Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN ANAK PRA SEKOLAH PADA


An. “F” DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS SAPTA TARUNA
PEKANBARU

Disusun Oleh :
Nama : PURNAMA SARI
NIM : 23111009

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN UNIVERSITAS HANGTUAH


PEKANBARU 2024
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN ANAK PRA SEKOLAH PADA


An.”F” DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS SAPTA TARUNA
PEKANBARU 2024

Disusun Oleh :
Nama : PURNAMA SARI
NIM : 23111009

Pekanbaru, 16 Maret 2024

Menyetujui,
Preceptor

Preceptor Puskesmas Preceptor Akademik

( Nurhikmah Fitriani, Amd.Keb ) (Kiki Megasari, SKM.,M.Kes)


NIP.19820727 200501 2 004 NIDN.1012077903

HALAMAN PENGESAHAN

i
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN ANAK PRA SEKOLAH PADA


An.”F” DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS SAPTA TARUNA
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
TAHUN 2024

Disusun Oleh :
Nama : PURNAMA SARI
NIM : 23111009

Telah diseminarkan dihadapan preceptor


Pada Tanggal,16 Maret 2024

Preceptor Puskesmas Preceptor Akademik

( Nurhikmah Fitriani, Amd.Keb ) (Kiki Megasari, SKM.,M.Kes)


NIP.19820727 200501 2 004 NIDN.1012077903

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai


pihak yang berhubungan dengan penyusunan laporan kasus dan kegiatan
yang dilaksanakan. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada ibu
Kiki Megasari, SKM.,M.Kes selaku CI Pendidikan dan ibu Nurhikmah
Fitriani, Amd.Keb, selaku CI lapangan yang telah memberikan bimbingan
kepada saya sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.

Laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh karena itu,
diharapkan masukan dari semua pihak berupa saran dan masukan yang
membangun demi lebih baiknya laporan kasus in

Pekanbaru, Februari 2024

Purnama Sari

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................... 3
BAB II TUJUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Asuhan dan Manajemen Kebidanan .............................. 4
B. Konsep Dasar Teori ............................................................................. 6
C. Standar Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi ........................... 12
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................. 16
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 24
BAB V PENUTUP
1. Simpulan ............................................................................................. 26
2. Saran ................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung
sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO),
ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh
agen infeksius yang menimbulkan gejala dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Penyakit ini ditularkan umumnya melalui droplet, namun
berkontak dengan tangan atau permukaan yang terkontaminasi juga dapat
menularkan penyakit ini. ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal
akibat ISPA setiap tahunnya Selain itu, ISPA merupakan penyebab utama
konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan (Widianti, 2020).
ISPA masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting untuk diperhatikan, karena merupakan penyakit akut dan bahkan
dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai negara berkembang
termasuk negara Indonesia. Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh
virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau
lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau
berdahak. 1 Program pemberantasan penyakit ISPA oleh pemerintah
dimaksudkan adalah untuk upaya-upaya penanggulangan pneumonia pada
balita. (Sofia, 2017).
Bakteri yang dapat menyebabkan ISPA paling banyak ialah
Haemophilus influenza dan Streptoccocus pneumonia. Selain itu, terjadinya
ISPA juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, gizi buruk; polusi udara
dalam ruangan (indoor air pollution); BBLR; kepadatan
penduduk;kurangnya imunisasi campak;dan kurangnya pemberian ASI
eksklusif. (Kemenkes RI, 2012)

1
Menurut WHO bahwa ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap
tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang
di Asia dan Afrika seperti: India (48%), Indonesia (38%), Ethiopia (4,4%),
Pakistan (4,3%), China (3,5%), Sudan (1,5%), dan Nepal (0,3%). Dimana
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ±
4 juta dari _ 13 juta anak balita setiap tahun. Ketua Unit Kerja Koordinasi
Repiratory Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Nastiti Kaswandani
menambahkan pada tahun 2016 WHO melaporkan hampir enam juta anak
balita meninggal dunia dan 16 persen dari jumlah tersebut disebabkan oleh
ISPA (Putra, 2019).
Di Indonesia kasus ISPA masih menempati urutan pertama penyebab
kematian pada kelompok bayi dan balita dengan prevalensi 25% dengan
morbiditas gizi kurang 14,9%. Status gizi merupakan faktor resiko penting
terjadinya ISPA, status gizi buruk akan membuat sistem kekebalan tubuh
menurun dan meningkatkan resiko terjadinya penyakit infeksi Berdasarkan
data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2019,
angka kejadian pneumonia pada balita usia < 1 tahun sebanyak 158.970
orang dengan angka kematian sebanyak 201 orang. Sedangkan angka
kejadian pneumonia pada balita usia 1-4 tahun sebanyak 319.108 orang
dengan angka kematian sebanyak 142 orang (Widianti, 2020).
Provinsi Riau menempati urutan 7 kejadian ISPA terbanyak. Pada
tahun 2015 tercatat kasus ISPA pada balita sebanyak 11.326 kasus 22,9 %,
kemudian pada tahun 2016 kasus ISPA pada balita meningkat menjadi
13.384 kasus 27,1% (Susanti,2017). Di Wilayah Kerja Puskesmas Sapta
Taruna kasus ISPA pada anak di tahun 2021 sebanyak 256 orang (20,6 %).

