Anda di halaman 1dari 43

Makalah Kasus Asuhan Kebidanan Persalinan

Ny.W G2P1A0 Hamil 40 minggu >1 hari

Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala

Kelompok : 4

Fira blazansky : 0118006

Najilah khairum miftah : 0118014

Millah syahfitrie : 0118013

Radhiatul Husni : 0118019

Siti nuryaningsih : 0118023

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI KEMULIAAN

i
JALAN BUDI KEMULIAAN NO. 25 GAMBIR KOTA JAKARTA PUSAT,
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya nikmat sehat dan kelancaran
sehingga saya dapat membuat makalah dengan judul “Makalah Kasus Fisiologis Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin” dengan baik. Lalu shalawat serta salam kepada junjungan nabi kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu mengajarkan kita tentang hal-hal yang baik. Tak lupa juga
ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing proses pembelajaran dan
praktik klinik sehingga saya dapat mengerti dan menyelesaikan makalah ini. Pihak-pihak
tersebut antara lain:

1. dr. Irma Sapriani SpA selaku ketua STIK Budi Kemuliaan


2. Ibu Chaterina, SST, Mkeb selaku koordinator kelas D III Kebidana Angkatan 21
3. Ibu Erina Windyani, SST, MKM selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIK Budi Kemuliaan
4. Indah Yulika, SST., M.Keb dan Siti Nuryati, SST selaku dosen penanggung jawab yang
membimbing pembelajaran jarak jauh ini.
5. Teman-teman sekalian yang memberikan dukungan selama proses pembelajaran jarak
jauh ini.

Semoga makalah saya dengan judul “Makalah Kasus Fisiologis Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin” dapat berguna bagi para pembaca. Saya sadar makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu saya menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Jakarta, 17 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………...……………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1


1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………………... 2
1.3 Ruang Lingkup……………………………………………………….......... 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3

2.1 Pengertian Persalinan……………………………………………………… 3


2.2 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan……………………………………….. 4
2.3 Tahapan Persalinan………………………………………………………… 6
2.4 Tujuan Asuhan Persalinan…………………………………………………. 8
2.5 Tanda-Tanda Persalinan……………………………………………………. 11
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan…………………………….. 12
2.7 Mekanisme Persalinan Normal……………………………………………. 13
2.8 Asuhan Lima Benang Merah dalam Persalinan Normal………………….. 15
2.9 Manajemen Kebidanan Menurut Varney, 1997…………………………... 15
2.10Penggunaan Partograf…………………………………………………….. 18

BAB III LAPORAN KASUS………………………………………………… 20

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………….. 37

BAB V PENUTUP……………………………………………………………. 39

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 39
5.2 Saran……………………………………………………………………….. 39

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 41

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi
lahir secara spontan dalam presentasi kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan
setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit
pinggang dan perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur
enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan psikis yaitu
merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya
pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang
dihubungkan dengan pengalaman misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu.
Ketakutan karena anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang
membahayakan (Cristina’s Ibrahim, 1993;80).
Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator pembangunan kesehatan dalam RPJM 2015-2019 dan SDGs. Berdasarkan data
SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB menunjukan penurunan (AKI 359/100.000 KH : AKB
34/1000 KH).
Mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil dan ibu bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. Setengah abad lalu sebab-sebab penting kematian maternal, antara lain
sepsis puerperalis, perdarahan, gestosis (dahulu dikenal sebagai toksemia gravidarum), dan
perlukaan kelahiran.
Tertulis

1
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan menggunakan manajemen
kebidanan.
B. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan asuhan yang dapat diberikan kepada ibu bersalin normal.
2. Melakukan pengkajian data dengan quick check, anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang pada ibu bersalin.
3. Menentukan diagnosa pada ibu bersalin.
4. Mengidentifikasi masalah potensial dan tindakan segera apabila terjadi kondisi
kegawatdaruratan.
5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin.
6. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan hasil yang diharapkan.
7. Melakukan pendokumentasian dengan penggunaan partograf.

1.3 Ruang Lingkup

Dalam pembuatan laporan ini membahas tentang asuhan kebidanan persalinan pada
pada Ny. W dengan diagnosa G2P1A0 hamil 39 minggu> 1 hari RSU Budi Kemuliaan
Hari/Tanggal : Rabu, 18 Maret 2020, waktu 08.00 WIB
.
8.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, DepKes,
2008).
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi
lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu
lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2005).
Istilah-istilah yang berhubungan dengan persalinan:
A. Bentuk-bentuk persalinan menurut Sulistyawati (2010) adalah:
1. Persalinan spontan adalah persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir ibu tersebut.
2. Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya
ekstraksi forceps atau dilakukan SC.
3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau prostaglandin.
B. Partus menurut usia kehamilan menurut Hidayat (2010) yaitu:
1. Abortus/keguguran adalah pengeluaran buah kehamilan dengan usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau bayi dengan berat kurang dari 500 gram.
2. Partus immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 hingga 37 minggu
atau bayi dengan berat badan antara 1000 hingga 2499 gram.
3. Partus matures/aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 hingga 42 minggu
atau bayi dengan berat badan 2500 hingga 4000 gram.

3
4. Partus postmaturus/serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42
minggu.
C. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelhiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006). Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup di luar rahim (JHPIEGO, 2008). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat
dibedakan menjadi primipara, multipara, dan grandemultipara.
1. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006)
2. Multipara
Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu kali
(Prawirohardjo, 2009). Muligravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau
lebih (Varney, 2006).
3. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima orang anak atau lebih
(Varney, 2006).

