H G5P4A0H4 DI
RSUD. H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI TAHUN 2021
Disusun Oleh:
Nikmatul Khusniah
PO71242210037
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
Komprehensif Persalinan dan Bayi Baru Lahir Pada Ny.H G5P4A0H4 Usia 41 Minggu di
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... I
KATA PENGANTAR.................................................................................... II
DAFTAR ISI................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 2
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 33
B. Saran........................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri)
yang dapat hidup kedunia luar, dari Rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar, 2002). Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal
dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga adalah
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Retno, 2013).
Persalinan adalah proses alami yang berlangsung dengan sendirinya, persalinan
pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya
sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang
memadai (Manuaba. 2019). Pengertian primigravida adalah seorang wanita yang
pertama kali hamil (Prawirohardjo, 2018). Grande multipara adalah kehamilan lebih
dari 4 kali. Grande multipara termasuk dalam kehamilan dengan resiko tinggi. Ibu
hamil dengan resiko tinggi memiliki bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan
maupun persalinan bila dibandingkan dengan ibu hamil normal. Komplikasi Grande
Multipara dalam kehamilan meliputi, Perdarahan ante partum, Solusio Plasenta,
Plasenta Previa, Abortus. Sedangkan komlpikasi Grande Multipara dalam persalinan,
meliputi Atonia Uteri , Ruptur Uteri, dan Prolaps Uteri. Kehamilan dan persalinan
dengan resiko tinggi dapat dicegah bila ditemukan sedini mungkin sehingga dapat
dilakukan tindakan perbaiakan (http://academia.edu).
Dengan pendekatan yang dianjurkan menganggap bahwa semua kehamilan
beresiko sehingga setiap ibu hamil mempunyai akses ketenaga kesehatan, yang salah
satunya adalah bidan yang ada di rumah sakit. Bidan adalah salah satu petugas
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya. Sehingga untuk itu pada kesempatan ini penulis
4
menyusun laporan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin yang di lakukan
di RS Abdul Manap Kota Jambi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan
Persalinan Normal pada Ny. H G5P4A0H4 usia kehamilan 41 minggu di RS Abdul
Manap Tahun 2021?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan persalinan fisiologis pada Ny. H
G5P4A0H4 37-38 minggu di RS Abdul Manap secara holistik dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis dalam
pengkajian data subjektif dengan pendekatan manajemen kebidanan.
b. Mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis dalam
pengkajian data objektif dengan pendekatan manajemen kebidanan.
c. Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam merumuskan diagnosa
berdasarkan data yang ada.
d. Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam penatalaksanaan persalinan
fisiologis sesuai kebutuhan dengan pendekatan holistik berdasarkan Evidence
Based Midwivery (EBM)/Evidence Based practice (EBM)
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Untuk menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan pemahaman
mengenai pengaruh masase terhadap pengurangan nyeri pada persalinan kala I
2. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi tentang pengaruh
masase terhadap pengurangan rasa nyeri pada persalinan kala I.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses penngeluaran konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 2010 dalam Legawati, 2018). Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta, dan selaput ketuban keluar dari Rahim. Persalinan diangap abnormal
jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
dengan penyulit (APN, 2013).
2. Jenis Persalinan
Jenis persalinan menurut Legawati, 2018 adalah sebagai berikut:
a. Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui
jalan lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forcep atau dilakukan operasi sectio caesarea.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin atau
prostaglandin.
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalianan
a. Passage (jalan lahir)
Passage atau faktor jalan lahir terbagi atas bagian keras dan bagian
lunak. Bagian keras terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka panggul).
Bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan - jaringan dan ligament -
ligament.
b. Power (Tenaga)
6
Kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong
janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
1) His
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris,
fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-
otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion
kearah bawah rahim dan serviks. Dalam melakukan observasi pada ibu
bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan dari his adalah:
a) Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau per 10 menit
b) Intensitas his adalah kekuatan his (adekuat atau lemah)
c) Durasi (lama his) adalah lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik
d) Interval his adalah jarak antara his satu dengan his berikutnya,
misalnya his datang tiap 2 – 3 menit
e) Datangnya his apakah sering, teratur atau tidak.
Perubahan - perubahan akibat his, diantaranya:
a) Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Serviks tidak
mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his
maka terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi)
dari serviks.
b) Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim,
terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
c) Pada janin
7
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero–plasenter kurang
sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika
benar terjadi hipoksia yang cukup lama, misalnya pada kontraksi
tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung
janin diatas 160 permenit dan tidak teratur.
2) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga
yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intra abdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan
saat buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai
pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan
menekan diafragmanya ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat
berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada
his. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada
penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu
dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah
plasenta lepas daridinding rahim.
c. Passenger
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin
yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan
posisi janin.
1) Sikap (habitus) Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan
sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya
dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam
keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
2) Letak (situs) Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu
misalnya Letak Lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu
8
ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini
bisa letak kepala atau letak sungsang.
3) Presentasi Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian
bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.
Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-
lain.
a) Bagian terbawah janin, sama dengan presentasi hanya lebih
diperjelas istilahnya.
b) Posisi janin untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap
sumbu ibu (maternal–pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala
(LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang
(Kurniawati, 2010)
4. Tanda Persalinan
Tanda persalian menurut Sulfianti, dkk (2020) adalah sebagai berikut:
a. Tanda – Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala
pendahuluan. Ini memberikan tanda – tanda sebagai berikut: Lightening atau
setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada Multipara, perut kelihatan lebih melebar,
fundus uterimenurun, perasaan sering kencing atau susah kencing karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin dari uterus, kadang –
kadang disebut “farse labor pains”, serviks menjadi lembek, muai mendatar
dan sekresinya bertambah bias bercampur darah (bloody show).
b. Tanda – Tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu)
Pada fase ini sudah memasuki tanda – tanda inpartu:
1) Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi Rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa
nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi
rahim yang dimulai pada 2 face maker yang letaknya di dekat cornu uteri.
9
His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu
disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat adanya dominan kontraksi
uterus pada fundus uteri, kontraksi berlangsung secara sinkron dan
harmonis, adanya intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua
kontraksi, irama teratur dan frekuensinya kian sering, lama his berkisar
45-60 detik. Pengaruh his ini dapat menimbulkan desakan di daerah
uterus (meningkat) terjadi penurunan janin, terjadi penebalan pada
dinding korpus uterus, terjadi peregangan dan penipisan pada isthmus
uteri, serta terjadinya pembukaan pada kanalis servikalis.
