PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
NOVIA KAZARI PUTRI ANGGRAINI
NIM : 19.01.1.106
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023
DETERMINAN KEPATUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT
INAP MUARA FAJAR KOTA PEKANBARU
TAHUN 2023
OLEH:
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING
NIM : 19.01.1.106
PEMINATAN : EPIDEMIOLOGI
PROGRAM : SARJANA
Proposal ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Proposal Penelitian Program Studi Kesehatan Masyarakat
Program Sarjana
Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Pekanbaru, 2023
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan dan imunitas tubuh sehingga apabila terpajan
penyakit tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi di-
lakukan dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang
sudah dilemahkan yang biasanya diberikan pada saat anak usia 0-12 bulan.
Pelaksanaan untuk menuju target capaian imunisasi diperlukan sikap
Kepatuhan Imunisasi yang merupakan bentuk perilaku yang taat pada atu-
ran yang ditetapkan terkait program Imunisasi dasar Lengkap (IDL). Imu-
nisasi dasar lengkap (IDL) sangat penting diberikan pada bayi usia 0-12
bulan untuk memberikan kekebalan dari penyakit yang dapat dicegah
melalui imunisasi, antara lain : Tuberculosis, Difteri,Tetanus, Polio, Hep-
atitis B dan Campak. Jadwal pemberian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
Pada saat usia bayi lahir kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis
B, usia 1 BCG dan Polio 1, usia 2 bulan imunisasi DPT/Hb/Hib 1;Polio-2,
usia 3 bulan DPT/HB/Hib-2;Polio-3,usia 4 bulan DPT/HB/Hib-3;Polio-4,
dan usia 9 bulan pemberian Imunisasi Campak/Rubella (MR), Sementara
itu berdasarkan indikasi pencegahan penyakit hak anak Indonesia untuk
mendapatkan imunisasi juga masih belum sepenuhnya optimal (Kemenkes
RI., 2021).
Dampak Imunisasi dasar yang tidak lengkap (IDL) ialah, anak akan
lebih rentan mengalami sakit berat yang seharusnya penyakit tersebut bisa
dicegah melalui Imunisasi, serta dapat menyebabkan wabah penyakit di
lingkungan sekitar. Akibat dari banyaknya orang tua yang tidak mau
melakukan imunisasi untuk anaknya secara tidak langsung akan men-
galami penurunan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat In-
donesia dimasa yang akan mendatang.(Nanda Kharin et al., 2021).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya kepatuhan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) ialah kurangnya pengetahuan dan pema-
haman Ibu terhadap pentingnya mengikuti program Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) guna mencegah kesakitan pada anaknya. Hal ini dipen-
garuhi oleh sikap kecemasan atau rasa takut orang tua terutama ibu, apa-
bila anaknya di imunisasi mengalami sakit panas (Demam),Lemas, dan
Pembengkakan area imunisasi atau biasa yang dikenal sebagai KIPI (Keja-
dian Ikutan Paska Imunisasi), KIPI tidak selalu terjadi pada setiap bayi
yang di Imunisasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan,dan apabila terjadi
dapat diatasi seperti pengompresan pada area yang di Imunisasi dan pem-
berian obat pereda demam.
Dalam rangka untuk mencapai target capaian Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) diperlukan keyakinan dan kepercayaan orang tua terutama
Ibu, agar tidak perlu mengkhawatirkan efek samping yang ditimbulkan
atau KIPI setelah melakukan imunisasi. Peran keluarga diperlukan untuk
memberikan dukungan untuk dan pemahaman pada orang tua terutama
Ibu, agar mengetahui pentingnya dan manfaat dalam melakukan imunisasi
pada anak, sehingga tidak perlu merasa khawatir akan efek samping yang
dirasakan pada saat anak panas atau demam,dan pembengakakn area tubuh
bayi setelah melakukan imunisasi. Kondisi wilayah juga dapat memen-
garuhi kepatuhan dan cakupan dalam pelaksanaan program Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL), hal ini disebabkan oleh daerah tempat tinggal jauh
dari tempat pelayanan kesehatan sehingga menjadi hambatan orang tua un-
tuk melakukan imunisasi pada anaknya dan mengakibatkan cakupan imu-
nisasi pada anak tidak sesuai target sasaran (Nanda Kharin et al., 2021)
Laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2020
menyebutkan bahwa terdapat 20 juta anak belum mendapatkan pelayanan
imunisasi untuk balita diseluruh dunia secara rutin setiap tahun. Tingginya
jumlah anak yang belum mendapakan imunisasi mengakibatkan beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian, yang se-
harusnya dapat dicegah dengan vaksin, muncul kembali di negara maju
dan berkembang, antara lain penyakit tersebut: campak, pertusis, difteri,
dan polio (Hidayah et al.,2018;UNICEF,2020)
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kese-
hatan, Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kemente-
rian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah un-
tuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk
menurunkan angka kematian pada anak.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional pada tahun 2022 adalah
sebesar 94.3%. Sementara itu, cakupan persentase anak yang mendapatkan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Provinsi Riau mengalami penurunan
yang signifikan dari tahun 2021 – 2022. Dimana tahun 2021 persentase
cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) 67%, tahun 2022 turun menjadi
59%. Kota Pekanbaru menjadi salah satu Kabupaten/Kota yang terjadi
penurunan dari tahun 2019 dengan persentase 83% menurun menjadi 78%
di tahun 2021 (Profil Dinkes Provinsi Riau, 2021).
Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar merupakan salah satu
Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru. Berkedudukan di Jl. Yos Sudarso
KM 15 Kec. Rumbai Barat Kota Pekanbaru, dengan luas wilayah kerja
45,8 km², terdiri dari dua Kelurahan yaitu Kelurahan Muara Fajar Barat,
dan Kelurahan Muara Fajar Timur. Puskesmas Muara Fajar merupakan
urutan kedua terendah capaian imunisasinya setelah Puskesmas Lima Pu-
luh yang belum mencapai Universal Child Immunization (UCI), dimana
target presentase Imunisasi Dasar Lengkap 90% keatas. Secara presentase,
ketercapaian Universal Child Immunization (UCI) di wilayah kerja
Puskesmas Muara Fajar pada tahun 2022, hanya 41,8% masih jauh dari
target.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sapardi, VS dkk (2021),
menyebutkan bahwa didapatkan 55,9% ibu tidak patuh, pengetahuan
tinggi 60,2%, keluarga tidak mendukung 57%, keterjangkauan tempat
pelayanan imunisasi dekat 52,5%. Adapun hasil didapatkan ada hubungan
p value = 0,019 pengetahuan dengan kepatuhan ibu. Ada hubungan 0,013
dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu. Faktor pengetahuan, dukungan
keluarga mempengaruhi pemberian imunisasi dasar pada bayi. Sementara
itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Syukuriyah, NL (2019) menye-
butkan bahwa hasil analisis univariat diperoleh 55,1% imunisasi tidak
lengkap, berpendidikan rendah 69,2%, berpengetahuan kurang 23,1%,
keluarga yang tidak mendukung 53,8%, dukungan keluarga (0,000),
memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian imunisasi dasar
pada balita. Pengetahuan dan dukungan keluarga merupakan faktor yang
mempengaruhi kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada bayi, oleh
karena itu diisarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan pro-
mosi kesehatan terutama tentang imunisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan Yudi dkk (2017), mendapatkan
hasil analisis data diperoleh temuan sebanyak 18 responden (60%) mem-
punyai pengetahuan yang baik mengenai KIPI dasar dan 27 responden
(90%) patuh memberikan imunisasi dasar pada bayinya. Hasil uji hipotesis
diperoleh nilai p yaitu 0,025 (<0,05) yang menunjukkan terdapat hubun-
gan antara pengetahuan ibu tentang KIPI dasar dengan kepatuhan ibu
dalam memberikan imunisasi dasar pada bayinya di RW 02 Kelurahan Tl-
ogomas Malang. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triana,
V (2017) menyebutkan bahwa hasil analisis univariat diperoleh 47,50%
imunisasi tidak lengkap, berpendidikan rendah 5%, bekerja 30%,
berpengetahuan rendah 48,75%, sikap negatif 50%, pelayanan kesehatan
kurang 10%, hambatan 18,75% dan motivasi kurang 40%. Hasil analisis
bivariat diperoleh p-value pengetahuan (0,007), sikap (0,014), motivasi
(0,001), informasi (0,04). Hasil analisis multivariat diperoleh p-value vari-
abel motivasi=0,0001. Pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua serta in-
formasi tentang imunisasi merupakan faktor yang mempengaruhi ke-
langkapan pemberian imunisasi dasar pada bayi, oleh karena itu diis-
arankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan promosi kesehatan
terutama tentang imunisasi.
Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan Di Puskesmas
Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru, dilakukan wawancara secara
singkat terhadap 18 orang ibu yang memiliki bayi usia dibawah 1 tahun (0-
12 bulan). Didapati 15 (83%) orang Ibu yang memiliki pengetahuan yang
kurang terkait Imunisasi Dasar Lengkap (IDL), 16 (88%) orang Ibu yang
memiliki sikap yang negatif tentang Imunisasi, sebanyak 12 (66%) orang
ibu memiliki kecemasan terhadap KIPI, 13 (72%) orang ibu kurang men-
dapatkan dukungan keluarga dengan baik terkait imunisasi untuk anaknya,
dan sebanyak 7 (38%) orang ibu memiliki keterbatasan akses menuju
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.
Penelitian tentang kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada
bayi belum pernah dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar, se-
hingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Deter-
minan Kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun
2023”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
cakupan Imunisasi Dasar Lengkap secara nasional pada tahun 2022 adalah
sebesar 94.3%. Sementara itu, cakupan persentase anak yang mendapatkan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Provinsi Riau mengalami penurunan
yang signifikan dari tahun 2021 – 2022. Dimana tahun 2021 persentase
cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) 67%, tahun 2022 turun menjadi
59%. Kota Pekanbaru menjadi salah satu Kabupaten/Kota yang terjadi
penurunan dari tahun 2019 dengan persentase 83% menurun menjadi 78%
di tahun 2021. Secara presentase, ketercapaian Universal Child Immuniza-
tion (UCI) di wilayah kerja Puskesmas Muara Fajar pada tahun 2022,
hanya 41,8% masih jauh dari target. Oleh sebab itu perlu diketahui faktor
penyebab tidak tercapainya target imunisasi tersebut, dengan rumusan
masalah sebagai berikut “Apa Saja Determinan Kepatuhan Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023?”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan Imunisasi
Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023?
