Anda di halaman 1dari 54

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN

DAN KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BALITA DI POSYANDU UNIT


PEMUKIMAN WUNA KECAMATAN TONGKUNO KABUPATEN MUNA
PADA TAHUN 2021

Proposal Penelitian

Oleh:

WAODE SUHURIA

J1A116144

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PESERTUJUAN

Proposal
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN
DAN KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BALITA DI POSYANDU UNIT
PEMUKIMAN WUNA KECAMATAN TONGKUNO KABUPATEN MUNA
PADA TAHUN 2021

Disusun dan Diajukan Oleh:

WAODE SUHURIA
J1A116144

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing l Pembimbingll

Prof.Dr.H.Ruslan Majid, M.Kes


Nip.19610109 199003 1 003

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5

i
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................6
1.6 Organisasi/Sistematika..............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Tinjauan Umum Imunisasi........................................................................8
2.2 Tinjauan Umum tentang Faktor kelengkapan imunisasi.........................21
2.3 Kerangka Teori........................................................................................28
2.4 Kerangka Konsep....................................................................................29
2.5 Hipotesis..................................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................32
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................32
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................32
3.3 Populasi, Sampel dan Kriteria Sampel....................................................32
3.4 Variabel Penelitian..................................................................................34
3.5 Instrument Penelitian...............................................................................34
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif............................................35
3.7 Jenis Data Penelitian...............................................................................36
3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data...............................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LAMPIRAN..........................................................................................................43

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi merupakan salah satu cara pemerintah untuk memberantas

penyakit menular sehinga pemerintah menetapkan standar pencapaian hasil

kumulatif cakupan imunisasi dasar bayi dengan standar Universal Child

Imunization (UCI) yaitu 90%. Penurunan kelengkapan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, jarak tempat pelayanan, motivasi,

pengetahuan dan sikap (Angga Putra M : 2017) .

Menurut World Health Organization (WHO) ada 21,8 juta anak pada

tahun 2013 tidak mendapatkan imunisasi. Pelaksanaan imunisasi dapat mencegah

2-3 juta kematian setiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan

campak pada tahun 2014, namun pada tahun 2014 terdapat 18,7 juta bayi

diseluruh dunia tidak mendapat imunisasi rutin DPT3, yang lebih dari 60% dari

anak-anak ini tinggal di 10 negara yaitu Republik Demokrasi Kongo, Eutopia,

India, Indonesia, Iraq, Nigeria, Pakistan, Philipina, Uganda, dan Afrika Selatan

(World Health Organization, 2016).

Dalam aturan Kemenkes tentang penyelenggaraan imunisasi, imunisasi

dikelompokkan menjadi dua yakni imunisasi program dan imunisasi pilihan.

Imunisasi sebagai sebuah program kemudian dibagi lagi menjadi 3 jenis yakni

imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus. Imunisasi rutin

memiliki jadwal rutin tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan terdiri

atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan (Kemenkes RI, 2017). Data dari

1
2

UNICEF pada tahun 2018 menyebutkan bahwa 2-3 juta kehidupan telah

terselamatkan setiap tahunnya berkat imunisasi. Vaksin yang diberikan memiliki

peran yang penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit serius yang

berujung pada kematian (UNICEF, 2018).

Angka kematian anak dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan

Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, Angka

Kematian Bayi (AKB) 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita

(AKABA) 32 per 1.000 kelahiran hidup. Provinsi dengan angka kematian

tertinggi yaitu Sulawesi Barat dimana terjadi 50 kematian bayi dalam 1000

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).

Imunisasi diakui secara global telah berhasil menurunkan berbagai infeksi

seperti difteri, batuk rejan, tetanus, campak, hepatitis B, meningitis dan

pneumonia yang disebabkan oleh haemophilus influenza tipe B (Hib), justru

penyakit cacar (variola) telah musnah dari muka bumi akibat semua orang telah di

imunisasi cacar. Harapan terbuka lebar dalam waktu dekat penyakit poliomielitis

akan tidak dapat dijumpai lagi di seluruh dunia. Pentingnya pemberian imunisasi

dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Oleh karena itu, untuk mencegah balita menderita

beberapa penyakit yang berbahaya imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap

serta diberikan sesuai jadwal. Tujuan diberikan imunisasi adalah harapan anak

menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas


3

dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu

(Mulyani, 2018).

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia dalam lima tahun terakhir

selalu di atas 85%, namun masih belum mencapai target Renstra Kementerian

Kesehatan yang ditentukan(Yunizar, Asriwati, & Hadi, 2018). Pada tahun 2017

imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 91,12%. Angka ini sedikit di bawah

target Renstra tahun 2017 sebesar 92%. Cakupan imunisasi dasar lengkap di

Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 yaitu sebesar (100%) dan sudah

mencapai target 92%, namun pada tahun 2017 mengalami penurunan yaitu

sebesar 87%., sedangkan target Renstra tahun 2017 yaitu sebesar 92% (Kemenkes

RI, 2017).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna tahun 2019

menunjukkan jumlah balita sebanyak 224,095 orang sedangkan pada tahun 2020

jumlah balita sebanyak 231.310 orang. (Dinkes Kabupaten Muna, 2020). Salah

satu Posyandu dengan pelayanan dan kelengkapan Imunisasi pada Balita sangat

rendah di kabupaten muna adalah di Desa Unit Pemungkiman Wuna. Wilayah

kerja Posyandu Unit Pemungkiman Wuna terdira dari ata 5 dusun yaitu Kadolo,

Laloea, Mawoli, Madawa, dan Tongkuno. Berdasarkan data profil Posyandu Unit

Pemungkiman Wuna jumlah imunisasi balita pada setiaap tahun yang berkunjung

berkurang (Posyandu UP Wuna).

Bersedasarkan imunisasi di posyandu, dari data yang didapatkan yaitu data

kunjungan 2018 jumlah 51 orang, 2019 jumlah 52, dan 2020 jumlah 84 orang,

kondisi imunisasi pada balita setiap tahun meningkat. Berdasarkan survey awal
4

yang dilakukan di Desa Unit Pemungkiman Wuna pada tanggal 12 desember

tahun 2020. Hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang memiliki 5 anak umur

12-23 bulan, mereka menyatakan bahwa imunisasi tidak bermanfaat bagi anak

mereka bahkan dapat menyebabkan penyakit bagi anak mereka, sebagaian dari

mereka juga bekerja sebagai petani sehingga tidak memiliki waktu untuk datang

ke posyandu dan mereka juga tidak mendapat dukungan dari keluarga lain. Hanya

3 diantara 7 orang ibu yang anaknya mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Sehingga peneliti ingin menjelaskan “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Pelayanan Dan Kelengkapan Imunisasi Pada Balita Di Posyandu Unit Pemukiman

Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pelayanan Dan Kelengkapan Imuisasi Pada Balita Di Posyandu Unit Pemukiman

Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian imi adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Dan Kelengkapan Imuisasi Pada Balita Di

Posyandu Unit Pemukiman Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Tahun

2021.
5

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

kelengkapan imunusasi pada balita di posyandu unit pemukinan wuna

kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan

kelengkapan imunusasi pada balita di posyandu unit pemukinan wuna

kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan

kelengkapan imunisasi pada balita di posyandu unit pemukinan wuna

kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

4. Untuk mengetahui hubungan antara keterjangkauan ke tempat

pelayanan imunisasi dengan kelengkapan imunisasi pada balita di

posyandu unit pemukinan wuna kecamatan tongkuno kabupaten muna

tahun 2021.
6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta sumbangan

pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya

mengenai pelayanan dan kelengkapan imunisasi pada balita di posyandu unit

pemukiman wuna kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas Up Wuna

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

pelaksanaan penyusunan program imunisasi untuk meningkatkan cakupan

imunisasi di wilayah kerja posyandu unit pemukiman wuna kecamatan tongkuno

kabupaten muna.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan manfaat bagi peneliti sebagai lagkah menambah

pengalaman dan wawasan dalam penelitian imiah sehingga lebih dapat memahami

terkait kelengkapan imunisasi pada balita.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan pelayanan dan kelengkapan imunisasi pada balita di posyandu unit

pemukiman wuna kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021, oleh

mahasiswa kesehatan masyarakat dengan menggunakan data primer dan sekunder

yang di peroleh langsung dari tempat penelitian dengan desain studi data profil

cross sectional.
7

1.6 Organisasi/Sistematika

Proposal penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Pelayanan Dan Kelengkapan Imuisasi Pada Balita Di Posyandu Unit

Pemungkiman Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Tahun 2021” yang

dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.H. Ruslan Majid, M.Kes selaku dosen pembimbing

satu, dan Bapak Farid Reza,S.KM.,M.Kes selaku pembimbing dua.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Imunisasi

2.1.1 Definisi Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang

sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat

terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan (Kemenkes RI, 2017). Imunisasi dengan pemberian vaksin merupakan

upaya untuk mencegah penyakit tertentu terjadi di masyarakat. Bayi, anak usia

sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil merupakan populasi yang rentan terkena

penyakit sehingga membutuhkan imunisasi (Triana, 2017).

Pengertian imunisasi dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 tahun

2017 adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan

(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit

menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan

8
9

sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable

Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada

anak (Kemenkes RI, 2017).

Sejak tahun 1974, WHO sebagai badan kesehatan dunia telah membuat

program Expanded Program on Immunization (EPI) untuk mewujudkan

peningkatan cakupan imunisasi di seluruh dunia secara khusus pada anak.

Imunisasi dipandang sebagai program yang efektif dan efisian dalam mencegah

enam penyakit yang dapat menimbulkan kematian diantaranya, yaitu tuberculosis,

mdifteri, pertusis, campak, tetanus, dan polio. Imunisasi diharapkan dapat

meminimalisir angka morbiditas dan mortalitas (Putri Dewi and Darwin, 2014).

2.1.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah mencegah munculnya penyakit menular dengan

cara membentuk kekebalan dalam tubuh. Hal ini dicegah dari taraf individu

hingga masyarakat secara umum hingga terus menurun jumlah penyakit tersebut

sampai angka 0 (IDAI, 2011). Menurut (Astrianzah, 2011), imunisasi memiliki

tujuan untuk merangsang sistem imunologi tubuh dengan membentuk antibodi

spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit Yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Adapun menurut Kemenkes RI (2017), tujuan penyelenggaraan imunisasi

terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Tujuan Umum

Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit

yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).


10

b. Tujuan Khusus

1. Tercapainya cakupan Imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai

target RPJMN.

2. Tercapainya Universal Child Immunization/UCI (Prosentase minimal

80% bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh

desa/kelurahan.

3. Tercapainya target Imunisasi lanjutan pada anak umur di bawah dua

tahun (baduta) dan pada anak usia sekolah dasar serta Wanita Usia

Subur (WUS).

4. Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat

dicegah dengan Imunisasi.

5. Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang akan

berpergian ke daerah endemis penyakit tertentu.

6. Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman serta pengelolaan

limbah medis (safety injection practise and waste disposal

management).

2.1.3 Klasifikasi Imunisas

1. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah imunisasi yang dilakukan dengan menyuntikkan

antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat antibodi

dan bertahan selama bertahun-tahun. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman

yang sudah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi

antibodi sendiri. Pemberian imunisasi aktif diharapkan akan terjadi suatu proses
11

infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan

menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori,

sehinggaapabila terjadi infeksi maka tubuh dapat merespon (Proverawati A, 2010;

Mulyanti Y, 2013)

2. Imunisasi Pasif

Pada imunisasi pasif tubuh tidak membuat terjadi bila seseorang menerima

antibodi dari orang lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif. munisasi ini

tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh (USAID, 2003;

Ranuh et al,2011; Baratawidjaja,2014).

2.1.4 Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia

Berdasarkan Kemenkes RI (2017) ditinjau dari penyelenggaraannya

imunisasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Imunisasi Program

Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang

sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan

masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.

Imunisasi Program terdiri atas Imunisasi rutin, Imunisasi tambahan, dan Imunisasi

khusus.

Menteri dapat menetapkan jenis Imunisasi Program selain yang diatur

dalam Peraturan Menteri ini dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Komite

Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on

Immunization). Introduksi imunisasi baru ke dalam imunisasi program dapat

diawali dengan kampanye atau demonstrasi program di lokasi terpilih sesuai


12

dengan epidemiologi penyakit. Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat untuk

itu sebelum pemberian imunisasi diperlukan skrining untuk menilai kondisi

sasaran. Prosedur skrining meliputi:

1. Kondisi sasaran

2. Jenis dan manfaat vaksin yang diberikan

3. Akibat bila tidak diimunisasi

4. Kemungkinan KIPI dan upaya yang harus dilakukan

5. Jadwal imunisasi berikutnya

Imunisasi program terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan

imunisasi khusus.

1) Imunisasi rutin

Imunisasi rutin dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan


13

a) Imunisasi dasar

Tabel 2.1

Jadwal Pemberian Imunisasi

Umur Jenis Interval minimal


untuk jenis imunisasi
yang sama
0-24 jam Hepatitis B

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio


2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 1 bulan
3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio
4, IPV

9 bulan Campak
Sumber : Asni Harismi, 2019

Catatan :

1. Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca

persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,

khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih

diperkenankan sampai <7 hari.

2. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,

Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.

3. Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan

sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.


14

4. Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-

Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel

1, maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.

5. IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016

6. Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan

msebelum bayi berusia 1 tahun.

