu dipanggil sesuai dengan
nama panggilan yang biasa baginya atau yang disukainya, agar ibu
dapat merasa nyaman dan ibu dapat terbuka secara interpersonal
dengan bidan. (Widatiningsih & Dewi, 2017)
b. Umur
Umur perlu dikaji guna mengetahui apakah klien dalam kehamilan
yang beresiko atau tidak. Umur ibu kurang dari 20 tahun, termasuk
umur yang terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur
untuk melahirkan. Sedangkan ibu dengan umur lebih dari 35 tahun
tergolong umur yang terlalu tua untuk melahirkan. (Widiastuti, 2019)
c. Agama
Menanyakan agama klien dan berbagai praktik terkait agama yang
dipercayai. Informasi tersebut dapat menuntut ke suatu diskusi tentang
pentingnya agama dalam kehamilan dan persalinan klien. (Handayani
& Mulyati, 2017)
d. Pendidikan

27
Menurut Sulistiyawati (2014) pendidikan klien perlu dikaji untuk
mengetahui kemampuan klien dalam menyerap informasi saat
memberikan pendidikan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka semakin baik pada pengetahuannya tentang sesuatu.
e. Pekerjaan
Mengkaji pekerjaan klien bertujuan untuk mengetahui taraf hidup
dan sosial ekonomi agar nasehat bidan sesuai. Selain itu, untuk
mengetahui pengaruh pekerjaan yang dilakukan terhadap kehamilan
yang dialami seperti bekerja di pabrik-pabrik. (Romauli, 2011)

f. Suku Bangsa
Handayani & Mulyati (2017) menjelaskan bahwa pengkajian suku
bangsa perlu dikaji karena berpengaruh pada adat istiadat atau
kepercayaan sehari-hari ibu akan pola pikir tentang kesehatan dan
lainnya. Selain itu, budaya suku bangsa tertentu pada masa hamil jika
tidak dapat dilakukan terkadang akan menimbulkan distress dan
kekhawatiran yang perlu mendapatkan perhatian bidan.
g. Alamat
Menanyakan alamat klien bertujuan untuk memudahkan bidan saat
pertolongan persalinan dan mengetahui jarak rumah dengan tempat
rujukan. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada
klien. (Romauli, 2011)
a. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa ibu datang ke tempat
pelayanan kesehatan dan menanyakan tanda atau gejala yang ibu
rasakan serta menanyakan sejak kapan hal tersebut dikeluhkan oleh ibu.
(Walyani, 2020).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan
keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit
sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak

28
dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut
untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk
kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah
anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya
(Murniati dkk., 2021).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan
imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku
anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun
keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya
d. Riwayat Pengobatan Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota.
e. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
a) Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi rentang
usia 10-16 tahun di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa
reproduksi. Hal tersebut dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi,

29
bangsa, lingkungan, iklim, dan keadaan umum. (Sukarni &
Magareth, 2013)
b) Siklus
Menurut Sulistiyawati, (2009) menjelaskan bahwa siklus haid
adalah jarak menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya,
dalam hitungan hari. Siklus haid normalnya 21-35 hari mayoritas
wanita mengalami siklus 18-35 hari. Lama haid normal 4-7 hari,
namun 2-8 hari masih dianggap normal.

c) Banyaknya
Umumnya volume darah haid dianggap normal jika pada hari
pertama hingga kedua haid, wanita mengganti pembalutnya tiap 4
jam (3-5 kali sehari) dengan kondisi pembalut ¾ penuh. Pada hari ke
3-4 ganti pembalut 3-4 kali sehari, seperempatnya penuh. Sedangkan
hari ke 5-6 darah normalnya berupa bercak-bercak kecoklatan saja.
Sifat dan warna darah merah tua disertai sedikit bekuan darah, dan
berupa bercak merah kecoklatan dan bersih pada hari ke 6 atau 7.
(Widatiningsih & Dewi, 2017)
d) Dismenorhea
Dismenorhea merupakan nyeri pada perut dan area pelvis yang
dialami wanita sebagai akibat dari periode menstrusinya. Hal ini
perlu dikaji guna mengetahui apakah klien menderitanya atau tidak
setiap haidnya. Nyeri haid dapat menjadi tanda bahwa kontraksi
uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri haid. (Sukarni
& Magareth, 2013)
Status perkawinan ibu perlu dikaji guna mengetahui gambaran
suasana rumah tangga ibu dan suami. Dengan menanyakan berapa
tahun usia ibu dan suami menikah, status pernikahan sah atau tidak,
lama pernikahan, dan ibu menikah dengan suami yang ke berapa.
(Tyastuti & Wahyuningsih, 2016)

