Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.
L Dengan Abortus Imminens Di Ruang VK RS Hermina Tangerang ” ini dapat
terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Tujuan dibuatnya makalah ini, kami
harap dapat menambah pengetahuan kami lebih mendalam mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Ny. L Dengan Abortus Imminens Di Ruang VK RS Hermina
Tangerang, serta para pembaca dapat menambah pengetahuan.
Kami mengetahui bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami harapkan adanya kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat
memberikan kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua
pihak.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu,
diperkirakan 13% atau 67.000 kematian, diakibatkan oleh aborsi yang tidak
aman. 95% aborsi yang tidak aman, berlangsung di Negara berkembang dan
diperkirakan bahwa diseluruh dunia, 80.000 wanita meninggal tiap tahun akibat
komplikasi setelah aborsi, diperkirakan bahwa diantara 10% dan 50% dari
seluruh wanita yang mengalami aborsi yang tidak aman memerlukan pelayanan
medis akibat komplikasi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah aborsi
inkomplit, sepsis, hemoragi, dan cedera intra abdomen (Akbar, A, 2019).
Abortus imminens adalah suatu yang dicurigai bila terdapat pengeluaran
vagina yang mengandung darah, atau perdarahan pervaginam pada trimester
pertama kehamilan. Abortus imminens dapat atau tanpa disertai rasa mules
ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah.
Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut
berlangsung beberapa hari/ minggu (Ackley, 2017).
Dalam kondisi tersebut kehamilan masih mungkin berlanjut atau dapat
dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak terhenti, serviks tertutup, 3
uterus sesuai gestasi, nyeri melilin karena kontraksi tidak ada (Ackley, 2017).
Upaya yang bisa dilakukan yaitu tirah baring, pemberian hormone progesterone
: sebelumnya dipastikan dulu karena adanya kekurangan hormone progesterone,
USG : penentuan kondisi janin, pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab
abortus (Kemenkes RI, 2014).
Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-Hcg 1-2 bulan kemudian,
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu,
anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang sudah di paparkan, kelompok kami
tertarik untuk membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan Pada Ny. L
Dengan Abortus Imminens Di Ruang VK RS Hermina Tangerang.
2
4. Apa Saja Manifestasi Klinis Abortus ?
5. Apa Saja Faktor Risiko Abortus ?
6. Bagaimana Patofisiologi Abortus ?
7. Bagaimana Pathway Abortus ?
8. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Abortus ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Abortus ?
10. Apa Saja Komplikasi Abortus ?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan Abortus Imminens Di
Ruang VK RS Hermina Tangerang ?
2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Abrtus.
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Abortus.
3. Untuk Mengetahui Etiologi Abortus.
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Abortus.
5. Untuk Mengetahui Faktor Risiko Abortus.
6. Untuk Mengetahui Patofisiologi Abortus.
7. Untuk Mengetahui Pathway Abortus.
8. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Abortus.
9. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Abortus.
10. Untuk Mengetahui Komplikasi Abortus.
11. Untuk Menganalisis Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan Abortus
Imminens Di Ruang VK RS Hermina Tangerang.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Klasifikasi Abortus
1) Berdasarkan pelaksananya dibagi menjadi :
a. Keguguran terapeutik (abortus therapeuticus)
Abortus terapeutik adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah
sebelum janin mampu hidup (viabel) dan hampir 60% abortus terapeutik
dilakukan sebelum usia gestasi 8 minggu, dan 88% sebelum minggu ke-
12 kehamilan (Handono, 2019).
b. Keguguran buatan illegal (abortus provocatus criminalis)
Penguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh
hukum (Prawirohardjo, 2018).
2) Berdasarkan kejadian dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Abortus buatan Merupakan tindakan abortus yang sengaja dilakukan
sehingga kehamilan dapat diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi
dapat dilakukan berdasarkan :
- Indikasi medis
Menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu untuk dapat
menyelamatkan jiwanya. Indikasi medis tersebut di antaranya
penyakit jantung, ginjal atau hati yang berat, gangguan jiwa ibu
dengan dijumpai kelainan bawaan berat dengan pemeriksaan
ultrasonografi dan gangguan pertumbuhan perkembangan dalam
rahim.
