Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH MATA KULIAH

OBSTETRY DAN GYNEKOLOGI KEHAMILAN

Dosen Pengampu:
Erman Ramli, S.Pog

Disusun Oleh :
Wisma Mila Sari
Wita Wahyuni
Yeni Deswita
Yuli Silvia
Yunita Eka Putri Rangkuti

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM


SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Kehamilan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Erman Ramli, S.Pog
selaku Dosen mata kuliah Obstetry dan gynekologi telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bukittinggi, 25 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................ 2
D. Manfaat ...................................................................................... 2

BAB II Pembahasan
A. Organisasi Dan Pengorganisasian ............................................. 3
B. Unsur-Unsur Pengorganisasian ................................................. 4
C. Tujuan Pengorganisasian .......................................................... 5
D. Fungsi Pengorganisasian ........................................................... 7
E. Proses Atau Langkah-Langkah Pengorganisasian .................... 7
F. Manajemen ................................................................................ 8
G. Fungsi Manajemen .................................................................... 8
H. Langkah-Langkah Manajemen ............................................... 10

BAB III Penutup


A. Kesimpulan ............................................................................... 11
B. Saran .......................................................................................... 11

Daftar Pustaka ................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi merupakan
proses fisiologis dan berkesinambungan. Dan tidak bisa di pungkiri bahwa
masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir hingga penggunaan
kontrasepsi, wanita akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Agar
kehamilan, persalinan serta masa nifas seorang ibu berjalan normal, ibu
membutuhkan pelayanan kesehatan yang baik. Untuk peraturan pemerintahan
Nomor 61 Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi menyatakan bahwa
setiap perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mencapai
hidup sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi Angka Kematian Ibu .
Pelayanan kesehatan tersebut sangat dibutuhkan selama periode ini.
Karena pelayanan asuhan kebidanan yang bersifat berkelanjutan (continuity
of care) saat di memang sangat penting untuk ibu. Dan dengan asuhan
kebidanan tersebut tenaga kesehatan seperti bidan, dapat memantau dan
memastikan kondisi ibu dari masa kehamilan, bersalin, serta sampai masa
nifas.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sendiri masih sangat tinggi
jika di bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 jumlah AKI di
Indonesia sebanyak 305/100.000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).
Kematian Ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar
(49,5%), kematian waktu hamil (26%) pada waktu nifas (24%) (Kementrian
Kesehatan RI, 2012). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun
2015 di Indonesia sebanyak 22,23/1000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga,
2016). Kematian neonatal paling banyak asfiksia (51%), BBLR (42,9%), SC

1
(18,9%), prematur (33,3%), kelainan kongenital (2,8%) dan sepsi (12%)
(Riskerdas, 2015).
Masih banyak masalah yang terjadi pada proses kehamilan sampai
dengan keluarga berencana, penyebab tingginya AKI dan AKB di Indonesia
sendiri dikarenakan beberapa factor, salah satunya adalah tidak dilakukannya
asuhan secara berkesinambungan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi pada ibu dan bayi, komplikasi yang tidak ditangani ini
menyebabkan kematian yang berkontribusi terhadap peningkatannya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Untuk penyebab
tingginya AKI dan AKB di Indonesia pada ibu hamil sendiri adalah
komplikasi, dan yang terjadi adalah anemia dalam kehamilan, tekanan darah
tinggi/hiprtensi dalam kehamilan (preeklamsia/eklamsia), aborsi dan janin
mati dalam rahim, ketuban pecah dini serta adanya penyakit yang tidak
diketahui sehingga dapat mengangu proses kehamilan.
Dalam menyikapi tingginya AKI di Indonesia sendiri pemerintah
membentuk suatu program yaitu Safe Motherhood Initiatif yang terdiri dari 4
pilar yang diantaranya adalah Keluarga Berencana, Asuhan Antenatal,
Persalinan yang Aman atau Bersih serta Pelayanan Obstetrik Neonatal
Esensial atau Emergensi (Prawirohardjo, 2010). Upaya dapat dilakukan oleh
bidan yaitu mengacu pada program Safe Motherhood Initiatif dalam
memberikan asuhan kebidanan yang berkesinambungan mulai dari hamil,
bersalin, nifas.
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal minimal empat kali selama masa kehamilan, dengan
distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah satu kali pada
trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), dan satu kali pada Trimester
ke-dua (usia kehamilan 13-27 minggu), dan dua kali pada Trimester ke- tiga
(usia kehamilan 28 sampai melahirkan) (Ambarwati, 2011:102).
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal yang
komprehensif dan berkualitas yang di berikan kepada semua ibu hamil serta
terpadu program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilan.