2.2 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan


Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan
teori-teori yang komplek antara lain dari faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
1. Teori peregangan
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
c. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu,
sehingga menimbulkan proses persalinan.
2. Teori penurunan progesterone
a. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

4
b. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin.
c. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu.
3. Teori oksitosin internal
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis past posterior.
b. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
c. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.
4. Teori prostaglandin
a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang dikeluarkan
oleh desidua.
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
hasil konsepsi dikeluarkan.
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
a. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya)
persalinan.
b. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari
dengan mulainya persalinan (Manuaba, 2010).

5
2.3 Tahapan Persalinan

Menurut Sulistyawati (2010) persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:


1. Kala I (Tahap Pembukaan)
Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Kala pembukaan dibagi menjadi dua fase, yaitu:
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap, pembukaaan serviks berlangsung perlahan dari 0 cm sampai 3 cm
lamanya 8 jam.
b. Fase aktif
Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif. Fase aktif
berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase, yaitu:
1) Periode akselerasi, berlangsung 2 jam dari pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung 2 jam dari pembukaan 4 cm berlangsung
cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm atau lengkap.

Menurut Hidayat (2010), pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi
uterus umumnya meningkat. Kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks
membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm per jam hingga pembukaan
lengkap, terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Menurut Aprilia (2010), kala I berlangsung sekitar 13 – 14 jam untuk primigravida


dan 8 – 10 jam untuk multigravida.

2. Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir.
Tanda dan gejala kala II adalah:
a. His semakin kuat, kira-kira 2-3 menit sekali.

6
b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan vaginanya
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva, vagina, dan spingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lendir darah

Pada primigravida berlangsung 1 - 2 jam, dan pada multigravida berlangsung ½ - 1


jam.

3. Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah bayi lahir,
kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat
dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian,
timbul his pelepasan dan pengeluaran uri, ditandai dengan tali pusat bertambah panjang.
Dalam waktu 1-5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc.
4. Kala IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta hingga observasi selama 2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Kontraksi uterus
d. Perdarahan, dianggap normal bila jumlahnya < 400 – 500cc
e. Kantung kemih
f. Tinggi fundus uteri

7
2.4 Tujuan Asuhan Persalinan

Adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
normal (Sarwono P, 2014)
1. Penatalaksanaan kala satu persalinan (Obstetri Williams edisi 21 paduan ringkas)
a. Denyut jantung janin
American Academy of Pediatric san American College of Obstetricians and
Gynecologist (1997) menganjurkan bahwa pada kala satu persalinan tanpa adanya
kelainan apapun, denyut jantung janin harus di periksa segera setelah sebuah kontraksi
paling tidak setiap 30 menit dan setiap 15 menit selama kala dua.
b. Tanda-tanda vital ibu
Suhu, nadi, dan tekanan darah ibu di periksa paling tidak setiap 4 jam. Jika
selaput ketuban telah pecah beberapa jam sebelum persalinan, atau jika terjadi
peningkatan suhu ringan maka suhu di periksa setiap jam. Selama itu, pada ketuban
pecah lama (yang diketahui terjadi lebih dari 18 jam) di anjurkan pemberian
antrimikroba untuk mencegah infeksi steptokokus grup B.
c. Pemeriksaan vagina selanjutnya
Selama kala satu persalinan, perlu tidaknya pemeriksaan vagina selanjutnya untuk
mengetahui status serviks dan posisi bagian presentasi janin akan sangat berbeda-beda.
Jika selaput ketuban telah pecah, pemeriksaan harus diulang dan denyut jantung janin
harus segera diperiksa dan selama kontraksi uterus berikutnya untuk mendeteksi
penekanan (prolaps) tali pusat yang samar.
d. Asupan Oral
Untuk memperkecil resiko aspirasi, makanan harus ditunda selama persalinan dan
pelahiran aktif. Pasien diizinkan mendapat batu es dalam jumlah terbatas. Waktu
pengosongan lambung sangat memanjang setelah persalinan dimulai dan diberikan
analgesia.
e. Cairan intravena
Biasanya sejak permulaan persalinan, dilakukan pemasangan infus

8
intravena. Suatu jalur intravena juga menguntungkan selama periode pascapartum
dini untuk memberikan oksitosin secara profilaksis, dan kadang-kadang secara
terapeutik jika terjadi atonia uterus. Pada persalinan lama, pemberian glukosa,
natrium, dan air kepada wanita yang berpuasa ini dengan kecepatan 60 hingga
120ml/jam juga bermanfaat untuk mencegah dehidrasi dan asidosis.
f. Posisi ibu selama persalinan
Wanita yang akan melahirkan secara normal tidak perlu terus berbaring di tempat
tidur pada awal persalinan. Saat berada ditempat tidur, wanita tersebut seyogyanya
diperbolehkan mengambil posisi yang nyaman bagi dirinya dan sebaiknya
meminimalkan tidur terlentang.
2. Penatalaksanaan kala dua
a. Durasi
Durasi median (separuh kasus lebih besar, separuh kasus lebih kecil) kala adalah
50 menit pada nulipara dan 20 menit pada multipara. Lama kala ini dapat sangat
bervariasi bergantung pada ukuran janin, adanya kontraksi panggul, atau gangguan
upaya ekspulsif akibat analgesia.
b. Denyut jantung janin
Daya dorong kuat yang terbentuk di dalam uterus akibat kontraksi dan upaya
ekspulsif ibu selama kala dua dapat mengurangi perfusi plasenta. Turunnya janin
melalui jalan lahir dan akibat penurunan volume uterus dapat memicu pemisahan dini
plasenta yang semakin memburuk kesejateraan janin. Penurunan besar kemungkinan
mengencangkan belitan tali pusat di sekitar janin yang cukup hebat sehingga aliran
darah tali pusat terhambat.

