(Guna memenuhi tugas kelompok Mata Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL)
Dosen Pengampu :
Ida Farida Handayani, M.Keb
Penyusun :
P17324422020 Dwitami Anari
P17324422034 Khoerunisa
P17324422036 Lia Rahmawati
Kelas :
Tingkat 2A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala I” meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ida Farida Handayani,
M.Keb selaku Dosen Pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL
yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………...………….…………………………………………...…2
Daftar Isi…………………….………………..………..………………………...…...….3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan…………..…..…………………………………………....………..……..4
BAB II PEMBAHASAN
1. Mengidentifikasi Masalah
2. Mengkaji Riwayat Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Janin
5. Menilai Data dan Membuat Diagnosa
6. Menilai Kemajuan Persalinan
7. Membuat Rencana Asuhan
8. Pemantauan Kemajuan Persalinan
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………....…12
3.2 Saran………………………………………………..………………...…………….12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Untuk mengetahui ada tidaknya pendarahan yang menyertai proses
kemajuan persalinan.
g. Nutrisi
Waktu terakhir kalinya ibu makan dapat digunakan untuk mengkaji
cadangan energi serta status cairan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan penilaian kondisi kesehatan ibu dengan
bayinya serta meningkatkan tingkat kenyaman fisik ibu dan bayinya serta
meningkatkan kenyamanan fisik ibu bersalin untuk membuat keputusan
klinik.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik
1) Cuci tangan
2) Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tentramkan hati ibu dan Bantu ibu
agar merasa nyaman. Jika ibu tegang dan gelisah anjurkan untuk
menarik nafas perlahan dan dalam
3) Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu periksa
jumlah urin, protein, dan aseton dalam urine)
4) Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat
kegelisahan atau nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan
kecukupan air tubuh, reflex
5) Nilai tanda-tanda vital ibu (tensi, suhu, nadi, pernafasan), supaya
pemeriksaan tensi dan nadi benar-benar akurat lakukan pemeriksaan
diantara 2 kontraksi
6
Pastikan tidak terjadi kontraksi, ukur TFU dengan menggunakan pita
meter mulai dari tepi atas simpisis pubis rentangkan hingga ke
puncak fundus uteri mengikuti aksi atau linea medialis abdomen. Pita
pengukur harus menempel abdomen. Jarak antara tepi atas simpisis
pubis dan puncak uteri disebut tinggi fundus.
b. Pemeriksaan kontraksi uterus
Gunakan jarum detik, letakkan tangan di atas uterus dan rasakan
jumlah kontraksi dalam 10 menit, tentukan durasi dan lama setiap
kontraksi berlangsung. Diantara 2 kontraksi dinding uerus melunak
kembali dan mengalami relaksasi.
c. Pemeriksaan denyut jantung janin
Nilai DJJ selama dan setelah kontraksi berlangsung, mulailah
penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ
selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik
setelah kontraksi berakhir.DJJ melambat sewaktu kontraksi, dan
segera kembali normal setelah relaksasi. DJJ lambat (<100 /menit),
saat tidak ada his menunjukkan adanya gawat janin. DJJ cepat
(>180/menit yang disertai takikardi ibu, bisakarena ibu demam, efek
obat, hipertens) jika denyut nadi ibu normal DJJ yang cepat
sebaiknya dianggap sebagai gawat janin.
d. Menentukan presentasi
Cara menentukan presentasi kepala / bokong
a) Berdiri disamping ibu menghadap ke kepalanya, pastikan lutut
ibu ditekuk
b) Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian
bawah abdomen ibu, tetap di atas simpisis pubis
c) Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga
panggul, bagian tersebut masih bisa digerakkan, jika sudah
masuk tidak dapat digerakkan
d) Pertimbangkan bentuk, kepadatan, dan ukuran bagian
tersebut.Jika bulat, keras, mudah digerakkan mungkin presentasi
7
kepala. Jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras dan sulit
digerakkan mungkin bokong.
4. Pemeriksaan Janin
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu
hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas,
menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Pemeriksaan kehamilan dilakukan
minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan
pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2 kali
pemeriksaan pada trimester ketiga. Apa Tujuan ANC (Antenatal Care)?
- Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan
kesehatan pada ibu serta tumbuh kembang janin yang ada di
dalamnya.
- Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin saja
terjadi saat kehamilan sejak dini, termasuk adanya riwayat
penyakitdan tindak pembedahan.
- Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan bayi.
- Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat melahirkan
bayi dengan selamat serta meminimalkan trauma yang
dimungkinkan terjadi pada masa persalinan.
- Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada ibu.
- Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk menerima
kelahiran anak agar mengalami tumbuh kembang dengan normal.
- Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik serta
dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
8
berbahaya. Untuk memastikan kondisi ini, ibu hamil disarankan untuk
menjalani berbagai jenis pemeriksaan penunjang, di antaranya:
1) USG Kehamilan
USG kehamilan sebenarnya adalah jenis pemeriksaan yang
disarankan untuk rutin dilakukan selama hamil. Pemeriksaan ini
nyatanya bisa membantu melihat pertumbuhan janin serta
mendeteksi kemungkinan terjadinya kelainan.
2) USG Doppler
Mendeteksi kemungkinan gawat janin juga bisa dilakukan dengan
pemeriksaan USG Doppler. Jenis USG ini bisa membantu
mengetahui ada atau tidak gangguan di aliran darah dan jantung
janin.
3) Cardiotocography
Cardiotocography (CTG) dilakukan untuk melihat detak jantung
janin secara berkelanjutan. Pemeriksaan ini juga bisa memantau
detak jantung janin terhadap pergerakan janin dan kontraksi rahim.
4) Kadar Air Ketuban
Pemeriksaan air ketuban juga bisa dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya gangguan. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui volume air ketuban dan melihat kemungkinan
ditemukan mekonium atau tinja janin pada air ketuban.
5) Pemeriksaan pH
Gawat janin yang terjadi karena kekurangan asupan oksigen bisa
menyebabkan pH darah janin menjadi lebih asam. Maka dari itu,
dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pengambilan sampel darah bayi untuk memeriksa pH.
Pemeriksaan penunjang tersebut disarankan untuk dilakukan jika
ibu merasa mengalami tanda atau gejala gawat janin. Biasanya, gejala
kondisi ini bisa diketahui melalui beberapa perubahan yang dialami
sebelum atau saat proses persalinan. Gawat janin bisa dikenali dengan
mengamati beberapa gejala, seperti gerakan janin yang berkurang secara
drastis. Ibu hamil sebaiknya tidak mengabaikan hal ini. Sebenarnya,
9
pergerakan janin memang dapat berkurang menjelang persalinan. Hal itu
disebabkan ruang gerak di dalam rahim berkurang. Namun, normalnya
pergerakan janin tetap dapat terasa dan memiliki pola yang sama. Nah,
jika ibu merasa pergerakan janin berkurang secara drastis, sebaiknya
segera lakukan pemeriksaan ke dokter kandungan.
10
(meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada
tanda gejala kala 2). Selain effacement dan dilatasi cerviks, kemajuan
persalinan dapat dinilai dari penurunan, fleksi, dan rotasi kepala janin.
Penurunan kepala dapat diketahui dengan pemeriksaan abdomen
(palpasi) dan atau pemeriksaan dalam.
1) Pemeriksaan denyut jantung janin dan penurunan janin
Pemantauan Kesejahteraan Janin Kondisi janin selama persalinan
dapat dikaji dengan mendapatkan informasi mengenai frekuensi dan
pola denyut jantung janin, pH darah janin dan cairan amniotik. Dalam
bahasan ini, hanya akan dibahas mengenai denyut jantung
janin.bPemantauan intermiten dilakukan pada keadaan jantung janin
diauskultasi dengan interval tertentu menggunakan stetoskop janin
monoaural (pinard) atau alat dopler
2) Pemeriksaan kemajuan persalinan melalui pemeriksaan serviks,
ketuban, penurunan dan tanda gejala adanya komplikasi pada ibu dan
janin
Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam) bertujuan untuk
mengetahui kemajuan persalinan yeng meliputi: effacement dan
dilatasi serviks, serta penurunan, fleksi dan rotasi kepala janin. Sesual
evidence baced practice, tidak ada rekomendasi tentang waktu dan
frekuensi dilakukannya pemeriksaan dalam selama persalinan.
Namun, intervensi ini dapat menimbulkan distres pada ibu, sehingga
pemeriksaan dalam dilakukan berdasarkan indikasi (his, tanda gejala
Kala 2, dan pecah ketuban) dan/atau dilakukan setiap 4 jam sekali.
Semua hasil pemeriksaan hearus dicatat dengan baik.