2. Adakah hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan Imunisasi Dasar
Lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fa-
jar Kota Pekanbaru Tahun 2023?
3. Adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan Imu-
nisasi Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023?
4. Adakah hubungan antara kondisi wilayah dengan kepatuhan Imunisasi
Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023?
5. Adakah hubungan antara Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) den-
gan kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk mengetahui apa
saja determinan kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru
Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan
Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023.
b. Diketahuinya hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan Imu-
nisasi Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023.
c. Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023.
d. Diketahuinya hubungan antara kondisi wilayah dengan kepatuhan
Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru Tahun 2023.
e. Diketahuinya hubungan antara Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) dengan kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru
Tahun 2023.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi instansi terkait,
terutama Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru dalam
pengambilan kebijakan dan perencanaan program mengenai pencapaian
target Imunisasi Dasar Lengkap di wilayah kerjanya.
3. Bagi Peneliti
Adapun manfaat bagi peneliti yaitu dapat mengetahui terkait de-
terminan kepatuhan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota Pekanbaru dan juga dapat
meningkatkan wawasan yang nantinya dapat diterapkan kepada
masyarakat serta untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan
perkuliahan.
A. Konsep Imunisasi
1. Defenisi Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan/
meningkatkan kebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit se-
hingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan. Program Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL) harus diselesaikan sebelum usia satu tahun yaitu, Imunisasi Hep-
atitis B, BCG, DPT-Hb-Hib, Polio dan Campak. Dalam buku Imunisasi
dan Vaksinasi (Proverawati) Imunisasi adalah suatu program yang den-
gan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan perlindungan terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut Permenkes RI
(2017) tujuan Imunisasi yaitu : mencegah penyakit tertentu pada seseo-
rang, melindungi penyakit menular berbahaya bagi bayi dan anak, menu-
runkan angka kecacatan ,ataupun penyakit yang disebabkan dari suatu
daerah ,serta mencegah dari kematian yang seharusnya dapat dicegah
dengan melakukan imunisasi.
Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, terca-
painya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target
RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child Im-
munization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL disu-
atu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan tercapainya reduksi,
eliminasi, daneradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Manfaat dari Imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah den-
gan menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :
a) Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
b) Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengob-
atan bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apa-
bila orangtua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
c) Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangu-
nan negara (Proverawati, 2010).
Imunisasi program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada sese-
orang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dice-
gah dengan Imunisasi. Imunisasi program terdiri dari imunisasi rutin,
imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus. Imunisasi rutin merupakan
imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambun-
gan yang terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan (Permenkes
RI 12, 2017).
a. Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) merupakan imunisasi awal
yang diberikan kepada bayi sebelum berusia satu tahun. Pada kon-
disi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara
optimal. Setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan untuk mendap-
atkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B,
1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis
campak/MR (Kemenkes RI, 2018).
1) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B merupakan vaksin virus recombi-
nan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non infeksi,pem-
berian imunisasi hepatitis B bertujuan untuk mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit hepatitis B . Vaksin disuntikkan
dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB PID, pemberian sun-
tikan secara intramuskuler,sebaiknya anteroteral paha,pembe-
rian sebanyak 3 dosis, dosis pertama diberikan usia 0-7 hari,
dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bu-
lan)
2) Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin) merupakan
vaksin yang dibuat dari kuman mycobacterium tuberculosis
yang dilemahkan yang berfungsi untuk mencegah penyakit
menular tuberculosis. Imunisasi BCG diberikan pada bayi op-
timal diberikan pada bayi usia 2-3 bulan dengan penyuntikan
di daerah lengan kanan atas. Di Indonesia penyakit TBC
masih sangat tinggi, Menurut berbagai studi apabila seseorang
tinggal bersama penderita TBC peru aktif untuk beberapa
waktu lamanya, maka kemungkinan terinfeksi atau tertular
adalah sebesar 25-50% dan penyakit ini paling cepat
menginfeksi anak-anak. Oleh karena itu pemberian imunisasi
BCG diberikan segera untuk mencegah bayi tertular BCG,
apabila bayi berusia 3 bulan belum diberikan imunisasi BCG
perlu dilakukan tes tuberkulin untuk mendeteksi bayi terin-
feksi kuman TB atau belum, Imunisasi BCG dikatakan
berhasil apabila ada bekas luka yang ditimbulkan setelah
melakukan penyuntikan.
3) DPT-Hb-Hib
Imunisasi DPT-Hb-Hib adalah penyuntikan vaksin secara
Intramuskular pada anterolateral pada paha atas pada anak
dengan dosis 0,5 ml. Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah
bayi dari penyakit difteri,tetanus,dan pertussis (batuk rejan).
