Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN


ABORTUS IMMINENS DI RUANG VK
RS HERMINA TANGERANG “
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II
Dosen Pengampu : Ns. Retno Winarti, M.Kep.Sp.Kep.Mat

DI SUSUN OLEH TINGKAT 3A & 3B :


KELOMPOK 2
1. Ikasa Nandes Yonanda (21051)
2. Dea Anisa (21029)
3. Lativa Adelia (21059)
4. Siti Fatimatuz Zahrah (21085)
5. Yarfa Darajati Alamsyah (21101)
6. Anisa Agustina (21018)
7. Ervinia Margaretha (21038)
8. Keyla Salsabela (21057)
9. Rendhyka (21113)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN HERMINA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.
L Dengan Abortus Imminens Di Ruang VK RS Hermina Tangerang ” ini dapat
terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Tujuan dibuatnya makalah ini, kami
harap dapat menambah pengetahuan kami lebih mendalam mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Ny. L Dengan Abortus Imminens Di Ruang VK RS Hermina
Tangerang, serta para pembaca dapat menambah pengetahuan.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat kami


selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Kami
sampaikan rasa syukur dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada :


1. Ns. Musripah, M.Kep, Selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan Institut
Kesehatan Hermina.
2. Ns. Suryani Hartati, M.Kep.Sp.Kep.Mat, Selaku Dosen Koordinator dan
Dosen Pengajar Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II.
3. Ns. Retno Winarti, M.Kep.Sp.Kep.Mat, Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas II.
4. Ns. Junita Maratur Silitonga, M. Kep, Selaku Dosen Pembimbing Praktik
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II.

Kami mengetahui bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami harapkan adanya kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat
memberikan kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua
pihak.

Jakarta, 25 Desember 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................4

2.1 Definisi Abortus ...............................................................................................4


2.2 Klasifikasi Abortus ..........................................................................................5
2.3 Etiologi Abortus ...............................................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis Abortus ..............................................................................9
2.5 Faktor Risiko Abortus ......................................................................................9
2.6 Patofisiologi Abortus .....................................................................................10
2.7 Pathway Abortus ............................................................................................11
2.8 Pemeriksaan Penunjang Abortus...................................................................12
2.9 Penatalaksanaan Abortus ...............................................................................12
2.10Komplikasi Abortus .......................................................................................13

BAB 3 TINJAUAN KASUS ...................................................................................15

3.1 Ilustrasi Kasus .................................................................................................15


3.2 Asuhan Keperawatan Kasus ...........................................................................17

BAB 4 PEMBAHASAN ...........................................................................................31

4.1 Pembahasan Kasus ..........................................................................................31

BAB 5 PENUTUP .....................................................................................................34

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................34


5.2 Saran ................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................35

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus Imminens merupakan komplikasi perdarahan kehamilan tersering
dan menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan
meningkatkan resiko keguguran, kelahiran premature, BBLR, kematian
prenatal. Faktor penyebab dari abortus imminens yaitu infeksi (keputihan) yang
sudah terlalu parah dan tidak diobati, adanya faktor bawaan dan kualitas sel
telur yang dimiliki kurang baik, kelainan pada bentuk rahim serta
ketidakseimbangan hormon biasanya lebih mengacu kepada stress yang
mengganggu kestabilan hormon ibu hamil, kekurangan gizi selama hamil,
aktifitas berlebih, memiliki riwayat abortus sebelumnya, terjatuh hingga
terbentur benda keras, faktor usia, gaya hidup seperti mengkonsumsi rokok dan
minum-minuman keras, paritas, aktifitas seksual, kurangnya informasi berupa
penyuluhan dan pemanfaatan media elektronik serta media cetak menyebabkan
ibu hamil memiliki pengetahuan yang rendah (Akbar, A, (2019).
Tingginya angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil menjadi
perhatian pada pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGS) pada
Tahun 2030, prioritas target SDGS DI Indonesia Goals ketiga yaitu Kesehatan
dan Kesejahtraan. Pada tahun 2030 secara Global termasuk Indonesia
menargetkan AKI hingga dibawah 70/100.000 kelahiran hidup (SDGS, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa kejadian abortus
termasuk dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan
perhatian dan merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia.
Masalah abortus menjadi suatu pokok perhatian dalam kesehatan masyarakat
karena pengaruhnya terhadap mobiditas dan mortalitas maternal, dan
diperkirakan 4,2 juta kejadian abortus setiap tahun di Asia Tenggara, dengan
perincian 1,3 juta dilakukan di vietnam dan singapura, 750.000 sampai 1,5 juta
di Indonesia, 155.000 sampai 750.000 di Filipina, dan 300.000 sampai 900.000
di Thailand, serta tidak dikemukakan perkiraan tentang abortus di kamboja,
Laos dan Myanmar (Kemenkes RI, 2014).

1
Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu,
diperkirakan 13% atau 67.000 kematian, diakibatkan oleh aborsi yang tidak
aman. 95% aborsi yang tidak aman, berlangsung di Negara berkembang dan
diperkirakan bahwa diseluruh dunia, 80.000 wanita meninggal tiap tahun akibat
komplikasi setelah aborsi, diperkirakan bahwa diantara 10% dan 50% dari
seluruh wanita yang mengalami aborsi yang tidak aman memerlukan pelayanan
medis akibat komplikasi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah aborsi
inkomplit, sepsis, hemoragi, dan cedera intra abdomen (Akbar, A, 2019).
Abortus imminens adalah suatu yang dicurigai bila terdapat pengeluaran
vagina yang mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester
pertama kehamilan. Abortus imminens dapat atau tanpa disertai rasa mules
ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah.
Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut
berlangsung beberapa hari/ minggu (Ackley, 2017).
Dalam kondisi tersebut kehamilan masih mungkin berlanjut atau dapat
dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak terhenti, serviks tertutup, 3
uterus sesuai gestasi, nyeri melilin karena kontraksi tidak ada (Ackley, 2017).
Upaya yang bisa dilakukan yaitu tirah baring, pemberian hormone progesterone
: sebelumnya dipastikan dulu karena adanya kekurangan hormone progesterone,
USG : penentuan kondisi janin, pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab
abortus (Kemenkes RI, 2014).
Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-Hcg 1-2 bulan kemudian,
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu,
anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang sudah di paparkan, kelompok kami
tertarik untuk membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan Pada Ny. L
Dengan Abortus Imminens Di Ruang VK RS Hermina Tangerang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Abortus ?
2. Apa Saja Klasifikasi Abortus ?
3. Apa Saja Etiologi Abortus ?