2
Tujuannya adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat (Sari,
Ulfa, & Daulay, 2015).
Standart minimal asuhan kehamilan yang harus dilakukan yaitu 14T
seperti Timbang berat badan, Ukur tekanan darah, Ukur tinggi fundus uteri,
Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap, Pemberian tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan, Pemeriksaan HB, Pemeriksaan.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan (Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutip oleh Sarwono Prawirohardjo
(2009), mengatakan bahwa setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh
dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman.
Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya
merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat
dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2009 ).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika
dibandingkan dengan AKI di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara.
Seperti di banyak negara lainnya, penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi
selama kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan
oleh perdarahan menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama
kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis. Ironisnya semua penyebab utama
tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang sebenarnya

3
dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan
dikelola secara benar (Depkes RI, 2008).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu
langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25
%, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15 %), hipertensi dalam
kehamilan (12 %), partus macet (8 %),komplikasi aborsi tidak aman (13 %),
dan sebab-sebab lain (8 %).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kehamilan ?
2. Apakah kehamilan dan komplikasi kehamilan itu?
3. Apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan?
4. Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan?
5.
6.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kehamilan.
2. Untuk mengetahui kehamilan dan komplikasi kehamilan.
3. Untuk mengetahui tentang apa saja yang termasuk dalam komplikasi
kehamilan.
4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan komplikasi kehamilan.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan acuan untuk
pengembangan keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada
mahasiswa kesehatan.
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis dalam makalah ini dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat di dalam penulisan makalah ini.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan merupakan saat di mana seorang wanita mengandung
embrio dan membawanya di dalam rahi.Komplikasi merupakan penyakit
yg baru timbul kemudian sebagai tambahan pd penyakit yg sudah ada.
dari dua pengertian diatas kami mengambil kesimpulan
Berarti Komplikasi Kehamilan merupakan suatu penyakit yang timbul
dimana saat seorang wanita sedang mengandung / atau hamil.
Kehamilan adalah salah satu bagian paling indah dari kehidupan
wanita tetapi banyak kali masalah kecil dapat membuat risiko tinggi
untuk wanita hamil dan bayi to-be-lahir. Kehamilan masalah hari ini
telah menjadi hal biasa bagi hampir setiap wanita dan masalah ini
tampaknya akan menghancurkan pesona asli dari periode yang hamil
perempuan harus benar-benar menikmati. Infeksi pada tubuh, beberapa
bahan kimia, atau beberapa jenis radiasi dapat menyebabkan cacat pada
kelahiran (teratogen) untuk tubuh perempuan. Komplikasi akan muncul
setiap saat selama kehamilan atau mungkin setelah kehamilan. Bahkan
anak mungkin menderita dengan masalah ini.
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu
mendapatkan perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga
(BKKBN, 2003 ).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur.
Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum)
betul-betul penuh perjuangan ( Maulana, 2008 ).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan.

5
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari
pertama sampai terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu
individu yang tumbuh dan berkembang untuk menyesuaikan diri,dengan
adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat,
kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya
dilahirkan (Sarwono Prawirohardjo, 2000).