Imunisasi lengkap dapat melindungi anak dari wabah, kecacatan dan

kematian. Orang tua diharapkan melengkapi imunisasi anak mereka agar seluruh

anak Indonesia terbebas dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah lewat

imunisasi. Imunisasi melindungi anak-anak dari beberapa penyakit yang dapat

menyebabkan kecacatan, bahkan kematian. Lebih lanjut, imunisasi tidak

membutuhkan biaya besar, bahkan di Posyandu anak-anak mendapatkan

imunisasi secara gratis (Kemenkes, 2014).

b. Imunisasi lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin

terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia

subur (WUS) termasuk ibu hamil. Vaksin DPT-HB-Hib terbukti aman dan

memiliki efikasi yang tinggi, tingkat kekebalan yang protektif akan terbentuk

pada bayi yang sudah mendapatkan tiga dosis Imunisasi DPT-HB-Hib.Walau

Vaksin sangat efektif melindungi kematian dari penyakit difteri, secara

keseluruhan efektivitas melindungi gejala penyakit hanya berkisar 70-90 %.

Penyakit lain yang membutuhkan pemberian Imunisasi lanjutan pada usia

baduta adalah campak. Penyakit campak adalah penyakit yang sangat mudah
15

menular dan mengakibatkan komplikasi yang berat. Vaksin campak memiliki

efikasi kurang lebih 85%, sehingga masih terdapat anak-anak yang belum

memiliki kekebalan dan menjadi kelompok rentan terhadap penyakit campak.

(kemenkes RI, 2017)

Tabel 2.2

Jadwal imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Umur Jenis Imunisasi Interval minimal


setelah imunisasi
dasar
DPT-HB-Hib 12 bulan dari dpt-hb-
18 bulan Hib 3
Campak 6 bulan dari Campak
dosis pertama
Sumber : Tiurlan, 2019

Catatan :

1. Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak

dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan.

2. Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi

lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.

Tabel 2.3

Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Sasaran Imunisasi Waktu pelaksanaan


Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November
Sumber : Rahman, 2020
16

Catatan : Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan

Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td

dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5.

Tabel 2.4

Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur

Status Imunisasi Interval Minimal Masa perlindungan


Pemberian
T1 -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T2 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Sumber : Wulandari, 2019

Catatan :

1. Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening)

terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal

2. Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah

mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan

Anak, kohort dan/atau rekam medis.

c. Imunisasi tambahan

Merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya

masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Berikut beberapa kegiatan imunisasi

tambahan (Kemenkes RI, 2017):

a) Backlock fighting

Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi

dasar pada anak yang berumur di bawah tiga tahun. Kegiatan ini
17

diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-

turut tidak mencapai UCI.

b) Crash program

Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk

wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah

terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash

program adalah: Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi; Infrastruktur

(tenaga, sarana, dana) kurang; dan Desa yang selama tiga tahun berturut-

turut tidak mencapai UCI. Crash program bisa dilakukan untuk satu atau

lebih jenis Imunisasi, misalnya campak, atau campak terpadu dengan

polio.

c) Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

Merupakan kegiatan imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak

di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk

memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan

herd immunity (misalnya polio, campak, atau imunisasi lainnya).

Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status

imunisasi sebelumnya.

d) Cath Up Campaign (Kampanye)

Merupakan kegiatan imunisasi tambahan massal yang dilaksanakan

serentak pada sasaran kelompok umur dan wilayah tertentu dalam upaya

memutuskan transmisi penularan agent (virus atau bakteri) penyebab

PD3I. Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan


18

pemberian Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi

baru.

e) Sub PIN

Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah

terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).

f) Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response

Immunization/ORI) .

2.1.5 Jenis-jenis Vaksin

Vaksin dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1) Vaksin hidup (live attenuated vaccine)

Vaksin yang terdiri atas mikroorganisme (bakteri atau virus) yang

dimodifikasi sedemikian rupa sehingga lemah, masih antigenik tetapi

tidak patogenik. Vaksin ini dapat memberikan kekebalan dengan satu

atau dua dosis. Tetapi kemungkinan vaksin ini bisa kembali ke bentuk

virulen yang dapat meyebabkan penyakit. Contoh vaksin dari virus hidup

adalah vaksin polio oral, campak, gondongan, rubella, rotavirus, dan

demam kuning. Contoh vaksin dari bakteri hidup adalah vaksin BCG dan

tifoid oral (NIAID,2008; Saputra L, 2014).

2) Vaksin mati (inactive vaccine/killed vaccine)

Vaksin yang dihasilkan dengan membiakkan bakteri atau virus,

kemudian membuatnya tidak aktif. Bakteri atau virus dalam vaksin ini

tidak patogen dan tidak dapat berkembang biak dalam tubuh. Vaksin ini

membutuhkan dosis ganda atau dosis tambahan untuk mempertahankan


19

kekebalan, dosis awal hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.

Respon imun protektif timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Contoh

vaksin dari virus yang tidak aktif adalah vaksin influenza, polio, rabies,

dan hepatitis A. Contoh vaksin yan diperoleh dari bakteri yang tidak aktif

adalah vaksin pertusis, kolera, tifoid, dan lepra(NIAID, 2008;Suyitno

H,2011;IDAI,2014; Saputra L, 2014).

2.1.6 Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar

kekebalan di atas perlindungan (Depkes RI, 2018). Berikut ini erupakan imunisasi

dasar yang diwajibkan oleh pemerintah :

a. Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine)

Imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guerine) merupakan imunisasi

yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat

sebab terjadiinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan masih dapat

terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Vaksin BCG

merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.

Vaksin BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis

regoinal dan reaksi panas.

b. Hep-B (Hepatitis B)

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah

HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis

sebanyak 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B yang pertama


20

adlah 12 jam setelah bayi lahir, sedangkan imunisasi yang selanjutnya

diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Imunisasi ini diberikan

melalui intramuskuler. Angka kejadian hepaitis B pada anak balita juga

sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian balita.

Hasil penelitian Muchastriningsih tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah

pasien hepatitis yang dirawat jalan dan rawat inap paling banyak dari

golongan usia 15-44 tahun (50,54%).

c. DPT ( Dipheria, Pertussis, Tetanus)

Imunisasi DPT (Dipheria, Pertusis, Tetanus) merupakan imunisasi

yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan

tetanus. Imunisasi difteri dalam program imunisasi dasar diberikan

sebanyak 3 kali. Pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang

cukup. Imunisasi DPT diberikan kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang

cukup. Imunisasi DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek

ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan

dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang

lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati dan

syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu

dilakukan sejak dini melalui imunisasi penyakit tersebut sangat cepat serta

dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita.

d. Polio (Oral Polio Vaccanie)

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan


21

kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang

dilemahkan. Di indonesia, program eradikasi polio dilaksanakan sesuai

kesepatan pada WHA ke-41 (1988) yang sebenarnya mengharapkan

eradikasi polio di dunia sebelum tahun 2000. Ada empat strategi untuk

pencapaian tujuan tersebut, yaitu imunisasi rutin OPV (Oral Polio

Vaccine) dengan cakupan tinggi, imunisasi tambahan, surveilans AFP dan

investigasi laboratorium, serta mop-up untuk memutus rantai penularan

terakhir.

e. Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.