Menurut Depkes RI, imunisasi DPT-Hb-Hib diberikan tiga
kali dengan interval 4 minggu. Jadwal pemberian imunisasi
DPTHb-Hib pertama harus diberikan setelah bayi berusia 2
bulan dan untuk imunisasi berikutnya diberi jarak 1 bulan
atau 4 minggu.Menurut Achmadi, pemberian imunisasi per-
tama kali harus menunggu bayi berusia 2 bulan, karena bayi
masih punya sisa kekebalan yang diperoleh dari ibu ketika
dalam kandungan (maternal antibodi), selain itu pemberian
menunggu bayi berumur 2 bulan karen areaktogenitas pertusis
bayi kecil. Jadwal DPT-Hb-Hib yang tidak diikuti akan mem-
berikan tingkat kekebalan yang berbeda
4) Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan secara
oral (OPV) dan injeksi (IPV) pada bayi yang waktu pemberi-
annya bersamaan dengan penyuntikan BCG, DPT-HB-Hib
1,2,3 . Adapun komposisi dari vaksin polio trivalent/oral
yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang sudah dilemahkan. Sementara vaksin po-
lio injeksi di gunakan untuk pencegahan poliomyelitis pada
bayi dan anak immunocompromised, kontak di lingkungan
keluarga dan pada individu di mana vaksin polio oral menjadi
kontra indikasi. Efek samping pemberian tidak ada /jarang
terjadi , jika setelah 30 menit pemberian polio oral bayi di
berikan makan minum seperti biasa jika muntah dalam 30
menit setelahnya segera diberi dosis ulang.
Menurut Depkes RI 2022, imunisasi Polio diberikan
melalui mulut pada bayi umur 0-11 bulan sebanyak 4 kali
dengan jarak pemberian 4 minggu. Jadwal pemberian imu-
nisasi polio tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Kese-
hatan yang menyatakan bahwa pemberian imunisasi polio
pertama bisa dilaksanakan sejak bayi baru lahir dan untuk
imunisasi polio yang berikutnya diberi jarak 1 bulan atau 4
minggu. Jadwal pemberian imunisasi tersebut sesuai
rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa pemberian
vaksin polio dianjurkan semuda mungkin. WHO merekomen-
dasikan pemberian imunisasi polio sesuai jadwal yang telah
ditentukan terutama pada daerah endemik polio dan negara
yang dikategorikan sebagai recently polio endemic seperti In-
donesia
5) Campak
Imunisasi campak ialah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena
penyakit ini sangat menular. Pemberian vaksin campak hanya
diberikan 1 kali yang dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan
dan imunisasi tambahan dilakukan pada umur 6-7 tahun saat
duduk di kelas 1 SD. Efek samping dari imunisasi campak
yaitu mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8-12 hari pasca divaksinasi.
Menurut Depkes RI 2022 dinegara berkembang imunisasi
campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud
memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena in-
feksi virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih
awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan
yang berasal dari ibu (maternal antibodi), karena dapat meng-
hambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak.
Imunisasi campak di Indonesia diberikan pada anak umur 9-
11 bulan.
c. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin terjaganya kekebalan dan tingkat imunitas pada anak
baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (Permenkes RI
12, 2017).
2. Kepatuhan Imunisasi
Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat
pada aturan, perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang
harus dijalankan (KBBI, 2017). Dalam Encylopedia of Social Psychology
bahwa kepatuhan mengacu pada tindakan yang sesuai permintaan yang
bersumber dari luar. Permintaan tersebut dapat bersumber dari orang atau
objek. Kepatuhan tidak mengacu pada suatu keadaan menerima perilaku
yang ditampilan atau ada perubahan sikap tetapi melakukan sesuatu
sesuai permintaan.
Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku tertentu (seperti menuruti
perintah dokter atau melakukan gaya hidup sehat) sesuai instruksi dokter
atau saran kesehatan. Kepatuhan ini dipengaruhi atau dikendalikan oleh
berbagai faktor seperti usia, pendidikan, pengetahuan, status pekerjaan,
status sosial ekonomi, budaya, kondisi wilayah dan kepercayaan pada
vaksinator. Sehingga pembuat program dan kebijakan harus memper-
hatikan faktor-faktor tersebut ketika merancang strategi untuk
meningkatkan cakupan imunisasi arau meningkatkan kepatuhan ibu dalam
pemberian imunisasi pada bayinya sesuai dengan jadwal imunisasi yang
sudah ditetapkan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam efektifi-
tas imunisasi adalah kepatuhan terhadap jadwal imunisasi.
Apabila ibu tidak patuh dalam mengimunisasikan bayinya maka
akan berpengaruh sangat besar terhadap kekebalan tubuhnya dan
kerentanan tubuh bayiterhadap suatu penyakit. Sehingga diharapkan bayi
mendapatkan imunisasi tepat waktu (Kaloh, 2017).
Menurut Yudiernawati (2016), Kecenderungan ketidakpatuhan
orang tua dalam pemberian imunisasi biasanya disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain adanya kekawatiran atau rasa takut para orang tua apa-
bila anaknya di imunisasi akan mengalami sakit panas atau demam. Sering
kali orang tua merasa lupa atau tidak ada yang mengingatkan tentang jad-
wal imunisasi sehingga bayinya tidak mendapatkan imunisasi sesuai jad-
wal.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2004), kepatuhan
imunisasi dasar merupakan kelengkapan imunisasi yang didapatkan balita
yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali. HB 3 kali dan Cam-
pak 1 kali. Untuk menilai kepatuhan ibu dalam pemberian imunsasi dasar
pada anak dapat dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena imunisasi
campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada anak den-
gan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap sesuai
dengan rentan waktu yang sudah di tentukan oleh tenaga kesehatan.Berikut
ini merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan dalam imu-
nisasi.
a. Umur Ibu
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai
saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang
baru (Nursalam, 2009).