3) Pembukaan Serviks
Nilai dan catat pembukaan seviks setiap 4 jam atau lebih sering
dilakukan jika terdapat tanda-tanda penyulit. Saat ibu bersalin berada
dalam fase aktif kala I persalinan, dan mencatat setiap temuan dari
setiap hasil pemeriksaan
4) Penurunan Bagian yang Terbawah/Presentasi Janin
11
Dengan palpasi abdomen nilai dan catat pemeriksaan penurunan
kepala janin dengan perlimaan jari tangan setiap jam atau lebih
sering, jika ada tanda-tanda penyulit, catat hasil pemeriksaan pe-
nurunan kepala janin tersebut. Hasil ini tidak akan menunjukkan
apapun bagian terbawah janin / presentasi telah memasuki rongga
panggul. Pada persalinan normal pertunjukkan pembukaan toko
selalu mengikuti dengan turunnya bagian terbawah janin),Dengan
menggunakan lima jari, palpasi-lah bagian kepala janin (presentasi
janin), bayi yang masih teraba di atas simfisis pubis, dengan hasil
sebagai berikut: Hasil rabaan 5/5 adalah bagian terbawah janin
seluruhnya teraba di atas simfisis pubis. Hasil rabaan 4/5 adalah
sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul. Hasil rabaan 3/5 adalah sebagian (2/5) bagian terbawah
janin telah memasuki pintu atas panggul. Hasil rabaan 2/5 yaitu
sebagian dari bagian terbawah janin masih di atas simfisis pu- bis dan
3/5 bagian telah masuk kerongga panggul (sudah tidak dapat
digerakkan).Garis waspada dimulal pada pembukaan serviks 4cm dan
berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi
jika laju pembukaan 1 cm / jam, Pencatatan selama fase aktif kala |
persalinan harus dimulai digaris waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan hubungan
kurang dari 1 cm per jam, maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit (misalnya fase aktif kalai 1 persalinan yang memanjang,
pada serviks yang kaku atau inversia uteri hipotonik)
5) Jam dan Waktu Mulainya Fase Aktif Kala I Persalinan
Waktu Mulainya Fase Aktif Kala I Persalinan; di bagian bawah
partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak
yang diberi angka 1-2. setiap kotak- nyatakan Waktu Aktual Saat
Pemeriksaan atau Penilaian; mulainya fase aktif kala I persalinan,
tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak pernyataan 1 jam penuh dan berkaitan
dengan 1 jam sejak dimulainya fase aktif kala I persalinan
12
6) Kontraksi Uterus
Frekuensi Kantraksi Uterus dalam Waktu 10 Menit; di bawah
lajur waktu, terdapat 5 kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit di
sebelah luar kolom paling kiri, Setiap kotak pernyataan 1 kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi selama 10 menit dan
kontraksi dalam satuan detik .
13
lahir, manajemen aktif kala III, pengawasan postpartum yang dilakukan
selama 2 jam postpartum untuk memantau perdarahan, TTV, kontraksi,
TFU, dan kandung kemih.
Evaluasi setelah asuhan persalinan pada Ny.A diberikan,
didapatkan hasil bayi lahir pada pukul 14.59 WIB dengan kondisi ibu
(KU;Baik,TD:120/90Mmhg,Nadi;86x/menit,suhu:36,8ºc), bayi
menangis kuat,kemerahan,tonus oto bergerak aktif dengan BB: 3500gr
dan PB:49cm, TFU setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, kontraksi
baik, konsistensi keras, kandung kemih kosong, tidak ada robekan
perineum, lochea rubra, perdarahan kala IV : ±100cc
Simpulan yang diperoleh dari asuhan kebidanan persalinan yang
dilakukan terhadap Ny. A dengan kasus persalinan normal yaitu
persalinan secara spontan, selama proses persalinan, kala 1,2,3,4 normal,
ibu maupun bayi dalam keadaan baik dan sehat. Saran yang diberikan
penulis bagi lahan agar dapat tetap memperhatikan dan
mengupayakankelangsungan hidupdan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayi,melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal, bagi institusi
agar dapat menambah bahan bacaan dan sumber referensi.
8. Pemantauan Kemajuan Persalinan,Kesejahteraan Ibu dan Janin
dengan Menggunakan Patograf
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam;
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, sehingga
dapat melakukan deteksi secara dini terhadap setiap kemungkinan
terjadinya partus lama. Dengan metode yang baik dapat diketahui lebih
awal adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah persalinan
lama, sehingga dapat menurunkan resiko perdarahan pospartum dan
sepsis, mencegah persalinan macet, pecah rahim, dan infeksi bayi baru
lahir.