2. Tanda dan Gejala Kehamilan.


Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Tanda tidak pasti kehamilan.
1) Amenorea (tidak dapat haid).
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil
tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama
haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran
tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagle :
HT – 3 (bulan + 7).
2) Mual dan muntah.
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
“morning sickness”.
3) Mengidam.
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan
tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4) Pingsan.
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan
padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5) Anoreksia (tidak ada selera makan).
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan,
tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

6
6) Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
7) Miksi sering.
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,
gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin.
8) Konstipasi atau obstipasi.
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
9) Pigmentasi (perubahan warna kulit).
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang
berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada
perut bagian bawah.
10) Epulis.
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering
terjadi pada triwulan pertama.
11) Varises (pemekaran vena-vena).
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron
terjadi penampakan pembuluh darah vena.
12) Penampakan pembuluh.
Darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,
dan payudara.

7
3. Tanda kemungkinan kehamilan
a. Perut membesar.
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar
dan mulai pembesaran perut.
b. Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari
rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus
membesar dan bentuknya makin lama makin bundar.
c. Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri
mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada
triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih
lunak.
d. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada
vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh
pengaruh hormon estrogen.
e. Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran
tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal
ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga
menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
f. Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas
untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda
Braxton-Hicks tidak ditemukan.
g. Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah
tanda adanya janin di dalam uterus.

8
h. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing
pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan
diagnosa kehamilan sedini mungkin.

4. Tanda pasti kehamilan


1. Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-
bagian janin.
2. Denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec.
b. Dicatat dan didengar dengan alat doppler.
c. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.
d. Dilihat pada ultrasonografi.
3. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen

5. Perawatan ibu hamil


Perawatan adalah proses menjaga kehamilan mulai dari diketahui
adanya tanda-tanda kehamilan, masa kehamilan sampai dengan
menjelang persalinan, agar ibu dan janin terjaga keselamatannya dan
sehat (Lamadhah, 2008 : 49).
Perawatan ibu hamil berdasarkan BKKBN (2003 : 26), meliputi:
a. Merawat diri selama hamil
b. Cukup istirahat, tidur siang selama 1 jam dan 8 jam pada malam
hari. Posisi tidur yang baik bagi ibu hamil yaitu tidur dengan posisi
miring ke kanan atau ke kiri secara bergantian.
c. Makan makanan yang mengandung gizi seimbang
d. Senam hamil yang bermanfaat untuk kelancaran proses persalinan.
e. Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa
namun perlu berhati-hati pada kehamilan 1-3 bulan dan pada bulan-
bulan terakhir kehamilan.

9
f. Ibu hamil hendaknya menggunakan pakaian yang longgar dan
memakai kutang/ BH yang sesuai dengan ukuran payudara.

6. Program antenatal care atau pemeriksaan kehamilan


a. Pengertian
Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut
antenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum
melahirkan atau dalam masa kehamilan. Pemeliharaan kehamilan
merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan
terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan ini
diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembang
dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup
bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan
menjadi masalah (Saifuddin, 2001).
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit
empat kali selama kehamilan yaitu : satu kali pada trimester pertama,
satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada trimester tiga.
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid (Saifuddin, 2001).
b. Tujuan antenatal.
Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care bertujuan untuk :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.

10
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
penberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Langkah-langkah asuhan antenatal care.
Dalam rangka program pelayanan selama hamil dalam
penilaian untuk menentukan prioritas digunakan empat indikator,
yaitu cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1), cakupan kunjungan
ibu hamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi TT2 dan cakupan
pemberian Fe 90 tablet pada ibu selama hamil (Manuaba,1999).
Menurut Saifuddin (2002), agar ibu mendapatkan semua
informasi yang diperlukan, maka petugas kesehatan akan
memberikan asuhan antenatal yang baik dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Sapa ibu juga keluarga dan membuatnya merasa nyaman.
2) Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan
teliti apa yang diceritakan oleh ibu.
3) Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya saja.
4) Melakukan pemeriksaan laboratorium.
5) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
untuk menilai apakah kehamilannya normal (tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg, edema hanya pada ekstremitas, tinggi
fundus dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai
dengan usia kehamilan, denyut jantung janin 120-160 denyut per
menit, gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu hingga
melahirkan).
6) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran
dan kemungkinan keadaan darurat:

