DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
ROTASI 2
2114154013080
NADYA JUNITA
2114154011029
RISKA MARIANI
2114154011031
VALDA AILSYA
2114154011014
VINA PRASTIWI
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
Nama: Nim:
Telah disetujui untuk seminar laporan kasus ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Ruang Kebidanan
diRumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Yarsi Sumbar
Pada 03 Januari 2024
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah - Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan studi kasus komprehensif ini. Yang diajukan guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Praktik Kebidanan Klinik II B. Dalam meyelesaikan laporan kasus ini kami banyak
sekali mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan
ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Yarsi Sumatra Barat yang telah menjadi
tempatpengambilan kasus.
2. Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi yang telah memberikan tugas kepada kami untuk
turun ke lapangan sesuai kompetensi yang telah kami dapatkan di mata kuliah praktik klinik
kebidanan II B.
7. Kepada uni–uni kebidanan diruangan yang telah membantu dan memberikan ilmunya dalam
proses praktek lapangan.
8. Teman-teman seperjuangan kami yang selalu setia mendengar keluh kesah dan memberi
dukungan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan laporan
kasus ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan
dikemudian hari. Akhir kata semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan
Kelompok
3
DAFTAR ISI
HALAMAN..............................................................................................................I
PENGESAHAN......................................................................................................II
KATA PENGANTAR............................................................................................III
DAFTAR ISI...........................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................6
D. Waktu dan Tempat ............................................................................. 6
B. Epidemiologi ...................................................................................7
D. Etiologi ..........................................................................................8
E. Komplikasi ..................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan ............................................................................. 10
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................... 23
Saran .............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses alamiah, namun apabila tidak di berikan asuhan yang
tepat dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada awal bulan pertama kehamilan, salah
satu komplikasi yang menyertai kehamilan adalah perdarahan pada trimester pertama yang
disebabkan oleh abortus ( Saifuddin ; 2009. h.89).
Kejadian abortus yang terjadi di sekitar kita merupakan salah satu tanda bahwa masih
ada beberapa masyarakat yg masih terancam dalam kehamilannya apalagi di kalangan pekerja
pabrik dimana pekerjaan yang sangat dituntut waktu menjadikan pekerja terancam mengalami
abortus pada kehamilannya. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. (kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram) (Prawirohardjo ; 2011. h.460).
Hamil dengan Abortus sebenarnya ada beberapa faktor penyebab misalnya faktor
paritas dan umur ibu. Resiko Abortus Imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas
dan semakin tinggi paritas maka semakin tinggi angka kejadian abortus dan semakin rendah
paritas maka kejadian abortus akan semakin rendah. Estimasi Nasional menyatakan setiap
tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100
kelahiran hidup pada perempuan usia 15-49 tahun
Menurut WHO (World Health Organitation) Angka Kematian Ibu (AKI) dilaporkan
terdapat 830 wanita meninggal setiap mengalami komplikasi selama kehamilan atau
persalinan pada tahun 2017, mengurangi resiko kematian ibu global dari 216 per 100.000
kelahiran hidup, pada tahun2015 menjadi sedikit dari 70 per 100.000 kelahiran hidup, dan
target SDG pada tahun 2030 nantinya akan membutuhkan tingkat pengurangan tahunan
global pada sekitarnya (Mayar & Astuti, 2021).
Berdasarkan hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar
116,01 per 100.000 kelahiran hidup (Sari & Ernawati, 2018). Sebesar 57,93 kematian
maternal pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,4% dan pada waktu persalinan
sebesar 17,33% di Indonesia pendarahan mencapai 30% Eklamsi sebanyak 25%, infeksi
12%, emboli obat 3%, dan diIndonesia angka kematian ibu masih tinggi dimana provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten / kota sebesar
116,34/100.000 kelahiran hidup (Rohmawati, 2019).
5
Di Indonesia angka kematian ibu menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dari
jumlah tersebut, kematian akibat abortus tercatat mencapai 30 persen.Angka ini telah
mengalami penurunan namun belum mencapai target MDGs (Millennium Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas 2 Development Goals) sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup (BAPPENAS, 2011). Angka ini meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup.Angka tersebut masih belum sesuai dengan kesepakatan MDGs
pada tahun 2015 yaitu 115 per 100.000 kelahiran hidup.