2
4. Apa Saja Manifestasi Klinis Abortus ?
5. Apa Saja Faktor Risiko Abortus ?
6. Bagaimana Patofisiologi Abortus ?
7. Bagaimana Pathway Abortus ?
8. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Abortus ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Abortus ?
10. Apa Saja Komplikasi Abortus ?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan Abortus Imminens Di
Ruang VK RS Hermina Tangerang ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan
mengenai Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan Abortus Imminens Di
Ruang VK RS Hermina Tangerang.

2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Abrtus.
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Abortus.
3. Untuk Mengetahui Etiologi Abortus.
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Abortus.
5. Untuk Mengetahui Faktor Risiko Abortus.
6. Untuk Mengetahui Patofisiologi Abortus.
7. Untuk Mengetahui Pathway Abortus.
8. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Abortus.
9. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Abortus.
10. Untuk Mengetahui Komplikasi Abortus.
11. Untuk Menganalisis Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan Abortus
Imminens Di Ruang VK RS Hermina Tangerang.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus


Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum dapat
hidup luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2018). Abortus atau lebih
dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaranhasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika
beratnya kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama
kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya
janin dalam rahim (Manuaba, 2017:683).
Abortus Imminens merupakan komplikasi perdarahan kehamilan tersering
dan menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan
meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR dan kematian
perinatal. Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar,
anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu. Abortus Imminens adalah peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil
konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks (Maryunani, 2016).
Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri. Abortus imminen
adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan (Syaifudin. Bari Abdul, 2020). Abortus imminen adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-
tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M, 2019). Abortus
imminen adalah pengeluaran sekret pervaginam yang tampak pada paruh
pertama kehamilan (Maryunani, 2016).

4
2.2 Klasifikasi Abortus
1) Berdasarkan pelaksananya dibagi menjadi :
a. Keguguran terapeutik (abortus therapeuticus)
Abortus terapeutik adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah
sebelum janin mampu hidup (viabel) dan hampir 60% abortus terapeutik
dilakukan sebelum usia gestasi 8 minggu, dan 88% sebelum minggu ke-
12 kehamilan (Handono, 2019).
b. Keguguran buatan illegal (abortus provocatus criminalis)
Penguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh
hukum (Prawirohardjo, 2018).
2) Berdasarkan kejadian dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Abortus buatan Merupakan tindakan abortus yang sengaja dilakukan
sehingga kehamilan dapat diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi
dapat dilakukan berdasarkan :
- Indikasi medis
Menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu untuk dapat
menyelamatkan jiwanya. Indikasi medis tersebut di antaranya
penyakit jantung, ginjal atau hati yang berat, gangguan jiwa ibu
dengan dijumpai kelainan bawaan berat dengan pemeriksaan
ultrasonografi dan gangguan pertumbuhan perkembangan dalam
rahim.
- Indikasi sosial
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek sosial seperti
menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak
kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil, kehamilan yang
tidak diinginkan (Maryunani, 2016).
b. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus (Handono, 2019). Penghentian kehamilan sebelum
umur 20 minggu kehamilan lengkap dengan berat janin mati kurang lebih
500 gram. Usia 8 kehamilan dapat mempengaruhi kejadian abortus
spontan dimana sekitar 75% abortus terjadi sebelum usia 16 minggu dan

5
kira-kira 60% terjadi sebelum 12 minggu. Paling sedikit 80% dari seluruh
kehamilan berakhir secara spontan sebelum wanita yang bersangkutan
atau tenaga kesehatan menyadari adanya kehamilan (Maryunani, 2016).
3) Berdasarkan gambaran klinis, abortus spontan dibagi menjadi :
a. Keguguran mengancam (abortus imminens)
Perdarahan intrauterine pada umur kurang dari 20 minggu kehamilan
lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa dilatasi serviks dan
tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi
harus diperlihatkan adanya janin yang menunjukkan tanda-tanda
kehidupan misalnya adanya denyut jantung atau gerakan janin. Pada
abortus imminens ini hasil kehamilan yang belum viabel berada dalam
bahaya tetapi kehamilan terus berlanjut (Maryunani, 2016).
b. Keguguran tak terhalangi (abortus insipiens)
Merupakan perdarahan intrauterine sebelum kehamilan lengkap 20
minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran hasil
konsepsi. Pada abortus insipiens, kemungkinan terjadi pengeluaran
sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan cepat (Maryunani, 2016).
Dapat dianggap abortus insipiens jika ada dua atau lebih tanda-tanda
berikut :
- Penipisan serviks derajat sedang.
- Dilatasi serviks kurang dari 3 cm.
- Pecah selaput ketuban.
- Perdarahan lebih dari 7 hari.
- Kram menetap meskipun diberikan analgesik.
- Tanda-tanda penghentian kehamilan (misalnya, ada mistalgia).
c. Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus)
Abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta
biasanya keluar bersama-sama. Bila kehamilan lebih besar akan terjadi
sisa kehamilan. Perdarahan pervaginam adalah gejala awal, bila jaringan
plasenta tertahan perlu dilakukan tindakan digital atau kuretase. Bila
terjadi perdarahan masif dapat terjadi syok hipovolemik (Maryunani,
2016).