His persalinan memiliki sifat sebagai berikut:
a) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan
b) Teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatannya makin
besar
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d) Penambahan aktifitas (seperti berjalan) maka his tersebut semakin
meningkat
disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
2) Keluarnya lendir bercampur darah (show)
Lendir berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan
pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu
serviks membuka.
3) Ketuban pecah
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka
ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun, apabila
persalinan tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesarea.
4) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur –
angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi
10
hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti
kertas. Untuk rasa sakit yang dirasakan oleh wanita pada saat menghadapi
persalinan berbeda - beda tergantung dari rasa sakitnya, akan tetapi secara
umum wanita yang akan mendekati persalinan akan merakan.
5. Persalinan Kala I
a. Pengertian
Persalinan kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan
yang dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembuakaan service
menjadi lengkap (Yanti, 2010 dalam Diana, dkk, 2019).
b. Klasifikasi
Klasifikasi Persalinan Kala I berdasarkan kemajuan maka kala I
menurut Diana, dkk, (2019) dibagi menjadi:
1) Fase laten
Yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm
yang membutuhkan waktu 8 jam.
2) Fase Aktif
Yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu 6 jam yang
terbagi lagi menjadi:
a) Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4
cm yang dicapai dalam 2 jam
b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam
c) Fase decelerasi (kutrangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm yang dicapai dalam 2 jam
6. Asuhan persalinan kala II
1. Pengertian
Kala II disebut juga kala pengeluaran dimulai dari pembukaan
serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
(Oktarina,Mika.2017)
2. Tanda dan gejala kala II persalinan
11
a) Ibu merasakan ingin meneran secara bersamaan dengan
terjadinya kontrasepsi
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva-vagina dan spingter ani membuka
e) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah
f) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
g) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3. Mekanisme persalinan
a) Engagement
b) Fleksi
c) Putaran paksi dalam
d) Ekstensi
e) Putatan paksi luar
f) Melahirkan bahu kanan dan kiri
g) Seluruh badan lahir lengkap
4. Langkah-langkah pertolongan persalinan
a) Mengenali tanda-tanda kala II
b) Menyiapkan pertolongan persalinan (memastikan kelengkapan
peralatan dan obat-obatan)
c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
(melakukan PD, periksa DJJ)
d) Melakukan persiapan persalinan (mendekatkan peralatan,memakai
APD lengkap, membantu proses persalinan)
e) Penanganan BBL (nilai keadaan bayi, jaga kehangatan , dan
keringkan tubuh bayi)
12
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotngnya selaput lendih vagina, cincin selaput
dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebeah depan perineum. (Prawiroharjo,
2015).
Luka perineum adalah perlukaan perineum pada diafragma
urogenitalis dan muskulus lefator ani, yang tejadi pada waktu
persalinan normal, atau persalinan dengan alat, dapat terjadi
tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak
terlihat dari luar. Perlukaan jalan lahir terdiri dari, robekan
perineum yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini
dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai
dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat (Judha,
2015).
2. Etiologi
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan
dimana, kepala janin terlalu cepat lahir, persalinan tidak
dipimpin sebagaimana mestinya, sebelumnya pada perineum
terdapat banyak jaringan parut, dan pada persalinan dengan
distosis bahu (Prawirohrjo, 2015)
3. Indikasi Episiotomi
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak
ibu maupun janin nya (Prawiroharjo,2015)
a. Indikasi janin
1) Sewaktu melahirkan janin premature, tujuannya untuk
mencegah terjadina trauma yang berlebihan pada kepala
janin
2) Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan
janin dengan cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar,
distosia bahu, presentasi bokong.
13
b. Indikasi ibu
Apabila terjadi perenggangan perineum yang berlebihan
sehingga ditakuti akan terjadi robekan perineum, umpama
pada primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar. Pasien tidak
mampu berhenti mengejan atau tidak dapat menahan
tekanan.
4. Tingkatan Luka Perineum
Perlukaan pada perineum biasanya terjadi sewaktu kepala
janin dilahirkan. Luas robekan didefinisikan berdasarkan
kedalam robekan (Prawiroharjo,2015)
a. Derajat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir
vagina atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit
(mencapai kulit dan jaringan superfisal sampai ke otot)
b. Derajat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu sampai
mengenai selaput lender vagina juga mencapai otot-otot
perineum tetapi tidak sampai spingter ani
c. Derajat III : Robekan terjadi mengenai seluruh perineum
sampai berlanjut ke otot spingter ani
d. Derajat IV : Robekan sampai mencapai dinding rectum
anterior .
5. Penjahitan laserasi perineum
Penanganan laserasi perineum periksa terlebih dahulu
keadaan laserasi secara keseluruhan untuk mengetahui tingkat
keparahan laserasi, kemudian dilakukan teknik penjahitan
laserasi perineum disesuaikan dengan derajat laserasinya
(Prawiroharjo, 2015).
Teknik penjahitan
a. Derajat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat
dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan
14
secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka
delapan (figure of eight).
b. Derajat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan
perineum tingkat II maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir
robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang
bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir
robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem
terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir
robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-
mula otot-otot dijahit dengan catgut. Kemudian selaput
lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus
atau jelujur. Penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari
puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan
benang sutera secara terputus-putus.
c. Derajat III : Mula-mula dinding depan rektum yang robek
dijahit. Kemudian fasia perirektal dan fasia septum
rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingg bertemu
kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh
karena robekan diklem dengan klem Pean lurus, kemudian
dijahit dengan 2-3 ja catgut kromik sehingga bertemu
kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis de lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkar II.
d. Deraajat IV : Mula-mula dinding depan rektum yang robek
dijahit dengan jahitan jelujur menggunakan catgut kromik
no. 2/0 Jahit fasia perirectal dengan menggunakan benang
yang sama, sehingga bertemu kembali Jahit fasia septum
rektovaginal dengan menggunakan benang yang sama,
sehingga bertemu kembali Ujung otot spingter ani yang
terpisah karena robekan diklem dengan menggunakan pean
lurus Kemudian tautkan ujung otot spingter ani dengan
melakukan jahitan 2-3 jahitan angka 8 sehingga bertemu
15
kembali. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis
seperti melakukan jahitan pada laserasi perineum derajat
dua.
7. KALA III
a. Asuhan persalinan kala III
1. Pengertian
Kala III persalinan di juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala tiga dan empat persalnan merupakan kelanjutan
dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran
bayi) persalinan.
2. Tanda-Tanda lepasnya plasenta
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasanya dibawah pusat.
b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva (tanda ahfeld)
c) Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul dibelakan plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar
dari tepi plasenta yang terlepas.