30
Support keluarga sangat penting bagi ibu hamil karena psikis ibu
hamil cenderung labil dan memerlukan banyak dukungan dari
keluarga terutama mengenai tanggapan suami dan keluarga tentang
kehamilannya. Sehingga sangat penting ditanyakan apakah
kehamilan ibu yang dikandung mendapat dukungan dari suami,
keluarga, dan lingkungannya. (Hatini, 2018)
Pengkajian anggota keluarga dalam satu rumah perlu dikaji
karena jika penghuni rumah banyak dapat menjadikan stressor bagi
ibu hamil. Orang terdekat ibu juga perlu dikaji agar dapat
menunjukkan kuatnya hubungan dari keluarga terhadap ibu hamil.
(Widatiningsih & Dewi, 2017)
Dalam memecahkan masalah dirumah tangga sangat penting
untuk dikaji siapa pengambil keputusan dalam rumah tangga ibu,
apabila dalam kondisi yang darurat apakah ibu dapat atau tidak
mengambil suatu putusan sendiri, ataukah harus menunggu
keputusan dari orang lain seperti suami atau orang tuanya.
{Formatting Citation}
Terbentuknya janin dan kelahiran bayi juga merupakan suatu
fenomena yang wajar. Namun berbagai kelompok masyarakat
dengan kebudayaannya memiliki persepsi, interpretasi, dan respon
yang berbeda-beda. Dengan begitu banyak kegiatan adat istiadat
yang nantinya dilakukan. Hal tersebut diperbolehkan dengan syarat
yaitu tidak membahayakan serta tidak mengganggu kesehatan ibu
dan janin. (Hatini, 2018)
a) Pengkajian rencana tempat persalinan dan penolong persalinan
dikaji untuk memberikan pandangan kepada klien tentang
perbedaan asuhan persalinan yang akan didapatkan antara dokter
kandungan, bidan dan dukun beranak. (Walyani, 2020) Status
Paritas
Paritas merupakan keadaan wanita yang berkaitan dengan
jumlah anak yang dilahirkan (Ramili, 2005). Status paritas ibu
mencakup gravida (G) yaitu kehamilan yang ke berapa, para (P)

31
yaitu berapa kali pernah melahirkan janin yang viable (>22
minggu), dan abortus (A) berapa kali. Status partas yang baik
adalah P tidak lebih dari 4, sedangkan abortus adalah 0 atau tidak
pernah mengalami abortus. (Widatiningsih & Dewi, 2017)
b) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
HPHT perlu dikaji untuk menentukan umur kehamilan dan
hari perkiraan persalinan, mengetahui umur kehamilan sangat
bertujuan memantau perkembangan kehamilan sesuai dengan
umur kehamilan sedangkan taksiran persalinan bertujuan
menentukan apakah saat persalinan kehamilan dalam keadaan
aterm, preterm, atau posterm. (Khairoh dkk., 2019)
c) HPL (Hari Perkiraan Lahir)
Hari perkiraan lahir normalnya adalah 40 minggu atau sekitar
9 bulan dari hari pertama haid terakhir (HPHT). (Ahyar & Muzir,
2019)
d) Perkiraan Umur Kehamilan
Berdasarkan pada HPHT dan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan lainnya. Contoh: Seorang ibu hamil memiliki HPHT
15-08-2022 dan tanggal periksa 27-10-2022, maka umur
kehamilannya saat diperiksa itu adalah:
15-08-2022 = 2 minggu 1 hari
31-09-2022 = 4 minggu 3 hari
27-10-2022 = 3 minggu 6 hari
Jumlah = 9 minggu 10 hari
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa umur kehamilan ibu
adalah 9 minggu 10 hari. (Widatiningsih & Dewi, 2017)
e) Gerakan Janin
Gerakan janin yang pertama kali (quickening) mulai
dirasakan ibu primigravida pada akhir bulan ke empat (18-20
minggu), sedangkan pada multigravida pada minggu ke 16-18.
Apabila gerakan janin belum muncul pada usiakehamilan ini