Kandungn vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Angka kejadian

campak juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakian dan

kematian anak. Hasil penelitian Muchlastriningsih tahun 2005

menunjukkan bahwa jumlah pasien campak yang dirawat jalan paling

banyak dari golongan usia 5-14 tahun (30,6%).

2.2 Tinjauan Umum tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kelengkapan Imunisasi pada Bayi

1. Pengetahuan

Pengetahuan bisa dimaknai sebagai kumpulan informasi yang dapat

dipahami dan diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan

sewaktu-waktu sebagai alat untuk penyesuaian diri (Prihanti, Rahayu and

Abdullah, 2016). Pengetahuan merupakan ranah yang urgen untuk terbentuknya


22

tindakan seorang manusia. Penelitian membuktikan bahwa perilaku yang

didasarkan atau muncul karena adanya pengetahuan cenderung lebih konsisten

dibandingkan perilaku sebaliknya (Nurida, Ulin Ni’mah, Herry Suswanti Djarot,

2015).

Kepercayaan ibu terhadap imunisasi akan meningkat jika dia memiliki

pengetahuan yang memadai tentang imunisasi dan kejadian ikutan pasca imunisasi

(KIPI). Selain itu, pengetahuan yang cukup tentu dapat mengurangi tingkat

kecemasan ibu terhadap kejadian pasca imunisasi. Bahkan ibu dapat memberikan

tindakan mandiri ketika bayinya mengalami KIPI (Claudianawati, 2018).

Pendidikan dan pengetahuan juga nyatanya memiliki hubungan tersendiri.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka cenderung tingkat pengetahuan akan

tinggi juga. Walaupun tidak mutlak karena kadangkala pengetahuan dapat

didapatkan melalui informasi dari teman atau lingkungan tempat tinggal (Mariati,

Ismail and Hakimi, 2017).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pujer, Jawa Timur

terhadap 81 orang tua terkait imunisasi lanjutan, didapatkan bahwa pengetahuan

orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi orang tua dalam

memberikan imunisasi lanjutan (Rahman et al., 2020). Sebagaimana halnya

penelitian yang dilakukan oleh (Itsa, 2019) bahwa terdapat hubungan antara

pengetahuan terhadap status imunisasi lanjutan pentavalen dengan p value sebesar

0,029. Penelitian ini dilakukan di daerah Bandar Lampung.


23

2. Pendidikan

Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Cara pandang seseorang terhadap keadaan diri dan lingkungannya

dipengaruhi oleh pendidikan seseorang. Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan

tinggi diperkirakan lebih mudah dalam menjalankan proses konseling. Pesan-

pesan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dapat dengan mudah dipahami

dan dimengerti oleh ibu. Informasi yang didapatkan ibu melalui media massa dan

penyuluhan diharapkan dapat diterapkan pada usaha pemberian imunisasi pada

anaknya(Eriyani, Fauziah and Setyani, 2018).

Tingkat pengetahuan dan pendidikan seseorang selaras dengan

kebutuhannya akan pusat pelayanan kesehatan untuk diri dan keluarganya.

Wawasan tinggi yang dimiliki seseorang berpengaruh pada kesadaran akan

pentingnya kesehatan dalam kehidupan dunia. Mereka akan cenderung termotivasi

untuk mengakses pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik. Orang tua dengan

wawasan tinggi akan berusaha untuk mencari informasi tentang kesehatan

keluarganya (Mariati, Ismail and Hakimi, 2017). Seorang ibu dengan pendidikan

tinggi bisa memperoleh informasi yang banyak di sekolah tempatnya belajar.

Sedangkan ibu dengan pendidikan rendah harus mendapatkan informasi di luar


24

pendidikan formal seperti radio dan internet maupun melalui media massa lainnya

(membaca koran atau majalah) (Prihanti, Rahayu and Abdullah, 2016).

Faktor pengetahuan tidak serta merta berdiri sendiri dan berpengaruh pada

cakupan imunisasi dasar lengkap. Faktor pengetahuan bisa saja dipengaruhi oleh

faktor umur, pendidikan, dan pengalaman. Umur ibu yang relatif muda akan

memungkinkan ibu mendapatkan pembelajaran mengenai imunisasi. (Hudhah and

Hidajah, 2018).

3. Pekerjaan

Setiap manusia yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam

membutuhkan pekerjaan. (Eriyani, Fauziah and Setyani, 2018). Pekerjaan adalah

serangkaian tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan jabatan atau profesinya

(Aprida, 2015).

Abraham Maslow dalam teorinya yang terkenal menyebutkan lima tingkat

kebutuhan pokok manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan

perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktivitas

diri. Kelima tingkatan ini menggambarkan motivasi manusia secara umum. Ibu

yang memiliki pekerjaan dapat dikatakan melakukan hal tersebut untuk memenuhi

tingkatan pertama yaitu kebutuhan fisiologis (keluarga). Kegiatan imunisasi akan

dipengaruhi akibat pekerjaan yang lebih diprioritaskan.. Dipahami bahwa

imunisasi dapat digolongkan ke tingkatan kebutuhan rasa aman dan perlindungan

(Prihanti, Rahayu and Abdullah, 2016).

Ibu-ibu yang memiliki pekerjaan di luar baik bersifat formal ataupun

informal seringnya tidak memiliki kesempatan untuk datang ke tempat imunisasi.


25

Mungkin saja pada saat jadwal imunisasi, ibu masih berada di tempat kerjanya.

Kadangkala ibu yang terlalu sibuk dengan pekerjaanya lupa akan jadwal imunisasi

anaknya. Hal ini dikecualikan jika ibu tersebut memiliki pembantu yang dapat

mengantarkan anaknya (Mulyanti, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh (Eriyani, Fauziah and Setyani, 2018)

menemukan bahwa ibu yang tidak bekerja lebih banyak menghabiskan waktu di

rumah. Pengetahuan dapat meningkat karena ibu memiliki waktu yang lebih

luang. Pertanyaan seputar kesehatan yang tidak diketahui atau dipahami bisa

langsung ditanyakan kepada petugas kesehatan. Hal ini berbeda dengan ibu yang

memiliki pekerjaan di luar. Pekerjaannya di luar akan mengurangi waktu yang

dimiliki untuk menambah wawasan dan informasi. Sejalan dengan (Ayu and

Okky, 2017), dalam penelitiannya disebutkan bahwa ibu rumah tangga memiliki

waktu luang yang lebih banyak sehingga dapat memanfaatkan waktunya untuk

mendapatkan informasi baik dengan cara menonton televisi, mendengarkan radio,

atau membaca surat kabar. Berbeda dengan (Aprida, 2015), lingkungan pekerjaan

dianggap dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Ibu yang tidak bekerja

cenderung terbatas untuk mendapatkan informasi. Adapun orang yang bekerja

dapat menceritakan pengalaman serta keluhan kepada temannya yang berada di

lingkungan yang lebih luas. Di lain sisi, alokasi waktu bagi ibu yang berada di

rumah jelas lebih baik karena jumlah waktu asuh anak yang lebih banyak

dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah (Destiyanta, 2015).