21
b) Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir
dari ibu pembawa virus.
c) Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi
Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi
sirosis hati dan kanker hati primer
d) Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar
75% bayi dari penularan hepatitis B ( Kemenkes RI, 2010).
a. P: Provacate
pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian – bagian tubuh
b. Q: Quality
c. R: Region
nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang
d. S: Severe
nyeri, berapa lama menderita seberapa sering untuk kambuh dan lain – lain.
e. T: Time
Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama menderita,
23
3. Penyebab Rasa Nyeri Dalam Persalinan
mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri
Nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Nyeri ini terlokalisir di
terbawah janin.
c. Episiotomy
dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi maupun ruptur pada jalan
lahir.
d. Kondisi psikologi
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas.
4. Intensitas nyeri
24
Indikator adanya dan intensitas nyeri adalah laporan ibu tentang nyeri itu
berbagai macam cara. Penggunaan skala intensitas nyeri adalah mudah dan
dkk, 2016).
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
terhadap nyeri itu sendiri. Pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam
VDS merupakan sebuah garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata
Pendeskripsian ini di rangking dari tidak ada rasa nyeri sampai sangat nyeri
25
Gambar 2.1 Verbal Descriptive Scale (VDS)
pasien. Nyeri yang dinilai pasien akan dikategorikan menjadi tidak nyeri (0)
nyeri ringan (1-3) secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
perintah dengan baik. Nyeri berat (7-9) secara objektif klien terkadang tidak
dapat mendeskripsikannya, serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi dan
nafas panjang, dan distraksi. Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu lagi
Keterangan :
26
Secara objektif klien mendesis, menyeringai,dapat menunjukkan lokasi
NRS merupakan skala nyeri yang populer dan lebih banyak digunakan di
klinik, Khususnya pada kondisi akut, mengukur intensitas nyeri sebelum dan
Menurut (Poter & Perry) 2016 cara penggunaan skala nyeri adalah :
berilah tanda salah satu angka sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan
pasien. NRS merupakan skala pengukuran nyeri yang mudah dipahami oleh
pasien, dalam penelitian skala nyeri NRS diberi warna yang berbeda-beda.
27
Oleh karena itu skala NRS ini akan digunakan sebagai instrumen penelitian
menurutu mereka lebih tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan
pada suatu waktu. VAS tidak melabelkan suatu divisi, tetapi terdiri dari
sebuah garis lurus yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan
ujungnya. Pasien diberitahu bahwa “0” tidak ada nyeri sama sekali, dan 10
menyatakan nyeri paling parah yang klien bayangkan. Skala ini memberikan
Skala ini terdiri dari enam wajah yang sedang tersenyum hal ini
menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang
Gambar 2.2
28
Skala nyeri Wong-baker
sebab tidak ada rasa sakit, angka 1 menunjukkan sedikit menyakitkan, angka 2
benar menyakitkan.
kemih. Keluhan yang biasanya dialami oleh ibu yang akan bersalin
merupakan suatu keluhan umum yang dianggap sebagai hal biasa, sehingga
perhatian yang diberikan oleh bidan kepada ibu yang akan bersalin tidak
C. Masase
1. Pengertian
29
Pijat (massage) adalah memanipulasi jaringan tubuh lunak (otot, jaringan
ikut, pembuluh limfatik), baik secara manual atau dengan alat bantu seperti rol
atau batu. Berbagai jenis pijat dari Swedia yaitu “relaksasi” yang merupakan
pijat untuk memijat jaringan yang mendalam “shiatsu”. Masing-masing dapat
diterapkan ke berbagai bagian tubuh, termasuk kaki, punggung, bahu, dan
wajah (Maslikhanah, 2011). Massage adalah melakukan tekanan tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan
gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan
relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi.
Effleurage adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak tangan
yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah sirkular
secara berulang (Reeder, 2011). Effleurage merupakan teknik masase yang
aman, mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak
memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri
atau dengan bantuan orang lain (Ekowati, dkk. 2011). Effleurage diistilahkan
untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan saat memulai dan
mengakhiri pijatan. Gerakan ini bertujuan untuk meratakan minyak dan
menghangatkan otot agar lebih rileks. Effleurage terutama dilakukan dengan
telapak tangan dan jemari rapat. Tangan harus mengikuti kontur tubuh saat
meluncur diatasnya (Yuliatun, 2008).
2. Tujuan Masase
Menurut Bambang Trisnowiyanti (2012), tujuan massage atau pemijatan
adalah:
a. Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah venus (pembuluh
balik) dan peredaran getah bening (air limfe)
b. Menghancurkan pengumpalan sisa-sisa pembakaran di dalam sel-sel otot
yang telah mengeras yang disebut miogelisis (asam usus)
c. Menyempurnakan pertukaran gas-gas dan zat-zat di dalam jaringan atau
memperbaiki proses metabolism
d. Menyempurnakan pembagian zat-zat makanan ke seluruh tubuh
30
e. Menyempurnakan proses pembuangan sisa-sisa pembakaran
(sampahsampah) kealat pengeluaran atau mengurangi kelelahan
f. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,
menambah tonus otot (daya kerja otot), efesiensi otot (kemampuan guna
otot) dan elastisitas otot.
g. Membantu penyerapan (absorpsi) pada peradangan bekas luka
h. Membantu pembentukan sel-sel baru atau menyuburkan pertumbuhan tubuh
i. Membersikan dan menghaluskan kulit
j. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh
k. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit yang boleh
dipijat.
31
dilakukan massage punggung terhadap nyeri persalinan kala I. Manfaat penelitian
untuk mengetahui bahwa penerapan tehnik massage punggung memengaruhi nyeri
persalinan kala I pada ibu bersalin. Maka dari itu, disarankan pada petugas
kesehatan terutama bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
persalinan dengan menggunakan tehnik massage punggung untuk mengurangi
nyeri persalinan kala I
Hasil penelitian Dinni Randayani Lubis, Maryuni, Leggina Anggraeni (2020)
Efektifitas Massage Punggung Dalam Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif Pada Primigravida dan Multi Gravida. Hasil analisa bivariat pada ibu
primigravida massage punggung menurunkan tingkat nyeri persalinan sebesar
0,25%, dimana p-value sebesar 0,046 sedangkan pada ibu multigravida intervensi
massage punggung dapat menurunkan tingkat nyeri persalinan sebesar 0,35%
dengan nilai p-value sebesar 0,001. Ada perbedaan tingkat nyeri ibu bersalin pada
primigravida dan multigravida sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Massage
punggung dapat diterapkan disemua fasilitas kesehatan dan dapat diajarkan pada
ibu dan keluarga.