14
Partograf digunakan untuk memonitor kemajuan atau
penyimpangan yang mungkin timbul selama proses persalinan, setiap
memimpin persalinan bidan diwajibkan menggunakan partograf
(Depkes, 1996). Jika digunakan dengan tepat partograf dapat membantu
penolong persalinan untuk: a) mencatat kemajuan persalinan; b)
mencatat kondisi ibu dan janin Penurunan bagian terendah; c) mencatat
asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran; d)
menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi
adanya penyulit; e) menggunakan informasi yang ada untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (Depkes, 2004).
Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf
antara lain meliputi:
a. Informasi tentang ibu: Bidan mencatat nama pasien, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, nomer register pasien, tanggal dan waktu
kedatangan dalam jam mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.
Selain itu juga mencatat waktu terjadinya pecah ketuban, pada bagian
atas partograf secara teliti.
b. Kesehatan dan kenyamanan janin : Bidan mencatat pada kolom,
lajur dan skala angka pada partograf antara untuk pencatatan:
Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik
Iainnya dengan garis tidak terputus;
Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di
bawah lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang seperti berikut: (a) U
jika ketuban utuh atau belum pecah; (b) J jika ketuban sudah pecah dan
air ketuban jernih; (c) M jika ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium; (d) D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban
15
bercampur darah; (e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air
ketuban atau “kering”;
Molase atau penyusupan tulang kepala janin, menggunakan lambang-
lambang berikut ini: (a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat dipalpasi; (b) 1 jika tulang-tulang kepala janin
hanya saling bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling
tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-tulang
kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. Hasil
pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
c. Kemajuan persalinan, kolom dan lajur kedua pada partograf adalah
untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi
kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Setiap angka/kotak
menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan
kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan seberapa jauh penurunan
kepala janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30
menit. Sedangkan kemajuan persalinan meliputi:
Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks
dilakukan setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan dengan simbol “X”.
Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus;
Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin,
setiap kali melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih
sering jika ada tanda-tanda penyulit. Kata-kata “turunnya kepala” dan
garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks. Berikan tanda “•” pada garis waktu yang sesuai.
Hubungkan tanda “•” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus;
16
Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada
pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan
lengkap, diharapkan terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
d. Pencatatan jam dan waktu meliputi:
17
kolaborasi dokter), catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan
atau cairan IV.
Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri bagian
partograf berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat
nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan atau lebih sering
jika dicurigai adanya penyulit menggunakan simbol titik (•). Pencatatan
tekanan darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
atau lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit menggunakan
simbol (~). Pencatatan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih
sering jika suhu tubuh meningkat ataupun dianggap adanya infeksi
dalam kotak yang sesuai.
Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin
ibu sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih. Jika
memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya
aseton atau protein dalam urin.
g. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya, dengan mencatat
semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar
kolom partograf, atau membuat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup: 1)
jumlah cairan per oral yang diberikan; 2) keluhan sakit kepala atau
pengelihatan kabur; konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
(Obstetri ginekologi, bidan, dokter umum); 4) persiapan sebelum
melakukan rujukan; 5) upaya rujukan. Formulir partograf yang
digunakan untuk pemantauan persalinan di Kabupaten Purworejo adalah
partograf WHO yang sudah disederhanakan
antara lain :
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
18
WHO. 1994. Partograf in Management of Labour. The Lancet,
00995355, vol.343 Issue 8910.
WHO. 2000. Managing Complications in Pregnancy and Chidbirth: A
guide for midwives and doctor. WHO: http://www.who.int .
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Persalinan normal merupakan proses dimana janin cukup bulan, pada
presentasi occiput melalui jalan lahir sesuai kurva partograf normal dan
dilahirkan secara spontan.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan pada servikas.
Tanda dan gejala inpartu termasuk :
1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2x dalam 10 menit)
3. Keluarnya lender bercampur darah (show) melalui vagina
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
3.2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir-Jakarta: Penerbit In media,
2013
2. Bidanku.com/asuhan-kala1-persalinan
3. Bahankuliahkesehatan.worldpress.com
4. bidan.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/ASUHAN-KALA-I.
5. Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
6. Abdul Bari Saifuddin, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, Yayasan bin pustaka, Jakarta, 2002
7. http://fkep.unand.ac.id//TAHAPAN_PERSALINAN
8. Chapman, Vicky, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, EGC. Jakarta,
2006
9. www.scribd.com/manajemen-kala1
20