26

4. Paritas

Paritas adalah kelahiran satu atau lebih dengan berat >500 gram baik

hidup maupun mati (bukan abortus). Adapun kehamilan ganda atau kembar

dianggap tetap sebagai satu kehamilan (Yulida, 2018).

Paritas menggambarkan pengalaman seorang ibu terhadap pengasuhan

anak. Ibu yang telah memiliki anak sebelumnya dan berpengalaman tentang

imunisasi berpengaruh pada perilaku untuk pemberian imunisasi ulang untuk anak

berikutnya.(Yuliani, 2019). Ibu dengan kondisi multipara (anak lebih dari 1) dapat

mempengaruhi pengetahuan ibu karena pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

Ibu primipara belum memiliki pengalaman mengasuh anak terutama dalam hal

kesehatan sehingga masih perlu peningkatan pengetahuan (Sutarno, 2019).

Namun, bisa jadi ibu yang mempunyai banyak anak harus membagi porsi waktu

dalam mengurus anak-anaknya. Hal ini memungkinkan ibu kesulitan mendatangi

tempat imunisasi karena sedikitnya ketersediaan waktu (Yuliani, 2019).

Penelitian yang dilakukan di wilayah UPTD Puskesmas Setia Mulya

Jakarta menunjukkan adanya hubungan antara paritas dengan pemberian

imunisasi. Ibu multipara lebih positif mengenai pemberian imunisasi karena

pengalaman yang dimiliki. Di samping itu, ibu telah mengetahui manfaat dari

imunisasi yang diberikan kepada bayi sebelumnya (Maimunah and Rahmah,

2019).
27

5. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sebuah pohon keluarga yang dianggap siap untuk memberikan pertolongan kapan

pun dibutuhkan (Ayu and Okky, 2017). Keaktifan seorang ibu terkait program

imunisasi juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Seyogyanya, keluarga dan

masyarakat umum juga mendapatkan penyuluhan imunisasi dan tidak berfokus

hanya pada ibu yang memiliki anak saja (Claudianawati, 2018).

Keluarga merupakan fokus pelayanan yang strategis. Peran utama keluarga

sebagai tempat pengambil keputusan berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan

seluruh anggota keluarga. Sebagai sebuah perantara, keluarga dapat memudahkan

dan mengefektifkan upaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Hermayanti,

Yulidasari and Pujianti, 2016).

6. Peran petugas kesehatan

Petugas kesehatan pada dasarnya memiliki peran sebagai seorang

pendidik. Petugas kesehatan merupakan tempat konsultasi kesehatan dan

informasi lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Peran yang dapat dilakukan

seperti peningkatan pengetahuan kesehatan, penjelasan mengenai gejala penyakit

hingga tindakan apa saja yang dapat diberikan terhadap suatu masalah kesehatan

yang berujung pada perubahan perilaku kesehatan (Prihanti, Rahayu and

Abdullah, 2016).

Contoh penerapan peran petugas kesehatan yakni melalui bidan desa dan

kader kesehatan. Di Puskesmas Gayam, Jawa Timur berdasarkan laporan tahun


28

2016, ditunjuk 8 orang bidan desa dan 173 kader kesehatan untuk membantu

seluruh program imunisasi (Hudhah and Hidajah, 2018).

2.3 Kerangka Teori

Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan pelayanan dan kelengkapan imunisasi pada

balita di posyandu adalah sebagai berikut :

Faktor Predisposisi
1. Tingkat
pengetahuan
2. Tingkat pendidikan
3. Pekerjaan
4. Paritas
5. Kepercayaan

Faktor Pemungkin
1. Ketersediaan sarana
Status Imunisasi
imunisasi Lanjutan
2. Jarak layanan kesehatan

Faktor penguat
1. Dukungan keluarga
2. Peran petugas kesehatan
3. Peran pemerintah

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Sumber: (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007; Itsa, 2019)
29

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya,

maka ada beberapa faktor resiko yang berhubungan terhadap pelayanan dan

kelengkapan imunisasi pada balita yang dipilih oleh peneliti untuk peneliti sebagai

variable independen pada penelitian ini yaitu pendidikan, pengetahuan dan

keterjangkauan ketempat pelayanan kesehatan. Sedangkan variable dependennya

adalah kelengkapan imunisasi.

pendidikan

pengetahuan

Imunisasi lengkap

Dukungan keluarga

Keterjangkauan ke
tempat pelayanan
kesehatan

Keterangan:

: Variabel Terikat

: Variabel Bebas

: Hubungan
30

2.5 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah analisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan pelayanan dan kelengkapan imuisasi pada balita di posyandu unit

pemukiman wuna kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021. Berdasarkan

kerangka konsep diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berkut :

2.5.1 H0 : pendidikan bukan faktor yang berhubungan dengan pelayanan dan

kelengkapan imuisasi pada balita di posyandu unit pemukiman wuna

kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

HI : pendidikan adalah faktor yang berhubungan dengan pelayanan dan

kelengkapan imuisasi pada balita di posyandu unit pemukiman wuna

kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

H0 : pengetahuan bukan faktor yang berhubungan dengan pelayanan dan

kelengkapan imuisasi pada balita di posyandu unit pemukiman wuna

kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

HI : pengetahuan adalah faktor yang berhubungan dengan pelayanan dan

kelengkapan imuisasi pada balita di posyandu unit pemukiman wuna

kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

2.5.2 H0 : dukungan keluarga bukan faktor yang berhubungan dengan pelayanan

dan kelengkapan imuisasi pada balita di posyandu unit pemukiman

wuna kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.

HI : dukungan keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan

pelayanan dan kelengkapan imuisasi pada balita di posyandu unit

pemukiman wuna kecamatan tongkuno kabupaten muna tahun 2021.


31

2.5.3 H0 : keterjangkauan ketempat pelayanan kesehata bukan faktor yang

berhubungan dengan pelayanan dan kelengkapan imuisasi pada balita

di posyandu unit pemukiman wuna kecamatan tongkuno kabupaten

muna tahun 2021

HI : keterjangkauan ketempat pelayanan kesehata adalah faktor yang

berhubungan dengan pelayanan dan kelengkapan imuisasi pada balita

di posyandu unit pemukiman wuna kecamatan tongkuno kabupaten

muna tahun 2021.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross sectional, yaitu pengambilan data yang berkaitan dengan variabel

denpenden dan indenpenden penelitian ini dikumpulkan pada sekali waktu (waktu

yang bersamaan).