Hasil penelitian Yeni Aryani, Masrul, Lisma Evareny (2015) Pengaruh
Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan
Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin. Hasil penelitian ini ditemukan ibu
bersalin yang dimasase memiliki intensitas nyeri lebih rendah 29.62 point dari pada
yang tidak dimasase nilai p=0.001, ada pengaruh masase terhadap intensitas nyeri
kala I persalinan normal. Ibu bersalin yang dimasase memiliki endorfin lebih tinggi
dari pada yang tidak dimasase sebesar 142.82 pcg/mlnilai p=0.001 ada pengaruh
masase terhadap kadar endorfin ibu bersalin normal. Ada korelasi kadar endorfin
dengan penurunan intensitas nyeri dengan nilai r= 0,795 dan nilai p=0.001.
Kesimpulan penelitian ini adalah masase pada punggung berpengaruh terhadap
intensitas nyeri dan kadar endorfin ibu bersalin kala I fase laten persalinan normal
serta kadar endorfin berkorelasi dengan intensitas nyeri kala I fase laten persalinan
normal.
Hasil dari penelitian Juneris Aritonang , Laura M Siregar, Frida Liharris
Saragih (2020) Penurunan Rasa Nyeri Pada Persalinan Kala I Fase Aktif Melalui
32
Masase Punggung Pada Ibu Inpartu Di Klinik Hj. Hamidah Kota Medan. Hasil
penelitian didapati ada perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi
(p=0.000) dan pada kelompok kontrol (p=0,007). Dari hasi penelitian ini diketahui
bahwa adanya pengaruh metode masase terhadap penurunan intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif. Sehingga disarankan supaya bidan menerapkan metode
masase dalam mengurangi nyeri persalinan.
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
Bab ini akan diuraiakan Asuhan Kebidanan pada Ny. H dengan Persalinan Normal
Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi pada tanggal 19 Oktober 2021 mulai dari Pengkajian
data, Analisa dan Perumusan Diagnosa/Masalah, Perencanaan Tindakan, Implementasi, dan
Evaluasi Asuhan Kebidanan.
A. Kala 1 persalinan tanggal 16 November 2020 pukul 15.00 wib
1. Pengkajian Data (Oleh: Arfina )
a. Data Subjektif
1) Identitas
Nama Ibu : Ny. H Nama Suami : Tn. I
Umur : 41 Tahun Umur : 43 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Rt. 23 Telanai Alamat : Rt. 23 Telanai
2) Data Kebidanan
a) Keluhan Utama : ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang menjalar
ke ari-ari sejak tadi malam, semakin sering terasa sejak tadi subuh, sudah
mengeluarkan lendir darah sejak pukul 09.30 Wib.
b) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Anak Keadaan
Tgl Tahun Tempat Umur Jenis Penolong
No Penyulit Kel/ anak
Partus Partus Kehamilan Persalinan Persalinan
BB sekarang
34
ada 3000 gr
5 Ini
35
Tekanan Drah : 130/100 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
c) Turgor : Baik
d) Muka
Konjungtiva : Tidak Pucat
Sklera : Tidak Ikterik
Kelopak Mata : Normal
e) Payudara
Putting Susu : Menonjol
Areola Mamae : Bersih
f) Abdomen : Tidak ada bekas Luka Operasi
2) Ekstremitas : Tidak ada Varises, Tidak ada Oedema
3) Pemeriksaan Khusus/Kebidanan
a) Palpasi
L I , TFU : 30 cm, Bagian yang teraba dalam Fundus : Bokong
L II : Pu-K1 (Teraba keras memanjang pada sisi kanan)
L III : Pre-Kep sudah masuk PAP
L IV : 3/5
Gerakan bayi : Aktif
Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >45 detik
TBBJ : (30-11) x 155 = 2945 Gram
b) Auskultasi
DJJ : 145 x permenit, frekuensi : Teratur, Kuat
c) Perkusi : Tidak Dilakukan
d) Ano-Genitalia
Vulva : Tidak ada Varises, pengeluaran : Blood Slym
Hemoroid : Tidak ada
e) Pemeriksaan Dalam
Tanggal/ Jam : 19 Oktober 2021/ 20.50 Wib
Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
36
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Penurunan : HIII
Denominator : UUK
4) Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,6 gr/dl - Protein Urine : (-)
Gol. Darah : B+
2. Intepretasi Data Dasar
a. Diagnosa
Inpartu Kala I fase Aktif .
b. Masalah
Ibu merasa kesakitan.
1) Data Subjektif (DS) :
a) Ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang menjalar ke ari-ari sejak tadi
pagi semakin sering terasa sejak tadi subuh, sudah mengeluarkan lendir
darah sejak pukul 07.30 Wib.
2) Data Objektif:
a) Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >45 detik
b) Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
c) Pembukaan : 8 cm
d) Ketuban : Utuh
e) Presentasi : Kepala
f) Penurunan : HIII
g) Denominator : UUK
Analisis data dan Intepretasi Data:
a. Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan
(Wikjosastro, 2016). Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 sampai 10 cm. Salah
satu karakteristik persalinan sebenarnya adalah nyeri kontraksi pada bagian
belakang, melingkar ke bagian bawah perut/abdomen, bertambah lama,
mengeluarkan lendir dan darah (Bloody Show).
37
b. Keadaan Ibu dan Janin Baik
1) Data Subjektif:
Janin bergerak aktif pada bagian sebelah kiri perut ibu.
Data Objektif:
Suhu Badan : 36,6 ◦C
Tekanan Drah : 130/100 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
c. KU Ibu baik, kesadaran Compos Mentis, Konjungtiva Tidak Pucat, tidak ada
Oedema, dan Skelra Tidak Ikterus.
Pemeriksaan penunjang:
Hb : 10,6 gr/dl
Protein Urine : (-)
d. Analisis Data dan Intepretasi Data:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak adak tanda-tanda oedema, dan
ibu tidak pucat, dan kadar Hb dalam batas normal menandakan keadaan ibu
baik (Wikjosastro, 2002).
2) DJJ dalam keadaan normal, bunyi jantungnya teratur, dan frekuensinya
antara 120-160x/menit menandakan Janin dalam keadaan baik.
3. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Atonia Uteri , Ruptur Uteri, dan Prolaps Uteri melihat dari kehamilan ibu yang
sudah memasuki kehamilan grande multipara.
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Tidak ada penangan tindakan segera pada Ny. H karena tidak ada kasus
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera selama proses persalinan.