- Indikasi sosial
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek sosial seperti
menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak
kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil, kehamilan yang
tidak diinginkan (Maryunani, 2016).
b. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus (Handono, 2019). Penghentian kehamilan sebelum
umur 20 minggu kehamilan lengkap dengan berat janin mati kurang lebih
500 gram. Usia 8 kehamilan dapat mempengaruhi kejadian abortus
spontan dimana sekitar 75% abortus terjadi sebelum usia 16 minggu dan
5
kira-kira 60% terjadi sebelum 12 minggu. Paling sedikit 80% dari seluruh
kehamilan berakhir secara spontan sebelum wanita yang bersangkutan
atau tenaga kesehatan menyadari adanya kehamilan (Maryunani, 2016).
3) Berdasarkan gambaran klinis, abortus spontan dibagi menjadi :
a. Keguguran mengancam (abortus imminens)
Perdarahan intrauterine pada umur kurang dari 20 minggu kehamilan
lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa dilatasi serviks dan
tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi
harus diperlihatkan adanya janin yang menunjukkan tanda-tanda
kehidupan misalnya adanya denyut jantung atau gerakan janin. Pada
abortus imminens ini hasil kehamilan yang belum viabel berada dalam
bahaya tetapi kehamilan terus berlanjut (Maryunani, 2016).
b. Keguguran tak terhalangi (abortus insipiens)
Merupakan perdarahan intrauterine sebelum kehamilan lengkap 20
minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran hasil
konsepsi. Pada abortus insipiens, kemungkinan terjadi pengeluaran
sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan cepat (Maryunani, 2016).
Dapat dianggap abortus insipiens jika ada dua atau lebih tanda-tanda
berikut :
- Penipisan serviks derajat sedang.
- Dilatasi serviks kurang dari 3 cm.
- Pecah selaput ketuban.
- Perdarahan lebih dari 7 hari.
- Kram menetap meskipun diberikan analgesik.
- Tanda-tanda penghentian kehamilan (misalnya, ada mistalgia).
c. Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus)
Abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta
biasanya keluar bersama-sama. Bila kehamilan lebih besar akan terjadi
sisa kehamilan. Perdarahan pervaginam adalah gejala awal, bila jaringan
plasenta tertahan perlu dilakukan tindakan digital atau kuretase. Bila
terjadi perdarahan masif dapat terjadi syok hipovolemik (Maryunani,
2016).
6
d. Keguguran lengkap (abortus kompletus)
Pengeluaran semua hasil konsepsi dengan umur kurang dari 20 minggu
kehamilan lengkap. Seluruh hasil konsepsi sudah keluar dan rasa sakit
berhenti tetapi perdarahan bercak akan menetap selama beberapa hari
(Maryunani, 2016).
e. Keguguran berulang (abortus habitualis)
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut sebanyak tiga kali atau lebih
tanpa diketahui sebab yang jelas. Penyebab terjadinya abortus habitualis
berkaitan dengan penyebab umum seperti faktor genetik, faktor
hormonal, faktor plasenta, dan faktor infeksi. Dan dugaan penyebab
khusus yaitu adanya serviks yang inkompeten dan terdapat reaksi
immunologis (Maryunani, 2016).
f. Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiosa)
Akibat tindakan abortus provokatus kriminalis oleh tenaga yang tidak
terlatih atau dukun. Sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan
dilakukan dengan cara tidak legeartis. Keguguran dengan infeksi
memerlukan tindakan medis khusus (Maryunani, 2016).
g. Keguguran tertunda (missed abortion)
Terhentinya proses kehamilan muda pada embrio atau janin berumur
kurang dari 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam rahim selama
lebih dari 6-8 minggu. Rasa sakit dan nyeri tekan tidak dirasakan oleh ibu
hamil, serviks agak kaku dan sedikit terbuka, uterus mengecil dan
melunak secara irregular. Komplikasi dapat terjadi pada missed abortus
seperti gangguan pembekuan darah karena intravaskuler koagulasi yang
diikuti hemolisis sehingga terjadinya penurunan fibrinogen sampai
bahaya perdarahan spontan (Maryunani, 2016).
h. Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)
Kehamilan yang patologi dimana mudigah dan kantong kuning telur tidak
terbentuk sejak awal kehamilan namun kantong gestasi tetap terbentuk.