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja posyandu Unit Pemukiman Wuna

Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna pada bulan Agustus 2021 sampai selesai.

3.3 Populasi Sampel Dan Kriteria Sampel

3.3.1 Populasi

Sebaguan populasi penelitian ini adalah seluruh balita yang berkunjung di

wilayah kerja posyandu Unit Pemukiman Wuna Kecacamatan Tongkuno

Kabupaten Muna, yaitu sebanyak 187 balita, dan responden dari penelitian ini

adalah ibu balita.

3.3.2 Sampel

Sebagian balita yang berkunjung di posyandu unit pemukiman kecamatan

tongkuno kabupaten muna yang terpilih sebagai sampel. Penelitian ini

menggunakan rumus Lemeshow.

32
33

Peneliti menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut :

2
Z1−α /2 P ( 1−P ) N
n= 2
d ( N−1 ) + Z 21−α / 2 P(1−P)

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dibutuhkan

Z1−α /2 = standar skor yang dikaitkan dengan taraf nyata diinginkan (1,96)

P = proporsi kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan (0,5)

N = jumlah populasi

d = besar penyimpangan terhadap populasi (5%)

Dengan rumus tersebut, maka besar sampel dalam penelitian ini adalah :
2
Z1−α /2 P ( 1−P ) N
n= 2
d ( N−1 ) + Z 21−α / 2 P(1−P)

(1,96)2 ( 0,5 )( 1−0,5 ) (187)


n
(0,05)2 ( 187−1 ) +(1,96)2 (0,5)(1−0,5)

( 3,84 ) ( 0,5 ) ( 0,5 ) (187)


n=
(0,0025) ( 186 )+(3,84)(0,5)(0,5)

179,59
n=
0,465+ 0,96

179,59
n=
1,425

n=126
34

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu balita yang berusia ≥20 tahun yang

berada di unit pemungkiman wuna. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah simple random sampling. Jadi jumlah sampel dalam penelitian adalah 126

orang.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Adapun variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah

Pendidikan, Pengetahuan, Dukungan keluarga, dan Keterjangkauan ke tempat

pelayanan kesehatan.

3.4.2 Variabel Terikaat

Adapun variabel terikat (Dependent variable) dalam penelitian ini adalah

Imunisasi lengkap.

3.5 Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Arikunto,2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan - pertanyaan sesuai dengan variabel

dalam penelitian ini.


35

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

3.6.1 Kelengkapan imunisasi

Suatu kegiatan yang dilakukan ibu untuk memenuhi semua jenis imunisasi

dasar yang didapatkan oleh balitanya sampai usia 1 tahun. Pengukuran ini

memakai lembar observasi yang berisi data kelengkapan imunisasi. Mengisi

kuesioner dengan cara meihat KMS/buku KIA. Skala yang digunakan pada

variabel ini adalah skala ukur ordinal.

Kriteria Objektif :

a. Tidak, status imunisasinya tidak lengkap

b. Ya, bila imunisasinya lengkap

3.6.2 Pendidikan

Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah dicapai ibu. Kategori rendah jika tidak

sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA,dan perguruan tinggi.

Kriteria objektif :

a. Alat ukur : menggunakan kuesioner dengan pernyataan mengenai tingkat

pendidikan ibu.

b. Hasil ukur : Cara pengukuran yaitu dengan menanyakan langsung pada

ibu yang menjadi responden atau dengan melihat bukti identitas diri

seperti kartu keluarga.


36

3.6.3 Pengetahuan

Hasil pemahaman ibu yang meliputi definisi dan manfaat imunisasi,

macam-macam imunisasi dasar, jadwal imunisasi, cara pemberian imunisasi, cara

kerja imunisasi, kejadian pasca imunisasi.

Kriteria objektif :

a. Alat ukur : Menggunakan kuesioner, berupa 20 pertanyaan mengenai

pengetahuan ibu tentang imunisasi

b. Hasil ukur :

1. Baik, jika jawaban responden dari kuesioner yang benar

>75% dari pertanyaan

2. Cukup, jika jawaban responden dari kuesioner yang benar

60-75%

3. Kurang, jika jawaban responden dari kuesioner yang benar

<60%

3.6.4 Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, dukungan yang diberikan pada setiap siklus perkembangan kehidupan

juga berbeda. Dengan adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga membuat

anggota keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.

Kriteria objektif:
37

a. Baik : bila jawaban responden memperoleh nilai > 50% dari total skor

maksimal.

b. Kurang : bila jawaban responden memperoleh nilai ≤ 50% dari total skor

maksimal.

4.6.3 Keterjangkauan ke tempat pelayanan kesehatan

Perjalanan yang ditempuh oleh akseptor menuju tempat pelayanan

kesehatan itu dari tempat aktivitasnya yang terakhir apakah itu dari rumah

maupun dari tempat ibu bekerja (menurut persepsi responden).

Pengukuran ini memakai cara kusioner dengan alat ukur mengisi kusioner.

Skala yang digunakan pada variabel ini adalah nominal.

Kritera objektif :

a. Mudah di akses

b. Tidak mudah diakses

3.7 Jenis Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara melakukan

wawancara terhadap responden menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar di

Unit pemungkiman Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna yang melliputi,

pengetahuan ibu, dukungan keluarga dan keterjangkauan jarak ke tempat

pelayanan imunisasi.

3.7.2 Data Sekunder


38

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari orang lain

yang dalam penelitian in berasal dari instansi-instansi kesehatan, yaitu dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Muna atau Posyandu di Unit pemukiman Wuna. Kecamatan

Tongkuno Kabupaten Muna. Data-data sekunder dalam penelitian ini antara lain :

data cakupan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan dan data bayi yang menjadi sasaran imunisasi di posyandu Unit

pemukiman Wuna.

3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

3.8.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh diberikan nomor responden, selanjutnya ditabulasi

dengan menggunakan progran SPSS ( Statistical Package for Social Science).

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan Micrososft Exel

untung menghitung skor variabel yang didapatkan dari lapangan. Selanjutnya

dilakukan pengolahan data lebih lanjut menggunakan SPSS versi 16.00 Windows

dan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan.