11
a. Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat
untuk mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk
mengidentifikasi penolong dan tempat bersalin, serta
perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya
persalinan.
b. Bekerja sama dengan dengan ibu, keluarganya dan
masyarakat untuk mempersiapkan rencana jika terjadi
komplikasi, termasuk mengidentifikasi kemana harus pergi
dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut,
mempersiapkan donor darah, mengadakan persiapan
finansial dan mengidentifikasi pembuat keputusan kedua
jika pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat.
7) Memberikan konseling : gizi yaitu peningkatan konsumsi
makanan hingga 300 kalori perhari dan mengkonsumsi makanan
seimbang, latihan yang tidak berlebihan dan beristirahat jika
lelah, perubahan fisiologis yang terjadi dan cara mengatasinya,
menasehati agar mencari pertolongan segera bila mengalami
tanda-tanda bahaya.
8) Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan
aman dirumah.
9) Menjaga kebersihan diri.
10) Memberikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20.
11) imunisasi TT 0,5 cc jika sebelumnya sudah mendapatkan.
12) Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
13) Mendokumentasikan kunjungan tersebut.

B. Komplikasi Kehamilan
1. Pengertian
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang
dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).

12
2. Macam-macam komplikasi kehamilan
Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANC sesuai
aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang terbagi
menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
a. Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
1) Perdarahan
2) Pre-eklampsia/eklampsia
3) Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)
4) Hidramnion
5) Ketuban Pecah Dini.
b. Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :
1) Penyakit Jantung
2) Tuberculosis
3) Anemia
4) Malaria
c. Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik komplikasi
akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Dewi, 2009).

3. Perdarahan
a. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu
(Mochtar, 1998). Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari
fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut tidak mampu melakukan tindakan yang diperlukan, maka
umumnya kematian maternal akan terjadi (Rochjati, 2003).
Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan
dalam dua kelompok utama yaitu perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi

13
sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan
aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat
disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma,
atau penyakit saluran kelamin bagian bawah (Depkes RI, 2000).
b. Klasifikasi perdarahan
1) Plasenta previa
a) Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir.
b) Gejala dan tanda.
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau
pada kehamilan lanjut, sifat perdarahannya tanpa sebab,
tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan
terjadi pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
c) Penanganan
Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester
ketiga yang lebih dari show(perdarahan inisial), harus
dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun,
baik rektal maupun vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih
hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau
tafsiran berat janin dibawah 2500 gram, maka kehamilan dapat
dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dan dilakukan
observasi dengan teliti.
2) Solusio plasenta
a) Pengertian
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.

14
b) Gejala dan tanda
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang,
gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba,
auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan
sedang, dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
c) Penanganan
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada
kehamilan prematur dilakukan perawatan inap dan pada
plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan
di rumah sakit (Saifuddin, 2002 : 92).
4. Preeklampsia / eklamsia
a) Pengertian
Pre eklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkan
oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-
tanda oedem (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan
muka, tekanan darah tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur
pada pemeriksaan urine dari laboratorium. Kematiankarena
eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-
eklampsia berat (Dewi, 2009).
b) Klasifikasi
1) Pre eklamsia
(a) Pengertian
Pre eklamsia adalah suatu keadaan dengan timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah lahir.
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan
janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan
ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu antepartum,
intrapartum, dan pasca persalinan (Prawirohardjo, 1999).