5. Rencana Tindakan
a. Tujuan
1) Kala I fase aktif berlangsung normal (pembukaan 8 cm sampai 10 cm),
kemajuan persalinan normal dan tidak melewati garis waspada pada pencatatan
partograf.
2) Keadaan ibu dan janin tetap baik
38
3) Ibu mendapat support/dukungan fisik maupun psikis dari keluarga
b. Kriteria
1) Penurunan kepala pada HIV dan pembukaan 10 cm, His/kontraksi uterus yang
semakin kuat
2) Kondisi ibu dan janin baik (TTV Ibu dan DJJ dalam batas normal)
3) Keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan dan selalu memberi
dukungan baik fisik maupun psikis
4) Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri selama proses persalinan.
c. Rencana Tindakan
1) Lakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
Rasional: Sebelum melakukan pemeriksaan atau tindakan lakukan informed
consent pada ibu/keluarga dan meminta persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan dengan menandatangani form persetujuan yang tersedia.
2) Jelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
Rasional:
Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat lebih
kooperatif terhadap tindakan dan anjuran dari petugas kesehatan/bidan.
3) Jelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon pendonor darah,
jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu untuk dirujuk serta
perlu transfusi darah.
Rasional:
Ibu harus mempersiapakan pendonor darah yang bergolongan darah sama dengan
ibu agar mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk transfusi
darah.
4) Berikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
a) Berikan dukungan dan semangat serta menghadirkan suami untuk
mendampingi ibu dalam proses persalinan
Rasional:
Dukungan dan semangat dari petugas kesehatan/bidan dan menghadirkan
suami akan membatu menambah motivasi ibu dalam menghadapi persalinan.
b) Ajarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada kontraksi
39
Rasional:
Tekhnik Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri
dengan memberikan jaringan suplai O2 yang cukup.
c) Memasase punggung ibu
Rasional:
Dengan memasase punggung ibu merangsang titik tertentu di sepanjang
meridian medulla spinalis yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke
formatio retikularis, thalamus dan sistem limbic tubuh akan melepaskan
endorfin. Endorfin merupakan neurotransmitter atau neuromodulator yang
menghambat pengiriman rangsang nyeri dengan menempel kebagian reseptor
opiat pada saraf dan sumsum tulang belakang sehingga dapat memblok pesan
nyeri ke pusat yang lebih tinggi dan dapat menurunkan sensasi nyeri.
d) Beri intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Rasional:
Dengan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat akan memberi energy bagi
tubuh sehingga dapat memudahkan proses persalinan terutama tenaga saat
meneran.
e) Anjurkan pengosongan kandung kemih jika ibu ingin BAK
Rasional:
Kandung kemih yang penuh menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak
akurat, memperlambat turunnya kepala janin ke jalan lahir, dan memberi
persaan yang tidak nyaman pada ibu.
f) Atur posisi ibu senyaman mungkin
Rasional:
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin untuk mengurangi efek rasa nyeri
pada ibu dan tetap memperhatikan posisi yang baik dalam penurunan kepala
bayi.
5) Pantau kemajuan persalinan dengan partograf
Rasional:
Dengan partograf memudahkan dalam pengambilan keputusan klinis dan rencana
tindakan selanjutnya terjadap klien.
40
6) Siapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
Rasional: Ibu sudah berada pada fase aktif kala I yaitu pembukaan 8 cm dan
kemajuan persalinan juga baik sehingga perlu dilakukan persiapan untuk
pertolongan persalinan ibu.
6. Implementasi
a. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
c. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon pendonor darah,
jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu untuk dirujuk serta perlu
transfusi darah
d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
a. Memberikan Dukungan dan semangat pada ibu serta menghadirkan suami
untuk mendampingi ibu
b. Mengjarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada kontraksi
c. Memasase punggung ibu
d. Memberikan Intake nutrisi dan cairan yang adekuat
e. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih jika terasa ingin BAK
f. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
e. Melakukan Konsultasi dengan Dokter Spesialis Obgin via telepone tentang
kondisi ibu dan janin serta meminta saran atas tindakan yang harus dilakukan
jika terjadi hal yang gawat
f. Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
g. Menyiapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
7. Evaluasi
a. Kala I berlangsung normal
b. Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri
c. Ibu merasa bersemangat dan bergairah dalam menghadapi proses persalinan dan
menyambut kelahiran buah hati.
d. Ibu dalam keadaan baik (TD:130/100 mmHg, N: 98x/menit, RR: 28x/menit, S:
36,60C)
e. DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur, frekuensi 135x/menit
41
f. Kontraksi uterus makin kuat 4x10 menit lamanya >40 detik
g. Ibu merasakan adanya dorongan yang kuat untuk meneran
h. Ibu merasa ada tekanan pada anus
i. Tampak perineum menonjol
j. Vulva dan anus membuka
k. Pemeriksaan dalam:
1) Portio : Tidak teraba - Penyusupan : 0
2) Pembukaan : 10 cm - Penurunan : HIV
45
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian dan penatalaksanaan yang dilakukan pada NY.H tentang nyeri
persalinan kala I yaitu nyeri yang di sebabkan oleh kontraksi otot rahim dan regangan otot
dasar panggul (Judha, dkk 2016). Nyeri menyebabkan frustasi dan putus asa, sehingga
beberapa ibu merasa khawatir tidak akan mampu melewati proses persalinan. Sebuah studi
terbaru menemukan bahwa 67% wanita merasa sedikit khawatir, 12% merasa sangat khawatir
dan 23% sama sekali tidak khawatir tentang nyeri persalinan. 2 Ibu bersalin yang sulit
beradaptasi dengan rasa nyeri yang tidak terkoordinasi kontraksi uterus yang dapat
mengakibatkan perpanjangan kala I persalinan dan kesejahteraan janin terganggu. Kemajuan
persalinan yang lambat merupakan salah satu komplikasi persalinan yang mengkhawatirkan,
rumit dan tidak terduga sehingga dapat memperburuk ibu dan janin (Titik Hindriati, 2017).
Nyeri pada persalinan kala 1 dapat dikurangi dengan melalui metode nonfarmakologis
yaitu salah satu nya adalah dengan tehnik masase, masase yaitu melakukan tekanan tangan
pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau
perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki
sirkulasi. Teknik massase ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan
dan menghangatkan otot serta meningkatkan relaksasi fisik dan mental. Effleurage merupakan
teknik massage yang aman, mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak
memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan
bantuan orang lain (Ekowati, dkk, 2011).
