Anda di halaman 1dari 26

KESEJAHTERAAN JANIN ( DIAGNOSIS PRENATAL)

DOSEN MATA KULIAH :

Aldi Febrian Wieminaty.SST.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

SEMESTER III

DYAH PUSPITA NINGRUM (2176620003)

NABILA DEWI SALSABILA (2176620007)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI AL-QODIRI

JEMBER

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah swt, yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-nya, sehingga saya
dapat menyusun tugas “Kesejahteraan Janin atau Diagnosis
prenatal ” ini dengan sebaik-baiknya serta tepat pada waktunya.
Pemenuhan tugas ini saya buat dengan tujuan agar kita sebagai
calon bidan dapat mengetahui, serta mengevaluasi mengenai
penemuan masalah yang terjadi pada ibu melahirkan, mengevaluasi
data dasar, serta mengevaluasi keefektifan manajemen/asuhan
dalam kebidanan. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah obstetri yang telah
memberikan arahan serta bimbingan kepada saya, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Jember, 28 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................,.......................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................ .1
1.3 Tujuan Perumusan Masalah..................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Definisi Pemantauan kesejahteraan janin.......................................... 2
2.2 Pengkajian kesejahteraan janin di tiap trimester kehamilan............... 2
2.3 Beberapa tes tersebut diatas adalah tes yang sering dilakukan namun ada
juga tes lain untuk memantau kesejahteraan janin................................... 14
2.4 Persalinan........................................................................................... 17
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 18
3.2 Saran....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21
iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan dan persalinan adalah proses yang normal, tapi tidak menutup
kemungkinan terjadi kelainan yang akan menimbulkan berbagai masalah.
Dengan tekhnologi seperti tes laboratorium, pengkajian genetika, pemeriksaan
ultrasonografi, dan lain sebagainya, sangat dianjurkan untuk deteksi dini dan
pemantauan kesejahteraan janin, sehingga dapat menjalani kehamilan dan
persalinan yang paling aman dan memuaskan dalam situasi yang dialaminya.

Penggunaan teknologi serta sikap menghargai masalah yang dialami wanita dan
keluarganya juga turut menambah kualitas praktik kebidanan. Dimana bidan
menjaga keseimbangan antara menawarkan informasi yang bermanfaat untuk
penatalalksanaan kehamilan dan tidak hanya mengandalkan tekhnologi
kedokteran secara berlebihan.

Kehamilan dibagi menjadi tiga bagian atau trimester. Trimester pertama sejak
minggu ke-1 hingga minggu ke 12 gestasi, trimester kedua dimulai sejak
minggu ke-12 hingga minggu ke-28 dan trimester ketiga sejak minggu ke-28
hingga minggu ke 40 gestasi. Sehingga diharapkan orang-orang di sekitarnya
terutama bidan dan keluaga turut serta menjaga dan memantau kesejahteraan
baik ibu maupun janinnya dari trimester pertama hingga trimester ketiga

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi keadaan kesejahteraan janin.?
2. Apa tujuan dari pemantauan kesejahteraan janin?
3. Apa saja pengkajian kesejahteraan janin di tiap trimester kehamilan.?

1.3 Tujuan Perumusan Masalah


1. Agar mampu memahami tentang keadaan kesejahteraan janin.
2. Agar mampu mengetahui tujuan dari pemantauan kesejahteraan janin.
3. Agar mampu memahami tentang pengkajian kesejahteraan janin di tiap
trimester kehamilan.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemantauan kesejahteraan janin

Pemantauan kesejahteraan janin suatu upaya utk menilai keadaan janin


dikaitkan dengan aktifitas janin, kesehatan ibu, keadaan plasenta, cairan
amnion, keadaan tali pusat dan kontraksi uterus.

Dilakukan: Antepartum dan Intrapartum

A. Masalah Tingginya angka kematian perinatal


✓ Angka kematian bayi
✓ Angka kematian ibu
B. Tujuan Deteksi dini:
✓ Hipoksia
✓ Ganguan pertumbuhan
✓ Cacat bawaan
✓ Infeksi
C. Upaya
✓ Deteksi resiko kehamilan
✓ Penanganan faktor resiko
✓ Sistem rujukan
✓ Perawatan intensif neonatus

2.2 Pengkajian kesejahteraan janin di tiap trimester kehamilan


1. Trimester Pertama

Pada pemeriksaan yang pertama, keadaan umum akan diperiksa


secara keseluruhan, meliputi payudara, jantung dan paru-paru.
Pemeriksaan dalam dapat pula dilakukan untuk mengetahui keadaan
serviks/mulut rahim dan rongga panggul untuk melihat apakah cukup
memadai untuk persalinan normal. Metode pengkajiannya diarahkan
untuk menentukan formasi kehamilan dan usia kehamilan itu sendiri.