15
(b) Gejala dan tanda
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala
hebat, kenaikan tekanan darah secara mendadak sampai
140/90 mmHg atau lebih, proteinuria sebanyak 0,3 gram/liter
dalam air kencing 24 jam.
(c) Penanganan umum
Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi
protein, suplemen kalsium, magnesium, obat anti hipertensi
dan dirawat di rumah sakit bila ada kecenderungan menjadi
eklamsia.
2) Eklamsia
(a) Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil,
dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan
timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik)
dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala pre eklampsia.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari “pre eklamsia
berat” ditambah dengan kejang atau koma yang dapat
berlangsung mendadak.
(b) Gejala dan tanda
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia
berat (hipertensi, oedem, dan protein urine) dan kejang atau
koma, kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.
(c) Penanganan
Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari
kejang yang dapat menimbulkan penyulit yang lebih berat.
(Prawirohardjo, 2008 : 212).

16
2.5 KELAINAN LETAK (LETAK LINTANG DAN LETAK SUNGSANG)
2.5.1 Letak Lintang
2.5.1.1 Pengertian
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus
dengan sumbu memanjang tubuh ibu.
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul (Hariadi, 1999).
2.5.1.2 Penyebab
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai
faktor. Faktor – faktor tersebut adalah :
1) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta
previa, dan tumor – tumor pelvis.
2) Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
3) Gemelli (kehamilan ganda).
4) Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum.
5) Lumbar skoliosis.
6) Pelvic, kandung kemih, dan rektum yang penuh (Mochtar, 1998).
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek (Hariadi, 1999).
2.5.1.3 Penanganan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi
lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan
posisi lutut dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada,
jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada
sampai persalinan (Dasuki, 2000).
2.5.2 Letak Sungsang
2.5.2.1 Pengertian

17
Letak sungsang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada
kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), dengan kepala di atas dan bokong atau kaki di
bawah. Bayi letak sungsang lebih sukar lahir, karena kepala lahir terakhir
(Rochjati, 2003).
2.5.2.2 Penyebab
Menurut Manuaba (1998), penyebab letak sungsang dapat berasal dari pihak
ibu (keadaan rahim, keadaan plasenta, keadaan jalan lahir) dan dari janin (tali
pusat pendek, hidrosefalus, kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas) (Dewi,
2009).
2.5.2.3 Penanganan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi
lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan
posisi lutut dada sampai persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada,
jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada
sampai persalinan (Dasuki, 2000).
2.6 HIDRAMNION
2.6.1 Pengertian
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini
mulai tampak pada trimester III, dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sangat
cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air ketuban ½ sampai 1 liter. Karena rahim
sangat besar akan menekan pada organ tubuh sekitarnya, yang menyebabkan
keluhan -keluhan sebagai berikut :
2.6.1.1 Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong ke atas.
2.6.1.2 Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban ?2 liter.
2.6.1.3 Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai.
2.6.2 Penyebab
2.6.2.1 Produksi air ketuban bertambah
Yang diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban
dapat bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion. Misalnya air
kencing anak atau cairan otak pada anenchepalus.

18
2.6.2.2 Pengeluaran air ketuban terganggu
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah
satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke
plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau
anak tidak menelan seperti pada atresia aesophagei, anenchepalus atau tumor-
tumor plasenta.
2.6.2.3 Terdapat gangguan/sumbatan pada saluran cerna janin
Misalnya bagian kerongkongan yang tidak berlubang atau usus 12 jari yang
tersumbat. Sehingga memberikan dampak cairan ketuban lebih banyak dari
sebenarnya. Dalam keadaan normal, bayi dalam kandungan selain akan meminum
juga akan membuang air kecil dan buang air besar.
2.6.2.4 Adanya infeksi
Infeksi bisa menyebabkan produksi air ketuban lebih sedikit atau lebih
banyak.
2.6.3 Gejala dan tanda
2.6.3.1 Sesak nafas.
2.6.3.2 Oedem labia, vulva dan dinding perut.
2.6.3.3 Regangan dinding rahim menimbulkan nyeri.
Gejala ini menonjol jika terjadi hidramion akut.
2.6.3.4 Sulit melakukan palpasi.
2.6.3.5 Bunyi jantung sering tidak terdengar.
2.6.3.6 Perut terasa kembung dan lebih kencang.
2.6.3.7 Kulit perut tampak mengkilap.
2.6.3.8 Terkadang perut terasa sakit ketika berjalan.
2.6.4 Klasifikasi
2.6.4.1 Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan
dalam beberapa minggu atau bulan dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut.
2.6.4.2 Hidramnion akut