6
d. Keguguran lengkap (abortus kompletus)
Pengeluaran semua hasil konsepsi dengan umur kurang dari 20 minggu
kehamilan lengkap. Seluruh hasil konsepsi sudah keluar dan rasa sakit
berhenti tetapi perdarahan bercak akan menetap selama beberapa hari
(Maryunani, 2016).
e. Keguguran berulang (abortus habitualis)
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut sebanyak tiga kali atau lebih
tanpa diketahui sebab yang jelas. Penyebab terjadinya abortus habitualis
berkaitan dengan penyebab umum seperti faktor genetik, faktor
hormonal, faktor plasenta, dan faktor infeksi. Dan dugaan penyebab
khusus yaitu adanya serviks yang inkompeten dan terdapat reaksi
immunologis (Maryunani, 2016).
f. Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiosa)
Akibat tindakan abortus provokatus kriminalis oleh tenaga yang tidak
terlatih atau dukun. Sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan
dilakukan dengan cara tidak legeartis. Keguguran dengan infeksi
memerlukan tindakan medis khusus (Maryunani, 2016).
g. Keguguran tertunda (missed abortion)
Terhentinya proses kehamilan muda pada embrio atau janin berumur
kurang dari 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam rahim selama
lebih dari 6-8 minggu. Rasa sakit dan nyeri tekan tidak dirasakan oleh ibu
hamil, serviks agak kaku dan sedikit terbuka, uterus mengecil dan
melunak secara irregular. Komplikasi dapat terjadi pada missed abortus
seperti gangguan pembekuan darah karena intravaskuler koagulasi yang
diikuti hemolisis sehingga terjadinya penurunan fibrinogen sampai
bahaya perdarahan spontan (Maryunani, 2016).
h. Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
Kehamilan yang patologi dimana mudigah dan kantong kuning telur tidak
terbentuk sejak awal kehamilan namun kantong gestasi tetap terbentuk.
Kelainan ini merupakan kehamilan yang dapat berkembang walaupun
tidak ada janin di dalamnya. Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi
abortus spontan (Maryunani, 2016).

7
2.3 Etiologi Abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai
berikut :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kelainan dalam kematian
mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut : Kelainan kromosom,
Lingkungan kurang sempurna dan Pengaruh dari luar (Prawirohardjo,
2018).
2) Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun (Prawirohardjo, 2018).
3) Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dan
lain lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau
plasmodium dapat melalui plasenta ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus (Prawirohardjo, 2018).
4) Kelainan traktus genitalis
Retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion
uteri gravida inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester kedua ialah servik inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi servik
berlebihan, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit
(Prawirohardjo, 2018).
5) Kelainan endokrin (hipertiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteron).
6) Trauma, gangguan nutrisi dan Stress psikologis (Prawirohardjo, 2018).

8
2.4 Manifestasi klinis Abortus
Gejala yang dapat muncul akibat abortus imminens antara lain :
1) Perdarahan dari vagina pada 20 minggu pertama masa kehamilan.
2) Kram perut
3) Nyeri pinggang
4) Rasa tertekan di pinggang
5) Nyeri punggung dan kram perut dapat terjadi secara terus-menerus atau
hilang dan timbul. Jika kondisi makin memburuk, gumpalan darah dapat
keluar dari vagina (S. Prawirohardjo (2018).

2.5 Faktor Risiko Abortus


1) Usia
Berdasarkan teori S. Prawirohardjo (2018) pada kehamilan usia muda
keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima
kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilan saya tidak
dipelihara dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stress. Dan
akan meningkatkan resiko terjadinya abortus.
2) Paritas
Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering
melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak
atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan,
persalinan dan nifas. Risiko abortus spontan meningkat seiring dengan
paritas ibu (Dharma, 2015).
3) Jarak Kehamilan
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim
dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini
perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik,
mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus). Insidensi
abortus meningkat pada wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah
melahirkan aterm (Dharma, 2015).

9
4) Sosial ekonomi (pendapatan)
Sosial ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan pendapatan
keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan dan
pemenuhan zat gizi. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada kondisi saat
kehamilan yang berisiko pada kejadian abortus. Selain itu pendapatan juga
mempengaruhi kemampuan dalam mengakses pelayanan kesehatan,
sehingga adanya kemungkinan risiko terjadinya abortus dapat terdeteksi
(Dharma, 2015).
5) Pendidikan
Pendidikan yang rendah membuat seseorang acuh tak acuh terhadap
program kesehatan sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin
terjadi, meskipun sarana kesehatan telah tersedia namun belum tentu
mereka mau menggunakannya (Dharma, 2015).
6) Infeksi
Penyakit infeksi pada ibu hamil dapat menjadi faktor risiko terjadinya
abortus karena infeksi dapat menyebabkan peradangan dan stres pada tubuh
ibu hamil. Infeksi yang tidak diobati atau tidak dikendalikan dengan baik
dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan, seperti infeksi pada janin,
plasenta, atau rahim (Dharma, A. . G. K. S. (2015).

2.6 Patofisiologi Abortus


Proses abortus imminen biasanya berlangsung secara spontan maupun
sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis.
Proses terjadinya berawal dari perdarahan dari desidua basalis yang disebabkan
oleh kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan plasenta, penyakit ibu,
maupun kelainan traktus genitalis akan menyebabkan nekrosis jaringan Pada
abortus imminen nekrosis yang terjadi tidak cukup dalam untuk menimbulkan
pelepasan hasil konsepsi dari dinding uterus.
Namun jika tidak segera ditangani, nekrosis dapat meluas dan menyebabkan
inkompetensi desidua dalam menjaga hasil konseptus sehingga dapatberlanjut
ke abortus inkomplet atau komplet. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14

10
minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta
yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap (Dharma A.A. Gde Kiki Sanjaya, 2015).

2.7 Pathway Abortus

3 Gangguan Gangguan Gangguan faal


Infeksi akut Trauma
endokrin Gizi/Anemia organ
4

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Retensi Janin Abortus Resiko


Abortus Spontan
Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko Perdarahan
Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan Sumber : Dharma, (2015)

11
4.1 Pemeriksaan Penunjang Abortus
1) Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
b. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
d. Ostium uteri internum (OUE) tertutup
e. Gestasional sac (GS) masih utuh sehinnga tidak ada cairan amnion
ataupun jaringan yang keluar (Ratnasiwi, M, P, 2020).

2) Data laboratorium
a. Tes urine
b. Hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%)
dan hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. Menghitung trombosit
d. Kultur darah dan urine (Ratnasiwi, M, P, 2020).