Kelainan ini merupakan kehamilan yang dapat berkembang walaupun
tidak ada janin di dalamnya. Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi
abortus spontan (Maryunani, 2016).
7
2.3 Etiologi Abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian.
Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai
berikut :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kelainan dalam kematian
mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut : Kelainan kromosom,
Lingkungan kurang sempurna dan Pengaruh dari luar (Prawirohardjo,
2018).
2) Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun (Prawirohardjo, 2018).
3) Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dan
lain lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau
plasmodium dapat melalui plasenta ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus (Prawirohardjo, 2018).
4) Kelainan traktus genitalis
Retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion
uteri gravida inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester kedua ialah servik inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi servik
berlebihan, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit
(Prawirohardjo, 2018).
5) Kelainan endokrin (hipertiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteron).
6) Trauma, gangguan nutrisi dan Stress psikologis (Prawirohardjo, 2018).
8
2.4 Manifestasi klinis Abortus
Gejala yang dapat muncul akibat abortus imminens antara lain :
1) Perdarahan dari vagina pada 20 minggu pertama masa kehamilan.
2) Kram perut
3) Nyeri pinggang
4) Rasa tertekan di pinggang
5) Nyeri punggung dan kram perut dapat terjadi secara terus-menerus atau
hilang dan timbul. Jika kondisi makin memburuk, gumpalan darah dapat
keluar dari vagina (S. Prawirohardjo (2018).
9
4) Sosial ekonomi (pendapatan)
Sosial ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan pendapatan
keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan dan
pemenuhan zat gizi. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada kondisi saat
kehamilan yang berisiko pada kejadian abortus. Selain itu pendapatan juga
mempengaruhi kemampuan dalam mengakses pelayanan kesehatan,
sehingga adanya kemungkinan risiko terjadinya abortus dapat terdeteksi
(Dharma, 2015).
5) Pendidikan
Pendidikan yang rendah membuat seseorang acuh tak acuh terhadap
program kesehatan sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin
terjadi, meskipun sarana kesehatan telah tersedia namun belum tentu
mereka mau menggunakannya (Dharma, 2015).
6) Infeksi
Penyakit infeksi pada ibu hamil dapat menjadi faktor risiko terjadinya
abortus karena infeksi dapat menyebabkan peradangan dan stres pada tubuh
ibu hamil. Infeksi yang tidak diobati atau tidak dikendalikan dengan baik
dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan, seperti infeksi pada janin,
plasenta, atau rahim (Dharma, A. . G. K. S. (2015).
10
minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta
yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap (Dharma A.A. Gde Kiki Sanjaya, 2015).
Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan
Risiko Perdarahan
Risiko infeksi
Kekurangan
volume cairan Sumber : Dharma, (2015)
11
4.1 Pemeriksaan Penunjang Abortus
1) Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
b. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
d. Ostium uteri internum (OUE) tertutup
e. Gestasional sac (GS) masih utuh sehinnga tidak ada cairan amnion
ataupun jaringan yang keluar (Ratnasiwi, M, P, 2020).
2) Data laboratorium
a. Tes urine
b. Hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%)
dan hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%)
c. Menghitung trombosit
d. Kultur darah dan urine (Ratnasiwi, M, P, 2020).
12
2) Periksa tanda-tanda vital (suhu, nadi dan pernafasan).
3) Kolaborasi dalam pemberian sedativa (untuk mengurangi rasa sakit dan rasa
cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematik (seperti sulfat ferosus
atau tablet besi).
4) Hindarkan intercose.
5) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6) Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat (Dharma, 2015).
13
3) Infeksi
Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.
Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda
infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan dan leukositosis
(Ratnasiwi, M, P, 2020).
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok Endoseptik) (Ratnasiwi, M, P, 2020).