19
Terjadi pertambahan air ketuban secara tiba-tiba dan secara dalam waktu
beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan bulan ke 5 dan ke 6 (Mochtar,
1998).
2.6.5 Penanganan
2.6.5.1 Jika gejala hidramnion tergolong ringan, anjurkan klien berpantang garam
dan dilakukan observasi dan memonitor jumlah air ketuban.
2.6.5.2 Jika jumlah air ketuban bertambah banyak, maka diberikan obat untuk mengurangi
sesak dan sakit. Dan jika diperlukan maka akan memasukkan jarum ke dalam
kantong air ketuban untuk mengeluarkan sebagian cairan tersebut.
2.7 KETUBAN PECAH DINI
2.7.1 Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggi 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak
pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah
dini” (Manuaba, 1998 : 229).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
2.7.2 Penyebab
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
2.7.2.1 Serviks inkompeten.
2.7.2.2 Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.
2.7.2.3 Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
2.7.2.4 Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, sefalopelvik disproforsi.
2.7.2.5 Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
2.7.2.6 Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :

20
2.7.2.1 Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2.7.2.2 Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2.7.3 Penanganan
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut :
2.7.3.1 Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2.7.3.2 Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
2.7.3.3 Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru
janin dapat terjamin.
2.7.3.4 Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan
kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
2.7.3.5 Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan
dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
2.7.3.6 Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distantia
biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan
kematangan paru.
2.7.3.7 Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24
jam, bila tidak terjadi his spontan (Manuaba, 1998 : 232).
2.8 PENYAKIT JANTUNG
2.8.1 Pengertian
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan janin dengan berat badan lahir rendah, prematuritas,
kematian janin dalam rahim dan juga dapat terjadi abortus.

21
Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung
dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehingga terjadi keadaan payah
jantung. Puncak-puncak keadaan payah jantung itu akan dijumpai pada waktu :
2.8.1.1 Puncak hemodilusi darah pada minggu 28 sampai 32.
2.8.1.2 Pada saat inpartu.
2.8.1.3 Pada saat plasenta lahir, darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah
besar untuk membentuk ASI.
2.8.1.4 Saat laktasi karena kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI.
2.8.1.5 Terjadinya perdarahan postpartum, sehingga diperlukan kekuatan ekstra jantung
untuk dapat melakukan kompensasi.
2.8.1.6 Mudah terjadi infeksi postpartum, yang memerlukan kerja tambahan jantung
(Manuaba, 1998 : 272).
2.8.2 Tanda dan gejala
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain sesak napas, jantung
berdebar, dada terasa berat (kadang-kadang nyeri), nadi cepat, kaki bengkak.
Keluhan-keluhan tersebut timbul di waktu kerja berat. Sedangkan pada payah
jantung yang berat dirasa pada saat kerja ringan atau
sedang beristirahat/berbaring. Pada saat kehamilan, penyakit jantung ini
akanmenjadi lebih berat (Dewi, 2009).
2.8.3 Penanganan
Bila bidan mencurigai terjadi penyakit jantung dalam kehamilan sebaiknya
melakukan rujukan atau konsultasi kepada dokter. Pertolongan persalinan hamil
disertai penyakit jantung sebaiknya menggunakan kontap. Pemakaian metode
lainnya selalu memberikan gangguan terhadap kerja jantung (Manuaba, 1998 :
273).
2.9 TUBERCULOSIS
2.9.1 Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi
mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru,
sehingga dapat menyebabkan perubahan pada sistem pernafasan(Mansjoer, 2001 :
287).

