Anda di halaman 1dari 459

Kumpulan Kasus Stase 1

Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


All rights reserved

Penyusun:
1. Hidayani, AMKeb, SKM, MKM
2. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb
3. Rizkiana Putri, S.Tr.Keb., M.Keb
4. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes
5. Agussanti Br Ginting, S.ST, M.Kes
6. Ernita Prima Noviyani, SST., M.Kes.
7. Rita Ayu Yolandia, SST., MKM
8. Madinah Munawaroh, SST., MKM
9. Ratna Wulandari, SST., MKM

Editor:
1. Dewita Rahmatul Amin, S.Tr.keb., M.Tr.Keb.
2. Fenni Valianda Amelia Ramadhan, S.Tr.keb., M.Tr.Keb.

Ukuran : 16 x 21,5 cm
Halaman 458

ISBN : 000-000-00000-0-
0 (dalam pengajuan)EDISI :
Januari 2023
Penerbit : UIMA PRESS

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 1
TIM PENYUSUN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2023

Anggota :
10. Hidayani, AMKeb, SKM, MKM
11. Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb
12. Rizkiana Putri, S.Tr.Keb., M.Keb
13. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes
14. Agussanti Br Ginting, S.ST, M.Kes
15. Ernita Prima Noviyani, SST., M.Kes.
16. Rita Ayu Yolandia, SST., MKM
17. Madinah Munawaroh, SST., MKM
18. Ratna Wulandari, SST., MKM

Editor :
1. Dewita Rahmatul Amin
2. Fenni Valianda Amelia Ramadhan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan

KaruniaNya penulis dapat menyelesaikan Buku Kumpulan Studi Kasus Asuhan

Kebidanan Pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir.

Dengan adanya buku ini diharapkan dapat memudahkan semua pihak untuk

mengetahui dan memahami asuhan kebidanan yang dapat mendukung ilmu dan

pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan buku

hingga selesai. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya ini penulis sampaikan

kepada seluruh tim yang terlibat.

Jakarta, Februari 2023

Tim Penyusun

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 3
DAFTAR ISI

Cover ......................................................................................................................... 1
Tim Penyusun ............................................................................................................ 2
Kata Pengantar .......................................................................................................... 3
Daftar Isi.................................................................................................................... 4
Asuhan Kebidanan Pada Ny T 34 Tahun Dengan Retensio Plasenta Di BPM
Fitriah Muhammad Kabupaten Bogor ....................................................................... 5
Asuhan Kebidanan Pada Ny I Usia 26 Tahun G2P1A0 Parturien Aterm Dengan
Managemen Nyeri Persalinan Kala I Di PMB Eva Nuraeni .................................... 75
Asuhan Kebidanan Pada Ny A P2A0 6 Jam Post Partum ....................................... 129
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By Ny I Dengan Konseling PMK Dan
Perawatan Bayi Baru Lahir Dirumah ...................................................................... 179
Asuhan Kebidanan Pada Ny S G1P0A0 UK 39 – 40 Minggu Dengan Ketuban
Pecah Dini Di PMB Ny L Desa Sukaluyu Kec Cikadu Kab Cianjur Pada Tahun
2021 ......................................................................................................................... 202
Asuhan Kebidanan Pada Ny R G2P1A0 Hamil 36 Minggu Dengan Letak
Sungsang Di PMB Ai Gunarsih Desa Benteng Kec Ciampea Kab Bogor .............. 217
Asuhan Kebidanan Pada Ny R G2P1A0 Hamil 36 Minggu Dengan Kehamilan
Letak Sungsang Di PMB Hj Ida Adawiah .............................................................. 356
Asuhan Kebidanan Pada Ny. D. P2a0 Dengan Retensio Plasenta Di Praktik
Mandiri Bidan Sarinah ............................................................................................ 295
Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Dengan Kekurangan Energi Kronik (Kek) Di
Ruang Kia Puskesmas Nanggung ........................................................................... 425

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 4
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. T 34 TAHUN DENGAN RETENSIO

PLASENTA DI BPM FITRIAH MUHAMMAD KABUPATEN BOGOR

Fitriah Muhammad 1 , Agus Santi br Ginting 2


1,2 Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) menargetkan pada tahun 2030,
mengurangi rasio kematian ibu secara global menjadi kurang dari 70 per
100.000 kelahiran hidup. Tahun 2015 sekitar 830 wanita meninggal setiap hari
karena komplikasi kehamilan atau melahirkan dengan rasio kematian ibu dari
216 per 100.000 kelahiran hidup (WHO 2017)1 Kematian ibu menurut definisi
WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, tiap hari karena komplikasi kehamila atau melahirkan
dengan rasio kematian ibu dari 216 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017)
akibat semua sebab yang terkait dengan yang terkait dengan atau diperberat
oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
kecelakaan/cidera.
Berdasarkan Survey Penduduk antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 AKI di
Indonesia yaitu sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup.2 AKI menurut
Profil Kesehatan Jawa Barat pada tahun 2015 untuk wilayah Jawa Barat
sejumlah 823 kematian, selain itu dinyatakan juga bahwa penyumbang terbesar
kematian ibu di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor dimana terjadi 63 kasus
pada tahun 2015.3 Penyebab kematian ibu di Indonesia terbesar terjadi karena
hipertensi dan pre eklamsi berat (PEB) (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama
(1,8%), abortus (0,0%), perdarahan (30,3%) dan penyebab lainnya (40,8%). 4
Perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan muda, kehamilan lanjut,
persalinan maupun pasca persalinan. Perdarahan pada saat persalinan dapat
terjadi karena koagulopati (kegagalan pembekuan darah) dan ruptur uteri. Pada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 5
pasca persalinan dapat terjadi karena atonia uteri, robekan serviks, vagina, dan
perineum, sisa plasenta, perdarahan pasca persalinan tertunda (sekunder), dan
juga dapat terjadi karena retensio plasenta.10
Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir. 5 Retensio plasenta
dapat terjadi karena usia kehamilan yang kurang bulan, kontraksi rahim
yanglemah, dan tindakan manajemen aktif kala III yang tidak benar. 6 Adapun
faktor penyebab lain terjadinya retensio plasenta yaitu usia ibu < 20 tahun dan
> 35 tahun, overdistensi rahim, seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau
bayi besar, partus lama atau persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi, partus presipitatus, kotiledon
tertinggal, riwayat atonia uteri, plasenta akreta, inkreta dan perkreta, gangguan
koagulopati seperti anemia dan hipofibrinogenemi.7
Retensio plasenta juga dapat dipengaruhi oleh paritas ibu. Hasil penelitian
Khotijah dan Tri Anasari menunjukkan bahwa ibu bersalin yang paritasnya
berisiko (>4) sebagian besar berisiko retensio plasenta.8 Retensio Plasenta
dapat menyebabkan komplikasi dalam persalinan yaitu syok neurogenik, dapat
terjadi plasenta inkarserata, infeksi karena sebagai benda mati, dan perdarahan
pasca partum yang dapat mengancam jiwa ibu serta perdarahan yang hebat
hingga memerlukan transfusi darah bahkan adanya kematian.9
Menurut data yang diperoleh dari Bidan Praktik Mandiri (BPM) Bidan
Fitriah Muhammad pada bulan 1 Januari 2021 – 23 April angka kejadian
Retensio Plasenta yaitu sebanyak 3 orang dari 60 kelahiran hidup atau sebesar
0,05 %.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai Retensio Plasenta serta penangannya melalui penyusunan Seminar
kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny.T usia 34 tahun dengan
Retensio Plasenta di BPM Bidan Fitriah Muhammad Kabupaten Bogor”

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 6
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Melaksanakan manajemen asuhan kebidanan secara


komprehensif dan tepat baik pada masa intranatal maupun
postnatal pada kasus Retensio Plasenta.

2. Tujuan Khusus

a. Diperoleh data subjektif pada Ny. T 34 th dengan retensio plasenta di


Ruang Bersalin BPM Bidan Fitriah Muhammad

b. Diperoleh data objektif melalui pemeriksaan fisik pada Ny. T dengan


retensio plasenta di Ruang Bersalin BPM Bidan Fitriah Muhammad.

c. Ditegakkan analisa pada Ny. T dengan retensio plasenta di Ruang


Bersalin BPM Bidan Fitriah Muhammad.

d. Dibuatnya rencana asuhan yang sesuai dengan manajemen kebidanan


untuk memenuhi seluruh kebutuhan klien dan menatalaksanakan
tindakan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang diberikan dan

e. melakukan evaluasi hasil dari asuhan yangtersebut.

f. Diketahuinya faktor pendukung dan faktor penghambat yang


didapatkan saat melakukan asuhan pada kasus retensio plasenta.
C. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan
1. Bagi Bidan Praktik Mandiri(BPM)

Meningkatkan pelayanan dan asuhan pada kasus retensio plasenta dengan


tepat sesuai Standar Operasinal Prosedur (SOP).
2. Bagi Klien danKeluarga

Klien dan keluarga mendapatkan asuhan pada persalinan dengan retensio


plasenta, mendapatkan pengetahuan mengenai risiko yang mungkin terjadi
pada retensio plasenta serta mendapatkan informasi seputar kesehatan pada
ibu nifas maupun perawatan bayi barulahir.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 7
3. Bagi Profesi Bidan

Dapat memberikan masukan informasi mengenai pelaksanaan asuhan


intranatal pada klien dengan retensio plasenta dengan cepat dan tepat.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan Normal


1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan
ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin


turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun padajanin.10

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan


pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuhibu.11

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang


telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).12

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran


hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri
dengan pelahiranplasenta.13Jadi dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.14

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 9
2. Tanda dan Gejala Persalinan
Tanda dan gejala yang biasanya kita jumpai yaitu:
a. Timbul rasa sakit atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat
intermiten datang lebih kuat, sering, danteratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil padaserviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran


yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12%
wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara
spontan dalam 24 jam.

d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada.


Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara
nulipara danmultipara.
1) Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan
pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan, biasanya
ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%, kemudian terjadi
pembukaan.
2) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara
serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan.

e. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi


minimal 2 kali dalam 10 menit).14

3. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


a. Penurunan kadarprogesteron
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 10
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul
his.

b. Teorioxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.

c. Kereganganotot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot- otot rahim
makinrentan.

d. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.

e. Teoriprostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
progtaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena, intra dan
extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.11

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persalinan


a. Power
Power ialah suatu kekuatan yang mendorong janin keluar, terdiri dari:
1) His
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang
dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopii memasuki

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 11
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari
peacemaker‟yangterdapatdidindinguterusdaerahtersebut.His
merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari
fundus ke korpus sampai dengan ke servik secara tidak sadar.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal
mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis
(jalan lahir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his, akibat dari kerja hormon oksitosin, regangan dinding
uterus oleh isi konsepsi dan rangsangan terhadap pleksus saraf
Frankenhauser yang tertekan massakonsepsi.

b. Passage
Passege atau jalan lahir terdiri dari :
1) Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul ( os coxae, os
sacrumatau promontorium, dan os coccygis ).
2) Jalan lahir lunak : yang berperan dalam persalinan
adalah segmen bahwa rahim, servik uteri dan vagina,
juga otot-otot, jaringan ikat dan ligament yang
menyokong alaturogenital.

c. Passanger (janin atauplasenta)


Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger
utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala
janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan
letak kepala. Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak
passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupunanencephalus,kelainan letak seperti letak muka
atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang
atau pun letak sungsang.

d. Psikis (Psikologis)
Psikologis adalah keadaan emosi, jiwa pengalaman, adat istiadat dan
dukungan dari orang-orang terdekat dapat mempengaruhi proses

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 12
persalinan. Umumnya wanita normal dapat merasakan kegembiraan
disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayi.

e. Penolong
Proses persalinan tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong menghadapipersalinan.15

5. Kala dalamPersalinan
a. Kala I
Kala satu persalinan dimulai dari saat persalinan mulai sampai
pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, fase laten
(8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks
membuka dari 3 cm sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering
selama faseaktif.10
1) Diagnosis

Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari
4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik.14
2) Penanganan

a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah, ketakutan


dan kesakitan seperti memberi dukungan dan yakinkan dirinya,
berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan,
dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sesitif
terhadapperasaannya.

b) Jika ibu tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan


seperti bantu ibu memilih posisi yang diinginkan, tetapi jika ibu
ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kiri, selain
itu ajarkan kepadanya teknik bernapas seperti ibu diminta untuk
menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian
lepaskan dengan cara meniup udara ke luar sewaktu
terasakontraksi.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 13
c) Penolong menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain
tanpa sepengetahuan dan seizinibu.

d) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi,


berikan cukupminum.

e) Sarankan ibu untuk berkemih seseringmungkin.14


3) Diagnosis kala dan Fase persalinan

Tabel 2.1: Diagnosis kala dan fase persalinan22


Gejala dan tanda Kala Fase

Serviks belum berdilatasi Persalinan


palsu/ belum
inpartu
Serviks berdilatasi I Laten
kurang dari 4 cm
Serviks berdilatasi 4-9 I Aktif
cm : kecepatan
pembukaan 1 cm atau
lebih per jam, penurunan
kepala dimulai
Serviks membuka II Awal
lengkap (10 cm) : (nonekspulsif)
penurunan kepala
berlanjut, belum ada
keinginan untuk meneran
Serviks membuka II Akhir
lengkap (10 cm) : bagian (ekspulsif)
terbawah telah mencapai
dasar panggul, ibu
meneran

b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.10
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 14
atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.14
Gejala-gejala Kala II adalah:
a) His, menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik,
datangnya tiap 2-3menit.

b) Pasien mulaimengejan.

c) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di


dasar panggul perineum menonjol, vulva menganga dan
rektumterbuka.11
2) Penanganan
a) Memberikan dukungan pada ibu secara terus menerus dengan
mendampingi ibu agar terhindar dari infeksi, menawarkan
minum, mengipasi dan memijatibu.

b) Membantu ibu memilih posisi yang nyaman seperti jongkok,


menungging, tidur miring, setengahduduk.

c) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau


ketakutan ibu dengan cara memberikan penjelasan tentang
proses dan kemajuanpersalinan.14

c. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. 10 Waktu
yang paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum
adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah itu. Manajemen
aktif kala III mempercepat kelahiran plasenta dan dapat
mencegah atau mengurangi perdarahan postpartum.
Pengkajian awal pada kala III yaitu palpasi uterus untuk
menentukan apakah ada bayi yang kedua lalu melakukan
manajemen aktif kalaIII.16
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 15
pascapersalinan, meliputi:
1) Pemberian oksitosin dengan segera
2) Pengendalian tali pusat terkendali
3) Masaseuterus.14
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat plasenta lahir sampai dengan 2 jam pertama
postpartum.10
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi
ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang
luar biasa. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dan
memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukanstabilisasi.14
2) Penanganan

a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30


menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untukmengehentikanperdarahan. Hal ini
dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan
pascapersalinan.

b) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan


juga ibu untukmakan.

c) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu


dan bayinya. Sebagai permulaan menyusuibayinya.

d) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa


fundus dan menimbulkan kontraksi, tanda-tanda bahaya bagi ibu
dan bayi.14

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 16
B. Konsep Dasar RetensioPlasenta

1. Pengertian RetensioPlasenta

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga


atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. 10 Istilah retensio plasenta
dipergunakan kalau plasenta belum lahir.17

Retensio plasenta adalah bila plasenta tidak lepas atau keluar lebih dari30
menit setelahpersalinan.18

2. Penyebab Retensio Plasenta


Plasenta yang sukar dilepas dengan pertolongan aktif kala tiga bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila sebagian
kecil dari plasenta masih tertinggal di dalam uterus disebut rest plasenta dan
dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau lebih sering
sekunder.18

Retensio plasenta dapat terjadi karena:

a. Fungsional:

1) His kurangkuat

2) Terhalang oleh kandung kemih yangpenuh

b. Plasenta sulitlepas

1) Kelainan –Anatomik

2) Plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta

3) Plasenta belum lepas dari dindinguterus

4) Plasenta sudah lepas, tetapi belum dilahirkan (disebabkan oleh


tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan
kala III

5) Plasenta melekat erat pada dinding uterus karena villi korialis


menembus desidua sampai miometrium hingga di bawah peritoneum

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 17
(plasenta akreta-perkreta).17

3. Jenis Retensio Plasenta


Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga


memasuki bagian lapisanmiometrium.

Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga


mencapai lapisanmiometrium.

Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang


menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,


disebabkan oleh kontriksi ostiumuteri.10

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari retensio plasenta yaitu:

Terjadinya perdarahansegera

Uterus tidakberkontraksi

Tinggi Fundus Uteri tetap atau tidakberkurang

Plasenta belum lahir selama 30 menit setelah bayilahir.10

Adapun tanda dan gejala berdasarkan jenis retensio plasenta yaitu:

a. Separasi /akreta parsial Gejalanya:


1) Konsistensi uteruskenyal
2) Tinggi fundus sepusat
3) Bentuk uterus discoid
4) Perdarahan bisa sedang-banyak
5) Tali pusat terjulur didepan
6) Ostium uteriterbuka
7) Separasi plasenta lepas sebagian

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 18
8) Syok sering terjadi.

b. Plasenta inkarserata
Gejalanya:
1) Konsistensi uteruskeras
2) Tinggi fundus uterus 2 jari dibawah pusat
3) Bentuk uterus agak globuler
4) Perdarahansedang
5) Tali pusatterjulur
6) Ostium uterus konstriksi
7) Separasi plasenta sudah lepas
8) Syok jarangterjadi

c. Plasenta akreta
Gejalanya:
1) Konsistensi uterus cukup
2) Tinggi fundus uterus sepusat
3) Bentuk uterusdiscoid
4) Perdarahan sedang, sedikit bahkan tidak ada
5) Tali pusat tidak terjulur
6) Ostium uteriterbuka
7) Separasi plasenta melekat seluruhnya
8) Syok jarang sekali terjadi, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat
pada tali pusat.19
Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Retensio Plasenta

Gejala Separasi/a Plasenta Plasent


kreta Inkarser a
parsial ata akreta
Konsistensiut Kenyal Keras Cukup
erus
Tinggi Sepusat 2 jadi bawah Sepusat
Fundus pusat
Bentuk Discoid agak globuler Discoid
Uterus

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 19
Perdarahan sedang- Sedang sedikit/tidak
banyak ada
Tali pusat terjulur Terjulur tidak terjulur
sebagian
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi lepas sudah lepas melekat
Plasenta sebagian seluruhnya
Syok Sering Jarang jarang sekali,
kecuali akibat
inversion oleh
tarikan yang
kuat padatali
pusat.
Sumber: Prawirohardjo (2009)

5. Patofisiologi
Proses kala III yang didahuluui dengan tahap pelepasan/separasi
plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan)
atau plasenta sudah lepas sebagian tetapi tidak keluar pervaginam (cara
pelepasan Schulze), sampai akhirnya tahap ekspilsi, plasenta lahir.

Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak


akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan
harus diantisipasi dengan segera melakukan plasenta manual, meskipun kala
uri belum lewat setengah jam.18

6. Bentuk Pelepasan Plasenta


Terdapat 2 bentuk pelepasan plasenta, yaitu:

a. Schulze

Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan disini terjadi
hematoma retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari
dasarnya. Plasenta dengan hematom di atasnya sekarang jatuh ke bawah
dan menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang nampak pada
vulva ialah permukaan foetal, sedangkan hematoma sekarang terdapat
dalam kantong yang terputarbalik.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 20
Maka pada pelepasan plasenta secara Schultze tidak ada perdarahan
sebelum Plasentalahirdan sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya.
Bbaru setelah terlepas seluruhnya atau lahir, darah sekonyong-konyong
mengalir. Pelepasan secara Schulze adalah cara yang paling sering kita
jumpai.11

b. Duncan

Pada pelepasan secara Duncan pelepasan plasenta mulai pada pinggir


plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim,
jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan
terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan
pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi
pada plasenta letakrendah.11

7. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi Retensio Plasenta yaitu:
a. Kelahiran prematur

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi


dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.

b. Kontraksi uterus yang lemah

Tindakan manajemen aktif Kala III yang tidakbenar. 6


Adapun faktor predisposisi lainnya yaitu:
a. Grande multipara

Persalinan lebih dari 4 kali.

b. Usia

Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun


c. Overdistensi rahim,

Seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau bayi besar.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 21
d. Partuslama

Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih
dari 18 jam pada multi.

e. Partuspresipitatus

f. Kotiledontertinggal

g. Riwayat atoniauteri

h. Plasenta akreta, inkreta dan perkreta

i. Manajeman aktif kala III yang tidakbenar.

j. Gangguan koagulopati seperti anemia dan hipofibrinogenemi.7

Adapun faktor predisposisi lainnya yaitu:


a. Pembedahan uterus sebelumnya
b. Plasenta previa
c. Kebiasaan merokok
d. Multiparitas grande.20

8. Diagnosa
Datasubjektif

Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan plasenta belum lahir.

Dataobjektif

Pemeriksaan fisik: Palpasi pada abdomen daerah perut didapatkan uterus


tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang baik, TFU 1 jari diatas pusat
dan vesika urinaria teraba agak menonjol serta terjadi perdarahan segera
setelah anak lahir (postpartum primer).17

9. Penatalaksanaan

Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta apabila plasenta


belum lahir dalam satu setengah jam sampai satu jam setelah bayi lahir
terlebih lagi apabila disertai perdarahan.17

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 22
Jika plasenta tetap melekat, tidak ada tindakan lain yang harus dilakukan
sebelum dokter diberi tahu. Kemungkinan pemisahan manual dapat
diindikasikan. Jika plasenta dapat di palpasi di dalam vagina, kemungkinan
pemisahan telah terjadi, dan jika uterus berkontraksi dengan baik, upaya
maternal (mengejan) dapat dianjurkan. Jika terjadi keraguan, bidan harus
memakai sarung tangan steril sebelum melakukan pemeriksaan vagina
untuk memastikan terjadinya pemisahan. Sebagai upaya terakhir, jika ibu
tidak mampu mengejan secara efektif, tekanan fundus dapat dilakukan.
Uterotonik harus diberikan sebelum tekanan fundus dilakukan. Kecermatan
yang tinggi harus dilakukan untuk memastikan bahwa pemisahan plasenta
sudah terjadi dan uterus berkontraksi dengan baik. Ibu harus rileks saat
bidan member tekanan ke bawah dan ke belakang pada fundus yang sedang
berkontraksi kuat.21

Metode ini dapat menyebabkan nyeri yang cukup berat dan disstres pada ibu
dan mengakibatkan peregangan dan memar pada ligament uterus penopang.
Jika dilakukan tanpa kontraksi uterus yang baik, inverse akut dapat terjadi.
Hal ini merupakan prosedur yangsangatberbahaya jika dilakukan oleh
tangan yang tidak trampil dan tidak dianjurkan dalam praktik sehari-hari
jika dapat dilakukan metode yang lain yang lebih aman.21

Pelepasan plasenta secara manual. Hal ini harus dilakukan oleh dokter.
Infuse intravena dipasang dulu dan anestetik bekerja secara efektif. Pilihan
anesthesia yang digunakan bergantung pada kondisi umum ibu. Jika
anestetik epidural efektif sudah diberikan dan masih bekerja, tambahannya
dapat diberikan untuk menghindari anestesi umum. Anestetik spinal
merupakan alternatif lain, tetapi jika waktu merupakan faktor yang sangat
mendesak, anestetik umum dapat dilakukan.21

Pelepasan manual dilakukan dengan tindakan aseptik penuh dan kecuali jika
terdapat kedaruratan yang memaksa, tindakan ini tidak boleh dilakukan
sebelum memastikan keadekuatan kerja analgesia pada ibu. Dengan tangan
kiri, tali pusat dipegang dan direntangkan, sedangkan tangan kanan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 23
ditangkupkan dan dimasukan ke dalam vagina dan uterus sesuai arah tali
pusat. Setelah letak plasenta ditemukan, tali pusat dilepaskan sehingga
tangan kiri dapat digunakan untuk menopang fundus pada abdomen, untuk
mencegah rupture uterus bagian bawah. Operator akan merasakan adanya
pelepasan tepian plasenta. Jari-jari tangan direntangkan dan tepi diselipkan
tangan secara di antara plasenta dan dinding uterus, dengan telapak tangan
menghadap plasenta. Secara perlahan, plasenta dilepaskan dari dinding
uterus dengan gerakan mengiris dari arah tepi. Setelah lepas sepenuhnya,
tangan kiri merangsang kontraksi dan tangan kanan dikeluarkan dengan
plasenta dalam genggaman. Plasenta harus segera diperiksa kelengkapannya
sehingga eksplorasi uterus lebih lanjut dapat dilakukan tanpa keterlambatan.
Obat uterotonik diberikan setelah plasenta terpisah sepenuhnya.21

Pada situasi yang sangat khusus, yaitu ketika tidak ada dokter yang dapat
dipanggil, bidan diharapkan dapat melakukan pelepasan plasentasecara
manual. Setelah mendiagnosis adanya retensi plasenta sebagai penyebab
perdarahan pascapartum, bidan harus bertindak cekatan untuk menurunkan
risiko awitan syok dan kehilangan darah. Harus diingatkan bahwa risiko
terjadinya syok akibat pelepasan plasenta secara manual lebih besar jika
anestetik tidak diberikan. Di Negara maju, bidan jarang berhadapan
langsung dengan situasi ini.21

Di rumah. Jika retensi plasenta terjadi setelah persalinan di rumah, bantuan


obstetric darurat harus dihubungi. Ibu tidak boleh dipindahkan ke rumah
sakit sampai infuse intravena diberikan dan kondisinya stabil.21

Peran bidan dalam penatalaksanaan retensio plasenta meliputi:

Melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua ibu yang melahirkan
melaluivagina.

Bila plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM


dosiskedua.

Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 24
memasukan cateter nelaton desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongkan kandungkemih.

Ulangi kembali penanganan tali pusat dan tekanandorso-kranial.

Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum


lahir dalam waktu 30 menit.

Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan


penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir,
rujuksegera.

Jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka


segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan
kavumuteri.

Melakukan prosedur manual plasenta sesuai denganstandar.

Adapun prosedur melakukan manual plasenta adalah sebagai berikut:

a. Memasang infus set dan cairan infuse NaCl 0,9% atau RL dengan
tetesan cepat, jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti
cairan yang hilang.

b. Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuantindakan.

c. Melakukan anastesia verbal atau algesia perrectal.

d. Menyiapkan dan menjalankan prosedur pencegahaninfeksi.

e. Memastikan kandung kemih dalam keadaankosong.

f. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajarlantai.

g. Secara obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap


ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah talipusat.

h. Setelah mencapai bukaan servik, minta seorang asisten/penolong lain


untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 25
untuk menahan fundusuteri.

i. Sambil menahan fundus, masukkan tangan dalam hingga ke kavum


uteri sehingga mencapai tempat implantasiplasenta.

j. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti member salam (ibu


jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain salingmerapat).

k. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila


plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu).
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat
dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterioibu).

l. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus


maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan
kekanan dan kiri sambil digeser ke atas (cranial ibu) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

m. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi


untuk menilai tidak ada sisa plasenta yangtertinggal.

n. Memindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen


bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik
tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari
terjadinya percikandarah).

o. Melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis)


uterus kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan
plasenta di dalam wadah yang telahdisediakan.

p. Mendekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan


lain yang digunakan.

q. Melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 26
larutan klorin 0,5% selama 10menit.

r. Mencuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir.

s. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.

t. Memeriksa kembali tanda-tanda vital ibu.


Prosedur tindakan manual plasenta di tingkat pelayanan sekunder:
a. Sebelum memulai tindakan, lakukan narcosis/ pembiusan terlebih
dahulu.

b. Pasang infuse NaCl0,9%

c. Lakukan desinfeksi tangan dan vulva termasuk daerah seputarnya.

d. Labia dibuka dengantangan kiri sedangkan tangan

kanan dimasukkan secara obstetric ke dalam vagina.

e. Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis (robekan


melintang pada bagian atasvagina).

f. Tangan kanan dengan posisi obstetric menuju ke ostium uteri dan terus
ke lokasi plasenta dengan menyusuri talipusat.

g. Agar tali pusat mudah diraba, mintalah banyuan asisten untuk


meregangkan.

h. Sebelah tangan menyentuh plasenta, pindahkan ke pinggir lalu cari


bagian plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang
tepat.

i. Dengan menggunakan tangan kanan bagian bawah kelingking (ulner),


plasenta dilepaskan dari bagian yang sudah terlepas dari dinding rahim
dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim.

j. Setelah seluruh plasenta terlepas, tarik plasenta keluar secara perlahan-


lahan.

k. Pastikan plasenta keluar lengkap dan tidak ada yang tersisa (jika plasenta

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 27
tidak dapat dilepaskan secara manual, segera rujuk ke rumahsakit).

l. Apabila terjadi atonia uteri, segera lakukan kompresi bimanual uterus


dan berikan suntikan Ergometrin 0,2 mg IM atau IV sampai kontraksi
uterusbaik.

m. Apabila kontraksi rahim tetap buruk dilanjutkan dengan tindakan sesuai


prosedur tindakan pada atoniauteri.17
Menurut Bukusaku, 2013 yaitu:
a. Berikan 20-40 IU oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 IU IM.

b. Lanjutkan infus oksitosin 20 IU dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau


ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti.

c. Lakukan tarikan tali pusat terkendali.

d. Bila tarikan tali pusat tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara
hati-hati.

e. Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan


metronidazol 500 mgIV)

f. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi
komplikasi perdarahan hebat atau infeksi.
6) Konsep Dasar Anemia
a. Pengertian
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah.6
Anemia adalah konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang
dari 13,5gr/dl pada laki-laki dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada
wanita dewasa.
Sebagian besar anemia adalah anemia difisiensi Fe yang dapat
disebabkan oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau
terjadi perdarahan menahun akibat parasit, seperti

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 28
antikilostomiasis. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikemukakan
bahwa dasar utama anemia pada bumil adalah kemiskinan
sehingga tidak mampu memenuhi standar makanan “empat sehat
lima sempurna” dan situasi lingkungan yang buruk sehingga masih
terdapat penyakit parasit, seperti antikostomiasis.22
Dari ketiga pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
anemia adalah penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam
sirkulasi darah dengan konsentrasi hemoglobin kurang dari
13,5gr/dl pada laki- laki dewasa dan kurang dari 11,5 gr/dl pada
wanita dewasa.
b. Tanda dan gejala
Gejala-gejala yang umumnya sering terjadi pada anemia adalah
sebagai berikut:
a. Badan terasa lemah dan mengantuk
b. Terasa pusing dan mudahlelah
c. Malaise
d. Sakitkepala
e. Terkadang lidahluka
f. Nafsu makan turun atau anoreksia
g. Mual danmuntah
h. Konsentrasihilang
i. Nafas pendek (pada anemia yangparah)
Pada ibu hamil dengan anemia, hasil pemeriksaan akan
menunjukan:
a. Kulitpucat
b. Mukosa, gusi, dan kuku jaripucat
c. Takhikardi (pada anemia yangparah)
d. Rambut dan kuku rapuh (pada anemia yangparah)
e. Lidah licin (pada anemia yangparah).22

c. Klasifikasi
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 29
menggunakan sahli. Dari hasil pemeriksaan sahli, kondisi Hb
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% = tidakanemia
b. Hb 9-10 gr% = anemiaringan
c. Hb 7-8 gr% = anemiasedang
d. Hb <7 gr% = anemia berat.22

d. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan, dapat
dilakukan anamnesis, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah yang
lebih hebat pada kehamilanmuda.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan
bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, perlu
dilakukan preparat Fe sebanyak 90 tablet pada setiap ibu hamil di
Puskesmas.22

e. Pengaruh anemia
Bahaya anemia terhadap kehamilan dapa digolongkan menjadi:
a. Pengaruh anemia terhadappersalinan
1. Bahaya selama kehamilan:
a. Dapat terjadiabortus
b. Persalinanpremature
c. Hambatan tumbuh kembang janin dalamrahim
d. Mudah terjadiinfeksi
e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
f. Molahidatidosa
g. Perdarahanantepartum
h. Ketuban pecah dini(KPD)
2. Bahaya saat persalinan
a. Gangguan his-kekuatan mengejan.
b. Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 30
terlantar
c. Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan operasikebidanan.
d. Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan
postpartum akibat atonia uteri.
e. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum
sekunder dan atoniauteri.

3. Pada kalanifas
a. Terjadinya subinvolusi uteri yang menimbulkan
perdarahan postpartum

b. Memudahkan infeksipuerperium

c. Pengeluaran ASIberkurang

d. Mudah terjadi infeksi mamae.22

b. Bahaya terhadap janin, sekalipun tampaknya janin mampu


menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya
anemiakemampuanmetabolisme tubuh akan berkurang sehingga
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan
terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain adalah:
1. Abortus
2. Kematian intrauteri
3. Persalinan prematuritas tinggi
4. Berat badan lahir rendah
5. Kelahiran dengan anemia
6. Dapat terjadi cacat bawaan
7. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
8. Intelgensis rendah.22

f. Tablet Fe (ZatBesi)
a. Pengertian
Tablet Fe adalah suatu tablet mineral yang sangat
dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin).
Salah satu unsur penting dalam pembentukan sel darah merah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 31
adanya kandungan tablet Fe. Secara alamiah tablet Fe
diperoleh dari makanan sehari- hari dapat menimbulkan
penyakit anemia gizi atau dikenal dengan masyarakat sebagai
penyakit kurang darah.30 Oleh sebab itu, tablet ini diperlukan
ibu hamil. Sudah selayaknya ibu hamil mendapatkan 90 tablet
Fe selama masakehamilannya.31
b. Manfaat
Tablet Fe merupakan mineral yang dibutuhkan untuk
membentuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain
itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke
otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan,
dan jaringan penyambung, serta enzim. Tablet Fe juga
berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh. Tablet Fe juga
berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh. Tablet Fe sangat
penting untuk kesehatan ibu hamil, diantaranya: mencegah
anemia defisiensibesi, mencegah terjadinya perdarahan pada
saat persalinan dan dapat meningkatkan asupan nutrisi bagi
janin.31
c. Kebutuhan tablet Fe pada MasaKehamilan
Kebutuhan tablet Fe pada waita hamil yaitu rata-rata
mendekati 800 mg. kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin
dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 20-25 mg tablet Fe perhari.selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan
menghasilkan tablet Fe sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan
Fe masih kekurangan untuk wanita hamil.31
d. Efek samping tablet Fe

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 32
Efek samping dari pil atau tablet tambah darah ini adalah
kadang dapat terjadi mual, muntah, perut tidak enak, susah
buang air besar, tinja berwarna hitam, namun hal ini tidak
berbahaya.13
e. Cara dan Waktu minum tablet Fe
Tablet Fe dapat diminum dengan air putih atau air jeruk
yang mengandung vitamin C untuk mempermudah
penyerapan. Tetapi, tablet Fe tidak boleh diminum
menggunakan teh, susu, kopi karena dapat menghambat proses
absorpsi Fe. Sebaiknya diminum pada malam hari sebelum
tidur, karena mengurangi efek mual yang akan timbul setelah
meminumnya. Jika diminum pada pagi hari, maka ibu akan
mual muntah karena salah satu efeknya menimbulkan tidak
enak padaperut.13
f. Penyimpanan tablet Fe
Simpan di tempat kering dan tidak terkena sinar matahari
langsung atau dekat dengan sumber panas dan setelah bungkus
dibuka ditutup kembali. Tujuannya agar tablet Fe tidak
teroksidasi.13
7) Aplikasi Manajemen Kebidanan pada Kasus Retensio Plasenta
a. Subjektif
Data subjektif yang menunjang pada kasus retensio plasenta:
a. Plasenta belum lahir dalam 30 menit sesudah anak lahir.
b. Tidak adanyamulas.
c. Grande multipara, persalinan lebih dari 4 kali.
d. Usia < 20 tahun dan > 35 tahun.
e. Riwayat kehamilan, perslianan yang lalu.15

b. Objektif
Data objektif yang menunjang :
a. Nadi dan pernapasancepat
b. Tekanan darahmenurun

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 33
c. Suhumeningkat
d. Ekstremitas terasadingin
e. Fundus teraba masihtinggi
f. Kontraksi yang lemah atau kurangbaik
g. Tali pusat terjulur depanvulva.15
h.

c. Assasment
Assasment yang dapat ditegakkan untuk kasus retensio plasenta

a. Diagnosa

Ny….., Usia….., P…..A….. inpartu kala III dengan retensio


plasenta.
b. Masalah

Plasenta belum lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir.


c. Potensial masalah

Perdarahan, syok, infeksi, anemia, histerektomi.15

d. Planning
Planning pada kasus retensio plasenta disesuaikan dengan
kebutuhan klien, tindakan segera dan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain yang kemudian direncanakan dan dievaluasi.
Penanganan retensio plasenta:
a. Memperhatikan keadaanklien.
b. Mengetahui keadaanplasenta
c. Memberikan infuse dan cairanpengganti.

d. Retensio plasenta dengan perdarahan (langsung dilakukan


plasenta manual)
e. Retensio plasenta tanpa perdarahan (merujuk klien ke
rumah sakit)
f.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 34
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Metode
Dalam penulisan laporan seminar kasus ini, metode yang digunakan adalah
metode studi kasus. Metode yang dilakukan sebagai upaya pendekatan
manajemen kebidanan yaitu salah satu proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus dari klien. 15 Studi
kasus adalah metode dengan memusatkan diri secara intensif terhadap suatu
objek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus.25

Manajemen kebidanan adalah suatu metode yang bersifat mengumpulkan


suatu peristiwa atau gejala yang saat ini dialami pasien tertuju pada proses
pemecahan masalah melalui manajemen kebidanan yang meliputi tahap
pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah, tindakan segera atau
kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan dan evaluasi.26

Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam bentuk SOAP.


Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian berdasarkan
teori yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya. Pendokumentasian SOAP
terdiri dari :
1. S(Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh dari


hasil anamnesa (wawancara).
2. O(Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan


fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang menjadi data
fokus untuk mendukung pemberian asuhan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 35
3. A(Analisa)

Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data


objektif yang didapat.

4. P(Penatalaksanan)

Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan kepada klien


sesuai dengan analisa.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penyusunan


Laporan Seminar kasus ini adalah :
1. Wawancara

Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data


sebanyak mungkin yang ditujukan kepada klien, keluarga dan tenaga
kesehatan yang terlibat dalam penulisan Laporan seminar kasus ini secara
lisan dari seseorang atau sasaran penelitian, atau bercakap-cakap,
berhadapan muka dengan orang tersebut.28 Jadi data tersebut diperoleh
langsung melalui suatu pertemuan atau percakapan.
2. PemeriksaanFisik

Pemeriksaan fisik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan


untuk memperoleh data objektif klien yang sebenarnya, yang dilakukan
secara sistematis dan teliti sehingga didapatkan hasil yang akurat.28
3. Observasi

Observasi adalah prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi


melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.28 Observasi yaitu metode
pengumpulan data tentang perilaku manusia, dilakukan tanpa melakukan
interview kepada klien.27 Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala tampak yang dilaksanakan baik secara
langsung maupuntidaklangsung yang ditujukan terhadap kondisi, reaksi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 36
dan tingkah laku pasien yang ditangkap oleh pancaindra.25
4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis dengan cara
mencari informasi dan memelajari catatan medis pasien dengan mencatat
data yang ada dan sudah didokumentasikan dalam catatan medis pasien. 28
Dilakukan dengan mecari informasi data yang ada dan mencatat data yang
berhubungan dengan gangguan kesehatan reproduksi melalui status pasien
maupun rekam medis.25
5. Studi Literatur

Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai


informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli. Pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai informasi, baik berupa teori, generalisasi maupun konsep yang
telah dikemukakan oleh berbagai ahli.29

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 37
HASIL KEGIATAN ASUHAN KEBIDANAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 23 April 2021


Waktu Pengkajian : 10.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin BPM Bidan Fitriah
NamaPengkaji : Fitriah Muhammad

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas Istri Suami


Nama : Ny. T Tn. R
Usia : 34 tahun 33 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMU
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Golongan darah : A -
Suku : Sunda Sunda
Alamat : Pura Bojong gede blok R5 no 11

2. Alasan Datang/ KeluhanUtama


Ibu mengaku hamil 9 bulan, mengeluh mulas sejak pukul 07.00 WIB tanggal
23-04-2021. Mulasnya semakin kuat dan teratur, sudah ada pengeluaran lendir
darah tetapi belum keluar air-air dari vagina. Gerakan janin dirasakan aktif
lebih dari 8 kali pada hari ini.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang


Ini merupakan kehamilan ketiga dan ibu tidak pernah keguguran. HPHT: 10-
08-2020. TP: 17-05-2021. Ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan dan ke
posyandu, 3 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Ibu
jarang minum Fe yang diberikan oleh bidan mulai dari trimester kedua
kehamilan. Ibu sudah imunisasi TT5 pada tanggal 15-02-2021. Ibu tidak
mengonsumsi obat ataupun jamu-jamuan. Selama kehamilannya hingga saat ini
ibu tidak pernah mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan. Ibu pernah periksa
kadar Hb tanggal 25-12-20 = 11 gr%, tanggal 26-02-20 = 10,5 gr%, HbsAg

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 38
negatif.
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yanglalu
Tabel 4.1

Anak Jenis Tempat Ditolong Jenis Usia BB saat


ke- Usia kelamin bersalin oleh persalinan Kehamilan lahir

th
1. 15 Laki- Rumah Dokter SC 38 minggu 3000 gr
Laki Sakit
th
7 perempua
2. n BPM Bidan Spontan 39 minggu 2800 gr

3. Hamil ini

5. RiwayatKesehatan
Ibu tidak pernah merasa menderita ataupun memiliki penyakit kronis
maupun menular sebelum atau selama kehamilan ini seperti hipertensi,
diabetes, malaria, HIV/AIDS, ginjal, asma, dan penyakit menular lainnya. Ibu
tidak memiliki keturunan kembar.
6. RiwayatKontrasepsi
Ibu memakai KB implant selama 3 tahun. Berhenti ber-KB karena ingin
memiliki anak lagi. Ibu hamil saat implant sudah dicabut selama 2 bulan.
7. Riwayat AktivitasSehari-hari
a. Biologis
Ibu terakhir makan pukul 06.30 WIB dengan nasi dan lauk pauk. Terakhir
minum pukul 10.00 WIB air putih kurang lebih 250 ml. Terakhir BAK
pukul 09.00 WIB. Terakhir BAB tadipagi.

b. Kesehatan
Ibu tidak merokok atau mengonsumsi alkohol. Suami merokok.
8. RiwayatPsikososial
Hubungan ibu dengan keluarga baik. Suami dan keluarga sangat
mendukung kehamilannya. Status ibu dan suami menikah sudah 16 tahun. Ini
merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu maupun suami. Ibu dan
keluarga senang atas kehamilannya yang ketiga ini. Ibu dan keluarga berharap
mendapatkan bayi perempuan. Hubungan ibu dengan keluarga baik dan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 39
keluarga memberi dukungan emosional untuk ibu. Pengambilan keputusan
oleh suami, terkadang keputusan berdua. Ibu ingin bersalin di BPM ditolong
oleh bidan. Ibu memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ibu sudah menyiapkan
perlengkapan untukbersalin.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Antropomentri
a. Lila : 25 cm
b. Berat badan sebelum hamil : 42 kg
c. Berat badan selamahamil : 54 kg
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Penambahan berat badan : 12 kg
f. IMT :21,6kg/m2
3. Tanda-tandaVital
a. Tekanan Darah : 110/70mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 36,3
d. Pernapasan : 22x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tampak pucat, tidak odema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Mulut : Bibir pucat, gigi tidak terdapat karies, bersih.
d. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid
e. Payudara : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada retraksi
atau dimpling, tidak terdapat benjolan, tidak ada
nyeri tekan pada kedua payudara, sudah terdapat
pengeluaran kolostrum

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 40
f. Abdomen : Inspeksi : Tidak terdapat luka bekas operasi
Palpasi : TFU pertengahan pusat dan Prosesus
Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba bagian
keras, bulat, tidak melenting di fundus, teraba
bagian-bagian kecil di bagian kiri, teraba
punggung di bagian kanan (puka), bagian terendah
janin kepala, sudah tidak dapat digoyangkan,
divergen, perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10 menit
lamanya 50 detik. Kandung kemihkosong.
Auskultasi: DJJ 140,/ menit, teratur dan kuat.
TBJ: (30-11)x155= 2945 gram.
g. Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri tidak pucat, warna kuku

kemerahan, tidak odema. Kaki kanan dan kiri tidak


pucat, warna kulit kemerahan, tidak odema, tidak
terdapat varises, refleks patella positif.
h. Genetalia : Inspeksi: Terdapat pengeluaran lendir darah, tidak
terdapat varises.
Palpasi: Tidak terdapat pembengkakan kelenjar
skene dan kelenjar bartholin.
VT: Portio tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban
positif, ubun ubun kecil kanan depan, Hodge -II,
tidak ada moulage.
i. Anus : Tidak ada haemoroid

C. ANALISA
Ny. T 34 tahun G3P2A0 usia kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan
anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan janin baik.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 41
D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

11.45 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah


memasuki proses persalinan. Ibu mengerti, keadaan ibu tenang

11.46 Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu untuk


mengatur napas diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk
meneran. Ibu mengatur napas dengan baik dan ibu mengerti untuk
tidak meneran.
11.47 Memberikan ibu dukungan untuk tetap semangat menghadapi proses
persalinan. Ibu lebih tenang.
11.48 Menganjurkan ibu untuk:
− Memenuhi nutrisi dan hidrasinya.Ibuminum1gelastehmanis

hangat ± 200 cc, dan ibu makan nasi dengan lauk pauk.
− Tidak menahan BAK maupun BAB. Ibu mengerti.
11.50 Membantu ibu memilih posisi yang nyaman. Ibu memilih posisi
miring kiri.
11.51 Memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit. Data
perkembangan terlampir pada partograf.
11.52 Menyiapkan dan memeriksa kembali kelengkapan partus set dan
resusitasi set.

CATATAN PERKEMBANGAN (12.30)

A. DATASUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah keluar air-air dari kemaluannya.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan Umum : Ibu tampakkesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-TandaVital

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 42
a. TekananDarah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Suhu :36,1⁰C
d. Pernapasan : 24x/menit
3. PemeriksaanFisik

a. Abdomen : Palpasi: perlimaan 1/5. His 4 kali dalam 10 detik lamanya


50 detik. Kandung kemih kosong.
Auskultasi: DJJ 136x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia : Inspeksi: Pengeluaran lendir darah semakin banyak,
ketuban berwarna jernih.
Vagina Toucher: Portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban negative, Hodge-
III, ubun ubun kecil depan, tidak adamoulage.

C. ANALISA
Ny T 34 tahun G3 P2 A0 hamil 38 mg inpartu kala I fase aktif dengan anemia
ringan, janin tunggal hidup Intra Uteri, presentasi kepala, keadaan janin baik.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

12.35 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah

memasuki proses persalinan. Ibu mengerti, keadaan ibu tenang

12.36 Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu untuk


mengatur napas diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk
meneran. Ibu mengatur napas dengan baik dan ibu mengerti untuk
tidak meneran.
12.37 Memberikan ibu dukungan untuk tetap semangat menghadapi proses
persalinan. Ibu lebih tenang.
12.38 Membantu ibu memilih kembali posisi yang nyaman. Ibu memilih
posisi miring kiri.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 43
12.40 Memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit. Data
perkembangan terlampir pada partograf.

CATATAN PERKEMBANGAN (13.30)

A. DATASUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk
meneran.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan Umum : Ibu tampakkesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-TandaVital
a. TekananDarah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 85x/menit
c. Suhu :36,1⁰C
d. Pernapasan : 24x/menit
3. PemeriksaanFisik

a. Abdomen : Papasi: perlimaan 0/5. His 4 kali dalam 10 detik


lamanya 50 detik. Kandung kemih kosong.
Auskultasi: DJJ 137x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia : Inspeksi: Pengeluaran lendir darah semakin banyak,
perineum menonjol, vulva membuka, ketuban
berwarna jernih.
Vagina Toucher: Portio tidak teraba, pembukaan 10
cm, ketuban negative, Hodge-IV, ubun ubun
kecildepan, tidak ada moulage.

C. ANALISA
Ny T 34 tahun P3 A0 Partus Kala II, janin Tunggal hidup Intra Uteri.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 44
D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

13.45 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu


sudah pembukaan lengkap dan akan dipimpin bersalin. Ibu
sudah diperbolehkan untuk meneran. Ibu mengerti.

13.46 Memeriksa DJJ. Keadaan janin baik dan memberitahukan

keadaan janin kepada ibu dan suami. Ibu dan suami


mendengarkan.
13.46 Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantuproses
meneran serta memberikan support emosional.
13.47 Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu, meletakkan kain
segitiga di bawah bokong ibu, dan mendekatkan partus set.
13.47 Membantu ibu memilih posisi untuk meneran. Ibu memilih
posisi litotomi.
13.48 Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar diantara
kontraksi. Ibu dapat mengikuti dan meneran dengan baik dan
benar.
13.50 Memimpin persalinan → melindungi perineum (stenen) saat
kepala crowning → memindahkan tangan kiri ke bagian
perineum untuk menahan kepala dan tangan kanan
memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat → menunggu
putaranpaksiluar→melahirkanbahudepandanbelakang
→ melahirkan tubuh atas dan lengan dilanjutkan punggung,
bokong, tungkai dengan teknik sangga susur → bayi lahir
spontanpukul14.15WIB,menangis kuat,tonusototaktif,
warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan.
14.15 Mengeringkan bayi dan mengganti handuk yang basah
dengan yang kering.
14.15 Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas kelahiran
putrinya. Ibu dan keluarganya sangat senang.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 45
CATATAN PERKEMBANGAN (14.15)

A. DATASUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasamulas.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. PemeriksaanFisik

a. Abdomen : Tidak ada janin kedua, TFU sepusat, uterus


teraba kenyal, kandung kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat
di depan vulva. Pengeluaran darah ±50cc.

