Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI


NORMAL UMUR 9 BULAN DI PUSKESMAS KONI
TAHUN 2021

DOSEN PENGAMPU :
Murdayah, M.Keb

Oleh :
Monica Delsantya
PO.71242210036

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Masa Neonatus dengan Campak tahun 2021 .Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan
sejumlah pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi
3. Murdayah, M.Keb, Selaku Pembimbing Pembimbing yang telah banyak memberikan
petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan ini.
4. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangunakan sangat kami harapkAn.
Aemoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Jambi, Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi Campak...................................................................................................6
B. Manajemen Varney..................................................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Judul Kasus..............................................................................................................13
B. Identitas Pasien........................................................................................................13
C. Rencana Asuhan Kebidanan....................................................................................16
D. Manajemen Asuhan Kebidanan...............................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus.........................................................................................................20
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi program dan imunisasi pilihan.
Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian
dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya
dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan imunisasi pilihan adalah
imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu. Imunisasi program terdiri
atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus. Imunisasi rutin terdiri
atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Dari imunisasi dasar yang diwajibkan
tersebut, campak/MR menjadi salah satu jenis imunisasi yang mendapat perhatian lebih
(Kemenkes RI, 2021). Imunisasi campak adalah pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit campak, dimana vaksin yang diberikan adalah vaksin virus hidup yang
dilemahkan (Pusdiknakes, 2015).
Penyakit campak disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus dan biasanya
ditularkan melalui kontak langsung dan udara. Virus menginfeksi saluran pernafasan,
kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Lebih dari 140.000 orang meninggal akibat
campak pada tahun 2018 dan kebanyakan anak-anak di bawah usia 5 tahun, meskipun
telah tersedia vaksin yang aman dan efektif (WHO, 2019).
Penyebaran kasus campak hampir terdapat di seluruh provinsi Indonesia, hanya 1
provinsi yang tidak terdapat kasus campak. Pada tahun 2019, terdapat 8.819 kasus
campak, meningkat jika dibandingkan tahun 2018 yaitu sebesar 8.429 kasus. Kasus
campak terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah (1.562 kasus), DKI Jakarta (1.374
kasus), dan Aceh (972 kasus). kasus campak pada tahun 2019 tersebar hampir di seluruh
wilayah Indonesia, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 3,29 per 100.000 penduduk.
Angka tersebut meningkat jika dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 3,18 per 100.000
penduduk. Walaupun jumlah kasus campak meningkat pada tahun 2019, namun provinsi
yang melaporkan tidak ada kasus campak menurun menjadi 1 provinsi, yaitu Maluku
Utara, dimana pada tahun 2018 terdapat 2 provinsi melaporkan tidak ada kasus campak
(Kemenkes RI, 2019).