Tahun 2015 didapatkan jumlah abortus berdasarkan data profil kesehatan
Sumatera Barat sebanyak 3.359 orang, jumlah ini meningkat tajam dari tahun 2009
yaitu sebanyak 2.123 orang.Tercatat untuk kota padang ada 339 kasus abortus pada tahun
2015 (Dinkes Sumbar, 2015).
Sementara kejadian abortus di Rumah Sakit pemerintah dan Swasta dari tahun ke
tahun terus meningkat, tahun 2019 tercatat jumlah kasus abortus sebanyak 184 orang
(20%), tahun 2020 sebanyak 228 orang (24,5%) sedangkan tahun 2021 tercatat jumlah
abortus sebanyak 253 orang (26,4%), Sedangkan di Rumah Sakit Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi jumlah pasien abortus insipiens dari bulan Maret sampai 2 Desember 2023
tercatat 20 pasien yang mengalami abortus
B. Rumusan Masalah
o Abortus insipiens (inevitable abortion) adalah abortus yang sedang berlangsung di
mana ekspulsi hasil konspsi belum terjadi tetapi telah ada dilatasi serviks. Kondisi ini
ditandai dengan perdarahan sedang sampai berat, disertai nyeri kram perut bawah.
Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
o Pengobatan setelah abortus insipiens Pasalnya, pada kasus abortus insipiens, janin
sudah tidak bisa selamat dan perlu dokter tangani dengan dua cara. Pertama,
menunggu jaringan luruh sendiri secara spontan. Kedua, melakukan prosedur
kuretase untuk membersihkan sisa jaringan bila usia kehamilan kurang dari 12
minggu.
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah
“Asuhan Kebidanan ibu hamil G1P0A0H0 usia kehamilan 17-18 minggu dengan
kasus Abortus Insipiens di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Yarsi Sumbar
tahun 2024
6
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam
pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan dengan memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam
pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dimulai dengan
pengkajian data subyektif, obyektif, menegakkan diagnosa dan memberikan
tatalaksana secara komprehensif dan melakukan evaluasi.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar,
tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat
badannya telah mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu. Abortus dapat pula
diartikan sebagai berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu
bertahan hidup. Selain itu abortus dapat diartikan sebagai pengeluaran hasil pembuahan
(konsepsi) dengan berat badan janin < 500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. (14)
B. Epidemiologi
8
D. Etiologi
1. Pada janin
Kelainan kromosom: Kelainan kromosom pada janin adalah penyebab paling
umum dari abortus insipiens. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan
janin secara normal, sehingga menyebabkan keguguran.
2. Pada Ibu
• Kelainan pada rahim: Beberapa kelainan pada rahim, seperti kelainan
struktural atau kelainan pada sistem imun, dapat meningkatkan risiko
abortus insipiens. Misalnya, kelainan pada serviks atau infeksi pada serviks
dapat menyebabkan peradangan dan melemahkan kekebalan tubuh ibu.
• Faktor hormonal: Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh ibu hamil,
terutama hormon progesteron yang rendah, dapat mempengaruhi
perkembangan janin dan menyebabkan keguguran.
• Faktor lingkungan: Paparan terhadap faktor lingkungan tertentu, seperti zat
kimia berbahaya atau radiasi, juga dapat mempengaruhi perkembangan
janin dan meningkatkan risiko abortus insipiens.
E. Komplikasi
1. Pada Ibu
Infeksi: Setelah keguguran, ada risiko terjadinya infeksi pada rahim atau organ
reproduksi lainnya. Infeksi ini dapat menyebabkan demam, nyeri panggul, bau tidak
sedap pada vagina, dan perdarahan yang berlebihan. Penting untuk mengobati infeksi
dengan antibiotik yang diresepkan oleh dokter.
Perdarahan yang berlebihan: Keguguran yang tidak lengkap atau komplikasi lainnya
dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Jika perdarahan sangat hebat atau
berlangsung lebih lama dari biasanya, segera hubungi dokter untuk mendapatkan
perawatan medis yang tepat.
Gangguan emosional: Keguguran dapat menjadi pengalaman yang sangatemosional
dan menyakitkan. Banyak wanita mengalami kesedihan, kehilangan, dan perasaan
depresi setelah mengalami abortus insipiens. Dukungan emosional dan psikologis
sangat penting dalam menghadapi komplikasi ini.