32
maka harus waspada. Selanjutnya ibu akanmerasakan gerakan
janin yang diharapkan minimal 10 gerakan dalam 12 jam
yangmerupakan salah satu indikator kesejahteraan janin. Gerakan
janin pada TM II baru dapat dirasakan. (Widatiningsih & Dewi,
2017)
f) Tanda Bahaya
Menurut Ekasari & Natalia (2019) menjelaskan apabila ibu
hamil mendapati salah satu dari tanda-tanda bahaya ibu hamil
segera menghubungi tenaga kesehatan. Adapun tanda-tanda
bahaya kehamilan yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala
yang berat, bengkak pada muka dan tangan, nyeri perut yang
hebat, gerakan bayi berkurang, ketuban pecah dini, dan
hyperemesis gravidarum atau mual muntah.
g) Imunisasi Tetanus Toxoid
Imunisasi TT untuk ibu hamil dilakukan dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya tetanus neonatorum, dengan cara pemberian
suntikan TT pada ibu hamil dengan memperhatikan jadwal
imunisasi TT pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja,
imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu
untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian. Apabila pernah
menerima TT dua kali pada kehamilan terdahulu dengan jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun maka hanya diberikan 1 kali
suntikan TT saja. (Ekasari & Natalia, 2019) .
Efek samping dari imunisasi TT yaitu kemerah-merahan,
nyeri, dan bengkak untuk 1-2 hari pada lokasi penyuntikan.
(Walyani, 2020)
Tabel 2.0 Interval Pemberian Imunisasi TT
Interval/jadwal Lama Perlindungan Perlindungan
TT1 Awal Belum ada 0%
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 95%
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99%
(Khairoh dkk., 2019)

33
h) Imunisasi Covid-19
Imunisasi Covid-19 sangat penting pada ibu hamil, karena ibu
hamil merupakan salah satu kelompok rentan terpapar virus Covid-
19. Untuk melindungi ibu dan janin, kementrian kesehatan RI
memastikan bahwa ibu hamil salah satu sasaran penerima vaksinasi
Covid-19. (Setyawati, 2021)
Khusus ibu hamil direkomendasikan imunisasi Covid-19 dengan
jenis Sinovac, Pfizer, Sinopharm, dan Moderna. Vaksin dosis
pertama diberikan pada ibu hamil di trimester kedua atau lebih dari
13 minggu dan pemberian vaksin dosis kedua dilakukan sesuai
dengan interval dari jenis vaksin. (Makarim, 2021)
i) Penggunaan jamu, dan obat-obatan
Menurut penelitian American Pregnancybeberapa bahan jamu
seperti rosemary, ginseng, dan kencur, memiliki dampak buruk jika
dikonsumsi seperti obat-obatan, atau dalam jumlah banyak.
Penggunaan rosemary yang terlalu banyak dapat mengakibatkan
perdarahan. Sedangkan obat-obatan yang tidak dianjurkan untuk ibu
hamil berhubungan dengan efek merugikan janin antara lain:
(1) Ibuprofen untuk deman atau penghilang rasa sakit
(2) Thalidomide (sering terdapat pada obat jerawat)
(3) Asam asetilsalisat (menyebabkan perdarahan intracranial,
retardasi pertumbuhan)
(4) Feniton (defek jantung kongenital, mikrosefalus, falanges distal
hipoplastik, retardasi pertumbuhan)
(5) Daunorubisin (Anensefali, detak jantung)
(Walyani, 2014)
j) Pemberian Tablet Fe
Menanyakan apakah ibu hamil meminum tablet fe sesuai dengan
ketentuan dan apakah persediaanya cukup. Tablet fe berisi 60 mg zat
besi paling sedikit diminum 1 tablet perhari selama 90 hari berturut-
turut. Tablet fe berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah pada ibu dan janin serta plasenta. Pada setiap kunjungan

34
berikan ibu vitamin C karena dapat membantu penyerapan zat besi.
(Ekasari & Natalia, 2019)
Berdasarkan penelitian Mu’alimah dan Mataroh (2019) dengan
judul terdapat hubungan yang signifikan antara asupan cairan dengan
kejadian konstipasi p = 0,032. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
keteraturan dalam mengkonsumsi tablet Fe dan kurangnya asupan
cairan sangat berhubungan dengan kejadian konstipasi pada ibu
hamil.