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
beberapa tahun. Semakin cukup umur seseorang ibu otomatis tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa
akan lebih percayadiri dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa
(Nursalam, 2009).
Hasil penelitian Ambar Wulandari (2018),Umur ibu meru-
pakan salah satu factor yang memengaruhi perilaku seseorang terma-
suk dalam hal pemberian Imunisasi Dasar Bayi pada umur 0-12 bulan.
Kategori usia tua dengan imunisasi tidak lengkap berjumlah 11,2%
dan yang lengkap 88,9%.untuk kategori usia muda dengan kelengka-
pan imunisasi yang tidak lengkap berjumlah 13,8% dan yang lengkap
berjumlah 86,2%. Untuk kategori usia tua lebih engkap imunisasinya
dibandingkan dengan kategori usia muda berdasarkan analisis uji
fisher exact didapatkan nilai p value 0,1 nilai p lebih besar dari 0.05
(nilai p value 0,1>0,05) disimpulkan tidak ada hubungan antara usia
ibu dengan kelengkapan Imunisasi dasar lengkap.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang
pada diri individu, keluarga dan masyarakat. Pendidikan menjadi hal
yang sangat penting dalam memengaruhi pengetahuan. Individu yang
mempunyai pendidikan tinggi akan cenderung lebih mudah untuk
menerima informasi begitu juga dengan masalah informasi tentang
imunisasi yang diberikan oleh petugas kesehatan,begitu juga
sebaliknya ibu yang mempunyai pendidikan rendah akan kesulitan
untuk menerima informasi yang ada sehingga mereka kurang
memahami tentang kelengkapan imunisasi. Pendidikan seseorang
yang berbeda – beda juga akan memengaruhi seseorang dalam
pengambilan keputusan, pada ibu yang memiliki pendidikan tinggi
akan lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan dengan ibu
yang memiliki pendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah
diterima dan dilaksanakan oleh ibu yang mempunyai pendidikan
tinggi (Triana, 2016).
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi wawasan
yang ia ketahui,serta menggambarkan perilaku sesorang dalam
kesehatan. Semakin rendah tingkat pendidikan maka ilmu yang ia
ketahui tentang kesehatan semakin berkurang pula,baik dari segi
asupan makanan,serta penanganan keluarga yang mengalami penyakit
lainnya. Tingkat pendidikan yang rendah secara tidak langsung dapat
memengaruhi lingkungan fisik,lingkungan biologis,dan lingkungan
social yang merugikan sehingga terjadi peningkatan angka kesakitan,
termasuk penularan tuberculosis.(Kesehatan et al., 2019)
Menurut Triana (2016), tingkat pendidikan yang diperoleh
seseorang dari bangku sekolah formal dapat memengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Pendidikan kesehatan dapat membantu para
ibu ataukelompok masyarakat, disamping itu dapat meningkatkan
penegetahun juga meningkatkan perilaku untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Tingkat pendidikan sangat memengaruhi
terlaksananya kegiatan imunisasi, baik pendidikan formal atau non
formal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Makamban
(2019) tentang faktor yang berhubungan dengan cakupan imunisasi
dasar lengkap pada bayi menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara pendidikan ibu dengan cakupan imunisasi dasar
lengkap
c. Pengetahuan
Bloom dalam Notoatmodjo menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telingga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Juliani, 2012). Pengetahuan adalah pembentukan
pemikiran asosiatif yang menghubungkan sebuah pemikiran dengan
kenyataan atau pikiran lain berdasarkan pengalaman berulang – ulang
tanpa pemahaman kausalitas yang hakiki dan universal (Juliana,
2016). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya
setelah ia melihat anak tetangganya terkena penyakit polio yang
mengakibatkan anaknya cacat karena anak tersebut belum pernah
mendapatkan imunisasi polio (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini tterjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,yaitu
penglihatan,penciuman,rasa,dan raba. Menurut Notoatmodjo
pengetahuan terdiri 6 tingkatan,yaitu :
a. Tahu (know),yaitu suatu pengingat materi yang telah dipelajari se-
belumnya termasuk dalam mengingat kembali suatu hal (re-
call),dan mempelajari suatu hal secara spesifik atas rangsangan
yang diterima.
b. Memahami (compherensif),yaitu kemampuan yang dapat menje-
laskan secara benar objek yang diketahui dan dapat mengin-
prestasikan materi dengan benar.
c. Aplikasi (application),yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi situasi yang sebenarnya.
d. Analisis (anlisis), yaitu kemampuan yang dapat menjabarkan ma-
teri suatu objek dalam suatu komponen,tetapi masih terstruktur dan
memili kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan untuk menghubungkan
bagian didalam sesuatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan penila-
ian suatu materi atau objek.