Komplikasi fisik lainnya: Beberapa kasus abortus insipiens dapat menyebabkan
kerusakan pada rahim atau organ reproduksi lainnya. Ini bisa menjadi masalah serius
dan memerlukan perawatan medis lebih lanjut
9
2. Pada Janin
Retensi jaringan janin: Dalam beberapa kasus, sebagian kecil jaringan
janin atau plasenta mungkin tidak keluar sepenuhnya dari rahim setelah
keguguran.
Hal ini dapat menyebabkan perdarahan yang berkepanjangan dan
memerlukan intervensi medis tambahan, seperti dilatasi dan kuretase
(D&C) ataupenggunaan obat untuk membantu mengeluarkan sisa jaringan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung diagnosis abortus
insipiens, atau keguguran yang tidak bisa dihindari, dapat meliputi beberapa tes dan
prosedur berikut:
1. Pemeriksaan ultrasonografi (USG): USG sering digunakan untuk
mengonfirmasi diagnosis abortus insipiens. Melalui USG, dokter dapat
melihat gambaran rahimdan janin untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda
keguguran seperti tidak adanya detak jantung janin atau perkembangan yang
tidak sesuai dengan usia kehamilan.
2. Tes darah: Tes darah dapat dilakukan untuk mengukur kadar hormon
kehamilan, seperti hormon human chorionic gonadotropin (HCG).
Pemeriksaan berulang dapat membantu dokter menentukan apakah kadar
hormon kehamilan meningkat dengan normal atau menurun, yang dapat
menjadi indikasi keguguran.
3. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah rutin dapat dilakukan untuk
memeriksa adanya infeksi atau gangguan darah yang mungkin
mempengaruhi kehamilan.
4. Kuretase rahim: Jika keguguran tidak lengkap, prosedur kuretase rahim
mungkindiperlukan untuk mengangkat sisa-sisa jaringan janin atau plasenta
yang masih tertinggal di dalam rahim. Sampel jaringan yang diangkat dapat
diperiksa secara patologis untuk memastikan diagnosis abortus insipiens.
5. Tes genetik Jika keguguran berulang terjadi, dokter dapat merekomendasikan
tes genetik untuk memeriksa kelainan kromosom pada pasangan atau
individu yang terlibat. Tes ini dapat membantu dalam menentukan penyebab
keguguran berulang.
10
Pemeriksaan penunjang ini dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang
kompetenuntuk membantu dalam diagnosis dan manajemen abortus insipiens.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus insipiens, atau keguguran yang tidak bisa dihindari, akan
disesuaikan dengan kondisi individu dan tingkat keparahan keguguran.
Berikut adalah beberapa aspek penatalaksanaan yang mungkin dilakukan:
1. Pengamatan dan pemantauan: Jika keguguran masih dalam tahap awal dan
tidak ada komplikasi yang serius, dokter mungkin akan melakukan pengamatan
dan pemantauan terhadap perkembangan keguguran. Ini melibatkan
pemantauan gejala, seperti perdarahan dan kram perut, serta pemeriksaan
ultrasonografi untuk memastikan evakuasi rahim yang adekuat.
2. Kuretase rahim: Jika keguguran tidak lengkap atau terdapat komplikasi lain,
seperti perdarahan yang berkepanjangan atau sisa-sisa jaringan yang tertinggal
di dalam rahim, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur kuretase
rahim. Kuretase rahim dilakukan untuk membersihkan rahim dari sisa-sisa
jaringan janin atau plasenta yang masih tertinggal. Prosedur ini biasanya
dilakukan dengan anestesi lokal atau sedasi ringan.
3. Pengobatan untuk menghentikan perdarahan: Jika terjadi perdarahan yang berat
atau berkepanjangan, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan untuk
membantu menghentikan perdarahan, seperti misoprostol atau obat-obatan
yang mengandung hormon progesteron.
4. Dukungan emosional dan psikologis: Keguguran bisa menjadi pengalaman
yang emosional dan menyakitkan. Penting untuk mendapatkan dukungan
emosional dan psikologis dari pasangan, keluarga, atau tenaga medis yang
berkompeten. Jika diperlukan, konseling atau dukungan kelompok juga dapat
membantu dalam mengatasi perasaan sedih, kehilangan, atau depresi.
5. Pencegahan infeksi: Setelah keguguran, penting untuk menjaga kebersihan dan
mencegah infeksi. Dokter mungkin akan memberikan rekomendasi mengenai
perawatan pasca-keguguran, seperti menjaga kebersihan area genital,
menghindari hubungan seksual atau penggunaan tampon selama beberapa
waktu, dan mengonsumsi antibiotik jika diperlukan.