14
BAB 3
TINJAUAN KASUS
15
Pasien mengatakan pernah memakai KB IUD pada tahun 2021-2022,
selama pemakaian pasien mengatakan tidak ada keluhan. Saat hamil biasanya
pasien mengkonsumsi vitamin. Hasil pemeriksaan fisik pasien : Rambut pasien
merata, tidak mudah dicabut, tidak rontok, warna hitam, bersih. Wajah pasien
simetris, penglihatan pasien jelas, konjungtiva an anemis, sclera warna putih,
pupil simetris, bola mata simetris.
Telinga : pendengaran jelas, hidung pasien warna mukosanya pink, bibir
warna merah, simetris, lembab, gigi bersih, lidah warna pink, tidak ada
pembengkakan tonsil. Leher pasien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, bentuk dada simetris, tidak ada retraksi, payudara simetris, puting susu
menonjol, hiperpigmentasi areola, tidak ada lesi. Paru pasien vesikuler, bunyi
teratur, tidak ada pembesaran KGB.
Abdomen pasien membuncit, ada striae dan linea gravidarum, tidak ada
jaringan parut, verika urinaria tidak teraba keras, bising usus 15x/menit, TFU
belum teraba, DJJ belum ada. Genitalia dan anus bersih, kekuatan ekstremitas
atas dan bawah normal. Kulit lembab dan licin, refleks patela +.
Hasil pemeriksaan penunjang : USG : TUS : TUS: GS (+) ~ 0.88 cm ~ 5w0d
TP: 17-7-2023, subchorionic bleeding (+). Hasil LAB Hematologi Rutin 1 :
Hemoglobin : 11.9 g/dl (11.7 – 15.5), Leukosit : 8.28 10^3/uL (3.6 – 11.0),
Trombosit : 275 10^3/uL (150.0 – 440.0), Hematokrit : 34.3% (35.0 – 47.0).
Terapi yang diberikan kepada pasien selama di ruang VK adalah IVFD : RL
+ Proterine 2 ampul 18 tetes/menit, Asam tranexamat 3x500 mg (IV), Folic
Acid 1x1 (PO), Microgest 2x200 mg (PO).
16
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus
II. Anamnesis
1) Keluhan utama : Pasien datang dari rumah ke ruang VK RS Hermina
Tangerang pada jam 09.00 dengan usia kehamilan 5 minggu, G2P1A0,
pasien mengeluh keluar darah/flek ¼ pembalut, pasien mengeluh nyeri,
pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah dari jam 07.00 pagi, nyeri
hilang timbul, menyebar ke punggung dengan skala 3 seperti di remas-
remas. Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi
janinnya, pasien tampak tegang. Hasil TTV : TD : 101/61 mmHg, N :
86x/menit, S : 36,5ºC, RR : 20x/menit, akral hangat, telah dilakukan
tindakan inspekulo terdapat sisa darah +, tidak mengalir, OUE tertutup.
Dilakukan rencana kolaborasi pemeriksaan USG oleh dokter.