Berdasarkan pengkajian di atas dapat di lihat bahwa terdapat pengurangan rasa nyeri
pada persalinan kala I hal ini sejalan dengan hasil penelitian Titik Hindriati (2017) tentang
pengaruh masase dan relaksasi terhadap lamanya persalinan kala I fase aktif di rumah bersalin
kota jambi tahun 2015 yaitu adanya pengaruh yang signifian dari tindakan massage dan
relaksasi pernafasan terhadap lama persalinan kala I fase aktif, dengan ρ-value =0.023
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan tindakan massage dan relaksasi.
Terdapat perbedaan lama persalinan kala I fase aktif 1 jam 11 menit lebih cepat antara
responden yang diberikan perlakuan dengan yang tidak diberikan perlakuan.
46
Hal ini juga sejalan dengan penelitian : Indah Puspitasari, Dwi Astuti (2017) Tehnik
massage punggung untuk mengurangi nyeri persalinan kala I yaitu hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah dilakukan massage
punggung terhadap nyeri persalinan kala I. Manfaat penelitian untuk mengetahui bahwa
penerapan tehnik massage punggung memengaruhi nyeri persalinan kala I pada ibu bersalin.
Maka dari itu, disarankan pada petugas kesehatan terutama bidan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan persalinan dengan menggunakan tehnik massage punggung untuk
mengurangi nyeri persalinan kala I.
Posisi Mc. Robert adalah tehnik pengeluaran bahu pada janin yang tidak bisa dilahirkan
karena bahu anterior janin telah mengalami impaksi terhadap tulang simpisis pubis tetapi pada
proses persalian kala II ibu diposisikan pada posisi ini sebelum janin lahir bertujuan agar
sumbu jalan lahir lebih pendek dengan sudut inklinasi berkurang dari 26º menjadi 10º
walaupun diameter pelvis tidak berkurang sehingga menyebabkan rotasi sympisis pubis ke
arah atas, sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek, dan
suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal.Manuver ini
dilakukan dengan meletakkan kaki dan punggung melakukan fleksi sehingga paha menempel
pada abdomen ibu, tindakan ini menyebabkan sacrum melebar, rotasi simpisis pubis kearah
kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi meskipun ukuran panggul tidak berubah
(Verrals, 2012).
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan yaitu dengan memberikan perlakuan masase telah dilakukan
pada Ny.H sehingga nyeri kala I yang dirasakan mengalami pengurangan.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
saat persalinan mulai sejak kehamilan. Serta petugas kesehatan bisa memberikan
afirmasi positif agar ibu lebih tenang dan rileks saat proses persalinan supaya ibu
menerapkan metode alamiah seperti melakukan masase pada saat proses persalinan
48
LAMPIRAN
49
persalinan yang penelitian adalah
lambat merupakan formulir
salah satu Pemantauan
komplikasi persalinan kala I
persalinan yang Fase Aktif yang
mengkhawatirkan, digunakan untuk
rumit dan tidak memantau
terduga tehingga lamanya
dapat persalinan mulai
memperburuk dan dari awal dilatasi
janin . 3 Teknik serviks fase aktif
massage dan sampai terjadinya
relaksasi persalinan pada
pernafasan adalah masing-masing
dua diantara kasus.
beberapa metode Sedangkan
untuk mengurangi Formulir
rasa nyeri secara Partograf
non farmakologis digunakan untuk
yang biasa memantau
dilakukan dan kemajuan
dapat membantu persalinan Kala I
ibu bersalin dalam fase aktif untuk
menghadapi nyeri kasus dan kontrol
persalinan pada Data dianalisis
kala I menggunakan
perangkat
komputer dengan
analisis univariat
untuk melihat
distribusi
frekuensi setiap
variabel dan
dilanjutkan
dengan analisis
bivariat untuk
melihat
hubungan antara
variabel bebas
dan terikat,
menggunakan uji
statistik
tIndeppendent
yang bertujuan
untuk
mengetahui
50
perbedaan mean
dua kelompok
data independent
dengan tingkat
kemaknaan a =
0,05
51
DALAM seorang wanita. Punggung Posttest. Populasi punggung
MENGURANGI Nyeri bersifat Dalam pada penelitian menurunkan
NYERI unik dan subjektif Mengurangi ini semua ibu tingkat nyeri
PERSALINAN setiap orang Nyeri inpartu kala I persalinan sebesar
KALA I FASE memiliki respon Persalinan primigravida 0,25%, dimana p-
AKTIF PADA terhadap Kala I Fase maupun value sebesar
PRIMIGRAVID rangsangan nyeri Aktif pada multigravida 0,046 sedangkan
A& yang berbeda- Primigravid sebanyak 50 pada ibu
MULTIGRAVI beda.Rasa nyeri a dan orang. multigravida
DA dapat Multigravid intervensi
menimbulkan a. massage
Penulis : kecemasan pada punggung dapat
Dinni Randayani ibu, terutama pada menurunkan
Lubis, Maryuni, ibu primigravida tingkat nyeri
Leggina yang dapat persalinan sebesar
Anggraeni berdampak 0,35% dengan
terjadinya nilai p-value
Tahun : persalinan yang sebesar 0,001.
2020 lama.Nyeri Ada perbedaan
persalinan yang tingkat nyeri ibu
berat dan lama bersalin pada
dapat primigravida dan
mempengaruhi multigravida
verifikasi sirkulasi sebelum dan
maupun setelah dilakukan
metabolisme yang intervensi.
harus segera Massage
ditangani karena punggung dapat
menyebabkan diterapkan
kematian janin disemua fasilitas
(Mander, 2004). kesehatan dan
Massage dapat diajarkan
punggung pada ibu dan
merupakan keluarga.
metode sederhana,
aman dan tidak
menimbulkan efek
merugikan (Judha,
2012). Pemijatan
secara lembut
membantu ibu
lebih segar, rileks
dan nyaman
selama persalinan.
4 Judul : Nyeri saat Tujuan penelitian Hasil penelitian
52
Pengaruh persalinan Penelitian experimental ini ditemukan ibu
Masase pada merupakan proses ini untuk dengan post test bersalin yang
Punggung yang fisiologis. mengetahui only control dimasase memiliki
Terhadap Sebanyak 12% - pengaruh group design intensitas nyeri
Intensitas Nyeri 67% wanita masase pada yang dibagi atas lebih rendah 29.62
Kala I Fase merasa khawatir punggung kelompok point dari pada
Laten Persalinan dengan nyeri yang terhadap perlakuan yang yang tidak
Normal Melalui akan dialami saat intensitas melakukan dimasase nilai
Peningkatan persalinan. Salah nyeri kala I masase pada p=0.001, ada
Kadar Endorfin satu upaya untuk fase laten punggung dan pengaruh masase
mengurangi nyeri persalinan kelompok terhadap intensitas
Penulis : persalinan adalah normal kontrol yang nyeri kala I
Yeni Aryani, dengan masase. melaui tidak masase. persalinan normal.