k) Pemberian Asam Folat


Pemberian asam folat diperlukan untuk pematangan sel. Jumlah
asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mg perhari.
Kekurangan asam folat mengakibatkan bayi menjadi cacat.
(Prawirohardjo, 2014)
l) Riwayat ANC
Frekuensi ANC selama kehamilan minimal dilakukan sebanyak
6x secara berkala 2x pada TM I, 1x pada TM II, 3x pada TM III.
Riwayat ANC ini perlu dikajiuntuk mengetahui frekuensi ANC,
masalah yang dialami berkaitan dengan ketidaknyamanan dalam
kehamilan, obat atau suplemen yang diberikan, serta KIE atau
penkesyang diberikan kepada ibu. (Kemenkes RI, 2020)
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Adapun yang perlu dikaji pada riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu menurut Mastiningsih dan Agustina (2019), yaitu:
a) Kehamilan, tanyakan jumlah kehamilan dan kelahiran, jumlah anak
yang hidup atau mati, adakah gangguan saat kehamilan.
b) Persalinan, spontan atau buatan, aterm atau prematur, adakah
gangguan saat persalinan, ditolong oleh siapa.
c) Nifas, tanyakan ASI eksklusif atau tidak, adakah gangguan saat nifas
g. Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat keluarga berencana (KB) menurut Astuti (2015) untuk

35
pengkajian pengetahuan ibu dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, rencana kontrasepsi yang nanti
akan digunakan, dan rencana penambahan anggota keluarga di masa
mendatang. (Suprapti & Mansur, 2018)
h. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola nutrisi
Pada kala I ibu dianjurkan untuk cukup makan dan minum guna
mendukung kemajuan persalinan. Asupan makanan yang cukup
(makanan utama maupun makanan ringan) merupakan sumber utama
dari energi untuk sel-sel tubuh, sedangkan cairan jika kurang akan
mengakibatkan dehidrasi pada ibu saat proses persalinan. (Fitriana &
Nurwiandani, 2021)
2) Pola Eliminasi
Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin
atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan. Apabila kandung
kemih ibu penuh dapat menghambat proses penurunan kepala janin
ke dalam rongga panggul, menurunkan kontrasi/his, dan keluarnya
urin selama kontraksi yang kuat pada kala II. Sebelum memasuki
proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB.
Apabila rectum yang penuh dapat mengganggu proses kelahiran
janin. (Kurniarum, 2016)
3) Pola Istirahat
Istirahat penting untuk mempersiapkan energi menghadapi
proses persalinan, terlebih jika mengalami pemanjangan waktu pada
kala I. Beberapa hal yang perlu ditanyakan mengenai pola istirahat,
yaitu kapan terakhir ibu tidur dan berapa lama ibu tidur.
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2013)
4) Personal Hygiene
Membersihkan daerah genetalia menggunakan kapas bersih
yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT),
bersihkan dari atas (Vestibulum) ke bawah (arah anus), tindakan
tersebut dilakukan apabila ibu setelah BAK, BAB, dan ketuban

36
pecah. Pada kala I ibu diperkenankan untuk mandi karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah. Dengan adanya tersebut ibu dapat
merasa aman, relaks, mengurangi kelelahan, mecegaha infeksi, dan
memelihara kesejahteraan fisik serta psikis. (Fitriana &
Nurwiandani, 2021)
5) Pola Seksual
Data seksual yang perlu ditanyakan adalah adakah keluhan saat
berhubungan, frekuensi, kapan terakhir berhubungan seksual.
Tujuannya untuk mengetahui adakah komplikasi pada alat
reproduksi. (Sulistiyawati & Nugraheny, 2013, hlm. 224)
6) Pola Aktivitas
Menurut (Widatiningsih & Dewi, 2017), wanita hamil tetap
dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan seperti mencuci
piring, memasak, jalan-jalan santai, dan melakukan peregangan otot.
Namun tidak disarankan melakukan aktivitas berat, seperti main
futsal, jogging, berenang, naik gunung atau lompat tali. Aktivitas
berat dapat menyebabkan abortus dan persalinan premature
7) Pola Kebiasaan yang Merugikan
a) Minum beralkohol
Ketergatungan alcohol pada ibu hamil akan menyebabkan
peningkatan resiko pertumbuhan janin terhambat, retardasi
mental, kecacatan, kelainan jantung dan kelainan neonatal,
keguguran, lahir premature, BBLR, dan FAE (Fetal Alkohol
Effect). (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016)
b) Merokok
Ibu hamil yang merokok akan mengakibatkan bayi akan
kekurangan oksigen dan racun yang di hisap melalui rokok akan
di transfer lewat palsenta kedalam tubuh bayi. (Sulistiyawati,
2014)
c) Penggunaan Obat-obatan
Ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan yang
tidak memiliki resep dari dokter atau bidan karena hampir semua