4.2 Penatalaksanaan Abortus


1) Tirah baring
Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah aliran darah ke uterus
dan mengurangi perangsangan mekanis. Ibu (pasien) dianjurkan untuk
istirahat baring. Apabila ibu dapat istirahat dirumah, maka tidak perlu
dirawat. Ibu perlu dirawat apabila perdarahan sudah terjadi beberapa hari,
perdarahan berulang atau tidak dapat beristirahat dirumah dengan baik
misalnya tidak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan bila rumah hanya
beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu dan keluarganya, bahwa
beristirahat baring dirumah atau dirumah bersalin atau rumah sakit adalah
sama saja pengaruhnya terhadap kehamilannya. Apabila akan terjadi abortus
inkomplit, dirawat dimanapun tidak mencegahnya (Dharma, 2015).

12
2) Periksa tanda-tanda vital (suhu, nadi dan pernafasan).
3) Kolaborasi dalam pemberian sedativa (untuk mengurangi rasa sakit dan rasa
cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematik (seperti sulfat ferosus
atau tablet besi).
4) Hindarkan intercose.
5) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6) Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat (Dharma, 2015).

4.3 Komplikasi Abortus


Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan abortus imminens adalah
sebagai berikut :
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak segera diberikan pada
waktunya (Ratnasiwi, M, P, 2020).
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-
amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk. perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi, Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan
luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi (Ratnasiwi, M, P, 2020).

13
3) Infeksi
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.
Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan dan leukositosis
(Ratnasiwi, M, P, 2020).
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok Endoseptik) (Ratnasiwi, M, P, 2020).

14
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Ilustrasi Kasus


Ny. L usia 30 tahun, pendidikan S1, pekerjaan karyawan swasta, agama
islam, suku jawa/indonesia, alamat Persada Raya Blok F4 No 31/32 Tangerang
di antar oleh suaminya Tn. D usia 32 tahun, pendidikan S1, pekerjaan karyawan
swasta, agama islam, suku jawa/indonesia. Pasien di antar oleh suaminya ke
ruang VK RS Hermina tangerang.
Pasien datang dari rumah ke ruang VK RS Hermina Tangerang pada jam
09.00 dengan usia kehamilan 5 minggu, G2P1A0, pasien mengeluh keluar
darah/flek ¼ pembalut, pasien mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyeri perut
bagian bawah dari jam 07.00 pagi, nyeri hilang timbul, menyebar ke punggung
dengan skala 3 seperti di remas-remas.
Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi janinnya,
pasien tampak tegang. Hasil TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S :
36,5ºC, RR : 20x/menit, akral hangat, telah dilakukan tindakan inspekulo
terdapat sisa darah +, tidak mengalir, OUE tertutup. Dilakukan rencana
kolaborasi pemeriksaan USG oleh dokter.
HPHT pasien tanggal 07 oktober 2023, TP 16 juli 2024, haid sebelumnya
september, perkawinan 1x sudah 4 tahun, menarche usia 15 tahun dan siklus
haid 25 hari. Pasien tidak mengalami penyakit selama kehamilan, tidak ada
riwayat penyakit keluarga. Pasien mengatakan pernah di operasi ganglion dan
SC pada tahun 2018 dan 2020 di RS siloam dan RS Karunia Bunda.
Pasien mengatakan tidak mengalami komplikasi selama kehamilan
sebelumnya, Riwayat imunisasi TT1, pasien mengatakan tidak ada alergi obat
dan makanan. Golongan darah pasien O dan golongan darah suami pasien B.
Pasien tinggal bersama suaminya dan tidak ada masalah nilai-nilai kepercayaan.
Pasien mengatakan anak pertama lahir tanggal 21 juli 2020 di RS karunia
bunda dengan usia 37 minggu, persalinan secara SC di tolong oleh dokter
karena PK 2 memanjang dan air ketuban berkurang, pasien mengatakan
anaknya berjenis kelamin perempuan dengan BB 3Kg dan PB 50 cm, saat ini
kondisi anaknya sehat.

15
Pasien mengatakan pernah memakai KB IUD pada tahun 2021-2022,
selama pemakaian pasien mengatakan tidak ada keluhan. Saat hamil biasanya
pasien mengkonsumsi vitamin. Hasil pemeriksaan fisik pasien : Rambut pasien
merata, tidak mudah dicabut, tidak rontok, warna hitam, bersih. Wajah pasien
simetris, penglihatan pasien jelas, konjungtiva an anemis, sclera warna putih,
pupil simetris, bola mata simetris.
Telinga : pendengaran jelas, hidung pasien warna mukosanya pink, bibir
warna merah, simetris, lembab, gigi bersih, lidah warna pink, tidak ada
pembengkakan tonsil. Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, bentuk dada simetris, tidak ada retraksi, payudara simetris, puting susu
menonjol, hiperpigmentasi areola, tidak ada lesi. Paru pasien vesikuler, bunyi
teratur, tidak ada pembesaran KGB.
Abdomen pasien membuncit, ada striae dan linea gravidarum, tidak ada
jaringan parut, verika urinaria tidak teraba keras, bising usus 15x/menit, TFU
belum teraba, DJJ belum ada. Genitalia dan anus bersih, kekuatan ekstremitas
atas dan bawah normal. Kulit lembab dan licin, refleks patela +.
Hasil pemeriksaan penunjang : USG : TUS : TUS: GS (+) ~ 0.88 cm ~ 5w0d
TP: 17-7-2023, subchorionic bleeding (+). Hasil LAB Hematologi Rutin 1 :
Hemoglobin : 11.9 g/dl (11.7 – 15.5), Leukosit : 8.28 10^3/uL (3.6 – 11.0),
Trombosit : 275 10^3/uL (150.0 – 440.0), Hematokrit : 34.3% (35.0 – 47.0).
Terapi yang diberikan kepada pasien selama di ruang VK adalah IVFD : RL
+ Proterine 2 ampul 18 tetes/menit, Asam tranexamat 3x500 mg (IV), Folic
Acid 1x1 (PO), Microgest 2x200 mg (PO).