c. Upaya mendorong ibu


Pada sebagian besar kasus, mengejan merupakan tindakan refleks dan spontan
selama kala dua persalinan. Tungkai wanita perlu setengah ditekuk sehingga ia dapat
melakukan dorongan dengan kedua tungkai pada matras. Pasien diintruksikan untuk
menarik nafas dalam segera setelah his berikutnya dimulai, dan sembari menahan
napas, ia melakukan tekanan ke arah bawah pasien seperti hendak buang air besar. Ia
diberi tahu untuk tidak “mendorong” melewati waktu selesainya setiap kontraksi

9
uterus. Di antara kontraksi, wanita dan janinnya dibiarkan beristirahat. Sering dengan
turunya kepala melalui panggul, kulit kepala janin akhirnya akan terlihat di introitus.
Pada saat ini wanita dan janinnya dipersiapkan untuk proses pelahiran janin.
d. Persiapan pengeluaran janin
Pelahiran bayi dapat dilakukan ibu dalam berbagai posisi. Posisi yang paling luas
digunakan adalah litotomi dorsal. Untuk posisi yang lebih baik, sering digunakan
penyangga tungkai atau sanggurdi. Saat meletakan tungkai di penyangganya, jangan
sampai kedua tungkai dipisahkan terlalu lebar atau satu tungkai diletakkan lebih tinggi
daripada yang lain, kerena hal ini akan menimbulkan gaya tarikan pada perineum yang
dapat menyebabkan meluasnya robekan spontan atau episiotomi menjadi robekan
derajat empat. Region poplitea harus di sangga dengan nyaman di bagian proksimal
dan tumit di bagian distal penyangga tungkai. Tungkai jangan di bebat ke sanggurdi
sehingga paha dapat dengan cepat ditekuk kearah abdomen sendainya di jumpai
distosia bahu.
3. Penatalaksanaan persalinan kala tiga
Karena upaya untuk mengeluarkan plasenta sebelum pemisahannya merupakan upaya
yang sia-sia dan mungkin membahayakan maka tanda-tanda terlepasnya plasenta berikut
ini sangat perlu diperhatikan
a. Uterus menjadi globular dan biasanya lebih keras.
b. Sering terjadi pengeluaran mendadak darah.
c. Uterus meninggi di abdomen karena plasenta, setelah terlepas, turun melalui segmen
bawah uterus dan vagina sehingga massa plasenta mendorong uterus ke atas.
d. Tali pusat semakin menonjol ke dalam vagina, yang menandakan bahwa plasenta telah
turun
Tanda-tanda ini kadang muncul sekitar 1 menit setelah keluarnya bayi dan biasanya
dalam 5 menit. Jika plasenta telah maka perlu dipastikan bahwa uterus berkontraksi
dengan kuat. Ibu dapat diminta untuk mengejan, dan tekanan intra-abdomen yang timbul
mungkin cukup untuk mendorong keluarnya plasenta. Jika semua upaya gagal, atau jika
ekspulsi spontan tidak mungkin terjadi karena anastesi maka setelah dipastikan bahwa
uterus berkontraksi dengan kuat, dilakukan tekanan dengan tangan pada fundus untuk
mendorong plasenta yang terlepas ke dalam vagina.

10
4. Penatalaksanaan kala empat
Plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat harus diperiksa untuk melihat lengkap atau
tidaknya atau adanya kelainan. Satu jam setelah pengeluaran bayi merupakan waktu yang
sangat penting, dan oleh sebagian orang disebut “kala empat persalinan”. Meskipun
pasien mendapat obat-obat oksitosik, namun pendarahan pascapartum akibat atonia uterus
paling benar kemungkinannya terjadi pada waktu ini. Selama periode ini uterus perlu
sering diperiksa. Perineum juga sering diperiksa untuk mendeteksi pendarahan yang
berlebihan. Tekanan darah, nadi ibu harus dicatat segera setelah pelahiran bayi setiap 15
menit pada satu jam pertama.

2.5 Tanda-Tanda Persalinan


1. Penipisan dan pembukaan serviks.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam
10 menit).
3. Cairan lendir bercampur darah.
(Buku JNPK 2016)

11
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sumarah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persalinan adalah:
1. Power
a. His kontraksi otot rahim
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma atau kekuatan mengejan
2. Passage
Terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir keras.
a. Bagian keras yang dibentuk oleh empat buah tulang:
1) 2 tulang pangkal paha (os coxae)
2) 1 tulang selangkangan (os sacrum)
3) 1 tulang ekor (os coccyges)
b. Bagian lunak
Bagian jalan lahir lunak terdiri dari Segmen Bawah Rahim (SBR) yaitu serviks,
vagina, otot-otot, dan ligamen-ligamen yang berfungsi menyokong alat-alat
urogenitalis yang semuanya mempengaruhi dalam persalinan.
3. Passenger (Isi Kehamilan)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian
dari passenger yang menyertai janin.
Tulang-tulang kepala bayi, terdiri dari:
a. Bagian tengkorak
1) Os frontal/tulang dahi
2) Os pariental/tulang ubun-ubun
3) Os occipital/tulang belakang kepala
4) Os temporal/tulang pelipis
b. Bagian muka
1) Os natalis/tulang hidung
2) Os maxilaris/tulang rahang atas
3) Os mandibularis/tulang rahang bawah

12
4) Os zygomatic/tulang pipi
c. Sutura merupakan sela ruang antara dua tulang
1) Sutura frontalis di antara dua tulang frontal
2) Sutura sagitalis di antara tulang parietal kanan dan kiri
3) Sutura koronaria di antara tulang parietal dan tulang frontal
4) Sutura lamboidea di antara tulang parietal dan tulang oksipital
4. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan seperti posisi
berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
5. Psikologis dimana tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia
tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya.