2
Informasi meliputi riwayat kesehatan dan pengkajian fisik ibu di
samping pengkajian khusus terhadap janin. Pemeriksaan yang biasa
dilakukan adalah :

A. Tes darah
Dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah, gula darah,
kadar hemoglobin darah normal, kekebalan terhadap penyakit rubella,
memilki kelainan genetic spesifik serta factor rhesus. Factor rhesus
merupakan suatu jenis zat yang terdapat dalam sel darah merah.
Sebanyak 85% manusia memilki substansi ini dalam sel darah
merahnya dan golongan ini disebut rhesus positif. Sebagian kecil
yang tidak memilki substansi tersebut disebut golongan rhesus
negative. Keadaan rhesus negative ini sangat penting diperhatikan,
terlebih lagi pada pada ibu hamil dan bayi justru rhesus positif

B. Pengukuran Kadar Serum B-hCG ( Beta Human Chorionic


Gonadotropin).

D. Penggunan serum B-hCG kuantitatif, dianjurkan untuk kehamilan


yang diragukan apakah keadaan janinnya normal. Kadar awal serum
B-hCG dijadikan dasar untuk melakukan pengkajian embrio lebih
lanjut. Serum ini di deteksi dalalm 8-11 hari setelah konsepsi. Dan
akan meningkat menjadi 2x lipat setiap 2 hari selama seminggu
dengan puncaknya pada usia sekitar 10 minggu kehamilan. Kadar
serum B-hCG yang menurun drastics menunjukkan keguguran pada
kehamilan awal atau kehamilan berusia lebih dari 12 minggu.

C.Auskultasi.

Untuk mendengar denyut jantung janin pada kehamilan. Trimester 1,


dapat digunakan alat ultrasound Stetoscope atau doppler. DJJ dapat
mulai terdengar dengan alat ini antara usia kehamilan 10-12 minggu.
Normal frekuensni DJJ adalah 120-160 denyut per menit (dpm) dan
harus dibedakan dengan denyut nadi ibu. Agar denyut jantung bayi

3
dapat didengar, tekan sedikit alat tersebut di atas simphisis pubis.
Kemudian putar perlahan sejauh 360 derajat sampai denyut terdengar.
Jika tidak terdengar apa-apa, gerakan alat tersebut 1 cm ke atas
mendekati umbilicus. Jika masih belum terdengar juga, gerakan 1 cm
ke sisi garis pertengahan dan dorong ke bawah mendekati simfisis.
Jika DJJ masih belum terdengar lakukan hal yang sama pada sisi yang
berlawanan. Pastikan alat tersebut diputar keposisi yang baru,
mengikuti katup jantung bayi.

D.USG.

USG dapat dilakukan setidaknya pada minggu ke 9 kehamilan,


walaupun hal ini bervariasi pada setiap orang. Didalam ruang USG,
calon ibu akan diminta untuk berbaring telentang disamping mesin
USG dan membuka pakaian agar perut kelihatan. Selanjutnya
pemeriksa akan mengoleskan cairan minyak atau gel di atas perut
yang berfungsi sebagai penghantar gelombang suara. Kemudian ia
akan mengerak-gerakkan transduser yang berbentuk seperti mikrofon
di sekeliling perut calon ibu. Gelombang suara akan bergerak dari dan
ke arah rahim sambil melewati suatu tampilan yang jelas tapi kabur.
Proses ini biasanya akan berlangsung selama 30 menit. USG tidak
berbahaya bagi wanita hamil. USG berbeda dengan sinar rontgen
karena USG tidak menggunakan radiasi apa pun. Meskipun demikian,
USG hanya dilakukan bila diperlukan saja dan bukan hanya untuk
melihat bayi.

E.PENGAMBILAN SAMPLE VILI KORIONIK (CHORIONIC


VILLI SAMPLING [CVS]). CVS

adalah metode untuk mengevaluasi kesejahteraan janin. CVS adalah


pengambilan dan analisis vili korioniks untuk dilakukan analisis
kromosom. Pengambilan ini dilakukan diawal minggu ke-5 kehamilan
; biasanya dilakukan diantara minggu ke-8 dan ke-10. Dengan

4
menggunakan teknik ini, lokasi sel korion dapat ditentukan melalui
ultrasonografi. Kateter tipis dimasukkan ke dalam vagina atau jarum
biopsi dimasukkan ke abdomen atau vagina, kemudian sejumlah sel
korionik diambil untuk dianalisis. Sel yang diambil kemudian
menjalani kariotipe atau diambil untuk analisis DNA guna
mengetahui apakah janin memiliki masalah genetik.