11
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY''P'' G1 P0 A0H0 UK 17-18
MINGGU DENGAN ABORTUS INSIPIENS DI RUMAH SAKITISLAM IBNU SINA
BUKITTINGGI YARSI SUMBAR TAHUN 2023
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Biodata
Nama Ibu : Ny P Nama Suami :Tn I
12
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Haid pertama : 12 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 3x ganti duk Sifat Darah : kental
Dismenorhea : tidak ada Warna Darah : Merah kehitaman
b. Riwayat Pernikahan
Status perkawinan : sah Kawin : 1 kali
Kawin I umur : 25 tahun Umur suami : 25 tahun
Lamanya : 1 tahun
Anak :0
Abortus :0
TM I
ANC : Bidan
Keluhan : Nyeri Ari-Ari, Keluar Darah Dari Vagina Yg Banyak
Anjuran : Istirahat
Terapi : Asam Folat, Premaston, Calsium
Tanda Bahaya : Abortus Insipien
TM 2
ANC :-
13
Keluhan :-
Anjuran :-
Terapi :-
Tanda Bahaya :-
TM 3
ANC :-
Keluhan :-
Anjuran :-
Terapi :-
Tanda bahaya :-
5. Riwayat Kontrasepsi
Jenis : tidak memakai kontrasepsi
Lama pemakaian : tidak ada
Alasan berhenti : tidak ada
Efek samping : tidak ada
6. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah diderita seperti jantung, hipertensi, dm dll : Tidak ada
Riwayat penyakit keturunan dari keluarga : tidak ada
Perilaku kesehatan
Penggunaan alkohol/obat sejenisnya : tidak ada
Obat/jamu yang sering diminum : tidak ada
Rokok/makan sirih : tidak ada
14
b. Pola minum
Frekuensi sebelum hamil : 8-9 gelas/hari
Frekuensi sekarang : 10-11 gelas/hari
Jenis : air putih, susu, jus
Keluhan : tidak ada
c. Pola eliminasi
Bak Bab
Frekuensi : 5-6x/hari Frekuensi : 1x hari
Warna : kuning jernih warna : kecoklatan
Bau : khas konsistensi : lunak
Keluhan : tidak ada keluhan : tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Keramas : 1x/2 hari
Gosok gigi : 3x/harii
Ganti pakaian luar : 2x/hari
Ganti pakaian dalam : 2x/hari
f. Kegiatan sehari-hari :
ibu sering lembur bekerja dan jarang beristirahat
g. Pola seksualitas : 1x seminggu
15
8. Keadaan ekonomi
Penghasilan perbulan : ±Rp 2.000.000
Penghasilan pertahun : ±Rp 24.00.000
9. Psikososial
a. Psikologi : ibu merasa senang dengan kehamilannya
b. Sosial : ibu berhubungan baik dengan keluarga dan suami
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran : composmetis
b. Keadaan emosional : stabil
c. Postur tubuh : baik
d. TB : 155 cm
e. BB : 53 kg
f. LILA : 26 cm
g. Vital sign
TD : 107/51 Rr : 20x/i
N : 89x/i Suhu : 36,6 c
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Warna rambut : hitam
pedikulus humanus : tidak ada
ketombe : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
Kerontokan : tidak ada
16
b. Muka
Simetris : simetris
Pucat : tidak pucat
cloasma gravidarum : tidak ada
c. Mata
Simetris : simetris
Palpebra : tidak ada pembengkakan
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
d. Hidung
Simetris : simetris
Kebersihan : bersih
Pembengkakan : tidak ada
e. Gigi/mulut
Simetris : simetris
Bibir : tidak kering, tidak pecah-pecah, tidak pucat
Lidah : bersih
Stomatitis : tidak ada
Caries : tidak ada
Caries denties : tidak ada
Tonsil : tidak radang
f. Telinga
Simetris : simetris
Kebersihan : bersih
Radang : tidak radang
g. Leher
Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : tidak ada pelebaran
17
h. Payudara
Simetris : simetris
Striae : tidak ada
Areola mamae : hiperpigmentasi
Retraksi : tidak ada
Massa : tidak ada
Pengeluaran : belum ada
Kebersihan : bersih
i. Abdomen
Pembesaran perut : tidak ada luka
operasi : tidak ada
Striae : tidak ada
Linea : tidak ada
j. pemeriksaan
kebidanan palpasi
uterus
Leopold i : ballotement (+)
Leopold ii : -
Leopold iii : -
Leopold iv :-
Irama : -
k. Ekstremitas
Atas
Oedema : tidak oedema
Sianosis : tidak pucat
Kuku : bersih
Varises : tidak ada
Reflek patella : positif (+)
18
l. Anogenital
inspeksi
vulva/vagina