2.7 Mekanisme Persalinan Normal


His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin ke bawah pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan
turun dan mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.
1. Masuk nya kepala ke pintu atas panggul
Masuk dalam keadaan sintiklismus ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asintiklismus
yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul. Asintlikismus anterior
menurut Neagle ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan
pintu atas panggul. Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada
mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di
daerah posterior lebih luas jika di bandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior.
2. Fleksi
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang
akan menurun, dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil yakni dengan diameter suboksipito-bregmatikus (9,5 cm) dan dengan
sirkumferensia suboksipito-bregmatikus (32 cm) sampai di dasar panggul kepala janin
berada di dalam keadaan fleksi maksimal.
3. Putaran Paksi dalam

13
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas
ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin di
sebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi.
4. Defleksi
Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan,
sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil di bawah simfisis, dan suboksiput sebagai
hipomoklion, kepala masuk mengadakan gerakan defleksi untuk dapat di lahirkan.
5. Putaran paksi luar
Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak, perineum menjadi
makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rectum. Dengan kekuatan mengejan,
berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu.
6. Ekspulsi
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang di laluinya, sehingga di dasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang
selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian bahu belakang.
(Sarwono P, 2014)

14
2.8 Asuhan Lima Benang Merah dalam Persalinan Normal
Lima benang merah yang menjadi dasar dan acuan terhadap asuhan persalinan normal
antara lain :
a. Membuat keputusan klinik antara lain pengumpulan data subyektif dan obyektif,
diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi hasil implementasi tatalaksana.
b. Asuhan sayang ibu sayang bayi antara lain, persalinan merupakan peristiwa alami
sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal, penolong memfasilitasi
proses persalinan, tidak asing, bersabahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap membantu
kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan kerjasama semua pihak.
c. Pencegahan infeksi antara lain, kewaspadaan standar, mencegah terjadinya dan transmisi
penyakit, proses pencegahan infeksi instrumen dan aplikasinya dalam pelayanan, barier
protektif, budaya bersih dan lingkungan yang aman.
d. Dokumentasi antara lain, kelengkapan status klien, anamnesis, prosedur dan hasil
pemeriksaan fisik, laboratorium, dan uji atau penapisan tambahan lainnya. Partograf
sebagai instrumen membuat keputusan dan dokumentasi klien, kesesuaian kondisi klien
dan prosedur klinik terpilih, upaya dan tatalaksana rujukan yang diperlukan.
e. Sistem rujukan efektif yaitu, alasan keperluan rujukan, jenis rujukan, tatalaksana rujukan,
upaya yang dilakukan selama merujuk, jaringan pelayanan dan pendidikan, menggunakan
sistem umum atau sistem internal rujukan kesehatan.

2.9 Manajemen Kebidanan Menurut Varney, 1997


1. Pengertian
a. Proses pemecahan masalah
b. Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah.
c. Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis.
d. Untuk pengambilan suatu keputusan.
e. Yang berfokus kepala klien
2. Langkah-langkah
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara
keseluruhan.

15
Langkah I : Tahapan Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang dari data subjektif dan
objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui data anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara
lain adalah biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, biopsikologi, spiritual, pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan data-data vital, pemeriksaan khusus (inspeksi catatan baru dan
sebelumnya).
II. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah
Langkah II : Interprestasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
IV. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

16
Mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang sesuai
dengan kondisi klien.
V. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
VI. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya.
VII. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali manajemen
proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam
pelaksanaannya.

17
2.10Penggunaan Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin
tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. Petugas
harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:

1. Denyut jantung janin. Catat setiap 30 menit.


2. Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina:
a. U: selaput utuh
b. J : selaput pecah, air ketuban jernih
c. M: air ketuban bercampur mekoneum
d. D: air ketuban bernoda darah
e. K: tidak ada cairan ketuban / kering
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase):
a. 0 : sutura terpisah
b. 1 : sutura yang tepat atau bersesuaian
c. 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
d. 3 : sutura tumpang tindih tetapt tidak dapat diperbaiki
4. Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (X).
5. Penurunan: mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen/luar) di atas simfisis pubis; catat dengan tanda lingkaran (O)
pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala
berada di simfisis pubis.
6. Waktu: menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
7. Jam. Catat jam sesungguhnya.
8. Kontraksi. Catat setiap 30 menit; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tia-tiap kontraksi dalam hitungan detik:
a. kurang dari 20 detik

18
b. antara 20 dan 40 detik
c. lebih dari 40detik
9. Oksitosin. Jika memakai ositosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus
dan dalam tetesan per menit.
10. Obat yang diberikan. Catat semua obat yang diberikan.
11. Nadi. Catatlah setap 30 menit dan tandai dengan sebuah titik besar.
12. Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
13. Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.
14. Protein, aseton, dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus
melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.