22
2.9.2 Gejala dan tanda
Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain batuk lama tak
sembuh-sembuh, tidak suka makan, badan lemah dan semakin kurus, batuk darah.
Penyakit ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap janin dan tidak
memberikan penularan selama kehamilannya. Janin baru akan tertular setelah
dilahirkan. Bila tuberkulosa/TBC sudah berat dapat menurunkan kondisi tubuh
ibu hamil, tenaga dan termasuk ASI ikut berkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk
tidak memberi ASI kepada bayinya secara langsung (Dewi, 2009).
2.9.3 Penanganan
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat
di rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk
menjamin istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan
teratur (Mansjoer, 2001 : 287).
2.10 ANEMIA
2.10.1 Pengertian
Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada
saat proses persalinan (BKKBN, 2003 : 24). Kondisi ibu hamil dengan
kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr % pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr %
pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun
janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan
(Prawirohardjo, 2008 : 281).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 sampai 15 gr %.
Angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat
pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hemoglobin harus
menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal, yaitu dilakukan
setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada
triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan terakhir.
2.10.2 Gejala dan tanda
Gejala dan tanda anemia antara lain adalah pusing, rasa lemah, kulit pucat,
mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia

23
defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS
Bidan, 2008/2009).
Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah lemas badan, lesu, lekas lelah, mata
berkunang-kunang, jantung berdebar. Pengaruh anemia terhadap kehamilan antara
lain dapat menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah sakit,
menghambat pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah
dan persalinan prematur (Dewi, 2009).
2.10.3 Penanganan umum
Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan
suplemen besi sebanyak 60 mg/hari sekiranya cukup mencegah anemia (Maulana,
2008, : 187).
2.11 MALARIA
2.11.1 Pengertian
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat
mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan keguguran.
2.11.2 Gejala dan tanda
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain panas tinggi, menggigil
sampai keluar keringat (demam), sakit kepala, muntah-muntah, hipogilkemia,
edema paru akut.
Bila penyebab malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia,
maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya yang
mungkin terjadi antara lain abortus/keguguran, kematian janin dalam
kandungan, dan persalinan prematur (Dewi, 2009).
2.11.3 Penanganan
Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300
mg/minggu.
2.12 DIABETES MELLITUS
2.12.1 Pengertian
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin
dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin

24
secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang
berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan
sebagai bahan bakar tubuh.
2.12.2 Gejala dan tanda
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila :
1) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar dengan berat badan
lahir bayi lebih dari 4 000 gram.
2) Pernah mengalami kematian bayi dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu
terakhir.
3) Ditemukan glukosa dalam air seni (pemeriksaan laboratorium), yang disebut
glikosuria.
Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat
bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya
seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan
sakit kuning.
Pengaruh diabetes mellitus terhadap kehamilan tergantung pada berat
ringannya penyakit, pengobatan dan perawatannya. Pengobatan diabetes mellitus
menjadi lebih sulit karena pengaruh kehamilan. Kehamilan akan memperberat
diabetes mellitus dan memperbesar kemungkinan timbulnya komplikasi seperti
koma (Dewi, 2009).
2.12.3 Penanganan
Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus
memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan
sesuai kondisi penyakit pada penderita penyakit ini (Prawirohardjo, 2008 : 290).
2.13 Nasihat- nasihat untuk Ibu Hamil
2.13.1 Diet dan Pengawasan Berat Badan
Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan
dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk
pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
anemia, abortus, perdarahan pasca persalinan dan sebagainya. Sedangkan
makanan berlebihan karena dianggap untuk 2 orang (ibu dan janin), dapat

