Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Makalah....................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal menurut WHO (World Health Organization) adalah
persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal
persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara
spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42
minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat.
Menurut UNICEF mengawali tahun 2019 terdapat 395.000 persalinan
terjadi diseluruh dunia. Hampir setengah kelahiran ini diestimasikan
berasal dari 8 negara diseluruh dunia yaitu, India, China, Nigeria,
Indonesia, Amerika Serikat dan Republik Kongo.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42), lahir spontan dengan
presentase belakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu ataupun janin (Prawirohardjo, 2014).
Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin
disebabkan oleh masalah kehamilan dan persalinan, dan nifas. Pada
tahun 2015, WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih
dari 585.000 ibu hamil meninggal saat hamil atau bersalin.
Pada tahun 2013 Penyebab terbesar kematian yaitu perdarahan
sebesar 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,8% dan lain-lain 40,8%.
Perlu diketahui bahwa partus lama selama proses persalinan
dapat menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu,
robekan portio, asfiksia pada bayi, dan perdarahan post partum.
Persalinan normal terjadi melalui empat kala persalinan, dimuali dari
kala I (pembukaan 0-10 cm), kala II (kala pengeluaran), kala III (kala uri),
kala IV (kala pengawasan). Proses dinamik dari persalinan meliputi empat
komponen adalah passager (janin), passage (pelvis ibu), power (kontraksi
uterus) dan psikis (status emosional ibu). Bila persalinan dimulai interaksi
antara passager, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk
terjadinya kelahiran pervaginam secara spontan.
Persalinan kala I pada ibu inpartu biasanya mengalami nyeri persalinan
yang durasi, frekuensi dan kekuatannya semakin meningkat setiap waktu
sehingga ibu inpartu kala I membutuhkan kenyamanan untuk mengurangi
nyeri persalinan. Oleh karena itu dalam bidang kedokteran terutama
bidang anastesiologi telah mengembangkan berbagai macam pengobatan
untuk mengurangi rasa sakit dan ketakutan selama proses persalinan.
rasa sakit Upaya menghilangkan dapat dilakukan secara
nonfarmakologi dan farmakologi. Dari segi resiko metode nonfarmakologi
atau tanpa obat atau metode pertolongan sendiri adalah bahwa tidak ada
efek samping secara klinis, wanita bisa memilih metode sendiri sesuai
keinginannya dan pasangannya juga memegang peranan penting selain
itu metode non farmakologi juga lebih alami dan bisa digunakan di rumah dan di
rumah sakit. Metode ini sangat berguna untuk mengalihkan pikiran
wanita dari nyeri dan ia merasa lebih terkontrol pada saat partus.
Metode nonfarmakologi yang sudah dikenal antara lain, homeopathy,
pijat aromaterapi dalam persalinan, hipnosis, visualisasi persalinan, teknik
auditori dan image visual persalinan, relaksasi, posisi melahirkan, palates,
endorphin massage, hypnobirthing, akupuntur, alif dan zikir. Nyeri persalinan yang
terjadi dapat dikurangi dengan pemberian teknik Endorphin massagesehingga dapat
mengurangi nyeri persalinan yang terjadi. Endorphin massage bisa menjadi salah satu
usaha induksi alami, karena saat melakukan endorphin massage hormon oksitosin
akan keluar dan ini bisa mengurangi rasa tidak nyaman atau rasa nyeri saat persalinan
kala I.
Rasa tidak nyaman pada ibu bersalin kala I bisa berdampak
meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah
kontraksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke janin menurun.Pada
fase ini kontraksi makin lama, semakin kuat, dan semakin sering yang
dapat menimbulkan kecemasan. Penurunan aliran darah juga
menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya
proses persalinan hingga dapat menyebabkan persalinan lama.
Melemahnya kontraksi rahim merupakan penyebab terbanyak terjadinya
partus lama.