19
BAB III

LAPORAN KASUS

No. Reg : 0404

Nama Pengkaji : Akb. mawar

Hari/tanggal : Rabu, 18 Maret 2020

Waktu Pengkajian : 11.00 WIB

Tempat Pengkajian : Kamar Bersalin RSIA Budi Kemuliaan

I. Pengkajian Data
Terima pasien dengan rasa hormat
Quick Check
 Pandangan kabur : tidak ada
 Nyeri ulu hati : tidak ada
 Pusing yang hebat : tidak ada
 Pergerakan janin berkurang : tidak ada
 Pengeluaran air-air pervaginam : tidak ada
 Keluar darah merah segar : tidak ada

Keluhan utama : mulas sejak jam 00.00 dan keluar darah lendir sejak pukul 05.00

1. Data Subjektif
A Identitas

Nama Istri : Ny. W Nama suami : Tn. S


Umur : 32 tahun Umur : 33 tahun
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam

20
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat rumah : Adm. Negara 1 Alamat rumah : Adm. Negara 1
no.30A RT 01/07 no.30A RT 01/07
Bendungan Hilir, Bendungan Hilir,
Tanah Abang, Tanah Abang,
Jak-Pus Jak-Pus
No.Telp : 085691096868 No.Telp : 081586411999
Alamat Kantor: - Alamat kantor : -
No.Telp Kantor: - No. Telp :-

1. Keluhan utama saat masuk : keluar darah dan lendir


2. Tanda-tanda persalinan
Pengeluaran pervaginam
 Darah lendir : Ada
 Air ketuban : Tidak ada
 Darah encer : Tidak ada
3. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 10 Juni 2019
b. ANC : teratur di PMB Mari Sentono
c. TP : 17 Maret 2020
4. Kelainan / gangguan : tidak ada
5. Imunisasi
TT1 : sudah
TT2 : sudah
6. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

No Tgl/Thn Usia Jenis Tempat Penyulit Jenis BB/ Keadaan Nifas


lahir Kehamilan Persalinan Kelamin PB anak
anak /Penolong
1. 2018 Aterm Sponta RSBK/BD - Laki-laki 3100 Sehat Baik
n
21
2. Ini

7. Pergerakan janin dalam 24 jam: aktif


8. BAB/BAK terakhir
- BAB : kemarin (21.00 WIB)
- BAK : pukul 07.00 WIB
9. Istiarahat/tidur : cukup
10. Makan terakhir : pukul 06.00 WIB
2. Data Objektif
A. Keadaan Umum : baik
 Kesadaran : compos mentis
 Keadaan emosional : stabil
 Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 37C
B. Muka
Cloasma : tidak ada
Oedema : tidak ada
C. Mata
Konjungtiva : tidak pucat
Sklera : tidak ikterik
D. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
TFU (Mc.Donald) : 32 cm
Palpasi Uterus :

Leopold I :teraba bagian besar,tidak bulat, lunak,tidak melenting


Leopold II :teraba bagian besar,memanjang sepeti papan di
sebelah kiri
sebelah kanan teraba bagian kecil dari janin

22
Leopold III :teraba bulat,keras tidak melenting
Leopold IV :bagian terendah janin terba 3/5 bagian

HIS : 4x10’40’’
TBJ : (32-12) x 155 = 3.100 gram
E. Auskultasi
Punctum maksimum : 2 jari dibawah pusat sebelah kanan
DJJ : 140x/menit
F. Ekstremitas
Edema : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek patella : +/+
Kuku : tidak pucat
G. Genetalia eksterna

Vulva : Varices : Tidak ada


Edema : Tidak ada
H. Anus : tidak ada hemoroid
I. Genetalia Interna
Pemeriksaan Dalam
Dinding Vagina : Terdapat rugae
Portio : Teraba tipis,lunak,arah ke depan
Pembukaan : 5 cm
Selaput Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Penurunan : H III
Posisi : Ubun-ubun kecil kiri depan
Molase : Tidak ada

J. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Darah : Hb : 11%gr
Gol.Darah :O
Rh :-

23
Urine : Protein: (-)
Glukosa : (-)
USG : Tidak ada
NST : Tidak ada

II. Analisa Data


G2P1A0 hamil 39 minggu >1hari partus kala 1 fase aktif
Janin tunggal hidup presentasi kepala

III. Masalah Potensial


Tidak ada

IV. Tindakan Segera


Tidak ada

V. Perencanaan
1. Informasikan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2. Rencanakan persalinan pervaginam.
3. Persiapkan alat-alat persalinan.
4. Hadirkan pendamping.
5. Berikan kebutuhan hidrasi dan nutrisi kepada ibu.
6. Beritahu pasien dan keluarga mengenai mobilisasi dan posisi kepada pasien dan
keluarga pasien.
7. Ajarkan keluarga untuk mengurangi rasa sakit
8. Lakukan observasi berkala.

VI. Implementasi
1. Menginformasikan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.:
a. TTV: TD: 110/70 mmHg, Suhu: 37oC, Nadi: 80x/mnt, RR: 20x/mnt
b. Pembukaan 5 cm, posisi kepala, DJJ: 140x/mnt, HIS : 4x10’40’’
2. Merencanakan persalinan pervaginam.

24
3. Menyiapkan alat-alat persalinan yang didekatkan ke tempat tidur ibu.
4. Menghadirkan pendamping, yaitu suami ibu.
5. Memberikan teh manis 1 gelas.
6. Memberitahu pasien dan keluarga mengenai mobilisasi dan posisi kepada pasien dan
keluarga pasien, dengan miring ke kiri dan setengah duduk
7. Mengajarkan keluarga untuk mengurangi rasa sakit, dengan mengusap pinggang ibu
saat ada his.
8. Melakukan observasi berkala, yaitu:
a. His, DJJ, dan nadi setiap 30 menit
b. Suhu setiap 2 jam
c. Tekanan darah dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam

VII. Evaluasi
1. Ibu dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan.
2. Sudah menyiapkan alat-alat persalinan.
3. Sudah menghadirkan suami sebagai pendamping ibu.
4. Ibu telah diberi minum.
5. Ibu merasa nyaman dengan posisi miring ke kiri.
6. Ibu lebih tenang saat ada his
7. Dilakukan observasi berkala, didapat hasil:
a. J. 08.30 : DJJ: 140x/menit, his 4x10’40”, nadi 82x/menit
b. J. 09.00 : DJJ : 140x/menit, his 4x10’42”, nadi 87x/menit
c. J. 09.30 : DJJ : 144x/menit, his 4x10’42’’,nadi 85x/menit
d. J. 10.00 : DJJ : 143x/menit, his 5x10’42”,nadi 85x/menit