Hasil penelitian yang dilakukan Pratamditha Janu Nugroho
(2012), diketahui bahwa hasil uji Chi Square menunjukkan nilai (p
=0,02<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan imunisasi pada bayi dengan nilai OR=3,51;
(95%CI=1,31-9,36) dapat diartikan bahwa ibu yang berpengetahuan
kurang beresiko 3,51 kali lebih besar untuk bayinya mendapatkan
imunisasi tidak lengkap daripada ibu yang berpengetahuan baik.
f. Kondisi wilayah
Kondisi wilayah memengaruhi masyarakat dalam melakukan
pengongobatan ke pelayanan kesehatan, termasuk dalam pelaksanaan
kegiatan program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Jarak dari tempat
imunisasi atau pelayanan kesehatan juga memengaruhi cakupan
imunisasi terutama di Negara – Negara berkembang. Salah satu
penelitian yang dilakukan di Banglades menunjukan bahwa jarak
pusat kesehatan berbanding lurus dengan cakupan imunisasi, semakin
dekat jaraknya semakin tinggi cakupanimunisasi. Sebuah studi yang
dilakukan di Uganda menunjukkan bahwadaerah pedesaan
mempunyai jalan yang buruk terutama pada musim hujan yang
mengakibatkan cakupan imunisasi rendah (Bbaale, 2013).
Demikian pula sebuah penelitian yang dilakukan di China
menunjukkan bahwa cakupan imunisasi rendah di daerah terpencil
dimana sulit untuk mencapai pelayanan kesehatan dan orang tua
menemui hambatan dalam mencapai pusat kesehatan. (Makamban,
2018)
g. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap,tindakan, dan pemberian
informasi yang benar akan sebuah kesehatan dilakukan dengan
transaparan dan penuh dengan suatu dorongan akan kesehatan yang
optimal. Setiap anggota keluarga yang berada dalam lingkup dalam
kominas kecil sangat berpengaruh perannya dalam memberikan
argumentasi terhadap suatu tindakan yang akan dilakukan dalam
mencari kesehatan terutama pada pemberian imunisasi. Dengan
adanya dukungan keluarga yang baik dalam pemberian imunisasi pada
anak, akan mengurangi tingkat egoisentris terhadap pemberian
imunisasi pada anak, sehingga tingkat kecacatan dan kematian akibat
dari tidak diimunisasi akan semakin menurun.(Eko Budi
Santoso,2021). Jenis dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga
secara sosial ialah :
1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati,
kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersngku-
tan
2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan hormat
atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju
atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu
3) Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung, mis-
alnya memberi pinjaman uang, memberi pekerjaan
4) Dukungan informatif, mencakup nasihat saran, penge-
tahuan, dan
informasi serta petunju
Hasil Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2014) tentang
faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar menunjukkan
keluarga yang memiliki bayi atau balita dengan status imunisasi
lengkap terbanyak mendapatkan dukungan dari kleuarga untuk
memberikan imunisasi bayi atau balita mereka sebesar 97,7%. Keluar-
gay yang tidak mendukung pemberian imunisasi pada bayi atau bali-
tanyadengan status imunisasi tidak lengkap sebesar 81,8%. Hasil uji
statistic diperoleh nilai p 0,000 (p < α) yang berarti ada hubungan an-
tara dukungan keluarga terhadap kelengkapan imunisasi pada bayi
atau balita.Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan
anggota keluarga dalam bentuk dukungan emosional, material dan
dukungan informasi untuk melakukan imunisasi. Dalam memelihara
kesehatan anggota keluarga sebagai individu atau pasien, keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kese-
hatan para anggotanya
h. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Dalam program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) yang
diselenggarakan, ada kewajiban untuk dilakukan pemantauan setelah
penyuntikan selama 2-5 hari setelah imunisasi, hal ini dilakukan
sebagai langkah kewaspadaan bila ditemukan reaksi, keluhan atau
gejala medis setelah imunisasi agar dapat dilakukan tindakan
penanganan dengan cepat dan tepat.