2. Trimester Kedua

Tes yang biasa dilakukan pada trimester ini adalah :

A. Tes Alfa fetoprotein

Alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein yang awalnya


disintesisasi oleh kantung kuning telur dan kemudian secara
primer oleh hati janin. Kadar AFP janin meningkat sampai
sekitar minggu ke-20 dan kemudian menurun hingga menjelang
usia cukup bulan. Kadar AFP normal pada serum maternal terus
meningkat hingga sekitar minggu ke-32. perubahan kadar AFP,
baik pada cairan amnion maupun serum maternal, memiliki
banyak kemungkinan etiologi . Kadar MSAFP(AFP pada ibu)
normal bergantung banyak faktor,seperti usia kehamilan, usia
ibu, ras, berat badan, dan diabetes. Testes ini mampu
mengidentifikasi 80-90% janin dengan anensefali, spina bifida,
dan omfalokel,

Plasenta juga berperan meningkatkan kadar MSAFP. Apabila


ukuran plasenta besar atau mengalami malposisi, maka akan
lebih banyak AFP yang menembus masuk kedalam sirkulasi ibu.
Kelainan plasenta juga dapat mengakibatkan jumlah AFP janin
yang abnormal keluar dari peredaran darah janin dan masuk
kedalam serum maternal. Seringkali saat kadar

5
MSAFP meningkat, struktur janin ternyata normal, begitu juga
cairan amnion AFP. Plasenta yang abnormal atau lokasi
implantasi kemungkinan merupakan penjelasan yang tepat untuk
peningkatan risiko hasil akhir kehamilan yang buruk dan
peningkatan MSAFP ketika tidak ada etilogi yang jelas. Meski
penapisan MSAFP ditujukan untuk mengidentifikasikan
kelainan struktur janin, ternyata ada hubungan antara kadar
MSAFP yang sangat rendah dengan anak-anak yang mengalami
Sindrom Down. MSAFP sendiri mampu mengidentifikasi 25%
kasus Sindrom Down yang terjadi pada wanita berusia kurang
dari 35 tahun.

B. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Dengan menggunakan meteran, cara ini akurat bila kehamilan


memasuki usia 20 minggu, yaitu tinggi fundus uterus setinggi
pusat. Hukum Mc Donald merupakan metode yang dahulu
digunakan untuk mengukur tinggi fundus : jarak fundus-simfisis
dalam centimeter sama dengan minggu gestasi Cara
mengukurnya, garis nol pada pita meteran, diletakkan pada tepi
atas simpisis pubis. Kemudian di rentang keatas melalui perut
hingga mencapai fundus uteri. Tinggi fundus uteri dinyatakan
dengan centimeter. Pada waktu fundus uteri setinggi pusat, hasil
pengukuran berkisar 20 cm. Dan terjadi kenaikan tinggi fundus
uteri sebanyak kurang lebih 1 cm. Dengan demikkian apabila
didapatkan hasil pengukuran setinggi 33 cm maka usia
kehamilannya diperkirakan sekitar 33 minggu. Cara pengukuran
fundus ini juga dapat dilakukan untuk pekiraan berat janin
dengan rumus dari Jhonsonn Tausak : (tinggi fundus uterus
dalam cm – 12) x 155 = taksiran berat janin.

C. Penatalaksanaan Penapisan Abnormal

6
Sebagai suatu aturan,nilai AFP yang abnormal harus diuji lagi
setelah tanggal di konfirmasi. Dengan demikian, penting untuk
sedapat mungkin menawarkan tes ulang ini menjelang usia
kehamilan lima belas minggu. Penapisan tripel yang abnormal
secara umum tidak perlu diulangi, tetapi dapat dihitung kembali
berdasarkan pengkajian usia kehamilan yang baru. Apabila
penapisan tripel menunjukan hasil abnormal, penyebab yang
paling umum adalah penghitungan usia kehamilan yang keliru.
Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi diindikasikan untuk
mengonfirmasi penghitungan usia kehamilan sekaligus
menyingkirkan kemungkinan kelainan struktur. Tindak lanjut
terhadap temuan abnormal harus dilakukan pada waktu
terencana untuk memberi waktu bagi keluarga membuat
keputusan tentang konseling genetika dan kemungkinan
dilakukan pengujian lain yang sifatnya lebih invasif.