4
Berdasarkan profil kesehatan indonesia, cakupan imunisasi campak di Indonesia
pada tahun 2019 adalah 95,14%. Angka ini sudah memenuhi target 95%. Tren cakupan
imunisasi campak pada 10 tahun terakhir selalu di atas 90%. Namun jika dibandingkan
dengan hasil Riskesdas 2018 terdapat perbedaan yaitu proporsi anak 12-23 bulan yang
mendapat imunisasi campak yaitu hanya sebesar 77,3%. Dua belas provinsi telah berhasil
mencapai target cakupan imunisasi campak sebesar 95% dan 9 provinsi di antaranya
telah mencakup seluruh bayi di wilayah masing-masing yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat,
Jambi, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat dan
Banten. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah yaitu Aceh (50,16%) dan Papua
(69,98%) (Kemenkes RI, 2021).
Dalam upaya untuk mencapai target Desa UCI, Kemenkes RI menetapkan
kebijakan upaya percepatan dengan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal
Child Immunization (GAIN-UCI) 2010-2015 di seluruh desa/kelurahan yang
dilaksanakan Pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat. Tahun 2018 target desa
UCI 86%, dan Provinsi Jambi telah melebihi target yang telah ditetapkan dengan capaian
96,29% yang dapat dilihat pada gambar 4.16. Sebanyak 1.504 desa digolongkan UCI dari
1.562 desa/kelurahan yang ada pada tahun 2018, yang berarti 96,29% desa UCI di
Provinsi Jambi. Dan semua kabupaten/kota pun telah memenuhi target provinsi dengan
capaian desa UCI lebih dari 86% (Dinkes Provinsi Jambi, 2018).
Penyakit campak merupakan penyakit yang sangat menular. Campak menjadi
penyebab penting kematian anak-anak di seluruh dunia. Kelompok anak usia pra sekolah
dan usia SD merupakan kelompok rentan tertular penyakit campak. Penyakit campak
disebabkan oleh virus dari genus Morbillivirus dan termasuk golongan Paramyxovirus.
Campak ditularkan melalui udara yang terkontaminasi droplet dari hidung, mulut, atau
tenggorokan orang yang terinfeksi. Komplikasi yang paling serius termasuk kebutaan,
ensefalitis (infeksi yang menyebabkan pembengkakan otak), diare berat dan dehidrasi,
serta infeksi pernafasan berat seperti pneumonia. Seseorang yang pernah menderita
campak akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya
(Kemenkes RI, 2021).
Penyakit campak termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan tindakan
imunisasi. Salah satu bentuk program imunisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah yaitu
imunisasi rutin yang terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar
dan lanjutan yang diwajibkan oleh pemerintah adalah imunisasi campak. Imunisasi
campak mendapat perhatian lebih dari pemerintah karena Indonesia ikut serta dalam
program eliminasi campak pada tahun 2021 dengan cakupan campak minimal 95% di
setiap wilayah secara
5
merata. (Kemenkes RI, 2021).
Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Salah satunya adalah
Campak Puskesmas Konisasarannya berjumlah 505 bayi, pencapaiannya 95% jadi, yang
sudah tercapai 480 bayi dan yang belum di imunisasi campak sebanyak 25 bayi.
Sehingga pada kesempatan ini penulis menyusun laporan asuhan kebidanan
komprehensif pada bayi dengan imunisasi campak yang di lakukan di Puskemas Koni

B. Batasan Masalah
Berdasarkan asuhan kebidanan ini dibatasi hanya pada bayi umur 9 bulan dengan
imunisasi campak di Puskesmas Koni menggunakan langkah manajemen varney
1. Bagaimana melakukan pengkajian pada bayi An. A dengan imunisasi campak
di Puskesmas Koni?
2. Bagaimana menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada bayi An. A dengan imunisasi campak di Puskesmas Koni?
3. Bagaimana menentukan diagnosa potensial pada bayi An. A dengan imunisasi
campak di Puskesmas Koni?
4. Bagaimana mengantisipasi penanganan atas tindakan pada bayi An. A dengan
imunisasi campak di Puskesmas Koni?
5. Bagaimana menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi An. A dengan imunisasi
campak di Puskesmas Koni?
6. Bagaimana melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada bayi An. A
dengan imunisasi campak di Puskesmas Koni?
7. Bagaimana mengevaluasi tindakan yang telah disusun pada bayi An. A dengan
imunisasi campak di Puskesmas Koni?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan ini dibatasi hanya pada bayi umur 9 bulan
dengan imunisasi campak di Puskesmas Koni menggunakan langkah manajemen
varney.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada bayi S dengan imunisasi campak di Puskesmas
Koni
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada balita S dengan imunisasi campak di Puskesmas Koni
6
3) Menentukan diagnosa potensial pada S dengan imunisasi campak di
Puskesmas Koni
4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada S dengan imunisasi campak di
Puskesmas Koni
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi S dengan imunisasi campak di
puskesmas Koni
6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada bayi S dengan
imunisasi campak di Puskesmas Koni
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi S dengan
imunisasi campak di Puskesmas Koni

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di
lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah
memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi campak.
2. Bagi Bidan
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi profesi bidan dalam upaya
meningkatan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan
imunisasi campak.
3. Bagi Puskesmas Koni
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada anak
dengan imunisasi campak.
4. Bagi institusi pendidikan poltekkes kemenkes jambi jurusan kebidanan
Mengevaluasi pemahaman mahasiswa Institut Kesehatan tentang peneliti
dan hasil penelitian dapat dijadikan masukan untuk proses belajar mengajar di
akademik kebidanan di Institut Poltekkes Jambi.
5. Bagi penulis lainnya