Varises : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Luka : tidak ada
Oedema : tidak ada
Perineum (luka parut) : tidak ada
Periksa dalam
Pukul : 18:30 WIB
Pembukaan : ø 1 cm ada jaringan diservik sisa kehamilan
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11 gr/dl
Protein urine :+
Glukosa urine :+
Golongan darah : AB
A. Diagnosa
B. Data dasar
a. Data subjektif
1. Ibu mengatakan hamil anak pertama
2. HPHT :15/8/2023
3. Ibu mengatakan haid pertama nya tanggal 15/8/ 2023
4. Ibu mengatakan keluar darah disertai keluar darah dari vagina jam 14.00
19
b. Data objektif
C. Masalah
D. Kebutuhan
1. Informasi
2. Kolaborasi
3. Inforconcent
4. Berikan dukungan
Infus
Sel Oksigen
V. RENCANA ASUHAN
20
3. Informed concent
VI. PENATALAKSANAAN
1. Informasi hasil pemeriksaan paa ibu dan keluarga bahwa keadaan umum ibu
N :112 x/i
4. Memberikan dukungan emosional kepada ibu, agar ibu tidak merasa takut pada
saat kuret
Oksigen
Pendarahan
Nyeri pervaginam
Nyeri perut
Keputihan berbau
21
7. Setelah dilakukan cek USG ternyata tidak ada janin tertinggal maka menganjurkan
ibumelakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.
VII. EVALUASI
HARI/TANGGAL JAM S O A P
Jumat/21 18.00 -Ibu -keluar darah Tindakan - menyiapkan alat curet
Desember 2023 mengatakan pervaginam curretase - anjurkan untuk pipis
nyeri ari- ari Vital sign - rileks
- Ibu TD
mengatakan :120/78mmhg
keluar darah N :112x/i
dari vagina RR :24x/i
SUHU:36,5 C
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Telah dilakukan pengkajian data subjektif pada ibu hamil Ny. ''P''di Rumah
sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Sumbar.
2. Telah dilakukan pengkajian data objektif pada ibu hamil Ny. ''P''di Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Sumbar.
3. Telah dilakukan analisa data dan menegakkan diagnosa pada ibu hamil Ny. ''P''
diRumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Sumbar.
4. Telah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan data yang di dapat pada ibu
hamilNy. ''P''
5. Telah dilakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. ''P''di
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Sumbar.
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
Diharapkan juga Rumah Sakit dapat mempertahankan pelayanan asuhan kebidanan
yang sudah sangat baik, diharapkan bidan dapat memberikan/melaksanakan sesuai
standar asuhan kebidanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan asuhan kebidanan sesuai standar dapat dilakukan pada semua pelayanan
kebidanan sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam
mempelajari asuhan kebidanan dan kasus kasus pada saat praktik dalam bentuk
manajemen varney maupun SOAP dan menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan
kebidanan yang telah di tetapkan profesi bidan. Serta diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan
dengan baik terhadap klien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningrum, E. D., & Fibriyana, A. I. (2017). Faktor risiko kejadian abortus spontan.
HIGEIA(Journal of Public Health Research and Development), 1(3), 84-94.
Fajria, L. (2013). Analisis Faktor Resiko Kejadian Abortus di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
NersJurnal Keperawatan, 9(2), 143-154.
Prihandini, S. R., Pujiastuti, W., & Hastuti, T. P. (2016). Usia reproduksi tidak sehat dan jarak
kehamilan yang terlalu dekat meningkatkan kejadian abortus di rumah sakit tentara dokter
soedjono magelang. Jurnal Kebidanan, 5(10), 47-57.
Akbar, A. (2019). Faktor Penyebab Abortus di Indonesia Tahun 2010-2019 : Studi Meta
Analisis, 182–191
Zega, D. F. Z., Yanti, Y., Febrianti, R., & Saragih, E. (2023). Hubungan Antara Status Gizi
Dengan Perkembangan Anak Usia 12-24 Bulan Di Klinik Pratama Masta Kelurahan Pekan
Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Health Information: Jurnal Penelitian, 15.
24