Tes-tes genetika, evaluasi biokimia dan ultrasonografi,


digunakan untuk menegakkan diagnosis setalah dilakukan
penapisan abnormal. Para wanita yang mengalami risiko tinggi
kelainan pembuluh saraf terbuka dapat dianjurkan menjalani
amniosentesis untuk mengambil cairan amnion guna
mengetahui AFP, tes asetilkolinesterase, selain pemeriksaan
ultrasonografi yang komprehensif. Pada pusat perawatan tersier,
pemeriksaan ultrasonografi yang komprehensif merupakan
metode yang disukai untuk mengevaluasi kelainan pembuluh
saraf atau kelainan dinding ventral.

D. Pengkajian janin secara invasif selama kehamilan

Pada trimester awal kehamilan, pengambilan virus korionik


(chorionic virus sampling, CVS) digunakan untuk

7
mengidentifikasi penyakit yang mempengaruhi janin. Uji ini
menawarkan keuntungan untuk diagnosis dini, memberi
kesempatan untuk mengakhiri kehamilan yang terganggu selama
trimester pertama. Dijelaskan bahwa CVS juga memfasilitasi
ikatan prenatal dengan cara memberi kepastian kesejahteraan
janin sejak awal.

Wanita yang menjalani CVS harus diberi tahu bahwa uji MSAFP
untuk defek tuba saraf terbuka masih disarankan. Namun penting
dicatat, karena CVS memungkinkan terjadinya pertukaran darah
maternal-janin, ada kemungkinan CVS dapat menyebabkan
peningkatan MSAFP semu.

E Kardosintesis

Kardosentesis yang juga dikenal sebagai pengambilan sampel


darah umbilikus perkutan (percutanus umbilical cord blood
sampling, PUBS) merupakan metode terkini pengambilan
sampel darah secara langsung. Proses ini menggunakan
ultrasonografi visualisasi pada jann dan plasenta sehingga
penusukan jarum pada plasenta dapat dilakukan untuk
pengambilan sampel darah janin. Metode ini juga dapat
digunakan untuk melakukan transfusi atau memberi obat pada
janin.

Risiko prosedur ini antara lain aborsi spontan,ruptur membran,


persalinan dini, infeksi, perdarahan, trauma janin, dan
isoimunisasi.

F.Palpasi

Yaitu menentukan tinggi fundus uteri dengan merabanya secara


abdominal. Kemudian di tentukan perkiraan usia kehamilannya
dengan menggunakan patokan yang telah di uraikan. Pada pengukuran

8
tinggi fundus uteri, kadang ditemukan ketidaksesuaian antara tinggi
fundus uteri dengan usia kehamilan, dapat lebih besar atau lebih kecil.
Beberapa penyebab tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
: Kehamilan ganda, Polihydramnion, Makrosomia janin dan Mola
hydatidosa. Bila tinggi uterus lebih kecil dari usia kehamilan dapat di
sebabkan oleh : Gangguan pertumbuhan janin, Kelainan bawaan dan
Oligohydromnion.

✓ Leopold I :
• Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak
fundus uteri.
• Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia
kehamilan.
• Menentukan bagian janin yang berada pada bagian fundus
( bokong atau kepala atau kosong ).
• Jika kepala janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan
teraba bagian bulat, keras dan dapat digerakkan
(balotemen). Jika bokong yang terletak di fundus,maka
akan teraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar
dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta
fundus terasa penuh. Pada letak lintang palpasi didaerah
fundus akan terasa kosong.
✓ Leopold II :
• Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah
sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.
• Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi
auskultasi denyut jantung janin nantinya.
• Tentukan bagian-bagian kecil janin.
• Bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang
keras pada beberapa bagian lunak dengan bentuk
teratur,sedangkan bila teraba adanya bagian – bagian kecil

9
yang tidak teratur mempunyai banyak tonjolan serta dapat
bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki,
lengan atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di kedua
sisi mungkin punggung janin berada pada sisi yang sama
dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula
berada pada posisi dengan punggung teraba disalah satu sisi.
✓ Leopold III :
• Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena
dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
• Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan
telunjuk tangan kanan.
• Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan
ditentukan apakah sudah mengalami engagemen atau
belum.
• Bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu,
maka bagian terbawah dari janin belum melewati pintu
atas panggul. Bila kepala yang berada dibagian terbawah,
maka dicoba untuk menggerakkan kepala. Bila kepala
tidak dapat digerakkan lagi, maka kepala sudah “engaged”
bila tidak dapat diraba adanya kepala atau bokong, maka
letak janin adalah melintang.
✓ Leopold IV :
• Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke
arah kaki pasien.
• Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan
bagian terendah janin.
• Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat
desensus janin.
• Pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III,
menilai bagian janin terbawah yang berada didalam

10
panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk
melalui pintu atas panggul.