Masrul, Lisma peningkatan Intensitas nyeri Ibu bersalin yang
Evareny kadar dinilai dengan dimasase memiliki
endorfin kuisioner dan endorfin lebih
Tahun : kadar endorfin tinggi dari pada
2015 diukur dengan yang tidak
human beta dimasase sebesar
endorfin Elisa 142.82
Kit. Data pcg/mlnilai
dianalisis p=0.001 ada
menggunakan uji pengaruh masase
t-test terhadap kadar
independent dan endorfin ibu
korelasi bersalin normal.
Spearmen Ada korelasi
kadar endorfin
dengan penurunan
intensitas nyeri
dengan nilai r=
0,795 dan nilai
p=0.001.
Kesimpulan
penelitian ini
adalah masase
pada punggung
berpengaruh
terhadap intensitas
nyeri dan kadar
endorfin ibu
bersalin kala I fase
laten persalinan
normal serta kadar
endorfin
berkorelasi
53
dengan intensitas
nyeri kala I fase
laten persalinan
normal.
5 Judul : Persalinan suatu untuk Desain penelitian Hasil penelitian
Penurunan Rasa proses membuka mengidentifi ini adalah quasy- didapati ada
Nyeri Pada dan menipisnya kasi eksperimen yang perbedaan yang
Persalinan Kala I serviks serta pengaruh bersifat two signifikan pada
Fase Aktif terjadi kontraksi metode group pretest- kelompok
Melalui Masase uterus sehingga masase postest intervensi
Punggung Pada menyebabkan terhadap menggunakan uji (p=0.000) dan
Ibu Inpartu Di nyeri pada proses nyeri uji t-dependen pada kelompok
Klinik Hj. persalinan. persalinan dan t- kontrol (p=0,007).
Hamidah Kota Dalam persalinan, kala I fase independen. Dari hasi
Medan masase membantu aktif. Jumlah sampel penelitian ini
ibu lebih rileks dalam penelitian diketahui bahwa
Penulis : dan nyaman ini adalah 38 adanya pengaruh
Juneris selama persalinan. orang. metode masase
Aritonang , Ibu yang yang di terhadap
Laura M Siregar, masase 20 menit penurunan
Frida Liharris setiap jam selama intensitas nyeri
Saragih tahapan persalinan persalinan kala I
yang dilakukan fase aktif.
Tahun : oleh petugas Sehingga
2020 kesehatan, disarankan supaya
keluarga pasien bidan menerapkan
ataupun pasien itu metode masase
sendiri akan lebih dalam mengurangi
bebas dari rasa nyeri persalinan.
sakit, karena
masase meransang
tubuh melepaskan
senyawa
endorphin.
6. Judul : Dalam proses Tujuan Penelitian Hasil penelitian
PERBEDAAN persalinan penelitian observasional menemukan
POSISI pengaturan posisi ini untuk analitik, yaitu ratarata lamanya
PERSALINAN ikut berperan menganalisi jenis persalinan kala II
Mc ROBERT penting di dalam s Perbedaan penelitian yang pada ibu
DAN POSISI persalinan. Ada posisi menekankan primigravida
LITHOTOMI beberapa tehnik persalinan pada waktu dengan posisi Mc
MODIFIKASI yang Mc Robert pengukuran atau Robert
LATERAL dikembangkan dan posisi observasi data modifikasi Lateral
TERHADAP pada ibu bersalin Lithotomi dalam satu kali 43.81 menit
LAMA pada kala II modifikasi pada satu waktu dengan
54
PERSALINAN bertujuan agar Lateral yang dilakukan standar deviasi
KALA II PADA dapat terhadap pada variabel 23.19 menit,
IBU memperpendek lama terikat dan yang dengan nilai
PRIMIGRAVID lama persalinan persalinan untuk melihat minimum 15
A DI KLINIK dan kala II ibu hubungan antara menit dan
SWASTA meminimalkan primigravida variabel satu maksimum 85
KOTA komplikasi yang di Klinik dengan variabel menit. Sedangkan
PEKANBARU terjadi pada ibu Swasta Kota lainnya melalui rata-rata lamanya
TAHUN 2018 maupun janin. Pekanbaru. pengujian persalinan kala II
hipotesa. pada ibu
Penulis : primigravida
Melly Wardanis, dengan posisi
Isye Fadmiyanor, Lithotomi
Ari Susanti modifikasi
Lateral selama
Tahun : 65.37 menit
2018 dengan
standar deviasi
23.61 menit
dengan nilai
minimum 20
menit dan
maksimum 110
menit. Beda rata-
rata sebesar 21.56
menit artinya lama
kala IIposisi
Mc.Robert rata-
rata lebih cepat
21.56
menit bila
dibandingkan
dengan posisi
Lithotomi.
7. Judul : Menurut World Tujuan Desain penelitian bahwa rata-rata
PERBEDAAN Health penelitian ini waktu lamanya
POSISI Organization ini adalah menggunakan kala II ibu bersalin
PERSALINAN (WHO), seorang untuk analitik pada posisi
SETENGAH tenaga kesehatan mengetahui comparative, setengah duduk
DUDUK hendaknya perbedaan yaitu penelitian adalah 18,90,
DENGAN membiarkan ibu posisi dengan sedangkan untuk
POSISI bersalin dan persalinan menggunakan rata-rata waktu
JONGKOK melahirkan dalam setengah metode studi lamanya kala II
TERHADAP posisi yang duduk dan perbandingan ibu bersalin pada
LAMANYA dipilihnya yang posisi dilakukan dengan posisi jongkok
55
KALA II DI terdiri dari posisi jongkok cara adalah 13,90,
BPM berjongkok, posisi terhadap membandingkanperbedaan rata-
ERNIWATY duduk dan semi lamanya persamaan danrata antara
BABAT SUPAT duduk, posisi kala II di perbedaan setengah duduk
berlutut dan posisi BPM sebagai dengan posisi
Penulis : berjongkok atau Erniwaty fenomena untuk
jongkok adalah 5.