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan


asuhan kebidanan Anak Pra Sekolah pada An.F umur 6 tahun dengan ISPA di
Puskesmas Sapta Taruna 2024

C. Tujuan

Untuk memberikan asuhan kebidanan Anak Pra Sekolah dengan ISPA


serta memberikan edukasi tentang cara mengatasinya.

D. Manfaat

1. Bagi Puskesmas
Laporan Kasus Asuhan kebidanan ini diharapkan sebagai bahan masukan
dan rekomendasi dalam upaya meningkatkan penyuluhan KIE pada
masyarakat khususnya tentang ISPA.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Laporan Kasus Asuhan kebidanan ini diharapkan bisa sebagai bahan
masukan dan referensi bagi mahasiswa yang ingin membuat asuhan
kebidanan dengan kasus yang sama.
3. Bagi Orang Tua
Ibu mendapatkan informasi yang benar tentang penyebab ISPA dan
mengetahui cara mengatasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Dalam Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan
masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis, diawali
dari pengkajian data (data subjektif dan objektif) dianalisis sehingga
didapatkan diagnosa kebidanan aktual dan potensial, masalah dan
kebutuhan, adanya perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi (Aldina dkk,
2016).
Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang digunakan
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga tahapan manajemen
kebidanan menjadi alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan klinis. Asuhan yang dilakukan dicatat secara
benar, sederhana, jelas dan logis. Dokumentasi digunakan sebagai bahan
pertanggung jawaban tindakan yang dilakukan dan jika ada kejadian
gugatan, maka dokumentasi kebidanan dapat membantu (Dewi dkk,2018).
2. Langkah - langkah Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi
dari pasien . data diperoleh dengan cara melakukan pengumpulan data.
Guna mendapatkan data yang akurat dan valid ada tiga cara yang
dipakai yaitu :
1) Wawancara (menanyakan atau tanya jawab yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi pasien yang biasa disebut dengan anamnesa)
2) Pengamatan (mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan pasien)
3) Pemeriksaan fisik (melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk
menentukan masalah pasien) Palpasi (perabaan) auskultasi
(mendengar) dan perkusi ( Mengetuk bagian tubuh)

4
b. Langkah II : Interprestasi data dasar lakukan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa kebidanan
(diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar) atau masalah actual (hal-hal yang terkait dengan
pengalaman pasienyang ditemukan dari hasil pengkajian tau yang
menyertai diagnosis) dan kebutuhan (hal-hal yang dibutuhkan oleh
klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisis data) berdasarakan interprestasi
yang benar atas data-data yang telah dikumulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan kemudian dipresentasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa kebidanan dan masalah yang spesifik.
c. Langkah III : Identifikasi diagnose atau masalah potensial
Pada langkah ini bidan menganalisa data dasaryangdiperoleh pada
langkah pertama. Menginterprestasikan secara akurat dan logis
sehingga dapat merumuskan diagnose atau masalah potensial.
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan tindakan segera
Pada tahap ini bidan mengidentifikasi kesinambungan dan proses
penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergensi, berdasarkan hasil
analisa data bahwa klien mebutuhkan tindakan segerauntuk
menyelamatkan jiwanya. Pada langkah ini munkin diperlukan data baru
yang lebih spesifik, sehingga bidan mengetahui penyebab
langsungmasalah yang ada untukitu diperlukan tindakan segerayang
dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-
obatan.
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang diperluka
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penetalaksanaan terhadap masalah atau diagnose yang telah
diidentifikasi atau diantisifasi yang bersifat segera atau rutin.
f. Langkah VI: Melakukan perencanaan

5
Merupakan realisasi dari perencanaan tindakan yang dibuat oleh bidan
dalam membantuklien dan keluarga untuk membantu kebutuhandan
mengatasi masalah
g. Langkah VII: Melakukan evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari tahapan manajemen tindakan
evaluasiini guna mengevaluasi keaktifan asuhan yang sudah diberikan.
Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi,
mengatasi diagnosisdan masalah yangtelah diidentifikasikan. Rencana
tersebutdianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.

B. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung
sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO),
ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh
agen infeksius yang menimbulkan gejala dalam waktu beberapa jam
sampai beberapa hari. Penyakit ini ditularkan umumnya melalui droplet,
namun berkontak dengan tangan atau permukaan yang terkontaminasi juga
dapat menularkan penyakit ini (Widianti, 2020).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang


melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah. Inveksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA
akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.
Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima
tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit.
(Karundeng Y.M, et al. 2016)

6
2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring,


dan epiglotis, yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembabkan udara yang dihirup. (Nursing Students, 2015)
1) Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang
hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar
yang bermuara ke rongga hidung. Bagian hidung lain adalah rongga
hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh
darah. Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk
melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di
dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan
serta dilembabkan.

2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari
dasar tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di belakang
naso faring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan
di belakang laring (laringo faring).

7
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri tas
bagian tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran,
yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup
laring ketika orang sedang menelan

5) Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki
panjang kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira
setinggi vertebra thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas
enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa
cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

6) Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas
dua percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih
pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas,
tengah, dan bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari
bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah. Kemudian
saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut
sebagai bronkhiolus.
7) Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu
sendiri di dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi
oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, kemudian
juga dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.

Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru
kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat

8
organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut,
dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida.

b. Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.

Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas


dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan
dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di
bawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh. Di paru-
paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran
alveoli dankapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung. (Saputro. R, 2013).

1) Etiologi ISPA
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling
sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum

9
sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan risiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya
sanitasi lingkungan.

2) Manifestasi Klinis ISPA

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari
disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit.

3) Patofisiologi ISPA

Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit


ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

a) Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum


menunjukkan reaksi apa-apa.
b) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
c) Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala
penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
d) Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan
meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia
luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan
yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap
infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung

10
pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu
keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan
antibodi.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu,
hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak
silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran
udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25
% atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan
dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat
menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan
alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat
yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi, ini banyak ditemukan
di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang
rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada
pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen,
limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
4) Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015) Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan:
a) Pemeriksaan Darah Rutin
b) Analisa Gas darah (AGD)
c) Foto rontgen toraks
d) Kultur virus dilakukan untuk menemukan RSV
5) Penatalaksanaan ISPA
a) Keperawatan
(1) Istrirahat Total
(2) Peningkatan intake cairan
(3) Memberikan penyuluhan sesuai penyakit

11
(4) Memberikan kompres hangat bila demam
(5) Pencegahan infeksi lebih lanjut
b) Medis
Penatalaksanaan medis meliputi :
(1) Sistomatik
(2) Obat kumur
(3) Antihistamin
(4) Vitamin C
(5) Espektoran
(6) Vaksinasi (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)
6) Kompliasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma.
Komplikasi lain yang dapat timbul yaitu:

(1) Otitis media

(2) Croup

(3) Gagal nafas

(4) Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu


(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)
C. Standar Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tidakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktinya berdasarakan ilmu dan kiat kaebidanan. Mulai
dari pengkajia, perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
1. Standar I : Pengkajian
a. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria Pengkajian :

12
1) Data Tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiridari data subjektif ( hasil anamnesa : Biodata, keluhan
utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang
sosial budaya)
2. Standar II : Perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan
a. Pernyataan standar bidan menganalisa data yang diperoleh dari
pengkajian menginterprestasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah
1) Diagnosa sesuai daengan nomenklatur kebidanan.
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri
kolaborasi dan rujukan.
3. Standar III : Perencanaan
a. Pernyataan standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan
masalah yang ditegakkan
b. Kriteria perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas maslah dan
kondisi klien, tindakan segera tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif.
2) Melibatkan klien/ pasien dan keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi social budaya klien.
4) Memilih tindakan aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaatuntuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan dan peraturan
yangberlaku sumberdaya serta fasilitas yang ada.
4. Standar IV : Implementasi
a. Pernyataan standar