3. Trimester Ketiga
Tujuan utamanya adalah untuk mencegah kematian janin. Selama
kehamilan trimester III (28-40 minggu) pengawasan pertumbuhan janin,
DJJ, dan pergerakan janin terus dilakukan. Diharapkan tinggi fundus
uterus bertambah sekitar 1 cm setiap minggu hingga minggu ke-36. Pada
primagravida, kepala janin akan turun kepintu atas panggul pada
minggu ke-38. dan umumnya tinggi fundus uteri akan turun sekitar 2-4
cm. Pada keadaan ini, ibu dapat mengeluh bertambahnya tekanan dalam
panggul namun akan merasa lebih lega bernafas karena tekanan pada
diafragma berkurang.
Pengamatan pergerak berkurang
Ibu di minta mengamati pergerakan janinnya setiap hari pada usia
kehamilan 28 minggu caranya setiap hari, ibu diminta berbaring miring
dan meraba perutnya untuk merasakan ggerkan janin. Dan hitung berapa
kali gerakan tersebut terjadi. Pada umumnya 10 gerakan terjadi dalam
jangka waktu 20 menit hingga 2 jam, jika melebihi jangka waktu 3 jam,
maka harus di catat dan dilakukan pengawasan pada DJJ.

1. Penghitungan Gerakan Janin Menurut Varney


a. Metode penghitungan gerakan menghitung sampai 10 :
b. Jadwalkan satu waktu penghitungan perhari
c. Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari, mis, pada
pukul 9 pagi, atau pilih waktu ketika IBU memiliki waktu
luang untuk melakukan penghitungan dan pada saat janin
biasanya aktif.
d. Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10
kali gerakan.

11
e. Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi
dalam 10 jam.
f. Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 10 jam, jka
dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai 10 kali gerakan
atau jika tidak terasa gerakan dalam 10 jam, ibu harus segera
menghubungi bidan.

2. USG

Pemeriksaan sonografi untuk mengevaluasi pertumbuhan janin harus


dilakukan bila terdapat ketidaksesuaian sebesar 4 cm antara tinggi
fundus dan usia gestasi, terutama pada minggu ke 36 gestasi.
Beberapa klinisi merasa pemeriksaan sonogram diperlukan bila
terdapat ketidaksesuaian sebesar 3 cm. kadang-kadang
ketidaksesuaian sebesar 2 cm perlu ditindaklanjuti, misalnya pada
kasus dimana pengukuran tinggi fundus sebelumnya 2 cm lebih besar
dibanding usia gestasi, tetapi sekarang menjadi 1 cm lebih rendah,
atau pada kasus pertumbuhan lebih lambat diserta peningkatan berat
badan maternal yang buruk atau penurunan berat badan.
3. Tes Nonstress (NST)
NST mengevaluasi frekuensi jantung janin tanpa “membuat bayi
stress” akibat kontraksi uterus. (kontraksi menurunkan perfusi
plasenta dan menimbulkan tanda distress pada bayi). Sementara
wanita hamil bersandar dikursi atau berbaring ditempat tidur dalam
posisi semifowler, dua kabel yang menghubungkan transduser dan alat
ultrasonografi ke pemantau janin diletakkan diatas abdomen. Kertas
pencatat (tracing) akan mencatat frekuensi jantung janin dan kontraksi
yang terjadi karena kontraksi tidak diperlukan dalam tes ini,
munculnya kontraksi merupakan informasi tambahan tentang
kesejahteraan janin.
Tes ini secara tak langsung mengkaji fungsi pernafasan plasenta
dengan mengamati respon detak jantung janin, terhadap pergerakan
janin. Janin yang sehat akan merespon pergerakan janin dengan
akselerasi peningkatan dari detak jantungnya. Tes ini paling sering
digunakan pada trimester ketiga. Tes ini di indikasikan bagi para