Untari Anggeni berdiri serta Babat Supat mencari faktor
Oleh karena rata-
berbaring miring Tahun 2018. apa atau situasi
rata waktu
Tahun : (lateral). Namun bagaimana yang
lamanya kala II
2019 tidak dengan menyebabkan pada posisi
posisi telentang timbulnya suatu
setengah duduk
dan litotomi . peristiwa lebih besar dari
tertentu pada rata-rata
(Notoatmodjo,20
waktu lamanya
10). kala II pada posisi
jongkok sehingga
dapat dinyatakan
bahwa posisi
persalinan
jongkok efektif
digunakan dalam
asuhan persalinan
normal
kala II.
8. Judul ; For every woman Tujuan dari Metode Tidak ada
PERBEDAAN childbirth is a studi ini penelitian yaitu perbedaan posisi
POSISI MIRING natural and adalah untuk cara ilmiah untuk miring dengan
DENGAN normal process. mengetahui mendapatkan setengah duduk
SETENGAH However, perbedaan data pada ibu bersalin
DUDUK PADA if it is not properly posisi dengantujuanada dalam percepatan
IBU BERSALIN managed, miring n kala II di BPM
DALAM childbrith will dengan kegunaaanaterten Ny. Nur laila
PERCEPATAN become abnormal. posisi tu. hayati,SKM.M.Ph
PERSALINAN The shorter setengah Berdasarkanahal desa Gitik
KALA II second stage will duduk atersebut terdapat Kecamatan
obviously prevent ibu pada empat Rogojampi
Penulis : maternal impact tahap kedua kataakunciayang Kabupaten
Miftahul Hakiki of prolonged percepatan. perlu Banyuwangi
dan Eka Fauziah labor. It can diperhatikan Tahun 2017.
Oktaviana be suppressed by yaitu,cara ilmiah,
adjusting the data, tujuan, dan
Tahun : position of kegunaan
2018 childbrith. (Sugiyono, 2011:
2).
Jenis desain
56
penelitian ini
menggunakan
desain studi
komparatif
atau
perbandingan
yaitu penelitian
kebidanan yang
membandingkan
antara variabel
satu dengan
variabel lainnya
atau
membandingkan
antar perbedaan
variabel yang
akan diukur
(Alimul, 2011:
37).
9. Judul ; Di BPS Suparini Tujuan Jenis penelitian Hasil analisis
PERBEDAAN ibu bersalin penelitian ini adalah menyimpulkan
LAMA menggunakan untuk analitik bahwa ada
PERSALINAN posisi setengah mengetahui kuantitatif perbedaan lama
KALA II PADA duduk dan belum perbedaan dengan persalinan kala II
POSISI MIRING menggunakan lama rancangan antara posisi
DAN POSISI posisi lain seperti persalinan penelitian miring dan
SETENGAH posisi kala II pada quasi setengah duduk
DUDUK miring,posisi posisi eksperiment. pada ibu bersalin
tegak,posisi miring dan Populasi dalam primipara
Penulis : jongkok, posisi setengah penelitian ini (p=0,0021) dan
Nelly Indrasari terlentang dan duduk di adalah seluruh ada perbedaan
posisi duduk BPS ibu inpartu lama persalinan
Tahun : bersandar dengan Suparini, kala II di BPS kala II antara
2014 penolong.sehingga BPS Kartini Suparini, BPS posisi miring
peneliti tertarik dan BPS Lia Kartini dan dan setengah
untuk melakukan Maria BPS Lia Maria. duduk pada ibu
penelitian tentang Bandar Besar sampel bersalin multipara
perbedaan posisi lampung. penelitian ini (p=0,002).
miring dan ditentukan Demikian juga
setengah duduk dengan rumus ada perbedaan
pada ibu bersalin independent two lama persalinan
pada lama kala II sample sehingga kala II antara
sampel posisi miring pada
berjumlah 160 ibu primipara dan
dengan tehnik ibu mualtipara
57
pengambilan (p=0,000)
sampel dan ada perbedaan
accidental lama persalinan
sampling. kala II antara
Instrumen posisi setengah
penelitian duduk pada ibu
yang digunakan primiapar dan ibu
adalah check list multipara
melalui (p=0,000).
observasi.
Selanjutnya data
di analisis
dengan analisis
univariat
menggunakan
mean sedangkan
analisis bivariat
dengan uji
independent
sample t-tes.
10. Judul : Maternal Untuk Metode Berdasarkan hasil
Perbedaan Posisi Mortality Rate in menganalisi penelitian ini dari penelitian dan
Miring Ke Kiri Indonesia still s adalah kuantitatif pembahasan
Dan Posisi high, it was perbedaan dengan bahwa:
Setengah Duduk 359/100.000 live posisi lateral pendekatan 1. Ibu multipara
Terhadap Waktu birth. The most dan semi kohort, yaitu pada waktu kala II
Kala II Pada Ibu common is caused fowler mengelompokka dengan posisi
Multipara Di by prolonged terhadap n atau miring ke kiri
RSUD Idaman labor (37%) and kala II mengklasifikasik adalah 15 orang
Banjarbaru asphyxia waktu an dan posisi
neonatorum persalinan kelompok ibu setengah duduk
Penulis : (35,9%). The left antara inpartu multipara adalah sebanyak
Fakhriyah, Siska lateral position ibu dengan 15 orang.
Puji Astuti usually used if multipara di posisi miring dan 2. Rerata waktu
semi fowler RSUD posisi setengah kala II ibu
Tahun : position was not Idaman duduk, untuk multipara dengan
2017 work to get Banjarbaru. kemudian posisi miring ke
childbirth. The diamati sampai kiri adalah 12,40
second stage time waktu menit dan posisi
are very important tertentu untuk setengah duduk
for fetus mengamati adalah 22,47
condition. waktu kala II. menit.
Sampel adalah 3. Hasil analisis
semua ibu menggunakan
inpartu multipara independent
58
kala II yang T test didapatkan
melahirkan di nilai p=0,037
ruang VK (α<0,05)
bersalin Rumah yang artinya ada
Sakit Umum perbedaan waktu
Daerah Idaman kala II antara
Banjarbaru posisi miring ke
pada bulan kiri dan posisi
Desember tahun setengah duduk.
2016 sampai
bulan April 2017
sebanyak 30
orang. Teknik
pengambilan
sampel dengan
cara total
sampling yang
memenuhi
kriteria inklusi
dan eksklusi.
Instrumen yang
digunakan adalah
partograf dan
catatan
persalinan pada
buku rekam
medik pasien.
Variabel terdiri
dari:
Variabel bebas
(posisi miring ke
kiri dan
posisi setengah
duduk) dan
variabel terikat
yaitu waktu kala
II.
Analisis data
terdiri
dari univariat dan
bivariate.
Analisis
bivariat
menggunakan uji
T tidak
berpasangan
59
dengan nilai α<
0,05
60