Diharapkan bisa membuat suatu inovasi kepada ibu untuk bisa


mendapatkan imuniasasi campak sesuai kebutuhan bayi atau memberi semangat
supaya mereka bisa memahami dan lebih paham lagi tentang imunisasi campak.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi Campak
1. Pengertian
Imunisasi campak adalah pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak,
dimana vaksin yang diberikan adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan
(Pusdiknakes, 2015).
2. Kemasan
a) 1 vial berisi 10 dosis
b) 1 box pelarut berisi 10 ampul 0,5 ml
c) Vaksin ini berbentuk beku kering, setelah dilarutkan vaksin dapat digunakan
selama 6 jam
3. Cara pemberian dan dosis
a) Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut ssteril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut
b) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, atau
pertengahan muskulus deltoideus pada usia 9 - 11 bulan.
4. Teknik Penyuntikan
a) Setelah dilarutkan vaksin campak dapat digunakan selama 6 jam
b) Dosis pemberian 0,5 m, penyuntikan secara sub kutan
c) Suntikan diberikan pada lengan kiri atas, pertengahan muskullus deltoideus
d) Atur bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu, ibu sebaiknya memegang
kaki bayi
e) Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas lengan bayi
f) Pegang lengan seperti mencubit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
g) Jarum suntik disuntikkan dengan sudut 45˚ terhadap permukaan kulit dengan
kedalaman jarum tidak lebih dari 0,5 inchi
h) Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit
5. Kontra indikasi
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

8
6. Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksinasi.
7. Penanganan efek samping
a) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
b) Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
f) Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
8. Jadwal pemberian imunisasi
a) Imunisasi dasar

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Umur bayi Jenis imunisasi

0 bulan Hepatitis B ( Hb) 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT - HB - Hib 1, polio


2

3 bulan DPT - HB - Hib 1, polio


3

4 bulan DPT - HB - Hib 1, polio


4

9 bulan Campak

9
(Sumber : Afiana; Lusiana, 2016)

b) Imunisasi lanjutan

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Umur Jenis imunisasi Interval Minimu


m
setelah imunisasi
Dasar

1,5 tahun (18 DPT - HB – Hib 12 bulan dari DPT - HB


bulan) -
Hib 3

2 tahun ( 24 bulan) Campak 6 bulan dari campak


dosis
pertama

(Sumber : Afiana; Lusiana, 2016)

B. Manajemen Varney
1. Langkah manajemen varney (Handayani, 2017)
Terdapat 7 langkah manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi
langkah I pengumpuan data dasar, langkah II interpretasi data dasar, langkah III
mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, langkah IV identifikasi kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera, langkah V merencanakan asuhan yang
menyeluruh, langkah VI melaksanakan perencanaan, dan langkah VII evaluasi.

10
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
a) Langkah II : Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien atau
kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan terhadap klien.
Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang
harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun tidak tahu.
b) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila
mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
c) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
d) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
e) Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan aman
Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya.
f) Langkah VII : Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan
diagnosa.

11
2. Data fokus
a) Langkah I : Pengkajian
1) Data subyektif meliputi :
Identitas anak
Identitas orang tua
Keluhan utama
Data kesehatan
Riwayat persalinan
Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat imunisasi
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi
Pola istirahat
Eliminasi
Personal hygine
2) Data obyektif

Pemeriksaan umum : K/U, TTV, BB, PB

Pemeriksaan fisik khusus : kulit, kepala, mata, mulut, perut,
ekstermitas, genitalia

Pemeriksaan refleks : morro, rooting, sucking, grasping, neck
righting, tonic neck, startle, babinski, merangkak, menari/
melangkah, ekstruasi, galant’s

Pemeriksaan penunjang
b) Langkah II : Interpretasi data dasar
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktek kebidanan. Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Bayi An. A,
umur tahun, dengan imunisasi campak. Data Dasar meliputi :
Data Subyektif
Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh
tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem
interaksi atau

12
komunikasi. Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu
mengatakan anaknya tidak sedang sakit.
Data Obyektif
Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan. Bayi terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-
tanda vital normal.
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah
yang umum muncul pada bayi dengan imunisasi campak adalah
timbulnya bekas suntikan.

Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum


teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan
melakukan analisa data. Kebutuhannya adalah menganjurkan kepada
ibu untuk tidak memegang pada bekas suntikan supaya tidak terjadi
infeksi karena hal tersebut normal.
c) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan nomenklatur kebidanan, masalah dirumuskan
sesuai dengan kondisi klien, dan dapat diselesaikan dengan asuhan
kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan. Diagnosa potensial
pada bayi dengan imunisasi campak adalah demam ringan, infeksi
ringan pada saluran nafas, dan diare.
d) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera .
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan
tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada
langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency/ segera.
Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan. Tindakan
segera pada bayi dengan imunisasi campak yang perlu disiapkan adalah
pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam

13
e) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh Kriteria Perencanaan :
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
2. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
3. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan
bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilitas yang ada.
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan balita
dengan imunisasi campak adalah:
1. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya
2. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak
3. Siapkan alat vaksin campak
4. Menjaga privacy klien/pasien.
5. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
6. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
7. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
8. Melakukan tindakan sesuai standar.
9. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
g) Langkah VII : Evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien.
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau
keluarga.
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

14
C. Teori evidence based midwifery pada neonatus
1. Sri Lita Yani, dkk 2015. Yang berjudul tentang hubungan status imunisasi campak
dengan kejadian campak.. Cakupan imunisasi campak pada bayi di kabupaten
Lampung Utara dalam 4 tahun terakhir sudah cukup baik dengan angka selalu diatas
90% (Target nasional 80%). Namun mengingat efikasi vaksin campak hanya sebesar
85%, ditambah populasi beresiko dari sisa yang tidak mendapat imunisasi, kualitas
cold chain, dan faktor individu, dapat saja terjadi kasus campak klinis yang
mengelompok di masyarakat (Dinas Kesehatan, 2013). Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan status imunisasi campak dengan kejadian campak. Desain
penelitian adalah retrospective. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki anak
usia 9 bulan sampai 5 tahun sejumlah 82 orang. Hasil yang didapat bahwa, kejadian
campak lebih banyak terjadi pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi campak
dengan rasio proporsi (16 :1) . Kesimpulan, ada hubungan yang bermakna antara
status imunisasi dengan kejadian campak di desa Sidorahayu kecamatan Abung
Semuli (p =0,005). Disarankan keluarga untuk meningkatkan imunitas anak melalui
imunisasi, menjaga status gizi anak,menggalakkan PHBS dan peningkatan peran
aktif petugas dan kader kesehatan.
2. Agus, 2016 yang berjudul tentang Efektivitas Imunisasi Campak Terhadap Incidence
Rate Penyakit Campak Di Indonesia. Campak merupakan penyakit endemik di
negara berkembang. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit
yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Oleh sebab itu, pentingnya peranan
imunisasi campak dalam menurunkan angka kematian anak, sehingga imunisasi
campak menjadi salah satu indikator dalam menurunkan angka kematian anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas imunisasi campak terhadap
incidence rate campak di Indonesia. Jenis penelitian menggunakandeskriptif
analitikdengan pendekatan retrospektif. Data yang digunakan adalah data sekunder
yang berasal dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, untuk menggambarkan
pelaksanaan program pengendalian penyakit campak di Indonesia pada tahun
berikutnya. Metode statistik yang digunakan adalah statistik parametrik dengan uji
Regresi Linear Sederhana. Hasil: Gambaran cakupan imunisasi campak di Indonesia
selalu di atas 90% sejak tahun 2008. Cakupan imunisasi campak di tahun 2016
sedikit meningkat dari tahun 2015, yaitu sebesar 93,0%. Menurut provinsi, terdapat
sebelas provinsi yang berhasil mencapai target 95%. Sedangkan provinsi dengan