16
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL


A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. L Nama Suami : Tn. D
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Persada Raya Blok F4 No Alamat : Persada Raya Blok F4 No
31/32 Tangerang 31/32 Tangerang
Usia : 30 tahun Usia : 32 tahun

II. Anamnesis
1) Keluhan utama : Pasien datang dari rumah ke ruang VK RS Hermina
Tangerang pada jam 09.00 dengan usia kehamilan 5 minggu, G2P1A0,
pasien mengeluh keluar darah/flek ¼ pembalut, pasien mengeluh nyeri,
pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah dari jam 07.00 pagi, nyeri
hilang timbul, menyebar ke punggung dengan skala 3 seperti di remas-
remas. Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi
janinnya, pasien tampak tegang. Hasil TTV : TD : 101/61 mmHg, N :
86x/menit, S : 36,5ºC, RR : 20x/menit, akral hangat, telah dilakukan
tindakan inspekulo terdapat sisa darah +, tidak mengalir, OUE tertutup.
Dilakukan rencana kolaborasi pemeriksaan USG oleh dokter.
2) HPHT : 07 Oktober 2023, Taksiran Partus : 16 Juli 2024, Haid
sebelumnya : September, Perkawinan 1 kali, Lamanya 4 tahun,
Menarche usia : 15 tahun, haid teratur/tidak, siklus 25 hari
3) Penyakit penyakit selama kehamilan : Ada / Tidak Anemi Vitium
cordis Diabetes Hipertensi TBC □ Hepatitis ACA ISK Infeksi
pernah, RI Diagnosa
4) Riwayat penyakit keluarga :  Tidak ada Ada , sebutkan :

17
5) Riwayat operasi : Ada / Tidak , jenis op Ganglion, SC tahun 2018 dan
2020 tempat RS Siloam, RS Karunia Bunda
6) Komplikasi kehamilan sebelumnya : Ada / Tidak HAP HPP
PEB/PER/Eklamsi lain-lain
7) Riwayat imunisasi :  TT I √ TT II TT III Tidak pernah
8) Alergi obat, makanan : Obat :  Tidak ada □ Ada , sebutkan
Makanan :  Tidak ada □ Ada , sebutkan
9) Golongan darah ibu : A B O AB Rh Positif Negatif
10) Golongan darah suami : A B O AB Rh Positif Negatif
11) Pekerjaan pasien : □ PNS/ TNI/ POLRI  Swasta □ Pensiun
□ Pelajar/Mahasiswa □ Lain-lain :
12) Pekerjaan suami/penanggung jawab : □ PNS/ TNI/ POLRI  Swasta
□ Pensiun Lain-lain
13) Pendidikan pasien : Tidak Terkaji □ SD □ SMP □ SLTA □ Akademi/PT
 Pasca sarjana □ Lain-lain :
14) Pendidikan suami/penanggung jawab : Tidak Terkaji □ SD □ SMP
□ SLTA □ Akademi/ PT  Pasca sarjana □ Lain-lain :
15) Sosial, spiritual, nilai kepercayaan, suku budaya :
a. Tinggal bersama :  Suami □ Orang tua/ mertua □ Lain-lain
b. Agama :  Islam □ Kristen □ Protestan □ Katholik □ Hindu □Budha
□ Konghucu , Memerlukan pelayanan kerohanian : □ Ya □ Tidak
c. Nilai-nilai kepercayaan pasien/keluarga : □ Ada  Tidak ada , jika
ya sebutkan
d. Suku, budaya : Jawa
16) Riwayat persalinan dan nifas : G2P1A0 (Multigravida, Pernah
melahirkan 1x dan tidak pernah abortus)
No Tgl,Bln,Thn Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit Anak
Persalinan Persalinan Kehamilan Persalinan Kehamilan
Persalinan,
Nifas
Jenis BB/PB Keadaan
Kel
1 21 Juli 2020 RS Karunia 37 minggu SC Dokter PK 2 P BB : 3 Kg Normal
Bunda memanjang, PB : 50 cm (menangis)
air ketuban Sehat
berkurang
2 Hamil ini 5 minggu

18
17) Riwayat KB
No Jenis KB Tahun Lama Keluhan
Pemakaian pemakaian
1 IUD 2021-2022 1 tahun Tidak ada keluhan

18) Kebiasaan ibu saat hamil


Kebiasaan ibu waktu hamil : Obat-obatan yang diminum  Vitamin
Lain-lain Jamu-jamuan Ya/Tidak Merokok Ya/Tidak Lain-
lain, sebutkan , Obat yang dibawa dari rumah :  Tidak ada Ada, lakukan
rekonsiliasi ke farmasi

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : sedang , kesadaran : composmentis, TD : 101/61
mmHg, Nadi : 86x/mnt , RR : 20 x/mnt, Suhu : 36,5◦ C , BBS : 46 kg ,
BB sebelum hamil: 40 kg , TB : 153 cm, IMT : 19,6 Kg/m2.

Pemeriksaan head to toe

Kepala
Rambut - Penyebaran merata ( ), tidak ( )

- Mudah dicabut ya ( ), tidak ( ) Rontok ( ), tidak ( )

- Warna : Hitam Kebersihan : Bersih


Wajah - Simetris: Ya Cloasma gravigarum ( )
Mata - Penglihatan jelas ( ), kabur ( ), rabun ( ), berkunang-

kunang ( ) , perih ( )
- Konjungtiva : pucat ( ) an anemis ( ) lesi ( )

sekresi ( )
- Sclera : warna putih
- Reaksi pupil : simetris ( ), tidak ( )

- Bola mata : simetris ( ), tidak ( )

Telinga - Pendengaran jelas ( ), berkurang ( ), tidak terdengar (

19
), nyeri ( ) , Serumen: ada ( )
Hidung - Sekresi ( ), Pembengkakan ( ), warna mukosa: pink

Mulut - Bibir : Warna : merah , simetris ( ), tidak ( ), lesi ( ),


Kelembaban : Lembab
- Gigi: Bersih ( ), tidak ( ) Gigi palsu......buah,
letak........................., Caries ( )
- Lidah : Warna : pink, Lesi:( ), Pergerakan : bebas ( ),

kaku ( )
- Bau mulut: Urium ( ), amoniak ( ), aceton ( ), busuk ( ),

alkohol ( )
- Pembesaran tonsil : ada ( ), tidak ( )