Banyak upaya untuk mengefektifkan his antara lain: tehnik ambulasi,
perubahan posiis, mengosongkan kandung kemih, stimulasi puting dan
pemberian makan dan minum serta mengurangi stresor dan kelelahan ibu
juga efektif meningkatkan frekuensi his. Untuk mencegah tindakan lain dalam
menolong ibu atau bayi agar tidak mengalami hal-hal yang diluar proses waktu
normal, salah satunya dapat dilakukan dengan metode zilgrei, yaitu dengan gerakan
dan latihan
pernapasan yang dipersiapkan sejak kala I tepatnya pada fase aktif
diharapkan kerja otot-otot panggul yang salin berkaitan menjadi selaras
sehingga mulut rahim tidak kaku, dan adanya potensi otot-otot rahim untuk
mendorong janin menuju jalan lahir, latihan tarikan dan hembusan napas
membantu ibu mengumpulkan tenaga untuk mendorong janin ke posisi
ideal untuk melahirkan normal.
Zilgrei merupakan salah satu teknik mengurangi nyeri persalinan. Hal ini
dikarenakan 85% penyebab sakit punggung maupun nyeri persalinan
sama, yaitu asimetri tubuh. Asimetri tubuh adalah gangguan
ketidakseimbangan dalam menempatkan beban dan gerakan salah satu
sisi tubuh, misalnya aktivitas tubuh pada sisi kanan saja atau beban tubuh
pada sisi kanan saja.
Menurut Manuaba (2010) primigravida adalah keadaan dimana seorang
wanita mengalami masa kehamilan untuk pertama kalinya Dengan
kemungkinan beresiko tinggi maka diperlukan pengawasan antanetal yang
ketat. Ibu dengan primigravida yang menghadapi proses persalinan tentu
mengalami lama persalinan yang lebih lama dibandingkan ibu multigravida yaitu
untuk primigravida kala I bisa mencapai 12,5 jam, kala II 80 menit,
kala III : 10 menit, dan kala IV 2 jam. Persalinan kala I pada ibu
primigravida lebih lama 2,5 jam dibandingkan pada ibu multigravida
Durasi yang lebih lama tersebut tentu membuat rasa
sakit, nyeri dan tidak nyaman yang dirasakan oleh ibu menjadi lebih
panjang untuk itu diperlukan beberapa metode seperti metode Zilgrei dan
endorphine massage untuk mempercepat proses kala I pada ibu
primigravida.
Apabila metode Zilgrei dan endorphine massage dikombinasikan
menjadi suatu metode yang menggabungkan gerakan, perubahan posisi,
latihan pernapasan, dan pijatan ringan yang dipersiapkan sejak kala I
persalinan diharapkan kerja otot-otot panggul yang saling berkaitan
menjadi selaras sehingga mulut rahim tidak kaku, dan menjadi potensi
untuk mendorong janin menuju jalan lahir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa-apa saja Posisi-posisi dalam persalinan ?
2. Apa yang dimakasud dengan gentle birth water birth?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Posisi-posisi dalam persalinan
2. Untuk mengetahui gentle birth water birth
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan salah satu kejadian yang normal dan alamiah pada siklus
kehidupan wanita. Penerapan posisi dalam persalinan sebagai salah satu asuhan yang
diberikan pada ibu bersalin diharapkan dapat membantu kemajuan proses persalinan
yang secara normal dan alamiah.
Bidan adalah seorang pemberi asuhan dalam persalinan, berupaya untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan
perempuan secara holistik. Dalam memberikan asuhan, bidan harus berdasarkan
filosofi kebidanan sebagai pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberi
pelayanan kebidanan. Selain itu dalam memberikan pelayanan tersebut, bidan
dituntut untuk mengaplikasikan berbagai disiplin keilmuan, baik ilmu sosial,
psikologi, kebutuhan dasar manusia secara holistik, komunikasi serta ilmu kebidanan
itu sendiri yang telah terbukti kebenarannya, sesuai kebutuhan klien serta dalam batas
kewenangannya.
Oleh karena itu peran bidan sangat penting dalam membantu ibu dalam
pemberian asuhan khususnya penerapan pemilihan posisi persalinan. Bidan sudah
selayaknya memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan perempuan serta keluarga, juga bersama-sama dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya,
kapan dan dimanapun dia berada khususnya saat proses persalinan.
(Dundes, 1987)
Pada budaya Babilonia (2000 SM) telah dikenal kursi persalinan (Gambar 2,
disadur dari Dundes, 1987) dan menyebar dibeberapa bagian dunia dan sampai
saat ini masih digunakan Sedangkan kursi persalinan yang modern tersedia di
beberapa rumah sakit di dunia Barat.
Posisi Dampak
Berdiri Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi selama dan
antar kontraksi
Nyeri kontraksi tersa kurang dan lebih kontraksi produktif
Fetus berada sejalan dengan sudut pelvis
Persalinan lebih cepat dibanding posisi terlentang /recumbent
Meningkatkan dorongan meneran pada Kala dua
Berjalan Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah :
Pergerakan menyebabkan perubahan pada sendi pelvis,
memudahkan rotasi dan penurunan kepala janin
Berdiri dan bersandar kearah depan pada pasangan, Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah:
tempat tidur atau “Birth Ball” Mengurangi nyeri punggung
Posisi yang baik untuk mengusap punggung
Lebih santai dibanding berdiri
Dapat menggunakan monitor fetal elektronik (tempat tidur
stand by)
Dansa perlahan (Ibu merangkul pasangan di Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah:
leher, bersandar kepala dilengan / dada atau bahu. Pergerakan menyebabkan perubahan pada sendi pelvis,
Lengan pasangan melingkari punggung ibu, memudahkan rotasi dan penurunan kepala janin
dengan jari saling terkait di punggungg bagian Dapat meningkatkan rasa kasih sayang dengan pasangan
bawah. Ibu melemaskan karena saling berdekatan
lengannya, menyentuh pasangan. Mereka bergoyang Irama musik menenangkan
diikuti musik, bernapas dalam irama yang sama. Pasangan dapat memberikan tekanan pada punggung untuk
mengurangi nyeri
The lunge/mengangkang (ibu berdiri disamping Memperluas satu bagian pelvis (sisi dimana ia mengangkang
kursi, menempatkan satu kaki dikursi dengan lutut kaki)
atau kaki lurus disisi lainnya. Menekuk keatas kaki Memperbaiki rotasi kelapa janin OP
dan paha, ibu mengangkang disatu sisi secara Dapat diselingi posisi knelling / berlutut
berulang selama kontraksi, 5 detik setiap waktu.
Ia harus merasakan peregangan dan paha bagian
dalam. Pasangan membantu mengamankan kursi
dan keseimbangan)
Duduk di toilet Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : dapat
membantu relaksasi perineum untuk kelahiran yang efektif
Semi duduk / Semi-sitting Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : Dapat
memungkinkan pemeriksaan vagina
Posisi yang mudah untuk pindah ke tempat tidur atau meja
persalinan
Duduk, rocking di kursi Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah :
Pergerakan rocking meningkatkan percepatan persalinan
Duduk, bersandar ke depan dengan sanggahan Sama seperti duduk tegak, ditambah :
Mengurangi nyeri punggung
Posisi yang baik untuk mengusap punggung
Posisi Dada-Lutut / Knee-chest (Ibu bertumpu pada Menghalangi gravitasi kepala bayi (atau bokong) keluar pelvis,
tangan dan lutut, kemudian posisi dada merapat ke dan mengurangi tekanan pada serviks, dimana dapat digunakan
tempat tidur sehingga bagian bokong lebih tinggi pada kondisi prolaps tali pusat, serviks tebal dan posisi kepala
darpada dada. Ia santai dalam posisi ini, bayi OP. Knee-chest terkadang direkomendasikan pada awal
menggunakan bantal untuk sanggahan, jika persalinan (OP/oksiput posterior) jika kontraksi teratur, sangat
diperlukan). nyeri, dan disertai nyeri punggung dan tidak ada kemajuan
pada dilatasi. 30-45 menit dalam posisi ini dapat membantu
reposisi fetus ke posisi kepala oksiput anterior
Baring miring / Side-lying Posisi santai yang sangat baik
Dapat bersamaan dengan tindakan
Membantu penurunan tekanan darah
Aman jika pengobatan diberikan
Dapat meningkatkan kemajuan persalinan jika diselingi
dengan berjalan
Gravitasi netral
Berguna mengurangi percepatan pada kala dua yang sangat
cepat
Memudahkan relaksasi diantara meneran
Memungkinkan pergerakan sakrum posterior pada kala dua
Jongkok / Squatting Dapat mengurangi nyeri
Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi
Meperluas bidang panggul
Membutuhkan sedikit dorongan meneran
Dapat memudahkan rotasi dan penurunan janin pada
persalinan sulit
Membantu ibu jika tidak ada dorongan untuk meneran
Memungkinkan kenyamanan karena bebas dari beban berdiri
Keuntungan mekanik – trunk atas menekan fundus
Lap squatting (Pasangan duduk di kursi yang Sama seperti posisi jongkok, ditambah:
kokoh dan ibu duduk dihadapan pasangan dan Mengurangi pegal pada lutut dan paha dibanding posisi
memeluk pasangan serta berpangku pada paha jongkok
pasangan. Pasangan memeluk ibu, dan melebarkan Memungkinkan dukungan lebih, mengurangi kelelahan pada
paha selama kontraksi, memungkinkan bokong ibu ibu
bergantung diantaranya. Diantara kontraksi, Dapat meningkatkan rasa kasih sayang dengan pasangan
pasangan merapatkan kaki sehingga ibu dapat karena saling berdekatan
duduk dipangkuan suami ).