37
obat dapat ditransfer melalui plasenta ke janin. Efek dari obat
tidak selalu langsung bisa kelihatan saat itu juga, tetapi baru akan
terlihat ketika bayi menginjak dewasa misalnya efek pemberian
estrogen pada ibu hamil dapat mengakibatkan tumor kandungan
pada anak ketika sudah dewasa, ibu hamil yang mengkonsumsi
tetrasiklin berdampak pada gangguan pertumbuhan tulang,
perubahan warna gigi, gigi mudah rapuh pada bayi ketika menjadi
anak–anak. (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016)
d) Minum Jamu
Jamu yang sering dikonsumsi oleh wanita hamil adalah jamu
gendong dan jamu serbuk. Bahayanya apabila ada endapan pada
air ketuban dapat menyebabkan keruh sehingga bayi sulit
bernafas dan dapat menjadikan bayi asfiksia pada saat lahir.
(Tyastuti, 2016)
8) Pola Psiko Sosial Kulturan dan Spiritual
Adanya respons yang positif dari diri sendiri dan keluarga dapat
mempercepat proses adaptasi pasien menerima peran dan
kondisinya. Dalam mengkaji data ini menanyakan kepada
pasienbagaimana persaannya terhadap kehamilan dan peralinan,
selain itu menanyakan respons suami mengenai kehamilan dan
persalinanistrinya. Karena respons yangpositif dari suami kepada
istri dan anaknya memberi kemudahan dalam pendampingan
persalinan. (Sulistiyawati & Nugraheny, 2013)
9) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
Keadaan umum dikatakan baik jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain. Sedangkan keadaan pasien yang lemah jika pasien
kurang atau tidak memberikan respon terhadap lingkungan dan
orang lain (Widiastuti, 2019).
2. Kesadaran

38
Kesadaran perlu dikaji agar mendapat gambaran tentang
kesadaran klien dengan melakukan pengkajian tingkat
kesadaran yang normalnya adalah composmentis (kesadaran
maksimal) (Sulistiyawati, 2014)
3. Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah pada tahap pertama persalinan
kontraksi uterus meningkat tekanan sistolik dengan rata-
rata 10-20 mmHg, dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10
mmHg. (Widiastuti, 2019)

b) Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi dapat
mengalami peningkatan, penurunan sela titik puncak
sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi
diantara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
Denyut nadi perlu dikaji guna mengetahui fungsi jantung
ibu. Apakah dalam keadaan sehat atau tidak, normalnya
nadi 80-90x/menit (Walyani & Purwoastuti, 2020)
c) Frekuensi pernapasan normal
Pernafasan masih dianggap normal jika terjadi sedikit
peningkatan. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan
kebutuhan oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi
pernafasan. (Widiastuti, 2019)
d) Suhu badan
Suhu tubuh normal adalah 36,50C - 37,50C.
Peningkatan suhu menunjukkan proses peningkatan
infeksi atau dehidrasi (Marmi, 2017).
b) Pemeriksaan Fisik
a. Status present

39
Pemeriksaan ini dengan cara pandang, rabaan, dan
menggunakan bantuan alat, di antaranya:
1) Inspeksi
a) Muka : Normalnya muka tidak tampak pucat
(sianosis) dan tidak ada oedema diarea wajah.
(Oktarina, 2016)
b) Payudara : Saat hamil payudara bertambah besar
tegang, dan berat. Hiperpigmentasi areola putting susu
menonjol serta keluar kolostrum jika diperas pada
putting. (Sulistiyawati, 2014)
c) Abdomen : Pada pembesaran abdomen bawah
mungkin akan terlihat dan terdapat linea nigra, striae
mungkin terlihat atau tidak tergantung pada elastisitas
jaringan kolagen dibawah kulit. (Widatiningsih &
Dewi, 2017)
d) Vulva : Normalnya vulva bersih, tidak ada
pembesaran kelenjar scene dan bartholini, terdapat
bloody show yang menunjukkan ibu sudah masuk
proses persalinan. (Oktarina, 2016)
2) Palpasi
a) Leopold I
Pada letak normal, terdapat bokong, teraba lunak,
ireguler, kurang membulat dan tidak melenting. Terabanya
bagian-bagian kecil yang bergerak didekat bokong
nentinya lebih memperkuat diagnosis. (Oxon & William,
2010)
b) Leopold II
Memeriksa pada sisi kanan dan sisi kiri ibu.
Punggung dideskripsikan sebagai teraba bagian besar yang
rata, memanjang dan terasa ada tahanan. Sedangkan
ekstremitas dideskripsikan sebagai teraba bagian kecil-
kecil dan menonjol.(Widatiningsih & Dewi, 2017)