C. ANALISA
Ny T 34 tahun P3 A0 postpartum Kala III, plasenta belum lahir.

D. PENATALAKSANAAN

14.16 Mengecek janin kedua. Tidak ada janin kedua.


14.17 Memberitahukan kepada ibu bahwa akan disuntik oxytocin
untuk membantu pengeluaran plasenta.
Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha
bagianluar.
14.18 Menjepit tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut bayi, menjepit umbilical klem 2 cm dari klem
pertama dan memotong tali pusat.
14.19 Meletakkan bayi secara tengkurap di dada ibu untuk
melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
14.19 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang hangat lalu
memakaikan topi bayi.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 46
CATATAN PERKEMBANGAN (14.30)

A. DATASUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas, ibu khawatir karena ari-arinya belum lahir.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. KeadaanUmum : Ibu tampakcemas
b. Kesadaran : Composmentis
2. PemeriksaanFisik

a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung


kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat
di depan vulva. Pengeluaran darah ±50cc.

C. ANALISA
Ny T 34 tahun P3 A0 postpartum Kala III, plasenta belum lahir 15 menit.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

14.31 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ari-arinya


belum lahir.

14.32 Inform consent untuk menyuntikkan oxytocin kedua. Ibu


bersedia.
14.33 Menyuntikkan oxytocin kedua 10 IU secara IM.
14.34 Melakukan Penegangan Tali pusat Terkendali. Plasenta belum
lepas.
14.34 Mengobservasi tanda-tanda pelepasan plasenta. Belum terdapat
tanda-tanda pelepasan plasenta.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 47
CATATAN PERKEMBANGAN (14.45)

A. DATASUBJEKTIF
Ibu tidak merasa mulas, ibu khawatir ari-arinya belum juga lahir.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. KeadaanUmum : Ibu tampakcemas
b. Kesadaran : Composmentis
2. PemeriksaanFisik

a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung


kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur
sebagian. Pengeluaran darah ±30cc.

C. ANALISA
Ny T 34 tahun P3 A0 postpartum Kala III, plasenta belum lahir 30 menit
dengan retensio plasenta.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

14.45 Memberitahukan kepada ibu bahwa ari-arinya belum lahir sudah 30

menit.

14.45 Melakukan inform concent untuk pemasangan infus dan untuk


dilakukan tindakan. Ibu dan keluarga setuju.
14.45 Memindahkan bayi di baby warmer dan menjaga kehangatan
bayi.
14.46 Memasangkan infus 500 ml Ringer Laktat + oksitosin 20 IU
secara drip dengan kecepatan 60 tetes/menit.
14.48 Memberikan analgetik kaltrofen supp 100 mg. Analgetik sudah
diberikan.
14.49 Mengecek kandung kemih. Kandung kemih kosong.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 48
14.50 Mendekontaminasi sarung tangan. Sarung tangan sudah di
dekontaminasi.
14.51 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan panjang sampai
siku. Sarung tangan sudah dipakai.
14.51 Melakukan PTT. Belum ada tanda pelepasan plasenta.
14.52 Inform consent untuk tindakan yang akan dilakukan kepada ibu.
Ibu bersedia.
14.55 Melakukan manual plasenta. Membilas vagina ibu dan tangan
yang akan masuk kedalam uterus menggunakan cairan antiseptic
lalu memasukkan tangan dalam posisi obstetri (punggung tangan
ke bawah) dengan menelusuri bagian bawah tali pusat. Tangan kiri
menahan fundus uteri dan tangan kanan berada di dalam
menyusuri tali pusat hingga ke kavum uteri hingga mencapai
tempat implantasi plasenta. Membuka tangan obstetric menjadi
seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk.
Menggerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser
dengan menggunakan sisi ulna untuk melepaskan plasenta
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Melakukan eksplorasi tanpa mengeluarkan tangan terlebih dahulu
lalu memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus. Menyimpan plasenta di segmen bawah rahim
dan melahirkanplasenta.
Plasenta lahir pukul 15.05 WIB secara manual.

15.08 Melakukan masase uterus selama 15 detik. Kontraksi uterus baik.


15.09 Mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap,

kotiledon lengkap, selaput plasenta utuh.


15.10 Menilai jumlah perdarahan. Perdarahan ± 200 cc.
15.10 Memeriksa robekan jalan lahir. Terdapat robekan pada mukosa
vagina, otot perineum dan kulit perineum (laserasi derajat II)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 49
CATATAN PERKEMBANGAN (15.10)

A. DATASUBJEKTIF
Ibu merasa lega ari-arinya sudah lahir dan ibu merasa mulas.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran: Composmentis
4. Tanda-tandaVital
a. TekananDarah : 100/60 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Pernapasan : 20x/menit
5. PemeriksaanFisik

1. Mata : Tampak pucat


2. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat,
kandung kemih kosong.
3. Genetalia : Terdapat laserasi derajat II. Terdapat
pengeluaran darah dan jumlahperdarahan
±20cc.
C. ANALISA
Ny T 34 tahun P3 A0 postpartum Kala IV.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

15.15 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti dan


mendengarkan.

15.15 Melakukan penjahitan luka laserasi. Melakukan anastesi lokal


dengan lidokain 2cc. Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur.
15.27 Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu tidak boleh turun daritempat
tidur terlebih dahulu selama 2 jam.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 50
15.28 Mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus agar rahim tetap
berkontraksi dengan baik. Ibu bisa melakukannya.
15.29 Membersihkan dan merapikan ibu. Membantu ibumemakai
pembalut.
15.35 Membersihkan dan mendekontaminasi alat .
15.40 Melakukan pemantauan kontraksi, perdarahan, TTV Kala IV.
Pemantauan 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan pemantauan
1 jam kedua setiap 30 menit sekali. (data terlampir pada partograf)
15.40 Memberikan ibu obat 1 tablet Ciproprolaxin, 1 tablet Vitamin C, 1
tablet Paracetamol, dan 1 tablet Fe.

ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat,23 April 2021


Waktu Pengkajian : 18.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas BPM Bidan Fitriah
Nama Pengkaji : Fitriah Muhammad

A. DATASUBJEKTIF
Ibu merasa keluar darah tetapi tidak banyak. Ibu sudah meminum 1 tablet
Fe, 1 tablet paracetamol, 1 tablet ciprofolaxin, 1 tablet vitamin C setelah
melahirkan. Setelah melahirkan ibu sudah mengonsumsi nasi dengan lauk
pauk, dan satu gelas air putih 250 ml pukul 17.00 WIB. Ibu belum tidur setelah
melahirkan. Bayinya sudah menyusu 2x.

B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-TandaVital
a. TekananDarah : 100/60mmHg
b. Nadi : 76x/menit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 51
c. Suhu : 36⁰C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. PemeriksaanFisik

a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.


b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol,
tidak ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan,
tidakadanyeritekan,sudahadapengeluaran
kolostrum.

c. Ekstremitas : Terpasang infuse di tangan kanan Ringer Laktat


500ml + Oxytocin 20 IU. Sisa infuse 200 ml.
d. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih kosong.
e. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah ± 20cc
f. Anus : Tidak terdapat haemoroid.

C. ANALISA
P3A0 post partum 2 jam dengan anemia ringan.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

18.10 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa pada saat ini ibu
dalam keadaan baik. Ibumengerti.

18.11 Mengajarkan ibu cara mengecek kontraksi rahimnya. Ibu mengerti


dan dapat merabanya.
18.12 Memberitahukan kepada ibu untuk tidak takut saat BAK dan BAB.
Ibu mengerti,.
18.13 Menganjurkan ibu untuk:
− Mobilisasi ringan ibu turun tempat tidur dan berjalan kecil. Ibu
ingiturun untukBAK.

18.15 Mengantarkan ibu ke kamar mandi untuk BAK. Ibu sudah BAK.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 52
18. 20 Menganjurkan ibu untuk:
− Memenuhi nutrisi dan hidrasinya dan beristirahat yang cukup.
Ibu mengerti danbersedia.
− Segera menyusui bayinya dan mengajari cara menyusuiyang
baik dan benar. Ibu mengerti dan melakukannya dengan baik.
18.25 Konseling perawatan luka perineum.
18.30 Memberitahukan ibu tanda-tanda bahaya nifas. Ibu mengerti.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 23 April 2021


Waktu Pengkajian : 22.00WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas BPM Bidan Fitriah
Nama Pengkaji : Fitriah Muhammad

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu masih merasa sedikit mulas dan darah yang keluar terasa tidak banyak.
Ibu sudah makan cemilan biscuit dan 1 gelas teh manis hangat pukul 21.00 WIB
ibu sudah BAK 2 kali dan sudah BAB 1 kali. Ibu sudah ke kamar mandi untuk
BAK. Ibu sudah menyusui bayinya 3 kali.

B. DATA OBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-TandaVital
a. TekananDarah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 88x/menit
c. Pernapasan : 18x/menit
d. Suhu : 36,2oC
3. PemeriksaanFisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 53
b. Payudara : Kedua payudara bersih, terdapat pengeluaran
kolosrum.
c. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih kosong.
d. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah ± 5cc
e. Anus : Tidak terdapat haemoroid.

C. ANALISA
P3A0 postpartum 6 jam, dengan anemia ringan

D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan

22.10 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


kondisinya saat ini baik. Ibumengerti.

22.11 Memberitahukan ibu cara merawat genetalia dan personal hygiene.


Mengingatkan kembali ibu perawatan luka perineum. Ibu mengerti
dan bersedia melakukannya di rumah.

22.15 Menyarankan ibu untuk istirahat, dan memberitahu ibu tidak ada

makanan apapun yang dipantang selama nifas.


22.17 Melepaskan infus yang terpasang di tangan sebelah kanan.
22.20 Menjadwalkan kunjungan ulang untuk mengetahui apakah masih
terdapat sisa plasenta atau tidak dengan USG oleh dokter pada hari
Jumat tanggal 10-03-2017. Ibu mengerti dan akan datang.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat , 24 April 2021


Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bidan Fitriah
Nama Pengkaji : Fitriah Muhammad

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 54
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa tidak ada keluhan, dan ibu akan segera pulang. Ibu sudah
mengonsumsi nasi dengan lauk pauk, dan satu gelas air putih 250 ml pukul
07.00 WIB. Ibu istirahat cukup. Bayinya sudah menyusu 3x.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-TandaVital
a. Tekanan Darah : 100/60mmHg
b. Nadi : 74x/menit
c. Suhu : 36⁰C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada
retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, sudah ada pengeluaran kolostrum.
c. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong.
d. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah ± 20cc
e. Anus : Tidak terdapat haemoroid.

C. ANALISA
P3A0 post partum 16 jam dengan anemia ringan.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

08.10 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa pada saat ini ibu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 55
dalam keadaan baik. Ibu mengerti.
08.13 Menganjurkan ibu untuk:
− Makan makanan yang bergizi dan tidak ada pantangan
selama masa nifas ini. Ibu mengerti danbersedia.
− Ke puskesmas atau ke fasilitas kesehatan yanglebih
lengkap untuk pemeriksaan Hb. Ibu mengerti dan akan
segera ke fasilitas kesehatan.
08.15 Mengajarkan ibu senam nifas 3 gerakan. Ibu melakukannya
dengan baik.
08. 20 Mengingatkan ibu untuk:
− Memenuhi nutrisi dan hidrasinya dan beristirahat yang
cukup. Ibu mengerti danbersedia.
− Segera menyusui bayinya dan mengajarkan cara menyusui
yang baik dan benar. Ibu mengerti dan melakukannya
denganbaik.
− Melakukan personal hygiene yang baik dan tidak usahtakut

untuk membersihkan daerah kemaluannya.


08.30 Memberitahukan ibu tanda-tanda bahaya nifas. Ibu mengerti.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 23 April 2021


Waktu Pengkajian : 17.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bidan Fitriah
Nama Pengkaji : Fitriah Muhammad

A. DATASUBJEKTIF
Ibu datang ingin USG seperti yang sudah di jadwalkan sebelumnya, ibu
tidak mengalami salah satu dari tanda bahaya nifas. Ibu belum ke puskesmas
atau ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kadar Hb-nya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 56
B. DATAOBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-TandaVital

a. TekananDarah : 110/60mmHg

b. Nadi : 78x/menit

c. Suhu : 35,8oC

d. Pernapasan : 18x/menit
3. PemeriksaanFisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol, tidak
ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, terdapat pengeluaran ASI.
c. Abdomen : TFU 2 jari diatas sympisis, diastasis rekti 2/5. Kandung
kemih kosong.
d. Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea sanguelenta ± 20cc, luka
jahitan sudah mulai kering.
e. Anus : Tidak terdapat haemoroid.

C. ANALISA
P3A0 postpartum 4 hari keadaan ibu membaik.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

17.10 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


kondisinya saat ini baik. Ibumengerti.

17.11 Memindahkan ibu ke tempat tidur USG.


Hasil USG: Uterus bersih, sudah tidak ada sisa plasenta.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 57
17.12 Memberitahukan hasil USG kepada ibu oleh dr. Win
SpOG bahwa keadaan ibu saat ini baik-baik saja.
17.18 Mengingatkan kembali ibu tanda-tanda bahaya nifas. Ibu masih
ingat dan mengerti.
17.20 Memberitahu ibu asupan nutrisi yang baik dan sehat saat masa
nifas. Ibu mengerti.
17.21 Mengingatkan ibu untuk tidak lupa memeriksakan kadar Hbnya ke
fasilitas kesehatan atau ke puskesmas.
17.22 Menjadwalkan kunjungan selanjutnya bahwa akan dilakukan
kunjungan rumah pada hari minggu tanggal 12 Maret 2021.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 58
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai apa saja yang dilakukan selama
melaksanakan asuhan kebidanan Intranatal Care (INC) dan Postnatal Care (PNC).
Kegiatan asuhan kebidanan ini dilakukan pada Ny. T 34 tahun dengan Retensio
Plasenta di BPM Bidan Fitriah Kabupaten Bogor, yang dilaksanakan mulai
tanggal 6 Maret 2021 sampai dengan 21 April 2021. Kesesuaian serta
kesenjangan-kesenjangan pada Ny. T akan penulis uraikan pada bab ini.

A. Kala I
1. Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh dari Ny. T
mengaku hamil 9 bulan, HPHT: 10-08-2020. TP: 17- 05-2021. Dihitung
dari pengakuan HPHT, usia kehamilan ibu sekarang 38 minggu . Ibu
mengatakan mulas sejak pukul 07.00 WIB, mulas dirasakan semakin kuat
dan teratur, sudah ada pengeluaran lendir darah tetapi belum keluar air-
air darikemaluannya.

Menurut teori bahwa usia kehamilan semakin besar dan mengalami


penurunan kadar progesterone yang menimbulkan relaksasi otot-otot
rahim. Berdasarkan teori oxytocin bahwa pada akhir kehamilan kadar
oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
Mulas juga dapat terjadi karena pengaruh janin, dan juga teori
prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, hal ini juga disokong dengan
adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.11

Menurut teori, data subjektif yang didapatkan yaitu akan timbul rasa
sakit atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat intermiten datang
lebih kuat, sering, dan teratur, keluar lendir bercampur darah (bloody
show).14Pada pengkajian yang diperoleh, ibu sudah ada tanda-tanda

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 59
persalinan yang sesuai dengan teori.

Pada riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu ditemukan ibu


hamil anak ketiga, tidak pernah keguguran dan riwayat persalinan lalu
secara vacum dan spontan ditolong oleh dokter di RS. Persalinan terakhir
7 tahun yang lalu ditolong oleh bidan normal, tidak ada penyulit, tidak
ada riwayat perdarahan. Ibu periksa ke bidan di posyandu. Ibu jarang
minum Fe yang diberikan oleh bidan mulai trimester kedua. Ibu pernah
periksa kadar Hb tanggal 24-10-16 = 11 gr%, tanggal 18-02-17 = 10,5
gr%, HbsAg negatif.

Teori yang ada bahwa pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat


dilakukan dengan menggunakan sahli. Dari hasil pemeriksaan sahli,
kondisi Hb dapat digolongkan sebagai berikut: Hb 11 gr% = tidak
anemia, Hb 9-10 gr% = anemia ringan, Hb 7-8 gr% = anemia sedang, Hb
<7 gr% = anemia berat. Pengaruh anemia pada saat persalinan salah
satunya yaitu kala tiga dapat diikuti retensio plasenta. 22 Dari data yang
didapatkan ibu dan teori yang ada ibu termasuk mengalami anemia
ringan.

Data perkembangan selanjutnya pukul 12.30 WIB ibu mengeluh


sudah keluar air-air dari kemaluannya. Menurut teori, kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran yang normal
terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih
dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam. 13
Data yang didapat sudah sesuai dengan teori yang ada.

2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. T pukul keadaan umum ibu tampak
kesakitan, kesadaran composmentis, Tanda-tanda Vital dan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik, wajah tampak sedikit pucat. Pada ibu
hamil dengan anemia, hasil pemeriksaan akan menunjukan kulit pucat. 22
Berdasarkandatadanteoriyangada,ibumengalamisalahsatutandagejala dari
anemia. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi: tidak

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 60
terdapat luka bekas operasi. Palpasi: TFU pertengahan pusat dan
Prosesus Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba bagian keras, bulat, tidak
melenting di fundus, teraba bagian-bagian kecil di bagian kiri, teraba
punggung di bagian kanan (puka), bagian terendah janin kepala, sudah
tidak dapat digoyangkan, divergen, perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10
menit lamanya 50 detik. Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ
140x/menit, teratur dan kuat. TBJ: (30-11)x155= 2945 gram.
Pemeriksaan abdomen dalam batasnormal.

Pada pemeriksaan genetalia didapatkan data yaitu terdapat


pengeluaran lendir darah, tidak terdapat varises, tidak terdapat
pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartholin, portio tebal lunak,
pembukaan 5 cm, ketuban positif, ubun ubun kecil kanan depan, Hodge-
II, tidak ada moulage. Menurut teori pada pemeriksaan dalam ditemukan
serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Kontraksi uterus
mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam
14
10 menit). Dari teori dan data yang didapatkan bahwa ibu sudah
memasuki tanda-tanda persalinan.

Catatan perkembangan ibu pukul 12.30 WIB bahwa ketuban sudah


pecah, saat dilakukan pemeriksaan dalam portio tipis lunak, pembukaan 8
cm, ketuban negatif, Hodge-III, ubun ubun kecil depan, tidak ada
moulage. Keadaan ibu dalam batas normal.

Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. N pukul keadaan umum ibu tampak
kesakitan, kesadaran composmentis, Tanda-tanda Vital dan dalam batas
normal. His semakin kuat. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal.
Dari teori dan data yang didapatkan bahwa ibu sudah memasuki tanda-
tanda persalinan dan juga ada kemajuan persalinan.

3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkananalisa“Ny.Tusia 34 tahun G3P2A0 usia kehamilan 38
minggu 3 hari inpartu Kala I fase aktif dengan anemia ringan, janin

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 61
tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan janin baik”.

4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pertama yaitu memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah memasuki proses persalinan.
Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu untuk mengatur
napas diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk meneran.
Memberikan ibu dukungan untuk tetap semangat menghadapi proses
persalinan, menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya,
dan untuk tidak menahan BAK maupun BAB. Membantu ibu memilih
posisi yang nyaman, memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap 30
menit. Data perkembangan terlampir pada partograf.

Menurut teori Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah,
ketakutan dan kesakitan seperti memberi dukungan dan yakinkan dirinya,
berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan, dengarkan
keluhannya dan cobalah untuk lebih sesitif terhadap perasaannya. Jika
ibu tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan seperti
bantu ibu memilih posisi yang diinginkan, tetapi jika ibu ingin ditempat
tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kiri, selain itu ajarkan kepadanya
teknik bernapas seperti ibu diminta untuk menarik napas panjang,
menahan napasnya sebentar kemudian lepaskan dengan cara meniup
udara ke luar sewaktu terasa kontraksi.

Penolong menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain


menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizin ibu. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mencegah dehidrasi, berikan cukup minum. Sarankan ibu untuk
berkemih sesering mungkin.14 Penatalaksanaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan teori yang ada.

B. Kala II
1. Subjektif
Pada pukul 13.30 ibu memasuki kala II, ibu mengeluh mulasnya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 62
semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran. Menurut teori,
data subjektif yang didapatkan dari tanda gejala kala II yaitu his, menjadi
lebih kuat, pasien mulai mengejan.11 Data subjektif yang diperoleh dari
ibu sudah sesuai dengan teori bahwa ibu sudah memasuki kala II dan
segera dipimpin persalinan. Selanjutnya, bayi lahir spontan pukul 14.15
WIB menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan. Kala II
tidak ada penyulit, normal.

2. Objektif
Pukul 13.30 WIB dilakukan pemeriksaan kembali karena ibu
mengatakan mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk
meneran. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan pengeluaran lendir
darah semakin banyak, perineum menonjol, vulva membuka, ketuban
berwarna jernih, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban negatif,
Hodge-IV, ubun ubun kecil depan, tidak ada moulage, terdapat tekanan
anus/anus terbuka. Sesuai teori yang ada bahwa tanda gejala kala II yaitu
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.13 His menjadi lebih kuat, kontraksinya
selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit, pasien mulai mengejan,
pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka. 11 Ibu
sudah ada tanda gejala yang ada. Selanjutnya ibu dipimpin bersalin.
Selanjutnya, bayi lahir spontan pukul 14.15 WIB menangis kuat, tonus
otot aktif, warna kulit kemerahan. Kala II tidak ada penyulit,normal.

3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. T usia 34 tahun inpartu kala II, janin hidup”.

4. Penatalaksanaan
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah
pembukaan lengkap dan akan dipimpin bersalin. Ibu sudah diperbolehkan
untuk meneran. Memeriksa DJJ untuk mengetahui keadaan janin baik

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 63
atau tidak, memberitahukan keadaan janin kepada ibu dan suami bahwa
keadaan janin saat ini dalam batas normal. Menyiapkan ibu dan keluarga
untuk membantu proses meneran serta memberikan support emosional.
Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu, meletakkan kain segitiga di
bawah bokong ibu, dan mendekatkan partus set. Mengajarkan ibu cara
meneran yang baik dan benar diantara kontraksi. Ibu dapat mengikuti dan
meneran dengan baik dan benar. Memimpin persalinan, bayi lahir
spontan pukul 14.55 WIB, menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit
kemerahan, jenis kelamin perempuan. Mengeringkan bayi dan mengganti
handuk yang basah dengan yang kering. Memberi selamat kepada ibu
dan bapak atas kelahiran putrinya. Selanjutnya mengecek janin kedua
dan tidak ada janin kedua.
C. KalaIII
1. Subjektif
Dari data yang didapatkan bahwa ibu tidak mengalami mulas. Ibu
mengeluh masih merasa mulas pada bagian perut. Hal ini tidak sesuai
dengan teori menurut Kenneth bahwa kontraksi yang dialami ibu adalah
tidak normal, seharusnya ibu mengalami mulas karena hal itu merupakan
tanda akan segera lahirnya plasenta.

2. Objektif
Dari data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yaitu dengan
melakukan palpasi apakah ada janin kedua atau tidak. Menurut teori,
pengkajian awal pada kala III yaitu palpasi uterus untuk menentukan
apakah ada bayi yang kedua lalu melakukan manajemen aktif kala III.16

3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. T usia 34 tahun P3A0 inpartu kala III”.

4. Penatalaksanaan
Memberitahukan kepada ibu bahwa akan disuntik oxytocin untuk
membantu pengeluaran plasenta. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 64
pada 1/3 paha bagian luar 2 menit setelah bayi lahir, selanjutnya menjepit
tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut bayi,
menjepit umbilical klem 2 cm dari klem pertama dan memotong tali
pusat. Meletakkan bayi secara tengkurap di dada ibu untuk melakukan
Inisiasi Menyusu Dini. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang
hangat lalu memakaikan topi bayi. Menurut teori, penatalaksanaan aktif
pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu menghindarkan
terjadinya perdarahan pascapersalinan, meliputi pemberian oksitosin
dengan segera, pengendalian tali pusat terkendali dan masase uterus. 14
Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen aktif kala III sudah
dilakukan sesuai dengan teori yangada.
D. Retensio Plasenta
1. Subjektif
Ibu merasa tidak mulas dan merasa takut karena ari-arinya belum
lahir 30 menit. Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah
bayi lahir. Salah satu gejalanya yang dirasakan oleh ibu yaitu uterus tidak
berkontraksi.10 Ibu merasa tidak mulas sama dengan uterus yang tidak
berkontraksi. Data yang didapatkan tidak ada kesenjangan antara teori
yang ada.

2. Objektif
Pukul 15.20 WIB, 15 menit oxytocin pertama sudah berikan 2 menit
setelah bayi lahir. Pukul 14.45 WIB, 30 menit plasenta belum juga lahir.
Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.9 Pada
pemeriksaan didapatkan bahwa keadaan umum ibu tampak cemas,
kesadaran composmentis, dan pada pemeriksaan fisik yaitu pada
abdomen TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong.
Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur sebagian di depan vulva.
Pengeluaran darah ±50cc. Menurut teori, TFU sepusat dan perdarahan
sedang-banyak merupakan gejala dari retensio plasenta akreta parsial.6

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 65
Pada kasus ini data objektif sudah sesuai denganteori.

3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. T usia 34 tahun P3A0 dengan retensio plasenta
dan anemia ringan”.

4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif serta analisa
yang telah dibuat, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai
dengan kebutuhan klien. Penatalaksanaan pertama yang dilakukan adalah
menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa plasenta
belum lahir. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin kedua
karena plasenta belum juga lahir. Menurut teori, Menurut Claire Banister,
oksitosin digunakan untuk menstimulasi kontraksi uterus,
mengaugmentasi persalinan, mempercepat pelahiran janin, mempercepat
pelahiran plasenta dan menghentikan hemoragi pascapartum. Oksitosin
memiliki efek stimulasi pada otot polos uterus, pada dosis rendah dapat
menyebabkan kontraksi berirama tetapi pada dosis tinggi dapat
menyebabkan kontraksi hipertonik yang kontinu.24

Selanjutnya, memberitahukan ibu bahwa plasenta belum lahir sudah


30 menit dan inform consent untuk pemasangan infus. Memasangkan
infus 500 ml Ringer Laktat + 20 IU secara drip dengan kecepatan 60
tetes/menit. Selanjutnya memberikan analgetik kaltrofen supp 100 mg.
Memeriksa kandung kemih. Mengganti sarung tangan panjang dan
selanjutnya melakukan PTT, plasenta masih belum lahir. Melakukan
inform consent untuk dilakukan tindakan. Selanjutnya melakukan manual
plasenta dengan Memasukkan tangan dalam posisi obstetri (punggung
tangan ke bawah) dengan menelusuri bagian bawah talipusat.

Tangan kiri menahan fundus uteri dan tangan kanan berada di dalam
menyusuri tali pusat hingga ke kavum uteri hingga mencapai tempat
implantasi plasenta. Membuka tangan obstetric menjadi seperti memberi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 66
salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk. Menggerakkan tangan
dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser dengan menggunakan sisi ulna
untuk melepaskan plasenta sehingga semua permukaan maternal plasenta
dapat dilepaskan. Melakukan eksplorasi dan memastikan tidak ada
bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus. Menyimpan
plasenta di segmen bawah rahim dan melahirkan plasenta. Plasenta lahir
pukul 15.05 WIB secara manual.

Menurut teori, melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua


ibu yang melahirkan melalui vagina. Bila plasenta tidak lahir dalam
waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM dosis kedua. Periksa
kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk
memasukan cateter nelaton desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penanganan tali pusat
dan tekanan dorso-kranial.

Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta


belum lahir dalam waktu 30 menit. Pada menit ke 30 coba lagi
melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk
terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Jika plasenta
belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera lakukan
tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri.
Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan standar.

Memasang infus set dan cairan infuse NaCl 0,9% atau RL dengan
tetesan cepat, jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti
cairan yang hilang. Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
Melakukan anastesia verbal atau algesia per rectal. Menyiapkan dan
menjalankan prosedur pencegahan infeksi. Memastikan kandung kemih
dalam keadaan kosong. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10
cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai. Secara
obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 67
mencapai bukaan servik, minta seorang asisten/penolong lain untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk
menahan fundus uteri.

Sambil menahan fundus, masukkan tangan dalam hingga ke kavum


uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. Bentangkan tangan
obstetrik menjadi datar seperti member salam (ibu jari merapat ke jari
telunjuk dan jari-jari lain saling merapat). Tentukan implantasi plasenta,
temukan tepi plasenta paling bawah. Bila plasenta berimplantasi di
korpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan sisipkan ujung jari-
jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke bawah (posterior ibu). Bila di korpus depan maka
pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterio ibu). Setelah ujung- ujung jari masuk
diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta
dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeser ke atas
(cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding
uterus, sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal,
memindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya
percikan darah), melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan
supra simfisis) uterus kearah dorso- kranial setelah plasenta dilahirkan
dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan,
mendekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan, melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan
lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan
dengan saun dan air bersih mengalir, mengeringkan tangan dengan
handuk bersih dan kering, memeriksa kembali tanda-tanda vitalibu.23

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 68
Hasil asuhan kebidanan pada Ny. E, yaitu keadaan umum, perubahan
fisiologis dan perubahan psikologis mulai membaik karena proses
penanganan kasus ini sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang ada
dari beberapareferensi.
E. Kala IV
1. Subjektif
Pada 2 jam pasca persalinan ibu masih merasa mulas pada bagian
perutnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kenneth bahwa ibu akan
mengalami kontraksi setelah proses persalinan karena merupakan proses
pengecilan rahim ke bentuk semula dan salah satu untuk mencegah
perdarahan setelahpersalinan.

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis


bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang
luar biasa. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dan
memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil
tindakan yang tepat untuk melakukanstabilisasi.14

2. Objektif
Data yang didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
82x/menit, pernapasan 20x/menit. Wajah ibu tampak pucat tetapi tidak
ada tanda-tanda syok. TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat,
kandung kemih kosong. Pada pemeriksaan genetalia terdapat laserasi
derajat II yaitu rupture pada bagian kulit perineum dan mukosa vagina.
Jumlah perdarahan 20 cc. perdarahan dalam batasnormal.

3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. T usia 34 tahun P3A0 inpartu kala IV”.

4. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan kepada ibu pada kala IV yaitu melakukan
penjahitan luka laserasi. Melakukan anastesi lokal dengan lidokain 2cc.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 69
Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur. Mengajarkan ibu dan
keluarga masase uterus agar rahim tetap berkontraksi dengan baik.
Menurut teori, periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untuk mengehentikan perdarahan. Hal ini dapat
mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan.
Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus
dan menimbulkan kontraksi, tanda- tanda bahaya bagi ibu dan bayi.14

Membersihkan dan merapikan ibu. Membantu ibu memakai


pembalut. Membersihkan dan mendekontaminasi alat. Melakukan
pemantauan kontraksi, perdarahan, TTV Kala IV. Pemantauan 1 jam
pertama setiap 15 menit sekali dan pemantauan 1 jam kedua setiap 30
menit sekali. Memberikan ibu obat 1 tablet Ciproprolaxin, 1 tablet
Vitamin C, 1 tablet Paracetamol, dan 1 tablet Fe. Pemberian paracetamol
untuk ibu karena paracetamol merupakan analgesik untuk mengurangi
nyeri sehingga diberikan kepada ibu untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan setelah mengalami proses persalinan. Pemberian Ciprofolaxin
tujuannya untuk menangani dan juga mencegah terjadinya infeksi. Jenis
obat ini bekerta dengan cara membunuh atau mencegah perkembangan
infeksi akibat bakteri.

Dari data yang telah di dapatkan, tidak ada kesenjangan antara asuhan
yang diberikan dengan teori yang ada. Penanganan asuhan kebidanan
dengan retensio plasenta di BPM Bidan Fitriah sudah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. Ny. T sudah mendapat
asuhan yang cepat dan juga tepat, serta Ny.T dapat melalui masa nifasnya
dengan keadaan baik dan jugasehat.

Faktor predisposisi yang menyebabkan Ny. T mengalami retensio


plasenta ini karena ibu memiliki riwayat anemia ringan. Anemia adalah
kekurangan sel darah merah (hemoglobin) yang fungsinya adalah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 70
mengikat oksigen ke seluruh tubuh termasuk ke uterus sehingga
kontraksi uterus lemah. Hal ini menyebabkan uterus tidak cukup kuat
untuk melepaskan plasenta. Jaringan penyokong plasenta tidak
berkontraksi maka plasenta plasenta sulit terlepas dari dinding uterus
sehingga terjadi retensioplasenta.

F. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat


Selama dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.T dengan retensio plasenta di
BPM Bidan Fitriah ini penulis menemukan faktor yang mendukung dan
menghambat terlaksananya asuhankebidanan.

1. Faktor Pendukung
a. Klien dan keluarga sangat terbuka dan kooperatif dalam menerima
asuhan yangdiberikan

b. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan khususnya


bidan di BPM Bidan Fitriah dalam melakukan asuhan dan juga dalam
memberikan masukan sehingga berjalan dengan baik dan optimal dalam
pemberian asuhan pada Ny. T.

2. Faktor Penghambat
Selama memberikan asuhan pada Ny.T penulis tidak mengalami hambatan
yang berarti terjalinnya kerjasama yang baik antara penulis dengan Ny,T
dan keluarga serta kerjasama penulis dengan bidan yang ada di BPM
BidanFitriah.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 71
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilakukannya asuhan kebidanan pada Ny. T usia 34 tahun G3P2A0
dengan retensio plasenta berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik
untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk mengetahui
masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah diberikan.
Asuhan yang diberikan untuk masalah retensio plasenta telah sesuai dengan
pelayanan di tingkat pelayanan pimer berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464. Maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Data subjektif yang diperoleh dari Ny. T dapat dikaji dengan fokus dan
akurat. Tidak terdapat kesenjangan antara data yang diperoleh denganteori.
2. Data objektif yang didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik, dan data
yang didapat terkait dengan retensioplasenta.
3. Analisa yang ditegakkan berdasarkan data subjektif yang lengkap serta data
objektif yangakurat.
4. Asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan manajemen kebidanan untuk
mengutamakan keeamanan, kenyamanan dan juga keselamatan ibu.
Evaluasi yang didapat ibu tidak mengalami komplikasi dan juga ibu dapat
melewati masa nifasnya dalam keadaansehat.
5. Faktor pendukung yang didapatkan yaitu klien dan keluarga sangat terbuka
dan kooperatif dalam menerima asuhan yang diberikan dan terjalinnya
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan khususnya bidan di BPM
Bidan Fitriah dalam melakukan asuhan dan juga dalam memberikan
masukan sehingga berjalan dengan baik dan optimal dalam pemberian
asuhan pada Ny. T. dan tidak ditemukannya faktor penghambat saat
melakukan asuhan kebidanan pada retensioplasenta.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 72
B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk :
1. BPM (Bidan PraktikMandiri)
Diharapkan BPM dapat meningkatkan pelayanan dan asuhan pada kasus
Retensio Plasenta dengan tepat, cepat dan jugaaman.
2. Klien danKeluarga
Diharapkan klien dan keluarga mendapatkan informasi seputar retensio
plasenta, kesehatan pada ibu nifas, maupun perawatan bayi baru lahir.
3. ProfesiBidan
Diharapkan bidan mampu dapat melaksanakan dan menerapkan penanganan
Retensio Plasenta sesuai standar yang telah ditetapkan dengan cepat dan
tepat

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 73
DAFTAR PUSTAKA

1. Hoelman, B. Mickael, dkk. 2015. Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah


(Kota dan Kabupaten) dan Pemangku KepentinganDaerah.

2. Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :


Departemen Kesehatan RepublikIndonesia

3. Profil Kesehatan Jawa Barat.2015.

4. Kementrian Kesehatan RI. Info DATIN. Jakarta Selatan: Pusat Data dan
Informasi; 2014. [Diakses tanggal 14 Maret 2017]. Didapat dari
http://www.depkes.go.id

5. Saifudin, Abdul Bari dkk. 2013. Ilmu Kebidanan SarwonoPrawirohardjo.


Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

6. Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta:EGC.

7. Prof. Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan


Reproduksi. Jakarta:EGC.

8. Khotijah, dkk. 2011. Jurnal Hubungan Usia dan Paritas dengan Retensio
Plasenta.

9. Manuaba, IGB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

10. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 74
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. I USIA 26 TAHUN G2P1A0
PARTURIEN ATERM DENGAN MANAGEMEN NYERI PERSALINAN
KALA I DI PMB EVA NURAENI
Eva Nuraeni1 , Ernita Prima Noviyani2
1,2 Fakultas Vokasi, UIMA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebanyak 810 ibu setiap hari meninggal akibat
penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan pada tahun 2017 dan
angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi di Indonesia. Diperkirakan AKI
305/100.000 kelahiran hidup tahun 2015(1). Target pemerintah tahun 2024
AKI berjumlah 232/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu
antara lain, hipertensi sebanyak 33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%,
komplikasi non obstetric 15.7%, komplikasi obstetric lainnya 12.04%,
infeksi pada kehamilan 6.06% dan penyebab lainnya 4.81%.(2)
Data yang dikeluarkan oleh Kementrian kesehatan RI pada tahun
2015 menunjukkan bahwa kematian Ibu di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut antara lain adalah perdarahan
(30,1%), Hipertensi (26,9%), infeksi (5,6%), partus lama (1,8%), abortus
(1,6%) danpenyebab lain (34,5%). Berdasarkan data tersebut, partus lama
merupakan salah satu faktor yang ikut berkontribusi dalam
menyumbangkan angka kematian ibu di Indonesia meskipun dengan
persentasi yang cukup kecil.(3)
Saat ini tingkat pencapaian kinerja di bidang kesehatan
menunjukan bahwa kasus kematian ibu di Kabupaten Cianjur, terdapat 24
kasus kematian ibu. Kasus ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2018
yang mempunyai jumlah 24 kasus kematian ibu. Penyebab kematian
tertinggi ibu yang tercatat dan terlapor selama tahun 2019 adalah
Hipertensi/Preeklampsi/Eklampsi sebanyak 13 kasus kematian, disusul
oleh perdarahan yang menyebabkan 6 kematian, dan yang terakhir adalah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 75
penyebab lainnya seperti Hellp Syndrome, sepsis hipovolemik, gagal
ginjal, jantung, dan decomcordis. Berdasarkan data tersebut, perdarahan
merupakan salah satu faktor yang ikut berkontribusi dalam
menyumbangkan angka kematian ibu di Cianjur.(4)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan
adalah partus lama, paritas, peregangan uterus yang berlebihan, oksitosin
drip, anemia, dan persalinan dengan tindakan. Partus lama adalah
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18
jam pada multi. Partus lama dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri
karena kelelahan pada otot - otot uterus sehingga rahim berkontraksi
lemah setelah bayi lahir.(5)
Salah satu faktor penyebab dari partus lama adalah kelainan
kontraksi baik kontraksi yang adekuat maupun kontraksi tidak adekuat.
Hal ini menyebabkan berbagai keluhan yang dialami ibu seperti gelisah,
letih, berkeringat, pernafasan cepat, tidak nyaman serta cemas.(6)
Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi
uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses
persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang
pelepasan mediator kimiawi seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan,
histamin, bradikinin, substansi P, dan serotonin, akan membangkitkan
stres yang menimbulkan sekresi hormon seperti katekolamin dan steroid
dengan akibat vasokonstriksi pembuluh darah sehingga kontraksi uterus
melemah. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan akan menimbulkan
gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin.(7)
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid.
Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran
darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang
membuat impuls nyeri bertambah banyak.(7)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 76
Nyeri persallinan saat kala I merupakan nyeri berat yang dirasakan
ibu bersalin dalam waktu yang lebih lama. Jumlah ibu bersalin
Primigravida yang mengalami nyeri berat sebanyak 46%, 64% mengalami
nyeri sedang dan ringan, sedangkan pada multigravida sebanyak 37% ibu
bersalin mengalami nyeri berat, dan 63% mengalami nyeri sedang dan
ringan.(8) Nyeri pada saat persalinan menyebabkan ibu sulit untuk
beradaptasi sehingga menyebabkan tidak terkoordinasinya kontraksi uterus
yang dapat mengakibatkan perpanjangan kala I persalinan dan keadaan
janin akan terganggu. Untuk menghilangkan rasa nyeri dapat digunakan
dengan metode farmakologis dan nonfarmakologis (terapi komplementer).
Penanganan nyeri secara farmakologis masih banyak menimbulkan
pertentangan karena pemberian obat selama proses persalinan akan
memberikan efek negatif bagi janin maupun ibu.(9)
Metode non farmakologis (Komplementer) dapat digunakan oleh
seluruh lapisan masyarakat secara murah, murah, simple, efektif, dan
tanpa efek yang merugikan. Salah satu tehnik relaksasi dan tindakan
nonfarmakologi dalam penanganan nyeri saat persalinan dengan
menggunakan birth ball yang juga biasa dikenal dalam senam pilates
sebagai filball, swiss ball, dan petzi ball, teknik pernapasan, pergerakan
dan perubahan posisi, relaksasi, hidroterapi, terapi panas/dingin, musik,
guided imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa teknik yang
dapat meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin, sehingga efektif
menurunkan nyeri pada saat persalinan.(10) Hasil penelitian sebelumnya
terdapat perbedaan yang signifikan intensitas nyeri persalinan kala I fase
aktif pada ibu primigravida yang dilakukan Birth Ball dengan yang tidak
melakukan latihan Brith Ball. Latihan ini juga dapat membantu
meningkatkan kemajuan persalinan Kala I Fase Aktif.(9)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. I usia 26 tahun
G2P1A0 dengan management nyeri persalinan kala I di PMB Eva Nuraeni.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 77
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subjektif melalui
anamnesa pada Ny. I di PMB Eva Nuraeni.
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif melalui
pemeriksaan fisik dan penunjang pada Ny. I dengan melakukan
pendokumentasian varney dan dalam bentuk SOAP di PMB
Eva Nuraeni
c. Mahasiswa mampu menegakan analisis data berdasarkan data
subjektif dan objektif pada Ny. I dengan melakukan
pendokumentasiaan SOAP di PMB Eva Nuraeni
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan kasus serta
evaluasi kasus pada Ny. S dengan melakukan
pendokumentasian SOAP di PMB Eva Nuraeni.
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk
1. Manfaat Bagi Klien Klien.
Mendapatkan asuhan kebidanan pada ibu bersalinan sesuai dengan
kebutuhan ibu pada saat proses persalinan.
2. Mamfaat Bagi Lahan Praktek.
Dapat menambah bahan acuan dan wawasan serta meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan pada ibu bersalin.
3. Mamfaat Bagi Intitut Pendidikan.
Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan menambah
masukan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada ibu ibu bersalin.
4. Manfaat Bagi Mahasiswa.
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin serta sebagai bahan
evalusi dalam menilai kemampuan menyiapkan materi untuk persiapan
praktek kebidanan secara langsung.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 78
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai 26 dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.(11)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban didorong keluar atau melalui jalan lahir.(12)
2.1.2 Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui berbagai upaya yang berintergrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
2.1.3 Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Beberapa teori yang menyatakan sebab mulainya persalinan(11):
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan
estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Keregangan otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Contohnya pada kehamilan gemeli, sering
terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 79
sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih
dini.
c. Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosinn bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot Rahim.
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangkasebagai salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal
ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama proses persalinan.
2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya
perempuan memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labor),
dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida
tanda ini tidak begitu terlihat. Mulai menurunnya bagian terbawah
bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan. Bila
bagian bawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman.
Ketidak nyamanan disebabkan karena adanya tekanan bagian
terbawah pada struktur daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami
hal berikut :
1) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluang untuk
melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih
meningkat.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 80
2) Tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf yang
melewati foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan
sering terjadi kram kaki.
3) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan
terjadinya udema karena bagian terbesar dari janin menghambat
darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.
b. Terjadinya His Permulaan
Adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan
fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his
permulaan. Sifat his permulaan (palsu) adalah seperti, rasa nyeri
ringan di bagian bawah, datang tidak teratur, tidak ada perubahan
pada serviks atau pembawa tanda, durasi pendek, tidak bertambah
bila beraktivitas.(13)
2.1.5 Faktor – Fator yang Mempengaruhi Persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)
Passage atau faktor jalan lahir terbagi atas bagian keras dan bagian
lunak. Bagian keras terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka
panggul). Bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan-jaringan dan
ligamenligamen.
b. Power (Tenaga)
Kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan
kerjasama yang baik dan sempurna.
1) His, adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi
simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat
kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong
janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 81
Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang
harus diperhatikandari his adalah :
a) Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu
biasanya permenitatau per 10 menit.
b) Intensitas his adalah kekuatan his (adekuat atau lemah).
c) Durasi (lama his) adalah lamanya setiap his berlangsung
dan ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik .
d) Interval his adalah jarak antara his satu dengan his
berikutnya, misalnya his datang tiap 2 – 3 menit.
e) Datangnya his apakah sering, teratur atau tidak.
Perubahanperubahan akibat his, diantaranya :
(1) Pada uterus dan serviks: uterus teraba keras/padat
karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot
yang banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi
pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari
serviks.
(2) Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi
rahim, terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
(3) Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi utero–
plasenter kurang sehingga timbul hipoksia janin.
Denyut jantung janin melembat dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar
terjadi hipoksia yang cukup lama, misalnya pada
kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia
dengan denyut jantung janin diatas 160 permenit dan
tidak teratur.
2) Tenaga mengejan Setelah pembukaan lengkap dan setelah
ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his,
terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut
yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.
Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan saat buang air besar

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 82
tetapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai pada dasar
panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup
glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan
diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat
berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif
sewaktu ada his.Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat
lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya,
persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini
juga melahirkan placenta setelah plasenta lepas daridinding
rahim.
c. Passenger
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah
factor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,
bagian terbawah, dan posisi janin.
1) Sikap (habitus) Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin
dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.
Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di
dada.
2) Letak (situs) Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap
sumbu ibu misalnya Letak Lintang dimana sumbu janin tegak
lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin
sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak
sungsang.
3) Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi dan lain-lain.
a) Bagian terbawah janin, sama dengan presentasi hanya lebih
diperjelas istilahnya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 83
b) Posisi janin untuk indikator atau menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau
belakang terhadap sumbu ibu (maternal–pelvis). Misalnya
pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK)
kiri depan, UUK kanan belakang.(13)
2.1.6 Tahap Persalinan
A. Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat
sampai pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase: fase laten
(pembukaan serviks 1-3 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase
aktif (pembukaan serviks 4-10 cm/lengkap), membutuhkan waktu
6 jam. Fase aktif terbagi lagi menjadi:
1. Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm
sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
2. Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
3. Fase diselerasi (kurangnya percepatan), dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm selama 2 jam.(14)
B. Kala II atau kala pengeluaran, dari pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primipara dan 1 jam pada multipara.
C. Kala III atau kala uri, dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
D. Kala IV atau kala pengawasan, dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama post partum.(15)
2.2 Nyeri Persalinan
2.2.1 Pengertian
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa
nyeri timbul bila ada jaringan rusak, dan hal ini menyebabkan
individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Bila
kulit nyeri akibat iskemia, maka secara tak sadar orang itu akan
mengubah posisinya.(16)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 84
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan
ataupun berat. Menurut International Association for Study of Pain
(IASP), nyeri adalah sensasi subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.(16)
2.2.2 Etiologi Nyeri dalam Persalinan
a. Nyeri Persalinan
Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat
wanita meras cemas. Banyak wanita menganggap bahwa nyeri
merupakan bagian besar dari proses kelahiran. Nyeri saat
persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada
tipe nyeri yang lain selalu disebabkan oleh suatu kecelakaan
atau penyakit.(17)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang
sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan
penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan.
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan
darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot.(17)
Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan
kala satu adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus
bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada
serat otot dan ligamen yang menyokong struktur-struktur ini
Bonika dan McDonald, menyatakan bahwa faktor berikut
mendukung teori tersebut :
1. Peregangan otot polos telah ditunjukan menjadi
rangsangan pada nyeri versal. Intensitas yang dialami pada
konntraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan dilatasi
serviks dan segmen uterus bawah.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 85
2. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya
tekanan intrauterin yang menambah dilatasi struktural
tesebut. Pada awal persalinan, terdapat pembentukan
tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik
setelah mulai kontraksi uterus. Pada persalinan
selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebuh cepat
yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum
adanya persepsi nyeri.
3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak
melahirkan, mereka mengalami nyeri serupa dengan yang
dirasakan selama kontraksi uterus. Rangsangan persalinan
kala-satu ditransmisikan dari serat aferen melalui pleksus
hipogastrik superior, inferior dan tengah, rantai simpatik
torakal bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior.
Nyeri dapat disebar dari area pelvik ke umbilikus, paha
atas, dan area midsakral.(18)
2.2.3 Penyebab Rasa Nyeri dalam Persalinan
Nyeri persalinan muncul karena(19):
a. Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks
serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium.
Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi.
b. Regangan otot dasar panggul
Nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Nyeri ini
terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar
anus dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian
bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.
c. Episiotomy

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 86
Nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, tindakan ini
dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi maupun
rupture pada jalan lahir.
d. Kondisi Psikologi
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa
cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone
prostaglandine sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Dalam Persalinan
Adapun beberapa factor yang mempengaruhi nyeri
persalinan, diantaranya:
1) Faktor Fisiologis
a) Keadaan umum
Kondisi fisik yang menurun seperti kelelahan dan
malnutrisi dapat meningkatkan intensitas nyeri yang
dirasakan. Dengan demikian dapat dikatakan di dalam
proses persalinan diperlukan kekuatan atau energi yang
cukup besar, karena jika ibu mengalami kelelahan dalam
persalinan tidak cukup toleran dalam menghadapi rasa
nyeri yang timbul sehingga intensitas nyeri yang dirasakan
semakin tinggi.
b) Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali pada usia tua umumnya
akan mengalami persalinan yang lebih lama dan
merasakan lebih nyeri dibandingkan ibu yang masih
muda. Sehingga dapat dikatakan pada primipara dengan
usia tua akan merasakan intensitas nyeri yang lebih tinggi
dan persalinan yang lebih lama dari primipara usia
muda.(19)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 87
c) Ukuran janin
Dikatakan bahwa persalinan dengan ukuran janin yang
besar akan menimbulkan rasa nyeri yang lebih kuat dari
persalinan dengan ukuran janin normal. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa semakin besar ukuran janin semakin
lebar diperlukan peregangan jalan lahir sehingga nyeri
yang dirasakan semakin kuat.
d) Endorphin
Efek opioid endogen atau endorphin adalah zat seperti
opiate yang berasal dari dalam tubuh yang disekresi oleh
medulla adrenal. Endorphin adalah neurotransmitter yang
menghambat pengiriman rangsang nyeri sehingga dapat
menurunkan sensasi nyeri. Tingkatan endorphin berbeda
antara satu orang dengan orang lainnya. Hal ini yang
menyebabkan rasa nyeri seseorang dengan yang lain
berbeda.
2) Faktor Psikologi
a) Takut dan cemas
Cemas dapat mengakibatkan perubahan fisiologis seperti
spasme otot, vasokontriksi dan mengakibatkan
pengeluaran substansi penyebab nyeri (kotekolamin),
sehingga cemas dapat meningkatkan intensitas nyeri yang
dirasakan. Sementara perasaan takut dalam menghadapi
persalinan akan menyebabkan timbulnya ketegangan
dalam otot polos dan pembuluh darah seperti kekakuan
leher rahim dan hiposia rahim. Oleh Karen aitu dapat
disimpulkan bahwa perasaan cemas dan takut selama
persalinan dapat memicu sistem syaraf simpatis dan
parasimpatis, sehingga dapat lebih meningkatkan
intensitas nyeri yang dirasakan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 88
b) Arti nyeri bagi individu
Arti nyeri bagi individu adalah penilaian seseorang
terhadap nyeri yang dirasakan. Hal ini sangat berbeda
antara satu orang dengan yang lainnya, karena nyeri
merupakan pengalaman yang sangat individual dan
bersifat subjektif.
c) Kemampuan kontrol diri
Kemampuan kontrol diartikan sebagai suatu kepercayaan
bahwa seseorang mempunyai sistem kontrol terhadap
suatu permasalahan sehingga dapat mengendalikan diri
dan dapat mengambil tindakan guna menghadapi masalah
yang muncul. Hal ini sangat diperlukan ibu dalam
menghadapi persalinan sehingga tidak akan terjadi respon
psikologis yang berlebihan seperti ketakutan dan
kecemasan yang dapat menganggu proses persalinan.
d) Fungsi kognitif
Dijelaskan bahwa perbedaan respon seseorang dalam
menghadapi suatu permasalahan atau rangsang
berhubungan dengan fungsi kognitif. Suasana kognitif
dapat mempengaruhi respon dan perilaku seseorang
terhadap suatu permasalahan atau rangsang.
e) Percaya diri
Percaya diri adalah keyakinan pada diri seseorang bahwa
ia akan mampu menghadapi suatu permasalahan dengan
suatu tindakan atau perilaku yang akan dilakukan
dikatakan pula jika ibu percaya bahwa ia dapat melakukan
sesuatu untuk mengontrol persalinan maka ia akan
memerlukan upaya minimal untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan. Dengan kata lain bahwa percaya diri yang
tinggi dapat menghadapi rasa nyeri yang timbul selama

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 89
persalinan dan mampu mengurangi intensitas nyeri yang
dirasakan.
f) Dukungan Keluarga
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri
adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan
bagaimana sikap mereka terhadap klien. Kehadiran
keluarga sangat bermakna, selain itu dapat meminimalkan
kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau
teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien
semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang yang
memberi dukungan sangatlah berguna karena akan
membuat seseorang menjadi lebih nyaman. Dukungan dari
pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga
membantu mengatasi rasa nyeri.(19)
2.2.5 Fisiologi Nyeri
Beberapa teori yang menjelaskan mekanisme nyeri
diantaranya(19):

a. Nyeri berdasarkan tingkat kedalaman dan letaknya


1) Nyeri Viseral yaitu rasa nyeri yang dialami ibu karena
perubahan serviks dan iskemia uterus pada persalinan kala
I. Pada kala I fase laten lebih banyak penipisan di serviks
sedangkan pembukaan serviks dan penurunan daerah
terendah janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Ibu
merasakan nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen
dan menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun ke
paha. Ibu biasanya mengalami nyeri hanya selama
kontraksi dan bebas rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
2) Nyeri Somatik yaitu nyeri yang dialami ibu pada akhir kala
I dan kala II persalinan. Nyeri disebabkan oleh peregangan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 90
perineum dan vulva, tekanan servikal saat kontraksi,
penekanan bagian terendah janin secara progesif pada
fleksus lumboskral, kandung kemih, usus dan struktur
sensitif panggul yang lain.