13
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secarakomprehensif,
efektif efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatifdilaksnakan secara mandiri kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio psikososial
spiritual kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan klien atau
keluarganya
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien dalam tindakan
5) Menjaga privacy klien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunakn sumber daya , sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
5. Standar V : Evaluasi
a. Pernyataan standar
Bidan Melakukan evaluasi secarasistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melakukan asuhan
sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera tercatat dan didokumentasikan pada klien
3) Evalusi dilakukan sesuai standar
4) Hasil evaluasi ditindaklanjui sesuai dengan kodisi klien
6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
a. Pernyataan standar

14
Bidan melakuka pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengeai keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (rekam medis / KMS/Status Pasien/KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data objektif mentata hasil pemeriksaan
5) A adalah data hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah
kebidanan
6) P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera tindakan secara komprehensif:
penyuluhan, dukungan, kolaborasi evaluasi/ follow up dan
rujukan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Data Subyektif (S)


1. Identitas Anak dan Orang Tua
Nama Anak : An.F
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 20 Maret 2018
Anak ke : Pertama

Nama Ibu : Ny. U Nama Ayah : Tn D


Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar Suku/Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kandis Alamat :kandis

2. Anamnesis : Tanggal 08 Maret 2024 pukul 10.00 WIB


a. Riwayat Kehamilan
Pemeriksaan ANC rutin dilakukan di Puskesmas Sapta Taruna tidak
ada masalah selama kehamilan
b. Riwayat Persalinan
Persalinan secara normal di klinik Bidan ditolong oleh Bidan. Bayi
berjenis kelamin perempuan dengan berat badan 3300 gram panjang
badan 49 cm setelah lahir bayi langsung menangis. Dilakukan IMD,
diberikan suntikan vit K.
c. Riwayat Penyakit Yang Lalu dan saat ini
Tidak ada penyakit berat yng diderita lalu dan saat ini

16
3. Imunisasi (sudah/belum),usia di Imunisasi
BCG : Sudah , usia 1 bulan
DPT l : Sudah , usia 2 bulan
DPT II : Sudah , usia 3 bulan
DPT III : Sudah , usia 4 bulan
Polio : Sudah , usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
Campak : Belum
Hepatitis 0 : Sudah, usia 1 hari
Hepatitis I : Sudah , usia 3 bulan
Hepatitis II : Sudah , usia 4 bulan
Hepatitis III : Sudah , usia 5 bulan
4. Pola Kebutuhan Dasar
Nutrisi :Mengkonsumi MP-ASI 3x sehari dalam porsi sedikit.
Makan sayur lauk pauk dan air putih.
Eliminasi :BAK 5-6 x/hari, BAB 1-2 kali /hari tinja berwarna
kekuningan konsistensi lunak
Personal hygiene :Mandi 2x/hari pagi dan sore hari
Istirahat : Tidur 10-15 jam dalam sehari
Aktivitas : normal
5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Saat Ini
Pertumbuhan dan perkembangan anak hingga saat ini normal seperti anak
pada umumnya.

17
B. Data Objektif (O)
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
BB : 16,3 kg
PB : 84 cm
Status Gizi : Gizi Baik
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
UUK : Datar
UUB : Datar
Bentuk kepala : Bulat, simetris
Keadaan : rambut hitam, bersih sedikit
Lingkar kepala : 53 cm
b. Mata
Bentuk Mata : Simetris. Tidak cekung tidak ada kotoran dan nanah
Strabismus : tidak ada
Konjungtiva : merah muda
Sklera : tidak ikterik
c. Hidung
Bentuk : Simetris
Lubang Hidung : Ada, terbentuk sempurna
Keadaan : Bersih
Lendir/Sekret : Tidak ada
d. Mulut
Bentuk : Simetris
Palatum : tidak ada celah langit langit
Reflek : baik
Gusi : Tidak ada bengkak /berdarah
Bibir : tidak kering, tidak ada celah bibir
Stomatitis : Tidak ada
Caries : tidak ada