2) HPHT : 07 Oktober 2023, Taksiran Partus : 16 Juli 2024, Haid
sebelumnya : September, Perkawinan 1 kali, Lamanya 4 tahun,
Menarche usia : 15 tahun, haid teratur/tidak, siklus 25 hari
3) Penyakit penyakit selama kehamilan : Ada / Tidak Anemi Vitium
cordis Diabetes Hipertensi TBC □ Hepatitis ACA ISK Infeksi
pernah, RI Diagnosa
4) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada Ada , sebutkan :
17
5) Riwayat operasi : Ada / Tidak , jenis op Ganglion, SC tahun 2018 dan
2020 tempat RS Siloam, RS Karunia Bunda
6) Komplikasi kehamilan sebelumnya : Ada / Tidak HAP HPP
PEB/PER/Eklamsi lain-lain
7) Riwayat imunisasi : TT I √ TT II TT III Tidak pernah
8) Alergi obat, makanan : Obat : Tidak ada □ Ada , sebutkan
Makanan : Tidak ada □ Ada , sebutkan
9) Golongan darah ibu : A B O AB Rh Positif Negatif
10) Golongan darah suami : A B O AB Rh Positif Negatif
11) Pekerjaan pasien : □ PNS/ TNI/ POLRI Swasta □ Pensiun
□ Pelajar/Mahasiswa □ Lain-lain :
12) Pekerjaan suami/penanggung jawab : □ PNS/ TNI/ POLRI Swasta
□ Pensiun Lain-lain
13) Pendidikan pasien : Tidak Terkaji □ SD □ SMP □ SLTA □ Akademi/PT
Pasca sarjana □ Lain-lain :
14) Pendidikan suami/penanggung jawab : Tidak Terkaji □ SD □ SMP
□ SLTA □ Akademi/ PT Pasca sarjana □ Lain-lain :
15) Sosial, spiritual, nilai kepercayaan, suku budaya :
a. Tinggal bersama : Suami □ Orang tua/ mertua □ Lain-lain
b. Agama : Islam □ Kristen □ Protestan □ Katholik □ Hindu □Budha
□ Konghucu , Memerlukan pelayanan kerohanian : □ Ya □ Tidak
c. Nilai-nilai kepercayaan pasien/keluarga : □ Ada Tidak ada , jika
ya sebutkan
d. Suku, budaya : Jawa
16) Riwayat persalinan dan nifas : G2P1A0 (Multigravida, Pernah
melahirkan 1x dan tidak pernah abortus)
No Tgl,Bln,Thn Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit Anak
Persalinan Persalinan Kehamilan Persalinan Kehamilan
Persalinan,
Nifas
Jenis BB/PB Keadaan
Kel
1 21 Juli 2020 RS Karunia 37 minggu SC Dokter PK 2 P BB : 3 Kg Normal
Bunda memanjang, PB : 50 cm (menangis)
air ketuban Sehat
berkurang
2 Hamil ini 5 minggu
18
17) Riwayat KB
No Jenis KB Tahun Lama Keluhan
Pemakaian pemakaian
1 IUD 2021-2022 1 tahun Tidak ada keluhan
Kepala
Rambut - Penyebaran merata ( ), tidak ( )
kunang ( ) , perih ( )
- Konjungtiva : pucat ( ) an anemis ( ) lesi ( )
sekresi ( )
- Sclera : warna putih
- Reaksi pupil : simetris ( ), tidak ( )
19
), nyeri ( ) , Serumen: ada ( )
Hidung - Sekresi ( ), Pembengkakan ( ), warna mukosa: pink
kaku ( )
- Bau mulut: Urium ( ), amoniak ( ), aceton ( ), busuk ( ),
alkohol ( )
- Pembesaran tonsil : ada ( ), tidak ( )
tidak ( )
- Paru : vesikuler ( ) bronkovesikuler ( ), wheezing ( ),
ronchi ( )
- Jantung : bunyi teratur ( ), tidak ( )
- Ketiak : pembesaran KGB ( ), tidak ( )
20
Abdomen - Bentuk : datar/flat ( ), membuncit/protuberant ( ),
- Striae ( ) Striae gravidarum
- Leopold II : -
- Leopold IV : -
Nyeri: ya/tidak
Ekstrimitas - Kekuatan otot : 5555/5555
Atas - Pergerakan segala arah: ya, tidak,........................
Ekstrimitas - Pergerakan segala arah: ya, tidak,.......................