Leher - Bentuk : simetris ( ), tidak ( )

- Pembesaran kelenjar : ada ( ), tidak ( )

- Pembesaran tiroid : ada ( ), tidak ( )

Dada - Bentuk simetris ( ), tidak ( )

- Retraksi interkosta ( ), tidak ( )

- Payudara: simetris ( ), tidak ( ) Benjolan ( )

- Puting susu menonjol ( ), tidak ( )

- Kolostrum ( ) Hiperpigmentasi areola ( ), Lesi ada ( )

tidak ( )
- Paru : vesikuler ( ) bronkovesikuler ( ), wheezing ( ),

ronchi ( )
- Jantung : bunyi teratur ( ), tidak ( )
- Ketiak : pembesaran KGB ( ), tidak ( )

20
Abdomen - Bentuk : datar/flat ( ), membuncit/protuberant ( ),
- Striae ( ) Striae gravidarum

- linea gravidarum ( ) tidak ( )


- jaringan parut ( ) tidak ( )

- Vesika urinaria teraba keras ( ) tidak ( )

- Bising usus : 15x/menit

- TFU : Belum teraba Kontraksi : -


- Leopold I : Kepala/bokong/punggung/kosong

- Leopold II : -

Kanan : Punggung/bagian kecil/bokong/kepala


Kiri : Punggung/bagian kecil/bokong/kepala
- Leopold III : Kepala/bokong/ kosong

- Leopold IV : -

- Denyut Jantung janin : Belum ada

Genitalia - Kebersihan: Bersih ( ), kotor () Keputihan : tidak ( ),


dan anus ya, Konsistensi : ................ bau ( )
- Pembesaran kelenjar bartolini ( ) ya/ ( ) tidak

- Hemoroid ( ) derajat.......... lokasi ........ berapa lama,

Nyeri: ya/tidak
Ekstrimitas - Kekuatan otot : 5555/5555
Atas - Pergerakan segala arah: ya, tidak,........................
Ekstrimitas - Pergerakan segala arah: ya, tidak,.......................
bawah - Bentuk : simetris ( ), tidak ( )
- Pembengkakan lipat paha: ada ( ), tidak ( )
- Perabaan: panas ( ) dingin ( ) normal ( )
- Edema ( ), varises ( ), refleks patela ( )
- Refleks patela: ( )
Kulit - Turgor: menurun ( ), lembab ( ) , kering ( )

- Texture: licin ( ), keriput ( ), kasar ( )

- Lesi ( )

21
IV. Asesmen Nyeri : Tidak ada  Ada, Dengan skala nyeri NRS/ VAS,
deskripsi
• Provokes : □ Benturan □ Kehamilan / kontraksi □ Proses persalinan, □
Lain-lain : Abortus imminens
• Quality : □ Seperti tertusuk-tusuk benda tajam/ tumpul □ Berdenyut
□ Terbakar □ Tertindih benda berat  Diremas □ Terplintir □ Teriris –
teriris □ Lain-lain
• Region : □ Lokasi : Perut bagian bawah  Menyebar : Ya
□ Tidak  Ya : Ke punggung
• Severity : □ VAS/NRS, Score : 3 Time/durasi nyeri : hilang timbul
Lanjut asesmen lanjutan nyeri dan intervensi sesuai kondisi / jika
ada keluhan nyeri
V. Status Psikologis : □ Tenang □ Marah □ Sedih  Cemas □ Depresi
□ Hiperaktif □ Lain-lain
VI. Asesmen Gizi : IMT : 19,6 Kg/m2
VII. Asesmen Gizi Ibu hamil
Kenaikan BB selama hamil :  < 10 Kg 10-12 Kg 12-16 Kg >16 Kg
LILA : 24 cm

VIII. Pemeriksaan Penunjang


CTG/USG : Dilakukan/tidak, Hasil :
• TUS : TUS: GS (+) ~ 0.88 cm ~ 5w0d TP: 17-7-2023, subchorionic
bleeding (+)
Laboratorium : Hasil Hematologi Rutin 1
• Hemoglobin : 11.9 g/dl (11.7 – 15.5), Leukosit : 8.28 10^3/uL (3.6 –
11.0), Trombosit : 275 10^3/uL (150.0 – 440.0), Hematokrit : 34.3%
(35.0 – 47.0)

IX. Therapi
• IVFD : RL + Proterine 2 ampul 18 tetes/menit
• Asam tranexamat 3x500 mg (IV)
• Folic Acid 1x1 (PO), Microgest 2x200 mg (PO)

22
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Abortus imminens) d.d pasien
mengeluh nyeri, pasien mengatakan kram perut bagian bawah menyebar
ke punggung.
2. Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (Abortus imminens) d.d
pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah ¼ pembalut,
Hematokrit : 34.3%.
3. Ansietas b.d krisis situasional (Abortus imminens) d.d pasien
mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi janinnya, pasien
tampak tegang.

C. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan (Pes) Hasil
15 1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis intervensi selama 1x7 Observasi
(Abortus imminens) jam maka tingkat nyeri 1. Monitor TTV
d.d pasien mengeluh menurun dengan 2. Identifikasi lokasi,
nyeri, pasien kriteria hasil : karakteristik, durasi,
mengatakan nyeri - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
perut bagian bawah menurun intensitas nyeri
menyebar ke 3. Identifikasi skala nyeri
punggung. 4. Identifikasi respon
nyeri non verbal
5. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan rasa
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik

23
7. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
8. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
9. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
15 2 Risiko perdarahan b.d Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
komplikasi kehamilan intervensi Observasi
(Abortus imminens) keperawatan selama 1. Monitor TTV
d.d pasien mengatakan 1x7 jam, maka tingkat 2. Monitor tanda dan
keluar darah/flek perdarahan menurun gejala perdarahan
berwarna merah ¼ dengan kriteria hasil : 3. Monitor nilai
pembalut, - Perdarahan vagina hematokrit/hemoglobin
Hematokrit : 34.3% menurun sebelum dan sesudah
- Hematokrit kehilangan darah
membaik Terapeutik
4. Pertahankan bed rest
selama perdarahan
5. Gunakan kasur
pencegah dekubitus
Edukasi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan

24
cairan untuk
menghindari konstipasi
7. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol darah,
jika perlu
15 3 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
situasional (Abortus intervensi Observasi
imminens) d.d pasien keperawatan selama 1. Monitor TTV
mengatakan cemas 1x7 jam, maka tingkat 2. Identifikasi saat tingkat
dan merasa khawatir ansietas menurun ansietas berubah (mis.
dengan kondisi dengan kriteria hasil : Kondisi, waktu,
janinnya, pasien - Verbalisasi stressor)
tampak tegang. khawatir akan 3. Monitor tanda-tanda
kondisi yang ansietas (vervan dan
dihadapi menurun non verbal)
Terapeutik
4. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
5. Pahami situasi yang
membuat ansietas
6. Dengarkan dengan
penuh perhatian
Edukasi
7. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu

25
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Waktu Dk. Nama Jelas
15/11/23 1 - Memonitor TTV
10.30 RH/ TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : Kel.2
36,5ºC, RR : 20x/menit
10.40 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
RH/ Pasien mengeluh nyeri
P : Abortus Imminens
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti di remas-remas
R : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
menyebar ke punggung
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
11.46 - Mengidentifikasi skala nyeri
RH/ Pasien mengatakan Skala nyeri 3
10.50 - Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
RH/ Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah
suhu acc dinaikkan
11.00 - Memfasilitasi istirahat dan tidur
RH/ Pasien tampak sudah istirahat dan tidur
13.00 - Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
RH/ Pasien mengatakan akan mencoba melakukan
Tarik napas dalam saat merasa nyeri

26
15/11/23 2 - Memonitor TTV
10.30 RH/ TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : Kel.2
36,5ºC, RR : 20x/menit
10.45 - Memonitor tanda dan gejala perdarahan
RH/ Pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna
merah ¼ pembalut
11.30 - Memonitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan
sesudah kehilangan darah
RH/ Hemoglobin : 11.9 g/dl, Hematokrit : 34.3%
12.00 - Menganjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
RH/ Pasien mengatakan sudah meningkatkan asupan
cairan
13.00 - Menganjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
RH/ Pasien mengatakan akan segera melapor jika
terjadi perdarahan lagi
13.40 - Pertahankan bed rest selama perdarahan
RH/ Pasien tampak bed rest
14.00 - Berkolaborasi pemberian obat pengontrol darah, jika
perlu
RH/ Pasien diberikan obat asam tranexamat 3x500 mg
(IV)
15/11/23 3 - Memonitor TTV
10.30 RH/ TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : Kel.2
36,5ºC, RR : 20x/menit
10.20 - Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stressor)
RH/ Kondisi : sedang, Waktu : jam 10 pagi, Stressor :
pasien merasa nyeri
11.22 - Memonitor tanda-tanda ansietas (vervan dan non
verbal)

27
RH/ Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir
dengan kondisi janinnya, pasien tampak tegang
11.25 - Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
RH/ Pasien tampak lebih nyaman setelah di ajak
berkomunikasi
13.20 - Melatih teknik relaksasi
RH/ Pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam yang di latih
oleh perawat

28
E. EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN)
No. Hari/ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
Dk. Tanggal/ (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
Jam
1 15/11/23 S :
14.30 - Pasien mengeluh nyeri Kel.2
P : Abortus Imminens
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti di remas-remas
R : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
menyebar ke punggung
S : Pasien mengatakan Skala nyeri 3
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah suhu
acc dinaikkan
- Pasien mengatakan akan mencoba melakukan Tarik
napas dalam saat merasa nyeri
O:
- TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : 36,5ºC,
RR : 20x/menit
- Pasien tampak sudah istirahat dan tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pindah ke ruang
perawatan umum lantai 5
2 15/11/23 S :
14.30 - Pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah Kel.2
¼ pembalut
- Pasien mengatakan akan segera melapor jika terjadi
perdarahan lagi
- Pasien mengatakan sudah meningkatkan asupan
cairan

29
O:
- TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : 36,5ºC,
RR : 20x/menit
- Pasien tampak bed rest
- Hemoglobin : 11.9 g/dl, Hematokrit : 34.3%
- Pasien diberikan obat asam tranexamat 3x500 mg (IV)
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pindah ke ruang
perawatan umum lantai 5
3 15/11/23 S :
14.30 - Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir Kel.2
dengan kondisi janinnya
- Pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam yang di latih
oleh perawat
O:
- Pasien tampak tegang
- Kondisi : sedang, Waktu : jam 10 pagi, Stressor :
pasien merasa nyeri
- Pasien tampak lebih nyaman setelah di ajak
berkomunikasi
- TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : 36,5ºC,
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pindah ke ruang
perawatan umum lantai 5

30
BAB 4

PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pembahasan Kasus


1) Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada Ny. L, kelompok kami melakukan
pengkajian berfokus kepada kebutuhan dasar aspek fisiologis dan psikologis
ibu abortus imminens dengan menggunakan teknik observasi, pemeriksaan
fisik, wawancara dan menggunakan catatan keperawatan maupun catatan
medis, sehingga di dapatkan data fokus sebagai data dasar meliputi data
subyektif dan data obyektif untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Data subyektif yang dan data obyektif yang didapatkan pada Ny. L
adalah pasien mengeluh keluar darah/flek ¼ pembalut, pasien mengeluh
nyeri, pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah dari jam 07.00 pagi,
nyeri hilang timbul, menyebar ke punggung dengan skala 3 seperti di remas-
remas. Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi
janinnya, pasien tampak tegang.
Terdapat kesenjangan antara teori abortus imminens dan pada kasus Ny.
L yaitu Menurut Prawirohardjo (2018) pada kehamilan kurang dari 8 minggu
villi koriales belum menembus desidua secara mendalam sehingga pada
umumnya perdarahan tidak terlalu banyak. Pada kasus Ny. L hamil usia 5
minggu dengan keluhan keluar darah/flek ¼ pembalut, sehingga terdapat
kesenjangan teori dan kasus yaitu pada usia <8 minggu perdarahan tidak
terlalu banyak.
Pada kasus Ny. L tanda dan gejala yang timbul akibat abortus imminens
adalah keluar darah/flek, nyeri perut bagian bawah menyebar ke punggung,
telah dilakukan tindakan inspekulo terdapat sisa darah +, tidak mengalir,
OUE tertutup. Terdapat kesenjangan antara gejala yang timbul pada Ny. L
dengan teori tanda dan gejala abortus imminens menurut Prawirohardjo
(2018) yaitu amenorea, dengan planotest test (+), vaginal spotting, keluarnya
darah minimal/ light, di ikuti nyeri abdomen (lower abdominal
pain/adominal cramping) dalam beberapa jam hingga hari setelah vaginal
spotting.