18
e. Telinga
Posisi : memanjang
Bentuk : Simetris
Lubang : Ada, tidak ada serumen
Leher : kepala bisa bergerak normal
f. Dada
Posisi : Simetris
Suara pernafasan : tidak terdengan ronchi dan wheezing
Tarikan dinding dada: tidak ada tarikan dinding dada
Bunyi Jantung : Lap dup
g. Perut
Bentuk : Bulat
Pembesaran abnormal : Tidak ada
h. Punggung
Tonjolan Tulang Punggung : Tidak ada
i. Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Lengkap tidak ada cacat
Ekstremitas Bawah : Lengkap tidak ada cacat
Pergerakan : Aktif
j. Genetalia
Jenis Kelamin : Perempuan
Keadaan : Normal
3. Pemeriksaan KPSP dengan Menggunakan KPSP Form umur 72 bulan
1 Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, Ya Tidak
katakan pada anak : “Tunjukkan segi empat √
merah” “Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru” “Tunjukkan segi
empat hijau” Dapatkah anak menunjuk keempat
warna itu dengan benar?
2 Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa Ya Tidak
kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua √
kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat
melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

3 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri Ya Tidak


tanpa bantuan? beberapa detik. √

19
4 Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar Ya Tidak
bola tenis/bola kasti hanya dengan menggunakan √
kedua tangannya? (Bola besar tidak ikut dinilai
5 Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7, Ya Tidak
dapatkah anak menggambar sedikitnya 6 bagian √
tubuh?
6 Suruh anak menggambar di tempat kosong yang Ya Tidak
tersedia. Katakan padanya: "Buatlah gambar √
orang". Jangan memberi perintah lebih dari itu.
Jangan bertanya/ mengingatkan anak bila ada
bagian yang belum tergambar. Dalam memberi
nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang
tergambar. Untuk bagian tubuh yang
berpasangan seperti mata, telinga, lengan dan
kaki, setiap pasang dinilai satu bagian. Dapatkah
anak menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
7 Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat- Ya Tidak
kalimat yang belum selesai ini, jangan membantu √
kecuali mengulang pertanyaan: "Jika kuda besar
maka tikus "Jika api panas maka es "Jika ibu
seorang wanita maka ayah seorang Apakah anak
menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin,
ayah seorang pria) ?
8 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu Ya Tidak
nama gambar ini, Suruh anak menggambar √
seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia-
Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat
menggambar seperti contoh ini?
9 si titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Ya Tidak
Jangan membantu kecuali mengulangi pertanyaan √
sampai 3 kali bila anak menanyakannya. "Sendok
dibuat dari apa?" "Sepatu dibuat dari apa?" "Pintu
dibuat dari apa?" Apakah anak dapat menjawab
ke 3 pertanyaan di atas dengan benar? Sendok
dibuat 24 dari besi, baja, plastik, kayu. Sepatu
dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu. Pintu
dibuat dari kayu, besi, kaca.
10 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Ya Tidak
Jika perlu tunjukkan caranya clan beri anak ands √
kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 11
detik atau lebih?

Analisa data: Bila jawaban “Ya” = 9-10 maka perkembangan anak


sesuai dengan tahapan perkembangan (S). Bila jawaban “Ya” = 7-8 maka
perkembangan anak meragukan (M). Bila jawaban “Ya” = 6 atau kurang
maka kemungkinan ada penyimpangan. Dengan menggunakan KPSP form

20
72 bulan didapatkan hasil jawaban “Ya” = 9 maka perkembangan An.”F”
adalah “Sesuai dengan tahapan perkembangan”.

4. PemeriksaanTes daya dengar (TDD) menurut umur anak (72 bulan)


Umur 72 bulan Ya Tidak
Pada waktu bayi sedang tidur , kemudaian anda berbicara atau √
membuat kegaduhan apakah bayi akan bergerak atau terbangun dari
tidurnya ?
Pada waktu bayi tidur telentang dan anda duduk di dekat kepala √
bayi pada posisi yang tidak terlihat oleh bayi, kemudian anda
bertepuk tangan dengan keras, apakah bayi terkejut atau
mengedipkan matanaya atau menegangkan tubuh sambil
mengangkat kaki tangannya ke atas ?
Apabila ada suara nyaring (suara batuk, salak anjing, piring jatuh, √
ke lantai dan lain-lainnya) apakah bayi terkejut atau terlompat.

Anda berada disis yang tidak terlihat oleh bayi, sebut namanya √
atau bunyikan sesuatu, apakh bayi memalingkan kepala mencari
sumber suara.