25
Persalinan Kala II

Waktu : 10.15 WIB

I. Pengkajian
1. Data subjektif : Pasien merasa ingin meneran dan ingin BAB
2. Data objektif :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Emosi : Stabil
TTV :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 72x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
His : 5x10’45”
DJF : 140x/mnt

Pemeriksaan Dalam a/i menilai kemajuan persalinan


Pembukaan : Lengkap (10 cm)
Selaput Ketuban : (-)pecah spontan warna putih keruh
Presentasi : Kepala
Penurunan : H III+
Posisi : UUK
Molase : tidak ada

II. Analisa Data


G2P1A0 hamil 39 minggu > 1 hari partus kala II
Janin tunggal hidup presentasi kepala

III. Masalah Potensial


Tidak ada

26
IV. Tindakan Segera
Tidak ada

V. Perencanaan
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Siapkan diri dan alat-alat persalinan pervaginam
3. Libatkan suami dalam proses persalinan
4. Pimpin ibu untuk meneran
5. Periksa DJJ di antara his.
6. Tolong persalinan secara normal dengan APN.
7. Beri ucapan selamat atas kelahiran bayi.

VI. Implementasi
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga:
a. TTV: TD: 100/70mmHg, Suhu: 36,5oC, Nadi: 72x/menit, RR: 24x/menit
b. Pembukaan lengkap, presentasi kepala
c. His: 5x10’45”
d. DJJ: 140x/menit
2. Menyiapkan diri dan alat-alat persalinan pervaginam:
a. Memakai APD
b. Meletakkan partus set di atas tempat tidur
c. Melihat tanda-tanda persalinan kala II :
1) Dorongan meneran
2) Perineum menonjol
3) Vulva dan vagina membuka
4) Tekanan pada anus
3. Melibatkan suami dalam proses persalinan
4. Memimpin ibu untuk meneran sekuat-kuatnya saat ada his
5. Memeriksa DJJ di antara his.
6. Menolong persalinan secara normal dengan APN.

27
7. Memberi ucapan selamat atas kelahiran bayi.

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan
2. Sudah menyiapkan diri dan alat-alat persalinan pervaginam
3. Suami menggenggam tangan dan menyemangati ibu
4. Sudah memimpin ibu untuk meneran sekuat-kuatnya saat ada his
5. DJJ di antara his dalam batas normal.
6. Sudah dilakukan APN secara kompeten,bayi lahir jam 10.25 WIB, jenis kelamin
perempuan, A/S: 9/10
7. Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya.

28
Persalinan Kala III

I. Pengkajian
Data subjektif : Ibu merasa senang atas kelahiran anaknya
Data objektif :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Emosi : Stabil
Tinggi Fundus : 1jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Kandung Kemih : Kosong
Perdarahan : 150 cc

II. Analisa Data


P2A0 partus kala III

III. Masalah Potensial


Tidak ada

IV. Tindakan Segera


Tidak ada

V. Perencanaan
1. Periksa adakah janin kedua
2. Beritahu ibu akan diberikan suntik oksitosin 10 unit di paha bagian luar
3. Lakukan pemotongan tali pusat
4. Lakukan IMD
5. Lakukan Peregangan Tali Pusat untuk melahirkan plasenta
6. Lakukan masase uterus selama 15 detik segera setelah plasenta lahir
7. Nilai kelengkapan plasenta
8. Cek kontraksi uterus dan robekan jalan lahir.

29
VI. Implementasi
1. Memastikan tidak ada janin kedua
2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU/IM di 1/3 paha luar (vastus lateralis), setelah memastikan
bahwa tidak ada janin kedua.
3. Memotong tali pusat bayi:
1) Jepit tali pusat 5 cm di depan perut bayi dengan klem
2) Jepit 3 cm dari klem pertama
3) Gunting tali pusat, lindungi ujung klem dan gunting dari perut bayi
4) Ikat tali pusat dengan benang tali pusat, lepaskan klem
4. Melakukan IMD dengan bayi didekapkan antara payudara ibu
5. Melakukan PTT saat adanya kontraksi:
1) Klem tali pusat dengan klem 5 cm di depan vulva
2) Tangan kiri di atas simfisis, mendorong ke arah dorso kranial untuk mencegah
terjadinya inversion uteri
3) Regangkan tali pusat sejajar mengikuti jalan lahir
4) Pastikan tanda-tanda pelepasan plasenta:
Tali pusat memanjang, Rembesan darah mengalir,Uterus membulat
5) Lahirkan plasenta dengan cara menarik tali pusat ke bawah, lalu ke atas hingga ½
bagian terlihat, jaga agar klem berada + 5 cm di depan vulva
6) Sanggah plasenta dan putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput lahir
6. Melakukan masase uterus selama 15 detik segera setelah plasenta lahir
a. Segera masase perut ibu sebanyak 15 kali secara sirkuler hingga perut ibu terasa
keras/ada kontraksi
7. Memeriksa kelengkapan plasenta.
a. Kotiledon lengkap, Tidak ada infark,Insersi centralis
b. Lebar 12 cm, Tebal 3 cm,Panjang 20 cm
c. Terdapat 2 selaput plasenta