Kejadian Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan kejadian medik
yang berhubungan dengan imunisasi dapat berupa reaksi vaksin,reaksi
suntikan,kesalahan prosedur, ataupun koinsiden. Gejala klinis KIPI
dapat ditimbulkan secara cepat ataupun lambat dan dapat dibagi
menjadi gejala local,sistemik,reaksi susunan saraf pusat serta reaksi
lainnya. Pada umumnya makin cepat terjadi KIPI makin berat
gejalanya dan pada kejadian tertentu lama kejadian KIPI dapat
mencapai masa 42 hari (artrtitis kronik pasca vaksinasi rubella), atau 6
bulan (infeksi virus campak), sebagian gejala besar gejala muncul
adalah demam ringan, nyeri dan bengkak dilokasi
penyuntikan,dimana gejaa tersebut dapat diatasi seperti pemberian
obat penurun panas atau pereda nyeri, sehingga pada dasarnya KIPI
tidak perlu di khawatirkan, dam tidak selalu terjadi pada bayi yang di
imunisasi (Dinkes Gunung kidul, 2021)
i. Kepercayaan Pada Vaksinator
Sebuah studi yang mengamati faktor yang menggatur
pengambilan keputusan ibu dalam pemberian imunisasi bayinya
menunjukkan bahwaibu yang memiliki hubungan yang saling terbuka
dan saling percaya dengan dokter anaknya lebih mungkin untuk
menerima imunisasi dibandingkan dengan dokter anaknya yang tidak
bisa mengatasi masalah ibu dan tidak bisa memberikan pengetahuan
imunisasi kepada ibu. Studi lain menunjukan bahwa penyediaan
layanan kesehatan yang positif dapat memengaruhi orang tua dalam
pemberian imunisasi anaknya terutama ketika orang tua cemas tentang
keamanaan vaksin dengan membangun hubungan saling percaya
dengan orang tua anak. Hal ini menunjukkan bahwa penyedia layanan
kesehatan memiliki peran utama dalam imunnisasi dengan cara
memberikan informasi, menyikapi kecemasan yang dihadap orang tua
dan menjaga hubungan terbuka dalam diskusi terkait imunisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
1. Umur Ibu
2. Tingkat Pendidikan
3. Pengetahuan
4. Status Pekerjaan Ibu
5. Status Sosial Ekonomi
6. Dukungan Keluarga Kepatuhan Imunisasi
7. Kondisi wilayah
8. Kejadian Ikutan Pasca Imu-
nisasi (KIPI)
9. Kepercayaan Pada Vaksina-
tor
C. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep yang diajukan dalam penulisan ini hanya
meliputi variabel dependen dan independen sebagai berikut :
1. Pengetahuan Ibu
2. Sikap Kepatuhan Imunisasi
3. Dukungan Keluarga Dasar Lengkap
4. Kondisi Wilayah
D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan kepatuhan Imunisasi
Dasar Lengkap di Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar
Kota Pekanbaru Tahun 2023
2. Ada hubungan antara Sikap Ibu dengan kepatuhan Imunisasi Dasar
Lengkap di Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Kota
Pekanbaru Tahun 2023
3. Ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan kepatuhan Imunisasi
Dasar Lengkap di Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar
Kota Pekanbaru Tahun 2023
4. Ada hubungan antara Kondisi Wilayah dengan kepatuhan Imunisasi
Dasar Lengkap di Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar
Kota Pekanbaru Tahun 2023
E. Penelitian sejenis
Tabel 2.
Penelitian Sejenis
No Judul Penelitian Penulis Metode Hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Besar Sampling
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan menurut rumus
Lameshow dengan jumlah populasi diketahui, sebagai berikut :
𝑁𝑧(1−𝖺/2)2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛=
𝑁𝑑2 + 𝑍 (1 − 𝛼 2 )2 𝑃 (1 − 𝑃)
Ket :
N = Besar Populasi
N = Besar Sampel
Z(1-α/2) = Nilai sebaran normal baku,
dengan tingkat kepercayaan 95%
= 1,96
P = Proporsi kejadian, jika tidak diketahui 0,5
d = Besar Penyimpangan 0,1
Diketahui :
N = 232
(1−𝖺/2)2 (1−𝑃)
n=
𝑁𝑑2+Z (1−𝛼 2 )2 𝑃 (1−𝑃)
232.3,8416.0,5 (0,5)
n=
232(0,01)+3,8416.0,5 (0,5)
232.3,8416.0,25
n=
2,32+3,8416.0,25
232.0,9604
n=
2,32+0,9604
222,8128
n=
3,2804
n = 67,92
n = 68 sampel
D. Teknik Sampling
Pada penelitian ini terdapat 2 Kelurahan yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Pekanbaru. Untuk menentukan
jumlah sampel yang diambil dari masing-masing strata, digunakan teknik
rumus Proportional stratified random sampling. Perlu perhitungan secara
proposional, dimana jumlah sampel yang diambil dari setiap strata perlu
diperhitungkan secara proposional, dimana jumlah sampel yang diambil
dari setiap strata sebanding atau sesuai dengan proposional ukurannya
(Sofian, 2011).
Cara perhitungan sampel untuk setiap kecamatan dapat diperoleh
dengan rumus berikut :
N = Jumlah Ibu bayi wajib IDL dalam kurun waktu tertentu X Jumlah Sampel
Populasi
1 = Tahu jawa-
ban benar > dari
50%.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi dan keterangan-keteran-
gan yang dibutuhkan dalam penelitian secara tidak angsung, guna
mendukung hasil penelitian yang akan dilakukan. Adapun data
sekunder tersebut yakni, buku-buku, jurnal, Profil Puskesmas serta
sumber-sumber lain yang dapat membantu proses penelitian
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsitensi dari hasil alat uji menurut waktu dan
orang. Alat uji akan reliable apabila pengukuran dilakukan oleh orang-
orang yang sama pada beberapa saat yang berbeda memberikan hasil
yang sama, juga apabila alat uji dioperasionalkan oleh orang yang
berbeda juga tetap akan menghasilkan yang sama.
Dalam penelitian ini pengukuran dilakukan sekali saja (one shot atau
diukur sekali saja), kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan
lain di dalam kuesioner yang sama untuk melihat konteks dari suatu per-
tanyaan ke pertanyaan lain. Dalam penelitian ini kuesioner nya diadopsi
dari penelitian Noviani, A (2022).