Analisa data: Bila ada satu atau lebih jawaban „Tidak‟ kemungkinan
anak mengalami gangguan pendengaran. Didapatkan hasil dengan
jawaban “Tidak” = 0, maka pada An “F” tidak mengalami gangguan
pendengaran

5. Pemeriksaan Tes Daya Lihat (tabel Sesuaikan Umur anak)


Normal
6. Memeriksaan Perkembangan Mental Emosional (tabel Sesuaikan
Umur anak)
Normal

ASSASMENT : Anak F usia 6 tahun dengan demam batuk pilek (ISPA)

PLAN :
1. Informasikan pada ibu tentang hasil pe mer ik sa a n
2. Informasikan kepada ibu tentang demam, batuk dan pilek (ISPA)
3. Informasikan kepada ibu tentang penyebab dan tanda gejala demam batuk
pilek (ISPA)
4. Informasikan kepada ibu tentang pencegahan demam, batuk, dan pilek
(ISPA)

21
5. Informasikan kepada ibu metode pengobatan serta Teknik pijat demam,
batuk dan pilek. (ISPA)
6. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan Teknik pijat pada anak jika
mengalami keluhan yang sama
7. Anjurkan ibu untuk jika ada keluhan datang segera ke fasilitas kesehatan

LEMBAR IMPLEMENTASI

Tanggal/ Paraf bidan


Kegiatan
waktu pelaksanaan

08-03-2024
 Menginformasikan kepada ibu hasil
pemeriksaan keadaan dalam batas
10.00 wib normal
 Menginformasikan Penyebab batuk
pilek hampir selalu virus. Lebih dari dua
ratus virus dikenal sebagai penyebab
batuk pilek (termasuk rhinovirus, virus
parainfluenza, dan virus sinsitial
pernafasan), gejalanya seperti Hidung
terus–menerus mengeluarkan ingus,
sering bersin, sering batuk, pernafasan
tidak lancar (hidung terasa
tersumbat),Tidak enak badan (panas
tidak lebih dari 38o C, suara serak, ibu
mengerti
 Menginformasikan kepada ibu cara
pencegahan dengan menjaga pola hidup
sehat, hindari asap rokok, sebisa
mungkin menjauhi anak balita dari
orang yang sedang terkena batuk pilek,
membiasakan anak mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang sesuatu
yang telah tersentuh oleh orang yang
sedang terinfeksi batuk pilek.
 Menginformasikan metode pengobatan
demam batuk pilek farmakologi yaitu
dengan dekongestan, antihistamin dan
antipiretik, metode non farmakologi

22
yaitu dengan pijat gerakan mendorong
kesamping di dada antara puting , tekan
dan putar cuping hidung kesamping,
gerakan tekan 1 jari di toracal 3, cubit
punggung dan gerakan mendorong
dengan dua jari dari bawah keatas di
lengan jari kelingking (ulna), ibu
menegerti.
 Beri ibu pujian karena mampu
mempraktekkan gerakan pijat yang
diajarkan.

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus An. F umur 6 tahun dengan data subyektif dan obyektif
yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital, N; 95
x/menit, R; 28 x/menit, S; 38,’C, anak pra sekolah dengan infeksi saluran
pernafasan akut. Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan proses infeksi
silang. Tujuan keperawatan untuk masalah ketidak efektifan pola nafas
berhubungan dengan proses inflamasi saluran pencernaan, yaitu pola nafas
kembali efektif dengan kriteria hasil : usaha nafas kembali normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.

Faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta kesenjangan antara


manajemen teori dan praktek langsung di lapangan juga alternative dari
permasalahan yang ada. Seorang ibu membawa anak “F” umur 6 tahun ke poli
umum dengan sedikit panik, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik. Saat
melakukan pengkajian melalui anamnesis, bidan menanyakan identitas dan
keluhan selanjutnya melakukan pemeriksaan. Bidan menegakkan diagnosis anak
“F”, usia 6 tahun dengan dengan infeksi saluran pernafasan akut.
Sisi Positif, merasa senang karena dapat melakukan anamnesa dan
pemeriksaan secara langsung pada anak “F” serta merasa senang karena melihat
bidan sangat sabar dalam melakukan pemeriksaan dan melayani pasien dengan ibu
yang sudah sedikit panik melihat anaknya, menganjurkan ibu untuk tetap tenang
dan memberi anak minum, anjurkan ibu untuk melakukan metode non
farmakologi yaitu dengan pijat gerakan mendorong kesamping di dada antara
puting , tekan dan putar cuping hidung kesamping, gerakan tekan 1 jari di
toracal 3, cubit punggung dan gerakan mendorong dengan dua jari dari bawah
keatas di lengan jari kelingking (ulna). Memberi ibu pujian karena dapat
mempraktekkan metode yang diajarkan. Tidak ada sisi negatif dan pengalaman
buruk yang ditemukan pada kasus ini.
Dapat melihat proses anamnesa, pemeriksaan, pemberian konseling dan
asuhan yang tepat, akurat dan relevan dan tidak ada pengalaman yang buruk
dalam kasus ini. Pengakajian data dan pemeriksaan yang lengkap dalam kasus