3.8.2 Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian diedit, dikelompokan, dikoding dan

dientri dalam komputer untuk diolah dengan program statistik. Analisis data

dalam penelitian adalah :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan terhadap setiap variable dari hasil

penelitian. Analisi univariat ini berupa distribusi frekuensi dan presentase


39

setiap variable tingakat pengetahuan ibu, dukungan keluarga dan

keterjangkauan ke tempat pelayanan imunisasi.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat secara sendiri-sendiri. Analisis bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji Chi Square dengan tabel kontingensi 2 x 2 dan

menggunakan komputerisasi dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Adapun rumus dari chi-squareyaitu :

X 2 =∑ ¿ ¿

Keterangan:

X2:nilai chi-kuadrat

fe: frekuensi yang diharapkan

fo: frekuensi yang diperoleh/diamati

Karena rancangan penelitian ini adalah cross sectional, maka uji

statistic yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Dasar

pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002 dalam Gita,

2016).

a. H0 diterima jika X2 hitung ≤ X² tabel atau nilai signifikansi (P) > 0,05

b. H0 ditolak jika X2 hitung ≥ X² tabel atau nilai signifikansi (P) < 0,05

Pengambilan keputusan H1 diterima atau ditolak dengan melihat taraf

signifikansi. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05)

dengan kriteria pengujian ditetapkan H0 diterima apabila p ≥ 0,05, Ho ditolak

apabila p ≤ 0,05 (Sugiono, 2017).


40

Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi

seperti SPSS adalah sebagai berikut:

a. Bila pada tabel kontigency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka

hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

b. Bila pada tabel kontigency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,

maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction

c. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-

lain, maka hasil yang digunakan adala Person Chi-Square.

d. Bila pada tabel kontigency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e)

kurang dari 5, maka akan dilakukan merger sehingga menjadi tabel

kontigency 2x2 (Gita, 2016).

3.8.3 Penyajian Data

Data-data yang telah didapat dan diolah kemudian ditampilkan dalam

bentuk tabel, dan tekstual serta selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk

penjelasan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmi, Nur, and A. Fatwa Tenriawaru. "Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil
Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Gizi
Kurang." Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 10.1 (2021): 55-61.
Ashour, Hossam M., et al. "Insights into the recent 2019 novel coronavirus
(SARS-CoV-2) in light of past human coronavirus
outbreaks." Pathogens 9.3 (2020): 186.
AFIFAH, RETNO NUR, and Dian Uswatun Hasanah. Kritik Sosial Dalam
Antologi Cerpen Jalan Pulang Dari Auschwitz: Karya Pilihan Lomba
Penulisan Cerpen Bagi Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017.
Diss. IAIN SURAKARTA, 2020.
Astrianzah, Delan. "Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu, Tingkat Sosial Ekonomi
dengan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita." Skripsi, Universitas
Diponegoro (2011).
Bellina Claudianawati, Yunita, and Anika Candrasari. Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kipi) Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi Mr (Measles Rubella)
Di Puskesmas Kartasura. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2018.
Diana, Cut. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoknga Kecamatan
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar Tahun 2020. Diss. 2020.
Destiyanta, Aditama Putra. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, dan
Pengetahuan Ibu dengan Ketepatan Jadwal Mengikuti Imunisasi Campak
di Wilayah Kerja Puskesmas Weru Sukoharjo. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015.
Dewi, Atika Putri, Eryati Darwin, and Edison Edison. "Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
di Kelurahan Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
Kota Padang Tahun 2013." Jurnal kesehatan andalas 3.2 (2014).
DinkesSultra. (2019). ProfilKesehatanSultra 2018. Kendari.
DinkesKab.Muna. (2019). ProfilKesehatanKabupaten2020.Muna
DepKes, R. I. "Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar." Dep Kes
RI (2010).
DepKes, R. I. "Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar." Dep Kes
RI (2010).
Fuada, Syifaul, Angga Pratama Putra, and Trio Adiono. "Analysis of received
power characteristics of commercial photodiodes in indoor LoS channel
visible light communication." (2017).
Hermayanti, Hermayanti, Fahrini Yulidasari, and Nita Pujianti. "Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Keluarga Dengan Kelengkapan
Pemberian Imunisasi Dasar Pada Baduta." Jurnal Publikasi Kesehatan
Masyarakat Indonesia 3.2 (2016).

41
42

Lane, Sarah, et al. "Vaccine hesitancy around the globe: Analysis of three years of
WHO/UNICEF Joint Reporting Form data-2015–2017." Vaccine 36.26
(2018): 3861-3867.
Mulyanti, Yanti. "Faktor-Faktor internal yang berhubungan dengan kelengkapan
imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja puskesmas situ
gintung ciputat tahun 2013." (2013).
Musfiroh, Mujahidatul, and Arind Vicha Pradina. "Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kipi) Campak Dengan
Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi Di Puskesmas Sangkrah
Surakarta." Gaster 11.2 (2014): 16-24.
Maimunah, Maimunah, Muhaimin Hasanudin, and Anggi Prabowo. "Prototype
Aplikasi Sistem Rekam Medis Pasien Berbasis Web pada Klinik Karawaci
Medika." Creative Communication and Innovative Technology
Journal 12.1 (2019): 41-52.
Mariati, Titik, Djauhar Ismail, and Mohammad Hakimi. "Pengetahuan dan sikap
orang tua terhadap status imunisasi anak di Bantul." Berita Kedokteran
Masyarakat 33.4 (2017): 199-204.
Navarro-Lérida, Inmaculada, et al. "Rac1 nucleocytoplasmic shuttling drives
nuclear shape changes and tumor invasion." Developmental cell 32.3
(2015): 318-334.
Prihanti, Gita Sekar, Mia Puteri Rahayu, and Mochamad Najib Abdullah.
"Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Status Kelengkapan Imunisasi Dasar
Diwilayah Kerja Puskesmas X Kota Kediri." Saintika Medika: Jurnal Ilmu
Kesehatan Dan Kedokteran Keluarga 12.2 (2016): 120-128.
Pung, Rachael, et al. "Investigation of three clusters of COVID-19 in Singapore:
implications for surveillance and response measures." The
Lancet 395.10229 (2020): 1039-1046.
Proverawati, Atikah, and Eni Rahmawati. "Kapita selekta ASI dan menyusui."
(2010).
Rodríguez-Marulanda, Karina Patricia, and Jorge Isaac Lechuga-Cardozo.
"Desempeño laboral de los docentes de la Institución Universitaria
ITSA." Revista Escuela de Administración de Negocios 87 (2019): 79-101.
Ri, Kemenkes. "Profil Kesehatan Indonesia." Kemenkes RI (2017).
Rahmawati, Adzaniyah Isyani, and Chatarina Umbul. "Faktor yang
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di Kelurahan Krembangan
Utara." Jurnal berkala epidemiologi 2.1 (2014): 59-70.
Senge, Peter, Hal Hamilton, and John Kania. "The dawn of system
leadership." Stanford Social Innovation Review 13.1 (2015): 27-33.
Safitri, Refi, and Annisa Andriyani. "Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler
Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Asma di Ruang Rawat Inap
Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta." Gaster 8.2 (2011): 783-792.
Triana, Vivi. "Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi tahun 2015." Jurnal kesehatan masyarakat
Andalas 10.2 (2017): 123-135.
Widayat, Andri. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia pada balita
di wilayah puskesmas mojogedang II kabupaten karanganyar. Diss.
43

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.