bawah - Bentuk : simetris ( ), tidak ( )
- Pembengkakan lipat paha: ada ( ), tidak ( )
- Perabaan: panas ( ) dingin ( ) normal ( )
- Edema ( ), varises ( ), refleks patela ( )
- Refleks patela: ( )
Kulit - Turgor: menurun ( ), lembab ( ) , kering ( )
- Lesi ( )
21
IV. Asesmen Nyeri : Tidak ada Ada, Dengan skala nyeri NRS/ VAS,
deskripsi
• Provokes : □ Benturan □ Kehamilan / kontraksi □ Proses persalinan, □
Lain-lain : Abortus imminens
• Quality : □ Seperti tertusuk-tusuk benda tajam/ tumpul □ Berdenyut
□ Terbakar □ Tertindih benda berat Diremas □ Terplintir □ Teriris –
teriris □ Lain-lain
• Region : □ Lokasi : Perut bagian bawah Menyebar : Ya
□ Tidak Ya : Ke punggung
• Severity : □ VAS/NRS, Score : 3 Time/durasi nyeri : hilang timbul
Lanjut asesmen lanjutan nyeri dan intervensi sesuai kondisi / jika
ada keluhan nyeri
V. Status Psikologis : □ Tenang □ Marah □ Sedih Cemas □ Depresi
□ Hiperaktif □ Lain-lain
VI. Asesmen Gizi : IMT : 19,6 Kg/m2
VII. Asesmen Gizi Ibu hamil
Kenaikan BB selama hamil : < 10 Kg 10-12 Kg 12-16 Kg >16 Kg
LILA : 24 cm
IX. Therapi
• IVFD : RL + Proterine 2 ampul 18 tetes/menit
• Asam tranexamat 3x500 mg (IV)
• Folic Acid 1x1 (PO), Microgest 2x200 mg (PO)
22
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Abortus imminens) d.d pasien
mengeluh nyeri, pasien mengatakan kram perut bagian bawah menyebar
ke punggung.
2. Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (Abortus imminens) d.d
pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah ¼ pembalut,
Hematokrit : 34.3%.
3. Ansietas b.d krisis situasional (Abortus imminens) d.d pasien
mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi janinnya, pasien
tampak tegang.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan (Pes) Hasil
15 1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis intervensi selama 1x7 Observasi
(Abortus imminens) jam maka tingkat nyeri 1. Monitor TTV
d.d pasien mengeluh menurun dengan 2. Identifikasi lokasi,
nyeri, pasien kriteria hasil : karakteristik, durasi,
mengatakan nyeri - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
perut bagian bawah menurun intensitas nyeri
menyebar ke 3. Identifikasi skala nyeri
punggung. 4. Identifikasi respon
nyeri non verbal
5. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan rasa
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
Terapeutik
23
7. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
8. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
9. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
15 2 Risiko perdarahan b.d Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
komplikasi kehamilan intervensi Observasi
(Abortus imminens) keperawatan selama 1. Monitor TTV
d.d pasien mengatakan 1x7 jam, maka tingkat 2. Monitor tanda dan
keluar darah/flek perdarahan menurun gejala perdarahan
berwarna merah ¼ dengan kriteria hasil : 3. Monitor nilai
pembalut, - Perdarahan vagina hematokrit/hemoglobin
Hematokrit : 34.3% menurun sebelum dan sesudah
- Hematokrit kehilangan darah
membaik Terapeutik
4. Pertahankan bed rest
selama perdarahan
5. Gunakan kasur
pencegah dekubitus
Edukasi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan
24
cairan untuk
menghindari konstipasi
7. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol darah,
jika perlu
15 3 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
situasional (Abortus intervensi Observasi
imminens) d.d pasien keperawatan selama 1. Monitor TTV
mengatakan cemas 1x7 jam, maka tingkat 2. Identifikasi saat tingkat
dan merasa khawatir ansietas menurun ansietas berubah (mis.