H. Pengolahan Data
Menurut (Notoadmojo, 2018), dengan menggunakan computer da-
pat dilakukan melalui tahap-tahap berikut :
1. Editing
Merupakan suatu pengecekan dan perbaikan terhadap pengisian
dari kuesioner. Dalam editing wawancara, pengamatan dari lapangan
harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu
2. Coding
Coding merupakan suatu kegiatan yang mengubah data dari yang
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pembe-
rian kode sangat penting dalam memasukkan data (data entry).
Setelah semua kuisioner disunting atau diedit, selanjutnya di-
lakukan pemberian kode atau coding dengan ketentuan :
a. Kuesioner Pengetahuan Ibu
Pada kuesioner pengetahuan ibu, terdapat 10 pertanyaan dengan 3
pilihan jawaban. Pengkodean dilakukan dengan diberi kode 0 untuk
jawaban salah dan kode 1 untuk jawaban benar.
b. Kuesioner Sikap Ibu
Pada kuesioner sikap ibu, terdapat 10 pernyataan dengan 4 pilihan
jawaban. Pilihannya yaitu Sangat Setuju (SS) diberi kode 4, Setuju
(S) diberi Kode 3, Tidak Setuju (TS) diberi kode 2 dan Sangat
Tidak Setuju (STS) diberi kode 1.
c. Kuesioner Dukungan Keluarga
Pada kuesioner dukungan keluarga, terdapat 5 pertanyaan dengan 2
pilihan jawaban. Pengkodean dilakukan dengan diberi kode 0 untuk
jawaban salah dan kode 1 untuk jawaban benar.
d. Kuesioner Kondisi Wilayah
Pada kuesioner kondisi wilayah, terdapat 1 pertanyaan dengan 2
pilihan jawaban. Pengkodean dilakukan dengan diberi kode 0 untuk
jawaban > 5 KM dan kode 1 untuk jawaban ≤ 5 KM.
e. Kuesioner KIPI
Pada kuesioner KIPI terdapat 1 pertanyaan dengan 2 pilihan jawa-
ban. Pengkodean dilakukan dengan diberi kode 0 untuk jawaban ya
dan kode 1 untuk jawaban tidak.
f. Kuesioner Kepatuhan Imunisasi
Pada kuesioner kepatuhan imunisasi terdapat 6 pertanyaan dengan
2 pilihan jawaban. Pengkodean dilakukan dengan diberi kode 0 un-
tuk jawaban tidak patuh dan kode 1 untuk patuh.
3. Processing
Processing merupakan suatu kegiatan yang memproses data den-
gan cara memasukkan (data entry) dari kuesioner ke program komputer
yaitu SPSS Versi 21.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Data yang telah dimasukkan dan tersedia semua dari setiap sumber
atau responden, perlu di cek untuk melihat kemungkinan adanya kesala-
han-kesalahan kode atau pembetulan atau koreksi.
I. Analisis Data
Analisis Data suatu penelitian dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisis ini bertujuan untuk membuat karakteristik setiap variabel
penelitian. Analisis ini dilakukan berdasarkan jenis datanya untuk
menggambarkan distribusi frekuensi setiap variabel. Kemudian dianal-
isis dan menghasilkan tabel distribusi frekuensi (Notoadmojo, 2018)
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat untuk hubungan antara dua variabel yaitu variabel
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Uji Chi-square digu-
nakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan rasio kepercayaan 95%= (ɑ =0,05) dan
Odds Ratio (OR). Dari uji ini akan diperoleh nilai p value,jika nilai p
value≤ (0,05) maka hipotesis ditolak, artinya secara statistic antara ke-
dua variabel menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna.
Interpretasi dari OR sebagai berikut :\
a. Nilai OR > 1 menunjukkan bahwa faktor yamh diteliti
merupakan faktor risiko ( faktor yang berpengaruh)
b. Nilai OR = 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti
bukan merupakan faktor resiko (bukan faktor yang
berpengaruh).
c. Nilai OR < 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti
merupakan faktor protectif.
J. Etika Penelitian
Penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian yang meru-
pakan standar etika dalam melakukan penelitian. Adapun prinsip-prinsip
etika penelitian adalah :
1. Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (Respect or Per-
sion)
Saya selaku peneliti akan menghormati hak-hak responden yang
terlihat dalam penelitian, termasuk diantaranya hak untuk membuat
keputusan,untuk terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak
untuk dijaga kerahasiaannya berkaitan dengan data yang diperoleh se-
lama penelitian.
2. Prinsip berbuat baik (Benefience)
Adapun manfaat yang diperoleh responden dalam penelitian ini
adalah sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Rawat Inap Muara Fa-
jar Kota Pekanbaru . penelitian ini bebas dari eksploitasi karena
peneliti sudah mempertimbangkan manfaat dari penelitian.
3. Prinsip keadilan (Justice)
Dalam hal ini peneliti akan memperlakukan responden secara adil
dan tidak membeda-bedakan berdasarkan ras,agama,atau status social
ekonomi. Peneliti akan memperlakukan responden sesuai dengan de-
sain penelitiandan tujuan penelitian,antara lain hak untuk mendap-
atkan perlakuan yang sama dan hak untuk dijaga privasinya.
K. Jadwal Pedinelitian
Tabel 4
Jadwal Penelitian
No. Kegia Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
tan
1. Pembuatan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Perbaikan Proposal
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
Analisis
6. Penulisan Skripsi
7. Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA