Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PERSALINAN NORMAL PADA NY V G4 P3 A0 USIA


KEHAMILAN 39-40 MINGGU INPARTU DENGAN
KETUBAN PECAH DINI

Dosen Pembimbing :
Kiswati, SST, M.Kes

Oleh:

Ilmah Fakhriza
P17312215122

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN 2022
Visi Program Studi Profesi Bidan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang Tahun 2020-2024:

“Menghasilkan bidan profesi yang beradab dan berdaya saing global dalam
pemberdayaan perempuan dalam keluarga dan masyarakat di tingkat nasional
pada tahun 2024”

Misi Program Studi Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Tahun
2020-2024:
1. Menyelenggarakan program pendidikan tinggi profesi bidan sesuai Standar
Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT), Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) level 7, dan Undang-Undang Kebidanan tahun 2019,
dengan mengintegrasikan pemberdayaan perempuan dan masyarakat di bidang
Kesehatan ibu dan anak, didukung teknologi informasi serta sistem
penjaminan mutu.
2. Melaksanakan penelitian terapan lingkup kesehatan ibu dan anak yang
berbasis pemberdayaan perempuan dan mengembangkan publikasi ilmiah
yang bereputasi.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan hasil penelitian
dalam lingkup kesehatan ibu dan anak yang berbasis pemberdayaan
perempuan.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kegiatan tridharma
perguruan tinggi dalam bidang kesehatan ibu dan anak.
5. Mengembangkan kerjasama nasional dan internasional dalam bidang Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
6. Melaksanakan tata kelola organisasi yang kredibel, transparan, akuntabel,
bertanggung jawab, dan adil.
7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang profesional
dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Komprehensif Persalinan “Pada Ny V G4P3A0 UK 39-40


Minggu inpartu dengan Ketuban Pecah Dini Disusun oleh Ilmah Fakhriza NIM
P17312215122 telah diperiksa dan disetujui untuk digunakan sebagai pencapaian
tugas pada Praktik Klinik
Jember, Desember 2021

Ilmah Fakhriza
NIM. P17312215122

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Bd, Sri Murtini SST Kiswati SST, M.Kes


NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan
Komprehensif Persalinan. Laporan ini kami susun sebagai pencapaian tugas pada
Praktik Klinik. Dalam penyusunan laporan ini, kami mendapatkan banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
2. Ibu Herawati Mansur, SST,.M.Pd,M.PSi, selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
3. Ibu Ika Yudianti, SST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
4. Ibu Kiswati SST, M.Ke selaku Dosen Pembimbing Akademik Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
5. Ibu Bidan Sri Murtini selaku Pembimbing Klinik di PMB Sri Murtini
Jember
6. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran terbentuknya Laporan
Kegiatan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kegiatan
ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan demi kesempurnaan
Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif Persalinan Pada Ny. V G4P3A0 Usia
Kehamilan 39-40 minggu inpartu dengan ketuban pecah dini.

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.............................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................iii

VISI MISI.........................................................................................................................iv

DAFTAR ISI.....................................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN TEORI..............................................................................................4

BAB 3 TINJAUAN KASUS.............................................................................................19

BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................................28

BAB 5 PENUTUP...................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Prawiroharjo 2012). Angka kematian ibu
antar negara ASEAN Setiap hari pada tahun 2017 sekitar 810 ibu di
dunia meninggal dunia akibat persalinan. 94 persen dari semua kematian ibu
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah (Andini
2020). Menurut laporan World Health Organization (WHO), penyebab
langsung kematian ibu terjadi saat dan pasca-melahirkan. 75 persen kasus
kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan, infeksi, atau tekanan darah tinggi
saat kehamilan.  Data World Bank mencatat, Indonesia menduduki posisi
ketiga AKI tertinggi tahun 2017 dengan 177 kematian per 100 ribu kelahiran.
Capaian terburuk berlaku di Myanmar dengan 250 kematian, lalu Laos 185
kematian per 100 ribu penduduk. Sementara negeri jiran Malaysia dan
Singapura, masing-masing hanya 29 dan 8 kematian per 100 ribu kelahiran.
Dari 10 negara ASEAN, baru setengahnya yang melampaui target Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tahun 2030; kurang dari 70 per 100 ribu
kelahiran. Dengan penurunan rata-rata sekitar 3 persen per tahun, Indonesia
harus bekerja lebih keras untuk mendekati target tersebut.
Continuity of Care (CoC) adalah pelayanan-pelayanan dari waktu
kewaktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara klien dengan
tenaga kesehatan yang profesional, tentunya dengan tenaga bidan yang telah
memiliki sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal), untuk mencapai target
SDG,sehingga tahun 2030 adalah mengurangi AKI dibawah 70 per 100.000
kelahiran hidup dan pada 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah. Maka dari itu peran bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan
continuity of care dan sudah terstandarisasi APN mampu menurunkan AKI
dan AKB (Noorbaya, Johan, and Reni 2019)

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian persalinan normal ?
2. Apa sajakah jenis-jenis persalinan ?
3. Bagaimanakah teori-teori penyebab persalinan ?
4. Bagaimanakah permulaan persalinan ?
5. Bagaimanakah tanda-tanda inpartu ?
6. Apa sajakah faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan ?
7. Bagaimanakah tahap – tahap persalinan ?
8. Bagaimanakah asuhan persalinan pada kala I,II,III,IV 60 langkah APN ?
9. Bagaimanakah yang dimaksud partograf ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin
normal
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk dapat menjelaskan pengertian persalinan normal
2. Untuk dapat menyebutkan jenis-jenis persalinan
3. Untuk dapat menjelaskan teori-teori penyebab persalinan
4. Untuk dapat menjelaskan permulaan persalinan
5. Untuk dapat menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
persalinan
6. Untuk dapat menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi
persalinan
7. Untuk dapat menjelaskan tahap – tahap persalinan ?
8. Untuk dapat menjelaskan asuhan persalinan pada kala I,II,III,IV 60
langkah APN
9. Untuk dapat menjelaskan tentang partograf dan mengisi lembar
observasi partograf
1.4 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Pengambilan kasus dilakukan di Praktek Mandiri Bidan (PMB) Suryandari
Kabupaten Jember dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dilakukan
pada:

2
3

Jum’at, 11 Desember 2020 : Asuhan Kebidanan Komprehensif Persalinan


Normal

3
4

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Persalinan Normal


Persalinan normal menurut WHO 2010 adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat. Persalinan adalah suatu proses yang
dimulai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi
progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses
tersebut merupakan proses alamiah (Rohani 2011). Persalinan normal atau
persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi,
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro
2012)

2.2 Jenis Persalinan


2.2.1 Persalinan Spontan
Jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan
melalui jalan lahir.
2.2.2 Persalinan Buatan
Persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps / dilakukan operasi sectio caesarea
2.2.3 Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin dan prostaglandin
(Prawiroharjo 2012).

2.3 Teori – Teori Penyebab Persalinan

4
5

2.3.1 Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron


Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa
prostaglandin di chorioamnion.
2.3.2 Teori Rangsangan Esterogen
Esterogen menyebabkan iritability miometrium, esterogen
memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban
sehingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).
2.3.3 Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi
berlangsung lama dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor
oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
hipofisis parst posterior. Distribusi resseptor oksitosin, dominan pada
fundus dan korpus uteri, semakin berkurang jumlahnya di segmen
bawah rahin dan praktis tidak banyak dijumpai pada serviks uteri.
2.3.4 Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
2.3.5 Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified
yang menghasilakn arachnoid acid yang bekerja untuk pembentukan
prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.
2.3.6 Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada
plasenta menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi
penurunan produksi hormon.
2.3.7 Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf
sehingga seviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang
mengakibatkan SAR ( Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen Bawah
Rahim) bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi
(Oktarina 2016).
6

2.4 Tanda – Tanda Permulaan Persalinan


Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi persalinan yang
sebenarnya, beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya”
atau “minggu-nya” atau hari-nya. Yang disebut kala pendahuluan. Kala
pendahuluan memberikan tanda-tanda sebagai berikut (Mochtar 2011).
1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida.
Pada multipara, hal tersebut tidak begitu jelas.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian bawah janin.
4. Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut
”false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

2.5 Tanda – Tanda Inpartu


1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan- robekan kecil pada pada serviks.
3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

2.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger
(penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers
(kekuatan), position (posisi ibu), dan psychologic respons (respon psikologis)
(Bobak, Lowdermilk 2012)
2.6.1 Passanger (Penumpang)
7

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan


akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan
lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan
pada kehamilan normal.
2.6.2 Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan
lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang
relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu
diperhatikan sebelum persalinan dimulai.
2.6.3 Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu
kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya
adalah tenaga meneran ibu
2.6.4 Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi
tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi
tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan
posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin,
dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan
pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah
serta posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron
(saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak, 2012).
8

2.6.5 Psychologic Respons (Psikologis)


Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya
dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi
adaptasi/coping. Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan,
ditandai dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena
ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon fisik terhadap
kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon
katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran
darah plasenta. Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai
berikut: Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual;
Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan
dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al, 2011).

2.7 Tahap – Tahap Persalinan


Tahap-tahap persalinan dibagi menjadi empat yaitu:
1) Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekueni, intensitas dan durasi) hingga servik
menipis dan membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari atas dua fase,
yaitu fase inisial (laten) dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm dan fase aktif dari pembukaan 4 cm
hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm. face aktif dibagi dalam
tiga fase lagi, yakni: fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
14 dalam waktu 2 jam; fase dilatasi maksimal yaitu pembukaan 4 cm
menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam; dan fase deselerasi yaitu pembukaan
lambat kembali, dari pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap (10
cm) dalam waktu 2 jam. Fasefase tersebut dijumpai pada primigravida,
sedangkan dalam multigravida juga terjadi fase tersebut, akan tetapi fase
laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek (Sukarni & Wahyu, 2013;
2) Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut
9

sebagai kala pengeluaran bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primi dan 1 jam pada multi (Wiknjosastro, 2008). 3) Kala III Persalinan
kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Tahap ini berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Karakteristik pelepasan plasenta ditandai dengan uterus bulat dan
keras, tiba-tiba darah keluar dan tali pusat memanjang (Manurung, 2011 &
Wiknjosastro, 2008).
4) Kala IV
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam pertama post partum. Tahap ini disebut juga dengan
tahap pemulihan (Bobak, 2012). Hal yang perlu dievaluasi dalam kala IV
yaitu tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan pervaginam dan
kondisi vesika urinaria (Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2008).

2.8 Asuhan Persalinan pada Kala I, II, III, dan IV tergabung dalam 60 langkah
APN (Nurjasmi 2016) :
a. Asuhan Persalinan pada Kala I
1. Asuhan yang diberikan yaitu beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
2. Jika ibu tampak gelisah/kesakitan biarkan ia berganti posisi sesuai
keinginan, tapi jika ditempat tidur sarankan untuk miring kiri, biarkan
ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya, serta
anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh muka
ibu, dan ajari teknik bernapas.
3. Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang
lain tanpa seizin ibu.
4. Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
besar/kecil.
5. Jaga kondisi ruangan sejuk untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
baru lahir, suhu ruangan minimal 25°C dan semua pintu serta jendela
harus tertutup.
6. Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
b. Asuhan persalinan pada kala II
10

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.


a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva –vagina dan spingter anal membuka
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua permeriksaan
dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik ( dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril ) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengotaminasi tabung suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan cara
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi ( meletakkan kedua
sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
11

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan


yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5
% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktip dan
pendokumentasikan temuan-temuan
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan member semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisiibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran:
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginanuntuk meneran.
b. Mendukung dan member semangat atas usaha ibu untukmeneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f. Mengajurkan asupan per oral.
12

g. Menilai DJJ setiap 5 menit.


h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu
tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm ,
letakkan handuk bersih di atas perutibu untuk mengeringkan bayi
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapasi dengan kain tadi , letakkan
tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan
tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Meganjurkan ibu meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
13

spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran
siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat
punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan
resusitasi
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitoksin/i.m
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusatdi anatara dua klem tersebut.
29. Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,
14

menutupi bagian kepala bayi membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya Asuhan persalinan pada kala III
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitoksin 10 unit I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva
b. Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
1) Mengulangi pemberian oksitoksin 10 unit I.M
2) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
15

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban
tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks
ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
40. Memeriksa kedua plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput
ketuban lengkap dan utuh . Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah
melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif Asuhan persalinan
pada kala IV
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
16

dengan simpul mati yang pertama.


46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47. Meneyelimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan vagina.
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteris
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pascapersalinan.
a. Memeriksa temperatur suhu tubuh sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai dengan temuan yang tidak normal
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas pakaian setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi tingkat tinggi .
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah . Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
17

56. Memastikan bahwa ibu nyaman . Membantu ibu memberikan ASI.


Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin 0,5%
dan membilas dengan air bersih
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
2.9 Partograf
2.9.1 Pengertian Partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
fase aktif persalinan (Sari 2014)
2.9.2 Kegunaan partograf
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janin
c. Mancatat asuhan yang diberikan selama persalinan
d. Mendeteksi secara dini penyulit persalinan
e. Membuat keputusan klinik cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2015)
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:
1) Denyut jantung janin. Catat setiap satu jam.
2) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina, dengan menggunakan kode:
U : selaput Utuh
J : selaput pecah, air ketuban Jernih
M : air ketuban bercampur Mekonium
D : air ketuban bernoda Darah
K : tidak ada cairan ketuban/ Kering.
3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase), dengan
menggunakan kode:
0 : sutura terpisah,
1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/ bersesuaian,
18

2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki,


3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
4) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi
tanda silang (x).
5) Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang
teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis; catat
dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada disimfisis
pubis.
6) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah
pasien diterima.
7) Jam, catat jam sesungguhnya.
8) Kontrasksi, Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk
menghitung banyknya kontrasksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-
tiap kontrasksi dalam hitungan detik:
a) Kurang dari 20 detik;
b) Antara 20 dan 40 detik;
c) Lebih dari 40 detik.
9) Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin
pervolume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
10) Obat yang diberikan. Catat semua obat yang dibrikan.
11) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik
besar.
12) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak
panah.
13) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.
14) Protein, aseton , dan protein urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada,
petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu
dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN


PADA NY V G4 P3 A0 USIA KEHAMILAN
39-40 MINGGU INPARTU DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Tanggal MKB : 18-01-2022 Tanggal Pengkajian : 18-01-2022


Jam MKB : 13.00 WIB Jam Pengkajian : 13.15 WIB

A. SUBJEKTIF

1. Biodata
IBU SUAMI/WALI
Nama : Ny. V Nama : Tn. F
Umur : 34 Tahun Umur : 39 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Madura Suku : Madura
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Krajan- No. Hp : 081222308559
Lengkong 16-
Jember

2. Alasan masuk kamar bersalin (MKB)


Ibu hamil 9 bulan anak keempat mengeluh kenceng kenceng dan mengeluarkan cairan
dari kemaluan dan perut mulas sejak tanggal 18-01-2022 pukul 07.00 WIB

3. Riwayat menstruasi

19
20

HPHT : 10-04-2021
HPL : 17-01-2022
4. Riwayat obstetrik yang lalu
Komp
H likasi Bayi Nifas Anak
a U Pen Jeni Tem Persa Hidup/
Pen
m K yuli s pat linan Mati/U
olo
il ( t pers pers b ib P B/ Ke I Pe La sia
ng
ke m Keh alin alin a u BB a M ny kta
- gg ami an an y daa D u si
) l an i n lit
1 39 - spont PMB Bidan - - 3,4/50 sehat ya - 2 thn Hidup/ 15
th
2 40 - spont PMB Bidan - - 3,6/50 sehat ya - 2 thn Hidup/9th
3 39 - spont RS Bidan - - 3,1/49 sehat ya - 12blnHidup/ 19
bln
H A M I L I N I

5. Riwayat kehamilan sekarang


Kunjungan ANC : Ya/7
kali
Tempat ANC : PMB Sri Murtini

Tanda-tanda bahaya kehamilan : jarak kehamilan < 2thn

6. Riwayat persalinan sekarang


Tanda-tanda persalinan:

Kontraksi/His

a) Kontraksi sejak tanggal : 18-01-2022 Pukul : 07.00

b) Frekuensi & durasi his : 2 x 10’x 20”