Supported squat (Ibu besandar dengan punggung ke Memungkinkan ruang untuk asinklistismus fetus
dada pasangan, yang memeluk dari bawah lengan Mengurangi restriksi mobilitas sendi pelvis yang disebabkan
ibu dan menyangga beban badan ibu. Ibu berdiri tekanan luar (dari tempat tidur, kursi dll) atau peregangan pasif
diantara kontraksi.) (dari jongkok dll) sehingga memungkinkan “molase” pelvis
oleh rotasi penurunan fetus
Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi
Butuh tenaga yang kuat dari pasangan
Dangle (Pasangan duduk di bagian tinggi, kursi atau Sama seperti dukungan pada supported squat, hanya lebih
tempat tidur, kaki disangga ke kursi atau peyangga mudah bagi pasangan
kaki (footrests), dengan paha terbuka. Punggung ibu
antara kaki dan menempatkan lengan melingkari
paha. Posisi ibu merendah dan pasangan memberi
dukungan terhadap berat ibu. Ibu berdiri diantara
kontraksi.)
e. Ketika seorang ibu bersalin mengadopsi posisi yang lebih tegak selama
persalinan, maka tekanan pada panggul dan punggung akan berkurang
sehingga mereka akan merasa lebih nyaman dan merasa lebih mampu
memegang kendali. Tekanan pada bayi juga berkurang. Bidan dapat
menyentuh dengan lembut untuk memberi kesenangan dan kenyamanan bagi
ibu, seperti 'Effleurage', sebuah belaian lembut pada kulit pada perut ibu.
Dari penelitian Gardosi dkk. (1989) dengan menggunakan controlled clinical
trial yang melibatkan 151 primigravida dan 18 bidan dinilai akseptabilitas dan
hasil dari kala dua persalinan dengan posisi tegak. Wanita yang tidak memiliki
persiapan antenatal spesifik dan pilihan tentang posisi persalinan yang dikelola,
baik secara konvensional (semi-sandaran dan lateral), atau dimotivasi untuk
menerapkan posisi tegak (jongkok, berlutut, duduk atau berdiri) sesuai dengan
pilihan pribadi. Dari wanita yang dialokasikan ke posisi tegak, 74% pada kala dua
tetap dengan posisi tegak, dengan posisi berlutut menjadi posisi yang paling
disukai, sedangkan posisi jongkok, meskipun dengan bantuan, terlalu sulit untuk
dikelola. Penerapan posisi tegak menghasilkan angka yang lebih tinggi kejadian
perineum utuh. Ada pengurangan klinis yang jelas terhadap persalinan forsep pada
kelompok dengan posisi tegak. Perubahan posisi ibu bersalin dari berbaring ke posisi
tegak sering dianggap bermanfaat bila kemajuan persalinan lambat. Perkiraan
kehilangan darah sama pada kedua kelompok, begitu pula kondisi bayi baru lahir
(skor Apgar dan pH arteri umbilikalis). Posisi alternatif pada kala dua persalinan,
khususnya berlutut, dapat dicapai bahkan tanpa alat bantu lahir yang spesifik dan
persiapan antenatal. Hal tersebut tampak aman dan diterima sebagian besar ibu
bersalin dan bidan, serta mudah diintegrasikan ke dalam praktik bangsal persalinan
modern dimana memiliki keuntungan secara klinis yang memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Menurut penelitian Roberts (1980) menyatakan bahwa meski posisi litotomi
digunakan secara luas di bagian obstetri Amerika, hal tersebut dikritisi karena
tekanan secara fisiologis dan anatomis yang berdampak pada ibu dan janinnya pada
proses persalinan. Perlu pertimbangan dalam menentukan posisi persalinan sebagai
alternatif dari posisi litotomi. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk
memaksimalkan tenaga mengejan ibu dan mempengaruhi lamanya kala dua
persalinan yang secara tidak langsung mempengaruhi status janin/neonatal. Seperti