2.2.6 Klasifikasi Nyeri


Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri secara umum dan
nyeri dalam proses persalinan yaitu :
a. Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah :
1) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah
rangsangan dan hilang setelah penyembuhan.
2) Nyeri kronik yaitu nyeri ini dapat berlangsung lama (lebih
dari enam bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan
resisten dengan pengobatan.
b. Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :

1) Nyeri Viseral, bersifat lambat dalam yang tidak


terlokalisir. Implus nyeri selama kala I pada
persalinan di trasmisi melalui segment saraf spinal
dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal
saraf simpatis. Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen
abdomen dan menjalar kedaerah lumbal bagia belakang
dan turun sampai dengan paha.
2) Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan
lokasi jelas. Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui
saraf spina dan parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri
ini pada akhirnya kala I dan selama kala II yang
merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang
menekan jaringan-jaringan maternal dan tarikan perinium
dan Utercocervical selama kontraksi.
3) After pain, nyeri selama kala II dimana uterus mengecil,
sobek dari hasil distensi dan laserasi dari serviks, vagina

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 91
dan jaringan perinal nyeri yang dirasakan seperti awal
kala I dan kala II.

2.3 Dampak Nyeri terhadap Proses Persalinan


Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi
uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses
persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang
pelepasan mediator kimiawi seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan,
histamin, bradikinin, substansi P, dan serotonin, akan membangkitkan stres
yang menimbulkan sekresi hormon seperti katekolamin dan steroid dengan
akibat vasokonstriksi pembuluh darah sehingga kontraksi uterus melemah.
Sekresi hormon tersebut yang berlebihan akan menimbulkan gangguan
sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin.(7)
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon
ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi
pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke
uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri
bertambah banyak.(7)
Nyeri persalinan juga dapat, menyebabkan timbulnya
hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan
darah, dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini
akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan
gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri.
Apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan menyebabkan terjadinya partus
lama.(7)
2.4 Penatalaksanaan Nyeri dalam Persalinan Secara Non Farmakologis
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi
(memanajemen) nyeri saat persalinan, yaitu salah satunya dengan
memberikan terapi non farmakologis. Terapi nonfarmakologis yaitu terapi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 92
yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi
dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit
mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat
dilakukan ialah:(20)
a. Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi.
Gerakangerakan dasar meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan
kebelakang menggunakan tenaga, menepuk-nepuk, meremas-remas, dan
gerakan meliuk-liuk.
Beberapa metode message antara lain:
1) Metode Effluerage
Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu
letakkan kedua tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar ke arah pusat simpisis atau dapat kjuga menggunakan satu
telapak tangan menggunakan gerakan melingkat atau satu gerakan.
2) Metode Deep Back Massage
Memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan
atau keluarga pasien menekan daerah sacrum secara mantap dengan
telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.
Deep back massage adalah penekanan pada sakrum yang
dapat mengurangi ketegangan pada sendi sakroiliakus dari posisi
oksiput posterior janin. Selama kontraksi dapat dilakukan penekanan
pada sakrum yang dimulai saat awal kontraksi dan diakhiri setelah
kontraksi berhenti. Jika klien menggunakan fetal monitor, dapat
melihat garis kontraksi untuk memulai dan mengakhiri penekanan.
Penekanan dapat dilakukan dengan tangan yang dikepalkan seperti
bola tenis pada sakrum 2,3,4. Metode deep back massage

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 93
memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan daerah sakrum secara mantap dengan
telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.

Gambar 1 Lokasi pemijatan pada nyeri persalinan kala I


Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan metode rubbing
massage yaitu teknik pijatan yang dilakukan pada punggung diantara
kontraksi.
Persalinan disertai rasa nyeri dan 7-14% tidak disertai
nyeri. Pada kala I terjadi kontraksi yang dapat menekan ujung syaraf
sehingga menimbulkan rangsangan nyeri dan berdampak timbulnya
ketakutan dan rasa takut. Ada rasa takut sehingga dapat berdampak
pada kecepatan pembukaan serviks sehingga dibutuhkan intervensi
untuk mengurangi rasa takut tersebut salah satunya dengan
memberikan pijatan pada ibu bersalin.
3) Metode Rubbing Massage
Gerakan pemijatan pada daerah pnggung bagian belakang
secara lembut yang dilakukan dari atas sampai ke bawah
menggunakan telapak tangan atau jari tangan.
4) Metode firm counter pressure
Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau
keluarga pasien menekan sacrum secara bergantian dengan tangan
yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.
5) Abdominal lifting
Memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien
pada posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 94
pinggang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang
berlawanan ke arah puncak perut tanpa menekan ke arah dalam,
kemudian ulangi lagi.
b. Relaksasi
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam
keadaan istirahat atau selama proses persalinan :
1) Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit,
kedua tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi
bantal.
2) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah
kepala diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga,
agar perut tidak menggantung.
3) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua
lengan di samping telinga.
4) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas
tempat tidue. Kedua kaki tidak boleh menggantung.
Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his.
2.5 Birth Ball
2.5.1 Pengertian
Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu
inpartu kala I ke posisi yang membantu kemajuan persalinan.
Sebuah bola terapi fisik yang membantu kemajuan persalinan dan
dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya
yaitu dengan duduk di bola dan bergoyang-goyang membuat rasa
nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan
gravitasi sambil meningkatkan pelepasan endorfin karena elastisitas
dan lengkungan bola merangsang reseptor di panggul yang
bertanggung jawab untuk mensekresi endorfin.(21)
2.5.2 Manfaat
Birth ball bermanfaat secara fisik sehingga dapat digunakan selama
kehamilan dan persalinan. Dalam hal ini, birth ball memposisikan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 95
tubuh ibu secara optimal dan pengurangan nyeri selama kontraksi
uterus memunculkan gerakan yang tidak biasa. Alasan yang
mendasari hal ini adalah latihan birth ball dapat bekerja secara
efektif dalam persalinan(21). Manfaat yang disarankan
menggunakan birth ball adalah penuruan rasa sakit, pengurangan
kecemasan. Namun sebagian manfaat yang dilaporkan dari birth
ball bersifat deskriptif, dan sampai sekarang penggunaanya belum
dipelajari dan dievaluasi dengan menggunakan metode penelitian
yang objektif(22).
2.5.3 Macam-Macam Gerakan Birth Ball
Menurut Oktifa jenis gerakan yang dapat dilakukan dengan birth
ball yaitu(22):
1. Duduk di atas bola
• Duduklah di atas bola seperti halnya duduk di kursi
dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan badan
di atas bola terjaga.
• Dengan tangan di pinggang atau di lutut, gerakkan
pinggul ke samping kanan dan ke samping kiri
mengikuti aliran gelinding bola. Lakukan secara
berulang minimal 2 x 8 hitungan.
• Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan
pinggul ke depan dan kebelakang mengikuti aliran
menggelinding bola. Lakukan secara berulang minimal
2 x 8 hitungan.
• Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan
memutar pinggul searah jarum jam dan sebaliknya
seperti membentuk lingkaran atau hula hoop.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 96
• Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju
dan mundur.

Gambar 2. Duduk di atas bola (Sumber :


https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-a-birthing-ball)
2. Duduk di atas bola bersandar ke depan
• Setelah menggerakkan pinggul mengikuti aliran
menggelinding bola, lakukan fase istirahat dengan
bersandar ke depan pada kursi atau pendamping (bisa
instruktur atau salah satu anggota keluarga).
• Sisipkan latihan tarikan nafas dalam.
• Lakukan teknik ini selama 5 menit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 97
Gambar 3. Duduk di atas bola bersandar ke depan (Sumber :
https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-abirthing-ball)
3. Berdiri bersandar di atas bola
• Letakkan bola di atas kursi.
• Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar ke
depan pada bola seperti merangkul bola.
• Lakukan gerakan ini selama 5 menit

Gambar 4. Berdiri bersandar di atas bola (Sumber :


https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-a-birthing-ball)
4. Berlutut dan bersandar di atas bola
• Letakkan bola di lantai.
• Dengan menggunakan bantal atau pengalas yang empuk
lakukan posisi berlutut.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 98
• Kemudian posisikan badan bersandar ke depan di atas
bola seperti merangkul bola.
• Dengan tetap pada posisi
• Merangkul bola, gerakkan badan ke samping kanan dan
kiri mengikuti aliran menggelinding bola.
• Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping untuk
memijat atau melakukan tekanan halus pada punggung
bawah. Lakukan tindakan ini selama 5 menit.

Gambar 5. Berlutut dan bersandar di atas bola (Sumber :


https://www.babycentre.co.uk/a1048463/using-abirthing-ball)

5. Jongkok bersandar pada bola


• Letakkan bola menempel pada tembok atau papan
sandaran.
• Ibu duduk di lantai dengan posisi jongkok dan
membelakangi atau menyandar pada bola.
• Sisipkan latihan tarikan nafas dalam pada posisi ini.
• Lakukan selama 5-10 menit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 99
Gambar 5. Jongkok bersandar pada bola (Sumber :
https://id.theasianparent.com/birth-ball/)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 100
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No. Registrasi : 006/BPM/IV/2021


Tanggal Pengkajian : 28 April 2021
Waktu Pengkajian : 18.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB EVA
Pengkaji : Eva Nuraeni

A. DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS
Nama : Ny. I Nama Suami : Tn. R
Umur : 25 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku/kebangsaan : Sunda Suku/kebangsaan : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Swasta
Alamat rumah : Kp. Babakan Jati Desa Rahong
Telp : +62 857-5963-5543 Telp :-

1. Keluhan Utama:
Ibu mengeluh mules-mules sejak jam 12 siang, belum keluar air- air dan lendir
campur darah, dan belum ada tanda tanda ingin mengedan namun ibu
mengatakan perut bagian bawah terasa nyeri, menjalar sampai ke pinggang saat
terjadi kontraksi, ibu merasa cemas dan gelisah.
2. Riwayat Menstruasi
▪ HPHT : 22-07-2020
▪ TTP : 29-04-2021
▪ Lamanya : 7 hari
▪ Banyaknya: Normal
▪ Siklusnya : 28 hari
▪ Konsitensi : Encer sedikit gumpalan
3. Riwayat kesehatan
• Riwayat penyakit menular dalam keluarga : Tidak ada
• Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : Tidak ada
4. Perilaku kesehatan :
• Penggunaan alkohol / obat sejenisnya : Tidak

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 101
• Obat/jamu yang sering digunakan : Tidak
• Rokok, makan sirih : Tidak
• Irigasi vagina : Tidak

5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, KB yang lalu


Penyulit
Tahun Tempat Jenis
No UK Penolong Kehamilan/ JK BB PB
lahir Bersalin persalinan
Persalinan
PMB 38 3 49
1 2017 Pervaginam Bidan Tidak Ada P
Eva Minggu kg cm

6. Riwayat hamil ini


• Pemeriksaan pertama kali pada kehamilan : Usia 1 bulan
• Tempat periksa hamil : PMB
• Frekwensi selama hamil : 8 kali
• Immunisasi TT 1 tgl : 20 -11-20 TT2 tgl : 20-12-2021
• Keluhan mual dan muntah : Trimester 1
• Keluhan pusing : Tidak ada
• Muntah : Ya (Trimester 1)
• Oedem : Tidak ada
• Nyeri perut : Tidak ada
• Penglihatan kabur : Tidak ada
• Gerakan janin pertama kali : Usia kehamilan 4
bulan
• Rasa gatal vulva dan vagina : Tidak ada
• Gerakan Janin sekarang : Aktif (pergerakan
≥10 kali per hari )
7. Aktivitas sehari-hari
a. Diet/makan
• Makan sehari-hari : 3-4 x/hari
• Ngidam : Tidak ada
• Pantangan tehadap makanan : Tidak ada
b. Pola eliminasi :
• Bak : 5-6 x/ hari Warna : Jernih
• BAB : 1 x/ hari Konsistensi / warna: Lembek
padat
c. Pola istirahat dan tidur :
• Siang : 1 jam
• Malam :6-7 jam/hari
d. Pola seksulitas : Normal

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 102
e. Aktifitas sehari-hari : Mengerjakan pekerjaan rumah tangga

8. Riwayat Sosial
• Apakah kehamilan ini direncanakan : Ya
• Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki
• Status perkawinan : Sah
• Usia perkawinan : 5,5 tahun
• Kegiatan spiritual : Setiap hari

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
• Keadaan umum : Baik
• kesadaran : Composmentis
• Keadaan emosional : Normal
• Vital sign :
➢ TD : 130/90 mmHG Nadi : 90 x/m
➢ RR : 25 x/m Suhu : 36.5 0C
• TB : 154 cm
• BB sebelum hamil : 55 kg
BB sekarang : 65 kg

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
• Warna rambut : Hitam
• Tekstur : Normal
• Luka : Tidak ada
• Kebersihan : Bersih
b. Muka
• Oedema : Tidak ada
• Pucat : Tidak ada
• Cloasma gravidarum : Tidak ada
c. Mata
• Oedema : Tidak ada
• Konjungtiva : Merah muda
• Sklera : Putih
d. Hidung
• Kebersihan : Bersih tidak ada pengeluaran
• Radang : Tidak ada
e. Gigi/mulut :

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 103
• Lidah dan geraham : Tidak ada kelainan
• Stomatits : Tidak ada
• Tonsil : Tidak ada
• Caries : Tidak ada
• Karang gigi : Tidak ada
f. Telinga
• Kebersihan : Bersih dan Tidak ada pengeluaran
• Radang : Tidak ada
• Pendengaran : Normal
g. Leher
• Kelenjer tiroid : Tidak ada pembesaran
• Kelenjar lymfa : Tidak ada pembengkakan
• Vena jugularis : Tidak ada peningkatan
h. Dada
• Bunyi jantung : Reguler
• Bunyi paru : Normal
i. Payudara
• Pembesaran : Simetris dan Normal
• Striae : Tidak ada
• Putting : Menonjol
• Areola : Cokelat kehitam-hitaman
• Benjolan : Tidak ada
• Pengeluaran : Tidak ada
• Kebersihan : Bersih
j. Abdomen
• Bekas luka operasi : Tidak ada
• Pembesaran perut : Sesuai usia kehamilan
• Bentuk perut : Simetris
• Striae : Tidak ada
• Kandung kemih : Kosong
• Oedema : Tidak ada
• Linea : Ada
k. Pemeriksaan kebidanan
• Palpasi uterus
➢ Leopold I : Teraba bagiat bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
➢ Leopold II : Teraba bagian keras seperti papan di kiri perut ibu
(PUKI) dan teraba bagian kecil yaitu tangan dan kaki (Ekstremitas)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 104
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala) dan
bagian terbawah janin sudah masuk PAP
➢ Leopold IV : Divergen
• TFU : 29 cm
• TBJ : 2790 gr
• Auskultasi
➢ Frekuensi : 148x/menit
➢ Tempat : Punctum maksimum kuadran 3
➢ Irama : Reguler
• Kontraksi
➢ Frekuensi : 3x10 menit
➢ Durasi : 40 detik
l. Ekstremitas
• Oedema tangan dan jari : Tidak ada
• Oedema kaki : Tidak ada
• Betis merah/lembek/keras : Tidak ada
• Varises : Tidak ada
• Reflek patella ka/ki : Ada / ada
m. Anogenital
• Inspeksi
➢ Vulva/vagina
- Varises : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Luka : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
- dll :-
➢ Perineum (luka parut) : Utuh
n. Periksa Dalam
• Atas indikasi : Mules-mules
• Pukul : 18.00 WIB
• Dinding vagina : Tidak ada kelainan
• Portio (Effecement) : Tipis
• Posisi portio : Anterior
• Pembukaan serviks : 4 cm
• Konsistensi servik : Elastis dan Lunak
• Ketuban : Utuh
• Presentasi fetus : Belakang kepala
• Penurunan bagian terendah : H-3
• Posisi janin : UUK Ki-Dep

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 105
• Bagian lain yang teraba : Tidak ada
o. Punggung / pinggang dan anus
• Posisi tulang belakang : Lordosis gravidarum
• Hemoroid : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
• HB : 12.2 gr%
• Protein urin : Negatif
• Glukosa urin : Negatif
• Golongan darah : Negatif

C. ANALISIS DATA :
1. Diagnosa :
G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu kala I fase aktif
janin tunggal hidup intrauterine persentasi kepala dengan kondisi baik

a. Dasar
1) Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dan belum pernah
keguguran
2) HPHT : 22-07-2020
3) TTP : 29-04-2021
b. Masalah : Tidak ada
c. Kebutuhan :
1) Informasi mengenai persalinan
2) Dukungan dan motivasi
3) Tatalaksana manajemen nyeri
4) Pentingnya nutrisi
2. Masalah Potensial : Tidak ada
3. Tindakan Segera : Tidak ada

D. PENATALAKSANAAN :
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa
ibu sudah pembukaan 4 cm, keadaan ibu dan janin baik.
Evaluasi : ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu jangan dulu mengedan sebelum pembuakaan lengkap (10
cm).
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh bidan dan tidak
akan mengedan sebelum pembukaan lengkap.
3. Menganjurkna dan menemani ibu untuk bermain brith ball agar bisa
mengurangi rasa sakit ibu saat kontraksi.
Evakuasi : ibu faham dan mau melakukan saran bidan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 106
4. Memberikan asuhan sayang ibu
a. Membantu ibu melakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan
ibu.
b. Memberikan sentuhan seperti memijat atau menggosok punggungnya
( untuk mengurangi rasa nyeri).
c. Menganjurkan dan mengingatkan ibu teknik relaksasi, ibu diminta
untuk menarik nafas panjang, menahan nafas sebentar kemudian
dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu merasa
kontraksi.
d. Selalu menjaga privasi ibu dalam persalinan.
e. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan asupan cairan.
Evaluasi : asuhan sayang ibu telah dilakukan dan ibu cukup nutrisi.
2. Menganjurkan keluarga untuk selalau memberikan dukungan serta
motivasi kepada ibu.
Evaluasi : keluarga mengerti serta mendapingi ibu
3. Menyiapkan alat partus set, mempersiapkan peralatan dan perlengkapan
untuk menolongpersalinan, hacting set, resusitasi, perlengkapan bayi dan
perlengkapan ibu.
Evaluasi : semua perlengkapan persalinan dan perlengkapan paien
telah disiapkan.
4. Memantau kemajuan persalinan, mengobservasi kesejahtraan ibu dan
janin, yaitu tekanan darah, suhu, pembukaan 4 jam sekali, respirasi, DJJ,
his 30 menit sekali lekemudian dicatat di partograf.
Evaluasi : observasi kemajuan persalinan dan kesejahtaraan ibu dan
janin sudah dilakukan dengan baik
Jakarta, 28 April 2020
Pengkaji,

(_Eva Nuraeni_)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 107
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA I)

Tanggal Pengkajian : 28 April 2021


Waktu Pengkajian : 18.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan Eva

S :
Ibu mengeluh mules-mules sejak jam 12 siang, belum keluar air- air dan
lendir campur darah, dan belum ada tanda tanda ingin mengedan namun
ibu mengatakan perut bagian bawah terasa nyeri, menjalar sampai ke
pinggang saat terjadi kontraksi, ibu merasa cemas dan gelisah.
O : Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 mmHg, P : 90 x/menit, R : 23 x/menit, S : 36.50C
His : 3x10’40”, DJJ : 148 x/menit (regular)
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher) :
Vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tipis pembukaan 4 cm, ketuban
utuh persentasi kepala UUK Ki-Dep, penurunan kepala H-III tidak ada
bagian yang menumbung
Volume urine : Kosong
Hasil pemeriksaan lainnya : Tidak ada kelainan

A : G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu kala I fase aktif


janin tunggal hidup intrauterine persentasi kepala dengan kondisi baik

P : 1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan


bahwa ibu sudah pembukaan 4 cm, keadaan ibu dan janin baik.
Evaluasi : ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu jangan dulu mengedan sebelum pembuakaan
lengkap (10 cm).
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh bidan dan
tidak akan mengedan sebelum pembukaan lengkap.
3. Menganjarknan dan menemani ibu untuk bermain brith ball agar
bisa mengurangi rasa sakit ibu saat kontraksi.
Evakuasi : ibu faham dan mau melakukan saran bidan.
4. Memberikan asuhan sayang ibu
f. Membantu ibu melakukan perubahan posisi sesuai dengan
keinginan ibu.
g. Memberikan sentuhan seperti memijat atau menggosok
punggungnya ( untuk mengurangi rasa nyeri).
h. Menganjurkan dan mengingatkan ibu teknik relaksasi, ibu
diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafas sebentar
kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu
merasa kontraksi.
i. Selalu menjaga privasi ibu dalam persalinan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 108
j. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan asupan
cairan.
Evaluasi : asuhan sayang ibu telah dilakukan dan ibu cukup nutrisi.
5. Menganjurkan keluarga untuk selalau memberikan dukungan serta
motivasi kepada ibu.
Evaluasi : keluarga mengerti serta mendapingi ibu
6. Menyiapkan alat partus set, mempersiapkan peralatan dan
perlengkapan untuk menolongpersalinan, hacting set, resusitasi,
perlengkapan bayi dan perlengkapan ibu.
Evaluasi : semua perlengkapan persalinan dan perlengkapan
paien telah disiapkan.
7. Memantau kemajuan persalinan, mengobservasi kesejahtraan ibu
dan janin, yaitu tekanan darah, suhu, pembukaan 4 jam sekali,
respirasi, DJJ, his 30 menit sekali lekemudian dicatat di partograf.
Evaluasi : observasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan
ibu dan janin sudah dilakukan dengan baik

Jakarta, 28 April 2020


Pengkaji,

(_Eva Nuraeni_)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 109
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA I)

Tanggal Pengkajian : 28 April 2021


Waktu Pengkajian : 21.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan Eva

S :
Ibu mengeluh sudah tidak kuat dan merasa ingin BAB, ibu tampak gelisah
dan tidak mau lagi duduk di atas birth ball
O : Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg, P :85 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36.50C
His : 3x10’40”, DJJ : 148 x/menit (regular)
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher) :
Vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tipis pembukaan 9 cm, ketuban
utuh persentasi kepala UUK Ki-Dep, penurunan kepala H+III tidak ada
bagian yang menumbung
Volume urine : Kosong
Hasil pemeriksaan lainnya : Tidak ada kelainan

A : G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu kala I fase aktif


janin tunggal hidup intrauterine persentasi kepala dengan kondisi baik

P : 1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan


bahwa ibu sudah pembukaan 9 cm, keadaan ibu dan janin baik.
Evaluasi : ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu jangan dulu mengedan sebelum pembuakaan
lengkap (10 cm).
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh bidan dan
tidak akan mengedan sebelum pembukaan lengkap.
3. Menganjurkan ibu untuk tidur posisi miring untuk mempercepat
penurunan kepala, tarik nafas panjang apabila ada mules, dan
istirahat jika tidak ada mules.
Evaluasi : ibu mengerti serta mau melakukan apa yang
dianjurkan.
4. Memberikan asuhan sayang ibu
k. Membantu ibu melakukan perubahan posisi sesuai dengan
keinginan ibu.
l. Memberikan sentuhan seperti memijat atau menggosok
punggungnya ( untuk mengurangi rasa nyeri).
m. Menganjurkan dan mengingatkan ibu teknik relaksasi, ibu
diminta untuk menarik nafas panjang, menahan nafas sebentar
kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu
merasa kontraksi.
n. Selalu menjaga privasi ibu dalam persalinan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 110
o. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan asupan
cairan.
Evaluasi : asuhan sayang ibu telah dilakukan , ibu merasa lebih
relex dan tampak nyaman.
8. Menganjurkan keluarga untuk selalau memberikan dukungan serta
motivasi kepada ibu.
Evaluasi : keluarga mengerti serta mendapingi ibu

Jakarta, 28 April 2020


Pengkaji,

(_Eva Nuraeni_)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 111
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA II)

Tanggal Pengkajian : 28 April 2021


Waktu Pengkajian : 21.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan Eva

S : Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan kuat serta ada perasaan
ingin BAB.

O : Tanda-tanda Vital
TD : 100/70 mmHg, P : 84 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36.50C
His : 5x10’40”, DJJ : 137 x/menit (regular)
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher) :
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba pembukaan 10 cm
ketuban pecah spontan, presentasi kepala penurunan kepala H IV tidak ada
molase dan tidak ada bagian yang menumbung
Volume urine : 50 cc
Hasil pemeriksaan lainnya : Tidak ada kelainan

A : G2P1A0 Parturian aterm kala II janin tunggal hidup intrauterine persentasi


kepala

P : 1. Memberitahukan mengenai hasil pemeriksaan kepada ibu dan


keluarga bahwa pembukaannya sudah lengkap. Memberikan
dukungan kepada ibu bahwa ibu pasti bisa melewati proses persalinan
yang aman dan lancar, mengatur posisi ibu saat mengedan yaitu
setengah duduk dengan kaki ditarik kearah dada dan meneran seperti
ingin BAB.
Evaluasi : ibu faham dan mengerti
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 112
bayi baru lahir.
Evaluasi : peralatan sudah tersedia dan lengkap
3. Mendekatkan partus set dan meminta salah satu keluarga untuk
mendampingi ibu dalam menghadapi proses persalinan.
Evaluasi : partus set sudah di dekatkan, suami bersedia menemani
ibu.
4. Mengajarkan ibu teknik mengedan dengan cara mengangkat kepala,
mata dibuka dan melihat ke perut, kedua tangan menarik paha dan ibu
dianjurkan untuk mengedan seperti buang air besar jika terasa mules,
jangan ditahan di leher.
Evaluasi : Ibu faham dan mengerti
5. Memasang handuk dan pernel/kain di atas perut ibu.
Evaluasi : handuk suda terpasang
6. Membuka alat partus set, memakai sarung tangan kanan.
Evaluasi : partus set sudah siap
7. Memasukan oksitosin kedalam spuit steril dengan cara one hand,
kemudian disimpan kembali agar tetap dalam keadaan steril.
Evaluasi : Oksitosin sudah di siapkan
8. Memakai sarung tangan kiri.
Evaluasi : Sarung tangan sudah di pakai
9. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Memimpin
ibu untuk mulai mengedan, menganjurkan ibu untuk mengedan disaat
puncak kontraksi dan beristirahat jika tidak ada kontraksi. Memantau
DJJ disaat tidak ada kontraksi.
Evaluasi : ibu sangat kooperatif
10. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,
Meletakan satu handuk bersih di perut ibu, dan satu kain bersihyang
dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
11. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
12. Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan, setelah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 113
kepala bayi lahir, memeriksa adanya lilitan tali pusat.
13. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan,
setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang kepala bayi
secara biparietal, menganjurkan ibu meneran perlahan dan dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul kemudian arah atas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah
kedua bahu lahir, menyangga dan menyusuri badan bayi.
Evaluasi : Bayi lahir spontan pervaginam pukul 21.30 WIB langsung
menangis, warna kulit bayi kemerahan,gerak aktif, jenis kelamin laki-
laki. Bayi dikeringkan menggunakan kain yang lembut, bersih dan
keringkan kemudian kain diganti kembali dengan yang baru supaya
bayi tidak kedinginan.
14. Melakukan pemeriksaan fundus uteri untuk mengetahui bayi kedua.
Evaluasi : Tidak ada bayi kedua.

Cianjur, 28 April 2021

Pengkaji,

(Eva Nuraeni)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 114
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA III)

Tanggal Pengkajian : 16 April 2021


Waktu Pengkajian : 21.45
Tempat Pengkajian : PMB Eva Nuraeni

S : Ibu merasa senang dan tenang setelah bayinya lahir, tapi ibu mengeluh
lemas dan perutnya masih terasa mules.

O : TFU : Sepusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : 50cc
Hasil pemeriksaan lainnya : Terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta

A : P2A0 Kala III dengan KU Baik


P : 1. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin di 1/3 paha atas kana n
bagian luar/distal lateral agar rahimnya berkontraksi dengan baik.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk di suntik oksitosin
2. Menjepit tali pusat dengan klem lalu melakukan pemotongan da n
pengikatan tali pusat dengan jarak 2-3 cm dari perut bayi.
Evaluasi : Tal pusat sudah di cleam
3. Mengganti dengan kain yang baru
Evaluasi : Alas sudh diganti
2. Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) selama 1 jam.
Evaluasi : IMD sudah dilakukan
3. Melakukan bounding attachment yaitu dengan membantu ibu untuk
segera memeluk dan menyusui bayinya yang di bantu oleh suaminya.
Evaluasi : Bayi dipeluk oleh ibu
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan merupakan hal
yang biasa yang berguna untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
Evaluasi : Ibu Faham dan mengerti

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 115
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan hati -hati
secara dorso kranial.
Evaluasi : PPT Sudah dilakukan
9. Menganjurkan pada keluarga untuk memberi makan dan minum pada
ibu.
Evaluasi : Ibu sudah di berikan makanan dan minuman
10. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta seperti ada semburan
darah,tali pusat memanjang, uterus membundar kemudian melahirkan
plasenta.
Evaluasi : Plasenta lahir spontan jam 21.45 WIB.
11. Melakukan massase uterus
Evaluasi : Kontraksi Uterus baik
12. Memeriksa kelengkapan plasenta
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap
13. Mengecek perdarahan dengan melihat adanya laserasi.
Evaluasi : Tidak ada laserasi, Plasenta lahir lengkap

Jakarta, 28 April 2020


Pengkaji,

(_Eva Nuraeni_)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 116
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA IV)

Tanggal Pengkajian : 28 April 2021


Waktu Pengkajian : 21.50 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan Eva

S : Ibu mengeluh badan terasa lemas dan mules, serta ibu merasa senang atas
kelahiran bayinya.
O : Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg, P : 81 x/menit, R : 23 x/menit, S : 36.50C
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Kosong
Hasil pemeriksaan lainnya :
V/v tidak ada kelainan perineum utuh perdarahan ±100 cc
A : P2A0 Kala IV Dengan KU Baik
P : 1. Memberitahu ibu bahwa plasenta telah dilahirkan secara spontan dan
plasenta lengkap.
Evaluasi : Ibu sudah di beritahu
2. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan genitalia ibu bahwa
tidak ada robekan jalan lahir.
Evaluasi : Ibu sudah di beritahu
3. Membersihkan alat-alat dan menempatkan pada larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit dan membuang bahan yang sudah tidak dipakai.
Membersihkan ibu dan tempat bersalin dari sisa darah dan air ketuban
dengan air DTT serta memberikan kenyamanan dengan menggantikan
pakaian ibu yang bersih dan kering.
Evaluasi : alat-alat sudah di rendam dengan air klorin
4. Mengajari ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus sampai
teraba keras dengan mengusap-ngusap perut ibu searah dengan jarum
jam, agar berkontraksi dengan baik dan mencegah terjadinya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 117
perdarahan.
Evaluasi : ibu bisa memassase uterusnya sendiri
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum teh manis agar ibu tidak
merasa lelah dan tenaga ibu bisa pulih kembali, ibu dianjurkan
meneruskan memberikan ASI kepada bayinya.
Evaluasi : ibu bersedia mengikiuti anjuran bidan
3. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan buang air kecil agar tidak
terjadi infeksi saluran kemih dan menganjarkan ibu untuk
membersihkan bagian genitalianya dengan menggunakan sabun dan air
bersih agar terjaga kebersihannya.
Evaluasi : ibu sudah bisa BAK dan cebok dengan air dingin
4. Menganjurkan ibu untuk beristirahat agar tenaga ibu pulih kembali.
Evaluasi : ibu beristirahat di temani keluarga
5. Memfasilitasi rooming in dengan segera memberikan lagi ke ibunya
untuk segera disusui.
Evaluasi : bayi di tempatkan seruangan dengan ibu
6. Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua.
Evaluasi : Ibu dalam keadaan baik
7. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : dokumentasi sudah di catat dalam bentuk SOAP
Jakarta, 28 April 2021
Pengkaji,

(_Eva Nuraeni_)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 118
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


4.1.1 Asuhan Kala I
Asuhan yang diberikan kepada Ny.I adalah memberikan
asuhan sayang ibu seperti menganjurkan ibu untuk makan dan
minum, membantu ibu melakukan perubahan posisi sesuai dengan
keinginan ibu. Di karenakan ibu nampak cemas dan gelisah saat
terjadi kontraksi di tunjang dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital ibu menunjukan TD. 130/90 mmHg dan nadi ibu 90x/menit
menunjukan respon fisiologis ibu terhadap nyeri, maka bidan
memberikan sentuhan seperti memijat atau menggosok punggung
ibu dan menganjurkan ibu untuk duduk sambil menggoyang
pinggang searah jarum jam di atas birth ball untuk mengurangi rasa
sakit, menganjurkan dan mengingatkan ibu tehnik bernafas dan
relaksasi, menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, membantu ibu
dalam pemenuhan nutrisi, menganjurkan ibu untuk tidak menahan
BAK, memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu
sudah mulai memasuki masa persalinan dengan pembukaan 4 cm.
Kemudian melakukan observasi DJJ, nadi, his, tekanan darah,
pemeriksaan dalam, suhu, urine, serta mempersiapkan oksigen di
khawatirkan penyulit saat persalinan dan mencatat semua
perkembanganya di partograf dan mempersiapkan alat partus set.
Pada Ny. I diagnosa dan masalah yang diprioritaskan yaitu
gangguan rasa nyaman nyeri yang difokuskan untuk memberikan
metode manajemen nyeri non farmakologi menggunakan birth ball.
Sesuai dengan teori menurut Oktifa 2012 ,Nyeri persalinan
merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 119
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap
nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot.(22)
Penelitian tentang metode-metode non farmakologi untuk
mengurangi nyeri persalinan yang sudah pernah dilaksanakan
sebelumnya yaitu studi literature yang dilakukan untuk mengetahui
metode efektif dalam mengurangi nyeri persalinan, sehingga dapat
digunakan sebagai metode alternatif penanganan nyeri pada ibu
bersalin. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Tetti Solehati 2018
diperoleh bahwa dalam upaya mengurangi nyeri persalinan ada
berbagai metode yang dapat digunakan, antara lain terapi massage,
musik, aromaterapi, kompres hangat, latihan nafas (breath
exercise), dan latihan birthball. Dengan demikian, penelitian ini
memberikan bukti yang valid metode non farmakologi efektif
dalam mengurangi nyeri saat bersalin. Studi lebih lanjut terkait
tindakan non farmakologi dapat dilakukan lebih mendalam
mengenai tindakan mana yang paling efektif untuk mengurangi
nyeri persalinan.(23)

Sesuai dengan menelitian Kurniawati A, Dasuki D, Farida


K. 2017, Penggunaan birth ball selama persalinan mencegah ibu
dalam posisi terlentang secara terus-menerus. Birth ball
memposisikan tubuh ibu secara optimal dan pengurangan nyeri
selama kontraksi uterus memunculkan gerakan yang tidak biasa.
Latihan birth ball dapat meningkatkan mobilitas panggul ibu hamil.
Latihan ini dilakukan dalam posisi tegak dan duduk, yang diyakini
untuk mendorong persalinan dan mendukung perineum untuk
relaksasi dan meredakan nyeri persalinan.(9)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 120
4.1.2 Asuhan Kala II
Asuhan yang di berikan kepada Ny.I adalah memberikan
asuhan sayang ibu seperti memberikan ibu minum di sela-sela
kontraksi, mengajarkan dan membimbing ibu cara mengedan yang
baik dengan cara mengangkat kepala, mata dibuka dan melihat
keperut, kedua tangan menarik paha dan ibu dianjurkan untuk
mengedan seperti buang air besar jika terasa mules jangan ditahan
dileher, membantu ibu mengambil posisi yang sesuai dengan
pilihan ibu yang mempermudah proses persalinan, dan
menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. Melihat ada
tanda gejala kala II seperti dorongan meneran, tekanan pada anus,
perenium menonjol, vulva membuka kemudian setelah terlihat
tanda-tanda tersebut dilanjutkan melakukan pertolongan persalinan
sesuai dengan APN, dengan bersih dan aman seperti memimpin ibu
untuk mengedan dengan baik serta melakukan amniotomi dan
ketuban berwarna jernih, Membantu kelahiran kepala bayi,
mengecek lilitan tali pusat dan memotong segera tali pusat karena
ada lilitan yang kuat. Melakukan penanganan bayi baru lahir seperti
mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks,
mengganti handuk yang basah dengan kain yang kering.
Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua.
4.1.3 Asuhan Kala III
Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny.I adalah
melakukan manajemen aktif kala III, yaitu memberikan oxytosin
10 UI secara IM di 1/3 paha atas bagian distal. Menjepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi, mendorong sisi tali
pusat kearah distal dan jepit kembali 2 cm distal dari klem pertama.
Melakukan pengguntingan tali pusat diantara klem tersebut, dan
menjepit tali pusat dengan umbilical klem, meletakan bayi
tengkurap di dada ibu dan dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD),

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 121
melakukan bounding attachment yaitu dengan membantu ibu untuk
segera memeluk dan menyusui bayinya yang dibantu oleh
suaminya memindahkan klem berjarak 5-10 cm dari vulva,
melakukan penegangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri
selama 15 detik, menganjurkan keluarga untuk memberi makan
dan minum, mengecek kelengkapan plasenta dan melihat jumlah
perdarahan.
4.1.4 Asuhan Kala IV
Asuhan kebidanan yang di berikan kepada Ny.I adalah
mengajarkan kepada ibu cara massase fundus uteri, membersihkan
ibu, membersihkan tempat tidur, membantu ibu mengenakan
pakaian yang bersih, menganjurkan ibu untuk mendapatkan asupan
nutrisi, cairan agar ibu tidak merasa lelah supaya tenaga ibu kebali
pulih, dan istirahat serta melakukan pemantauan kala IV persalinan
dimulai dari pemantauan tekanan darah ibu, nadi, suhu, TFU,
kontraksi, kandung kemih dan perdarahan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 122
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan secara langsung pada Ny. I
dengan persalinan kala I yang di lakukan di PMB Eva Nuraeni pada tanggal
28 April 2021 dengan memfokuskan tindakan manajemen nyeri dengan
aplikasi teknik birth ball. Diawali dengan pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Asuhan Kebidanan pada Ny I dengan persalinan kala I memprioitas
diagnosa kebidanan gangguan rasa nyaman dan nyeri karena terjadi
peningkatan intensitas kontraksi, penurunana kepala ke rongga panggul,
dan dilatasi serviks, sehingga menimbulkan rasa nyeri.
b. Persalinan kala I di mulai sejak terjadi kontraksi dengan frekuensi,
intensitas dan durasi yang cukup dan teratur sehingga menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks dan berakhir bila serviks sudah
membuka dengan lengkap, sehingga dapat dilalui kepala janin. Tahapan
berlangsung dari awal persalinan yaitu pembukaan 1 cm sampai dengan
pembukaan serviks lengkap 10 cm.
c. Masalah utama pada Ny. I adalah gangguan rasa nyaman dan nyeri yang
disebabkan terjadi kontraksi yang meningkat, penurunan presentasi
(kepala janin) ke rongga panggul dan dilatasi serviks, yang di tandai
dengan pasien mengatakan perut bagian bawah terasa nyeri, menjalar
sampai ke pinggang saat terjadi kontraksi. Saat dikaji pasien tampak
kesakitan, wajah pasien tampak gelisah dan pucat.
d. Intervensi yang diberikan untuk mengatasi masalah gangguan rasa
nyaman nyeri pada Ny. I adalah dengan manajemen nyeri pemberian
aplikasi teknik relaksasi dan mobilisasi dengan birth ball.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 123
Menurut pendapat penulis bahwa nyeri yang dirasakan dalam
persalinan adalah nyeri yang sifatnya fisiologis. Hal ini disebabkan
karena kontraksi pada proses persalinan. Berbagai metode yang dapat
diterapkan untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasakan. Birth ball exercise
merupakan latihan yang bisa direkomendasikan untuk mengurangi nyeri
pada kala I fase laten. Manfaat lain dari latihan ini adalah untuk
mengurangi angka kejadian kala I fase laten memanjang dan
mempercepat penurunan kepala janin.
5.2 Saran
1. Bagi Klien.
Diharapkan klien mendapatkan mempersiapkan persalinan sebaik
mungkin dari perbagai aspek, baik mental, fisik dan dukungan
keluarga agar klien dapat mengotrol rasa nyeri yang di alami saat
bersalin, sehingga klien merasa nyaman saat menjalani proses
persalinan dan minim trauma.
2. Bagi Lahan Praktek.
Tenaga kesehatan khususnya bidan dapat mempersiapkan ibu bersalin
dengan edukasi pengurangan rasa nyeri saat persalinan mulai sejak
kehamilan serta melengkapi fasilitas untuk pengurangan nyeri bagi ibu
bersalin dengan menggunakan birth ball. Serta bidan bisa memberikan
afirmasi positif agar ibu lebih tenang dan rileks saat proses persalinan
supaya ibu dapat mempunyai pengalaman persalinan yang nyaman,
menenangkan dan indah. Metode ini dapat diterapkan sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan untuk
mengurangi angka kesakitan ibu saat persalinan.
3. Bagi Intitut Pendidikan.
Dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya mahasiswa
kesehatan agar menjadi referensi untuk dapat menerapkan metode
alamiah seperti penggunaan birth ball saat proses persalinan untuk

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 124
penurunan nyeri. Sehingga mutu pelayanan kebidanan semakin
meningkat.
4. Bagi Mahasiswa.
Diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan metode penggunaan
birth ball dengan menambahkan metode lain yang dapat
mempengaruhi penurunan nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 125
DAFTAR PUSTAKA

1. Profil Kesehatan Indonesia 2018. 2018.

2. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. 2017.

3. RI DK. Kesehatan dalam Kerangka Sistainable Development Goals


(SDG’S). JAKARTA; 2015.

4. Cianjur DK. Laporan Dinas Kesehatan. Laporan Tahunan. 2018;

5. Satriyandari Y, Hariyati NR. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Perdarahan Post Partum. 2017;1(1):49–64.

6. Prawiroharjo S. Ilmu Kandungan. JAKARTA: Bina Pustaka; 2012.

7. Farrer, Helen. Perawatan Maternitas Edisi 2. 2nd ed. JAKARTA: EGC;


2001.

8. Farida A, dkk. Senam Hamil Berpengaruh Terhadap Tingkat Kecemasan


pada Primigravida Trimester III I RSIA Sakina Idaman Sleman di
Yogyakarta. Ners And Midwifery Indonesia. 2016;4.

9. Kurniawati A, Dasuki D, Farida K. Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap


Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida.
Indonesian Journal Of Nursing And Midwifery. 2017;

10. Solehati T. Terapi Nonfarmakologi Nyeri Pada persalinan. Jurnal


Keperawatan Muhammadiyah. 2018;

11. Nugraheny E, Sulistyawati, Ari. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


JAKARTA: Salemba Medika; 2010.

12. Sumarah. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya; 2009.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 126
13. Rohani, dkk. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. JAKARTA:
salemba medika; 2014.

14. Kurniawati, Mirzanie DD, Hanifa. Obstetri Dan Ginekologi. Yogyakarta:


Toska Entreprise; 2009.

15. Hidayat, Sujiyatin. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha


Medika; 2010.

16. Tazkiyah, Yanti. Pengaruh Teknik Massage Terhadap Pengurangan Nyeri


Persalinan Kala I Fase Aktif. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali.
2014;6.

17. Handayani R, Winarni W, Sadiyanto. Pengaruh Massage Effleurage


Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada
Primipara Di Rsia Bunda Arif Purwokerto. 2013;5.

18. Hanesty, Dila. Perbandingan Efektifitas Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Nyeri Persalinan Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Pulo
Gadung Tahun 2017. Poltekes Kemenkes Jakarta 3. 2017;

19. Judha. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2012.

20. Mander, Rosemary. Nyeri Persalinan. JAKARTA: EGC; 2012.

21. Gau, Tian. Effects of Birth Ball Exercise on Pain and Self-Efficacy During
Childbirth. A Randomised Controlled Trial in Taiwan. 2011;

22. Oktifa. Birth Ball. Malang: PFIK; 2012.

23. Tetti Solehati. Terapi Nonfarmakologi Nyeri Padapersalinan. Jurnal


Keperawatan Muhammadiyah. 2018;3.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 127
Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 128
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A P2A0 6 JAM POST PARTUM
Ella Nurrizki Amelia1, Fanni Hanifa2
Universitas Indonesia Maju

Pendahuluan

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada
masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, di antaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini, perdarahan
pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan
meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi
lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.¹
Pada masa nifas terjadi perubahan fisiologis pada uterus, lochea,

vagina dan perineum, payudara, sistem gastrointestinal, sistem hematologi,

penurunan berat badan, tanda–tanda vital, dan dinding abdomen. Ibu nifas

membutuhkan nutrisi, proses eliminasi, personal hygiene, ambulasi, aktivitas

seksual, istirahat dan latihan senam nifas agar masa nifas berlangsung baik.