30
8. Mengecek kontraksi uterus dengan meraba Rahim ibu dan mengedep kasa di liang
vagian untuk memastikan adakah robekan jalan lahir atau tidak.
VII. Evaluasi
1. Tidak terdapat janin kedua
2. Ibu setuju dan sudah diberikan suntik oksitosin 10 unit di paha ibu bagian luar
3. Tali pusat sudah terpotong dang terikat serta tidak ada perdarahan
4. Bayi ibu mulai merangkak mendekati putting ibu
5. PTT duah dilakukan dan terdapat tanda pelepasan plasenta: Tali pusat memanjang,
Rembesan darah mengalir,Uterus membulat
6. Masase uterus : uterus mengeras
7. kelengkapan plasenta : tidak ada plasenta yang tertinggal
8. Kontraksi uterus baik dan tidak ada robekan jalan lahir

31
Persalinan Kala IV

I. Pengkajian
Data subjektif : Ibu merasa senang bayi dan plasenta telah lahir.
Data objektif :
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosi : Stabil
Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 78x/mnt
Suhu : 36,5°C
RR : 20x/mnt
TFU : 1 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Kandung Kemih : Kosong
Perdarahan : 150 cc
Robekan : tidak ada

II. Intepretasi Data


P2A0 post partum kala IV

III. Masalah Potensial


Tidak ada

IV. Tindakan Segera


Tidak ada

V. Perencanaan
1. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan ibu
2. Beri ucapan selamat atas kelahiran bayi
3. Ajarkan ibu dan suami massase uterus ibu

32
4. Mandikan dan ganti pakaian ibu.
5. Bereskan alat bekas pakai
6. Beritahu ibu dan suami tentang tanda-tanda bahaya ibu dan bayi.
7. Jelaskan observasi pada kala IV.

VI. Implementasi
1. Menginformasikan pada ibu dan suami tentang hasil pemeriksaan.
1) TTV: TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36,5oC, Nadi: 75x/menit, RR: 20x/menit
2) TFU satu jari dibawah pusat, perdarahan + 150 cc, kandung kemih kosong
2. Memberi ucapan selamat atas kelahiran bayi
3. Mengajarkan ibu dan suami massase uterus, bila perut terasa lembek, ibu bisa mengusap
dan memijit perut hingga terasa keras lagi.
4. Memandikan dan mengganti pakaian dalam ibu, serta memakaikan pembalut.
5. Membereskan alat bekas pakai dengan menaruh alat partus sesuai tempat pembuangan
yaitu di klorin 0,5% dan sampah pada tempatnya.
6. Memberi beritahu ibu dan suami tentang tanda-tanda bahaya ibu dan bayi. Yaitu : sakit
kepala hebat ,pandangan kabur, nyeri ulu hati, perdarahan banyak mengalir, untuk
bayinya tali pusat berdarah ,warna ujung bibir dan ujung jari kebiruan. Untuk segera
panggil petugas kesehatan.
7. Menjelaskan observasi pada kala IV:
1) Pada 1 jam pertama, pemeriksaan dilakukan 15 menit sekali
2) Pada 1 jam selanjutnya, pemeriksaan dilakukan 30 menit sekali
3) Dilakukan pemeriksaan TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan

VII. Evaluasi
1. Ibu dan suami sudah mengetahui dan mengerti keadaan ibu normal tidak ada tanda-
tanda kegawatdaruratan.
2. Ibu dan suami senang atas kelahiran bayinya yang ditolong oleh bidan
3. Ibu dan suami mengerti cara masase uterus
4. Ibu merasa nyaman karena sudah mandi dan ganti baju
5. Alat bekas pakai terendam diklorin 0,5% selama 10 menit

33
6. Ibu dan suami mengerti tentang tanda-tanda bahaya ibu dan bayi dan akan memanggil

petugas kesehtan jika tanda bahaya tersebut muncul


7. Ibu dan suami mengerti untuk diobservasi lanjut.
8.

34
PARTOGRAF

35
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada hari rabu tanggal 18 maret 2020 pada pukul 10.45 WIB, Ny W , G2P1A0 hamil 40
minggu > 1 hari telah melahirkan secara spontan, dengan jenis kelamin perempuan, berat badan
3.100 gr, panjang badan 48 cm, A/S: 9/10. Kasus ini merupakan keadaan fisiologis karena sesuai
dengan teori dari Sarwono Prawirohardjo yang menyatakan persalinan dengan usia kehamilan
37-42 minggu dengan berat janin 2500-4000 gram.

Pada kala I, berlangsung 10 jam, hal ini keadaan fisiologis. Berdasarkan teori Kurve Friedman
kala I pada multigravida biasanya persalinan terjadi 8-10 jam dan di perhitungkan pada
pembukaan muligravida 2cm/jam. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara teori
dan kasus Ny W.

Kala II, pada persalinan Ny W selama 10 menit dan sudah sesuai dengan Kurve Friedman,
fase ini di mulai dilatasi sevikalis lengkap (pembukaan lengkap) dan berakhir ekspulsi janin.
Rata-rata waktu durasinya adalah ½ - 1 jam untuk multipara.

Kala III, berlangsung tidak boleh lebih dari 30 menit dan sudah sesuai dengan teori. Plasenta
lahir 10 menit dari bayi lahir.

Kala IV yaitu kala observasi dilakukan dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Selama kala IV berlangsung, didapatkan semua hasil normal.

Penatalaksanaan pada persalinan, telah dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin dalam
batas normal, yaitu antara 120-140x/menit. Lalu tanda-tanda vital ibu. Suhu, nadi, dan tekanan
darah ibu di periksa dan dalam batas normal. Diketahui suhu normal ibu antara 36 – 37 oC. Nadi
normal antara 60-90 x/menit. Dan tekanan darah normal untuk sistolik antara 90-130 mmHg,
sedangkan diastolik antara 60-90 mmHg. Ibu dipasang cairan infus RL karena dikhawatirkan
adanya kegawatdaruratan Posisi ibu selama persalinan. Upaya mendorong ibu sekuat-kuatnya
pada saat his berlangsung baik, bayi lahir pada dorongan kedua. Bayi dilakukan IMD segera
setelah lahir hingga 2 jam pertama kelahiran bayi.