24
diatas dapat membantu bidan dalam menemukan informasi penting yang dapat
membantu bidan menggali lebih dalam lagi masalah yang dihadapi anak “F”,
sehingga dapat membantu bidan dalam menegakkan diagnosa, memberikan
konseling dan asuhan yang tepat.
Terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus yang terjadi dilahan praktek,
bidan telah melakukan anamnesis, pemeriksaan dan melakukan tindakan dengan
lengkap dan akurat serta relevan dengan kondisi pasien. Sehingga bidan dapat
meneggakkan diagnosa, memberikan konseling dan asuhan sesuai dengan
kebutuhan anak.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP dan data perkembangan
soap maka penulis dapat menyimpulkan. Terdapat kesesuaian antara teori
dengan kasus yang terjadi dilahan praktek, bidan telah melakukan anamnesis,
pemeriksaan dan pemberian tindakan dengan lengkap dan akurat serta relevan
dengan kondisi pasien. Sehingga bidan dapat meneggakkan diagnosa,
memberikan konseling dan asuhan sesuai dengan kebutuhan anak.

B. Saran

Asuhan kebidanan pada anak dengan ISPA harus dilakukan sesuai


dengan kompetensi bidan serta ilmu terbaru, sehingga tidak ada tindakan yang
tidak sesuai dengan teori dan ketentuan yang ada. Jika nanti penulis
menemukan kasus yang sama, penulis juga akan melakukan anamnesis secara
lengkap, akurat dan relevan sesuai dengan kondisi pasien seperti yang telah
dilakukan oleh bidan di Puskesmas Sapta Taruna.
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan Laporan Kasus Asuhan kebidanan ini dapat menjadi bahan
masukan dan rekomendasi dalam upaya meningkatkan penyuluhan KIE pada
masyarakat khususnya tentang ISPA.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan Laporan Kasus Asuhan kebidanan ini bisa sebagai bahan
masukan dan referensi bagi mahasiswa yang ingin membuat asuhan
kebidanan dengan kasus yang sama.
3. Bagi Orang Tua
Diharapkan ibu mendapatkan informasi yang benar tentang penyebab
ISPA dan mengetahui cara mengatasi

26
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Nurin,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ISPA.


Poltekes Kemenkes Riau : DIIIKeperawatan
Ayu, Komang Henny Achjar. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga.Jakarta: Anggota IKAPI
Carpenito, L. J. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis.
Edisi:IX. Dialihbahasakan: Kusrini Sumarwati Kadar. Jakarta: EGC.
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset,
Teori & Praktik. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kucoro Fadli. 2013. Asuha Keperawatan Keluarga. Fak Ilmu Kesehatan UMP
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu ,:
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta Salemba Medika
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Saputra R. 2013. Bersihan Jalan Nafas. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Sofia, 2017. Faktor Risiko Lingkungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Journal
Action, Aceh nutrition journal. Mei 2017; 2(1): 43-50
Susanti. 2017. Analisis Program Penaggulangan ISPA Pada Balita di
Puskesmas Sungai Lansek Tahun 2017. FKM : Universitas Andalas
Trimurti, 2016. Faktor Resiko Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaharjo. Naskah Publikasi. Surakarta: FakIK Univ
Muhammadiyah
Wulandari D & Purnamasari L. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Indonesian
Journal On Medican Science. Vol: 2 No:2
Wong Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed 6. Jakarta :EGCi

27
Putra dan Wulandari (2019). Faktor Penyebab Kejadian ISPA. Jurnal Kesehatan
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.
Widianti Sherli (2020)Penanganan ISPA Pada Anak Balita (Stufi Literatur) Jurnal
Kesehatan dan Pembangunan, Vol.10, No.20

28
DOKUMENTASI KEGIATAN

29

Anda mungkin juga menyukai