15
cakupan

16
imunisasi campak terendah yaitu Kalimantan Utara (57,8%), Papua (63,5%) dan
Aceh (73,5%).Provinsi Aceh, Jambi dan Kepulauan Riau merupakan provinsi
dengan nilai IR campak tertinggi.Menurut kelompok umur, proporsi kasus campak
terbesar terdapat pada kelompok umur 5-9 tahun (32,0%) dan kelompok umur 1-4
tahun (25,0%). Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan cakupan
imunisasi campak berpengaruh terhadap incidence rate penyakit campak dengan
signifikansi sebesar 0,048. Cara efektif mencegah penyakit campak yaitu dengan
imunisasi balita pada usia 9 bulan.
3. Tri Budi Yanti, 2014, yang berjudul tentang Hubungan Pemberian Vitamin A Dan
Umur Saat Pemberian Imunisasi Campak Dengan Kejadian Campak Pada Bayi Dan
Balita Di Kabupaten Bantul Tahun 2013-2014. hubungan pemberian Vitamin A dan
umur saat pemberian imunisasi campak dengan kejadian campak pada bayi dan
balita di Kabupaten Bantul pada tahun 2013-2014. Metode ini adalah survey case
control. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 orang kelompok
kasus dan 70 orang kelompok kontrol. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
studi dokumentasi dan wawancara. Analisis data adalah uji Chi–Square dan Odds
ratio (OR) untuk mengetahui besar resiko dan analisis multivariat dengan Regresi
Logistik Berganda. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan pemberian
vitamin A dengan kejadian campak (p=0,001), ada hubungan umur saat pemberian
imunisasi campak dengan kejadian campak (p=0,021). Pemberian vitamin A dan
umur saat pemberian imunisasi campak merupakan faktor resiko terjadinya kejadian
campak (OR = 4,643) dan (OR=5,311). Analisis multivariat menunjukkan bahwa
ASI Eksklusif mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian campak
(p=0,007). Simpulan pemberian vitamin A yang tidak lengkap meningkatkan risiko
terjadinya campak dibandingkan dengan umur saat pemberian imunisasi campak
yang tidak tepat waktu
4. Teressa, 2016. Yang berjudul tentang Hubungan status gizi dengan berat ringannya
campak pada anak. Campak adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh
paramyxovirus. Gejala klinisnya bervariasi dari yang ringan sampai yang dapat
menimbulkan komplikasi. Infeksi campak dengan status gizi merupakan hubungan
timbal balik, yaitu hubungan sebab-akibat. Infeksi campak dapat memperburuk
keadaan gizi dan keadaan gizi yang kurang mempermudah terkena infeksi campak
serta dapat memperberat gejala bahkan menimbulkan komplikasi campak. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan berat ringannya campak

17
pada anak. Penelitian ini menggunakan metode analitik retrospektif. Sampel
penelitian yaitu anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof DR.
R. D. Kandou Manado yang terdiagnosis campak pada tahun 2010-2014. Data yang
diperoleh dianalisa menggunakan uji koefisiensi korelasi Gamma dengan bantuan
program SPSS. Hasil penelitian memperlihatkan 85 anak yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu anak yang menderita campak dengan status gizi obes, lebih, baik, dan
kurang. Uji koefisiensi korelasi Gamma, memperlihatkan nilai p = 0,002 (< 0,05).
Simpulan: Terdapat hubungan negatif kuat yang signifikan antara status gizi dengan
berat ringannya campak pada anak.
5. Nuri,dkk,2016 yang berjudul tentang hubungan status imunisasi dan riwayat kontak
dengan kejadian campak pada balita di kabupaten sukoharjo universitas
muhammadiyah Surakarta. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit campak dapat
mengakibatkan kematian yang dipicu oleh komplikasi penyakit lainnya.Pada tahun
2015-2016 kasus campak confirmsebanyak 57 kasus.Tujuan penelitian adalah
mengetahui hubungan status imunisasi dan riwayat kontak dengan kejadian campak
pada balita di Kabupaten Sukoharjo. Rancangan penelitian dengan case control.
Responden kelompok kasus diambil dari balita yang terkena campak pada umur 9-59
bulan sebanyak 43 balita. Perbandingan kelompok kasus dan kontrol 1:1. Mayoritas
balita pada kelompok kasus berumur 24-59 bulan (53,5%), tidak diberi ASI eksklusif
(53,5%), diberi vitamin A (93,0%) dan memiliki status gizi baik (100%). Hasil
analisis uji Chi square diperoleh bahwa ada hubungan status imunisasi (p=0,002;
OR=4,449; CI 95%=1,776 s.d 11,144) dan riwayat kontak(p=0,038; OR=2,991; CI
95%=1,157
s.d 7,731) dengan kejadian campak pada balita. Masyarakat diharapkan mencari
informasi yang berasal dari sumber yang bisa dipercaya seperti tokoh agama/ MUI
menyangkut bahwa imunisasi diperbolehkan dan memahami mengenai penularan
campak dengan cara bertanya kepada petugas kesehatan. Peneliti lain dapat
melanjutkan penelitian ini dengan menganalisis faktor risiko yang belum diteliti
meliputi pemberian ASI eksklusif, vitamin A, dan status gizi.