dengan kondisi dengan kriteria hasil : Kondisi, waktu,
janinnya, pasien - Verbalisasi stressor)
tampak tegang. khawatir akan 3. Monitor tanda-tanda
kondisi yang ansietas (vervan dan
dihadapi menurun non verbal)
Terapeutik
4. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
5. Pahami situasi yang
membuat ansietas
6. Dengarkan dengan
penuh perhatian
Edukasi
7. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
25
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Waktu Dk. Nama Jelas
15/11/23 1 - Memonitor TTV
10.30 RH/ TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : Kel.2
36,5ºC, RR : 20x/menit
10.40 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
RH/ Pasien mengeluh nyeri
P : Abortus Imminens
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti di remas-remas
R : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
menyebar ke punggung
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
11.46 - Mengidentifikasi skala nyeri
RH/ Pasien mengatakan Skala nyeri 3
10.50 - Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
RH/ Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah
suhu acc dinaikkan
11.00 - Memfasilitasi istirahat dan tidur
RH/ Pasien tampak sudah istirahat dan tidur
13.00 - Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
RH/ Pasien mengatakan akan mencoba melakukan
Tarik napas dalam saat merasa nyeri
26
15/11/23 2 - Memonitor TTV
10.30 RH/ TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : Kel.2
36,5ºC, RR : 20x/menit
10.45 - Memonitor tanda dan gejala perdarahan
RH/ Pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna
merah ¼ pembalut
11.30 - Memonitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan
sesudah kehilangan darah
RH/ Hemoglobin : 11.9 g/dl, Hematokrit : 34.3%
12.00 - Menganjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
RH/ Pasien mengatakan sudah meningkatkan asupan
cairan
13.00 - Menganjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
RH/ Pasien mengatakan akan segera melapor jika
terjadi perdarahan lagi
13.40 - Pertahankan bed rest selama perdarahan
RH/ Pasien tampak bed rest
14.00 - Berkolaborasi pemberian obat pengontrol darah, jika
perlu
RH/ Pasien diberikan obat asam tranexamat 3x500 mg
(IV)
15/11/23 3 - Memonitor TTV
10.30 RH/ TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : Kel.2
36,5ºC, RR : 20x/menit
10.20 - Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stressor)
RH/ Kondisi : sedang, Waktu : jam 10 pagi, Stressor :
pasien merasa nyeri
11.22 - Memonitor tanda-tanda ansietas (vervan dan non
verbal)
27
RH/ Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir
dengan kondisi janinnya, pasien tampak tegang
11.25 - Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
RH/ Pasien tampak lebih nyaman setelah di ajak
berkomunikasi
13.20 - Melatih teknik relaksasi
RH/ Pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam yang di latih
oleh perawat
28
E. EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN)
No. Hari/ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
Dk. Tanggal/ (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
Jam
1 15/11/23 S :
14.30 - Pasien mengeluh nyeri Kel.2
P : Abortus Imminens
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti di remas-remas
R : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
menyebar ke punggung
S : Pasien mengatakan Skala nyeri 3
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah suhu
acc dinaikkan
- Pasien mengatakan akan mencoba melakukan Tarik
napas dalam saat merasa nyeri
O:
- TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : 36,5ºC,
RR : 20x/menit
- Pasien tampak sudah istirahat dan tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pindah ke ruang
perawatan umum lantai 5
2 15/11/23 S :
14.30 - Pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah Kel.2
¼ pembalut
- Pasien mengatakan akan segera melapor jika terjadi
perdarahan lagi
- Pasien mengatakan sudah meningkatkan asupan
cairan
29
O:
- TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : 36,5ºC,
RR : 20x/menit
- Pasien tampak bed rest
- Hemoglobin : 11.9 g/dl, Hematokrit : 34.3%
- Pasien diberikan obat asam tranexamat 3x500 mg (IV)
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pindah ke ruang
perawatan umum lantai 5
3 15/11/23 S :
14.30 - Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir Kel.2
dengan kondisi janinnya
- Pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah
melakukan teknik relaksasi napas dalam yang di latih
oleh perawat
O:
- Pasien tampak tegang
- Kondisi : sedang, Waktu : jam 10 pagi, Stressor :
pasien merasa nyeri
- Pasien tampak lebih nyaman setelah di ajak
berkomunikasi
- TTV : TD : 101/61 mmHg, N : 86x/menit, S : 36,5ºC,
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dihentikan, pasien pindah ke ruang
perawatan umum lantai 5
30
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS
31
Nyeri biasanya terletak di anterior dan berirama seperti pada persalinan
biasa, serangan nyeri berupa nyeri pinggang bawah persisten, di sertai
perasaan tekanan pada panggul, atau bisa berupa nyeri tumpul pada daerah
simpisis pubis yang di sertai nyeri tekan di daerah uterus, konsepsi hidup,
Ostium uteri tertutup.