12
wanita yang kehamilannya bermasalah karena insufisiensi utero
plasenta atau mengalami peningkatan resiko insifiensi utero plasenta
(UPI).
Hasil tes ini dinyatakan dengan masalah istilah reaktif atau negatif
yang menunjukan fungsi pernafasan plasenta yang sehat, yang
ditandai dengan adanya 2x akselerasi teerdapat peningkatan minimal
15kali/menit dan bertahan minimal selama 15 detik. Apabila kriteria
reactif itu tidak dapat ditemukan, maka hasilnya dinyatakan non
reaktif atau positif, yang dapat menunjukan adanya gangguan fungsi
pernafasan plasenta.
4. Tes Stres Kontraksi
a. Prosedur memicu kontraksi pada tes stres kontraksi (CST)
b. Stimulasi payudara
c. Stimulaasi satu putting, melalui permukaan pakaian
d. Stimulasi 2 menit
e. Istirahat 5 menit
f. Jangan menstimulasi saat kontraksi sedang berlangsung, jika tidak
berhasil, dalam waktu 45 menit, lakukan OCT
5. Tes toleransi oksitosin (OCT)
Melalui infus intra vena, d5/0, 2NS pertahankan tetesan vena terbuka
Larutan oksitosin : 10 unit pitocin dalam 500cc D5/0,2, NS per pompa
infus
Teteskan oksitosin dari 1mlU/menit
Tingkatkan 1mlU/ menit setiap 15 menit
Lanjutkan hingga pola kontraksi adekuat atau pola DJJ abnormal
terjadi.
CST merupakan terapi pilihan jika diduga terjadi insufisiensi
uteroplasenta, seperti pada pre eklampsia atau penyakit maternal
kronis.
Indeksi Cairan Amnion
Asal cairan amnion pada awal kehamilan belum diketahui. Seiring
kemajuan kehamilan, air kemih dan air yang ditelan janin turut
membentuk cairan amnion. Jumlah cairan amnion berkisar dari sekitar
30 mL pada minggu ke 10 gestasi sampai kurang lebih 900 mLpada
minggu ke 32 hingga ke 35 gestasi. Meskipun banyak variasi dari satu
wanita ke wanita lain, volume maksimum dicapai pada sekitar minggu
ke 34 dan mulai menurun pada sekitar minggku ke 36.
Cairan amnion melindungi janin jika terjadi trauma pada abdomen
maternal. Cairan ini juga mempertahankan suhu lingkungan
intrauterine konsisten dan normal serta mencegah konstriksi tali pusat.
Jumlah cairan amnion di rongga uterus mencerminkan kesejaheraan

13
janin. Apabila jumlah cairan diabaikan, tali pusat dapat mengalami
obstruksi mekanis yang terjadi akibat gerakan bayi atau kontraksi
uterus.
Jumlah cairan uterus ditentukan menggunakan ultrasonografiunutk
mengukur “kantong” cairan amnion vertical terbesar di keempat
kuadran uterus. Keempat hasil pengukuran (dalam cm) kemudian
dijumlahkan dan hasil totalnya disebut AFI.
6. Profil Biofisik (BPP)
Tes ini menggunakan ultrasonografi untuk mengkaji tonus otot,
gerakan, dan pernapasan bayi. Jumlah cairan amnion juga dievaluasi
dengan menggunakan suatu kriteria setidaknya satu kantong cairan
berukuran 2 cm dikedua bidang tegak lurus. Temuan positif pada
setiap kategori diberi nilai 2. Temuan negative diberi nilai 0. Keempat
pengukuran (digabungkan dengan hasil NST, 2 poin yang dihasilkan
dari NST menunjukkan akselerasi yang diharapakan ialah 10/10.
7. Kardiotografi (KTG)
Pemantauan ini dilakukan dengan alat KTG. Dasar kerja KTG adalah
gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi denyut jantung
janin dan tokodynamometer untuk mendeteksi kontraksi uterus.
Kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama, sehingga terlihat
gambaran keadaan denyut jantung janin dan kontraksi uterus dalam
saaat yang sama.
Pemeriksaan ini dilakukan pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih,
dengan lama pemeriksaan 2030 menit.
Tujuan perekaman ialah unntuk mendapatkan beberapa tanda :
Frekkuensi dasar DJJ (normal 120-160x/menit)
Variabilitas atau perubahan frekuensi DJJ (nilai normalnya ialah 5-
15x/menit) bila terdapat perubahan yang jauh lebih rendah, merupakan
gejala hipoksis
Pola deserelasi adalah gambaran penurunan DJJ

2.3 Beberapa tes tersebut diatas adalah tes yang sering dilakukan namun
ada juga tes lain untuk memantau kesejahteraan janin, yaitu :