40
c) Leopold III
Kepala dapat digerakkan diatas simfisis kecuali jika
kepala sudah masuk Pintu Atas Panggul.(Kurniarum,
2016)
d) Leopold IV
Dilakukan untuk mengetahui penurunan presentasi
kepala konvergen, sejajar, atau divergen.(Marmi, 2017)
3) Perlimaan
Penilaian dilakukan dengan menghitung proporsi
bagian terbawah janin yang masih berada di atas tepi atas
simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan
pemeriksa (perlimaan). Penurunan bagian terbawah
dengan metode lima jari (perlimaan) adalah:
1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas
simfisis pubis.
2) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki PAP.
3) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul.
4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada di atas simfisis dan 3/5 bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada di atas simfisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul.
6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba
dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin
sudah masuk ke dalam rongga panggul.
(JNPK-KR, 2018)
4) Auskultasi
Auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoaural
atau dopler untuk menentukan DJJ stelah umur kehamilan

41
18 minggu, yang meliputi frekuensi, keteraturan, dan
kekuatan DJJ. DJJ normal adalah 120-160 permenit.
(Fitriana & Nurwiandani, 2021)
Apabila hasil pemeriksaan DJJ kurang dari 120 atau
lebih dari 140 mengindikasikan terjadinya fetal distress
yang dapat mengancam nyawa janin. (Romauli, 2011)
5) Kontraksi
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akanmeningkat
secarabertahap, kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih. (JNPK-KR, 2018)

6) TBJ
Taksiran berat janin dihitung dengan rumus:

(TFU dalam m - N) x 155 =

N = 11 jika kepala belum masuk PAP sama sekali;


N = 12 jika kepala sudah masuk PAP
Namun masih di atas spina ischiadika (ditunjukkan dengan
penurunan kepala 4/5 - 3/5) di atas simfisis. (Widatiningsih &
Dewi, 2017, hlm. 184)
7) Pemeriksaan dalam
Periksa dalam atau Vaginal Toucher (VT), dilakukan 4 jam
sekali sewaktu kala I persalinan dan setelah ketuban pecah. Yang
dapat diidentifikasi dari periksa dalam yaitu:
a) Vulva
Melakukan pemeriksaan dalam pada vulvabertujuan untuk
mengetahui apakah vagina ada luka atau massa termasuk
kondilomata, varises vulva atau rektum, ada pembukaan
lengkap, dan kemungkinan ketuban sudah pecah. (JNPK-KR,
2018)

42
b) Serviks
(1) Penipisan serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pemeriksaan dan
penipisan serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya
kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi
lebih tipis. (Sulistiyawati & Nugraheny, 2013)
(2) Pembukaan serviks
Menilai dan mencatat permbukaan serviks setiap 4 jam,
angka 0-10 yang tertera paling kiri adalah besarnya
pembukaan serviks, saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan catat pembukaan serviks di garis waspada
dengan menulis tanda “X” pada partograf, dan selanjutnya
catat setiap melakukan VT kemudian dihubungkan dengan
garis utuh. (Fitriana & Nurwiandani, 2021)
(3) Kulit ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan
dalam, dan nilai warna air ketuban pecah seperi berikut:
(a) U : ketuban utuh (belum pecah).
(b) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
(c) M : ketuban sudah pecah dan bercampur mekonium.
(d) D : ketuban sudah pecah dan bercampur darah
(e) K :ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban.
(Rosyati, 2017)
(4) Presentasi dan Point Of Direction (POD)
Presentasi digunakan untuk mengetahui bagian
terbawah janin atau bagian yang sudah berada pada jalan
lahir. Sedangkan posisi menunjukan hubungan bagian janin
tertentu dengan bagian kiri, kanan, depan lintang (lateral)
dan belakang dari jalan lahir, normalnya posisi bayi yang
teraba adalah bagian belakang kepala. (Sulistiyawati &
Nugraheny, 2013)
(5) Penyusupan