pada kala satu, berbagai faktor yang terkait dengan posisi ibu saat kala dua dalam
memberikan kontribusi terhadap hasil akhir persalinan.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terjadi penekanan pada pembuluh
darah ke uterus yang mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke bayi. Hal ini dapat
berdampak pada penurunan denyut jantung janin sehingga penolong persalinan akan
membatasi gerak ibu untuk memonitor janin lebih jauh (Kerr (1964), Clark (1991),
Danilenko, dan Chen(1999)). Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa posisi
litotomi lebih nyeri dibanding posisi lainnya (De Jonge (2004)), meningkatkan
tekanan pada perineum sehingga meningkatkan kejadian robekan dan episiotomi,
terutama dibandingkan dengan posisi jongkok (Terry (2006), Nasir (2007), Golay
(1993), dan Bhardwaj (1995)). Selain itu dengan posisi litotomi, pergerakan ibu akan
terbatas yang mengakibatkan peningkatan lamanya persalinan (Allahbadia (1993),
Lawrence(2009)). Terjadi pula peningkatan risiko persalinan dengan forsep atau
vakum (Roberts (2005), De Jonge (2004), Nasir (2007)).
Dalam review Cochrane terhadap 20 penelitian (Gupta, 2004), menunjukkan
bahwa :
a. Perbandingan antara berbagai posisi tegak atau lateral dengan posisi
terlentang atau litotomi.
• Lamanya kala dua lebih pendek
A. Kesimpulan
Bidan selaku pemberi asuhan kebidanan pada ibu bersalin khususnya penerapan
posisi dalam persalinan harus memahami betul konsep dari filosofi kebidanan yang
terkandung. Selain itu bidan dituntut untuk mengaplikasikan berbagai disiplin
keilmuan, baik ilmu sosial, psikologi, kebutuhan dasar manusia secara holistik,
komunikasi serta ilmu kebidanan itu sendiri yang telah terbukti kebenarannya, sesuai
kebutuhan klien serta dalam batas kewenangannya.
Dengan penerapan posisi persalinan berdasarkan filosofi kebidanan diharapkan
aspek biopsikososialspritual ibu dapat terpenuhi dan pada akhirnya akan memberikan
hasil yang optimal pada kelahiran.
B. Saran
Dengan telah tersusunya makalah ini, pembaca disarankan ntuk menjadikan
makalah ini sebagai referensi. Selain itu bagi pembaca yang akan melakukan
penelitian serupa disarankan agar menjadikan makalah ini sebagai bahan acuan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Allahbadia GN, & Vaidya PR. 1993. Squatting Position for Delivery. Journal of the
Indian Medical Association. 91(1):13-16. dalam http://www.giving-
birthnaturally.net/birth-positions-lithotomy-position.html
Anonim. Positions for Labour and Birth dalam
http://www.spiritualbirth.net/positionsfor-labour-and-birth
Bhardwaj, N, Kukade, JA, Patil, S, & Bhardwaj, S. 1995. Randomised Controlled
Trial on Modified Squatting Position of Delivery. Indian Journal of Maternal
and Child Health. 6(2):33-39. dalam http://www.giving-birth-naturally.net/birth-
positions-lithotomy-position.html
Bodner-Adler B, Bodner K, Kimberger O, Lozanov P, Husslein P, & Mayerhofer K.
2003. Women's Position During Labour: Influence on Maternal and Neonatal
Outcome. Wien Klin Wochenschr. Oct 31;115(19-20):720-3. dalam
http://www.giving-birthnaturally.net/birth-positions-lithotomy-position.html
Chen, GY, Kuo, CD, Yang, MJ, Lo, HM, & Tsai, YS. 1999. Comparison of Supine
and
Upright Positions on Autonomic Nervous Activity in Late Pregnancy: The
Role of Aortocaval Compression. Anaesthesia. 54(3):215-219. dalam
http://www.giving-birthnaturally.net/birth-positions-lithotomy-position.html