Xia, Yangkun, and Zhuo Fu. "Improved tabu search algorithm for the open
vehicle routing problem with soft time windows and satisfaction
rate." Cluster Computing 22.4 (2019): 8725-8733.
Yulida, Irma, and Anika Candrasari. Hubungan Informasi yang Diterima Ibu dari
Media Promosi Kesehatan tentang Vaksin MR (Measles Rubella) dan
Paritas terhadap Minat Keikutsertaan Vaksinasi MR di Puskesmas
Kartasura. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018.
Yani, Alvi, Ratna Wylis Arief, and Nina Mulyanti. "Processing of banana flour
using a local banana as raw materials in Lampung." International Journal
on Advanced Science, Engineering and Information Technology 3.4
(2013): 289.
Yuniati, Eny. "Enterprise Innovation In Service Independent Practice Of
Midwives In Indonesia: Literature Review." Turkish Journal of Computer
and Mathematics Education (TURCOMAT) 12.7 (2021): 1834-1840
44

N
KUSIONER PENELITIAN

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN


DAN KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BALITA DI POSYANDU UNIT
PEMUNGKIMAN WUNA
Tanggal Wawancara :
Nomor Responden :

Lengkapilah identitas diri Anda di tempat yang telah tersedia


A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Kepala Keluarga :

Nama Responden :

Umur Responden : tahun

Alamat :

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Pendidikan terakhir yang pernah Ibu dapatkan :

Pendidikan Tidak Ya
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tidak tamat SMP
Tamat SMP
Tidak tamat SMA
Tamat SMA
Perguruan tinggi

2. Apakah Ibu bekerja ?

a. Tidak bekerja

b. Bekerja

3. Apa pekerjaan Ibu waktu anak usia 6-12 bulan?


a. PNS

b. Pegawai swasta

c. Buruh pabrik

d. Petani

e. Wiraswasta

f. Pensiunan

g. dll, sebutkan

4. Berapa jumlah anak yang ada dalam keluarga saat ini ? . . . . . anak

*dengan memperlihatkan surat kelahiran

5. Berapa jumlah anggota keluarga ? . . . . orang

No Status Dalam Keluarga Pendapatan

C. PENGETAHUAN

1. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan imunisasi . . . . . .

a. Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

b. Menyuntikkan vitamin ke dalam tubuh bayi

2. Tujuan imunisasi adalah . . . . .

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu

b. Untuk menyembuhkan penyakit pada seseorang

3. Apakah manfaat dari imunisasi ?


a. Anak memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu

b. Anak terhindar dari semua penyakit

4. Seorang bayi telah mendapatkan imunisasi lengkap jika telah mendapatkan

imunisasi apa saja . . . .

a. BCG, DPT I – III, polio I – IV, hepatitis B I – III, dan campak

b. TBC, DPT I-III, polio I-IV, hepatitis B I-III, dan campak

5. Menurut Ibu, berapa kali imunisasi BCG diberikan ?

a. 1 kali

b. 3 kali

6. Tujuan dari imunisasi BCG adalah :

a. Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tuberculosis

b. Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tuberculosis dan polio

7. Menurut Ibu, berapa kali imunisasi DPT diberikan ?

a. 3 kali

b. 2 kali

8. Tujuan dari imunisasi DPT adalah :

a. Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan

tetanus

b. Untuk menyembuhkan penyakit difteri, pertusis, dan tipus

9. Tujuan dari imunisasi polio adalah :

a. untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit polio

b. untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit kelumpuhan

10. Menurut Ibu, berapa kali imunisasi hepatitis B diberikan ?


a. 3 kali

b. 1 kali

11. Tujuan dari imunisasi hepatitis B adalah ....

a. Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B

b. Untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B

12. Menurut Ibu, berapa kali imunisasi campak diberikan ?

a. 1 kali

b. 3 kali

13. Tujuan dari imunisasi campak adalah......

a. Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak

b. Untuk menyembuhkan penyakit campak

14. Dimanakah ibu bisa mendapatkan pelayanan imunisasi ?

a. Puskesmas, posyandu, RS, rumah bersalin, dokter, dan bidan

b. Dinas kesehatan, puskesmas, dan apotik

15. Apakah ibu mengetahui berapa kali bayi diberi imunisasi DPT...

a.1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

d. 4 kali

16. apakah ibu mengetahui berapa kali bayi diberi imunisasi polio...

a.1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali
d. 4 kali

17. Menurut ibu imunisasi polio untuk mencegah penyakit apa...

a. TBC

b. Tifus

c. Campak

d. Polio

18. Menurut ibu bagaimana cara pemberian imunisasi polio...

a. Disuntik

b. Ditetes

c. Diminum

d. Tidak tahu

19. Dimanakah imunisasi polio diberikan..

a. Di RS/puskesmas/posyandu

b. Di rumah kader

c. Di kelurahan

d. Di kecamatan

20. Imunisasi apa yang diberikan terakhir kali...

a. DPT

b. BCG

c. Campak
d. Polio

D. KETERJANGKAUAN KETEMPAT PELAYANAN

1. Bagaimana cara Ibu sampai ke tempat pelayanan imunisasi ?

1. Jalan kaki

2. Naik kendaraan pribadi

3. Naik angkutan umum

2. Bagaimana jarak rumah Ibu ke tempat pelayanan imunisasi ?

1. Jauh

a. 1 kilo

b. 2 kilo

c. 3 kilo

d. 4 kilo

2. Dekat

a. 50 meter

b. 100 meter

c. 200 meter

d. 300 meter

E. DUKUNGAN KELUARGA

Petunjuk : berilah tanda check list () pada kolom jawaban yang tersedia Pilihan

jawaban:
Ya = Ya jika pertanyaan tersebut dilakukan keluarga Tidak = Tidak jika

pertanyaan tersebut tidak dilakukan keluarga

No Pernyataan Ya Tidak
1 Anggota keluarga (suami, mertua, dan saudara)

sudah memberikan informasi kepada ibu tentang

imunisasi BCG yang dibutuhkan oleh anaknya


2 Anggota keluarga (suami, mertua, dan saudara)

tidak memberikan informasi kepada ibu tentang

tujuan imunisasi BCG pada anaknya


3 Ibu mendapat informasi dari anggota keluarga

(suami, mertua, dan saudara) tentang manfaat

imunisasi BCG pada anaknya untuk peningkatan

kesehatan
4 Ibu tidak mendapatkan informasi dari anggota

keluarga (suami, mertua, dan saudara) tentang

masalah kesehatan yang terjadi jika bayi tidak

mendapatkan imunisasi BCG


5 Ibu memperoleh informasi dari anggota keluarga

(suami, mertua, dan saudara) tentang reaksi yang

biasa terjadi setelah anak mendapat imunisasi BCG

Anda mungkin juga menyukai