c) Keluhan : Kenceng- kenceng dan mengeluarkan cairan ketuban

Pengeluaran pervaginam

20
21

a) Darah lendir : lendir campur darah


b) Air ketuban : Ada
c) Lain-lain : tidak ada

7. Riwayat kesehatan ibu sekarang dan lalu yamg dapat mempengaruhi


kehamilan danpersalinan (termasuk status HIV dan HBsAg):
 HIV : NR
 HBsAg: NR

8. Riwayat sosial ekonomi dan psikologi

Status perkawinan : Ya , Kawin : 1 kali

Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Sangat senang

Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

Tempat yang diinginkan untuk membantu persalinan : Rumah Bidan Sri Murtini

Petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan : Bidan

Tempat rujukan jika terjadi komplikasi : RS IBI Jember

Pendanaan persalinan : Pribadi

Orang yang diinginkan untuk mendampingi persalinan : Suami

Budaya yang akan dilakukan saat persalinan : Tidak ada

9. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


A. Makan dan minum terakhir
Tgl/Jam : 18-01-2022/ 08.00 WIB

Jenis &porsi : Nasi, lauk, sayur & porsi sedang

B. Istirahat terakhir
Tgl/Jam : 18-01-2022/ 04.00 WIB

Lama : 1 jam

C. Eliminasi terakhir
BAK Tgl/Jam : 17/01/2022 / 16.00 WIB
21
22

BAB Tgl/Jam : 18/01/2022/ 11.30 WIB

B. OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Suhu : 370C

Respirasi : 20 kali/menit

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a) Muka
Konjungtiva : Merah muda, Sklera: Tidak ikterik, tidak odema

b) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada

c) Payudara
Keadaan papilla mammae: Bersih, menonjol, kolostrum belum keluar

d) Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada

e) Genetalia eksterna
Pengeluaran pervaginam : lendir dan cairan ketuban

Varises : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Pembesaran kelenjar bartolini/skene : Tidak ada

Haemoroid : Tidak ada

f) Tangan dan kaki


Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada.

Palpasi

22
23

a) Payudara (kolostrum): belum Keluar


b) Abdomen
TFU : 33 cm

Leopold I : TFU 3 jari bawah PX, teraba kurang keras, tidak melenting, kurang
bulat (bokong)

Leopold II : Teraba keras seperti papan dibagian kiri perut ibu (PUKI)

Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting (Kepala)

Leopold IV : Devergen

His : 2 kali/10 menit, lama 20 detik

c) Perlimaan WHO : 0/5

Auskultasi

DJJ : 134x/menit

3. Pemeriksaan Dalam/Vaginal Toucher (VT)


Vulva/Vagina : Tidak odem, tidak ada varises, tidak ada tanda IMS/PMS, Pembukaan 0
cm, eef 0%, Ketuban -, Kep H1, molase 0, tidak ada bagian kecil yang menumbung ,
Pukul : 13.00 Oleh : Bidan Sri Murtini

4. Data Penunjang (bila diperlukan)


HB : tidak di cek

C. ANALISIS:
Diagnosa Kebidanan: Ny V G4 P3 A0 Usia kehamilan 39-40 minggu inpartu dengan
ketuban pecah dini.

PENATALAKSANAAN:
Hari/Tanggal : Selasa / 18-01-2022 Jam 13.00
Jam Penatalaksanaan Nama dan
Paraf
13. 20 1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi
ibu dan janin bahwa ketuban sudah pecah dan
belum ada pembukaan, ibu mengerti dengan
23
24

mengangguk
2. Memberitahu ibu bahwa akan dirujuk ke
puskesmas, ibu bersedia.
3. Mempersiapkan BAKSOKUDA ( Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat-Obatan, Kendaraan, Uang,
Donor darah)
4. Menganjurkan ibu untuk makan atau minum agar
memperkuat tenaga, ibu bersedia makan dan
minum
5. Memberangkatkan ibu ke puskesma Mumbulsari
dengan menggunakan kendaraan pribadi, ibu
berangkat ke puskesmas.

24
25

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini akan diuraikan tentang asuhan kebidanan yang
telah dilaksanakan secara berkesinambungan (Continuity of Care) yang
membahas ada tidaknya kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan pelaksanaan.
Pembahasan dimaksudkan agar dapat diambil kesimpulan serta solusi dari
kesenjangan teori yang ada dengan praktek, sehingga dapat digunakan sebagai
tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif dan efisien
khususnya pada pasien dengan manajemen asuhan kebidanan pada masa
persalinan. Berdasarkan hasil asuhan yang dilakukan penulis kepada Ny. “V” G4
P3 A0 Usia Kehamilan 39-40 Minggu Inpartu dengan ketuban pecah dini
didapatkan hasil sebagai berikut:

4.1 Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. V G4 P3 A0 Usia Kehamilan 39-


40 Minggu Inpartu dengan ketuban pecah dini.

Pada pengkajian data subjektif pada tanggal 18 Januari 2022

didapatkan informasi bahwa Ny. V G4 P3 A0 Usia Kehamilan 40-41 Minggu

anak keempat mengeluh perut kenceng kenceng sejak tanggal 18-01-2022

pukul 07.00 WIB dan mengeluarkan cairan dari kemaluan pukul 12.15 WIB.
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) pada tanggal 10-04-2021 dan Hari
Perkiraan Lahir (HPL) pada tanggal 17-01-2022 sehingga dapat dihitung usia
kehamilan ibu saat ini yaitu 39-40 minggu. Menurut (Cunningham 2014)
Kehamilan aterm umumnya berlangsung 37 sampai 40 minggu atau 259
sampai 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Maka dari uraian di
atas usia kehamilan ibu tergolong aterm.