1.Pengukuran LILA

Status gizi ibu hamil bisa diketahui dengan cara mengukur LILA (Lingkar
Lengan Atas). Pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui resiko
KEK(Kurang Energi Kalori) pada ibu hamil. Ibu hamil yang mempunyai

14
resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR). Adanya asumsi bahwa pada trimester I dan II terjadi penimbunan
cadangan lemak antara lain lemak bahwa kulit sedang pada trimester III
terjadi pemakaian cadangan lemak yang maksimal maka dengan demikian
ada perubahan ukuran lingkar lengan atas sesuai dengan perubahan lemak
bawah kulit dan ada hubungannya dengan berat badan lahir. LILA di ukur
pada titik pertengahan antara siku dan bahu atas dengan posisi lengan
dibiarkan tergantung bebas tidak meregang di samping tubuh dengan
pengukuran pada titik terdekat 1 mm. Ambang batas LILA dengan resiko
KEK adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di
bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak.

2.Amnioskopi

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan alat teropong yang di sebut


amnioskopi. Untuk melihat keadaan air ketuban depan. Air ketuban yang
normal akan tampak jernih atau keputihan. Apabila terdapat pewarnaan
mekonium dalam air ketuban, kemungkinan janin mengalami hipoksia.
Namun ketepatannya hanya 30-40% saja, sehingga perlu dipertimbangkan
keadaan patologis lainnya.

3.Amniosintesa

Amniosintesa adalah penghisapan cairan dari rahim melalui tusukan/fungsi


abdomen dengan tujuan menganalisa cairan tersebut. Tes ini boleh dilakukan
kapan saja selama kehamilan. Bila dilakukan pada pertengahan awal
kehamilan (14-20 minggu) biasanya untuk melihat kelainan perkembangan
janin. Amniosintesis yang dibuat pada kematangan paru-paru janin,
mengetahui golongan darah, menilai adanya penyakit rhesus atau mendeteksi
adanya amniositis.

15
4.Assay Serum Maternal

Serum maternal dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai hormone


untuk mengevaluasi kesehatan janin. Substansi yang dapat dikaji meliputi
diamine oksidase, oksitosinase, progestron, alkalin fosfatase, dan laktogen
plasenta manusia. Substansi ini meningkat pada darah maternal jika janin
tumbuh dengan baik. Namun substansi ini jarang dikaji karena informasi
tentang janin secara langsung lebih banyak berasal dari pemeriksaan tunggal
seprti alfa-fetoprotein atau pemeriksaan tripel (serum maternal untuk alfa-
fetoptrotein, estriol, hCG).

✓ Skala Masa Perkembangan Janin

1.0-4 minggu setelah konsepsi Pertumbuhan cepat

• Formasi plata embrionic


• Pembentukan sistem syaraf pusat primitif
• Pembentukan jantung dan mulai berdenyut
• Pembentukan pucuk (tonjolan) ekstreminitas

2. 4-8 minggu

• Pembelahan sel sangat cepat


• Pembentukan kepala dan roman muka
• Semua organ utama terbentuk dalam bentuk primitiv
• Genetelia eksterna telah ada tapi organ sex belum dapt dibedakan.
• Pergerakan awal
• Nampak dalam ultrasonografi dari 6 minggu
• Seks mulai tampak bergerak secara bebas (tidak dirasakan ibu)
• Terdapat beberapa refleks primitiv
3.12-16 minggu
• Perkembangan skeletal cepat nampak pada sinar-X
• Nampak mekonium pada usus
• Tampak lanugo
• Fusi septum nasal dan palatum

4.16-10 minggu

• Quickening (gerakan fetal pertama) ibu merasakn fetal pertama


• Jantung fetal terdengar pada auskultasi
• Nampak verniks kaseosa
16
• Kuku jari dapat terlihat
• Sel kulit mulai diperbaharui

5.20-24 minggu

• Sebagian besar organ mulai berfungsi


• Periode tidur dan aktifitas
• Berespon terhadap suara
• Kulit berwarna merah dan berkerut

6. 24-28 mingu

• Mulai menyimpan minyak dan zat besi


• Testis menurun dalam skrotum (bagi laki-laki)
• Lanugo hilang dari wajah
• Kulit menjadi lebih pucat dan berkurang kerutannya

7.32-36 minggu

• Lemak meningkat membuat tuubuh lebih bulat


• Lanugo menghilang dari tubuh
• Rambut kepala memanjan

2.4 Persalinan

Ada dua monitoring yang bisa dilakukan untuk memantau kesejahteraan


janin selama masa persalinan yaitu :