31
Nyeri biasanya terletak di anterior dan berirama seperti pada persalinan
biasa, serangan nyeri berupa nyeri pinggang bawah persisten, di sertai
perasaan tekanan pada panggul, atau bisa berupa nyeri tumpul pada daerah
simpisis pubis yang di sertai nyeri tekan di daerah uterus, konsepsi hidup,
Ostium uteri tertutup.

2) Diagnosa Keperawatan
Bersarkan hasil pengkajian, kelompok kami membandingkan masalah
keperawatannya yang ada pada Ny. L dengan abortus imminens hamil 5
minggu dan diagnosa yang ada pada landasan teoritis. Berdasarkan tinjauan
teori tentang abortus, diagnosa yang muncul menurut teori SDKI (2016)
adalah :
1) Nyeri akut b.d kontraksi uterus
2) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
3) Hipertermia b.d proses penyakit
4) Risiko syok
5) Risiko infeksi
Sedangkan diagnosa yang muncul pada Ny. L adalah :
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Abortus imminens) d.d pasien
mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah
menyebar ke punggung.
2) Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (Abortus imminens) d.d
pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah ¼ pembalut,
Hematokrit : 34.3.
3) Ansietas b.d krisis situasional (Abortus imminens) d.d pasien
mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi janinnya,
pasien tampak tegang.

3) Intervensi Keperawatan
Dalam penyususnan intervensi keperawatan yang direncanakan pada Ny.
M dengan Abortus, penulis membuat sesuai dengan prioritas masalah, tujuan
dan kriteria hasil. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Pada

32
perencanaan ini tidak jauh berbeda antara tinjauan teori yaitu digunakan
SLKI dan SIKI. Pada kasus Ny. L kelompok kami berpedoman penuh pada
SLKI serta SIKI yang telah direncanakan pada teori sehingga tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus. Tinjauan kasus yang dilaksanakan atas
dasar teori yang di buat BAB 2 dan intervensi yang diberikan disesuaikan
dengan kondisi pasien dan lingkungan.

4) Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam melakukan tindakan
keperawatan ± 7 jam dari 3 diagnosa yang dirumuskan kelompok kami pada
tahap perencanaan, semua intervensi dapat dilaksanakan pada kasus.

5) Evaluasi Keperawatan
Dalam mengevaluasi setiap masalah kelompok kami melakukan melalui
observasi langsung kepada pasien dan dari catatan keperawatan yang ada.
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
hasil proses pada kasus ini yang menunjang adanya kemauan adanya
kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi. Adapun hasil
evaluasi dari 3 diagnosa yang ditegakkan yaitu :
1) Nyeri akut belum teratasi karena pasien masih mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah menyebar ke punggung, sehingga pasien dari ruang
vk di pindahkan ke ruang perawatan umum lantai 5.
2) Risiko perdarahan belum teratasi karena pasien mengatakan keluar
darah/flek ¼ pembalut, pasien sudah diberikan terapi medis asam
tranexamat 3x500 mg (IV).
3) Ansietas belum teratasi karena pasien mengatakan cemas dan merasa
khawatir dengan kondisi bayinya, namun pasien merasa lebih tenang
setelah melakukan tarik napas dalam.

33
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Pada kasus yang kelompok
kami sudah lakukan pengkajian pasien mengeluh keluar darah/flek ¼ pembalut,
pasien mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah dari jam
07.00 pagi, nyeri hilang timbul, menyebar ke punggung dengan skala 3 seperti
di remas-remas. Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi
janinnya, pasien tampak tegang.
Dari keluhan pasien tersebut, kelompok kami mengangkat 3 diagnosa
prioritas yaitu :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Abortus imminens) d.d pasien
mengeluh nyeri, pasien mengatakan kram perut bagian bawah menyebar ke
punggung.
2. Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (Abortus imminens) d.d
pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah ¼ pembalut,
Hematokrit : 34.3%.
3. Ansietas b.d krisis situasional (Abortus imminens) d.d pasien mengatakan
cemas dan merasa khawatir dengan kondisi janinnya, pasien tampak
tegang.

Intervensi yang kelompok kami berikan sesuai dengan kondisi pasien yaitu
manajemen nyeri, pencegahan perdarahan dan reduksi ansietas. Implementasi
yang diberikan sesuai dengan intervensi yang sudah di rumuskan dan evaluasi
sesuai dengan hasil yang sudah di implementasikan ke pasien.

5.2 Saran
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan penanganan asuhan
keperawatan maternitas yang lebih cepat dan tepat kepada pasien-pasien yang
mengalami abortus imminens.

34
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M.B.F (2017). Nursing Diagnosis
Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis:
Elsevier.

Akbar, A. (2019). Faktor Penyebab Abortus di Indonesia Tahun 2010-2019 : Studi


Meta Analisis, 182–191

Carpernito-Moyet, L. J. (2016). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice.


14th Ed. Philadelphia: Lippincot Wiliams & wilkins.

Dharma, A. . G. K. S. (2015) ‘Faktor Resiko, Patogenesis, dan Penatalaksanaan


Abortus Imminens’, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 3(1), pp. 44–50.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Maryunani, d. (2016). Buku Praktis Kehamilan Dan Persalinan Patologis (Resiko


Tinggi dan Komplikasi) Dalam Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media.

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi IV. Jakarta: Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2018

Ratnasiwi, M, P (2020), Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan abortus


iminens, Kediri, Institut Kesehatan Bakti Wiyata .

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

35

Anda mungkin juga menyukai