Sebanyak 76% wanita mengalami sedikitnya satu masalah kesehatan 8

minggu setelah melahirkan. Selama masa nifas ibu dapat mengalami rasa

tidak nyaman seperti nyeri setelah melahirkan, pembengkakan payudara,

konstipasi, hemoroid dan nyeri perineum.²

Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu Pembangunan

Berkelanjutan ini hadir melanjutkan Millenium Development Goals (MDGs)

yang telah berakhir pada tahun 2015. Tujuan SDGs yang ke-3 adalah

menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

orang di segala usia. Dengan meningkatkan kesehatan sesuai target yang

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 129
sudah ditentukan bahwa SDGs menargetkan penurunan Angka Kematian

Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2030 adalah 70 kematian per 100.000

kelahiran hidup dan penurunan Angka Kematian Bayi(AKB) pada tahun

2030 adalah menjadi 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup.³

Berdasarkan Survei Demografi Keluarga Indonesia (SDKI) tahun

2017, saat ini di Indonesia AKI mencapaiss angka 350 per 100.000 kelahiran

hidup dan AKB mencapai angka 30 per 1.000 kelahiran hidup. Angka

tersebut menempatkan Indonesia menjadi peringkat yang tertinggi di

ASEAN. AKI di negara-negara ASEAN rata-rata sebesar 40-60 per 100.000

kelahiran hidup, bahkan jika dibandingkan Malaysia, yakni hanya 17 per

1.000 kelahiran hidup, dan AKI di Singapura sebesar 2-3 per 100.000

kelahiran hidup. Untuk kesehatan ibu dan anak diharapkan terjadi penurunan

kematian ibu ¾ dibanding kondisi tahun 1990 dan demikian pula untuk

kematian anak terjadi penurunan 2/3. Untuk Indonesia diharapkan kematian

ibu turun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (KH) dan kematian bayi

23/1000 KH dengan kelahiran hidup pada tahun 2015 . 4 Berdasarkan data

tahun 2019 di Kabupaten Bogor dari 117.350 kelahiran, terdapat 28

kematian ibu dan 109 kemaian bayi (Profil Kesehatan Dinas Kabupaten

Bogor, 2019).5

Kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu

kematian ibu oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan persalinnya.

Penyakit tuberculosis, anemia, malaria, sifilis, HIV, AIDS dan lain-lain dan

penyebab kematian ibu langsung yaitu pendarahan (25%, biasanya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 130
pendarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan

(12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), dan sebab-

sebab lain (8%).6

Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas juga

merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi.

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak

langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat

mengancam jiwa ibu ataupun janin. Sebagai upaya menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi maka dilakukan

pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan. Pelayanan/penanganan

komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau

nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai

standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan

rujukan.7

Kebijakan program nasional paling sedikit 4 kali kunjungan yang

dilakukan. Hal ini untuk menilai kondisi kesehatan ibu, melakukan

pencegahan terhadap kemungkinan–kemungkinan adanya gangguan

kesehatan ibu nifas, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang

terjadi pada masa nifas dan menangani komplikasi masalah yang timbul dan

mengganggu kesehatan ibu nifas.8

Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia dalam kurun waktu

delapan tahun terakhir secara umum mengalami kenaikan. Provinsi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 131
KepulauaRiau memiliki capaian tertinggi diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar

98,49%, Sumatera Utara 86,96% dan Jawa Barat sebesar 97,23%.

Sedangkan provinsi dengan cakupan kunjungan nifas terendah yaitu Papua

sebesar 28,34%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 28,5%, dan Maluku

sebesar 43,39%.7

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Barat

cakupan pelayanan ibu nifas (KF3) tertinggi adalah kabupaten Cirebon

sebesar 120,29% dan Kabupaten Indramayu sebesar 120.14%. sedangkan

cakupan kunjungan pelayanan ibu nifas (KF3) terendah berada di Kota

Bekasi sebesar 83,17% dan Kabupaten Bandung sebesar 83,59%. Untuk

cakupan kunjungan pelayanan ibu nifas (KF3) di Kabupaten Bogor sebesar

92,39%.9

Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan asuhan kebidanan

pada ibu nifas fisiologis 6 jam postpartum, karena diketahui pada masa itu

masa terpenting untuk pemantauan komplikasi yang dapat terjadi sehingga

dapat tertangani dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk mengadakan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu

Nifas Fisiologis Ny. A P2 A0 6 Jam Post Partum di BPM Ny. Ella, STr.Keb.

Kabupaten Bogor.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. A P2 A0 2 Jam

Post Partum di BPM Ny Ella”.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 132
2. Tujuan Khusus

a. Mampu menganalisa data Subyektif pada kasus Asuhan kebidanan

pada ibu nifas Ny. A P2 A0 6 Jam Post Partum di BPM Ny Ella

b. Mampu menganalisa data Obyektif pada kasus Asuhan kebidanan

pada ibu nifas Ny. A P2 A0 6 Jam Post Partum di BPM Ny Ella

c. Mampu menganalisa Diagnosa (Assesment) pada kasus Asuhan

kebidanan pada ibu nifas Ny. A P2 A0 6 Jam Post Partum di BPM Ny

Ella

d. Mampu melakukan Penatalaksanaan pada kasus Asuhan kebidanan

pada ibu nifas Ny. A P2 A0 6 Jam Post Partum di BPM Ny Ella

B. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari asuhan kebidanan pada kasus ini dapat menambah

wawasan mengenai ilmu kebidanan yang berhubungan dengan asuhan

kebidanan masa nifas fisiologis 6 jam postpartum sebagai bahan

kepustakaan dan referensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ny “A” dan keluarga

Hasil penulisan kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan pada masa nifas.

b. Bagi petugas kesehatan

Hasil penulisan kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan

informasi tentang asuhan kebidanan masa nifas.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 133
c. Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan kasus ini diharapkan dapat menambah koleksi

perpustakaan atau sumber pustaka bagi penelitian selanjutnya tentang

asuhan kebidanan masa nifas sehingga dapat dijadikan acuan bagi

penulis selanjutnya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 134
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Puerpurium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau + 40 hari. 10
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan,
penyembuhan dan pengembalian alat-alat kandungan. Proses masa nifas
berkisar antara 6 minggu atau 40 hari. 1
2. Tahapan Masa Nifas (1)
a. Puerpurium Dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerpurium Intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.
c. Remote Puerpurium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan, atau tahun.
3. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi (10)
1) Involusi uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras


karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 135
Tabel 2.1

Perbandingan Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Di Masa Involusi

olusi U rat Uterus

yi Lahir inggi Pusat 00 Gr

inggu tengahan Pusat Simfisis Gr

inggu ak Teraba Diatas Simfisis Gr

inggu rmal Gr

inggu rmal Seperti Sebelum Hamil Gr

2) Involusi Tempat Plasenta

Pada pemulihan nifas bekas plasenta mengandung banyak


pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Pada bekas
plasenta, endometrium tumbuh dan pinggir luka dan juga dari sisa-
sisa kelenjar ada saat dasar luka sehingga bekas luka plasenta tidak
meninggalkan luka parut.
3) Lokhea

Lokhea berasal dari luka dalam Rahim terutama luka


plasenta. Jadi sifat lokhea berubah seperti secret luka berubah
menurut tingkat penyembuhan luka.
a) Lokhea Rubra: Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding Rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi),
dan sisa meconium. Terjadi selama 1-3 hari postpartum.
b) Lokhea Sanguinolenta: Berwarna merah kecoklatan dan
berlendir terjadi selama 4-7 hari postpartum.
c) Lokhea Serosa: Berwarna kuning kecoklatan terjadi selama
7-14 hari postpartum.
d) Lokhea alba: Berwarna putih terjadi selama >14 hari
berlangsung 2-6 postpartum.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 136
e) Lokhea purulenta: terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
4) Serviks dan Vagina

Beberapa hari setelah persalinan, osteum eksternum dapat


dilalui oleh 2 jari. Pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Namun, setelah involusi selesai
osteum eksternum tidak dapat serupa seperti sebelum hamil.
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan lambat laun
mencapai ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke 3
postpartum, rugae mulai nampak kembali.
5) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur


karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.1
6) Payudara
a) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan
hormone prolactin setelah persalinan.
b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan.
c) Payudara menjadi besar dank eras sebagai tanda mulainya
proses laktasi. 1
b. Perubahan Sistem Pencernaan

Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.


Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua
hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong
jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah
perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang. 1

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 137
c. Perubahahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Karena


terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian
ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
1

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu


lama, tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu. Ligament, fasia, dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi. 10
e. Perubahan Sistem Endokrin (10)
1) Hormone Plasenta

Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) menurun dengan


cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7
postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3
postpartum.
2) Hormone Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak


menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan
LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3) Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 138
belakang (Posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya,
isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini
membantu uterus kembali ke bentuk normal serta pengeluaran air
susu.
4) Hipotalamik Pituitary Ovarium

Bagi wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan


mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Seringkali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar esterogen dan progesterone. Diantara wanita
laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan
45% setelah 12 minggu, sedangkan wanita yang tidak laktasi 40%
menstruasi setelah 6 minggu, 655 setelah 12 minggu dan 905
setelah 24 minggu. Umumnya, wanita laktasi 80% menstruasi
pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus
pertama anovulasi.
f. Perubahan Tanda-Tanda Vital
1) Suhu

Dalam 24 jam postpartum suhu akan naik sekitar 37,5℃-


38℃ yang merupakan pengaruh dari proses persalinan dimana ibu
kehilangan banyak cairan dan kelelahan. Hari ke 3 suhu akan naik
lagi karena proses pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak,
berwarna merah. Peningkatan suhu biasanya juga disebabkan
karena infeksi pada endometrium, mastitis, infeksi tractus
urogenetalis. Kita harus mewaspadai bila suhu lebih dari 38℃
dalam 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama postpartum dan
suhu harus terus diobservasi minimal 4 kali sehari.
2) Nadi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 139
Denyut nadi normal pada orang dewasa berkisar 60-80
kali/menit. Setelah persalinan denyut nadi menjadi lebih cepat.
Denyut nadi yang cepat (>100x/menit) biasa disebabkan karena
infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
3) Pernafasan

Pernafasan selalu terkait dengan kondisi suhu dan denyut


nadi. Apabila nadi dan suhu tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali pada kondisi gangguan saluran pernafasan.
Umumnya, respirasi cenderung lambat atau normal. karena ibu
dalam kondisi pemulihan. Bila respirasi cepar >30 per menit
mungkin diikuti oleh tanda-tanda shock.
4) Tekanan Darah

Tekanan darah relative rendah karena ada proses


kehilangan darah karena persalinan. Tekanan darah yang tinggi
mengindikasikan adanya pre eklamsi postpartum. Biasanya
tekanan darah normal yaitu <140/90 mmHg. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekanan darah
sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama
beberapa hari.
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi.


Apabila pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi cenderung
stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. Setelah melahirkan
akan hilanh dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan
bertambah. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai ke 5 hari
postpartum.
h. Perubahan Sistem Hematologi
Pada hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma
sedikit menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan pembekuan darah. Haematokrit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 140
dan haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan. Masa nifas
bukan masa penghancuran sel darah merah tetapi tambahan-
tambahan akan menghilang secara perlahan sesuai dengan waktu
hidup sel darah merah. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan
haematokrit dan haemoglobin akan kembali pada keadaan normal
seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum. 1
i. Perubahan Sistem Integumen
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
4. Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas (1)
Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali
kujungan, dengan tujuan sebagai berikut:
a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena Antonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena Antonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi.
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
b. Kunjungan II (6 Hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal atau tidak ada bau.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 141
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan, dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
c. Kunjungan III (2 Minggu setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontaksi
dengan baik, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal atau tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan, dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
d. Kunjungan IV (6 Minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau bayi alami.
2) Memberikan konseling KB secara dini.
5. Tanda Bahaya Masa Nifas (10)
a. Adanya tanda-tanda infeksi puerpuralis.
b. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih.
c. Sembelit atau Haemoroid.
d. Sakit kepala, nyeri epigastric, dan penglihatan kabur.
e. Perdarahan vagina yang luar biasa.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 142
f. Lokhea berbau busuk dan disertai dengan nyeri abdomen atau
punggung.
g. Putting susu lecet.
h. Bendungan ASI.
i. Edema, sakit, dan panas pada tungkai.
j. Pembengkakan di wajah atau di tangan.
k. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 143
BAB III
Tinjauan Kasus
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

No. Registrasi : 128/IV/PMB/2021


Tanggal Pengkajian : 19 April 2021
Waktu Pengkajian : 13.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Ella Nurrizki
A. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. A Nama Suami : Tuan. G
Umur : 24 Tahun Umur : 25 Tahun
Suku/kebangsaan : Sunda Suku/kebangsaan : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Kp. Cilember Alamat rumah :
Telp : Telp :

1. Keluhan Utama : ibu mengatakan masih merasa mules dan lelah


2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan : PMB Ella Nurrizki
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Lama persalinan
- Dipimpin Meneran : 20 menit
- Kala I : 1 jam
- Kala II : 20 menit
- Kala III : 5 menit
e. Ketuban pecah pukul : 06.00 WIB
f. Amniotomi : Tidak

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 144
g. Banyak air ketuban : 1.000 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : tidak
i. Plasenta
- Lahir spontan : Ya
- Dilahirkan dengan indikasi : Tidak
- Lengkap, ukuran : 20 cm Berat : 500gr
- Kelainan : tidak ada
- Panjang tali pusat : 50 cm
- Kelainan : Tidak ada
- Sisa plasenta : tidak
j. Perineum
- Utuh : tidak
- Robekan : tidak
- Episiotomi : tidak
- Anastesi : tidak
- Jahitan dengan : tidak
k. Perdarahan
- Kala I : 50 ml
- Kala II : 100 ml
- Kala III : 70 ml
- Kala IV : 70 ml
- Selama operasi :-
l. Tindakan lain : Tidak ada
m. Bayi
- Lahir pukul : 07.15 WIB
- BB : 2900 gr
- PB : 48 cm
- Nilai Apgar : 8/10
- Cacat bawaan : tidak
- Masa gestasi : 38 mg

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 145
n. Komplikasi
- Kala I : tidak ada
- Kala II : tidak ada
o. Air ketuban banyaknya : 1000 Warna : Jernih

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82 x/i
- Suhu tubuh : 36 oC
- Pernapasan : 22 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
- Pengeluaran : Kolotrum
- Puting susu : Menonjol
- Benjolan : Tidak ada
- Konsistensi : Keras
b. Uteru
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Konsistensi uterus : Kuat
- Kontraksi uterus : Kuat
- Posisi uterus : retropleksi
c. Pengeluaran lochea
- Warna : Merah segar
- Bau : Khas
- Jumlah : 50cc
- Konsistensi : Cair

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 146
d. Perineum : Tidak terdapat robekan
e. Kandung kemih : Kosong
f. Ekstremitas
- Oedema : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Tanda Homan : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
- HB : 13,4 gr
- Protein urin : Negatif
- Glukosa urin : Tidakan dilakukan Pemeriksaan
- Golongan darah : B+
- Rapid Antigen : Negatif

C. ANALISIS DATA
P2 A0 6 jam postpartum normal

D. PENATALAKSANAAN :
1) Memberitahu ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa , tekanan darah :
120/80 mmHg, nadi : 82x/menit, suhu : 36°C, respirasi : 22x/menit, TFU
2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong, pengeluaran pervaginam
: pengeluaran lochea rubra (merah kehitaman) berjumlah 50 cc,
konsistensi cair, ibu dan suami mengetahuinya.
2) Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ibu alami
merupakan hal yang normal, karena rahim yang keras dan mules berarti
rahim sedang berkontraksi yang dapat mencegah terjadinya perdarahan
pada masa nifas. Ibu sudah mengerti tentang penyebab rasa mules yang
dialami ibu.
3) Memberitahu ibu untuk makan makanan yang bergizi, sesuai dengan
“Isi piringku” tidak ada pantangan untuk ibu. Ibu mengerti dan mau
melakukannya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 147
4) Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan hidrasi yaitu dengan cara
minum air mineral minimal 8 gelas sehari. Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
5) Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang minimal
1-2 jam dan tidur malam 7-8 jam atau mengikuti pola tidur bayi, jika
bayi tidur ibu bisa tidur, ibu mengerti dan akan melakukannya.
6) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene seperti: mandi
sehari 2 kali pagi dan sore, mengganti baju 2 kali sehari dan mengganti
pembalut minimal 3 kali sehari. Ibu mengerti dan mau melakukannya
7) Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar menyusui dengan baik
dan benar. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
8) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau
ondemand, dan memberikas ASI ekslusif sampai dengan 6 bulan ,
memberikan ASI tanpa tambahan apapun. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
9) Memberitahu ibu tentang perawatan payudara agar dapat menghindari
permasalahan pada payudara ibu mengerti dan mau melakukan.
10) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas yaitu perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang hebat, pembengkakan di wajah, tangan
dan kaki, payudara yang berubah warna, panas, terasa sakit, demam,
muntah dan nyeri berkemih, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang
lama, kram perut, nafas teengah-engah, rasa sakit di bagian bawah perut
atau punggung. memberitahu ibu bila merasakan tanda-tanda tersebut
untuk datang ke tenaga kesehatan, ibu mengerti dan berjanji akan datang
bila merasakan tanda bahaya tersebut.
11) Memberitahu ibu tentang kunjungan masa nifas sesuai dengan program
pemerintah yaitu Kunjungan I (7-8 jam), kunjungan I (6 hari) kunjungan
ke III (2 minggu) kunjungan ke IV (6 minggu). Ibu mengerti dan mau
melakukannya.
12) Melakukan pendokumentasian, pendokumentasian sudah dilakukan
menggunakan SOAP.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 148
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis menyajikan hasil pemeriksaan, permasalahan yang


terjadi, asuhan yang diberikan untuk menangani masalah yang terjadi dan
membandingkan kesesuaian antara teori dengan praktik yang terjadi pada Ny. A
di BPM Ny. Ella. Masa nifas Ny. A berjalan normal.
Pada 6 jam post partum dilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan ibu
baik, TTV normal, kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat, lochea rubra,
perdarahan 2 kali ganti doek, ibu sudah berkemih, bisa miring ke kanan dan kiri
dan sudah bisa duduk. Hal ini didapatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek bahawa Ambulasi dini pada ibu post partum harus dilakukan secepat
mungkin, ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24-48 jam, sebaiknya ibu sudah diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke kamar
mandi dengan dibantu setelah 1 atau 2 jam melahirkan. 13.
Segera setelah plasenta lahir, uterus berada kurang lebih pertengahan
antara umbilikus dan simfisis atau sedikit lebih tinggi dan pengeluaran lochea hari
ke 2-3 postpartum yaitu lochea rubra. Hal ini didapatkan tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek bawah pada 6 jam masa nifas, ibu memberikan kolostrum
dikarenakan ia mendengar informasi dari bidan bahwa kolostrum adalah ASI
pertama yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah
terserang penyakit dan mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling
tinggi dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan imunoglobin A (Ig A)
yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman
memasuki tubuh bayi. 12
Hal yang perlu dipantau pada kunjungan masa nifas 6-8 jam postpartum
adalah memastikan bahwa tidak terjadi perdarahan, pemberian ASI awal dan tetap
menjaga bayi agar tidak hipotermi. Hal ini didapatkan tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek bahwa Asuhan yang diberikan pada ibu adalah
memberikan konseling mengenai kebutuhan istirahat karena ibu post partum yang
kebutuhan istrirahatnya tidak terpenuhi dapat mempengaruhi jumlah produksi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 149
ASI, memperlambat proses involusi serta dapat menyebabkan depresi dan
ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya. Selain itu konseling tentang
istirahat, konseling perawatan bayi seperti menyalin popok, mengajarkan cara
menyusi yang benar.1

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 150
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan

Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat disimpulan

bahwa sebagai seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai

standar kepada setiap pasien dan masyarakat terutama di dalam

memberikan pelayanan kebidanan. Asuhan ini di lakukan untuk memantau

perkembangan kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya

komplikasi yang mungkin akan terjadi sehingga dapat dihindari.

B. Saran

1. Bagi Ny “A” dan keluarga

Diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan

tentang perawatan pada masa nifas.

2. Bagi BPM

Diharapkan bidan tetap melaksanakan setiap pelayanan kebidanan

dengan baik dan selalu berpegang pada standar asuhan kebidanan agar

tercipta ibu yang sehat untuk generasi yang sehat juga.

3. Bagi Mahasiswa

Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang Profesional,

dengan baik dan benar, mahasiswa lebih memahami ilmu pengetahuan

dan perkembangan ilmu pengetahuan yang up to date.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 151
DAFTAR PUSTAKA

1. Walyani ES, Purwoastuti TE. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
3. Bina Gizi, D. 2015. Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi dan KIA.
Kemenkes RI. Jakarta.
4. Kementerian Kesehatan. 2015. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta
5. Profil Kesehatan Dinas Kabupaten Bogor, 2019.
6. Saifuddin. 2014. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
7. Profil Kesehatan Indonesia, 2015
8. Heryani, & Reni. 2010. Buku asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui. TIM:
Jakarta
9. Profil Kesehatan Jawa Barat, 2017
10. Sutanto, Andina Vita. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka
Baru Press: Yogyakarta
11. Astutik, R. Y. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. CV. Trans
Info Media.Jakarta
12. Saleha. Sitti. 2013. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Salemba Medika. Jakarta

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 152
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BY. NY. I DENGAN
KONSELING PMK DAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DIRUMAH

Syifa Fauziah1, Madinah Munawaroh2


1,2 Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Jurnal Pattimura Medical Review (Torresy Octovina, Asmin Elpira,
Nathalie, 2019 ) Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan salah satu
indikator derajat kesehatan di dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Goals SDGs ke tiga yaitu “Ensure healthy lives and promoting well-being for
all at all ages” menjelaskan bahwa salah satu dampak yang diharapkan yaitu
dituntaskannya kematian bayi dan balita melalui pencegahan yang ditargetkan
pada tahun 2030. Semua negara termasuk Indonesia, diharapkan berpartisipasi
untuk menekan AKNmenjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup serta angka
kematian balita (AKABA) menjadi 25 per 1.000 kelahiran hidup. Perhatian
terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting karena
kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.
Hasil Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2017)
menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000
kelahiran hidup. Berdasarkan data yang dilaporkan kepada direktorat
kesehatan keluarga melalui komdat.kesga.kemkes.go.id, pada tahun 2019
seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 80% (16.156 kematian) terjadi
pada periode enam hari pertama kehidupan, sementara 21% (6.151 kematian)
terjadi pada usia 29 hari-11 bulan dan 10% (2.927 kematian) terjadi pada 12-
59 bulan.
Pada Tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi
berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu sebanyak 35,5%. Penyebab kematian
lain diantaranya asfiksia 27,0%, kelainan bawaan 12,5 %, sepsis 3,5%,
Tetanus neonatorum 0,3%, lain-lain 21,4%. (Kemenkes RI,2020).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 153
Di Indonesia Tahun 2020 sampai dengan bulan Agustus telah terjadi 74
kasus kematian neonatal AKN 6.23/1.000 KH dan 116 kematian post neonatal
AKB 9.78/1.000 KH. Angka ini masih sangat jauh dgn Target Indonesia
(RPJMN 2024) yang menargetkan AKN 10/100.000 Kelahiran hidup.
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan, di provinsi jawabarat tahun 2017
Terdapat 3.077 bayi meninggal meningkat 5 orang disbanding 2016 yang
tercatat 3.072 kematian bayi.
Jumlah kematian bayi di kota depok pada tahun 2019 adalah 81, tertinggi
pada kecamatan sukmajaya yaitu sebanyak 21 kematian bayi dan terendah
terdapat dikecamatan cinere sebanyak 2 kematian bayi.
1.2 Tujuan

Melakukan pengkajian dan analisis asuhan Bayi baru lahir By Ny. Irawati dan
untuk menambah pengetahuan dan kemampuan ibu dan keluarga tentang
Asuhan Perawatan bayi BBLR dirumah dgn PMK

1.3 Manfaat
1.3.1 Klien
Menambah pengetahuan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahir di rumah dgn PMK
1.3.2 Lembaga Pendidikan
Diharapkan dapat menambah literatur di perpustakaan sebagai bahan
kajian yang berkaitan Asuhan bayi baru lahir BBLR dengan Perawatan
Metode Kanguru (PMK)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 154
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Bayi Baru Lahir


2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologi
berupa maturasi, adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri
ke kehidupan ekstraurine) dan tolerasi BBL untuk dapat hidup dengan
baik. (Arif Zr dan Sari, 2014)
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan usia
kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu
36-40 minggu (Mitayani, 2016).
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra
uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses
vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek
transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat
berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan glukosa. (Sondakh, 2013)
2.1.2 Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara 37-
42 minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm,
lingkar dada 30- 38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12
cm, frekuensi DJ 120- 160 x permeni, pernafasan ± 40- 60 x permenit,
kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut
lanugo.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 155
2.1.3 Penampilan bayi baru lahir
a. Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi
rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit,
atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan;
b. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang
simetris pada waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan
tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini
terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan
yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;
c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala:
apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak
dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang
ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada kepala
tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja, atau di
sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur
kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi
benjol (Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi
moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya
semula.
d. Muka wajah: bayi tampak ekspresi;mata: perhatikan antara
kesimetrisan antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya
tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan
menghilang dalam waktu 6 minggu;
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu
seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi,
saliva tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat secret yang
berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna;
Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan;
perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena
bayi biasanya bayi masih ada pernapasan perut;

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 156
f. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi,
tungkai: perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila
ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices;
g. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna
kemerahan, kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan, waspada dingin, telapak tangan,
telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat
dan kuning, bercakbercak besar biru yang sering terdapat
disekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada umur
1 (satu) sampai 5 (lima) tahun;
h. Kelancaran menhisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja
dan kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada
bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja,
disertai muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap
segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk
kemungkinsn Hirschprung/Congenital Megacolon;
i. Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis an
spontan tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi
antara lain Tonik neek refleks , yaitu gerakan spontan otot
kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara
spontan memiringkan kepalanya, Rooting refleks yaitu bila
jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan
membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah
datangnya jari , Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh
telapak tangan bayi maka jarijarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat, Moro refleks yaitu reflek yang
timbul diluar kesadaran bayi misalnya bila bayi
diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian
seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 157
pada orang yang mendekapnya, Stapping refleks yaitu reflek
kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya
satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolaholah
berjalan, Suckling refleks (menghisap) yaitu areola putting
susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-langit sehingga sinus
laktiferus tertekan dan memancarkan ASI, Swallowing refleks
(menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah
mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung.
j. Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat
badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan
kekurangan cairan.
2.1.4 Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menujukan suatu penyakit. Bayi baru lahir
dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda
antra lain: Sesak nafas, Frekuensi pernafasan 60 kali/menit, gerak
retraksi didada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah,
kurang aktif, berat lahir rendah (500- 2500gram) dengan kesulitan
minum. Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau
lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis setral (lidah biru), perut
kembung, priode apneu, kejang/priode kejang-kejang kecil, merintih,
perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir < 1500 gram.
2.1.5 Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir terhadap Kehidupan di Luar
Uterus
a. Adaptasi pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktifitas
normalsistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat
pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 158
untuk menggerakkan diafragma, serta otot - otot pernapasan
lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per
vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang
terdapat didalamnya, sehingga tersisa 80-100 ml. setelah bayi lahir,
cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara (Sondakh,
2013).
b. Adaptasi kardiovaskular
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida
akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis
mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali
pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen
ovale tertutup
c. Adaptasi Termoregulasi dan Metabolik
Sesaat setelah bayi lahir, ia akan berada ditempat yang suhunya
lebih
rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25˚C, maka bayi akan kehilangan
panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak
200 kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukan panas yang
dapat diproduksi hanya seper sepuluh dari pada yang tersebut
diatas dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan
penurunan suhu tubuh sebanyak 2˚C dalam waktu 15 menit. Suhu
lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita
hipotermi dan trauma ingin (cold injury serta merawatnya di dalam
Natural Thermal Environment (NTE), yaitu suhu lingkungan rata-
rata dimana produksi panas, pemakaian oksigen, dan kebutuhan
nutrisi untuk pertumbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi
normal (Sondakh, 2013).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 159
d. Adaptasi Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik dan fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-
gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol
otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan
normal.
e. Adaptasi Gastrointestinal
Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml akan
menurun
menjadi 50 mg/100 ml dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi
tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah
lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar
gula akan mencapai 120 25 mg/100 ml. bila perubahan glukosa
menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme
asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka
kemungkinan besar bayi mengalami hipoglikemia.
f. Adaptasi ginjal
Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan
oleh
tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus. Meskipun
keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal,
tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap stressor.
Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidak seimbangan cairan. Sebagian bayi baru lahir berkemih
dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2
hari pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam
(Sondakh, 2013).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 160
2.2 Pengertian BBLR
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby
dengan bayi berat lahir rendah (bblr). Hal ini karena tidak semua bayi
dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
Berdasarkan umur kehamilan dibagi dlm 3kelompok:
Pre term/bayi prematur= kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari
259 hari)
Term/bayi cukup bulan= Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42
minggu lengkap (259-293 hr) 210
Post term/bayi lebih bulan=42 lengkap atau lebih (294 hri atau lebih)
Bayi berat lahir rendah dapat dibedakan dalam:
Bayi berat lahir rendah (bblr) berat lahir 1500-2500 gram
Bayi berat lahir sangat rendah (bblsr) berat lahir <1500 gram
Bayi berat lahir ekstrem rendah (bbler) berat lahir <1000 gram (Siti
dkk, 2017)
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499) (sarwono 2008: 376). BBLR adalah
bayi yang lahir dengan <2500 gram tanpa memandang masa kehamilan
yang di timbang 1 jam setelah lahir (Pudiastuti, 2011).
Dalam Jurnal IPTEKS Terapan , ( Silvia Dkk, 2015 ) Berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa usia gestasi (Depkes RI, 2008).
BBLR adalah bayi berat lahir rendah < 2500gr. Bayi yang termasuk
kategori BBLR tanpa memandang usia gestasi adalah berat badan lahir
rendah < 2500gr, berat badan lahir sangat rendah (antara 1000-1500gr).
dan berat badan lahir amat sangat rendah (berat < 1000gr). Dan bila usia
gestasi di pertimbangkan maka BBLR terdiri dari BBLR dengan usia
gestasi <37 minggu atau KMK, dan BBLR dengan usia gestasi < 37
minggu premature / neonatus kurang bulan. (Perinasia, 2018)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 161
2.3 Perawatan Metode Kanguru (PMK)
2.3.1 Pengertian Perawatan Metode Kanguru
Perawatan metode kanguru adalah mekanisme panas dari tubuh
orangtua ke tubuh bayi. PMK aman untuk bayi prematur dan memberi
kesempatan kontak dini antara bayi dan orangtua. Metoda ini pada
dasarnya meniru binatang kanguru disimpan dalam kantung perut
induknya dengan tujuan untuk mengalirkan panas dari tubuh induk ke
bayi kanguru, sehingga bayi hidup terhindar dari hipotermi. (Perinasia,
2018)
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan kontak kulit
langsung ibu dan bayinya baik dilakukan secara intermiten maupun
kontinu yang dapat memenuhi kebutuhan dasar bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) meliputi perhatian, kehangatan,
kenyamanan, dan gizi yang cukup (Suradi et al. 2008; Dandekar &
Shafee 2013) dalam Jurnal Human Care (Hendayani Weni, 2019)
Cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai
popok dan topi) diletakkan secara tegak/ vertical di dada antara kedua
payudara ibunya (ibunya telanjang dada) kemudian diselimuti. Dengan
demikian , akan terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara
kuntinyu dan bayi memperoleh panas sesuai dengan suhu tubuh
ibunya. (Perinasia, 2012)
2.3.2 Syarat Melakukan PMK
a. Bayi tidak mengalami kesulitan bernapas
b. Bayi tidak mengalami kesulitan minum
c. Bayi tidak kejang
d. Bayi tidak diare
e. Ibu dan keluarga bersedia dan sedang tidak sakit.
Lakukan PMK untuk menghangatkan bayi bila memenuhi syarat di
atas, metoda kanguru berguna untuk memercepat kestabilan suhu
tubuh dan merangsang bayi naru lahir segera mengisap putting
payudara ibu.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 162
2.3.3 Komponen-komponen Pelaksanaan PMK
1. Posisi
a. Bayi telanjang dada (hanya menggunakan popok, topi ,kaus
tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup didada iu dengan
posisi tegak atau diagonal agar tubuh bayi menempel/kontak
langsung dengan ibu
b. Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk
menghindari terhalangnya jalan napas. Kepaa menoleh ke
samping di bawah dagu ibu
c. Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi
katak
d. Kemudian, fikasi dengan selendang
e. Ibu mengenakan pakaian atau blus longgar sehigga bayi
berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu gunakan
selimut.
f. Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan
metode kanguru.
2. Nutrisi
Selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI. Melalui
PMK akan mendukung dan mempomosikan pemberian ASI
ekslusif, karena ibu lebih cepat tanggap apabila bayi ingin
menyusu. Bayi bisa menyusu lebih lama dan lebih sering. Bila
bayi dibawa ke fasilitas kesehatan dan bayi tidk mampu menelan
ASI dapat dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
3. Dukungan
Keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk
pelaksanaan PMK di fasilitas kesehatan, pelaksanaan PMK akan
dibantu oleh petugas kesehatan.
4. Pemantauan
BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 163
dipulangkan lebih cepat (BBLR< 2000 gram) harus dipatau
untuk tumbuh kembangnya. Apabila didapatkan tanda bahaya
harus dirujuk kef askes yang lebih lengkap. Hal-hal yang perlu di
pantau selama PMK adalah :
a. Pastikan suhu aksila normal (36,5-37,5 ºC)
b. Pastikan pernapasan normal (30-60x/m)
c. Pastikan tidak ada tanda bahaya
d. Pastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup (minimal
menyusu tiap 2 jam). (Kemenkes R.I, 2010)
2.4 Pendokumentasian Dengan SOAP
Pengkajian merupakan suatu cara awal dari proses keperawatan dan
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
dievaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian yang
lengkap, akurat, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting
untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
(Bawaulu, 2019).
1. Subjektif
Data subjektif merupakan informasi yang diperoleh berdasarkan persepsi
klien tentang masalah kesehatan mereka. Pada klien anak atau bayi, data
subjektif didapat dari orangtua atau sumber lainnya.
2. Objektif
Data objektif merupakan informasi yang diperoleh melalui pengamatan,
observasi, dan pengukuran atau pemeriksaan fisik dengan beberapa
metode (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi)
3. Assesment
Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi dari
data subjektif dan objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa
mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun objektif maka proses pengkajian data akan sangat
dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data
pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien dapat

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 164
terus diikuti dan diambil keputusan atau tindakan yang tepat.
4. Planning
Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien sebaik mungkin atau
menjaga/mempertahankan kesehatan kesejahteraan nya. Proses ini
termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai
dalam batas waktu tertentu tindakan yang diambil harus membantu pasien
mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung rencana
dokter jika melakukan kolaborasi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 165
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 DATA SUBYEKTIF


BIODATA
Nama bayi : By Ny Irawati
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 29 April 2021
Nama ibu : Ny Irawati
Umur : 28th
Nama ayah : Tn. Heru
Umur : 27th
Alamat : Depok
a. Alasan datang (Observasi Bayi rooming in dengan ibu)
b. Keluhan utama ( Ibu mengatakan bayi sering Gumoh dan bersin)
c. Riwayat antenatal/ selama masa kehamilan
1. Status Gravida : P1A0
Pemeriksaan antenatal : Ibu rutin
memeriksaan kehamilan ke bidan dan dokter
Komplikasi antenatal :Solusio Plasenta
Obat-obat yang di terima selama kehamilan : Folamil Genio
d. Riwayat Persalinan
Keadaan umum ibu : Baik
Tanda-tanda vital
TD : 100/80 N :
85x/m
RR : 28x/menit S :
36.7ºc
Jenis persalinan : Operasi SC
Penolong persalinan : Dokter Kandungan
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Lama persalinan : 30 Menit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 166
Ketuban pecah selama : amniotomi oleh dokter
Warna air ketuban : jernih
Pengobatan selama persalinan: pemberian antibiotic 1 jam sblm
operasi, anastesi spinal, pemberian oksigen, infus oleh dokter anastesi
Kondisi plasenta
Berat : 450 Diameter
: 20cm
Panjang tali pusat : 50 cm Insertio tali pusat :
sentralis
Kelainan : tdk ada
e. Keadaan Bayi
Kelahiran : Baik Apgar Score 9/10
Pemeriksaan penilaian bayi baru lahir :
● Menangis : Spontan, kuat
● Warna kulit : Kemerahan
● Tonus Otot : Aktif
3.2 OBJEKTIF :
1. Pemeriksaan Umum
● Berat badan 2310
● Panjang badan : 46cm
● Suhu : 36.2
● Lingkar kepala 30
● Lingkar dada 29
● Lingkar perut 28
2. Pemeriksaan Sistematis
● Kepala :
Bentuk : ( √ ) Bulat (-) Kaput (-) Cepal Hematon
Ubun-ubun : Besar : normal
Kecil : normal
Sutura : sejajar
● Mata : Posisi bola mata

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 167
(tdk ada) Kotoran
(tdk ada) Perdarahan
Konjungtiva: Merah muda
Sclera: Tdk ikterik
● Telinga : Posisi daun telinga
(√) Lubang telinga
( -) Kotoran
Kelainan : tidak ada
● Mulut : ( √ ) Simetris
( √) Palatum mole
(√) Palatum hidung
Kelainan : Tidak ada
● Hidung : ( √) Lubang hidung
( -) Pengeluaran secret
( -) Pernafasan cuping hidung
● Leher : ( √) Pergerakan leher
● Dada ( -) Asimetris
( - ) Retraksi
Pergerakan dada : ( normal ) / positif
Denyut jantung : 143 x/menit, teratur/tidak
teratur
Bunyi nafas : Teratur
Pernafasan : 49x/menit
● Perut : ( - ) Penonjolan sekitar tali pusatpada saat
menangis
( - ) Pendarahan tali pusat, Tali Pusat sedikit
lembab
( -) Benjolan/tumor
Kelainan : Tidak ada
● Punggung : Keadaan tulang punggung : Simetris/Asimetris
Kelainan tulang punggung : tdk ada, tdk ada spina

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 168
bifida
● Ekstremitas : Posisi tangan : Simetris
Posisi kaki : Simetris
Jari tangan : Normal (5Jari)
Jari kaki : Normal (5 Jari)
Pergerakan : aktif/tidak aktif
Rotasi paha : Normal
● Kulit : Warna : Kemerahan
(-) Vernik caseosa
(-) Lanugo
( +) Tugor kaki
● Genitalia : Laki-laki
(+) Testis berada di scrotum
(+) Penis berlobang
Perempuan
( ) Vagina berlubang
() Labia mayora
( ) Labia minora
Anus : Berlubang ( + )
Mekoneum (+ )
Kelainan pada genitalia : tdk ada
● Status Neurologi
Reflek : (+) Tendon
( + ) Moro
( +) Rooting
( + ) Menghisap
( +) Menggenggam
( +) Menangis
( +) Babinski
● Eliminasi
BAB pertama : Mekonium jam : 22.30

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 169
BAK pertama : Jernih jam : 22.30
3.3 Analisis Data
By ny Irawati NCB SMK Usia 2 Hari dgn BBLR
3.4 Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent dan izin mendokumentasikan .
2. Menginformasikan ibu menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk
memakaikan topi dan pakaian yang nyaman pada bayi dan menjauhkan dr
AC/kipas angin, ibu mengerti.
3. Menginformasikan ibu metode PMK, dan menganjurkan ibu untuk
perawatan Metode kanguru agar suhu tubuh bayi stabil dan terjaga
kehangatanya, Ibu Mengerti.
4. Menjelaskan kepada ibu untuk menyusui sesering mungkin atau secara
ondemand, dan bila bayi tidur lebih dari 2 jam dibangunkan untuk disusui
,ibu mengerti.
5. Menjelaskan dan membantu ibu posisi menyusui dan menyendawakan
bayi setiap habis menyusu, Ibu Mengerti dan belajar mempraktekkanya.
6. Menjelaskan kpd ibu manfaat ASI, dan menganjurkan ibu memberikan asi
secara exlusif selama 6 bulan atau sampai 2th , Ibu mengerti
7. Menjelaskan kepada ibu menjaga kebersihan bayi, menganjurkan ibu
untuk menggantikan popok setelah bayi bab/bak dan membersihkannya,
Ibu Mengerti.
8. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan tali pusat tetap kering dan
bersih, menganjurkan ibu untuk mengganti kasa pada tali pusat 2x sehari,
ibu mengerti.
9. Menjelaskan tanda- tanda infeksi tali pusat pada ibu seperti Tali pusat
lembab, berbau, keluar darah dan kemerahan pada area talipusat, ibu
mengerti.
10. Menginformasikan kpd ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti, bayi
lemas, menangis merintih, bernafas cepat, demam, pergerakan tdk aktif
dan tdk mau menyusu segera panggil bidan/ Perawat , Ibu Mengerti

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 170
11. Menjelaskan kepada ibu untuk kontrol 3 hari setelah pulang ke poli anak
untuk memeriksakan kondisi bayinya, Ibu Mengerti

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 171
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan


kebidanan menurut SOAP pada By Ny Irawati NCB SMK dgn BBLR secara
terperinci mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan
penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pada pembahasan ini penulis akan
menjelaskan tentang kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara praktek dengan
teori yang ada.
Pada bagian pengkajian data, penulis mengkaji identitas pasien dengan
nama By Ny Irawati , Usia 2 hari. Saat ini dikaji Ibu mengatakan Bayi sering
gumoh dan bersin. Hal ini sesuai dengan teori Bawaulu (2019) Data subjektif
merupakan informasi yang diperoleh berdasarkan persepsi klien tentang masalah
kesehatan mereka. Pada klien anak atau bayi, data subjektif didapat dari orangtua
atau sumber lainnya.
Kemudian penulis melakukan pemeriksaan objektif mulai dari tanda-tanda
vital dan keseuruhan sesuai soap diatas, Hal ini sesuai dengan teori Bawaulu
(2019) data objektif merupakan informasi yang diperoleh melalui pengamatan,
observasi, dan pengukuran atau pemeriksaan fisik dengan beberapa metode
(inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
Penulis menuliskan analisa data yaitu Bayi Ny Irawati Usia 2 hari dengan
BBLR. Hal ini sesuai dengan Asih dan Risneni (2016) assesment merupakan
pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi dari data subjektif dan objektif.
Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun objektif maka proses
pengkajian data akan sangat dinamis.
Setelah itu penulis melakukan konseling dan petalaksanaan kasus. Hal ini
sesuai dengan Asih dan Risneni (2016) Planning adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan akan datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien sebaik
mungkin atau menjaga/mempertahankan kesehatan kesejahteraan nya.
Penatalaksanaan nya yaitu, melakukan informed consent, memberitahu hasil

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 172
pemeriksaan, memberitahu ibu Untuk menjaga kehangatan bayi, menganjurkan
ibu untuk memakaikan topi dan pakaian yang nyaman pada bayi dan menjauhkan
dr AC/kipas angin, Menginformasikan ibu metode PMK, dan menganjurkan ibu
untuk perawatan Metode kanguru agar suhu tubuh bayi stabil dan terjaga
kehangatanya. Gumoh dan bersin adalah akibat penyesuaian bayi dari kehidupan
intra uterine ke ekstra uterin,dan akan terjaga apabila bayi dijaga kehangatannya
dan dilakukan asuhan perawatan bayi baru lahir dgn BBLR dalam masa adaptasi
dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan teori (Arif Zr dan Sari, 2014) Bayi
baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28
hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologi berupa maturasi, adaptasi
(menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstraurine) dan
tolerasi BBL untuk dapat hidup dengan baik.
Menurut Sondakh (2013) Adaptasi Termoregulasi dan Metabolik Sesaat
setelah bayi lahir, ia akan berada ditempat yang suhunya lebih rendah dari dalam
kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar
25˚C, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi,
dan radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukan panas
yang dapat diproduksi hanya seper sepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam
waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh
sebanyak 2˚C dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik akan
menyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma ingin (cold injury serta
merawatnya di dalam Natural Thermal Environment (NTE), yaitu suhu
lingkungan rata-rata dimana produksi panas, pemakaian oksigen, dan kebutuhan
nutrisi untuk pertumbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal.
Menurut (Hendayani Weni, 2019) Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
kontak kulit langsung ibu dan bayinya baik dilakukan secara intermiten maupun
kontinu yang dapat memenuhi kebutuhan dasar bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) meliputi perhatian, kehangatan, kenyamanan, dan gizi yang
cukup (Suradi et al. 2008; Dandekar & Shafee 2013) dalam Jurnal Human Care.

Terakhir penulis memberikan konseling tentang Syarat penatalaksaan PMK , Hal

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 173
ini sesuai dengan teori Kemenkes R.I (2010) dalam buku asuhan pelayanan
kesehatan dan neonatal esensial yaitu Bayi tidak mengalami kesulitan bernapas,
bayi tidak mengalami kesulitan minum,bayi tidak kejang, bayi tidak diare, ibu dan
keluarga bersedia dan sedang tidak sakit. Lakukan PMK untuk menghangatkan
bayi bila memenuhi syarat di atas, metoda kanguru berguna untuk memercepat
kestabilan suhu tubuh dan merangsang bayi naru lahir segera mengisap putting
payudara ibu.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 174
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologi berupa maturasi,
adaptasi (menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan
ekstraurine) dan tolerasi BBL untuk dapat hidup dengan baik. (Arif Zr dan
Sari, 2014)
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilan atau
masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu
(Mitayani, 2016).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa usia gestasi
(Depkes RI, 2008) Dalam Jurnal IPTEKS Terapan , ( Silvia Dkk, 2015 )

Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan kontak kulit langsung ibu


dan bayinya baik dilakukan secara intermiten maupun kontinu yang dapat
memenuhi kebutuhan dasar bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
meliputi perhatian, kehangatan, kenyamanan, dan gizi yang cukup (Suradi et
al. 2008; Dandekar & Shafee 2013) dalam Jurnal Human Care (Hendayani
Weni, 2019)

Kesehatan bayi baru lahir dengan BBLR masih menjadi perhatian. Setelah
dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut SOAP dengan pola fikir varney dan data
perkembangan soap maka penulis dapat menyimpulkan.
Pada pengkajian perawatan bayo baru lahir dengan BBLR didapatkan data
subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara dengan
orangtua, dimana orangtua mengatakan bahwa bayi sering gumoh, bersin-
bersin dan suhu tubuhnya teraba dingin sehingga mengganggu aktifitas bayi
untuk disusui dan pola istirahatnya. Dalam teori dan praktek tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktik.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 175
Dalam analisa data di dapatkan diagnosa kebidanan pada Bayi Ny Irawati.
Masalah yang timbul adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi baru lahir dan kurangnya informasi tentang masa adaptasi dan
asuhan yang tepat yang harus dilakukan.
Penulis juga menganjurkan agar selalu melakuan pemeriksaan ke tenaga
kesehatan atau melakukan PMK dirumah untuk mendeteksi dini tanda-tanda
bahya bayi baru lahir dan dapat memberikan penanganan segera.
Dengan adanya konseling ini memudahkan pasien dalam mengatasi
keluhan yang diraskaan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi pasien
Diharapkan mampu melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan
BBLR dirumah dengan menjaga kehangatan dengan melakukan
Perawatan metode kanguru (PMK).
5.2.2 Bagi lembaga pendidikan
Agar menambah jumlah buku dan sumber khususnya materi tentang
Bayi baru lahir, bayi baru lahir rendah, perawatan metode kanguru,
dan Ashuan perawatan bayi baru lahir dgn BBLR dengan perawatan
metode kanguru.
untuk melengkapi referensi dalam penyusunan selanjutnya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 176
DAFTAR PUSTAKA

Arief Zr Dan Sari, 2014, Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak Yogyakarta:
Nuha Medika

Bawaluwu, Trinitas . (2019). Data-data Dan Teknik Yang Digunakan Pada


Pengkajian Dalam Proses Keperawatan

Jamil, Sukmana, Hamidah. 2017 . Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi,


Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Fakultas Fakultas Kedokteran dan
kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Kementrian Kesehatan R.I (2020) . Profil kesehatan Indonesia Tahun 2019.


Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Mitayani. 2016. Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaannya. Padang:


Baduose Media.

Dinas Kesehatan Kota Depok (2020), Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2019.
Depok : DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK. Available on :
https://cms.depok.go.id Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2021 Pukul 12.59
WIB

Dinas Kesehatan Jawabarat, (2017). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi


Jawa Barat Tahun 2017. Bandung . Available on:
http://diskes.jabarprov.go.id
Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2021 Pukul 14.26 WIB

Dinas Kesehatan Bojonegoro (2020). Upaya Penurunan Angka kematian


ibu(AKI) dan Angka kematian bayi (AKB). Bojonegoro. Available on :
dinkes.bojonegoro.kab.go.id Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2021 Pukul

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 177
11.43 WIB

Perinasia. (2012). Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru.
Jakarta : Perinasia (2012)

Perinasia, (2018 ). Penatalaksanaan BBLR Untuk Pelayanan Kesehatan Level I-II.


Jakarta : Perinasia (2018)

Torressy Pctavina, Asmin Elpira, Nathalie. Pattimura Medical Review : Faktor-


Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kematian Neonatal Di Rsud
Dr. M.Haullussy Ambon Periode Januari 2017-April 2019; 2020 April:
Vol 2 (13-25)
Silvia, Putri Yelmi, Elharisda Gusnila. Jurnal Ipteks Terapan : Pengaruh
Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Lahir
Rendah; 2015 Juni 23: V9 (11-19)

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2017). Jakarta : Badan Pusat


Statistik, Badan Pusat Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
Kementrian Kesehatan.