Monitoring Eksternal : Pada tahap persalinan awal, pada pinggang akan


dililitkan 2 tali pinggang yang tebal. Satu tali pinggang untuk tempat
meletakkan peralatan USG yang akan mendeteksi bunyi jantung janin dan ikat
pinggang yang lainnya untuk tempat peralatan sensor tekanan untuk
mendeteksi kekuatan serta lama kontraksi. Kedua ikat pinggang ini
disambungkan oleh kabel ke mesin yang akan merekam dan mencetak data
bunyi jantung janin serta kontraksi ibu hamil. Ikat pinggang ini mungkin
dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman namun tekhnologi baru
(telemetri) saat ini telah mampu mendeteksinya dengan memakai remote
control, sehingga ibu hamil dapat berjalan-jalan dan tidak perlu berbaring
terus menerus.

17
Monitoring Internal : monitoring semacam ini juga disebut foetal scalp
monitoring dan hasilnya lebih akurat dibanding dengan monitoring eksternal.
Monitoring ini dapat dilakukan selama persalinan berlangsung terutama pada
ibu hamil beresiko tinggi. Bila ketuban belum pecah, maka ketuban ibu hamil
akan dibuat pecah dan sebuah kawat berisi elektroda kecil akan dimasukkan
melalui vagina dan mulut rahim untuk diletakkan pada kepala bayi. Kawat ini
akan dihubungkan ke monitor dan ditempelkan pada paha ibu hamil.
Elektroda akan menangkap bunyi jantung janin yang kemudian kan dicetak
oleh computer. Setelah persalinan selesai, mungkin akan terdapat semacam
memar atau guratan kecil pada kepala bayi di bekas tempat elektroda tersebut
diletakkan. Bekas luka ini akan membaik dengan sendirinya

18
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keadaan kesejahteraan janin dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya
faktor keturunan dan kondisi kesehatan orang tuanya. Dengan demikian untnk
mengupayakan mendapat keturunan yang sehat, sebaiknya orang tua dapat
menyiapakan diri secara fisik maupun secara psiklogis jauh sebelum
kehamilan di mulai.

Penggunaan tekhnologi serta sikap menghargai masalah yang dialami


wanita dan keluarganya juga turut menambah kualitas praktik kebidanan.
Dimana bidan menjaga keseimbangan antara menawarkan informasi yang
bermnfaat untuk penatalaksanaan kehamilan dan tidak hanya mengandalkan
teknologi kedokteran secara berlebihan.

Pemantauan kesejahteraan janin sebaiknya dilakukan pada tiap trimester


untuk mengetahui sejauh mana perkembangan janin dan adakah kelainan pada
janin, sehingga dapat ditanggulangi sedini mungkin.

19
Di trimester pertama biasanya dilakukan pemeriksaan darah, serum B-hCG,
auskultasi (untuk mendengarkan DJJ), USG dan Pengambilan sampel Vili
Korionik. Di trimester kedua pemeriksaan yang dilakukan adalah tes Alfa-
fetoprotein, pengukuran tinggi fundus uteri, penatalaksanaan penapisan
abnormal, pengkajian janin secara invasif selama kehamilan, kardosintesis,
palpasi, aukultasi, dan USG. Sedangkan pada trimseter ketiga dapat dilakukan
penghitungan gerakan janin, tes non stress, tes stress kontraksi, indeksi cairan
amnion, profil biofisik dan kardiotografi. Selama persalinan juga bisa
dilakukan pemantauan kesejahteraan janin dengan suatu alat yang dinamakan
fetal scalp monitoring3

.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dalam


pembuatannya baik dari minimnya informasi dan buku maupun
keterbatasan waktu untuk pembuatan makalah ini untuk ittu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan
makalah selanjutnya sehingga dapat membuat makalah yang lebih baik.

Dan kami berharap semoga makalah kesejahteraan janin ini dapat


dipahami secara jelas dan bermanfaat bagi kita sebagai calon bidan untuk
pemberian asuhan pada ibu hamil.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abrahams B, Altman SL, Pickett, Kate E. Pregnancy weight gain: still


controversial. Am J Clin Nurt. 2000
Achadi, Woman’s Nutritional Status, Iron Consumption and Weight Gain
During Pregnancy In Relation To Neonatal Weight And Length In West Java
Indonesia, draf 1-2, 1995.
Lutan, Delfi. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta – Buku Kedokteran EGC
21
Nolan, Mary. 2004. Kehamilan & Melahirkan. Jakarta – Arcan

Bagian Obstetri & Ginokelogi. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung –


Eleman

22

Anda mungkin juga menyukai