18
19
BAB III
TINJAUAN KASUS

LEMBAR PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI AN. A

A. Format Pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Bayi

Tanggal : 18 Desember 2021


Pukul : 10.00 wib

1. Subyektif
a. Identitas Anak

Nama : An. A
Umur : 9 bulan
Tanggal lahir : 28 Maret 2021
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke- 1

b. Identitas Orangtua
Ibu Suami
Nama : Ny. P : Tn. A

Umur : 26 tahun : 28 tahun


Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Buruh
Alamat : Rt. 12 Sungai
Asam

20
c. Keluhan utama : Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak pada bayinya
d. Data Kesehatan
1) Riwayat Persalinan
(a) Tanggal / Jam persalinan : 26 Maret 2021/ 16.45 wib
(b) Jenis persalinan : Pervaginam
(c)Lama persalinan :
Kala I : 14 jam
Kala II : 1 jam
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam
(d) Anak lahir seluruhnya jam : 16.45 wib
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Penyakit yang lalu : Tidak ada
b) Riwayat Perawatan
Pernah dirawat di : Tidak pernah
Penyakit : Tidak ada
(c) Riwayat Operasi
Pernah dioperasi di : Tidak pernah
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah
menderita sakit.
( ) Kanker ( ) Penyakit Hati ( ) Hipertensi
( ) Diabetes Melitus ( ) Penyakit Ginjal ( ) Penyakit Jiwa
( ) Kelainan Bawaan ( ) Hamil Kembar ( )TBC
( ) Epilepsi ( ) Alergi :

4) Riwayat Imunisasi

(√) Hepatitis 0 (√) Pentavalen 3 / Polio 4


(√) BCG / Polio 1 ( ) Campak
(√) Pentavalen 1/Polio 2 (√) Pentavalen 4
(√) Pentavalen 2/Polio 3 ( ) Lain-lain :

21
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu mengatakan sejak lahir sampai umur 6 bulan anaknya hanya diberi
ASI eksklusif saja, setelah umur 6 bulan anaknya mulai diberi makanan
pendamping seperti bubur susum, kacang hijau, selain ASI ibu juga
memberikan susu formula dan setelah umur 9 bulan diberi makan tambahan
nasi dan sayuran hijau.
2) Pola Istirahat
Tidur siang : + 3 jam.
Tidur malam : + 8 jam.

3) Eliminasi
BAK : 5 – 6 x/ hari, warna kuning jernih
BAB : Ibu mengatakan 1 x/ hari pada pagi hari, konsistensi lunak
4) Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Ganti pakaian : setiap selesai BAK/BAB
2. Obyektif
a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum :
2) Tanda-tanda Vital

HR : 104 × / menit

RR : 30 × / menit

T :36,5°C

BB sekarang / PB : 8,4 kg/ 71 cm

22
b. Pemeriksaan Fisik Khusus

1) Kulit : kulit bersih, turgor baik


2) Kepala : rambut hitam, tidak rontok, bersih
3) Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sclera berwarna putih,
Bersih
4) Mulut : bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis gusi tidak
bengkak, mulut tidak berbau
5) Perut : tidak ada nyeri tekan, tidak kembung
6) Ekstermitas : dapat bergerak bebas, jari tangan dan kaki lengkap, dan tidak
ada kelainan
7) Genetalia : bersih, tidak ada kelainan

B. Interpretasi Data
Tanggal : 18 Desember 2021
Pukul : 08.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
An. A umur 9 bulan dengan imunisasi campak.
Data Dasar Subyektif :
1) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 28-03-2021
2) Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak anaknya.
Obyektif: KU: Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Vital Sign :
N = 104 x/ menit R = 32 x/ menit
S = 36,2° C BB = 8,4 kg,
TB = 72 cm
Muka : tidak terlihat pucat.
Hidung : Hidung simetris, bersih dan tidak ada
benjolan.
Leher : Tenggorokan tidak merah.
Dada : Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri.
Kulit : Bersih, tugor
Baik
b Masalah : Tidak ada.
.

23
c Kebutuhan : Tidak ada.
.

C. Diagnosa Potensial
Tidak ada.
D. Tindakan Segera
Tidak dilakukan.
E. Perencanaan
Tanggal : 18 Desember 2021
Pukul : 09.00 WIB
1. Beritahu kepada ibu tentang keadaan anaknya
2. Beritahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak
3. Siapkan alat vaksin campak
4. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas
5. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak
6. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi
7. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
8. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
9. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
F. Pelaksanaan
Tanggal : 18 Desember 2021
Pukul : 09.30 WIB
1. Pukul 09.30 WIB memberitahu ibu tentang keadaan anaknya
2. Pukul 09.35 WIB memberitahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak, yaitu
suatu upaya untuk memberi kekebalan secara aktif terhadap virus campak,
yang bertujuan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan pada usia 9
bulan.
3. Pukul 09.40 WIB menyiapkan alat vaksin campak, antara lain spuit ukuran 1
cc, vaksin campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres.
4. Pukul 09.45 WIB melakukan imunisasi campak pada balita dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menyiapkan vaksin dan kapas alkohol
b. Menjelaskan prosedur imunisasi pada keluarga
c. Ambil vaksin campak dengan spet dengan dosis 0,5 ml
d. Menentukan area penyuntikan, yaitu pada lengan kiri atas
e. Melakukan antisepsis pada area penyuntikan dengan kapas alcohol