2) Diagnosa Keperawatan
Bersarkan hasil pengkajian, kelompok kami membandingkan masalah
keperawatannya yang ada pada Ny. L dengan abortus imminens hamil 5
minggu dan diagnosa yang ada pada landasan teoritis. Berdasarkan tinjauan
teori tentang abortus, diagnosa yang muncul menurut teori SDKI (2016)
adalah :
1) Nyeri akut b.d kontraksi uterus
2) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
3) Hipertermia b.d proses penyakit
4) Risiko syok
5) Risiko infeksi
Sedangkan diagnosa yang muncul pada Ny. L adalah :
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Abortus imminens) d.d pasien
mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah
menyebar ke punggung.
2) Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (Abortus imminens) d.d
pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah ¼ pembalut,
Hematokrit : 34.3.
3) Ansietas b.d krisis situasional (Abortus imminens) d.d pasien
mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi janinnya,
pasien tampak tegang.
3) Intervensi Keperawatan
Dalam penyususnan intervensi keperawatan yang direncanakan pada Ny.
M dengan Abortus, penulis membuat sesuai dengan prioritas masalah, tujuan
dan kriteria hasil. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Pada
32
perencanaan ini tidak jauh berbeda antara tinjauan teori yaitu digunakan
SLKI dan SIKI. Pada kasus Ny. L kelompok kami berpedoman penuh pada
SLKI serta SIKI yang telah direncanakan pada teori sehingga tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus. Tinjauan kasus yang dilaksanakan atas
dasar teori yang di buat BAB 2 dan intervensi yang diberikan disesuaikan
dengan kondisi pasien dan lingkungan.
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam melakukan tindakan
keperawatan ± 7 jam dari 3 diagnosa yang dirumuskan kelompok kami pada
tahap perencanaan, semua intervensi dapat dilaksanakan pada kasus.
5) Evaluasi Keperawatan
Dalam mengevaluasi setiap masalah kelompok kami melakukan melalui
observasi langsung kepada pasien dan dari catatan keperawatan yang ada.
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
hasil proses pada kasus ini yang menunjang adanya kemauan adanya
kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi. Adapun hasil
evaluasi dari 3 diagnosa yang ditegakkan yaitu :
1) Nyeri akut belum teratasi karena pasien masih mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah menyebar ke punggung, sehingga pasien dari ruang
vk di pindahkan ke ruang perawatan umum lantai 5.
2) Risiko perdarahan belum teratasi karena pasien mengatakan keluar
darah/flek ¼ pembalut, pasien sudah diberikan terapi medis asam
tranexamat 3x500 mg (IV).
3) Ansietas belum teratasi karena pasien mengatakan cemas dan merasa
khawatir dengan kondisi bayinya, namun pasien merasa lebih tenang
setelah melakukan tarik napas dalam.
33
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Pada kasus yang kelompok
kami sudah lakukan pengkajian pasien mengeluh keluar darah/flek ¼ pembalut,
pasien mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah dari jam
07.00 pagi, nyeri hilang timbul, menyebar ke punggung dengan skala 3 seperti
di remas-remas. Pasien mengatakan cemas dan merasa khawatir dengan kondisi
janinnya, pasien tampak tegang.
Dari keluhan pasien tersebut, kelompok kami mengangkat 3 diagnosa
prioritas yaitu :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Abortus imminens) d.d pasien
mengeluh nyeri, pasien mengatakan kram perut bagian bawah menyebar ke
punggung.
2. Risiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan (Abortus imminens) d.d
pasien mengatakan keluar darah/flek berwarna merah ¼ pembalut,
Hematokrit : 34.3%.
3. Ansietas b.d krisis situasional (Abortus imminens) d.d pasien mengatakan
cemas dan merasa khawatir dengan kondisi janinnya, pasien tampak
tegang.
Intervensi yang kelompok kami berikan sesuai dengan kondisi pasien yaitu
manajemen nyeri, pencegahan perdarahan dan reduksi ansietas. Implementasi
yang diberikan sesuai dengan intervensi yang sudah di rumuskan dan evaluasi
sesuai dengan hasil yang sudah di implementasikan ke pasien.
5.2 Saran
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan penanganan asuhan
keperawatan maternitas yang lebih cepat dan tepat kepada pasien-pasien yang
mengalami abortus imminens.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M.B.F (2017). Nursing Diagnosis
Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis:
Elsevier.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
35