36
Sesuai dengan asuhan Lima Benang Merah, dalam kasus ini petugas kesehatan sudah
melakukan keputusan klinik yaitu memberitahu pasien dan keluarga akan direncanakan partus
pervaginam. Asuhan sayang ibu sayang bayi, bidan memberikan hidrasi yaitu minum teh manis,
kemudian mobilisasi yaitu tidur miring ke kiri, serta pendamping yaitu suami pasien, petugas
kesehatan mengobservasi HIS, DJF dan nadi. Petugas kesehatan sudah melakukan pencegahan
infeksi seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, memakai alat
pelindung diri saat menolong persalinan, membuang sampah sesuai tempat sampah medis dan
non medis, merendam alat-alat yang sudah digunakan kedalam bak klorin. Petugas kesehatan
sudah mendokumentasikan asuhan persalinan ke dalam partograf. Rujukan tidak dilakukan
karena tidak ada indikasi kegawatdaruratan.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam Kasus ini dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan persalinan pada Ny.W sudah
sesuai dengan manajemen kebidanan yang telah dipantau dari Kala 1 sampai Kala 4 dalam
Keadaan Persalinan Normal atau Fisiologi yang dapat dipaparkan sebagai berikut :
a) Melakukan pengkajian data
Kala 1 sampai Kala 4 meliputi data subjektif dan objektif dalam batas normal
b) Menentukan diagnose
Kala 1 diagnosa : G2P1A0 hamil 40 minggu >1hari partus kala 1 fase aktif
Janin tunggal hidup presentasi kepala
Kala 2 diagnosa : G2P1A0 hamil 40 minggu >1hari partus kala II
Janin tunggal hidup presentasi kepala
Kala 3 diagnosa : P2A0 partus kala III
Kala 4 diagnosa : P2A0 post partum kala IV
c) Dari pemantauan Kala 1 sampai Kala 4 tidak ditemukan masalah potensian dan tidak
dilakukan tindakan segera
d) Rencana yang dilakukan untuk Ny.W dari mulai kala 1 sampai kala 4 sudah sesuai apa
yang di butuhkan oleh Ny.W dan sudah sesuai dengan manajemen kebidanan.
e) Pelaksanaan tindakan asuhan pada persalinan kasus Ny.W G2P1A0 hamil 40 minggu > 1
hari ini disesuaikan dengan rencana asuhan yang sudah di lakukan secara menyeluruh
dari kala 1 sampai dengan kala 4.
f) Evaluasi yang diperoleh yaitu, ibu sudah mnegerti tentang hasil pemeriksaan yang telah
disampaikan, dan bersedia untuk merepakan pendidikan kesehatan yang telah di ajarkan,
dan telah mengerti tanda-tanda bahaya pada ibu maupun tanda-tanda bahaya pada
bayinya.
g) Pendokumentasikan sudah dilakukan dan dipantau dengan Partograf secara observasi
dengan berkala yaitu :

38
Kala 2 dimulai pada pembukaan 5 cm pada jam 08.00 WIB sampai pembukaan lengkap
09.45 WIB dan melewati garis waspada dan bayi lahir jam 10.00 WIB jenis kelamin
Perempuan , berat 3100 gram, A/S 9/10.
Kala 3 berlangsung 5 menit dan diberikan suntik Oksitosin 10 unit sekali pada waktu 1
menit sesudah bayi lahir di paha bagian luar , serta melakukan penjepitan dan
pemotongan talipusat 2 menit setelah bayi lahir,melakukan IMD bayi mulai merangkak
di antara payudara ibu, meregangan tali pusat terkendali lalu masase fundus uteri segera
setelah plasenta lahir kurang dari 30 menit. Tidak ada laserasi dengan jumlah perdarahan
kurang lebih 150 cc.
Kala 4 mengobservasi pemantauan dimulai jam 10.10 WIB didapatkan dan dicatat dalam
kondisi normla yaitu :
1 jam pertama per 15 menit pertama meliputi waktu ,Tekanan darah,
Nadi,Suhu,TFU,kontraksi uterus, kandung kemih/urine, darah keluar , sedangkan 15
menit ke 2 sampai ke 4 tidak dilakukan pemeriksaan suhu.
1 jam kedua pper 30 menit pertama meliputi waktu ,Tekanan darah
,Nadi,Suhu,TFU,kontraksi uterus, kandung kemih/urine, darah keluar ., sedangkan 30
menit ke 2 tidak dilakukan pemeriksaan suhu.

5.2 Saran

1. Rumah sakit
Mempertahankan asuhan kebidanan pada ibu bersalin, serta lebih membimbing
mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin di lahan praktek.
2. Pendidikan
Meningkatkan evaluasi terhadap mahasiswa yang dalam masa pembelajaran di lahan
rumah sakit dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
3. Mahasiswa
Lebih aktif dan meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam
memberikan asuhan kepada ibu bersalin.

39
DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal: Jakarta

Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Saifudin, Abdul dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, Hellen; Kriebs J.M; Gegor C.L. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan” Volume 1. Jakarta.
EGC; 2006.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta : EGC.

http://elearning.fkkumj.ac.id/pluginfile.php?file=%2F8618%2Fcourse%2Foverviewfiles
%2FAsuhan%20Kebidanan%20Persalinan.pdf&amp;forcedownload=1
http://repository.unimus.ac.id/1555/3/10.%20BAB%20II.pdf

40

Anda mungkin juga menyukai