Pada Pengkajian data obyektif yang dilakukan hasil observasi yang


diperoleh bahwa ketuban telah pecah dan tidak ada pembukaan. Dalam
kehamilan Ny. V G4P3A0 dengan Skor KSPR 6 yaitu jarak kehamilan lalu
dengan kehamilan sekarang < 2 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh (Budi rahayu, 2020) mengatakan bahwa jarak kehamilan yang terlalu
26

dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan yang beresiko
tinggi sewaktu melahirkan. Pada wanita yang melahirkan anak dengan jarak
yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun), akan mengalami peningkatan
resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester ke tiga, termasuk karena
alasan plasenta previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah dini,
endometriosis masa nifas serta yang terburuk yakni kematian saat melahirkan.
27
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus COC ( Continuity of care ) yang dilakukan


pada tanggal 18 Januari 2022 dengan pasien atas nama Ny “V” G4 P3 A0
Usia Kehamilan 39-40 minggu inpartu dengan ketuban pecah dini, dapat
disimpulkan bahwa Ny. V mengalami persalinan aterm/mature, sedangkan

hasil observasi pada Ny. V G4 P3 A0 inpartu mengalami ketuban pecah dini

menurut Menurut Safari (2016) jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu

kurng dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan yang beresiko tinggi sewaktu

melahirkan. Pada wanita yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat

berdekatan (dibawah dua tahun), akan mengalami peningkatan resiko

terhadap terjadinya perdarahan pada trimester ke tiga, termasuk karena alasan

plasenta previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah dini, endometriosis

masa nifas serta yang terburuk yakni kematian saat melahirkan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa untuk lebih memahami tentang teori
tentang persalinan normal sehingga dapat mudah dalam melakukan
asuhan kepada ibu bersalin normal.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat dapat menerapkan apa yang sudah
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu bersalin.
5.2.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

28
Diharapkan kepada pelayanan kesehatan dapat melakukan tindakan
pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan prosedur atau SOP sehingga
dapat memberikan KIE sesuai dengan hasil pemeriksaan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Amini, Aulia. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Persalinan Prematur Pada Ibu Bersalin Spontan Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Kota Yogyakarta Tahun 2010-2012.”
Andini, Ayu. 2020. “Angka Kematian Ibu Di Indonesia Masih Jauh Dari Target
SDGs.” Lokadata.
Bobak, Lowdermilk, Jeans. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC.
Cunningham. 2014. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: EGC.
Fauziyah, Ely Nur, Sri Dinengsih, and Risza Choirunissa. 2021. “Hubungan
Tinggi Fundus Uteri, Kadar Gula Darah, Dan Kadar Hemoglobin Ibu Dengan
Berat Badan Bayi Baru Lahir.” Jurnal Kebidanan Malahayati 7(1): 51–58.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jilid 2. Jakarta:
EGC.
Noorbaya, Siti, Herni Johan, and Dian Puspita Reni Reni. 2019. “Studi Asuhan
Kebidanan Komprehensif Di Praktik Mandiri Bidan Yang Terstandarisasi
APN.” Husada Mahakam: Jurnal Kesehatan 4(7): 431.
Nurjasmi, Dr Emi. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Cetakan Pe. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. Jilid 1. Yogyakarta: Deepublish.
Prawiroharjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo.
Rohani. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sai, Metro et al. 2019. “Pengukuran Taksiran Berat Janin Saat Bayi Baru Lahir
Pada Primipara Lebih Akurat Menggunakan Metode Dare ’ S Dan Pada
Multipara Lebih Akurat Menggunakan Metode Johnson Syahrir
Measurement of Fetal Weight Estimation at Newborns in Primipara Is More
Accurat.” 11(2): 43–49.
Sari, Kurnia. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: CV Trans.

30
Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

31
32

Anda mungkin juga menyukai