Sondakh , (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Malang: Penerbit Erlangga

Hendayani Weni. Jurnal Human Care: Pengaruh Perawatan Metode Kanguru


Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh BBLR di Ruang Perinatologi RSUD
Dr.Achmad Mochtar; 2019 Febuari : Volume 4(26-33)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 178
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. I
G1P0A0 DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN AMBAR KUSWATI, SST
AMBAR KUSWATI1, MEINASARI KURNIA DEWI, S.ST, M.KES 2
1,2 Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN

Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan dan terdiri dari :


ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (
implementasi ) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm ( Manuaba, 2013:75) Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40
minggu atau 9 bulan 7 hari )dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi 3 : triwulan pertama dimulai sampai 12 minggu, triwulan kedua dari 16
minggu sampai 24 minggu, triwulan ketiga dari 28 minggu sampai 36 minggu
(Pujiastuti, 2012:1 ).Kehamilan adalah keadaan fisiologis pada suaktu waktu tapi
hal ini memerlukan perhatian khusus karena pada saat hamil terjadi perubahan
fisiologis dan sirkulasi darah pencernaan, perubahan hormone, serta perubahan
psikologis ibu hamil, akibat perubahan tidak jarang menimbulkan masalah bagi
kehamilan itu sendiri, pada kehamilan Trimester 1, ibu hamil sering merasakan
mual dan muntah. Rasa mual dan muntah yang berat sering mengganggu
pekerjaan sehari-hari, sehingga keadaan umum menjadi buruk, hal ini dikenal
sebagai Hiperemesis grafidarum.Menurut World Health Organization (WHO)
sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan, mengatakan
bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi diseluruh dunia, diantaranya negara di
benua Amerika dengan angka kejadian yang beragam. Jumlah kejadian
hiperemesis gravidarum mencapai 12,5 % dari jumlah seluruh kehamilan di
dunia.Mual dan muntah dapat mengganggu dan membuat ketidakseimbangan
cairan pada cairan pada jaringan ginjal dan hati menjadi nekrosis (WHO,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 179
2013).Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak terjadi di
Asia contohnya di Pakistan, Turki dan Malaysia. Angka kejadian Hiperemesis
Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh kehamilan
(Maulana, 2012).Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh data ibu
dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8 % dari seluruh kehamilan.
Keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-40 % multigravida. Satu diantara seribu
kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan
oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan Hormon Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam serum perubahan fisiologis kenaikan hormone ini
belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang (Depkes RI, 2013).Hiperemesis Gravidarum jarang menyebabkan
kematian, tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien
Hiperemesis Gravidarum dirawatinap lebih sekali. Terkadang, kondisi
Hiperemesis Gravidarum terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien
depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu-ibu hamil bahkan dapat merasa ingin
melakukan terminasi kehamilan (Kevin, dkk, 2011). Berdasarkan uraian terebut di
atas perlu di ketahui gambaran asuhan keperwatan pada klien hiperemesis
gradidarum dengan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa
masalah, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dokumentasi.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 180
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian
Mual dan muntah terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada
keadaan muntah-muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam basa
dan elaktrolit dan ketosis, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum (
Kemenkes RI, 2013:82 ).
Etiologi
Penyebab utama belum diketahui pasti, penyakit ini dikelompokan ke
dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga terdapat semacam racun yang
berasal dari janin atau kehamilan. Sekarang diperkirakan bahw sindrom ini terjadi
akibat peningkatan kadar serum HCG atau hormon estrogen dengan cepat di
dalam darah ibu hamil. Ibu penderita hiperemesis gravidarum ditemukan
mengalami peningkatan kadar serum korionik gonadotropin total maupun B-
submit bebasnya yang bermakna bila dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Gangguan keseimbang hormol seperti HCG, tiroksin kortison dan hormon seks
seprti estrogen dan progesteron diperkirakan menjadi faktor penyebab yang
penting.
Perubahan metabolismehati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini
karena itu pada kasus berat, harus dipikirkan kemungkinan gangguan fungsi hati,
kandung empedu, pankreas atauulkus peptikum (Martaadisoebrata dkk, 2015:70)
Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen oleh karena keluhan ini terjadipada trimester
pertama. Pengaruh fisiologis hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari
sistem syarafpusat akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian
terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah
dapat berlangsung berbulan-bulan ( Rukiyah dan Lia Yulianti, 2014:120 ).
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 181
cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak yang kurang sempurna
maka mengakibatkan terbentuknya badan keton di dalam darah yang dapat
menambah beratnya gejala klinik. Muntah yang dikeluarkan oleh ibu hamil
mengandung sebagian cairan lambung dan elekrolit ( Natrium, Kalium dan
Kalsium ) . Terjadinya penurunan kalium menyebabkan mual dan muntah ibu
menjadi lebih berat karena kurangnya kalium dalam keseimbang tubuh. Muntah
yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh semakin berkurang, sehingga darah
menjadi kental ( hemokonsetrasi ) yang kemudian memperlambat peredaran darah
sehingga konsumsi oksigen dan makanan menjadi berkurang ke jaringan dapat
menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin
dan ibu ( Manuaba dkk, 2011:29 ).
Perubahan Gejala Menurut Tingkatan HEG
Gejala tingkat I yaitu lemah, napsu makan menurun, berat badan menurun,
nyeri epigastrium,, nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah
menurun, lidah kering, mata cekung.
Gejala tingkat II yaitu apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor,
mata sedikit ikterik, suhu sedikit meningkat, oliguria, aseton tercium dalam hawa
napas.
Gejala tingakat III yaitu keadaan umum lebih lemah, muntah-muntah
berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat,
tekanan darah lebih turun ( Fadlun dan Achmad Feryanto, 2014:39 )

Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin sperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah, dan lelah
selain itu mengakibatkan gangguan asam basa, pneumonia aspirasi, robekan
mukosa yang menyebabkan rupture esophagus, kerusakan hepar dan kerusakan
ginjal, ini akan meberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin
karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan yang
mengakibatkan peredaran darah janin berkurang ( Rukiyah dan Lia Yulianti,
2014:128-129 )

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 182
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan bila perlu
dilakukan hasil pemeriksaan laboratorium . Muntah-muntah yang tidak membaik
dengan pengobatan biasanya harus dicurigai disebabkan oleh penyakit lain seperti
gastritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis dan fatty
liver ( Martaadisoebrata dkk, 2013:71 )
Diagnosa HEG ditegakkan melalui :
a. Anamnesis.
Dari hasil anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual dan
muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus
menerus, jenis makanan tertentu dan mengganggu aktifitas sehari-hari. Selain
itudapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhububgan dengan stres,
lingkungan sosial, asupan nutrisi dan penyakit sebelumnya ( hipertiroid,
gastritis, penyakit hati, diabetes melitus dan tumor serebri ).
b. Pemeriksan fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakan diagnose dan
menyingkirkan diagnose banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG ( pemeriksaan penunjang dasar
), analisis gas darah, test fungsihati dan ginjal. ( Widayana, 2013:6-7 )

Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologis pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 16 minggu ,
menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 183
jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun tidur jangan segara turun
dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat.
Makanan berminyak atau berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas ataau
sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin ,
Menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang paling
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung
gula ( Rukiyah dan Lia yulianti, 2014:122-123 ).
Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian
Manajemen kebidanan adalahbentuk pendekatan yang dilakukan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan metode
pemecahan masalah ( Nurhayati, 2012: 139 )
b. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses manajemen adalah proses pemecahan masalah dengan
menggunakan metode yang terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan
dalam urutan yang logis untuk keuntungan pasien dan pemberian asuhan (
Nurhayati, 2013:139 ).
Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney ( 2003 )
yaitu :
• Langkah I ( Identifikasi dan analisa data dasar )
• Langkah II ( Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual )
• Langkah III ( Identifikasi Diagnosa / Maslah Potensial )
• Langkah IV ( Tindakan Segera, Kolaborasi dan Rujukan )
• Langkah V ( Merencanakan Asuhan Kebidanan )
• Langkah VI ( Melaksanakan Asuhan Kebidanan )
• Langkah VII ( Mengevaluasi Hasil Tindakan )

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 184
BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Registrasi : 003-21


Tanggal Pengkajian : 01 April 2021
Waktu Pengkajian : 09.00 Wib
Tempat Pengkajian : Praktek Mandiri Bidan Ambar Kuswati, SST
Pengkaji : Ambar Kuswati, SST/19200200034

E. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. Indah. F Nama Suami : Tn. Tomy
Kurnia W
Umur : 26Tahun Umur : 30Tahun
Suku/kebangsaan : Betawi Suku/kebangsaan : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Gg. Seruni 2 Rt 003/006 Kel. Cililitan Kec. KramatJati
Jakarta Timur
Telp : 0818-0680-7677

1. Alasan Kunjungan saat ini


V Kunjungan Pertama
 KunjunganUlang
 Rutin
 Keluhan : ibu mengatakan mual muntah sudah berlangsung 5
hari, tenggorokan sakit, serta lemes, tidak dapat makan atau
minum apapun, mencium bau langsung muntah, BAK sedikit
dan sakit kepala.
2. Riwayat kehamilan ini :
2.1 Riwayat Menstruasi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 185
Hari pertama haid terakhir tanggal : 07-12 -2020, pasti
Taksiran Persalinan : 14-09-2021
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 3 X ganti pembalut / hari.
Siklus : 31 hari, teratur
Warna : Merah Tua
2.2 Tanda-tanda kehamilan (trimester)
Hasil tes kehamilan (jika dilakukan)
Tanggal : 20-01-2021 hasil : positif
2.3 Pergerakan fetus dirasakan pertama kali
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : 1 kali
2.4 Keluhan yang dirasakan (ada / tidakada)
 Rasa lelah : Ada
 Mual dan muntah yang lama : ada sudah 5 hari.
 Nyeri Perut : tidak ada, perih karena tidak ada makanan
minum masuk.
 Panas, mengigil : tidak ada
 Sakit kepala berat / terus menerus : tidak ada, sakit kepala ada
 Penglihatan kabur : tidak ada
 Rasa nyeri / panas waktu BAK : tidak ada
 Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak ada
 Pengeluaran pravaginam : cairan, keputihan : tidak ada
 Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
 Edema : tidakada
2.5 Diet/makan
Sebelum Hamiil Sesudah Hamil
Makan
a. Frekuensi : 3 x/hari 2- 3x/hari
b. Jenis : nasi, sayur, lauk nasi, sayur, lauk
pauk, buah pauk, buah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 186
Minum
a. Frekuensi : 8 x/hari 4 x/hari
b. Jenis : air putih Air putih
Keluhan : tidakada Tidakada
2.6 Pola Eliminasi
BAB : 1 x sehari BAK :2 -3
x sehari
Konsistensi : lembek Konsistensi : cair
Warna : kuning Warna : kuning
pekat
2.7 Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur : Siang 2 jam, malam8 jam.
Seksualitas : 1 x dalam seminggu
Pekerjaan : mengurus rumah tangga
2.8 Riwayat Imunisasi TT
TT1 :
TT2 :
TT3 :
TT4 :10-01-2020
TT5 :
2.9 Kontrasepsi yang pernah digunakan : belum pernah
Lamanya :9 bulan

3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Penyaki Anak
Tangga t
Tempat Usia Jenis
N l Tahun Penolo Kehami Jenis
Pertolon Kehami Persali B T Keada
o Persali ng lan & Kela
gan lan nan B B an
nan Persali min
nan
1. INI - - - - - - - - -

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 187
4. Riwayat Kesehatan
4.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita ( ada / tidak
ada )
 Jantung : tidak ada
 Tekanan darah tinggi : tidak ada
 Hepar : tidak ada
 Diabetes melitus : tidak ada
 Anemia berat : tidak ada
 Penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS : tidak ada
 Campak : tidak ada
 Malaria : tidak ada
 Tuberkulosis : tidak ada
 Gangguan mental : tidak ada
 Operasi : tidak ada
 Lain-lain : tidak ada
4.2 Prilaku kesehatan
 Penggunaan alkohol / obat-obatan sejenisnya : tidak ada
 Obat-obatan /jamu yang sering digunakan : tidak ada
 Merokok, makan sirih : tidak ada
 Irigasi vagina / ganti pakaian dalam : 2x sehari
5. Data Psikososial
5.1 Status perkawinan : nikah
Jumlah : 1 kali
Lama perkawinan : 9 bulan
5.2 Susunan keluarga yang tinggal serumah :
Umur Hubungan
No JenisKelamin Pendidikan Pekerjaan Keterangan
tahun Keluarga
1. LakiLaki 30tahun Suami S1 Swasta sehat

2. Perempuan 26 tahun Istri SLTA Swasta sehat

a. Pengambil keputusan dalam keluarga :suami


b. Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan : iya
c. Jenis kelamin yang diharapkan : sama saja
d. Respon Ibu terhadap kehamilan : senang
e. Dukungan suami dan keluarga : sangat mendukung.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 188
f. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,
nifas : tidak ada
6. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Asma , kencing manis, jantung, tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/70mmHg Denyut nadi : 65
x/menit
Suhu tubuh : 37,80C Pernafasan : 20
x/menit
4. Tinggi badan : 156 cm Berat badan : 54
kg
5. Kenaikan berat badan selama hamil : 11 kg
6. Pemeriksaan fisik
4.1 Muka : nampak lemes, pucat.
kelopak mata : nampak cekung Konjungtiva : agak
kuning
Sklera : tidak pucat
Mulut dan gigi : bersih gigi tidak ada caries, terasa
pahit,
tenggorokan perih, tercium aceton.
4.2 Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
4.3 Kelenjar getah benning : tidak ada benjolan
4.4 Dada :
Jantung : tidak ada mur mur.
Paru : tidak ada wheezing
Payudara : Pembesaran : ada
Putingsusu : menonjol

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 189
Simetris : Ya
Benjolan/tumor : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada
Rasa nyeri : tidak ada
Lain-Lain : tidak ada
4.5 Punggung dan pinggang : tidak ada nyeri
Posisi tulang belakang : simetris
Pinggang nyeri : tidak ada
4.6 Ekstremitas atas dan bawah odema : tidak ada
Kekakuan sandi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Varises : tidak ada

Refleks : +/+
LILA : 28 cm
Abdomen :
➢ Inspeksi
Bentuk : datar
bekas luka operasi : tidak ada
Stric Gravidarum : tidak ada
Lineanigra : tidak ada línea alba :tidak ada
➢ Palpasi
Leopold I : TFU ½ pusat sympisis
Leopold II : Belum teraba bagian punggung
Leopold III : Balotemen
Leopold IV : 5/5 bagian
Auskultasi
Punctum maximum :-
Denyut jantung fetus : 156 x/menit teratur
Taksiran berat janin : 100 gram

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 190
4.7 Ano-ganital
4.7.1 Inspeksi
Perineum : luka parut : tidak ada
Vulva vagina : Warna : pink
Luka : tidak ada
Fistula :tidak ada Varises: tidak ada
Pengeluaran pervaginam : tidak ada
Warna : -
Konsistensi : -
Jumlah: -
Kelenjar bartolini : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
Rasa nyeri : tidak ada
Anus : haemoroid : tidak ada
4.7.2 Periksa dalam
Serviks dan vagina (jika ada indikasi)
Dinding vagina : tidak dilakukan
Ukuran serviks : ................................
Posisi serviks : ................................
Konsistensi : ................................
Mobilitas : ................................
Lain-lain : ................................
4.7.3 Pelvimetri klinis
- Promontorium : tidak dilakukan
- Spinaisiadicha : ................................
- Linea inominata : ...............................
- Ujung sekrum/coccygis: ................................
- Dinding samping : ................................
- Kesan panggul : ................................
- Arcus pubis :.................................

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 191
4.7.4 Adnexa : tidak dilakukan
Bentuk :
……………………………………………………
Posisi :
……………………………………………………
Konsistensi :
……………………………………………………
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 01-04-2021
Darah : Hb : 12,1 mg/dl Golongan darah : O ( positif )
Urine Protein : negative Reduksi :
negative
Keton Urine : Positif 3 GDS : 72
mg/dl
Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada

C. ANALISIS DATA :
G 1 P0 A0 16 minggu
Janin tunggal hidup intra utrine
Masalah dan Kebutuhan :
Hyperemis Gravidarum
Edukasi Pola makan

D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan observasi TTV dan keluhan yang dialami, sudah
dilakukan
2. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak denagn pasien,
sudah dilakukan.
3. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan, sudah dilakukan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 192
4. Menjelaskan pada ibu dan suami bahwa Hyperemisis gravidarum
membahayakan kondisi ibu hamil dan janin yang dikandungnya, mual
dan muntah yang berlebihan akan menyebabkan ibu hamil kehilangan
banyak cairan, sehingga berisiko mengalami dehidrasi dan gangguan
elektrolit, sudah dilakukan.
5. Melakukan edukasi, informed choice dan informed consent tentang
rencana asuhan yang akan diberikan tujuan untuk menghentikan mual
dan muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat
muntah yang berlebihan, memenuhi kebutuhan nutrisi,serta
mengembalikan nafsu makan ibu, perlu menjalani perawatan di rumah
sakit., sudah dilakukan.
6. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk memperbanyak istirahat
untuk meredakan stres dan menghilangkan rasa Lelah, sudah
dilakukan.
7. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk mengonsumsi makanan
tinggi protein, rendah lemak, dan bertekstur halus agar mudah ditelan
dan dicerna dalam bentuk panas atau sangat dingin, sudah dilakukan.
8. Menganjurkan ibu dan suami untuk mengonsumsi makanan dalam
porsi kecil, namun sering, serta hindari makanan berminyak, pedas,
atau berbau tajam yang dapat memicu rasa mual, sudah dilakukan.
9. Menganjurkan ibu setiap bangun tidur jangan langsung turun dari
tempat tidur boleh makan roti kering dan minum teh hangat, sudah
dilakukan.
10. Menganjurkan ibu dan suami untuk mengkonsumsi suplemen
kehamilan untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan zat besi selama
hamil, tapi di cobauntukmalamharisaatminumvitaminnya,
sudahdilakukan.
11. Menggunakanaromaterapiuntukmengurangimual di pagihari,
sudahdilakukan.
12. Menganjurkan pada ibu dan suamiuntukmenjagakebersihandiri,
sudahdilakukan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 193
13. Memfasilitasi konseling gizi seimbang, ibu memutuskan
mengkomsumsi makan sedikit tetapi sering
14. Melakukan observasi tanda bahaya ibu hamil, serta melakukan
edukasi tanda bahaya dari Hyperemisi gravidarum, sudah dilakukan.
15. Kolaborasi dengan dokter instruksi : Rawat inap, infus Ringer asering
; Kae Mg 3= 1 :1 30 tpm/ 24 jam, observasi tanda-tanda dehidrasi dan
infeksi, pemberian obat mual/ muntah injeksi 2x1, sementara Makan
lunak, Neurobion drip/ 24 jam, observasi muntah dan BAK, sudah
dilakukan.
16. Melakukan pemeriksaan test laboratorium terutama HB, IMS, kimia
darah, dengan sleding scale dan urine lengkap, sudah dilakukan.
17. Melakukan afirmasi positif pada ibu dan suami untuk memberikan
dukungan pada ibubahwaibu dan bayibisamelaluiini, bayiibusehat,
sudahdilakukan.
18. Menganjurkan ibu untuk kunjungan 4 mgg ke Bidan, ibu memahami

Jakarta, 01 April 2021

Pengkaji,

( AmbarKuswati, SST)
19200200034

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 194
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus NY. I dengan G1P0A0 hamil 16 minggu, Janin Tunggal


Hidup, dimana sebelumnya telah dilakukan pengkajian berdasarkan data subjektif
dan objektif. Didapatkan pada data subjektif ibu mual muntahsudahberlangsung 5
hari, tenggorokan sakit, serta lemes, tidak dapat makan atau minum apapun,
menciumbaulangsungmuntah, dan sakitkepala. Dan pada data objektif pada tanda-
tanda vital semua dalam keadaan normal, hanya pada hasil penunjang ditemukan
keton urine : Positif 3, GDS 72 mg/dl
Pada kesempatan ini berdasarkan jurnalSri Handayani, Ummi Aiman Tahun
2017 dengan judul ”Analisis Kejadian Hiperemesisi Gravidarum (HEG)
Berdasarkan Karakteriktiknya” dapat disimpulkan mual muntah lebih dari 10 kali
dalam 24 jam dapat mengakibatkan cadangan karbohidreat dan lemak habis
terpakai dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan. Pada jurnal
ini peneliti menggunakan uji chi-square dengan pendekatan retrospektif. Pada hal
ini yang terjadi pada Ny.I memiliki kesamaan terhadap jurnal ini, Ny I yang
dirawat akibat sudah mengalami lemas diakibatkan mual muntah yang terus
menerus.
Pada jurnal keduaMaillinda Purwanti,Netty Etalia Brahmana, Wisnu Hidayat
tahun 2019 dengan berjudul ”Studi Kasus Kontrol di RSUD Aceh Tamiang”
mempunyai kesimpulan mual muntah yang terjadi sampai usia kehamilan 20
minggu, muntah yang hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari.
Berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena
penyakit seperti appendisitis, pielitis, dan sebagianya. Pada hal ini juga
didapatkan hal yang pada Ny. I dimana hasil penunjang juga menunjukkan adanya
peningkatan dihasil keton yang cukup tinggi pada ibu hamil.
Pada jurnal ketigaKartika Chandra Suryaningrum, Ira Titisari, Mika
Mediawati pada tahun 2017 dengan berjudul ”Hubungan Antara Status Gravida

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 195
dan Usia Ibu Dengan Kejadian Emesis Gravidarum” dapat disimpulkan peristiwa
yang dialami oleh wanita hamil, memiliki ketidaknyamanan akan muncul secara
bersamaan dengan perubahan psikologis selama kehamilan seperti mual,muntah.
Perasaan mual terjadi karena peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG dalam
serum. Peneliti menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Hasil yang diperoleh adannya hubungan antara Gravida, Usia dengan
terjadinya hiperemesisi gravidarum. Pada pasien tersebut didapatkan Gravida
sebagai anak pertama ternyata saling berhubungan dengan adanya hiperemesis
gravidarum.
Pada jurnal keempat dengan penelitian Nurul Isnaini, Reza Refiani pada tahun
2017.Kematian dan kesakitan ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak
lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang. Salah satu
penyebab kematian Wanita usia subur, diantaranya disebabkan oleh hyperemesis
gravidarum sekitar 25-50 %. Kematian saat melahirkan menjadi penyebab utama
mortalitas perempuan pada masa puncak produktifitasnya. World Health
Organization ( WHO ) memperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan di
seluruh dunia. Dari jumlah ini 20 juta perempuan mengalami kesakitan sebagai
kehamilan. Sekitar 8 juta mengalami komplikasi yang mengancam jiwa dan lebih
dari 500.000 meninggal. Sebanyak 240.000 dari jumlah ini hampir 50 % terjadi di
negara-negara Asia Selatandan Tenggara, termasuk Indonesia. ( Riskesda, 2014 ).
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil
Trimester 1 Tentang Hiperemesis Gravidarum Di BPM Wirahayu Panjang Bandar
Lampung Tahun 2017”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif,
rancangan deskriptif. Populasi seluruh ibu hamil trimester 1, sample ibu hamil
trimester 1 yang ada pada saat penelitian berlangsung yaitu sebanyak 33 orang
dengan tehnik accidental sampling. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil
trimester 1 tentang hyperemesis gravidarum dalam kategori baik sebanyak 22
orang ( 66.7 % ). Saran bagi ibu agar ibu dapat menambah pengetahuan tentang
dampak dan bahaya dari hyperemesis gravidarum tersebut dan diharapkan ibu
juga mampu untuk meningkatkan informasi pengetahuan melalui sharing dengan
sesama ibu dilingkungan rumah, atau melalui media elektronik dan buku bacaan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 196
Pada pasien tersebut didapatkan gravida pendidikan SMK sebagai anak pertama
ternyata saling berhubungan dengan adanya hyperemesis gravidarum.
Pada jurnal kelima sejalan dengan penelitian Sulistyowati, Edy soesanto, Indri
Astuti pada tahun 2014, gangguan mual dan muntah biasanya berlangsung hingga
minggu kedua puluh kehamilan yang ditandai dengan mual tidak terkendali serta
muntah-muntah hampir sepuluh kali tiap hari, hal ini lebih dikenal dengan istilah
hiperemesis gravidarum. Stres dianggap salah satu faktor penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum dimana stres ini merupakan bentuk psikologik yang
memegang peranan yang penting pada penyakit. Data yang didapatkan peneliti di
BPS Ny Sayidah Kendal menunjukan terdapat 110 ibu hamil dengan keluhan
mual dan muntah sebanyak 57 ibu hamil. Tujuan : mengetahui hubungan antara
tingkat stres dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1
di Bidan Praktek Swasta ( BPS ) Ny Sayidah. Metode :jenis penelitian ini adalah
analitik kolerasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester 1
yang melakukan kunjungan ANC di BPS Ny Sayidah Kendal pada Juli 2011-Juni
2012 yang bejumlah 387 orang. Tehnik samplingnya adalah Quota sampling
dengan jumlah79. Hasil : penelitian ini menunjukkan sebagian besar tingkat stres
yang dialami oleh ibu adlah dalm kategori ringgan ( 79.7 % ) yang ditandai oleh
seringnya merasa kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu,
sebagian besar tidak terjadi hiperemesis ( 78.5 % ). Kesimpulan : hubungan yang
bermakna antara tingkat stres dengankejadian hiperemesis gravidarum pada ibu
hamil trimester 1di BPS Ny Sayidah.Pada pasien tersebut didapatkan gravida
pegawai swasta dan mengerjakan pekerjaan rumah sebagai anak pertama ternyata
saling berhubungan dengan adanya hiperemesis gravidarum.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari )dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi 3 : triwulan pertama dimulai sampai 12
minggu, triwulan kedua dari 16 minggu sampai 24 minggu, triwulan ketiga dari
28 minggu sampai 36 minggu (Pujiastuti, 2012:1 ).
Mual dan muntah terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada
keadaan muntah-muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam basa

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 197
dan elaktrolit dan ketosis, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum (
Kemenkes RI, 2013:82 ).
Penyebab utama belum diketahui pasti, penyakit ini dikelompokan ke
dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga terdapat semacam racun yang
berasal dari janin atau kehamilan. Sekarang diperkirakan bahw sindrom ini
terjadiakibat peningkatan kadar serum HCG atau hormon estrogen dengan cepat
di dalam darah ibu hamil. Ibu penderita hiperemesis gravidarum ditemukan
mengalami peningkatan kadar serum korionik gonadotropin total maupun B-
submit bebasnya yang bermakna bila dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Gangguan keseimbanghormol seperti HCG, tiroksin kortison dan hormon seks
seprti estrogen danprogesteron diperkirakan menjadi faktor penyebab yang
penting.
Perubahan metabolismehati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini
karena itu pada kasus berat, harus dipikirkan kemungkinan gangguan fungsi hati,
kandung empedu, pankreas atauulkus peptikum (Martaadisoebrata dkk, 2015:70)
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
denganjalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 16 minggu , menganjurkan mengubah makanan sehari-
hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun tidur
jangan segara turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering
atau biskuit dengan teh hangat.
Makanan berminyak atau berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan
dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas ataau sangat dingin.
Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin , Menghindarkan kekurangan
karbohidrat merupakan faktor yang paling penting, oleh karenanya dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula ( Rukiyah dan Lia yulianti, 2014:122-
123 ).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 198
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kehamilan pada trimester I dengan keluhan mual muntah atau di sebut
juga hiperemesis gravidarum ini sangat memerlukan pengawasan yang khusus
dan pengobatan yang tepat, karena pada beberapa kasus bila terapi tidak
dilaksanakan dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita akan
mengalami dehidrasi atau abortus.

B. Saran
Hendaknya dapat mengobservasi dengan cermat dan teliti setiap
menemukan kasus hiperemesis gravidarumsehingga tidak terjadi kasus
hiperemesis gravidarum ke tingkat yang lebih berat .

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 199
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta : BPS, 2012

Dewi, Vivian Nanny, Lia dan Tri Sunarsih, Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan,
Jakarta : Salemba Medika, 2012

Fadlum and Achmad Feryanto, Asuhan Kebidanan Patologis, Jakarta : Salemba


Medika, 2014

Handayani, Desi. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan, Jakarta : Tim, 2012

Indrayani ” Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis


Gravidarum Di RSUD DR Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang ”.
ejurnal.husadakartajaya.ac.id/index.php/JAKHKJ/article/view/70 ( Diakses 01
April 2021 )

Irianti, Bayu, dkk, Asuhan Kehamilan berbasis Bukti, Jakarta : Sagung Seto, 2014

Kartika Chandra, Ira Titisari, Mika Mediawati ” Hubungan Antara Status Gravida dan
Usia Ibu Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum ”.
https;//ejurnaladhkdr.com ( Diakses 01 April 2021 )

Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku : Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas


Kesehatan Dasar dan Rujukan, Jakarta : Kemenkes RI, 2013

Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, Jakarta :


Kemenkes RI, 2016

Mailinda Purwanti, Netty Etalia Brahmana, Wisnu Hidayat ” Studi Kasus Kontrol di
RSUD Tamiang”. https://journal.untar.ac.id/juisthr/article/view ( Diakses 01
April 2021 )

Martaadisoebrata, djamhoer, dkk. Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi /


editor, Jakarta :EGC, 2015

Manuaba, Ida Ayu Handranita , dkk. Ilmu Kebidanan , Penyakit Kandungan, dan KB,
Jakarta : EGC, 2013

Megasari, Miratu, dkk. ” Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I ”, Jogyakarta :


Deepublish, 2015

Nurul Isnaini, Reza Rifiani ” Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester 1 Tentang
Hiperemesis Gravidarum Di BPM Wirahayu Panjang Bandar Lampung
Tahun 2017 ”

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 200
https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/viewFile/637/571 (
Diakses 01 April 2021 )

Oktavia, Lina ” Kejadian Hiperemesis Gravidarum Ditinjau dari Jarak Kehamilan dan
Paritas ” Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah, Vol 1 dan 2

Pudiastuti, Ratna Dewi, asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi,
Yogyakarta : Nuha Medika, 2012

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, asuhan Kebidanan 4 ( Patologi ), Jakarta : TIM,
2014

Sukarni K, Icesmi dan Margareth ZH. Kehamila, Persalinan dan Nipas, yogyakarta :
Nuha medika, 2013

Sri Handayani, Ummi Aiman ”Analisis Kejadian Hiperemesis Garvidarum (HEG)


Berdasarkan Karakteristiknya ”. https://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac (
Diakses 01 april 2021 )

Sulistyowati, Edy soesanto, Indri Astuti ”Hubungan Antara Tingkat Sters Dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di BPS
Ny Sayidah Kendal. https://jurnal,unimus.ac.id>jur_bid>article ( Diakses
01 April 2021 )

Widayana, Ari, dkk ” Diagnosis Dan Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum”.


http://ojs.unud.ac.id/index,php/eum/article/download/5114/3904 ( Diakses 01
April 2021 )

Varney, Helen dkk. Varneys Midfery, America : Jones and Barlett Publizer, 2003

WHO, 2013.Reduction of maternal mortality. A Joint WHO/ UNFPA/ UNICEF/


world bank statement, Geneva.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 201
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S G1P0A0
UK 39 – 40 MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI PMB NY. L DESA SUKALUYU KEC.CIKADU KAB. CIANJUR PADA
TAHUN 2021
Lilis Mulyani1, Ratna Wulandari2
1,2 Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN

Data dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 diperoleh data bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi yakni 305 per 100.000 kelahiran
hidup.(1) Diantara beberapa penyebab ganggaun atau masalah kesehatan yang
dialami pada ibu bersalin adalah kejang, perdarahan pada jalan lahir, ketuban
keluar sebelum waktunya, posisi janin sungsang, partus lama, plasenta letak
rendah (plasenta previa), dan hipertensi. Provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi
gangguan/komplikasi persalinan sebesar 6.3%, sedangkan pada kehamilan
cenderung lebih rendah yakni 3.0%.(2)

Beberapa penelitian terkait Ketuban Pecah Dini (KPD) diantaranya adalah


penyebab KPD diantaranya malposisi/ malpresentasi janin, status pekerjaan ibu,
status anemia, dan paparan asap dan perilaku merokok ibu.(3) Adanya KPD juga
akan berdampak meningkatkan kecemasan ibu hamil.(4) Sedangkan pada janin,
KPD akan membuat kondisi janin menjadi tidak sejahtera.(5)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 202
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi KPD

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Sebelum Waktunya


(KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahikan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun preterm.
Bila KPD terjadinya sebelum usia 37 minggu maka disebut KPD pada
kehamilan premature.(6) Istilah lain KPD adalah Premature Rupture of
Membrane (PROM) yakni pecahnya selaput ketuban sebelum proses
persalinan dimulai, jika pecahnya ketuban sebelum usia 37 minggu maka
disebut Preterm Premature Rupture of Membrane (PPROM).(7)

2. Resiko KPD

Kejadian KPD dapat menimbulkan masalah bagi ibu maupun janin,


misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/ masa nifas,
partus lama, perdarahan pasca persalinan, bahkan kematian. (6) Resiko
lain adalah amnionitis dan absurpsio plasenta, sedangkan pada janin resiko
hipoksia dan deformitas janin.(8)

3. Penyebab KPD

Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan


yang menjadi factor predisposisi adalah :

a. Infeksi yang secara langsung pada selaput ketuban ataupun asenderen


dari vagina atau serviks.
b. Fisiologi selamput ketuban yang abnormal
c. Serviks inkompetensia
d. Kelainan letak janin
e. Usia wanita kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
f. Faktor golongan darah
g. Faktor multigravida/ paritas, merokok
h. Keadaan sosial ekonom

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 203
i. Perdarahan antepartum
j. Riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya
k. Riwayat KPD sebelumnya.
l. Defisiensi besi
m. Ketegangan rahim berlebihan
n. Kesemitan panggul
o. Kelelahan ibu dalam bekerja
p. Trauma, missal saat hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan
amniosintesis(6)
4. Diagnosis

Penetapan diagnosis yang tepat sebaiknya mengkombinasikan beberapa


prosedur diantaranya:

a. Pengkajian atau anamnesa


b. Pemeriksaan cairan ketuban, misalnya dengan kertas lakmus
c. Pemeriksaan penunjang seperti USG dan Inspekulo(8)
5. Penatalaksanaan
Penatalksanaan KPD pada prinsipnya harus memperhatikan 3 aspek yakni,
aspek fisik, psikologis dan sosial.
a. Aspek Fisik

Penatalaksanaan dari aspek fisik dapat berupa terapi konservatif,


manajemen ekspektatif, dan manajemen aktif. Terapi konservatif
merupakan penatalaksanaan medis dengan pemberian terapi dengan
kolaborasi atau rujukan. Manajemen ekspektatif berupa hospitalisasi
dengan observasi ketat tanda-tanda persalinan, dennyut jantung janin,
tanda-tanda infeksi intrauteri dan tanda distress janin. Manajemen
aktif merupakan penatlaksanaan dengan melakukan terminasi
kehamilan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 204
b. Aspek Psikologis

Kondisi yang membuat ibu harus dirawat di rumah sakit, aktivitas


terbatas atau harus tirah baring, air ketuban yang semakin berkurang,
perasaan khawatir dengan keadaan janinnya dapat membuat ibu
menjadi tidak senang secara psikologis.

c. Aspek Sosial

Ketiadaan dukungan keluarga dapat memperburuk keadaan


pasien. Ketidakpastian dan keragu-raguan terhadap kondisi kehamilan
dan janinnya dapat meningkatkan stress. Dukungan sosial dapat
menjadi upaya protektif untuk mengurangi stress dan meningkatkan
mekanisme koping yang baik. Dukungan suami sebagai bagian dari
dukungan seksual dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
tanda bahaya pada kehamilan dan kemampuan menentukan tenaga
terampil dalam membantu persalinan.(8)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 205
BAB III

TINJAUAN KASUS

No. Registrasi 325


Tanggal Pengkajian : 20-05-2021
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM L
Pengkaji : Lilis Mulyani

A. DATA SUBYEKTIF

IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. E
Umur : 21 Tahun Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Swasta
Alamat: Kp. Cimalati Kec Cikadu Kab. Cianjur Jawa Barat

1. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan mulas sejak jam 03.00 WIB dan sudah keluar air-air jam
06.30 WIB
2. Riwayat Menstruasi
HPHT : 14-08-2020
TTP : 21-05-2021
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut
Siklusnya : 30 hari
Konsitensi : Mengental
3. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit menular dalam keluarga : Tidak Ada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 206
Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : Tidak Ada
4. Perilaku kesehatan :
Penggunaan alkohol / obat sejenisnya : Tidak Menggunakan
Obat/jamu yang sering digunakan : Tidak Menggunakan
Rokok, makan sirih : Tidak Menggunakan
Irigasi vagina : Tidak Pernah
5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, KB yang lalu
Belum ada / Hamil ini
6. Riwayat hamil ini
Pemeriksaan pertama kali pada kehamilan : 12 minggu
Tempat periksa hamil : BPM Lilis, S.S.T
Frekwensi selama hamil : 5 kali
Immunisasi TT 1 : 06-11-2020 TT2 tgl : 06-
12-2020
Keluhan mual dan muntah : Trimester I
Keluhan pusing : Kadang-kadang
Muntah : Trimester I dan II
Oedem : Tidak ada
Nyeri perut : Tidak ada
Penglihatan kabur : Tidak ada
Gerakan janin pertama kali : 16 Minggu
Rasa gatal vulva dan vagina : Tidak ada
Gerakan Janin sekarang : Aktif
7. Aktivitas sehari-hari
a. Diet/makan
Makan sehari-hari : 3-4 x/porsi
Ngidam : Tidak ada
Pantangan tehadap makanan : Tidak ada
b. Pola eliminasi :
BAK : 5-6 x/ hari
Warna BAK : Kuning jernih

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 207
BAB : 1 x/ hari
Konsistensi / warna BAB : Padat / kuning
c. Pola istirahat dan tidur :
Siang : Tidak Teratur, bila tidur 2 jam
Malam : 7-8 jam
d. Pola seksulitas : 2-3x/minggu, teratur
e. Aktifitas sehari-hari : Mandiri
8. Riwayat Sosial
Apakah kehamilan ini direncanakan : Ya direncanakan
Jenis kelamin yang diharapkan : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Usia perkawinan : 1 tahun
Kegiatan spiritual : Rutin

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional : Stabil
2. Vital sign :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 88 kali/menit
RR : 22 kali/menit Suhu : 36.4 0C
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 45 kg
BB sekarang : 57 kg
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Warna rambut : Hitam
Tekstur : Lembut
Luka : Tidak ada
Kebersihan : Bersih

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 208
b. Muka
Oedema : Tidak ada
Pucat : Tidak Pucat
Cloasma gravidarum : Tidak Ada
c. Mata
Oedema : Tidak Ada
Konjungtiva : Tidak Anemis
Sklera : Tidak Ikterik
d. Hidung
Kebersihan : Bersih
Radang : Tidak ada
e. Gigi/mulut
Lidah dan geraham : Bersih
Stomatits : Tidak ada
Tonsil : Tidak ada pembengkakan
Caries : Tidak ada
Karang gigi : Tidak ada
f. Telinga
Kebersihan : Bersih
Radang : Tidak ada
Pendengaran : Baik
g. Leher
Kelenjer tiroid : Tidak Ada pembengkakan
Kelenjar lymfa : Tidak Ada pembengkakan
Vena jugularis : Tidak Ada pembengkakan
Bunyi jantung : Reguler
Bunyi paru : Dalam batas normal
h. Payudara
Pembesaran : Dalam batas normal
Striae : Tidak ada
Putting : Menonjol

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 209
Areola : Hitam
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada sedikit
Kebersihan : Bersih
i. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Pembesaran perut : Ada
Bentuk perut : Memanjang
Striae : Ada
Kandung kemih : Kosong
Linea : Nigra
j. Pemeriksaan kebidanan
Palpasi uterus
Leopold I : Di fundus ibu teraba bagian yang bulat,
lunak, dan tidak melenting (bokong).
Leopold II : Di sisi kiri perut ibu teraba bagian yang
memanjang dan mendatar (punggung),
disebelah kanan perut ibu teraba bagian-
bagian kecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Dibagian bawah perut ibu teraba satu
bagian yang bulat, keras,melenting (kepala
), dan tidak dapat digoyangkan (sudah
masuk PAP)
Leopold IV : Divergen, Perlimaan : 3/5
TFU : 33 cm
TBJ : (33-12)x155 = 3255 gr
Auskultasi
Frekuensi : 148 x/i
Tempat : Sebelah kiri
Irama : Teratur
Kontraksi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 210
Frekuensi : 2x
Durasi : 30 detik
k. Ekstremitas
Oedema tangan dan jari : Tidak ada
Oedema kaki : Tidak ada
Betis merah/lembek/keras : Lembek
Varises : Tidak ada
Reflek patella ka/ki : +/+
l. Anogenital
Inspeksi
Vulva/vagina
Varises : Tidak Ada
Kemerahan : Tidak Ada
Luka : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Perineum (luka parut) : Tidak Ada
m. Periksa Dalam Atas Indikasi Menilai Persalinan
Pukul : 08.05 WIB
Dinding vagina : Tidak ada kelainan
Portio (Effecement) : Ada
Posisi portio : Anterior
Pembukaan serviks : 0 cm
Konsistensi servik : Tebal Lunak
Ketuban : Mengalir warna Jernih (Test Lakmus
Positif)
Presentasi fetus : Belakang Kepala
Penurunan bagian terendah : H-II
Posisi janin : Kepala
Bagian lain yang teraba : Tidak ada
n. Punggung / pinggang dan anus
Posisi tulang belakang : Normal

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 211
Hemoroid : Tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang
HB : 12.3 gr/%
Protein urin : Negatif
Glukosa urin : Negatif
Golongan darah :A
C. ANALISIS DATA
Ny. S G1P0A0 usia kehamilan 39-40 minggu dengan KPD
Janin tunggal hidup, intrauterine, presentasi kepala
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu dan memberikan Informed consent atas tindakan yang
akan dilakukan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti dan
mau menandatangani informed consent.
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik. TD : 110/70 mmHg, N: 88x/menit, R: 22x/Menit,
ketuban jernih, DJJ 148x/menit, ibu belum memasuki proses
persalinan. Ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Menganjurkan ibu untuk relaksasi yaitu mengambil nafas dari hidung
dan mengeluarkan lewat mulut. Ibu memahami dan mau melakukan.
4. Menganjurkan ibu untuk bedrest. Ibu bersedia.
5. Melakukan Kolaborasi dengan dr.Obgyn melalui telephon (Jam. 08.30
WIB), advice observasi 24 jam untuk menilai tanda persalinan.
6. Meminta suami dan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan
nutrisi dan selalu ada yang mendampingi. Suami dan keluarga bersedia
bergantian untuk mendampingi.
7. Melakukan pendokumentasian dengan SOAP. Pendokumentasian telah
dilakukan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 212
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Ny. S dalam anamnesa mengaku merasa mules dan mengeluarkan air-air.
Pada anamnesa juga telah ditanyakan pertanyaan terkait resiko KPD seperti pola
makan, aktivitas, dan riwayat obstetric sebelumnya hal ini sesuai dengan jurnal
bahwa ada berbagai penyebab resiko ibu mengalami KPD perlu diketahui untuk
menentukan penatalaksanaan(3)(4)(5) Usia Kehamilan Ny. S adalah aterm
sehingga sesuai teori diagnosa yang digunakan Ketuban Pecah Dini.(6) Kemudian
dilakukan tes lakmus pada pemeriksaan objective sesuai teori bahwa perlu
dilakukan pemeriksaan kombinasi salah satunya tes kertas lakmus pada cairan
yang keluar pervaginam.(8) Selanjutnya pada penatalaksanaan dilakukan
observasi 24 jam untuk menilai lebih lanjut dan meminta bantuan dan dukungan
suami serta keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan memberikan
dukungan, hal ini sesuai dengan teori bahwa perlu dukungan baik fisik, psikologi
dan sosial untuk ibu.(8)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 213
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Telah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. S usia 21 tahun dengan KPD
dengan dokumentasi SOAP
b. Tindak lanjut yang dilakukan pada kasus KPD adalah observasi 24 jam
untuk menilai tanda-tanda persalinan dan pasien diminta bedrest.
c. Seluruh Asuhan yang dilakukan sesuai dengan referensi yang ditemukan
2. Saran
a. Bagi Pasien

Pasien dengan riwayat KPD dapat beresiko KPD pada kehamilan


berikutnya, untuk itu penting untuk menyimpan buku KIA untuk menilai
kehamilan sebelumnya. Diharapkan pasien dapat menerima edukasi
tentang pentingnya mengetahui tanda bahaya kehamilan agar tidak terjadi
keterlambatan pemeriksaan.

b. Bagi Tempat Pemeriksaan

Bagi tempat periksa diharapkan untuk tetap mempertahankan aktivitas


pemberian konseling pada ibu hamil terutama tentang tanda bahaya
persalinan saat telah mencapai trimester III, serta menyediakan kontak
yang dapat dihubungi sewaktu-waktu ibu hamil merasa mengalami
gangguan namun tidak dapat segera datang untuk periksa.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 214
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019


[Internet]. 2020 ed. Boga Hardhana, S.Si M, Farida Sibuea, SKM, MSc.PH
Winne Widiantini, SKM M, editor. Jakarta; 2020. 497 hal. Diambil dari:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
2. Kementerian Kesehatan RI. Laporan RISKESDAS Nasional 2018
[Internet]. Jakarta: Balitbangkes; 2018. hal. 674. Diambil dari:
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
3. Rohmawati N, Fibriana AI. KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH UNGARAN - HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC
HEALTH. 2018;2(1):23–32. Diambil dari:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/17937/10476
4. Azisyah A, Wahyuni S, Distinarista H. Hubungan antara Kejadian Ketuban
Pecah Dini ( KPD ) dengan Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang Relationship Between the Event of
Premature Rupture of Membrane ( KPD ) with an Level of Anxiety in
Pregnant Women in Is. 2019;(April):1–8. Diambil dari: http://lppm-
unissula.com/jurnal.unissula.ac.id/index.php/kimukes/article/view/7941/36
02
5. Wahyuni S. Kesejahteraan Janin Pada Ibu Hamil Dengan Ketuban Pecah
Dini Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Fetal welfare in
pregnant women with premature rupture of membranes at the Islamic
Hospital of Sultan Agung Semarang. Proceeding Unissula Nurs Conf
[Internet]. 2018;1(“Nurse Roles in Providing Spiritual Care in Hospital,
Academic and Community):8–10. Diambil dari: http://lppm-
unissula.com/jurnal.unissula.ac.id/index.php/unc/article/view/2887
6. Tahir S. FAKTOR DETERMINAN KETUBAN PECAH DINI - SURIANI
TAHIR, SST [Internet]. Bandung: CV Media Sains Indonesia; 2021.
Diambil dari:

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 215
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=WMQWEAAAQBAJ&oi
=fnd&pg=PA1&dq=ketuban+pecah+dini+adalah+buku&ots=a_GIzvLri6&
sig=MwgLu5Gm7tXuBmfiWAyR080UgSU&redir_esc=y#v=onepage&q=
ketuban pecah dini adalah buku&f=false
7. Negara IKS. Matriks Metalloproteinase Pada Ketuban Pecah Dini
[Internet]. Yogyakarta: Deepublish; 2021. Diambil dari:
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=Zxo0EAAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PP1&dq=ketuban+pecah+dini+adalah+buku&ots=a78zevlLJF&sig=
RlZ5q7nMBXZyUBogIrDZAPvGhD8&redir_esc=y#v=onepage&q=ketub
an pecah dini adalah buku&f=false
8. Metti E. ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD) [Internet]. NEM; 2021. hal. 76. Diambil
dari:
https://books.google.co.id/books?id=BPA3EAAAQBAJ&printsec=frontco
ver#v=onepage&q&f=false

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 216
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. R G2 P1 A0, HAMIL 36 MINGGU
DENGAN LETAK SUNGSANG DI PMB AI GUNARSIH DESA BENTENG
KEC.CIAMPEA KAB. BOGOR

Ai Gunarsih 1 , Retno Sugesti.,S.ST.,M.Kes 2


1,2 Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam Rahim seorang Wanita terhadap


hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa). Kehamilan merupakan suatu
proses yang alamiah dan fisiologis1. Pada umumnya kehamilan berkembang
dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui
jalan lahir, namun terkadang ada juga yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat2.
Kelainan letak dalam kehamilan merupakan keadaan patologis yang erat
kaitannya dengan kematian ibu atau janin. Kelainan letak dapat berupa letak
lintang dan letak sungsang. Letak sungsang adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya3.

Kehamilan letak sungsang merupakan kondisi kehamilan dengan letak


memanjang dimana bokong sebagai bagian terendah. Kejadian letak sungsang
terjadi berkisar 2-3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil
tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian berkisar 20-30% 4.
Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai, angka
kejadiannya 3-4 % dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup
bulan. Sebelum umur kehamilan 28 minggu kejadian presentasi bokong meningkat
berkisar 25-30 % dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala
setelah umur kehamilan 34 minggu 5. Kehamilan letak sungsang sering terjadi
pada pertengahan trimester kedua, pada usia kehamilan 28-30 minggu hanya
80%6. Faktor yang menjadi predisposisi presentasi bokong selain usia kehamilan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 217
adalah hidramnion, angka paritas yang tinggi dengan relaksasi uterus janin
multipel, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, riwayat kelahiran bokong
sebelumnya, kelainan uterus, plasenta previa, implantasi plasenta difundus, dan
tumor pevis 7.

Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas merupakan masalah
besar di negara berkembang termasuk di Indonesia,. Menurut World Health
Organization (WHO) bahwa pada tahun 2015 perkiraan kematian ibu di seluruh
dunia sebesar 303 per 100.000 kelahiran hidup, artinya setiap hari di tahun 2015
ada sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan.
Menurunkan angka kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB),
merupakan salah satu target dari tujuh belas sasaran SDGS yang berlangsung dari
tahun 2015 -2030, dan utk pencapaian SDGS untuk AKI pada tahun 2030, adalah
70 per 100.000 kelahiran hidup.Menurut data Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup sedan
gkan menurut Survey Penduduk Antar Sensus ( SUPAS) 2015 AKI mengalami
penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan laporan rutin program Kesehatan ibu tahun 2013 yangditerima


oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah bahwa Jawa Barat penyumbang
50 % jumlah kematian ibu yaitu sekitar 765 kasus, 4 daerah lain penyumbang AKI
terbanyak adalah Sumatra Utara 249 Kasus, Banten 216 Ksus, Jawa Tengah 668
Kasus, Jawa Timur 642 Kasus 8.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan morbiditas dan Mortalitas pada
ibu dan janin adalah persalinan Sungsang. Survey yang dilaksanakanBadan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Barat menunjukan bahwa AKI Provinsi Jawa Barat
sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup dengan pembagian perkelompok
wilayah. Pada umumnya kematian ibu terjadi pada saat melahirkan (60,87%), yang
salah satu penyebabnya adalah persalinan sungsang9.

Dari data yang didapatkan di PMB Ai Gunarsih bulan Januari sampai


dengan Juni 2021 diperoleh data, kelahiran letak sungsang sebanyak 3 orang,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 218
dengan kelahiran secara pervaginam. Dimana kelahiran Sungsang ini tidak
terdeteksi pada saat pemeriksaan kehamilannya10.

Dampak yang akan timbul pada persalinan sungsang adalah terjadi laserasi
jalan lahir, manuver intrauterin, terutama pada segmen bawah rahim yang tipis,
atau pelahiran aftercoming head melalui serviks yang belum dilatasi lengkap,
akan menyebabkan ruptur uterus, laserasi serviks dan dinding vagina, atau
keduanya. Pemberian obat anastesi cukup untuk menginduksi relaksasi uterus
yang dapat mengakibatkan atonia uterus dan selanjutnya terjadi perdarahan
pascapartum dan manipulasi manual didalam jalan lahir dapat meningkatkan
resiko infeksi. Selain itu ada beberapa cedera yang terjadi pada pelahiran
sungsang pervaginam yaitu fraktur humerus, fraktur klavikula dan fraktur femur.
Paralis ekstermitas bagian atas dapat terjadi akibat penekanan pleksus brakialis
oleh jari pada saat melakukan traksi, tetapi hal ini lebih sering terjadi akibat
penarikan berlebihan pada leher ketika membebaskan lengan. Penyebab utama
kematian adalah kepala janin terjebak, cedera kepala dan perdarahan intrakranial,
prolaps tali pusat dan asfiksia intrapartum 11.

Dengan meningkatnya angka kesakitan dan kematian baik pada ibumaupun


bayi dengan kehamilan presentasi bokong, maka diupayakan beberapa usaha untuk
menghindari terjadinya persalinan dengan bayi presentasi bokong, salah satu
diantaranya adalah dengan posisi knee-chest yang dilakukan secara teratur 12.

Berlatar belakang dari hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil


seminar kasus dengan judul: “Asuhan Kebidanan Pada Ny.R Usia 31 tahun
G2P1A0 dengan letak sungsang di PMB Ai Gunarsih, S.SiT, M.Kes Desa Benteng
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.” Dengan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan dan penatalaksanaan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi angka
morbiditas dan komplikasi akibat kasus serupa, serta dengan penatalaksanaan
ANC yg berkualitas diharapkan pasien dengan letak sungsang dapat Kembali
normal pada saat persalinannya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 219
Penanganan untuk kasus kehamilan letak sungsang pada Ny. R di PMB
Bidan Ai Gunarsih yaitu dengan kegiatan Antenatal Care (ANC) minimal 1
minggu sekali pada trimester III, penatalaksanaan ANC untuk kasus kehamilan
letak sungsang meliputi anamnesa, pemeriksaan leopold, memberikan pendidikan
kesehatan mengenai knee-chest dan penyuluhan materi pada buku Kesehatan Ibu
dan Anak.
Tujuan umum memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap
Ny.R Usia 31 tahun G2P1A0 dengan letak sungsang di PMB Ai Gunarsih, S.SiT,
M.KesDesa Benteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Tujuan Khusus dari studi kasus ini untuk (1) Melaksanakan pengkajian
data asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny. R, G2 P1 A0, Hamil 36
Minggu Dengan Letak Sungsang Di PMB Ai Gunarsih Desa Benteng
Kec.Ciampea Kab. Bogor. (1) Merumuskan diagnosa, masalah, dan kebutuhan
pada ibu hamil terhadap Ny. R, G2 P1 A0, Hamil 36 Minggu Dengan Letak
Sungsang Di PMB Ai Gunarsih Desa Benteng Kec.Ciampea Kab. Bogor. (3)
Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny. R, G2 P1
A0, Hamil 36 Minggu Dengan Letak Sungsang Di PMB Ai Gunarsih Desa
Benteng Kec.Ciampea Kab. Bogor. (4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu hamil terhadap Ny. R, G2 P1 A0, Hamil 36 Minggu Dengan Letak Sungsang
Di PMB Ai Gunarsih Desa Benteng Kec.Ciampea Kab. Bogor. (5) Melaksanakan
evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Ny. R, G2 P1A0, Hamil 36 Minggu Dengan
Letak Sungsang Di PMB Ai Gunarsih Desa Benteng Kec.Ciampea Kab. Bogor. (6)
Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil
terhadap Ny. R, G2 P1 A0, Hamil 36 Minggu Dengan Letak Sungsang Di PMB Ai
Gunarsih Desa Benteng Kec.Ciampea Kab. Bogor

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 220
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau


fetus didalam tubuhnya. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
13
dihitung dari hari pertama haid terakhir . Kehamilan adalah mulai dari ovulasi
sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu)14. Kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kehamilan trimester pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0 – 12 minggu), trimester kedua dimulai
dari bulan keempat sampai 6 bulan (12 – 28 minggu), trimester ketiga dimulai dari
bulan ketujuh dampai 9 bulan (29 – 42 minggu) 15.

2. Etiologi Kehamilan

Pada minggu pertama idealnya calon ibu berada dalam kondisi sehat
optimal. Suhu tubuh akan sedikit meningkat pada masa ovulasi dan berkisar
antara 36,60 C dan berangsur-angsur akan meningkat. Minggu kedua terjadi suatu
proses dimana masa fertilisasi terbentuk. Dalam proses ini berjuta-juta sperma
pasangan akan masuk kevagina dan mencapai tuba falopi. Beberapa ratus sperma
akan menuju sel telur sambil mengeluarkan enzim yang membuat salah satu
sperma berhasil menembus lapisan pelindung sel telur yang matang. Dan
terjadi pembuahan kimiawi yang mencegah sperma lain memasuki sel telur.
Tubuh sperma yang berhasil masuk sel telur akan terurai dan inti sel yang
membawa kode genetik akan menyatu dengan kode genetik sel telur yang telah
dibuahi. Jenis kelamin bayi pada minggu kedua ditentukan 46 kromosom yang
menyusun karakteristik genetiknya. Sel telur memiliki kromosom X, namun sel
sperma membawa kromosom X atau Y. Sperma yang membuahi sel telur
membawa kromosom X, akan membentuk bayi perempuan dan jika sperma
membawa kromosom Y maka akan membentuk bayi laki-laki.Pada minggu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 221
ketiga, calon ibu t erjadi suatu proses lanjutan. Kira- kira 7 hari setelah fertilisasi,
morula akan tertanam dilapisan dalam rahim (endometrium). Kelompok sel
tersebut akan semakin matang da menjadi blastokista, substansi yang akan mens-
timulasi terjadinya perubahan dalam tubuh calon ibu termasuk berhentinya siklus
menstruasi 16.

3. Keluhan Kehamilan Pada Trimester III 18

Hal yang mendasari ketidaknyamanan trimester III adalah :

1) Pertambahan ukuran uterus akibat dari perkembangan janin dan plasenta serta
turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan pengaruh pada system
organ maternal.
2) Pada trimester III kadar progesteron mengalami peningkatan danstabil hingga
7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil.
3) Penantian dan persiapan akan persalinan memengaruhi psikologis ibu. Ibu
merasa khawatir terhadap proses persalinan yang akan dihadapinya dan
keadaan bayi saat dilahirkan, sehingga dukungan pendamping sangat
dibutuhkan.
Perubahan-perubahan tersebut menjadi dasar timbulnya keluhan- keluhan
fisiologis pada trimester tiga, yaitu:
1) Sering berkemih

Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang
semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang
serta frekuensi berkemih meningkat. Menjelang akhir kehamilan, pada
multipara presentasi terendah sering ditemukan janin yang memasuki pintu
atas panggul, sehingga menyebabkan dasar kandung kemih terdorong
kedepan dan ke atas, mengubah permukaan yang semula konveks menjadi
konkaf akibat tertekan.
Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu menjelaskan kepada ibu bahwa
sering berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan yang terjadi
selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan cairan 2 jam

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 222
sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan terganggu dan jaga kebersihan
daerah kemaluan.
2) Varises dan wasir

Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik-vena sehingga katup


vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah
balik dan biasa terjadi pada pembuluh darah supervisial. Varises biasanya
terlihat pada bagian kaki, namun sering juga muncul pada vulva dan anus.
Varises pada bagian anus biasa disebut hemoroid.
Kelemahan katup vena pada kehamilan karena tingginya kadar hormon
progesteron dan estrogen sehingga aliran darah balik menuju jantung
melemah dan vena dipaksa bekerja lebih keras untuk dapat memompa darah.
Karenanya, varises vena banyak terjadi pada tungkai, vulva atau rektum.
Selain perubahan yang terjadi pada vena, penekanan uterus yang membesar
selama kehamilan pada vena kava inferior saat ia berbaring dapat menjadi
pencetus terjadinya varises. Selain itu pada kehamilan kadar estrogen dan
progesteron mempengaruhi pembuluh darah untuk relaksasi akibatnya
tekanan akan meningkat sebagai usaha memompa darah.
Haemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu, semua
penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan haemoroid. Progesteron
menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran
uterus secara umum mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena rectum
secara spesifik. Pengaruh hormon progesteron dan tekanan yang disebabkan
oleh uterus menyebabkan vena-vena pada rektum mengalami tekanan yang
lebih dari biasanya. Akibatnya, ketika massa dari rektum akan dikeluarkan
tekanan lebih besar sehingga terjadinya haemoroid. Penekanan dapat terjadi
pada vena bagian dalam (internal hemoroid) ataupun bagian luar (eksternal
haemoroid) rectum.
3) Sesak nafas

Wanita hamil mengalami sesak nafas saat beraktivitas pada usia


kehamilan 30 minggu. Sesak nafas yang berlangsung pada saat istirahat atau

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 223
aktivitas yang ringan sering disebut sebagai sesak nafas yang normal. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil. Peningkatan
ventilasi menit pernafasan dan beban pernafasan yang meningkat dikarenakan
oleh rahim yang membesar sesuai dengan kehamilan sehingga menyebabkan
peningkatan kerja pernafasan. Keluhan seak nafas juga dapat terjadi karena
adanya perubahan pada volume paru yang terjadi akibat perubahan anatomi
toraks selama kehamilan. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan,
pembesaran uterus akan semakin mempengaruhi keadaan diafragma ibu
hamil, dimana diafragma terdorong ke atas sekitar 4 cm disertai pergeseran ke
atas tulang iga.
Peningkatan volume darah selama kehamilan dapat terkait dengan usaha
pemenuhan kebtuhan kadar O2 ke uterus, dimana sistem vaskular yang juga
mengalami peningkatan volume organ (hipertrofi) mengakibatkan kerja
jantung untuk memompa darah menjadi lebih berat dan secara tidak langsung
akan berpengaruh pada frekuensi pernafasan ibu hamil. Mekanisme yang
paling penting adalah heperventilasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar
progesterone.
4) Bengkak dan kram pada kaki

Bengkak atau oedem adalah penumpukan atau retensi cairan pada daerah
luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler.
Oedema pada kaki biasa dikeluhkan pada usia kehamilan diatas 34 minggu.
Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat dan
mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan bertambhanya tekanan uterus dan
tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan semakin besar .
Kram pada kaki terjadi karena adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah
pada pembuluh darah panggul yang disebabkan oleh tertekannya pembuluh
tersebut oleh uterus yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Kram
juga dapat disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan kadar
kalsium terionisasi dalam serum. Gangguan tidur dan mudah lelah pada
kehamilan trimester III, hampir semua ibu hamil mengalami gangguan tidur
dan mudah lelah. Mudah lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 224
(sering berkemih di malam hari), sehingga terbangun di malam hari dan
mengganggu istirahat malamnya. Ibu hamil yang mengalami insomnia
disebabkan oleh ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,
ketidaknyamanan lainnya selama hamil yaitu pergerakan janin yang aktif.
5) Nyeri perut bawah

Nyeri perut bawah dikeluhkan oleh sebagian besar ibu hamil. Keluhan ini
dapat bersifat fisiologis dan beberapa lainnya merupakan tanda adanya bahaya
dalam kehamilan. Secara normal, nyeri perut bawah dapat disebabkan oleh
muntah yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh sebagian besar ibu
dalam kehamilannya. Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya
kontraksi Braxton-Hicks juga mempengaruhi keluhan ibu terkait dengan nyeri
pada perut bagian bawah .
Torsi uterus yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah baring,
mengubah posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi dapat kembali ke
keadannya semula tanpa harus diberikan manipulasi. Pemberian analgesik
dalam hal ini harus mendapatkan pemantauan dari bidan atau dokter .
6) Heartburn (Perasaan panas pada perut)

Perasaan panas pada perut atau heartburn atau pirosis didefinisikan


sebagai rasa terbakar di saluran pencernaan bagian atas, termasuk
tenggorokan. Hal ini dapat dikaitkan dengan esofagitis-infeksi saluran
esofagus. Heartburns merupakan keluhan saluran pencernaan yang sering
dikeluhkan oleh wanita hamil.
Penyebab dari keluhan ini selama kehamilan dapat disebabkan oleh
peningkatan kadar progesteron atau meningkatnya metabolisme yang
menyebabkan relaksasi dari otot polos, sehingga terjadi penurunan pada
irama dan pergerakan lambung dan penurunan tekanan pada spinkter
esofagus bawah. Selama kehamilan, spinkter esofagus bawah bergeser ke
rongga dada (pada daerah yang bertekanan negatif), yang memungkinkan
untuk makanan dan asam lambung untuk lolos dari daerah lambung ke
esofagus, yang menyebabkan peradangan pada esofagus dan adanya sensasi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 225
terbakar. Tekanan dari uterus yang semakin membesar pada isi lambung juga
dapat memperburuk keluhan panas perut. Panas perut juga dapat disebabkan
oleh obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, salah satu contohnya
adalah antiemetik .
7) Kontraksi Braxton Hicks

Pada trimester akhir, kontraksi dapat sering terjadi setiap 10- 20 menit dan
juga, sedikit banyak, mungkin berirama. Pada akhir kehamilan, konraksi-
kontraksi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi penyebab
persalinan palsu (false labour).

4. Tanda Bahaya pada Kehamilan19

1) Perdarahan Vagina

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada masa
awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau
spotting di sekitar waktu pertama terlambat haid. Hal ini karena terjadinya
implantasi. Pada waktu lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin
pertanda dari serviks yang rapuh (erosi), mungkin normal atau disebabkan
oleh infeksi. Perdarahan vagina yang terjadi pada wanita hamil dapat
dibedakan menjadi 2 bagian :
a) Pada awal kehamilan : abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
terganggu.
b) Pada akhir kehamilan : solusio plasenta dan plasenta previa.
2) Sakit Kepala yang Hebat, Menetap dan Tidak Hilang

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat adalah salah
satu gejala preeklampsi. Preeklampsi biasanya juga disertai dengan
penglihatan tibatiba hilang/kabur, bengkak/oedema pada kaki dan muka serta
nyeri pada epigastrium.
a) Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan dengan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 226
persalinan normal. Merupakan nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang
setelah beristirahat bisa berarti appendicitis, abortus, penyakit radang panggul,
persalinan preterm, gastritis dan infeksi kandung kemih.
b) Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa
ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.
Biasanya diukur dalamwaktu selama 12 jam yaitu sebanyak 10 kali.
3) Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini) Dapat
diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau yang khas.
Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim danpersalinan prematuritas yang
dapat meningkatkan morbiditas danmortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah
dini 36 yang disertai kelainan letak akan mempersulit persalinan yang
dilakukan ditempat dengan fasilitas belum memadai.
4) Muntah Terus-menerus (Hiperemesis Gravidarum)

Terdapat muntah yang terus-menerus yang menimbulkangangguan kehidupan


sehari-hari dan dehidrasi. Gejala-gejala hiperemesis lainnya :

a. Nafsu makan menurun.

b. Berat badan menurun.

c. Nyeri daerah epigastrium.

d. Tekanan darah menurun dan nadi meningkat.

e. Lidah kering.

f. Mata Nampak cekung.

5) Demam

Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit
seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan olehmalaria.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 227
6) Kejang
Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi

5. Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "14T".

1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung
dari TM I sampai TM III yang berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat
badan setiap minggu yangtergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu
mulai TM II. Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT
(Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah
hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk
menghitung IMT anda yakni :IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap,
bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan IIIperempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang
0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk
mengetahui penambahan optimal, yaitu 20 minggu pertama mengalami
penambahan BB sekitar 2,5 kg, 20 minggu berikutnya terjadi penambahan
sekitar 9 kg, Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.

2) Ukur Tekanan Darah (T2)

Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung. Pemeriksaan
tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau
rendah. Tekanan darah yang normal110/80 - 120/80 mmHg.
3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah


menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan
kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan
UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 228
4) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4) Tablet ini
mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan
laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil, Zat besi ini penting untuk mengkompensasi peningkatan
volume darah yang terjadi selama 30 kehamilan dan untuk memastikan
pertumbuhan dan perkembangan janin.
5) Pemberian Imunisasi TT (T5)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangunkekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.Vaksin tetanus yaitu toksin
kuman tetanus yang telahdilemahkan dan kemudian dimurnikan.
6) Pemeriksaan Hb (T6)

Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan cara
Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu
periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya
untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil.
7) Pemeriksaan Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu
hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu
hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan
protein urin ini untukmendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.
8) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8) Pemeriksaan
Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah untuk mengetahui
adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilis.
Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen
darah vena ±2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan
pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada
kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan
premature, cacat bawaan.
9) Pemeriksaan urine reduksi (T9)

Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 229
berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayibesar.
10) Perawatan Payudara (T10)

Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali
sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11) Senam Hamil (T11)

Tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-


otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi
tubuh dengan latihan-latihankontraksi dan relaksasi.
12) Pemberian Obat Malaria (T12)

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu
hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil
apusan darah yang positif.
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis


yang dapat berefek buruk terhadap tumbuhkembang manusia.
14) Temu wicara / Konseling(T14)
Pelayanan Standar Asuhan17T

Tabel 1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu23


Jenis Trimester Trimester Trimester
No Keterangan
Pemeriksaan I II III
Keadaan Umum √ √
1 √ Rutin
2 Suhu Badan √ √ √ Rutin
Tekanan Darah √ √ √
3 Rutin
4 Berat Badan √ √ √ Rutin
5 LILA √ Rutin
6 TFU √ √ Rutin
Presentasi Janin √ √
7 Rutin
8 DJJ √ √ Rutin
Pemeriksaan HB
9 √ √ Rutin
Golongan Darah
10 √ Rutin

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 230
11 Protein Urin Rutin
Gula Atas Indikasi
12 Darah/reduksi
13 Darah Malaria Atas Indikasi

14 BTA Atas Indikasi

15 Darah Sifilis Atas Indikasi

16 Serologi HIV Atas Indikasi

17 USG Atas Indikasi

6. Jadwal kunjunganAntenatal Care (ANC)

Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya terlambat


sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan setiap 4 minggu sampai
kehamilan 32 minggu. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu. Dan
sesudah 36 minggu seminggu sekali. Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
1) Satu kali pada trimester pertama

2) Satu kali pada trimester kedua

3) Dua kali pada trimester ketiga.

7. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Kebidanan


Kehamilan

Menurut Permenkes RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Bab III


mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal 10 ayat 2
(a) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan konseling pada masa pra kehamilan, ayat (2b)pelayanan antenatal pada
kehamilan normal dan ayat (2f) pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan. Pada pasal 10 ayat (3d) Bidan dalam memberikan pelayanan
berwenang dalam memberikan tablet Fe pada ibu hamil, ayat (3h) penyuluhan dan
konseling dan ayat (3i) bimbingan pada kelompok ibu hamil.A. Konsep Dasar
Teori

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 231
8. Dasar Teori Letak Sungsang
➢ Pengertian

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagaibagian yang


terendah (presentasi bokong) 24. Presentasi bokong adalah janin letak
memanjang dengan bagianterendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya25.
➢ Etiologi Letak Sungsang

a. Dari sudut ibu

1) Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus dupleks, mioma
bersama kehamilan).
2) Keadaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulangpanggul, terdapat
tumor menghalangi jalan lahir dan perputaranke posisi kepala).
3) Keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa).

b. Dari sudut janin

1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat.

2) Hidrosefalus atau anensefalus.

3) Kehamilan kembar.

4) Hidramnion atau oligohidramnion.

5) Prematuritas

➢ Klasifikasi letak sungsang

a. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang dimana kedua
kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau kepala janin.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu letak sungsang
dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di samping bokong
dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu letak
sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain
terangkat ke atas. 26.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 232
➢ Tanda dan Gejala

a) Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri


membentang sedikit diatas umbilikus.
b) Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai denganumur kehamilan.
c) Pada palpasi : 1) Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerahfundus uteri
2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong
pada fosa iliaka yang lain 3) Leopold 3 & 4memberikan hasil negatif
d) Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu
dataran keras terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung
posterior bagian kecil dapat ditemukan pada tempat yang sama.
e) Bunyi jantung janin terdengar di sekitar umbilicus

f) Pada pemeriksaan dalam : Pada awal persalinan bagian presentasi akan sangat
tinggi dan sangat sulit untuk dijangkau.
g) Karena bagian presentasi yang buruk, selaput ketuban mungkin menggantung di
vagina atau dapat lebih cepat pecah.
h) Kelahiran stadium awal, bagian dada bayi dapat dikenali dengan adanya rasa
bergigi tulang rusuk diatas pintu atas panggul
i) Kelahiran stadiun pertengahan, skapula dan kavikula pada sisithoraks yang lain
akan dapat dibedakan. Posisi aksila menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu
bayi menghadap. Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan
ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan teraba klavikula.
j) Kehahiran stadium lanjut, bahu masuk serta terjepit dalam rongga panggul dan
salah satu tangan atau lengan sering menumbung ke dalam vagina dan lewat
vulva. Pada beberapa kasus lengan dapat prolaps dan pemeriksa dapat
membedakannya dengan kaki :
1) Sikut lebih tajam daripada lutut

2) Jari tangan lebih panjang daripada jari kaki

3) Jari tangan tidak memiliki panjang yang sama

4) Tangan tidak memiliki batas sudut terhadap lengan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 233
5) Ibu jari dapat disembunyikan ke dalam

6) Kepalan tangan dapat tertutup

7) Lutut mempunyai patela

k) Pada pemeriksaan USG didapatkan letak lintang 27.

➢ Diagnosis28

Diagnosa kehamilan letak sungsang dapat ditegakkan melalui


beberapapemeriksaan yaitu :
a. Pemeriksaan abdomminal

1) Letaknya adalah memanjang

2) Diatas panggul teraba massa lunak, irreguler dan tidak terasa seperti
kepala, di curigai adalah bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot
paha terengang di atas tulang-tulang di bawahnya, memberikan gambaran
keras menyerupai kepala dan menyebabkan keselahan diagnosa.
3) Punggung ada di sebelah kanan dekat garis tengah. Bagian- bagian kecil
ada disebelah kiri. Jauh dari garis tengah dan belakang.
4) Kepala teraba difundus uteri, mungkin kepala sukar di raba bilakepala ada
di bawah hepar atau iga-iga. kepala lebih keras dan lebih bulat dari pada
44 bokong dan kadangkadang dapat dipantulkan (ballottement). Kalau di
fundus uteri taraba masa yang dapat dipantulkan, harus dicurigai
presentasi bokong.
5) Benjolan kepala tidak ada dan bokong tidak dapat dipantulkan.

b. Denyut jantung janin Denyut janin terdengar paling keras pada atau diatas
umbilikus dan pada sisi yang sama dengan punggung pada RSA (Right
Sacrum Anterior) denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran
kanan atau perut ibu. Kadang-kadangdenyut jantung janin terdengar dibawah
umbilikus, dalam hal ini banyak diagnosa yang dibuat dengan palpasi jangan
dirubah oleh sebab itu denyut jantung janin terdengar tidak ditempat biasa.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 234
c. Pemeriksaaan dalam

1) Bagian terendah teraba tinggi

2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis- garis sutura
dan fontanella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukan adanya mal
presentasi.
3) Bagian terendahnya teraba lunak dan inreguler. Anus dan tuber
ishiadicum terletak pada satu garis. Bokong tidak teraba, yang teraba
hanya bagian muka.
4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik dibawah
dan teraba oleh jari-jari pemeriksan, hanya dapat teraba bagian kepala
seperti tulang yang keras. e) Sacrum ada di kuadran kanan dan panggul
dan daimeter bitrochanteria ada pada diameter obliqua kanan.
5) Kadang-kadang teraba kaki dan harus dibedakan dengan tangan.
d. Pemeriksaan Sinar X Sinar X berguna baik untuk menegakkan diagnosa
maupun untuk menentukan perkiraan ukuran dan konfigurasi panggul ibu.
Pemeriksaan sinar X harus dikerjakan pada semua primigravida dan pada
multipara yang mempunyai riwayat persalinan sukar atau bayi-bayi yang
lahirkan sebelum kecil semua, sinar X menunjukkan dengan tepat sikap dan
posisi janin, demikian pula kalainan-kelainan seperti hydrochepalus.
Ultrasonografi Pemeriksaan seksama dengan ultrasonografi akan memastikan
letak janin yang tidak normal.29.
➢ Penanganan Letak Sungsang Pada Masa Kehamilan

Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi pada


saat persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang dipakai untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan atau
akupuntur, dan posisi dada- lutut(Knee Chest). Bukti-bukti tentang manfaat dan
keamanan tindakan versi luar sudah cukup tetapi masih belum bagi tindakan
moksibusi dan/ atau akupuntur, dan posisi dada-lutut. Dengan demikian, baru
tindakan versi luar yang direkomendasikan30.
Salah satu penanganan tindakan versi luar adalah dengan melakukan posisi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 235
knee chest.

9. Knee Chest Position


➢ Definisi Knee Chest Position

Secara harfiah knee chest position berarti posisi lutut-dada atau


menungging atau biasa juga disebut dengan posisi sujud. Menurut dr. Frizar
Irmansyah, SpOG (K) menyatakan bahwa knee chest position adalah posisi sujud
yang dapat dilakukan untuk memutar posisi bayi sungsang menjadi posisi yang
seharusnya. Knee chest position ini dapat dilakukan pada usia kandungan 7-8
delapan bulan. Durasi untuk melakukan posisi sujud ini dilakukan selama 5-10
menit dua kali dalam sehari. Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah
yang diharapkan setelah melakukan Knee Chest Position (KCP) ini.Dilakukan 2-3
kali sehari selama 10-15 menit. Dimana diharapkan bokong janin yang telah turun
akan bebas kembali sehingga terjadi versi spontan.Usia kehamilan yang
dianjurkan untuk KCP adalah usia kehamilan 30-32 minggu. Kalau 1 minggu
tidak berhasil berarti versiluar juga sia-sia31.

Gambar 1 Knee Chest Position


➢ Kegunaan Knee-Chest Position

Kondisi melahirkan sungsang (bokong) biasanya terjadi ketika kepala bayi


tidak berada pada jalan lahir diusia kehamilan 37 minggu. Janin akan berputar-
putar dalam rahim hingga berumur 35-36 minggu. Melahirkan bayi dengan kepala
diatas, dapat mempengaruhi proses persalinan. Adapun salah satu cara untuk
mencegah melahirkan sungsang (bokong) adalah melakukan knee chest position,
dengan posisi perut seakan-akan menggantung ke bawah. Dilakukan rutin 2 kali

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 236
setiap hari pagi dan sore selama 10 menit. Kegiatan ini sangat mengurangi
kemungkinan melahirkan sungsang, aman dan memberi ruang pada bayi untuk
berputar kembali ke posisi normal. Kemungkinan berhasil adalah 92%. Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan posisi janin letak bokong pada kehamilan.
Penyebab yang umumnya terjadi antara lain panggul sempit, plasenta previa atau
lainnya. Usaha yanga dapat dilakukan untuk mengubah posisi janin menjadi
kepala di bawah adalah melakukan knee chest position (posisi lutut-dada),
berlututlah seperti dalam posisi sujud, letakan dada pada dasar lantai, bernafaslah
dengan rileks, lakukan posisi ini antara 5 sampai 10 menit. Posisi knee-chest
dapat dilakukan 1 sampai 2 kalisehari. Posisi janin dikatakan sudah mantap
(tidak berubah lagi) setelah usia kehamilan 35 minggu. Ja di, bila pada usia
kehamilan 32 minggu letaknya sungsang, masih ada kemungkinan berubah 48
karena usia kehamilan belum 35 minggu. Biasanya dokter akan menyarankan ibu
melakukan gerakan tertentu yang disebut kneechest position, yaitu gerakan seperti
sujud, salah satu pipi menempel di lantai, kedua lutut menempel di lantai dan
bokong dalam posisi menungging. Dilakukan minimal 2 kali sehari, selama 10-15
menit. Gerakan ini bertujuan agar janin berputar sehingga bagian terbawahnya
adalah kepala. Dalam penelitian B. Kenfack dkk, instruksi yang diberikan kepada
perempuan untuk mengasumsikan posisi knee chest selama 15 menit tiga kali
sehari selama seminggu, berhasil mengubah presentasi sungsang ke presentasi
kepala 61% dari wanita dibandingkan dengan versi spontan 40% pada kelompok
kontrol, dengan signifikan secara statistik perbedaannya. Studi ini menunjukkan
bahwa menasihati perempuan dengan janin presentasi sungsang antara minggu ke-
36 dan ke-37 untuk menggunakan posisi knee chest selama 15 menit tiga kali
sehari aman, sederhana dan secara signifikan mengurangi kejadian sungsang saat
persalinan.
Dapat disimpulkan kegunaan dari knee-chest position adalah

a. Mencegah melahirkan sungsang/bokong

b. Memutar posisi janin sehingga bagian bawahnya adalah kepala.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 237
➢ Teknik Knee-Chest Position
Untuk melakukan knee chest position adalah:

a. Melakukan posisi sujud dengan kedua tangan diletakan dilantai, salah satu
sisi muka menempel di lantai, kedua kaki direntangkan selebar bahu.
b. Dada dan bahu sedapat mungkin menempel dilantai

c. Lipat kedua lutut sehingga paha tegak lurus dengan lantai

d. Pertahankan posisi selama 5-10 menit Hal ini dapat membantu memperbaiki
posisi janin tidak normal menjadi presentasi kepala dan meningkatkan
peredaran darah pada dinding panggul.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 238
BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Registrasi : 5991


Tanggal Pengkajian : 15 04-2021
Waktu Pengkajian : 10.40 WIB
Tempat Pengkajian : PMB
Pengkaji : Bidan Ai Gunarsih

A. DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS
Nama Klien : Ny.Rohanah Nama Suam : Tn. Sutoni
Umur : 31 tahun Umur : 33 tahun
Kebangsaan : WNI Kebangsaan : WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat :
Tegal Waru 7/5

1. Alasan
➢ Kunjungan
Pertama
➢ Kunjungan Ulang
➢ Rutin √
➢ Keluhan
2. Riwayat kehamilan ini :
2.1.Riwayat Menstruasi
Hari pertama haid terakhir tanggal: 06-08-2020, pasti
Taksiran Persalinan : 13-05-2021
Lamanya :7 hari
Banyaknya : 3X ganti pembalut/hari.Siklus : 28 hari, teratur
Warna : Merah
2.2. Tanda-tanda kehamilan (trimester)
Hasil tes kehamilan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 239
Tanggal :16-09-2020 hasil : positif
2.3. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : usia kehamilan 4 bulan
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : ibu merasakan gerakanjanin
tapi tidak menghitungnya

2.4. Keluhan yang dirasakan (tidak ada)


• Rasa lelah : tidak ada
• Mual dan muntah yang lama : tidak ada
• Nyeri Perut : tidak ada
• Panas, mengigil : tidak ada
• Sakit kepala berat/terus menerus : tidak ada
• Penglihatan kabur : tidak ada
• Rasa nyeri/panas waktu BAK : tidak ada
• Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak ada
• Pengeluaran pravaginam : cairan, lendir, darah, keputihan : tidak
ada
• Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
• Oedema : tidak ada
2.5.Diet/makan
Tabel. 2 Diet Makan
Sebelum Hamiil Sesudah Hamil
Makan
a. Frekuensi 3 x/hari 3-4 x/hari
b. Jenis Nasi 1 porsi penuh, Nasi ½ porsi, sayur,
sayur, lauk dan lauk dan buah-
buah-buahan buahan
Minum
a. Frekuensi 5-7 gelas x/hari 6-8 gelas x/hari
b. Jenis Air Putih Air putih
Keluhan T.A.K

2.6. Pola Eliminasi


BAB : 1 x sehari BAB : 1xsehari
Konsistensi : Lunak Konsistensi : Lunak
Warna : Kekuningnan Warna :
Kecoklatan
2.7. Aktifitas sehari-hari

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 240
Pola istirahat dan tidur : Siang 1-2 jam,
malam 7 jam.
Seksualitas : 2 x dalam seminggu
Pekerjaan : ibu rumah tangga
2.8 Riwayat
Imunisasi
TT1 : Saat
bayi
TT2 : 2012 (hamil
anak ke-1)
TT3 : 2012 (hamil
anak ke-1)
TT4 : 22-11-2020
TT5 : 27-01-2021
2.9.Kontrasepsi yang pernah
digunakan :
Lamanya : implant dan
terakhir pil
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Tgl/ Tempat Usia Jenis Penolong Penyakit


No Th Pertolongan Kehamilan Persalina Kehamilan Anak
Persalina n & Jenis BB TB Keadaan
n Persalinan Kelamin

1. 2012 PMB Aterm Spontan Bidan T.A.K L 3k 50 Normal


g

2. Hamil ini
4. Riwayat Kesehatan

4.1.Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita ( tidak ada )

▪ Jantung : tidak ada

▪ Tekanan darah tinggi : tidak ada

▪ Hepar : tidak ada

▪ Diabetes melitus : tidak ada

▪ Anemia berat : tidak ada

▪ Penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS : tidak ada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 241
▪ Campak : tidak ada

▪ Malaria : tidak ada

▪ Tuberkulosis : tidak ada

▪ Gangguan mental : tidak ada

▪ Operasi : tidak ada

▪ Lain-lain : tidak ada

4.2.Prilaku kesehatan

• Penggunaan alkohol/obat-obatan sejenisnya : ibu tidak


mengkonsumsi
• Obat-obatan /jamu yang sering digunakan : ibu tidak mengkonsumsi

• Merokok, makan sirih : ibu tidak mengkonsumsi

• Irigasi vagina/ganti pakaian dalam : 2 x sehari

5. Data Psikososial

5.1 Status perkawinan : Sah

Jumlah : 1 kali

Lama perkawinan : 10 tahun


5.2. Susunan keluarga yang tinggal serumah :
Jenis Umur Hubungan
No Kelamin tahun Keluarga Pendidikan Pekerjaan Ket
Wiraswast
1 L 33 th Suami SD a
9 th Anak SD
2 L
5.3. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
5.4. Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan : Iya

5.5. Jenis kelamin yang diharapkan :Perempuan


5.6. Respon Ibu terhadap kehamilan : Bahagia

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 242
5.7. Dukungan suami dan keluarga :Baik

5.8. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas :


Tidak ada masalah
6. Riwayat
Kesehatan
Keluarga :Tidak
ada penyakit
keturunan
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik kesadaran : composmentis
2. Keadaan emosional : Stabil

3. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/70mmHg Denyut nadi : 83x


/menit
Suhu tubuh : 36,4◦C Pernafasan: 21x /menit
4. Tinggi badan : 155cm Berat badan : 65kg

5. Kenaikan berat badan selama hamil : 8 kg

6. Pemeriksaan fisik

Muka : Simetris,Tidak ada closma gravidarum

kelopak mata : Simetris, tidak oedema

Konjungtiva :tidak anemis

Sklera :tidak ikterik

Mulut dan gigi :bersih, tidak ada caries, tidak ada stomatitis

Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan tyroid,kelenjar limfe,dan


pembesaran vena jugularis
Kelenjar getah benning : Tidak ada pembengkakan
Dada : Simetris,Tidak ada retraksi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 243
Jantung : T.A.K

Paru : T.A.K

Payudar a : Pembesaran : T.A.K

Puting susu : menonjol

Simetris : Ya

Benjolan/tumor : T.A.K

Pengeluaran : T.A.K

Rasa nyeri : T.A.K


Lain-lain : T.A.K
Punggung dan pinggang : T.A.K
Posisi tulang belakang
: T.A.KPinggang nyeri
: T.A.K
Ekstremitas atas dan bawah odema :
Kekakuan sendi : T.A.K
Kemerahan : Tidak ada kemerahan
Varises : Tidak ada varises

Refleks : Patella +/+

LILA : 24 cm

Abdomen :

7. Inspeksi

Bentuk :cembung

bekas luka operasi : Tidak


ada

Stric Gravidarum :Ada

Linea nigra :Ada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 244
linea alba : tidak ada

8. Palpasi
LI : TFU pertengahan pusat dan Px, dibagian fundus teraba bulat, keras dan
melenting (kepala), MC Donald 29 cm
LII : Bagian perut sebelah kanan teraba keras, memanjang dan ada tahanan
( punggung) dan perut sebelah kiri teraba bagian kecil janin (
extermitas)
LIII : Bagian terendah janin teraba satu bagian bulat, lunak dan tidak
melenting ( bokong)
LIV : Penurunan bagian terbawah belum masuk PAP
9. Auskultasi
Punctum maximum : sebelah kanan 2 jari diatas pusat/ puka
Denyut jantung fetus : 145 x/mt, teratur
Taksiran berat janin : 29-12x155 = 2635
Ano-ganital
➢ Inspeksi
Perineum : luka parut : T.A.K
Vulva vagina : Warna : T.A.K Luka : T.A.K
Fistula : Tidak ada Varises:Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : tidak ada
Warna :tidak ada
Konsistensi :tidak ada
Jumlah :tidak ada
Kelenjar bartolini : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
Rasa nyeri :tidak ada

Anus : haemoroid :tidak ada

➢ Periksa dalam

Serviks dan vagina (jika ada


indikasi)Dinding vagina

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 245
Ukuran serviks :-

Posisi serviks : -

Konsistensi : -

Mobilitas : -

Lain-lain : -

➢ Pelvimetri klinis
Promontorium : -
Spina isiadicha : -

Linea inominata : -

Ujung sekrum/coccygis :-

Dinding samping : -
Kesan panggul : -

Arcus pubis : -
Adnexa : -

Ukuran : -

Bentuk : -

Posisi : -

Konsistensi : -
Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 10-04-20

Darah : Hb : 11 gr% Golongan darah : A


Urine Protein : negatif Reduksi :-

Pemeriksaan penunjang lain: pp test +,USG

C. ANALISIS DATA
Ny R, usia 31 tahun G2P1A0 UK. 36 minggu, janin

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 246
tunggal hidup intra uteri,presentasi bokong

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan informed consent :ibu dan keluarga bersedia
menandatangani inform concent.
2. Memberitahu pada ibu bahwa ibu dan bayi dalam keadaan baik dan
usia kehamilan sekarang memasuki bulan kesembilan: ibu mengerti
3. Memberitahu ibu bahwa saat ini posisi terendah bayi adalah pantat
atau sungsang: ibu mengerti.
4. Memberitahu ibu bahwa saat ini posisi terendah bayi adalah pantat
atau sungsang: ibu tampak cemas
5. Memberitahu ibu untuk jangan panik dan cemas diharapkan bayi
masih dapatberputar dikehamilannya.: ibu merasa tenang
6. Mengajarkan ibu senam hamil dan posisi knee chest selama 10-15
menitselama 2-4 kali sehari.: ibu mengerti cara melakukan knee chest
dan akan mempraktekannya dirumah.
7. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan bergizi dan berprotein
seperti daging, telur, sayur, ikan, tempe, kacang-kacangan: Ibu
mengerti dan bersedia makan makanan yang bergizi
8. Memberitahu ibu untuk minum penambah darah dan kalsium 1x1/hari
dandihabiskan: ibu mengerti.
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktivitas
berat : Ibu mengerti dan bersedia untuk istirahat yang cukup
mengurangiaktivitas berat
10. Menyarankan ibu untuk USG Kembali kedokter SpOG 2 minggu
kemudian: ibu mengerti
11. Memberitahu ibu persiapan persalinan seperti perlengkapan ibu dan
bayi: ibu mengerti
12. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan trimester 3 yaitu : keluar
darah hebat, pusing terus menerus, bengkak pada kaki, nyeri hebat,
ketuban pecah sebelum waktunya dan pandangannya kabur agar

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 247
segera menghubungi tenaga kesehatan : Ibu mengerti dan akan
menghubungi tenaga kesehatan bila terjaditanda tanda tersebut.
13. Menganjurkan ibu untuk kontrol Kembali ke bidan 1 minggu
kemudian ataujika ibu ada keluhan: ibu mengerti.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 248
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan Ny. R, G2 P1 A0, Hamil 36 Minggu


Dengan Letak Sungsang Di PMB Ai Gunarsih Desa Benteng Kec.Ciampea Kab.
Bogor. Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan kasus dan teori untuk
menemukan kesenjangan dan keselarasan yang terjadi pada asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan presentasi bokong, yang meliputi :
A. Data Subyektif
Pada langkah ini dikumpulkan semua data yang akurat yang berkaitan
dengan kondisi Ny.R. Pada kontak pertama antara penulis dengan Ny. R
mengatakan sudah melakukan kunjungan antenatal care (ANC) ke PMB
Bidan Ai Gunarsih sebanyak 1 kali pada trimester I, 4 kali pada trimester
II, 2 kali pada trimester III. Jadwal kunjungan ulang yaitu 2 minggu
kemudian atau jika ada keluhan, melihat usia kehamilan Ny. R adalah 36
minggu 2 hari.
Pemeriksaan antenatal care yang dilakukan oleh Ny. R pada trimester
III sebanyak 2 kali termasuk pada pemeriksaan yang dilakukan selama
asuhan diberikan. Hal ini sesuai dengan standar asuhan kunjungan ANC,
dimana Ny. R sudah melakukan pemeriksaan lebih dari 2 kali selama
kehamilan trimester III. Secara teori menurut Departemen kesehatan tahun
2012, Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang
bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang
baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan
aman sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal .
Berdasarkan jadwal kunjungan ANC, menurut (Kemenkes RI, 2013)
pemeriksaan ANC dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu
minimal 1 kali pada trimester I (sebelum usia 14 minggu), 1 kali pada
trimester II (usia kehamilan antara 14 – 28 minggu) dan 2 kali pada
trimester III (usia kehamilan antara 28 – 36 minggu dan sesudah usia
kehamilan 36 minggu). Standar pelayanan tersebut dianjurkan untuk

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 249
menjamin terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini
factor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Pada kasus ditemukan bahwa kehamilan Ny.R ini merupakan
kehamilan yang kedua dan masih belum termasuk kehamilan dengan
resiko. Karena letak sungsang dapat terjadi jika ibu hamil > 3 kali
kehamilan.
Hal ini sejalan dengan penelitian dengan dengan judul peneltian
Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor Kabupaten Tanah Bambu Tahun 2017. Penelitian ini
menyatakan Kehamilan letak sungsang akan meningkat kejadiannya pada
ibu dengan paritas grandemultipara. Ini terjadi karena kehamilan terlalu
sering dapat menyebabkan uterus menjadi lebih luas sehingga terjadilah
kehamilan letak sungsang.
B. Data Obyektif
Pada kasus Ny.R dan saat dilakukan palpasi ditemukan Leopold I :
TFU 3 jari di bawah Px, bagian atas perut ibu teraba bulat, besar, keras,
melenting (kepala) Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba besar
memanjang seperti papan (punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil janin (ekstermitas) Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba besar
bulat, lunak (bokong) Leopold IV : Konvergen dan bagian bawah belum
masuk panggul. Pada pemeriksaan leopold diatas didapatkan bahwa Ny. R
hamil dengan letak sungsang, pemeriksaan tersebut sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 20160) yang menyatakan bahwa Letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Sehingga
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
C. Assasment
Terdiri dari diagnosa kebidanan dari diagnosa, masalah dan
kebutuhan. Pada langkah ini data dikumpulkan dan diinterpretasikan
menjadi diagnosa dan masalah. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan dalam lingkungan kebidanan dan mematuhi standar

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 250
nomenklatur diagnosa kebidanan yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosa.
Pada kasus ditemukan diagnosa : Ny.R G2 P1 A0 umur 31 tahun usia
kehamilan 36 minggu janin tunggal hidup intra uteri dengan
presentasi bokong (presbo). Diagnosa potensia terjadi pada Ny.S dengan
presentasi bokong dapat terjadi trauma presalinan (perdarahan, infeksi)
dan pada bayi bisa terjadi asfiksia
D. Penatalaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan, seperti menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
melalui konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien. Pada kasus ibu hamil dengan presentasi bokong antisipasi
yang dilakukan adalah berkolabosari dengan dokter. Pada kasus
perencanaan yang diberikan adalah :
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Memberitahu ibu bahwa saat ini posisi terendah bayi adalah pantat
atau sungsang.
3. Memberi motifasi tentang kecemasan diharapkan bayi masih dapat
berputar sebelum waktu persalinan.
4. Mengajarkan ibu senam hamil dan posisi knee chest selama 10-15
menit selama 2-4 kali sehari.
5. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan bergizi dan berprotein
seperti daging, telur, sayur, ikan, tempe, kacang-kacangan
6. Memberitahu ibu untuk minum penambah darah dan kalsium 1x1/hari
dan dihabiskan.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktivitas
berat
8. Menyarankan ibu untuk USG Kembali kedokter SpOG 2 minggu
kemudian .
9. Memberitahu ibu persiapan persalinan seperti perlengkapan ibu dan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 251
bayi
10. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan trimester 3 yaitu : keluar
darah hebat, pusing terus menerus, bengkak pada kaki, nyeri hebat,
ketuban pecah sebelum waktunya dan pandangannya kabur agar segera
menghubungi tenaga Kesehatan
11. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
dan kontrol 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.

Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
Ny.S dengan presentasi bokong karena dilakukan dengan sesuai teori
yang ada. Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu hamil denganpresentasi
bokong pada Ny.R G2 P1 A0 umur 31 tahun usia kehamilan 36
minggu. Maka evaluasi yang didapatkan dari data catatan perkembangan
adalah ibu sudah mengerti dan mau melaksanakan semua anjuran yang
diberikan oleh tenaga Kesehatan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 252
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny. R
G2 P1 A0, Hamil 36 Minggu Dengan Letak Sungsang Di PMB Ai
Gunarsih Desa Benteng Kec.Ciampea Kab. Bogor maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak
sungsang telah melakukan pengkajian dan hasil pengkajian tersebut
meliputi data subjektif dan data objektif.
2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak
sungsang penulis dapat mengidentifikasi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan diagnosa yang didapat yaitu Ny.R usia 31 tahun P1A0
usiakehamilan 36 minggu dengan letak sungsang.
3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak
sungsang penulis tidak menemukan tindakan segera karena letak
sungsang masih bisa kembali kepada keadaan normal
4. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
sungsang penulis membuat rencana sesuai kebutuhan pasien
5. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
sungsang penulis melakukan evaluasi sesuai perencanaan
6. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak
sungsang hasil evaluasi berjalan dengan baik sesuai dari pencapaian
maksimal dari penatalaksanaan.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat


menyimpulkan saran sebagai berikut:
1. Bagi Ibu hamil

Diharapkan masyarakat terutama ibu hamil mengikuti setiap


pengarahan dan konseling yang telah dilakukan oleh petugas

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 253
kesehatan sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap tanda-
tanda bahaya pada ibu hamil.
2. Bagi PMB

Diharapkan agar lahan praktek lebih meningkatkan dan


mempertahankan mutu pelayanan kesehatan yang sudah
diprogramkan khususnya pada masa kehamilan. dari melakukan
pengkajian data klien, mengidentifikasi masalah diagnosa dan
kebutuhan, menentukan antisipasi masalah potensial, memberikan
tindakan segera bila dibutuhkan, menyusun rencana sesuai kebutuhan,
melakukan perencanaan yang telah ditetapkan serta mengevaluasi dan
menindaklanjuti bila diperlukan
3. Bagi Bidan

Bidan dapat meningkatkan lagi ilmu pengetahuan tentang penanganan


terhadap ibu hamil dengan letak sungsang. Dan mengaplikasikan
asuhan kebidanan sesuai standard pelayanan untuk dapat mendeteksi
dini komplikasi pada ibu hamil.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 254
DAFTAR PUSTAKA

1. Bidan Ai Gunarsih. Register ibu hamil dan bersalin januari tahun


2020-mei2021
2. Cunningham,Obstreti Williams alih bahasa: Huriawati Hartono.
Jakarta.EGC.2013

3. Dinkes Jawa Barat. Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2012.

4. Fadlun. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.2011.

5. Husin, Farid. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung


Seto.2014.
6. Kasdu, D. Solusi Problem Persalinan. Jakarta:Puspa Swara Kemenkes RI.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta.2015
7. Manuaba, Ida Bagus Gede. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta, EGC.
2012.
8. Marmi. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Yogyakarta. Penerbit
Fajar.2011.
9. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta, EGC.2012.
10. Nugraheny,esti. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.2019.
11. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirahrdjo. 2016
12. Rizkiani, dkk. Asuhan kebidanan Maternal I.Jakarta: TIM. Rukiyah, dkk.
2011. Asuhan kebidanan I.Jakarta: TIM. 2013.
13. Saifuddin. Panduan Praktiks Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta. 2014.
14. Sulistyawati, Ari. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Yogyakarta : Salemba Medika. 2013
15. Suparman. Kebidanan Teori dan Asuhan. Jakarta, EGC.2014.
16. Widya. Hubungan Antara Paritas dengan Persalinan Letak Sungsang
https://ejournal.stikesdarulazharbatulicin.ac.id/. 2017.
17. Yanti, Damai. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Bandung: Refika
Aditama. 2017.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 255
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R G2P1A0 HAMIL 36 MINGGU
DENGAN KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DI PMB HJ. IDA
ADAWIAH
Rita Ayu Yolandia1, Ida Adawiah2
1,2 Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa yang normal terjadi dalam kehidupan.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun terkadang ada
juga yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kehamilan dapat berkembang
menjadi masalah atau komplikasi setiap saat ini di masa pembangunan millenium.
1
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah agenda global dalam
Pembangunan Berkelanjutan dengan pelaksanaan dari tahun 2016 hingga tahun
2030 yang merupakan pembaharuan Millenium Development Goals (MDGs) atau
agenda Pembangunan Milenium yang telah resmi berahir pada tahun 2015.2

Salah satu tujuan SDGs adalah terciptanya suatu kondisi kehamilan dan
persalinan yang aman, serta ibu dan bayi yang dilahirkan dapat hidup dengan
sehat, yang dilakukan dengan pencapaian target dalam mengurangi rasio kematian
ibu secara global hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran.3 Salah satu
program pemerintah yaitu Ante Natal Care (ANC), pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
professional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang
dikandungnya. Pelayanan ANC yang dilakukan secara teratur dan komprehenshif
dapat mendeteksi dini kelainan dan resiko yang mungkin timbul selama

1
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2008
2
Kementrian Kesehat
3
Fraser, Diane M.. Myle Buku Ajar Bidan. Edisi 14 EGC. Jakarta; 2018

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 256
kehamilan, sehingga kelainan dan resiko itu dapat diatasi dengan cepat dan tepat. 4

Kebijakan Kementrian Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan


Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis
“Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu salah satunya adalah Asuhan Antenatal
Care (ANC) (Kemenkes RI, 2015). ANC merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal. Penatalaksanaan pelayanan pemeriksaan ibu hamil secara
keseluruhan meliputi hal-hal sebgai berikut : 1) Mengupayakan kehamilan yang
sehat; 2) Melakukan deteksi dini penyulit/komplikasi, melakukan penatalaksanaan
awal serta rujukan bila diperlukan; 3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman;
4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi dan kelainan letak dalam kehamilan.5

Kelainan letak dalam kehamilan merupakan keadaan patologis yang erat


kaitannya dengan kematian ibu atau janin. Kelainan letak dapat berupa letak
lintang dan letak sungsang. Letak sungsang adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. 6 Kehamilan letak
sungsang disebabkan karena plasenta previa, prematuritas, bentuk rahim yang
abnormal, panggul sempit, kelainan bentuk kepala.7

Kehamilan letak sungsang merupakan kondisi kehamilan dengan letak


memanjang dimana bokong sebagai bagian terendah. Kejadian letak sungsang
terjadi berkisar 2 sampai 3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya
kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian berkisar 20-
30% (Manuba, 2015). Apabila terjadi persalinan dengan letak sungsang dapat
menyebabkan robekan jalan lahir, perdarahan,dan infeksi pada ibu serta asfeksia
pada bayi. Salah satu dampak pada kehamilan letak sungsang yaitu asfeksia pada

4
Dewi, Vivian nanny lia dan Tri sunarsih. Asuhan Kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba
medika; 2015.
5
Kementrian Kesehatan, 2018
6
Jannah, Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:Andi; Jannah, Nurul..
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:Andi..2015
7
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2015

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 257
bayi, kejadian asfeksia yang disebabkan karna letak sungsang menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2019 bahwa setiap tahunnya, kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi mengalami asfeksia. 8 Di Indonesia tahun 2020
angka kejadian kehamilan letak sungsang dengan asfeksia di rumah sakit pusat
rujukan Propinsi di Indonesia sebesar 41,94% (Dinas Kesehatan, 2020). Di
Propinsi Jawa barat kejadian kehamilan letak sungsang dengan asfeksia pada
tahun 2019 berjumlah 785 bayi (34,6%) dan meningkat pada tahun 2008 menjadi
58%.9

Di Puskesmas Kota Cianjur pada tahun 2020 didapatkan kunjungan ibu


hamil sebanyak 212 orang. Dari 212 orang ibu hamil didapatkan 21 orang (9,9%)
letak sungsang. Sedangkan data yang diperoleh dari PMB HJ. Ida Adawiah
kunjungan ibu hamil pada Januari-Desember 2020 sebanyak 143 orang, dari 143
orang ibu hamil didapatkan 13 orang (9%) dengan letak sungsang antara lain 6
orang (46,1%) karna cephalopelvic disproportion (CPD), 3 orang (23%) karna
plasenta previa dan orang 4 orang (30,7%) karna primi muda.10

Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak


sungsang diantaranya yaitu primi muda, cephalopelvic disproportion (CPD), dan
plasenta previa (Manuba, 2015). Asuhan kehamilan dengan letak sungsang adalah
dengan mengajarkan ibu senam hamil dan mengajarkan ibu posisi knee chest
(Sarwono, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan Harjanti, pada bulan Febuari
2015 di RSUD Kota Semarang tingkat keberhasilan posisi knee chest cukup baik
dan berhasil, maka dapat disimpulkan tindakan knee chest pada kehamilan letak
sungsang selama 10 hari janin sudah kembali dalam keadaan atau posisi normal.
Intervensi dengan teknik posisi knee chest selama 15 menit di ulang setiap 2 jam
pada waktu bangun tidur selama 5 hari, pada penelitian 71 wanita hamil.

Angka kejadian kehamilan dengan letak sungsang di PMB HJ. Ida


Adawiah Cianjur dari tahun 2019 sampai 2020 mengalami kenaikan sebesar

8
Walyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Barupess.2015
9
(Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2015
10
Register ANC di BPM HJ. Ida Adawiah, 2020

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 258
1,38%. Tahun 2019 dari 162 ibu hamil terdapat 4 kasus (2,46%) dengan letak
sungsang. Pada tahun 2020 bulan Januari sampai Desember dari 156 ibu hamil,
angka kejadian ibu hamil dengan letak sungsang sebanyak 6 kasus (3,84 %).

Penanganan untuk kasus kehamilan letak sungsang pada Ny. R di PMB


HJ. Ida Adawiah Cianjur yaitu dengan kegiatan Antenatal Care (ANC) minimal 2
minggu sekali pada trimester II, penatalaksanaan ANC untuk kasus kehamilan
letak sungsang meliputi anamnesa, pemeriksaan leopold, memberikan pendidikan
kesehatan mengenai knee-chest dan penyuluhan materi pada buku Kesehatan Ibu
dan Anak. Di PMB HJ. Ida Adawiah, ditemukan kasus pada ibu hamil dengan
letak sungsang sehingga penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan
judul : Asuhan Kebidanan Pada Ny. R umur 27 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu
dengan kehamilan letak sungsang.

1.2 Tujuan Seminar Kasus


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari asuhan kebidanan adalah mampu melaksanakan asuhan
kebidanan pada Ny. R umur 27 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu dengan
kehamilan letak sungsang di PMB HJ. Ida Adawiah Cianjur Jawa Barat

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan Pengkajian data Subjektif dalam memberikan asuhan
kebidanan pada Ny. R umur 27 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu dengan
kehamilan letak sungsang di PMB HJ. Ida Adawiah Cianjur Jawa Barat
2. Mampu melakukan Pengkajian data Objektif dalam memberikan asuhan
kebidanan pada Ny. R umur 27 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu dengan
kehamilan letak sungsang di PMB HJ. Ida Adawiah Cianjur Jawa Barat
3. Mampu melakukan Analisa dalam memberikan asuhan kebidanan pada
Ny. R umur 27 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu dengan kehamilan letak
sungsang di PMB HJ. Ida Adawiah Cianjur Jawa Barat
4. Mampu melakukan Tindakan yang akan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Ny. R umur 27 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 259
dengan kehamilan letak sungsang di PMB HJ. Ida Adawiah Cianjur Jawa
Barat
1.3 Manfaat Penelitian
1. Bagi Profesi (PMB HJ. Ida Adawiah)
Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagaimana
penatalaksanaan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan letak sungsang serta memberikan masukan pada lahan praktik
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,khususnya
pada asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang.
2. Bagi Klien
Hasil dari penelitian ini bermanfaat bagi Ny.R karna komplikasi
kehamilan pada Ny.R dapat teratasi sehingga letak janin sudah kembali
normal atau menjadi presentasi kepala
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa untuk
melakukan asuhan kebidanan letak sungsang dan untuk dijadikan
refrensi bagi yang ingin melakukan laporan tugas akhir selanjutnya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 260
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Pengertian Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka
melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang akan tumbuh di
dalam rahim seorang wanita.11 Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi
sampai lahirnya janin, lamnya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau
9 bulan 7 hari) dihitungdari hari pertama haid terakhir. 12 Proses kehamilan
adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi, implantasi
pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm.13

2.1.2 Letak Janin Dalam Rahim


Letak janin dalam rahim terutama di akhir sangat penting berkaitan
dengan prognosis persalinan. Letak janin saat hamil tidak memerlukan
perhatian, karena kedudukannya belum dapat dipastikan. Sebagian besar janin
dalam rahim akan menuju pada letak kepala karena :14

1. Berat kepala lebih dari bokong.


2. Kepala yang bulat lebih sesuai dengan pintu atas panggul.
3. Kepala menyesuaikan diri dengan ruangan yang lebih kecil pada pintu
atas panggul.
4. Bokong menyesuaikan diri dengan ruangan yang luas pada fundus uteri

11
Varney, H., Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.2011.
12
Saifuddin, A.B., Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011.
13
Manuaba, IBG.. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.2012
14
Ibid

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 261
2.1.3 Fisiologi Kehamilan
Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola
mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea
grisela. Tidak jarang dijumpai kulit perut kehamilaan terjadi, jika ada
pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani
(spermatozoa). Waktu ovulasi sel telur masih diselimuti oleh corona radiate
tetapi spermatozoa dapat menembus dinding sel telur karena mempunyai
enzim hyalurodinase yangdapat mencairkan corona radiate tersebut. Setelah
persenyawaan antara sel telur dan sel mani yang biasanya terjadi dalam
ampula tuba maka sel telur disebut zigot. Zigot adalah ovum yang telah
dibuahi.15

1. Perubahan anatomi pada ibu hamil trimester III


a. Uterus
Itmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi Segmen Bawah Rahim (SBR). Pada
kehamilan tua karena kontraksi otot otot bagian atas uterus, SBR
menjadi lebih besar dan tipis, tampak batas yang nyata antara
bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah rahim yang lebih
tipis. Batas dikenal sebagai reaksi lingkaran fisiologis dinding
uterus.
b. Serviks Uteri
Serviks Uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan
karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih
banyak jaringan otot, maka serviks lebih mengandung jaringan
ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini
banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat
dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks
menjadi lunak
c. Vagina dan Vulva

15
Proverawati, Asfuah S., Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.2014.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 262
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami
perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina
da vulva tampak lebih merah agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini
disebut Tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide
d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta. Pada kira-kira
kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-
kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan
hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil
alih oleh plasenta
e. Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesteron. Akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem
saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan
kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian, mamma
dipersiapkan untuk laktasi. 16
f. Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-
pembuluh darah yang membesar pula, mamma dan alat lain-lain
yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Seperti telah
dikemukakan, volume darah ibu dalam kehamilan bertambah
banyak, kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu
diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira
30%. Akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada
kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat

16
Proverawati, Asfuah S.,2014.Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 263
jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.17
g. Sistem Respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak
jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini
ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus.
Usus tertekan oleh uterus yang terus membesar ke arah diafragma,
sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang wanita
hamil selalu bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya
juga melebar ke sisi , yang sesudah partus kadangkadang menetap
jika tidak dirawat dengan baik.
h. Traktus Digestivus
Pada-pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek
(nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang
meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga
motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih
lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih
lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik resorpsi, akan
tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang merupakan salah satu
keluhan utama wanita hamil.
i. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering
kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila
uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan,
bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai
tertekan kembali.
j. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-
17
Proverawati, Asfuah S.,2014.Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 264
alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh
melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH
ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus
anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada
dahi, pipi dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. seolah-
olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-
biruan, disebut stiae livide. Setelah partus, striae livide ini berubah
warnanya menjadi putih dan disebut striae albicans.
k. Metabolisme
Dengan terjadinya perubahan peningakatan pola makan
(terhitung ± 200-300 kkal/hari). Membuat sistem gastrointestinal
berubah selama masa kehamilan disertai juga perubahan pada
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Perubahan terjadi
karena human placental lactogen (HPL) ini, menjadikan glukosa
siap diserap oleh tubuh dan digunakan untuk perkembangan otak
fetus, juga melindungi ibu dari defisiensi nutrisi.18
2. Ketidaknyamanan Trimester III
a. Nyeri Punggung
Nyeri ditemukan pada kehamilan lanjut dan dirasakan pada
persendian sakroiliaka. Ini disebabkan oleh relaksasi ligament dan
otot-otot penunjang persendian, mungkin juga disebabkan oleh
progesterone dan relaksin. Biasanya keadaan ini lebih berat pada
malam hari dan menganggu tidur.
b. Konstipasi
Motilitas otot yang menurun pada kehamilan lanjut diperberat
oleh tekanan uterus yang membesar.
2.2 Kehamilan Sungsang
2.2.1 Pengertian
Sungsang merupakan keadaan dimana bagian terendah janin berada
disegmen bawah rahim, bukan belakang kepala. Dikenal beberapa jenis
18
Proverawati, Asfuah S.,2014.Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 265
sungsang, yakni: presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna. Dengan insiden 3-4% dari seluruh
kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (lebih dari 37 minggu),
presentasi bokong merupakan malpresentasi yang sering dijumpai. Sebelum
umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-
30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah
umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak
diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor resiko selain prematuritas, yaitu
abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa,
multiparitas,mioma uteri, dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.19

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang


dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.20 Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang(membujur)
dalam Rahim, kepala berada di fundus, dan bokong berada dibawah.21
Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah. Penunjuknya adalah sacrum. Sacrum
kanan depan (RSA = right sacrum anterior) adalah presentasi bokong dengan
sacrum janin ada di kuadran kanan depan panggul ibu, dan diameter
bitrochanterica janin berada pada diameter oblique dextra panggul ibu.22

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian


terendahnya adalah bokong,kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi
3-4 % dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥
37 minggu), presentasi bokong meruapakan mallpresentasi yang paling sering
di jumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu,kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
kepala setelah umur kehamilan 34 minggu(Sarwono, 2010v: 588). Presentasi

19
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2015
20
Proverawati, Asfuah S.,2014.Loc.cit
21
Mochtar, Rustam. .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. Jakarta: EGC.2011
22
Oxorn, Harry dan William R. Forte. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. 2015.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 266
bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur
kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30 %,
dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur
kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui,
tetapi terdapat beberapa faktor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas
struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri,
kehamilan multipel, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat
presentasi bokong sebelumnya. Manajemen presentasi bokong mengalami
perubahan yang mengarah kepada semakin dipilihnya cara persalinan bedah
sesar dibandingkan vaginal.23

2.2.2 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan
luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat,
yakni kepala, dan kepala teraba difundus uteri. Kadangkadang bokong janin
teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah- olah kepala, tetapi bokong tidak
dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena
terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih
tinggi daripada umbilikus. Apabila diagnosis letak sungsnag dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal,
uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-
raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik
atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).24

Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi


abdomen. Manuver leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan
antenatal bila umur kehamilannya > 34 minggu. Untuk memastikan apabila
masih terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan
23
Oxorn, Harry dan William R. Forte.2015..Loc.cit
24
Oxorn, Harry dan William R. Forte.2015..Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 267
pemeriksaan dalam vagina dan atau pemeriksaan ultrasonografi. Keberhasilan
untuk menemukan adanya presentasi bokong pada masa kehamilan sangat
penting oleh karena adanya prosedur versi luar yang direkomendasikan guna
menurunkan insidensi persalinan dengan presentasi selain kepala dan
persalinan bedah sesar. Pemeriksaan yang hanya menunjukan adanya
presentasi bokong saja belum cukup untuk membuat perkiraan besarnya
risiko guna pengambilan keputusan caara persalinan yang hendak dipilih.
Taksiran berat jain, jenis keadaan bokong, keadaan selaput ketuban, ukuran
dan struktur tulang panggul ibu, keadaan hiperekstensi kepala janin,
kemajuan persalinan, pengalaman penolong, dan ketersediaan fasilitas
pelayanan intensif neonatal merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui.
Klasifikasi presentasi bokong dibuat terutama untuk kepentingan seleksi
pasien yang akan dicoba persalinan vaginal. Terdapat tiga macam presentasi
bokong, yaitu bokong murni (60-70% kasus), bokong komplit (10% kasus),
dan kaki. varian presentasi kaki adalah presentasi bokong inkomplit, kaki
komplit, kaki inkomplit, dan lutut. Janin dengan presentasi kaki dan
variannya direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan
vagina.25

Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang
ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari- jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak
tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga
kadang- kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan
yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan
dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada
hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba

25
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2015

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 268
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong.26

2.2.3 Klasifikasi Letak Sungsang


Klasifikasi presentasi bokong dibuat terutama untuk kepentingan seleksi
pasien yang akan dicoba persalinan vaginal. Terdapat tiga macam presentasi
bokong, yaitu bokong murni (60-70% kasus), bokong komplit (10% kasus),
dan kaki. Varian presentasi kaki adalah presentasi bokong inkomplit, kaki
komplit, kaki inkomplit, dan lutut. Janin dengan presentasi kaki dan
variannya direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan
vaginal. 27 Ada empat macam presentasi bokong yaitu :28.

1. Sempurna : flexi pada paha dan lutut


2. Murni : flexi pada paha; extensi pada lutut. Ini merupakan jenis yang
tersering dan meliputi hamper dua per tiga presentasi bokong.
3. Kaki : satu atau dua kaki, dengan extensi pada paha dan lutut. Kaki
merupakan bagian terendah.
4. Lutut : satu atau dua lutut, dengan extensi pada paha, flexi pada lutut.
Sedangkan menurut Prawirohardjo, ada tiga macam presentasi bokong
yaitu:29
1. Letak Bokong Murni (Frank Breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas
2. Letak Bokong Sempurna (Complete Breech)
Letak bokong di mana kedua kaki ada di samping bokong (letak bokong
kaki sempurna)
3. Letak Bokong Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Letak sungsang dimana selain bokong juga ada bagian kaki atau lutut.
2.2.4 Etiologi Letak Sungsang
Faktor-faktor etiologi presentasi bokong meliputi prematuritas, air

26
Varney, Helen.. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: EGC.2011.
27
Wiknjosastro, 2015.Loc.cit
28
Oxorn, Harry dan William R. Forte.2015..Loc.cit
29
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2015

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 269
ketuban yang berlebihan, kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit,
fibromyoma, hydrocephalus, dan janin besar. Setiap keadaan yang
mempengaruhi masuknya kepala janin kedalam panggul mempunyai peranan
dalam etiologi presentasi bokong. Banyak yang tidak diketahui sebabnya, dan
setelah mengesampingkan kemungkinan-kemungkinan lain maka sebab
malposisi tersebut baru dinyatakan hanya karna kebetulan saja. Sebaliknya,
ada prsentasi bokong yang membakat. Beberapa ibu melahirkan bayinya
semuanya dengan presentasi bokong, menunjukan bahwa bentuk panggulnya
adalah sedemikian rupa sehingga cocok untuk prsentasi bokong dari pada
presentasi kepala. Implantasi plasenta di fundus atau di cornu uteri cenderung
untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong. Adapun penyebab
presentasi bokong (letak sungsang) antara lain: 30

1. Faktor dari ibu dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu:


a. Plasenta previa
b. Bentuk rahim yang abnormal
c. Panggul sempit
d. Multiparitas
e. Adanya tumor pada rahim dan
f. Implantasi plasenta di fundus yang memicu terjadinya letak bokong;
2. Faktor dari janin dapat disebabkan oleh keadaan seperti:
a. Hidrosefalus atau anasefhalus
b. Kehamilan kembar
c. Hidramnion dan
d. Prematuritas.
2.3 Penatalaksanaan dan Penanganan kehamilan Sungsang
2.3.1 Penatalaksanaan
Pentalaksanaan untuk kehamilan dengan sungsang, asuhan mandiri yang
bersifat menyeluruh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :31
5. Beri informasi kehamilannya dan dukungan moril

30
Oxorn, Harry dan William R. Forte.2015..Loc.cit
31
Wiknjosastro, 2015.Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 270
6. Lakukan postural posisi Knee chest serta anjurkan untuk dilaksanakan
dirumah.
7. Bila diperlukan kolaborasi dengan dokter dan kapan ibu harus segera
datang ketempat pelayanan kesehatan.
Penatalaksanaa untuk kehamilan sungsang adalah posisi knee chest. Knee
chest dilakukan dengan posisi perut seakan menggantung kebawah. Cara ini
harus dilakukan rutin setiap hari sebanyak 3-4x/hari 10 menit. Jika posisi
bersujud ini dilakukan pada saat sebelum tidur, sesudah tidur, sebelum mandi,
selain itu melakukan posisi knee chest secara tidak langsung pada waktu
melakukan sholat.32
Penatalaksanaan kehamilan sungsang pada trimester III menganjurkan
pada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola istirahat, dan pola aktivitas.
Memberitahu ibu untuk mempersiapkan persalinan dengan sungsang baik
secara normal maupun per abdominal. Ibu bersalin dengan persalinan per
abdominal karena ibu primigravida, ibu suspect CPD, dan his ibu tidak
adekuat, dan dari pembukaan serviks yang tidak bertambah. Faktor kehamilan
letak sungsang yang terjadi pada primigravida sampai umur kehamilan aterm
maka kehamilan harus segera diakhiri dengan jalan operasi sectio cessarea
karena panggul ibu belum pernah melahirkan, tidak bisa dicoba-coba untuk
melahirkan dengan cara normal. Pertolongan persalinan dilakukan dirumah
sakit atau fasilitas kesehatan yang dapat melakukan opersi, bila
memungkinkan lakukan versi luar, bila tidak berhasil lakukan persalinan
sungsang per vaginam atau SC.33
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi janin sungsang yaitu :34
1. Knee chest
Knee chest dilakukan dengan posisi perut seakan menggantung
kebawah. Cara ini harus dilakukan rutin setiap hari sebanyak 2 kali (pagi
dan sore) selama 10 menit. Jika posisi bersujud ini dilakukan dengan
baikdan teratur maka besar kemungkinan janin sungsang akan kembali
32
Ibid
33
Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Medika.2015.
34
Ibid

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 271
pada posisi yang normal.
Secara harfiah knee chest position berarti posisi lutut-dada atau
menungging atau biasa juga disebut dengan posisi sujud. Menurut dr.
Frizar Irmansyah, SpOG (K) menyatakan bahwa knee chest position
adalah posisi sujud yang dapat dilakukan untuk memutar posisi bayi
sungsang menjadi posisi yang seharusnya. Knee chest position ini dapat
dilakukan pada usia kandungan 7-8 delapan bulan. Durasi untuk
melakukan posisi sujud ini dilakukan selama 5-10 menit dua kali dalam
sehari.
Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah yang diharapkan
setelah melakukan Knee Chest Position (KCP) ini. Dilakukan 2-3 kali
sehari selama 10-15 menit. Dimana diharapkan bokong janin yang telah
turun akan bebas kembali sehingga terjadi versi spontan.Usia kehamilan
yang dianjurkan untuk KCP adalah usia kehamilan 30-32 minggu. Kalau 1
minggu tidak berhasil berarti versi luar juga sia-sia (Rizkiani, 2013 : 288).

Gambar 1 Knee Chest Position35

Kondisi melahirkan sungsang (bokong) biasanya terjadi ketika


kepala bayi tidak berada pada jalan lahir diusia kehamilan 37 minggu.
Janin akan berputar-putar dalam rahim hingga berumur 35-36 minggu.
Melahirkan bayi dengan kepala diatas, dapat mempengaruhi proses

35 Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti.2015..Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 272
persalinan. Adapun salah satu cara untuk mencegah melahirkan sungsang
(bokong) adalah melakukan knee chest position, dengan posisi perut
seakan-akan menggantung ke bawah. Dilakukan rutin 2 kali setiap hari
pagi dan sore selama 10 menit. Kegiatan ini sangat mengurangi
kemungkinan melahirkan sungsang, aman dan memberi ruang pada bayi
untuk berputar kembali ke posisi normal. Kemungkinan berhasil adalah
92%.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan posisi janin letak bokong
pada kehamilan. Penyebab yang umumnya terjadi antara lain panggul
sempit, plasenta previa atau lainnya. Usaha yanga dapat dilakukan untuk
mengubah posisi janin menjadi kepala di bawah adalah melakukan knee
chest position (posisi lutut-dada), berlututlah seperti dalam posisi sujud,
letakan dada pada dasar lantai, bernafaslah dengan rileks, lakukan posisi
ini antara 5 sampai 10 menit. Posisi knee-chest dapat dilakukan 1 sampai 2
kali sehari.
Posisi janin dikatakan sudah mantap (tidak berubah lagi) setelah usia
kehamilan 35 minggu. Jadi, bila pada usia kehamilan 32 minggu letaknya
sungsang, masih ada kemungkinan berubah karena usia kehamilan belum
35 minggu. Biasanya dokter akan menyarankan ibu melakukan gerakan
tertentu yang disebut knee-chest position, yaitu gerakan seperti sujud, salah
satu pipi menempel di lantai, kedua lutut menempel di lantai dan bokong
dalam posisi menungging. Dilakukan minimal 2 kali sehari, selama 10-15
menit. Gerakan ini bertujuan agar janin berputar sehingga bagian
terbawahnya adalah kepala.36
Dalam penelitian B. Kenfack dkk, instruksi yang diberikan kepada
perempuan untuk mengasumsikan posisi knee chest selama 15 menit tiga
kali sehari selama seminggu, berhasil mengubah presentasi sungsang ke
presentasi kepala 61% dari wanita dibandingkan dengan versi spontan 40%
pada kelompok kontrol, dengan signifikan secara statistik perbedaannya.
Studi ini menunjukkan bahwa menasihati perempuan dengan janin

36
Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti.2015..Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 273
presentasi sungsang antara minggu ke-36 dan ke-37 untuk menggunakan
posisi knee chest selama 15 menit tiga kali sehari aman, sederhana dan
secara signifikan mengurangi kejadian sungsang saat persalinan.
2. External Cephalic Version (EVC)
Metode ini dilakukan oleh dokter kandungan yang bertujuan untuk
mengubah posisi janin dari luar tubuh ibu hamil ketika usia kehamilannya
sudah mencapai 34 minggu. Namun demikian, metode ini biasanya
menyakitkan dan bahkan rentan menimbulkan kematian pada janin karena
suplai oksigen ke otak janin berkurang.37
2.3.1 Penanganan
Penggunaan seksio secara untuk bayi sungsang, dalam keyakinan bahwa
ini lebih aman. Disejumlah pusat persalinan tingkat pembedahan caesar 65 %
dari semua bayi sungsang. Dalam kasus-kasus tertentu, khususnya jika bayi
sangat kecil atau sangat besar, biasanya dilakukan bedah caesar. Alasan dalam
kasus bayi lahir kecil (kurang dari 1500 gram atau kehamilan 32 minggu)
adalah dokter cemas kepala bayi yang lembut akan rusak selama proses
kelahiran melalui vagina. Bayi berukuran besar (lebih dari 4000 gram) jelas
menyulitkan persalinan.38

2.3.2 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan


jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
37
Ibid
38
Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti.2015..Loc.cit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 274
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala.39

2.4 MENURUT JURNAL


1. Menurut Halimah Tu’sadiah (2019)
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi
merupakan bagian rendah dengan kepala di fundus uteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri. Angka kejadian letak sungsang di
RSUD dr. Drajat Prawiranegara yaitu 1,87 %. Adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan Letak sungsang sesuai dengan standarisasi pelayanan kebidanan di
Ruang poli kebidanan RSUD dr. Drajat Prawiranegara Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG, dan buku KIA.
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil bahwa NY. I mengalami
Letak sungsang dan dilakukan dirawat inap di rungan Wijaya Kusuma,
dilakukan tindakan operasi saecar oleh dokter kandungan. Dapat
mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan pelayanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak sungsang
secara optimal.
2. Menurut Agnes Isti Harjanti (2018)
Masalah komposisi letak janin dalam rahim, juga merupakan
bagian dari penatalaksanaan perbaikan pelayanan kesehatan, yang perlu
diketahui lebih awal sebelum persalinan berlangsung. Perkiraan komposisi
letak janin dalam rahim adalah: 96% letak kepala, 2,5-3% letak sungsang,
sedangkan sekitar 0,5% letak melintang. Komposisi kelainan letak dapat
mempersulit kelahiran janin, kalau tidak ditangani dengan tepat. Tujuan :
Mengetahui penatalaksanaan kehamilan letak sungsang dengan intervensi

39
Ibid

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 275
kneechest pada Ny. M umur 25 tahun G1P0A0 hamil 34 minggu di
RSUD.Kota Semarang pada tahun 2015.
Metode : Studi kasus ini merupakan jenis diskriptif kualitatif
dengan teknik pengambilan sampel dengan quota sampling, memilih
sampel sesuai dengan keinginan peneliti. Pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan penelitia ini Ny. M
umur 25 tahun G1 P0 A0 sebagai subjek observasi. Data dikumpulkan
adalah data primer dengan mengikuti perkembangan subject selama
intervensi diberikan dalam kurun waktu 10 hari dengan mengamati
perubagan letak janin setelah dilakukan intervensi knee chest. Istrumen
studi kasus ini yang digunakan format asuhan kebidanan ibu hamil. Teknik
analisis data yang digunakan secara diskriptif. Hasil : Pada kasus ini
dilakukan metode knee chest 3-4 kali sehari selama 10 menit atau selama
15 menit setiap dua jam setelah bangun tidur, selama 10 hari, tetapi dalam
pelaksanaan hanya dilakukan 2 kali sehari selama 8 menit dalam waktu 5
hari pertama perlakuan dilaksanakan belum berhasil dan observasi janin
masih dalam keadaan sungsang, namun setelah metode knee chest
diberikan sesuai 3-4 kali sehari selama 10 atau selama 15 menit,
dilanjutkan dan setelah 10 hari dilakukan observasi janin sudah dalam
keadaan normal.
Kesimpulan : Data yang didapatkan dari pengkajian mengatakan
sudah tidak ada lagi benda keras yang mendesak tulang iga, dan
pemeriksaan Leopold bagian terbawah janin teraba bagian bulat, keras,
melenting yaitu presentasi kepala, hal ini terjadi karena kepala janin yang
mendesak tulang iga sudah berputar dan kepala janin sudah berada pada
bagian terbawah janin. Maka dapat disimpulkan tindakan knee-chest yang
dilakukan pada Ny. M umur 25 tahun G1P0A0 hamil 34 minggu dengan
letak sungsang dilakukan intervensi knee-chest selama 10 hari janin sudah
dalam keadaan letak normal.
3. Menurut Usti Fina Hasanah Hasibuan (2020)
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 276
fundus uteri. Penyebab terjadinya letak sungsang meliputi panggul sempit,
terdapat lilitan tali pusat, kelainan uterus, terdapat tumor di pelvis minor
yang mengganggu masuknya kepala janin ke PAP, placenta previa, dan
kehamilan ganda. Sedangkan penanganan presentasi sungsang pada masa
kehamilan bertujuan untuk mencegah malpresentasi pada waktu
persalinan. Pada tahun 2009 di Sumatera Utara sebanyak 4,4% kehamilan
dengan letak sungsang. Dan angka kematian perinatalnya mencapai
29,4%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan
sikap bidan dalam penanganan kehamilan dengan letak sungsang.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh bidan di Rumah Sakit Setio Husodo Kisaran
sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling
jenuh. Data diperoleh melalui kuesioner, diolah dengan editing, coding,
tabulating, scoring dan analisis. Data disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
Hasil penelitian di peroleh pengetahuan bidan dalam penanganan
kehamilan dengan letak sungsang mayoritas buruk sebanyak 11 orang
(55%). Sikap bidan dalam penanganan kehamilan dengan letak sungsang
mayoritas baik sebanyak 16 orang (80%). Hasil penelitian yang diperoleh
peneliti dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
buruk dan memiliki sikap yang baik. Dengan demikian di harapkan kepada
pimpinan Rumah Sakit Setio Husodo Kisaran agar dapat hendaknya lebih
meningkatkan mutu pelayanan terutama pada penanganan kehamilan
dengan letak sungsang. Dan menggerakkan bidan untuk lebih
meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam memberikan pelayanan
kesehatan terutama penanganan kehamilan dengan letak sungsang melalui
pelatihan atau seminar.
4. Menurut Emi Sutrisminah (2018)
Setiap ibu hamil mengharapkan kehamilan yang sehat dan normal,
begitu juga dengan dengan posisi janin yang dikandungnya. Letak janin
yang normal dalam rahim adalah dengan presentasi belakang kepala, tetapi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 277
tidak jarang ditemukan beberapa ibu hamil yang letak janinnya dengan
presentasi selain kepala, seperti halnya presentasi bokong. Pada letak
bokong kepala janin teraba dibagian fundus uteri, sedangkan bokong
teraba di bagian bawah ibu (daerah pelvis). Faktor penyebab terjadinya
letak sungsang bisa disebabkan oleh factor ibu maupun faktor janin, faktor
ibu antara lain : multiparitas, panggul sempit, plasenta previa dan kelainan
uterus, sedangkan faktor janin seperti gemeli, hidramion, hidrocepalus.
Pada kehamilan dibawah umur 32 minggu, ibu hamil tidak perlu khawatir
karena posisi janin masih bisa berubah, tetapi pada kehamilan lebih dari 37
minggu posisi janin sudah sulit untuk berubah, sehingga perlu dilakukan
teknik-teknik tertentu untuk merubahnya misalnya dengan melakukan
versi luar. Menolong persalinan sungsang dapat dilakukan secara klasik,
Bracht, Muller & Loveset, sampai sektio sesarea yang tentunya semua itu
tergantung dari kondisi ibu dan janin. Komplikasi persalinan sungsang
bisa terjadi baik pada ibu maupun pada bayinya apabila pertolongan
persalinannya tidak dilakukan dengan benar

5. Menurut Matricia D. G. Silinaung (2016)


Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi
terdapat beberapa faktor risiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas
struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma
uteri, kehamilan multiple, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan
riwayat presentasi bokong sebelumnya.Sebelum umur kehamilan 28
minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan sebagian
besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34
minggu.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dari
persalinan letak sungsang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
retrospektif melalui rekam medik di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado
periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014. Dari penelitian ini diperoleh
214 kasus persalinan letak sungsang dari total persalinan 3.347 persalinan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 278
Persalinan letak sungsang paling banyak ditemukan pada multigravida,
kelompok usia kehamilan 37 – 41 minggu, jenis presentasi bokong kaki
(incomplete breech) dengan penanganan paling banyak ialah persalinan
pervaginam (spontaneus Bracht). Berat badan lahir bayi letak sungsang
paling sering berkisar 2500 – 3999 gram, umumnya bayi tidak mengalami
asfiksia. Walaupun jarang ditemukan komplikasi, mortalitas bayi letak
sungsang terdapat sebanyak 15 kasu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 279
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subyektif


3.1.1 Identitas
Nama Klien : Ny. Risti Nama Suami : Tn. Isep
Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
Kebangsaan : Indonesia Kkebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Cibogo
Alasan Kunjungan saat ini
 Kunjungan Pertama
 Kunjungan Ulang
 Rutin
 Keluhan
7. Riwayat kehamilan ini :
2.10 Riwayat Menstruasi
Hari pertama haid terakhir tanggal : 26-09-2020 (pasti/tidak)
Taksiran Persalinan : 03-07-2021
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut/hari
Siklus : 7 hari, teratur/ tidak teratur
Warna : Merah kecoklatan
2.11 Tanda-tanda kehamilan (trimester)
Hasil tes kehamilan (jika dilakukan)
Tanggal : 08-11-2020 hasil : positif/negatif
2.12 Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : Usia kehamilan 20
minggu
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : lebih dari 10 kali

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 280
2.13 Keluhan yang dirasakan (ada/tidak ada)
 Rasa lelah :-
 Mual dan muntah yang lama :-
 Nyeri Perut :-
 Panas, mengigil :-
 Sakit kepala berat/terus menerus :-
 Penglihatan kabur :-
 Rasa nyeri/panas waktu BAK :-
 Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : -
 Pengeluaran pravaginam : cairan, lendir, keputihan : -
 Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai :-
 Oedema :-
2.14 Diet/makan
Sebelum Hamiil Sesudah Hamil
Makan
a. Frekuensi : 3 x/hari 3-4x/hari
b. Jenis : Nasi, sayur, Nasi, sayur, lauk,
lauk pauk snack

Minum
c. Frekuensi : 8 gelas /hari 8 gelas /hari
d. Jenis : Air putih, teh Air putih, teh, jus
Keluhan : Tidak ada Ibu mengatakan
hasil usg dari
dokter
kandungan
bahwa posisi
janin adalah
bokong

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 281
2.15 Pola Eliminasi
BAB : 1x sehari BAB : 1x sehari
Konsistensi : Lembek Konsisten : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan Warna: Kuning kecoklatan
2.16 Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur : Ya, Siang 1 jam, malam 8 jam
Seksualitas : 1x dalam seminggu
Pekerjaan : Mengurus rumah tangga
2.17 Riwayat Imunisasi TT
TT1 : Sudah di imunisasi waktu anak pertama
TT2 : Sudah di imunisasi waktu anak pertama
TT3 : 05-12-2020
TT4 :-
TT5 :-
2.18 Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik 3 bulan
Lamanya : 5 tahun
8. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Tahu Jenis Penyulit
Tempat BB PB
No n UK persalina Penolong Kehamilan/ JK
Bersalin
lahir n Persalinan
37 Laki- 2000 46
1. 2015 RS Normal Bidan Sungsang
mgg laki gram cm
Hami
2.
l ini

9. Riwayat Kesehatan
4.3 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita (ada/tidak
ada)
 Jantung :-
 Tekanan darah tinggi :-
 Hepar : -
 Diabetes melitus :-
 Anemia berat :-
 Penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS : -

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 282
 Campak :-
 Malaria :-
 Tuberkulosis :-
 Gangguan mental :-
 Operasi :-
 Lain-lain :-
4.4 Prilaku kesehatan (ada/tidak ada)
 Penggunaan alkohol/obat-obatan sejenisnya : -
 Obat-obatan /jamu yang sering digunakan :-
 Merokok, makan sirih :-
 Irigasi vagina/ganti pakaian dalam :-
10. Data Psikososial
5.3 Status perkawinan :
Jumlah : 1 kali
Lama perkawinan : 7 tahun
5.4 Susunan keluarga yang tinggal serumah :
Jenis Umur Hubungan
No Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin tahun Keluarga
1. Laki-laki 28 th Suami SMP Wiraswasta
2. Perempuan 5,5 th Anak TK

5.5 Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami


5.6 Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan : Ya
5.7 Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki
5.8 Respon Ibu terhadap kehamilan : Senang
5.9 Dukungan suami dan keluarga : Sangat mendukung
5.10 Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,
nifas : Tidak ada
11. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang menurun dalam keluarga,
seperti hipertensi, diabetes, dll.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 283
3.2 Objektif :
1. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan emosional : Baik
3. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg Denyut nadi: 84x/menit
Suhu tubuh : 36,6 ◦C Pernafasan : 21 x / menit
4. Tinggi badan : 153 cm
5. Berat badan sebelum hamil : 48 kg Berat badan sekarang: 54 kg
6. Kenaikan berat badan selama hamil : 6 kg
7. Pemeriksaan fisik
7.1 Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema
kelopak mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Putih,tidak ikterus
Mulut dan gigi : Tidak ada stomatis dan tidak ada caries
7.2 Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
7.3 Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
7.4 Dada :
Jantung : Normal, bunyi reguler
Paru : Normal, bunyi vesikuler
Payudara : Pembesaran : Normal
Puting susu : Menonjol
Simetris : Ya
Benjolan/tumor : Tidak ada
Pengeluaran : Belum ada
Rasa nyeri : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
7.5 Punggung dan pinggang : Normal
Posisi tulang belakang : Lordosisi fisiologi
Pinggang nyeri : Terkadang nyeri
7.6 Ekstremitas atas dan bawah odema : Tidak ada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 284
Kekakuan sandi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Refleks : (+)/(+) (kanan dan kiri)
LILA : 25,5 cm
Abdomen :
➢ Inspeksi
Bentuk : Pembesaran perut simetris
Bekas luka operasi: Tidak ada
Strie Gravidarum : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Linea alba : Tidak ada
➢ Palpasi
Leopold I : TFU 30 cm, Bagian fundus teraba bulat,
keras dan melenting (kepala)
Leopold II : Bagian perut sebelah kanan teraba bagian
keras, memanjang dan ada tahanan (punggung)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bagian
bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold IV : Penurunan bagian terbawah belum masuk
PAP (masih bisa digoyangkan) convergen.
➢ Auskultasi
Punctum maximum : Kuadran 5 sebelah kanan
Denyut jantung fetus : 138x/mnt teratur
Taksiran berat janin : (TFU-12) x 155 = 2795 gram
7.7 Ano-ganital
7.7.1 Inspeksi
Perineum : luka parut : Tidak ada
Vulva vagina : Warna : Merah muda
Luka : Tidak ada
Fistula : Tidak ada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 285
Varises : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : Keputihan
Warna : Bening
Konsistensi : Cair
Jumlah : Sedikit
Kelenjar bartolini : Tidak ada pembesaran
Pembengkakan : Tidak ada
Rasa nyeri : Tidak ada
Anus : haemoroid : Tidak ada
7.7.2 Periksa dalam
Serviks dan vagina (tidak dilakukan karena tidak ada
indikasi)
Dinding vagina : -
Ukuran serviks : -
Posisi serviks : -
Konsistensi : -
Mobilitas : -
Lain-lain : -
7.7.3 Pelvimetri klinis
- Promontorium : -
- Spina isiadicha : -
- Linea inominata : -
- Ujung sekrum/coccygis: -
- Dinding samping : -
- Kesan panggul : -
- Arcus pubis : -
7.7.4 Adnexa : -
Ukuran : -
Bentuk : -
Posisi : -
Konsistensi : -

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 286
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 08 Juni 2021
Darah : Hb : 13 gr/dL Golongan darah :-
Urine Protein : - Reduksi :-
Pemeriksaan penunjang lain : Hasil usg pada tanggal 4 Mei 2021 usia
kehamilan 32 minggu adalah letak sungsang
3.2 Analisis Data
Ny. R usia 27 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu, Janin tunggal hidup intra
uterine dengan Letak Sungsang
3.3 Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin
secara keseluruh baik namun posisi bayi dibagian bawah adalah
bokong dilihat dari hasil usg dan pemeriksaan palpasi. Ibu mengetahui
hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan posisi Knee chest. Knee chest
dilakukan dengan posisi perut seakan menggantung kebawah. Cara ini
harus dilakukan rutin setiap hari sebanyak 3-4x/hari 10 menit. Jika
posisi bersujud ini dilakukan pada saat sebelum tidur, sesudah tidur,
sebelum mandi, selain itu melakukan posisi knee chest secara tidak
langsung pada waktu melakukan sholat. Ibu akan melakukan anjuran
tersebut.
3. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola
istirahat, dan pola aktivitas. Ibu akan menjaga pola nutrisi, istirahat
dan pola aktivitas.
4. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan TM III, dan
tanda tanda persalinan. Ibu dapat mengulangi penjelasan yang
diberikan.
5. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan dan menganjurkan ibu untuk
membaca buku KIA tentang tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dan
akan membaca buku KIA.
6. Mendiskusikan persiapan persalinan, meliputi:

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 287
a) Penolong persalinan
b) Tempat persalinan
c) Transportasi yang di pakai
d) Persiapan biaya
e) Pengambil keputusan
f) Pendamping persalinan
g) Keperluan ibu dan bayi
h) Pendonor jika diperlukan
Ibu ingin bersalin ditolong oleh bidan di tempat praktik mandiri,
menggunakan transportasi sendiri, biaya sudah disiapkan, pengambil
keputusan nantinya adalah suami, ibu ingin didampingi suami saat
melahirkan, ibu sudah mempersiapkan keperluan untuk dirinya sendiri
dan bayinya dan ibu sudah mempersiapkan siapa nanti yang jadi
pendonor untuk dirinya.
7. Memberikan hufabion 1x1 sehari serta menjelaskan cara minum yang
benar dan aturan minumnya. Ibu bersedia minum obat secara teratur.
8. Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu untuk di USG kembali ke dr.
SPOG untuk melihat posisi janin atau sewaktu waktu jika ada
keluhan. Ibu bersedia periksa kembali minggu lagi ke dr. SPOG atau
sewaktu waktu jika ada keluhan.
9. Melakukan pendokumentasian. Pendokumentasian telah dilakukan.
.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 288
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan persamaan dan kesenjangan antara
teori yang ada dengan praktik pada asuhan kebidanan Ny.R G2P1A0 umur 27
tahun 36 minggu dengan letak sungsang di PMB Hj. Ida Adawiah. Pembahasan
ini dibuat berdasarkan praktik dengan asuhan yang nyata di lapangan serta
pendekatan proses melalui metode pendokumentasian SOAP.
A. Data Obyektif
Pengkajian yang dilakukan tanggal 08 Juni 2021 pukul 08.00 WIB.
Identitas Pasien Nama Ny. R, Umur 27 tahun, Data Subyektif yang meliputi
alasan pada waktu masuk dikarenakan kunjungan ulang Ibu ingin
memeriksakan kehamilannya dan dan adanya keluhan Ibu mengatakan terasa
sesak di perut bagian atas..
Menurut Winknjosastro, data obyektif didapatkan melalui : pemeriksaan
kesadaran umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu pernafasan, berat
badan, tinggi badan dan LILA. Keluhan utama kehamilan letak sungsang,
keluhan yang dirasakan ibu adalah gerakan janin terasa lebih banyak bagian
perut bagian bawah dan terasa penuh dibagian atas. Sehingga antara kasus dan
teori terjadi kesenjangan yaitu tidak dilakukan pemeriksaan tinggi badan. 40
Berdasarkan hasil pengkajian ada kesesuaian antara teori dan kasus yaitu
secara teori dikatakan bahwa Ny R mengalami letak Sungsang..
B. Data Objektif
Asuhan kebidanan didapatkan Ny. R G2P1A0 umur 27 tahun, umur
kehamilan 36 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang,
punggung kiri, bagian terbawah belum masuk PAP dengan letak sungsang. Ibu
mengatakan sesak dan perut bagian atas terasa penuh,
Menurut Sastrawinata41, kehamilan sungsang adalah dalam rahim, kepala
janin berada di fundus dan bokong di bawah. Leopold II Kanan : Teraba bagian
– bagian kecil janin (ekstremitas). Kiri : Teraba tahanan keras memanjang
40
Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Edisi 4. Cetakan 8. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2015.
41
Sastrawinata, Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi, Jakarta : EGC.2015.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 289
(punggung). Leopold III teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
Leopold IV bagian terbawah belum masuk panggul. Sehingga pada kasus Ny.
R mempunyai tanda dan gejala yang sesuai dengan teori. Jadi pada langkah
interpretasi data antara teori dan praktek asuhan kebidanan tidak ada
kesenjangan.
C. Analisa Data
Secara teori untuk kasus ibu hamil dengan letak sungsang segera
dilakukan pendidikan kesehatan tentang posisi knee chest dan pada kasus Ny.
R G2P1A0 Trimester II – III dengan letak sungsang dengan teori ada
kesesuaian karena sama-sama dilakukan antisipasi tindakan segera berupa
pendidikan kesehatan tentang posisi knee chest. Jadi langkah ini antara teori
dan praktek asuhan kebidanan tidak ada kesenjangan.
Menetapakan kebutuhan terhadap tindakan segera, melalui konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada kasu
rencana tindakan pada tanggal 08 Juni 2021 Pukul 08.25 WIB yaitu beritahu
ibu tentang hasil pemeriksaan, Beri motivasi ibu agar tidak terlalu cemas
dengan kehamilannya, ajarkan ibu untuk berposisi knee chest (menungging)
dan mempraktekan 3 - 4 kali sehari selama 10 – 15 menit, anjurkan ibu untuk
tetap istirahat cukup, beri KIE tentang gizi ibu hamil, berikan terapi pada ibu
berupa tablet Fe, kalk dan vit C dan anjurkan ibu untuk minum obat dari bidan
dan beritahu Ibu 6 hari lagi akan di lakukan kunjungan rumah.
D. Penatalaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,
baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan
ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan
tim kesehatan lainnya.42 Pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan yang
telah di susun. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan teori.
Penatalaksanaan ini menganjurkan ibu untuk melakukan posisi Knee chest.
Knee chest dilakukan dengan posisi perut seakan menggantung kebawah. Cara
ini harus dilakukan rutin setiap hari sebanyak 3-4x/hari 10 menit. Jika posisi
42
Varney, H. .Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi. 4. Volume. 2. Jakarta : EGC.2017.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 290
bersujud ini dilakukan pada saat sebelum tidur, sesudah tidur, sebelum mandi,
selain itu melakukan posisi knee chest secara tidak langsung pada waktu
melakukan sholat
Hasil penelitian ini jugas sejalan dengan penelitian Emi 43 bahwa posisi
janin sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan, jika yang
terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relatif
mudah dilakukan. Namun, hanya berlaku bagi ibu yang sudah pernah
melahirkan bayi cukup bulan pervaginam. Sedangkan jika yang terjadi adalah
presentasi kaki, pada saat ketuban pecah spontan mungkin saja tali pusat ikut
keluar (prolapsus tali pusat). Jika tidak segera dilakukan persalinan, janin
mungkin tidak terselamatkan. Untuk mencegahnya, persalinan dapat dilakukan
dengan cara sesar. Proses persalinan yang salah jelas dapat menimbulkan
resiko bagi janin. Untuk itu biasanya dokter, bidan menggunakan partograf
(alat untuk memantau kemajuan persalinan). Jika persalinan dinilai berjalan
lambat, maka harus segera dilakukan operasi (seksiosesaria). Untuk ibu yang
baru pertama kali hamil atau terdapat faktor resiko tinggi/ penyulit pada
kehamilannya maka persalinan sesar merupakan jalan terbaik. Dalam hal ini,
serahkan keputusan terbaik kepada dokter yang menangani.
.