25
mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar dan
sebagainya (Mochtar, 19998). Anjurkan wanita tersebut makan secukupnya saja.
Bahan makanan tidak perlu mahal, akan tetapi cukup mengandung protein baik
hewani maupun nabati. Seperti diketahui, kebutuhan akan gizi selama kehamilan
meningkat. Adapun kebutuhan ini dipergunakan untuk pertumbuhan plasenta,
pertambahan volume darah, mammae yang membesar, dan metabolisme basal
yang meningkat. Sebagai pengawasan akan kecukupan gizi ini dapat dipakai
kenaikan berat badan wanita hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanita hamil
rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg (Wiknjosastro, 2002).
2.13.2 Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun tidak
hamil dan baik merokok secara pasif maupun aktif. Adalah kenyataan bahwa
wanita-wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil,
atau mudah mengalami abortus dan partus prematurus. Maka dari itu, sebaiknya
wanita hamil dilarang merokok (Wiknjosastro, 2002).
2.13.3 Obat-obatan
Jangan memberikan obat yang tidak perlu benar, terutama pada triwulan I dan
II kehamilan. Ada obat yang teratogenik sehingga dapat menimbulkan kelainan
teratogenik pada janin, misalnya thalidomide, yang sekarang telah ditarik dari
peredaran (Wiknjosastro, 2002).
2.13.4 Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan harus selalu dijaga pada masa kehamilan. Mandi diperlukan untuk
kebersihan/ hygiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat
bertambah. Dianjurkan menggunakan sabun yang lembut/ ringan. Mandi
berendam tidak dianjurkan (Mochtar, 1998). Baju hendaknya yang longgar dan
mudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit yang tinggi sebaiknya
jangan dipakai, oleh karena tempat titik berat wanita hamil berubah, sehingga
mudah tergelincir atau jatuh (Wiknjosastro, 2002).
2.13.5 Koitus
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang,
sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta

26
telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya
koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada
akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk ke dalam rongga panggul, koitus
sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan
(Wiknjosastro, 2002).
2.13.6 Perawatan Gigi
Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami enek dan muntah (morning
sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan dengan
baik, sehingga timbul karies, gingivitis, dan sebagainya. Bila kerusakan gigi ini
tidak diperhatikan dengan baik, hal itu dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
nefritis, septicemia sepsis peurperalis, oleh karena infeksi di rongga mulut,
misalnya pulpitis yang telah menahun, dapat menjadi sarang infeksi yang dapat
menyebar kemana-mana. Maka dari itu bila keadaan mengijinkan, tiap wanita
hamil harus memeriksakan giginya secara teratur sewaktu hamil (Wiknjosastro,
2002).
2.13.7 Imunisasi
Tiap wanita hamil yang akan berpergian ke luar negeri dan di dalam negeri
dibolehkan mengambil vaksinasi ulangan terhadap cacar, kolera, dan tifus. Dahulu
di Indonesia pencacaran merupakan suatu keharusan, maka untuk wanita hamil
pencacaran merupakan pencacaran ulang dan tidak membahayakan. Tapi bila ada
wabah, maka pencacaran walaupun untuk pertama kali tetap dilakukan untuk
melindungi ibu dan janin. Virus vaksin dapat melintasi plasenta dan dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada macam-macam alat dan plasenta.
Biasanya infeksi transplasenta hanya terjadi pada wanita hamil yang baru pertama
sekali dicacar. Maka dari itu, dianjurkan agar pencacaran pertama sebaiknya
dilakukan sebelum tua kehamilan melewati 20 minggu. Untuk melindungi janin
yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatonum dewasa ini dianjurkan untuk
diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil (Wiknjosastro, 2002).
2.13.8 Perawatan Payudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama
bagi bayi, karena itu, jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang yang dipakai

27
harus sesuai besar payudara, yang sifatnya adalah menyokong payudara dari
bawah, bukan menekan dari depan. Dua bulan sekali dilakukan massage,
kolostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. Untuk mencegah putting
susu kering dan mudah pecah, maka putting susu dan areola payudara dirawat
baik-baik dengan dibersihkan menggunakan air sabun dan biocream atau alcohol.
Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik
keluar (Mochtar, 1998).

28
BAB III
PENUTUP

ii. Kesimpulan

iii. Saran

DAFTAR PUSTAKA

https://diankelomi.wordpress.com/2013/03/19/makalah-obstetri-komplikasi-
kehamilan/

http://intanmidwife.blogspot.com/2014/06/makalah-komplikasi-kehamilan-dan.html

29
30

Anda mungkin juga menyukai