24
f. Menyuntikkan vaksin campak secara SC dengan sudut 45 derajat dan
vaksin disuntikkan sampai habis
g. Mencabut jarum setelah proses penyuntikan selesai
h. Membereskan alat vaksinasi.
5. Pukul 09.55 WIB memberikan pada ibu Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1
sendok teh untuk mengatasi demam pada anak.
6. Pukul 09.55 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan makanan
yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah- buahan
7. Pukul 09.55 WIB memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah
selesai.
8. Pukul 10.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan
anaknya.
9. Pukul 10.00 WIB Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan
apabila ada keluhan.
G. Evaluasi
Tanggal : 18 Desember 2021
Pukul : 10.00 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang keadaan anaknya.
2. Ibu sudah tahu tentang pentingnya imunisasi campak.
3. Alat vaksin campak sudah disiapkan, antara lain spet, vaksin campak 0,5 ml
dan kapas alkohol/ tupres.
4. munisasi campak pada bayi sudah dilaksanakan.
5. Ibu sudah tahu bila anaknya demam maka diberi Parasetamol syrup 120 ml 2 x
1 sendok teh yang telah diberikan oleh bidan.
6. Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk tetap memberikan makanan yang
bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan.
7. Ibu sudah mengetahui bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai.
8. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan anaknya.
9. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan

25
DATA PERKEMBANGAN

Tanggal : 18 Desember 2021


Pukul : 10.30 WIB

S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya bernama An. A
2. Ibu mengatakan anaknya berumur 9 bulan
3. Mengatakan anaknya sudah diimunisasi campak
4. Ibu mengatakan setelah diimunisasi campak anaknya tidak panas

O : Obyektif
1 Keadaan : Baik
. umum
2 Kesadaran : Composmentis
.
3 TTV
.
N : 104 x/ S 0 R : 30 x/
: 36,4 C
menit menit
4 Bekas : Tidak ada tanda-tanda infeksi
. suntikan

A : Assessment
An. A umur 9 bulan pasca imunisasi campak hari pertama.

P : Planning
Tanggal : 18 Desember 2021
Pukul : 10.40 WIB
1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya saat ini, bahwa keadaannya baik
2. Menganjurkan ibu agar tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti seperti
nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan
3. Memberitahu ibu bahwa imunisasi sudah lengkap Menganjurkan pada ibu untuk
datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan pada anaknya

26
E : Evaluasi
Tanggal : 18 Desember 2021
Pukul : 11.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaan anaknya
2. Ibu bersedia untuk memberikan makanan yang bergizi pada anaknya
3. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi lengkap pada anaknya sudah selesai
4. Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-
keluhan yang timbul pada anaknya.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang membahas tentang


kendala atau hambatan selama melakukan Asuhan Kebidanan pada klien. Kendala
tersebut menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Dengan
adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi An. A umur 9 bulan dengan
riwayat imunisasi campak di Puskesmas KoniPenulis akan membahas tentang
kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis temukan
sejak melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Data subyektif pada bayi An. A dengan imunisasi campak bahwa ibu
mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak
sedang sakit. Data obyektif pada bayi An. A dengan imunisasi campak terlihat sehat
dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal. Berdasarkan data yang
diperoleh pada kasus An. Adengan imunisasi campak didapatkan data An. A
berumur 9 bulan dengan imunisasi campak keadaan umumnya baik. Pada langkah
pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.
2. Interpretasi Data
Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa kebidanan.
Pada kasus ini interpretasi data meliputi masalah dan kebutuhan. Pada An. A umur 9
bulan dengan imunisasi campak adapun masalah yang dihadapi klien tidak ada,
sehingga kebutuhan pada kasus ini adalah juga tidak ada, sehingga pada langkah
interpretasi data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Setelah dilakukan asuhan kebidanan yang tepat dan cermat serta didukung
kerjasama yang baik oleh keluarga pasien dan pasien sendiri maka pada kasus An. A
umur 9 bulan dengan imunisasi campak tidak muncul demam ringan, infeksi ringan
pada saluran nafas dan diare karena antisipasi yang tepat. Berdasarkan data di atas
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