43
Moulage atau penyusupan adalah indicator penting
tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling
tumpang tindih menunjukkan kemungkinan adanya
Chepalo Pelvic Disporportion (CPD). Oleh sebab itu
penting sekali memantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan dengan menilai dan mencatat lambang berikut:
0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dipalpasi
1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi dapat
dipisahkan
3 : tulang kepala janin saling tumpang tindih, dan tidak
dapat dipisahkan.
(Rosyati, 2017)
(6) Penurunan
Pemeriksaan penurunan bagian terendah bertujuan
untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh
penurunan kepala melewati bidang hodge. Beberapa
indikator bidang hodge sebagai berikut:
(a) Hodge I: Pintu Atas Panggul (PAP) sejajar dengan
promontorium dan tepi atas simfisis
(b) Hodge II: Sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir
bawah symphsis.
(c) Hodge III: Sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
(b) Hodge IV: Sejajar Hodge I setinggiujung os coccyges
(Utami & Fitriahadi, 2019)
(7) Bagian lain
Memastikan tali pusat atau bagian lain seperti tangan
dankaki tidak teraba saat melakukan pemeriksaan dalam,

44
jika teraba bisa sesegera mungkin melakukan tindakan
kegawatdaruratan. (JNPK-KR, 2018)
(8) STLD (Sarung Tangan Lendir Darah)
Pemeriksaan STLD bertujuan untuk mengetahui dan
memastikan adanya pengeluaran lendir darah dapat
mengidentifikasikan telah dimulainya proses persalinan.

45
B. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.
Pada langkah pengkajian ini, bidan mengumpulkan semua informasi
akurat dan lengkap dari beberapa sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien dengan cara wawancara dengan ibu dan ayah atau keluarga dan dari
catatan/dokumentasi untuk memperoleh data subjektif. Sementara itu,
untuk data objektif dilakukan melalui observasi dan pemeriksaan.
C. Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lainnya berdasarkan
diagnosis/masalah yang sudah ada yaitu suatu bentuk antisipasi,
pencegahan apabila perlu menunggu dengan waspada dan persiapan untuk
suatu pengakhiran apapun. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, sangat
diharapkan oleh bidan jika masalah potensial benar-benar terjadi dilakukan
asuhan yang aman.
D. Tindakan Segera dan Kolaborasi
Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan tindakan segera,
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Setelah itu mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
E. Intervensi
Membuat suatu rencana asuhan yang menyeluruh mencakup setiap hal
yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan
melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
asuhan bidan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.

46
F. Implementasi
Melaksanakan perencanaan asuhan menyeluruh, bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (yaitu: memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana)
G. Evaluasi
Pengecekan apakah rencana asuhan tersebut, yang meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnosa telah terpenuhi. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanannya
dan dianggap tidak efektif jika memang tidak efektif dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian tidak.

47
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah bidan dapat mengaplikasikan teori dan praktek sesuai dengan
pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan menggunakan
manajemen kebidanan dengan memberikan asuhan pada XX didapatkan bahwa
Asuhan kehamilan pada XX usia XX tahun XX, usia kehamilan XX minggu
sudah dilakukan dengan baik. Asuhan kehamilan yang sudah diberikan sampai
akhir dengan kondisi ibu baik. Akan tetapi, dalam pemeriksaan ini hanya saja
terkadang masih ada tindakan yang kurang sesuai antara teori dengan saat
praktik di lahan.

B. Saran
Dengan penyusunan laporan ini, penulis mengharapkan bahwa laporan ini
dapat berguna bagi pembaca. Penulis menyadari begitu banyak kekurangan
didalam penyusunan laporan ini, baik dalam bentuk sistematika penulisan
ataupun materi yang dibahas. Oleh karena itu, saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk mengembangkan materi ini. Selain itu,
besar harapan penulis agar pembaca dapat memanfaatkan laporan ini, baik
didalam pendidikan maupun dalam pembahaman mengenai intervensi
kebidanan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar, J., & Muzir. (2019). Kamus Istilah Dilengkapi Kata Baku dan Tidak Baku
Unsur Serapan, Singkatan dan Akromin dan Peribahasa. Sukabumi :
Jejak.

Amelia, P., & Cholifah. (2021). Buku Ajar Konsep Dasar Persalinan. Sidoarjo :
UMSIDA Press.

American Pregnancy. (t.t.). Herbs and Pregnancy: Risks, Caution, and


Recommendations. Diambil 25 Desember 2021, dari
https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/is-it-safe/herbs-and-
pregnancy/

Atiqoh, R. N. (2020). Kupas Tuntas Hyperemesis Gravidarum (Mual Muntan


Berlebihan Dalam Kehamilan). Jakarta : One Peach Media.

Ekasari, T., & Natalia, M. S. (2019). Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal
Care. Sulawesi Selatan : Yayasan Ahma Cendekia Indonesia.

Fitriana, Y., & Nurwiandani, W. (2021). Asuhan Persalinan Konsep Persalinan


Secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.