28
4. Antisipasi
Pada kasus An. A umur 9 bulan dengan imunisasi campak antisipasi tidak
dilakukan, oleh karena itu tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
di lapangan.
5. Perencanaan
Pada bayi An. A dengan riwayat imunisasi campak perencanaan yang akan
dilaksanakan yaitu:
1. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya
2. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak
3. Siapkan alat vaksin campak
4. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas
5. Berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml
6. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak
7. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi
8. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
9. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
10. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek dalam hal pemberian terapi.
6. Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan
rencana asuhan yang telah dibuat dan adanya dukungan dari keluarga. Pada kasus
ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam
menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh.
7. Evaluasi
1. Pada An. A dengan riwayat imunisasi campak setelah dilakukan asuhan
didapatkan evaluasi yaitu Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah mengerti tentang manfaat imunisasi.
3. Ibu sudah mengerti tentang cara perawatan anak di rumah dan ibu bersedia
melakukan perawatan di rumah.
4. Ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada anaknya.
5. Ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak boleh
diberikan untuk anaknya.
6. Ibu bersedia meminta anaknya agar istirahat yang cukup
7. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi An. A dengan riwayat imunisasi
campak dengan menerapkan manajemen Varney dapat diambil kesimpulan:
1. Berdasarkan pengkajian data yang diperoleh dari pasien didapatkan data yaitu An. A
berumur 9 bulan akan diimunisasi campak dan tidak sedang menderita suatu penyakit
0
dengan keadaan umum baik, nadi 104 x/ menit, suhu 36,3 C dan respirasi 48 x/
menit.

2. Dalam interpretasi data yang diperoleh diagnosa kebidanan An. A umur 9 bulan
dengan imunisasi campak, tidak ditemukan dan tidak terdapat masalah yang muncul,
jadi kebutuhan tidak diberikan pada klien.
3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul, karena pada kasus ini tidak terdapat
kegawatdaruratan.
4. Pada kasus ini tidak terdapat antisipasi, karena tidak ditemukan adanya diagnosa
potensial.
5. Perencanaan yang diberikan pada Bayi An. A yaitu beritahu kepada ibu tentang
keadan anaknya, jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak, siapkan alat
vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas,
berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, berikan Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1
sendok teh untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan
makanan yang bergizi, beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai,
anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak dan anjurkan ibu untuk
datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
6. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan pada bayi An. A sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi An. A pasca imunisasi campak
didapatkan hasil ibu sudah tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah mengerti tentang
manfaat imunisasi, ibu sudah mengerti tentang cara perawatan anak di rumah dan ibu
bersedia melakukan perawatan di rumah, ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu
bersedia meminumkan pada anaknya, ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh
diberikan dan yang tidak boleh diberikan untuk anaknya, ibu bersedia meminta
anaknya agar istirahat yang cukup dan ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan
apabila ada keluhan.
30
8. Pada kasus An. A tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan penerapan yang
diterapkan di lahan yang menggunakan manajemen Varney
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa
saran yang bermanfaat:
1. Bagi Ibu dan Keluarga
a. Perlu peningkatan pemahaman tentang pentingnya imunisasi, bahaya penyakit
campak dan segera membawa ke petugas kesehatan bila balita mengalami tanda
bahaya.
b. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita dengan
campak sehingga dapat melakukan penanganan segera terhadap penyakit campak.
2. Bagi Bidan
a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada imunisasi, khususnya imunisasi campak.
b. Meningkatkan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak.
3. Bagi Institusi
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan
prosedur, karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktek sehingga
menghindari kesalahan
b. Pendidikan
Diharapkan dapat untuk menambah referensi dan memberi masukan secara
konseptual tentang asuhan kebidanan dengan imunisasi campak pada bayi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Afriana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Trans Medika.

Dinkes Provinsi Jambi. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2018. Jambi: Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi.

Handayani, 2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Kemenkes RI.

Https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/measles

Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusdiknakes

30

Anda mungkin juga menyukai