Gultom, L., & Hubarat, J. (2020). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sidoarjo :


Zifatama Publisher.

Handayani, & Mulyati, T. S. (2017). Bahan Ajar Kebidanan Dokumentasi


Kebidanan.

Hatini, E. E. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Malang : Wineka Media.

JNPK-KR. (2018a). Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial bagi Ibu


Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera
Pascapersalinan dan Nifas. Yogyakarta : Perpusnas.

JNPK-KR. (2018b). Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial bagi Ibu


Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera
Pascapersalinan dan Nifas Buku Acuan. Dalam Asuhan Persalinan
Normal Asuhan Esensial bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta
Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pascapersalinan dan Nifas Buku
Acuan. Perpusnas.

Kemenkes RI. (2019). Panduan Pelayanan Pasca Persalinan Bagi Ibu dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

49
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan
Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.

Khairoh, M., Rosyariah, A., & Ummah, K. (2019). Asuhan Kebidanan


Kehamilan. Surabaya : Jakad Publishing.

Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Makarim, Dr. F. R. (2021). Dosis Vaksin COVID-19 yang Aman untuk Bumil.
Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/dosis-vaksin-covid-19-yang-
aman-untuk-bumil

Marmi. (2016). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Bersalin. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Marmi. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Mastiningsih, P., & Agustina, Y. C. (2019). Buku Ajar Asuhan Kehamilan.


Bekasi : In Media.

Mu’alimah, M., & Mataroh, F. (2019). Hubungan Antara Asupan Cairan dan
Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Konstipasi pada Ibu Hamil
Trimester III. Nganjuk : Dr. Soetomo University.

Mukharrim, Muh. S., Ahri, R. A., & Yusriani. (2019). Pelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Melalui Peran
Keluarga Di Kabupaten Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
https://doi.org/10.33221/jikes.v18i2.222

Murniati, L., Taherong, F., & Syatirah, S. (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia (Literatur Review). Jurnal
Midwifery, 3(1), 32–41. https://doi.org/10.24252/jmw.v3i1.21028

Nabanan, L. (2022). Modul Ajar Psikologi Kehamilan, Persalinan Nifas.


Repository STIKes Sapta Bakti.

Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta : CV Budi Utama.

Oxon, H., & William. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : CV Andi.

Padeng, E. Pp., Banul, M. S., Lokangleu, M. J., Trisnawai, R. E., & Abriyani, N.
N. Y. (2022). Asuhan Kebidanan. Bandung : Widiana Bhakti Persada
Bandung.

50
Patimah, Astuti, E. W., & Tajmuati, A. (2016). Praktik Klinik Kebidanan III.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Profil Kesehatan Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI.

Purwatiningsih, S. A., Yunita, F., Dewi, N., & Hardiningsih. (2021). Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Sukabumi : Jejak.

Retnowati, Y., Yulianti, I., & Ariyanti, R. (2020). Pengantar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta : Bromomurup.

Romauli, S. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan


Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Setyawati, A. Y. (2021). Vaksinasi Covid-19 pada Ibu Hamil. Yogyakarta :


Humas Sardjito. https://sardjito.co.id/2021/09/13/vaksinasi-covid-19-pada-
ibu-hamil/

Sukarni, I., & Magareth. (2013). Kehamilan Persalinan Dan Nifas Dilengkapi
Dengan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sulistiyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Sulistiyawati, A. (2014). Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Suprapti, & Mansur, H. (2018). Buku Ajar Kebidanan Praktik Klinik II. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.

Syaiful, Y., & Sari, V. M. (2016). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta : CV Andi.

Tyastuti, S. (2016). Asuhan Pada Kehamilan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Tyastuti, S., & Wahyuningsih, H. P. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan


Komprehensif. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Utami, I., & Fitriahadi, E. (2020). Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen
Nyeri Persalinan. Yogyakarta : UNISA.

Walyani, E. S. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press.

51
Walyani, E. S. (2020). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2020). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta : Pustaka Baru.

Widatiningsih, S., & Dewi, C. H. T. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta :Trans Medika.

Widiastuti, L. P. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru
Lahir. Bogor : In Media.

Wilda, I. (2019). Pemanfaatan Pelayanan Voluntary Counselling and Testing


(VCT) HIV Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Langsat
Pekanbaru Tahun 2018. Jurnal Photon, 9(2).

Yuliani, D. R., Musdalifah, U., & Suparmi. (2017). Buku Ajar Aplikasi Asuhan
Kehamilan Ter-Update. Jakarta : Trans Info Media.

52

Anda mungkin juga menyukai