43
Emi Sutrisminah. Penatalaksanaan Letak Sungsang. Jurnal FK Unissula Semarang.2019.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 291
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Pengakajian Mulai dari data Subjektif, objektif, dan
analisa Kasus didapatkan Bahwa Ny, R G2P1A0 umur 27 Tahun hamil 36
minggu mengalami Kehamilan dengan Letak Sungsang, dan Pengkaji telah
Melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. R dan telah diberikan penatalaksaan
kehamilan dengan Letak Sungsang.
Dan setelah dilakukan Pengkajian secara menyeluruh, bahwaa Asuhan yang
telah diberikan dengan teori yang diada tidak ada kesejangan..
5.2 Saran
1. Bagi Profesi
Bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan yang
menyeluruh dalam melaksanakan asuhan kebidanan khususnya tentang
pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan letak sungsang sesuai dengan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney serta memperhatikan
teknik posisi knee chest yang benar.
2. Bagi Klien
Diharapkan pasien memeriksakan kehamilannya pada tempat pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan untuk mengetahui posisi janinnya. Dan pasien
hendaknya dapat melakukan posisi bersujud (knee chect posision) sendiri
dengan memperhatiakan posisi tersebut dengan benar sehingga tidak
terjadi komplikasi dan posisi janin kembali normal.
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan Diharapkan bagi institusi pendidikan lebih menambah
referensi terbaru tentang kehamilan sungsang
b. Rumah sakit Diharapakan dapat mempertahankan mutu pelayanan
yang optimal dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
sehingga dapat memberikan kepuasan pada pasien

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 292
DAFTAR PUSTAKA

1. Agnes Isti Harjanti. Pengelolaan Kehamilan 34 Minggu Dengan Letak


Sungsang Menggunakan Metode Knee-Chest. Jurnal STIKES Telogorejo
Semarang. 2016
2. Asrinah, dkk. Asuhan kebidanan masa persalinan. Yogjakarta. Graha Ilmu.
2015
3. Chapman, V. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta:
EGC.2016.
4. Dewi, Vivian nanny lia dan Tri sunarsih. Asuhan Kehamilan untuk
kebidanan. Jakarta: Salemba medika; 2015
5. Emi Sutrisminah. Penatalaksanaan Letak Sungsang. Jurnal FK Unissula
Semarang.2019.
6. Fraser, Diane M.. Myle Buku Ajar Bidan. Edisi 14 EGC. Jakarta; 2018
7. Halimah Tu’sadiah. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan Letak Sungsang
Pada Ny. I di Rsud Dr. Drajat Prawiranegara Tahun 2019. Journal Of
Applied Health Research And Development. Vol. 1, No. 1 Agustus 2019
8. Jannah, Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:Andi;
Jannah, Nurul.. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Yogyakarta:Andi..2015
9. Manuaba, I.A.C. Ilmu Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC.2015.
10. Manuaba, IBG.. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.2012
11. Marmi. Buku Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.2011
12. Mochtar, Rustam. .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2.
Jakarta: EGC.2011
13. Oxorn, Harry dan William R. Forte. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. 2015.
14. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2015
15. Proverawati, Asfuah S., Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.2014
16. Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans
Info Medika.2015.
17. Saifuddin, A.B., Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011.
18. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2015
19. Salmah.. Asuhan kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC. 2016

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 293
20. Sastrawinata, Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi, Jakarta :
EGC.2015.
21. Usti Fina Hasanah Hasibuan. Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dalam
Penanganan Kehamilan Dengan Letak Sungsang Di Rumah Sakit Setio
Husodo Kisaran. Jurnal Stindo Profesional. Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020
22. Varney, H. .Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi. 4. Volume. 2. Jakarta :
EGC.2017.
23. Walyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Barupess.2015
24. Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan. Edisi 4. Cetakan 8. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2015.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 294
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D. P2A0 DENGAN RETENSIO
PLASENTA DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SARINAH
Sarinah1, Rizkiana Putri2
1,2 Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan

suatu tahapan perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun tetap

harus diwaspadai apabila terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan

kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak mendapatkan asuhan

di tenaga kesehatan. Maka upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan ibu dan anak salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara

berkelanjutan atau continuity of care. Continuity of care adalah pelayanan

yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang

wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas

pelayanan dari waktu kewaktu yang membutuhkan hubungan terus

menerus antara pasien dengan professional kesehatan. Layanan kebidanan

harus disediakan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama trimester,

kelahiran, dan melahirkan sampai enam minggu pertama postpartum

(Sumaryati, 2017).

Pemeriksaan dan pengawasan secara komprehensif sejak masa

kehamilan mutlak diperlukan, karena gangguan kesehatan yang dialami

oleh seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin

dikandungan, saat kelahiran hingga masa pertumbuhan (E.Wahyu Lestari,

2016).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 295
Menurut World health organization (WHO), angka kematian ibu

(AKI) di dunia pada tahun 2015 adalah 261 per 100.000 kelahiran hidup

atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan

jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000

kematian. Angka kematian ibu di negara berkembang 20 kali lebih tinggi

dibandingkan angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per 100.000

kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000 kelahiran

hidup penyebab utama kematian ibu ialah tekanan darah tinggi (hipertensi)

dalam kehamilan 32%, serta perdarahan setelah persalinan 20%.

Sedangkan AKB mencapai 22 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).

Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki tujuan

perkembangan berkelanjutan salah satunya menjamin kehidupan yang

sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.

Target sustainable development Goals (SDGs) untuk menurunkan AKI

hingga di bawah 70% 100.000 kelahiran hidup, AKB 25 per 1000 KH.

Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes)

tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di

Indonesia, 305 di antaranya berakhir dengan kematian sang ibu (profil

kesehatan Indonesia, 2015 ). Tingginya angka kematian ibu (AKI)

mencantumkan target penurunan AKI ke dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019. Dalam RPJMN 2014-

2019, dipemerintah menargetkan penurunan AKI dari 205/100.000

kelahiran menjadi 276/100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi, menurut

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 296
Direktur promosi kesehatan Kemenkes Eni Gustina, menurunkan AKI

bukanlah perkara yang mudah (Media Indonesia, 2017).

Berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota Jawa Barat tahun

2017 jumlah kematian ibu Maternal yang terlapor sebanyak 696 orang

(76,0 3/100000 KH), jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun

2016 kematian ibu sebanyak 799. Jumlah kematian ibu dengan proporsi

kematian ibu hamil 183 orang (19,9/100000), pada ibu bersalin 224 orang

(24,47/100000 KH) dan pada ibu nifas 289 orang (31,57/100.000

KH).Berdasarkan kabupaten atau kota proporsi kematian Maternal pada

ibu antara 23,4/rp100.000kh-131,4/100.000 tertinggi terdapat di

Kabupaten Karawang dan terendah di Kota Bekasi. Terdapat 10 kabupaten

atau kota dengan provinsi dengan proporsi kematian ibu di bawah rata-rata

Jawa Barat yaitu Kota Bekasi, kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota

Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, kabupaten

Bandung, Kabupaten Ciamis dan Kota Cirebon. pada umumnya kematian

ibu terjadi pada saat melahirkan (60,67% ), waktu nifas (30,43%) dan

waktu hamil (8,7%). Hal ini sejalan dengan data mengenai jumlah

kematian ibu dari laporan sarana pelayanan kesehatan. Ditinjau dari sudut

pendidikannya, maka diduga terdapat koreksi yang kuat antara pendidikan

perempuan dengan besarnya angka kematian ibu, seperti di daerah Pantura

dimana AKI-nya tinggi dimana ternyata perempuan berumur 10 tahun

keatas yang tidak bersekolah mencapai 15,53%.

Sedangkan proporsi kematian bayi pada tahun 2017 sebesar 3,4 per

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 297
1000 kelahiran hidup, menurun 0,53 poin dibanding tahun 2016 sebesar

3,93/1000 kelahiran hidup titik dari kematian bayi sebesar 3,4/1000

kelahiran bayi terdapat angka kematian neonatal (bayi umur 0 sampai 28

hari) sebesar 3,1/1000 kelahiran hidup atau dapat 4,63% kematian b,ayi

berasal dari bayi usia 0-28 hari, dengan demikian disarankan dalam

penanganan AKB lebih difokuskan pada bayi baru lahir. Angka kematian

bayi sebesar 3,4 per 1000 kelahiran hidup sudah melampaui target MDGS

yang pada tahun 2015 harus sudah mencapai 17/1000 kelahiran hidup

(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun,2017).

Berdasarkan data tahun 2019 di Kabupaten Bogor dari 117.350

kelahiran, terdapat 28 kematian ibu dan 109 kemaian bayi. Hal ini harus

menjadi keprihatinan kita bersama karena kematian ibu saat melahirkan

sesungguhnya dapat dicegah melalui perencanaan dan pemeriksaan

kehamilan,

Jumlah persalianan yang terdapat di PMB Sarinah, STr.Keb dari

Januari-Maret 2021 bejumlah 15 persalinan yang ditolong oleh bidan dari

data tersebut AKI dan AKB di PMB Bd.Sarinah, STr.Keb berjumlah 0%.

Upaya menurunkan AKI merupakan salah satu target Kementerian

Kesehatan beberapa program yang telah dilaksanakan antara lain program

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi P4K dan Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di kabupaten atau kota; safe

motherhood initiative, program yang memastikan semua perempuan

mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 298
selama kehamilan dan persalinan (tahun 1990) dan Penyebab Angka

Kematian Ibu paling tinggi adalah pendarahan. Kematian ibu merupakan

peristiwa kompleks yang disebabkan oleh berbagai penyebab yang dapat

dibedakan atas determinan dekat, determinan antara, dan determinan jauh.

Determinan dekat yang berhubungan langsung dengan kematian ibu

merupakan gangguan obstetrik seperti pendarahan, preeklamsi/eklamsi,

dan infeksi (Puslit, 2019).

Perdarahan yang mengakibatkan kematian paling sering terjadi di

proses persalinan kala III, dimana di proses persalinan kala III terjadi

setelah bayi lahir uterus akan teraba keras dengan fundus uteri diatas pusat

dalam beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dinding uterus. Kontraksi otot uterus mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan

tersebut mengakibatkan ukuran tempat implantasi plasenta berkurang,

sehingga plasenta menekuk dan kemudian terlapas dari dinding uterus dan

turun menuju ke bagian bawah uterus, kedalam vagina dan kemudian lahir

melalui vagina (Widiastini 2018). Kala III adalah waktu untuk pelepasan

dan pengeluaran uri (plasenta) dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Proses kala III biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Jika di kala III tidak dilakukan

penanganan yang benar maka akan menyebabkan risiko perdarahan.

(Mutmainnah, Johan, & Liyod, 2017).

Peran dari penolong persalinan adalah menangani dan mengatasi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 299
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Jika di ambil

keputusan untuk melakukan campur tangan, itu harus dipertimbangkan

dengan hati-hati. Tiap campur tangan tidak hanya membawa keuntungan

potensial, tetapi juga resiko potensial seperti risiko perdarahan. Pada

sebagaian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa menejeman

aktif kala III, dimana tedapat tiga langkah utama di kala III yaitu :

Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,

Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), Masase fundus uteri.

Tujuan dari manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi

uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan (JNPKR,

2019).

Gerakan sayang Ibu pada tahun 1996 (Mi’ Raj, 2017). Selain itu

telah dilakukan penempatan bidan di tingkat Desa secara besar-besaran

yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan

bayi baru lahir kepada masyarakat. Upaya lainnya yaitu strategi making

pregnancy safer (tahun 2000). Selanjutnya pada tahun 2012 di luncurkan

program expanding Maternal and neonatal Survival (emas) dalam rangka

menurunkan aki dan neonatal sebesar 25% (Rahmi, 2016).

Berdasarkan uraian diatas penyusun tertarik untuk menerapkan

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala III pada Ny. D P2A0 dengan

Retensio Plasenta di BPM Sarinah Tahun 2021 dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan SOAP. Dengan tujuan dapat

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 300
mendeteksi dan mencegah secara dini kemungkinan terjadi komplikasi

serta lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penatalaksanaan

kala III untuk menghindari penyebab terjadinya perdarahan yang berakibat

kematian ibu.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala III pada Ny.

D P2A0 dengan Retensio Plasenta di BPM Sarinah Tahun 2021

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan SOAP

2. Tujuan Kusus

a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. D

bersalin Kala III pada Ny. D P2A0 dengan Retensio Plasenta di

BPM Sarinah.

b. Melakukan pengkajian secara lengkap dengan mengumpulkan

semua data subyektif dan data obyektif terhadap Ny.D bersalin

Kala III pada Ny. D P2A0 dengan Retensio Plasenta di BPM

Sarinah.

c. Mampu melakukan deteksi dini dan melakukan analisa yang

meliputi diagnosa kebidanan terhadap ibu bersalin Kala III pada

Ny. D P2A0 dengan Retensio Plasenta di BPM Sarinah.

d. Mampu melakukan konseling kebidanan terhadap ibu bersalin

Kala III pada Ny. D P2A0 dengan Retensio Plasenta di BPM

Sarinah.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 301
e. Mampu melakukan penanganan awal kegawatdaruratan terhadap

ibu bersalin Kala III pada Ny. D P2A0 dengan Retensio Plasenta di

BPM Sarinah.

f. Mampu melakukan pedokumentasian terhadap ibu bersalin Kala III

pada Ny. D P2A0 dengan Retensio Plasenta di BPM Sarinah.

C. MANFAAT

1. Manfaat Bidan dan PMB

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu bersalin dengan Retensio plasenta.

2. Bagi praktik mandiri bidan

Data kasus kebidanan ini digunakan sebagai bahan masukkan agar dapat

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan menurunkan angka

kejadian ibu melahirkan dengan retension plasenta melalui

managemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL

3. Bagi klien

Menambah wawasan klien tentang factor penyebab retensio plasenta dan

dapat menjadikan bahan acuhan untuk klien untuk menjaga

kehamilanya dan mempersiapkan persalinananya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 302
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinana
2.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang

sudah cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh

keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Dalam ilmu

kebidanan, ada berbagai jenis persalinan, diantaranya adalah

persalina spontan, persalinan buatan, dan persalina anjuran.

Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan

adanya kekuatan ibu melalui jalan lahirnya. Persalinan buatan

adalah proses persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar atau

selain dari ibu yang akan melahirkan. Tenaga yang dimaksud

dalah, misalnya ekstraksi forceps, atau ketika dilakukan operasi

sectio caesaria. Berbeda dengan persalinan anjuran, yatu proses

persalinan yang tidak dimulai dengan proses yang seperti biasanya,

akan tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,

pemberian pitocin, atau prostaglandin. (Fitriana, 2018)

2.2.2 Sebab – Sebab Mulainya Persalinan

2.2.2.1 Penurunan Kadar Progesteron


Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot rhim,

sedangkan hormon progesteron dapat menimbulkan relaksasi

otot-otot rahim. Selama masa kehamilan terdapat

keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 303
darah. Namun, pada akhir kehamilan kadar progsteron

menurun sehingga timbul his. Hal inilah yang menandakan

sebab–sebab mulainya persalinan.

2.2.2.2 Teori Oxytocin


Pada akhir usia kehamilan, kadar oxytocin bertambah

sehingga menimbulkan kontraksi otot-oto rahim.

2.2.2.3 Ketegangan Otot


Seperti hal nya dengan kandung kencing dan lambung bia

dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka

terjadi kontraksi untuk mengeluarkan yang ada di dalamnya.

Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya

kehamilan atau bertambahnya ukuran perut semkain teregang

pula otot-otot rahim dan akan menjadi semakin rentan.

2.2.2.4 Pengaruh Janin


Hypofise dan kelenjar-kelenjar suprarental janin rupa-

rupanya juga memegang peranan karena anencephalus

kehamilan sering lebih lama dari biasanya.

2.2.2.5 Teori Prostaglandin


Prostaglandin yang di hasilkan oleh desidua, diduga

menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari

percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 dan E2 yang

diberikn secara intravena, dan extra amnial menimbulkan

kontraksi myometrium pada setiap umur khamilan. Hal ini

juga didukung dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi,

baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 304
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. Penyebab

terjadnya proses persalinan masih tetap belum bisa dipastikan,

besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama, sehingga

pemicu persalinan menjadi multifaktor.(Fitriana, 2018)

2.2.3 Tahapan Persalinan

2.2.3.1 Kala I atau Kala Pembukaan

Tahap ini dimulai dari his persalinan yang pertama sampai

pembukaan serviks menjadi lengkap.

a. Tanda – Tanda pada Kala I

1) His belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan

tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih

dapat berjalan.

2) Lambat laun his bertambah kuat; interval lebih pendek,

kontraksi lebih kuat dan lebih lama.

3) Bloody Show bertambah banyak.

4) Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.

Berdasarkan kemajuan pembukaan kala I dibagi menjadi

sebagai berikut.

1. Fase Laten

Fase laten adalah fase pembukaan yang sangat lambat yaitu

dari 0 sampa 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 305
2. Fase Aktif

Fase aktif adalah fase pembukaan yang lebih cepat

yang terbagi lagi menjadi berikut ini.

a) Fase Akselerasi (fase percepatan), yaitu fase pembukaan

dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang di capai dalam 2

jam

b) Fase dilatasi maksimal, yaitu fase pembukaan dari

pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang di capai dalam 2 jam.

Fase deselerasi (kurang nya kecepatan), yaitu fase

pembukaan dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.

(Fitriana, 2018)

2.2.3.2 Kala II

Pengeluaran tahap persalinan kala II ini dimulai dari

pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

A. Tanda – Tanda pada Kala II

1) His menjadi lebih kuat, kontraksi nya selama 50 – 100

detik, datangnya tiap 2-3 menit.

2) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan

keluarnya cairan kekuning-kuningan sekonyong-

konyong dan banyak. Pasien mulai mengejan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 306
3) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah

sampai didasar panggul, perineum menonjol, vulva

membuka, dan rectum terbuka.

4) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak divulva

dan hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hinga

nampak kebih besar. Kejadian ini disebut: “Kepala

membuka pintu”.

5) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh

vulva sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang

ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah

symphisis disebut “Kepala keluar pintu”.

6) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-

ubun besar, dahi, dan mulut pada commissura posterior.

7) Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek

pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan

regangan yang kuat tersebut.

8) Setelah kepala lahir dilanjut dengan putaran paksi luar,

sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher

dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung

anak keluar lendir dan cairan.

9) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu

depan disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral,

sesuai dengan paksi jalan lahir.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 307
10) Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang

tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang

bercampur darah.

11) Lama kala II primi kurang lebih 50 menit, pada multi

kurang lebih 20 menit. (Fitriana, 2018)

2.2.3.3 Kala III

Tahap persalinan kala III ini dimulai dari lahirnya

bayi sampai dengan lahirnya plasenta.

A. Tanda – Tanda pada Kala III

1) Setelah anak lahir, his berhentisebentar, tetapi setelah

beberapa menit timbul lagi disebut “his pengeluaran uri”

yaitu his yang melepaskan uri sehingga terletak pada

segmen bawah rahim (SBR) atau sebagian atas dari vagina.

2) Setelah anak lahir uteru teraba seperti tumor yang keras,

segmen atas lebar karena mengandung plasenta, fundus

uteri teraba sedikit di bawah pusat.

3) Bila plasenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar dan

tetap bundar hingga perubahan bentuk ini dapat diambil

sebagai tanda pelepasan plasenta.

4) Jika keadaan ini dibiarkan, maka setela plasenta lepas

fundus uteri naik sedikit sehingga setinggi pusat atau lebih

dan bagian tali pusat di luar vulva menjadi lebih panjang.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 308
5) Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh

dalam SBR atau bagian atas vagina dan dengan demikian

mengangkat uterus yang berkontraksi dengan sendirinya

akibat lepasnya plasenta maka bagian tali pusat yang lahir

menjadi panjang.

6) Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit, dan pelepasan

plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit. (Fitriana, 2018)

2.2.3.4 Kala IV

Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. dalam klinik,

atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui

dengan adanya kala IV persalinan, meskipun masa setelah

plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas

(puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul

perdarahan. (Fitriana, 2018)

2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang akan jadi penentu

dan pendukung jalannya persalinan dan sebagai acuan melakukan

tindakan tertentu pada saat terjadinya proses persalinan. (Fitriana,

2018) Faktor-faktor tersebut diantaranya:

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 309
2.2.4.1 Jalan Lahir (Passage)

Passage adalah faktor jalan lahir atau biasa disebut

dengan panggul ibu. Passage memiliki 2 bagian, yaitu

bagian keras dan bagian lunak.

1. Bagian Keras

Bagian keras terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka

panggul). Deskripsi dari bagian keras ini adalah sebagai

berikut.

a. Tulang Panggul

1) Os caxae: os illium,os ischium, os pubis

2) Os sacrum: promotorium

3) Os Coccyangis

b. Artikulasi

1) Artikulasi simfisis pubis, didepan pertemuan os

pubis

2) Artikulasi sakro-iliaka yang menghubungkan os

sacrum dan os illium

3) Artikulasi sakro-koksigium yang

menghubungkan os sacrum dan koksigium

c. Ruang panggul

1) Pelvis Mayor (False Mayor), terletak di atas

linea terminalis yang dibawahnya terdapat

pelvis minor.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 310
2) Pelvis minor (True Pelvis), dibatasi oleh pintu

atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul

(outlet).

d. Pintu panggul

1) Pintu Atas Panggul (PAP) atau inlet, dibatasi

oleh linea terminalis (linea inominata).

2) Ruang Tengah Panggul (RTP) kira-kira pada

spina ischiadika, disebut midlet.

3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis

dan arkus pubis, disebut outlet.

4) Ruang panggul yang sebenarnya ada antara inlet

dan outlet.

e. Bidang Hodge

Bagian keras diantaranya ada bidang hodge.

Bidang hodge adalah bidang yang dipakai dalam

obstetri untuk mengetahui seberapa jauh turunnya

bagian bawah janin kedalam panggul.

Terdapat 4 bidang hodge yaitu:

1) Bidang hodge I: Jarak antara promontorium dan

pinggir atas simfisis, sejajar dengan PAP atau

bidang yang terbentuk dari promontorium, linea

inominata kiri, simfisis pubis, linea inominata

kanan kembali ke promontorium.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 311
2) Bidang hodge II: Bidang yang sejajar dengan

PAP, melewati pinggir (tepi) bawah simfisis.

3) Bidang hodge III: Bidang yang sejajar dengan

PAP, melewati spina ischiadika.

4) Bidang hodge IV: Bidang yang sejajar dengan

PAP, melewati ujung tulang coccyangeus.

f. Alat Pengukur Panggul dan Ukuran-Ukuran

Panggul

1) Alat pengukur ukuran panggl:

a) Pita meter.

b) Jangka panggul: Martin, Oseander, Collin,

Baudeloque.

c) Pelvimetri klinis dengan periksa dalam.

d) Pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli

radiologi dan hasilnya diinterpretasikan oleh

akhli kebidanan.

2) Ukuran-ukuran panggul luar:

a) Distansia spinarum (DS), yaitu jarak antara

kedua spina iliaka anterior superior (23-26

cm). (Fitriana.2018)

b) Distansia cristarum (DC), yaitu jarak yang

terletak antara kedua krista iliaka kanan dan

kirim (26-29 cm).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 312
c) Conjugata Eksterna (CE), yaitu jarak dari

tepi atas simfisis dan ujung processus

spinosus tulang lumbal 5 (18-20 cm). Cara

mencari processus spinosus tulang lumbal 5:

ambil pertengahan jarak antara distansia

spina iliaka posterior superior, tambahkan

dengan 3 jari tangan kiri ke atas.

d) Lingkar panggul (LP), yaitu jarak dari tepi

atas simfisis ke pertengahan antara spina

iliaka anterior superior dengan trochanter

mayor sebelah kanan, ke pertengahan antara

spina iliaka anterior superior dan trouchanter

mayor sebelah kiri kembali ke tepi atas

simfisis (80-90 cm).

3) Ukuran-ukuran panggul dalam, ada 7 item yang

harus dinilai

a) Pintu Atas Panggul

Promontorium teraba atau tidak, normalnya

tidak teraba. Linea innominata, normalnya

teraba 1/3 bagian kanan kiri.

b) Pintu Tengah Panggul

Spina ischiadika menonjol atau tidak,

normalnya: tidak menonjol

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 313
Sacrum, normalnya: cukup cekung.

Pelvic side wall (dinding pelvis), normalnya

sejajar.

c) Pintu Bawah Panggul

Arcus pubis, normalnya >900.

Mobilitas Occyangeus, normalnya: cukup.

4) Jenis panggul menurut cadwell & Moloy, 1933)

didasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP, bentuk

dasar panggul adalah sebagai berikut.

a) Ginekoid: paling ideal, bulat 45%

b) Android: panggul pria, segitiga15%

c) Antropoid: agak lonjong seperti telur 35%

d) Platipeloid: picak, menyempit arah muka

belakang 5%

Terkadang dijumpai bentuk pangul kombinasi

dari keempat bentuk klasik tersebut. Misalnya

a) Jenis gineko-andorid;

b) Jenis gineko-antropoid;

c) dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 4

jenis).

2. Bidang Lunak

Bidang lunak terdiri dari atas otot, jaringan,dan ligament. Jalan

lahir lunak yang berperan dalam persalinan adalah SBR,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 314
serviks uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot, jaringan

ikat dan ligament yang menyokong alat-alat urogenetal juga

sangat berperan dlam persalinan.

Bagian lunak (otot-otot dasar panggul) ada 2 macam:

1. Musculus levator ani

1) Musculus ilio coccyangeus

2) Musculus pubo coccyangeus

3) Musculus oubo vaginalis

4) Musculus pubo rectalic

5) Musculus pubo coccyangeus propius

2. Musculus iscio coccyangeus.(Fitriana, 2018)

2.2.4.2 POWER

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah:

his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna. (Fitriana,

2018)

1. HIS (Kontraksi Uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos dalam rahim

bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat.

Sifatnya kontraksi simetris, fundus dominant, kemudian

diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot rahim menguncup

sehinga menjadi lebih tebal dan pendek. Kavum uteri

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 315
menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion

kearah bawah rahim dan serviks. Sifat lainnya dari his,

yaitu: (a) involunter, (b) intermitten, (c) terasa sakit, (d)

terkoordinasi dan simetris, (e) kadang-kadang dapat

dipengaruhi dari luar secara fisis, chemis, dan psikis.

a. Hal-hal yang harus diperhatikan dari his

1) Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu

biasanya permenit atau per 10 menit.

2) Intensitasi his adalah kekuatan his (adekuat atau

lemah).

3) Durasi (lama his) adalah lamanya setiap his

berlangsung dan ditentukan dengan detik, misalnya

50 detik.

4) Interval his adalah jarak antara his satu dengan his

berikutnya. Misalnya his datang setiap 2-3 menit.

5) Datangnya his, apakah sering teratur atau tidak.

2. Tenaga Mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban

pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his,

terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut

yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal.

Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita

buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 316
Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul

suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya,

mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan

diafragma nya ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat

berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif

sewaktu ada his. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak

dapat lahir, misalnya pada pederita yang lumpuh otot-otot

perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga

mengejan ini juga Kebutuhan Dasar Ibu dalam Proses

Persalinan melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari

dinding rahim. (Fitriana, 2018)

2.2.4.3 PASSANGER

Faktor yang berpengaruh terhadap persalinan selain faktor

janin, meliputi, sikap janin, letak janin, persentasi janin, bagian

terbawah, serta posisi janin, juga ada plasenta dan air ketuban.

(Fitriana, 2018)

1. Janin

a. Sikap dan Letak

1) Sikap (Habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin

dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang

punggungnya. Janin umumnya dalam sikap

fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 317
dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.

2) Letak (Situs)

Letak adalah bagian sumbu janin berada

terhadap sumbu ibu. Misalnya, letak lintang di

mana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu.

Letak membujur dimana sumbu janin sejajar

dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau

letak sungsang.

a) Letak Membujur Longitudial

Letak Kepala (97%): (1) letak fleksi = LBK

(95,5%), (2) letak defleksi: letak puncak kepala,

letak dahi, dan letak muka (1,5%)

Letak sungsang = Letak bokong (2,5 – 3%): (1)

letak bokong sempurna (complete breech),

(2) letak bokong, (frank breech), dan (3)

letak bokong tidak sempurna.

b) Letak lintang (Tarnverse Lie): 0,5%-2%

c) Letak miring (Obligue Lie)

a. Letak kepala mengolak

b. Letak bokong mengolak

2. Presentasi

Presentasi di pakai untuk menentukan bagian janin

yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 318
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya,

presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu

dan lain-lain.

3. Bagian Terbawah Janin

Pada bagian ini sama dengan presentasi hanya lebih

diperjelas istilahnya.

4. Posisi Janin

Indikator atau menentapkan arah bagian terbawah

janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang

terhadap sumbu ibu (materal-pelvis). Misalnya, pada

letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK)

kira depan, uuk kanan belakang. Menentukan presentasi

dan posisi janin maka harus dapat menjawab pertanyaa-

pertanyaan berikut.

1) Bagian janin apa yang terbawah?

2) Dimana bagian terbawah tersebut?

3) Apa indikatornya? Ada 6 versi indikator dari bagian

terbawah janin, yaitu:

a) Letak belakang kepala (LBK)

(1) Indikator: ubun-ubun kecil (uuk)

(2) Variasi posisi:

a) Ubun-ubun kecil kiri depan

: ukk ki – dep

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 319
b) Ubun-ubun kecil kiri belakang

: ukk.ki – bel

c) Ubun-ubun kecil melintang kiri

: ukk.mel – bel

d) Ubun-ubun kecil kanan depan

: uu.ka – dep

e) Ubun-ubun kecil kanan belakang

: ukk.ka – bel

f) Ubun-ubun kecil melintang kanan

: ukk.mel – ka

b) Presentasi dahi

(1) Indikator: teraba dahi dan ubun-ubun besar

(uub)

(2) Variasi posisi

a) Ubun-ubun besar kiri depan

: uub.ki-dep

b) Ubun-ubun besar kiri belakang

: uub.ki.bel

c) Ubun-ubun besar melintang kiri

: uub.mel-ki

d) Ubun-ubun besar kanan depan

: uub.ka-dep

e) Ubun-ubun besar kanan belakang

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 320
: uub.ka-bel

f) Ubun-ubun besar melintang kanan

: uub.mel.ka

c) Presentasi Muka

(1) Indikator: dagu (mento)

(2) Variasi posisi

(a) Dagu kiri depan : d.ki-dep

(b) Dagu kiri belakang : d.ki-bel

(c) Dagu melintang kiri : d.mel-ki

(d) Dagu kanan depan : d.ka-dep

(e) Dagu kanan belakang : d.ka-bel

(f) Dagu melintang kanan : d.mel-ka

d) Presentasi Bokong

(1) Indikator sacrum

(2) Variasi posisi

(a) Sacrum kiri depan : s.ka-dep

(b) Sacrum kanan depan : s.ka-dp

(c) Sacrum kanan belakang : s.ka-bel

(d) Sacrum melintang kanan : s.mel-ka

e) Letak Lintang

(1) Menurut posisi kepala:

(a) Kepala di kiri : LLi kep ki

(b) Kepala di kanan : Lli kep ka

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 321
(2) Menurut arah punggung

(a) Punggung depan ( dorso-anterior)

: PD

(b) Punggung belakang (dorso-posterior)

: PB

(c) Punggung atas (dorso-superior)

: PS (S= superior)

(d) Punggung bawah (dorso-inferior)

: PI (I= inferior)

f) Presentasi Bahu

(1) Bahu kanan : Bh.ka.

(2) Bahu kiri : Bh.ki.

g) Tangan Menumbung

(1) Tentukan apakah: tangan kiri (ta-ki) atau

tangan kanan: (ta-ka).

(2) Indikator adalah ketiak (axilla)

(a) Ketiak menutup atau membuka ke kiri

(b) Ketiak menutup atau membuka ke

kanan

2. Plasenta (Uri)

a. Pengertian

Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir

mengiringi kelahiran janin, yang berbentuk bundar atau

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 322
oval. Plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke-16

dimana desidua parietalis dan desidua kapsilaris telah

menjadi satu. Letak plasenta yang normal pada korpus

uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus

uteri. (Fitriana, 2018)

Fungsi plasenta sementara dilakukan oleh korpus

luteum gravidarum sampai bentuknya sudah sempurna.

Plasenta berbentuk bundar, ukurannya sekitar 15 cm x

20 cm. Tebalnya kurang lebih 2,5-3 cm. Plasenta

memilki berat kurang lebih 500-600 gram, sedangkan

tali pusatnya memiliki panjang rata-rata 25-60 cm.

Panjang terpendek tali pusat plasenta yang pernah ada

adalah 2,5 cm, sedangkan terpanjang kurang lebih 200

cm. Plasenta (uri) memiliki beberapa fungsi sebagai

berikut.

1) Nutritif, berfungsi sebagai alat pemberi makanan

atau nutri yang dibutuhkan janin.

2) Respiratif, berfungsi sebagai alat penyalur zat asam

O2 dan pembuangan CO2.

3) Ekstresi, berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan

sampah hasil metabolisme. Ginjal, hati, usus, belum

berfungsi baik sehingga alat pembuangan sisa

metabolisme dibuang melalui uri yang dapat

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 323
menghubungkan janin dengan dunia luar secara

tidak langsung.

4) Penghasil hormon, antara lain:

a) Korionik Gonodotropin

Hormon ini berfungsi untuk merangsang

korpusluteum menjadi korpus gravidarum

sehingga tetap mengeluarkan estrogen,

progesteron, dan korpus luteum yang terus

berfungsi sampai uri berbentuk sempurna.

b) Korionik Somato Mamma Tropin

Hormon ini berfungsi untuk metabolisme protein

yang nantinya akan menimbulkan pertumbuhkan

janin. Selain itu, hormon korionik samato

mamma tropin ini juga berfungsi untuk mengatur

metabolisme karbohidrat dan lemak.

c) Estrogen

Hormon ini berfungsi untuk mendukung tumbuh

kembang otot rahim, retensi air dan garam,

perkembangan tubuh payudara sebagai persiapan

ASI, serta melaksanakan sintensis protein.

d) Progesteron

Hormon ini berfungsi sebagai alat penenang otot

rahim selama hamil. Bersama estrogen, hormon

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 324
ini juga mengaktifkan tubulus dan alveolus

payudara. Fungsi lainnya adalah menghalangi

proses pematangan folikel degraf sehingga tidak

terjadi ovulasi.

e) Alat – alat penyalur antibodi (Imunisasi)

Janin mempunyai kekebalan pasif sampai umur 4

bulan dan selanjutnya kekebalan tersebut

berkurang. Antibodi yang dibentuk ibu melalui

uri menyebabkan bayi kebal terhadap infeksi.

Antiodi disalurkan melalui ASI sehingga

kolesterum harus diberikan.

f) Barier (Pertahanan)

Sel trofoblas pada plasenta bertindak sebagai barier

terhadap beberapa bakteri atau virus obat-obatan

yang membahayakan pertumbuhan janin dalam

uterus, dihalangi masuknya melalui plasenta.

Misalnya, tetrasiklin (perubahan gigi, gangguan

pertumbuhan tulang belakang), setreptomisin

(gangguan keseimbangan, gangguan

pendengaran), preparatsulfa (gangguan

metabolisme bilirubin, menimbulkan kern

ikterus) dan obat-obatan narkosa (mempengaruhi

jantung dan pernafasan).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 325
b. Bagian – Bagian Plasenta

1) Bagian Janin (Fetal Portion)

Vili koriolis yang berasal dari korion, ruang-

ruang interviler. Amnion yang tampak licin,

dibawah amnion berjalan cabang-cabang pembuluh

darah pusat, tempat insentari tali pusat pada bagian

fetal.

2) Bagian Maternal (Maternal Portion)

Bagian ini atas bagian beberapa terdiri atas

beberapa koledon kurang lebih 15-20 kotiledon.

3) Tali pusat

Bagian tali pusat yang berhubungan dengan

plasenta disebut dengan insertio. Apabila ditengah

disebut dengan insertio sentralis. Apabila letak nya

agak kepinggir disebut insertio lateralis

(parasentralis). Apabila letaknya dipinggir uri

disebut dengan insertio marginalis. Namun

demikian, terkadang tali pusat juga berada di luar

uri dan terhubung dengan uri melalu selaput janin

dan yang demikian ini disebut insertio valamentosa.

Selain memiliki bagian-bagian tertentu, plasenta

juga memiliki beberapa tipe. Berdasarkan bentuknya

terbagi atas plasenta normal, plasenta suksenturiata

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 326
(satu lobus terpisah), plasenta bilobus ( 2 lobus),

plasenta trilobus (3 lobus).

Berdsarkan letaknya, plasenta dibagi menjadi beberapa

tipe, diantaranya:

a) Plasenta normal: jonjot khorion (villi chorialis).

Melekat pada endometrium tak sampai membran

basal.

b) Plasenta adhesiva: implantasi yang kuat jonjot

khorion (villi chorialis). Plasenta ini melekat erat

pada endometrium tak sampai membarn basal.

c) Plasenta akreta: implantasiyang kuat jonjot

khorion (villi chorialis). Plasenta ini melekat

pada endometrium sampai menembus membran

sel.

d) Plasenta inkreta: melekat sampai menembus otot

rahim (myometrium.

e) Plasenta perkreta: melekat atau menembus

serosum atau peritoneum. (Fitriana, 2018)

3. Air Ketuban (Liquor Amni)

Air ketuban terletak didalam ruangan yang dilapisi

oleh selaput janin (amnion dan korion). Volume air ketuban

pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000 sampai 1500

cc. Ciri-ciri air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 327
dan berasa manis, sedangkan reaksinya agak alkalis dan

netral dengan berat jenis 1,008. Komposisi air ketuban

terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea,asam uric,

kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa,

dan garam organik. Kadar protein yang terkandung di

dalamnya kira-kira 2,6% gram perliter, terutama albumin.

Fungsi air ketuban adalah untuk melindungi janin,

mencegah perlekatan janin dengan amnion, memberi ruang

pada janin agar bergerak bebas, dan untuk menambahkan

suplai cairan janin dengan cara ditelan atau diminum.

Selain itu, air ketuban juga berfungsi untuk melindungi

plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus.

(Fitriana, 2018)

2.2.5 Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

2.2.5.1 Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin

Menurut Abraham Maslow (dalam Kurniarum, 2016),

kebutuhan dasar manusia adalah suatu kebutuhan manusia

yang paling dasar/pokok/utama yang apabila tidak terpenuhi

akan terjadi ketidakseimbangan di dalam diri manusia.

Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis

(tingkatan yang paling renah atau dasar), kebutuhan rasa aman

dan perlindungan, kebutuhan akan dicintai dan mencintai,

kebutuha harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 328
Kebutuhan fisiologis diantaranya adalah kebutuhan akan

oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan

suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, persolan hygiene,

istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual. (Fitriana, 2018)

Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu

kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar

proses persalinan berjalan dengan baik dan lancar. Kebutuhan

dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk

dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi,

hygiene, istirahat, posisi, dan ambulasi, pengurangan rasa

nyeri, penjahitan perineum, serta kebutuhan akan pertolongan

persalinan yang terstandar. Pemenuhan kebutuhan ini juga

berbeda-beda tergantung pada tahapan persalinannya.

Aapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah sebagai

berikut.

1. Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses

persalinan perlu diperhatikan oleh bidan. Terutama pada

kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat

penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta.

Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat

kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 329
janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan

pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan.

Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup

karena menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam

ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari

menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang

payudara (BH) dapat dilepas atau dikurangi

kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen

adekuat adalah deyut jantung janin (DJJ) baik dan stabil.

2. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum)

merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi denga baik oleh

ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa setiap

tahapan persalinan (kala I, II, III maupun IV), ibu

mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup.

Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun

makanan ringan), merupakan sumber dari glukosadarah,

yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.

Kadar gula darah rendah akan mengakibatkan

hipoglikemia, sedangkan asupan cairan yang kurang, akan

mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin.

Pada ibu bersalin hypoglikemia dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 330
janin. Hal ini akan mempengaruhi kontraksi atau his,

sehingga akan mengahambat kemajuan persalinan dan

meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan. Efek

lainnya, dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum.

Janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga

dapat mengakibatkan komplikasi persalinan seperti

asfiksia. Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan

melambatnya kontraksi (his), dan mengakibatkan kontraksi

menjadi tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat

diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh,

dan eliminasi sedikit. Dalam memberikan asuhan, bidan

dapat dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi

ibu.

3. Kebutuhan Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan

perlu difasilitasi oleh bidan, untuk membantu kemajuan

persalinan dan meningkatkan kemanyaman pasiena.

Anjurkan ibu untuk berkemih secara sponta sesering

mungkin atau minimal 2jam sekali selama persalinan.

Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:

a. Mengahambat proses penurunan bagian terendah janin

ke dalam rongga panggul, terutama apabila berada

diatas spina isciadika.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 331
b. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus atau his.

c. Meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali

ibu karena bersama dengan munculnya kontraksi

uterus.

d. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala

II.

e. Memperlambat kelahiran plasenta pasca persalinan,

karena kandung kemih yang penuh menghambat

kontraksi uterus.

4. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu

diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu

bersalin. Personal hygiene yang baik dapat membantu ibu

merasa aman dan relaks, mengurangi kelelahan, mencegah

infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,

mempertahankan integritas pada jaringan, dan memelihara

kesejahteraan fisik serta psikis.

5. Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, ibu besalin

harus tepat memenuhi kebutuhan istirahat secara cukup.

Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun

IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan

pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 332
emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his

(disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas

rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan

hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau

apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun, pada kala

II, sebaiknya ibu mengusahakan untuk tidak mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV),

sambil melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu

untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun, sebagai

bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus

tetap dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses

persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi

alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat

persalinan.

6. Posisi dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan di bahas adalah posisi

persalinan pada kala I dan posisi meneran pada kala II.

Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu dilakukan

pada kala I. Persalinan merupakan suatu peristiwa

fisiologis tanpa disadari dan terus berlangsung (progresif).

Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks,

maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan

posisi meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu dalam

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 333
memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta

menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan

posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tida efektif.

Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan

untuk menjaga agar proses kelahiran bayi dpat berjalan

senormal mungkin. Memahami posisi persalinan yang

tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang

tidak perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal.

Semakin normal proses kelahiran, semakin aman kehiran

bayi itu sendiri. Hal-hal yang perl diperhatikan dalam

menentukan posisi dalam persalinan adalah sebagai

berikut:

a. Klien atau ibu bebas memilih agar meningkatkan

kepuasan, serta dapat menimbulkan rasa nyaman,

sejahtera secara emosiaonal, dan ibu dapat

mengendalikan persalinannya secara alamiah.

b. Peran bidan adalah membantu atau memfasilitasi ibu

agar senantiasa merasa aman dan nyaman.

c. Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami

atau naluri bukanlah posisi berbaring. Posisi berbaring

diciptakan agar penolong lebih nyaman dalam bekerja,

sedangkan posisi tegak, merupakan cara yang umum

dilakukan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 334
Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan

lengkap, ibu masih diperbolehkan untuk melakukan

mobilisasi atau aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikan

dengan kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dalam

membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan,

dapat juga mengurangi rasa jenuh yang kecemasan

yang dihadapi ibu menjelang kelahiran. Pada kala I,

posisi melahrkan dimaksudkan untuk membantu

mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu dalam

meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan serviks,

pembukaan serviks, dan penurunan bagian terendah).

Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang aman dan

nyaman. Macam-macam posisi meneran di antaranya:

a. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan

bidan dalam membantu kelahiran kapala janin dan

memperhatikan keadaan perineum.

b. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk

persalinan dengan rasa sakit pada punggung,

mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta

peregangan pada perineum berkurang.

c. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri

memudahkan penurunan kepala janin memperluas

panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 335
panggul, dan memperkuat dorongan meneran.

Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya

laserasi (perlukaan) jalan lahir.

d. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat

mengurangi penekanan pada vena cava inverior,

sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

hipoksia janin karena suplai oksigen tidak

terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu

yang mengalami kecapean, dan dapat mencegah

terjadinya robekan jalan lahir.

e. Hindari posisi terlentang (dorsal recumbent). Posisi

ini dapat mengakibatkan: hipotensi (beresiko

terjadinya syok dan berkurangnya suplai oksigen

dalam sirkulasi utero placenter, sehingga

mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang

bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama,

ibu mengalami gangguan untuk bernafas, buang air

kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu

kurang semangat, dan dapat mengakibatkan

kerusakan pada syaraf kaki dan punggung

7. Pengurangan Rasa Nyeri

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif

tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 336
dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama

persalinan. Respons fisiologis terhadap nyeri meliputi:

peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,

keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri

ini apabila tidak diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan

rasa khawatir, tegang, takut, dan stres, yang pada akhirnya

dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama.

8. Penjahitan Perineum (Jika diperlukan)

Proses kelahiran bayi dan plasenta dapat

menyebabkan berubahnya bentuk jalan lahir, terutama

adalah perineum. Pada ibu yang memiliki perineum yang

tidak elastis maka robekan perineum sering kali terjadi.

Robekan perineum yang tidak diperbaiki, akan

mempengaruhi fungsi dan estetika. Oleh karena itu,

penjahitan perineum merupakan salah satu kebutuhan

fisiologis ibu bersalin.dalam melakukan penjahitan

perineum, bidan perlu memperhatikan prinsip strerilitas

dan asuhan sayang ibu.

9. Kebutuhan Akan Proses Persalinan yang Terstandar

Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan

persalinan yang terstandar merupakan hak setiap ibu. Hal

ini merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin,

karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 337
dapat menigkatkan proses persalinan yang alami atau

normal.

Persiapan yang perlu bidan lakukan dalam

memberikan pertolongan persalnan terstandar dimulai dari

penerapan upaya pencegahan infeksi. Cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan tidakan dengan menggunakan

sabun dan air mengalir dapat mengurangi risiko penularan

infeksi pada ibu maupun bayi. Dilanjutkan dengan

penggunaan APD (alat pelindung diri) yang disepakati.

Tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai

standar, dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah

direkomendasikan Kemenkes dan IBI. Ruang persalinan

harus memiliki sistem pencahayaan yang cukup dan

sirkulasi udara yang baik. (Fitriana, 2018)

2.2.5.2 Kebutuan Psikologis Ibu Bersalin

Proses persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal

fisiologis yang alami oleh setap ibu bersalin, sekaligus

merupakan suatu hal menakjubkan bagi ibu dan keluarga.

Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi tingkat

kecemasan pada ibu bersalin yang cenderung meningkat.

Pemberian dukungan dari bidan untuk dapat mengurangi

tingkat kecemasan ibu adalah dengan membuat nya rasa

nyaman. Secara terperinci, dukungan psikologis pada ibu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 338
bersalin dapat diberikan dengan memberikan sugesti positif,

mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan

ketidaknyamanan selama persalinan, dan membangun

kepercayaan dengan komunikasi yang efektif. (Fitriana, 2018)

a. Pemberian Sugesti

Pemberian sugesti ini dilakukan untuk memberikan

pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang dapat diterima

oleh ibu bersalin secara logis. Sugesti yang diberikan

berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan

memotivasi ibu untuk dapat melalui proses persalinan

sebagaimana mestinya. Sugesti yang diberikan kepada ibu

bersalin diantaranya adalah dengan mengatakan pada ibu

bersalin bahwa proses persalinan yang akan ibu hadapi kan

berjalan dengan baik dan lancar. Seorang bidan harus nya

mengucapkan sugesti itu secara berulang-ulang agar ibu

memilki keyakinan bahwa persalinannya akan berjalan

baik-baik saja.

b. Mengalihkan Perhatian

Ketika ibu bersalin mulai merasa sakit, bidan

seharusnya mencoba mengalihkan perhatiannya. Secara

psikologis, apabila ibu bersalin merasakan sakit dan bidan

tetap fokus saja pada rasa sakit itu dengan hanya menaruh

rasa empati atau balas kasihan yang berlebihan, maka ibu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 339
bersalin justru akan merasakan rasa sakit yang semakin

bertambah. Upaya mengalihkan perhatian ini bisa

dilakukan dengan cara mengajak berbicara, sedikit

bersenda gurau, mendengarkan musik kesukaannya atau

menonton televisi atau film. Saat kontraksi berlangsung,

dan ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang yang

tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa nyeri. Misalnya

teknik relaksasi pengeluaran suara, dan atau pijatan yang

lembut.

c. Membangun Kepercayaan

Kepercayaan merupakan salah satu untuk penting

yang dapat membangun citra postif ibu dan membangun

sugesti positif dan bidan. Ibu bersalin yang memilik

kepercayaan diri yang baik, bahwa dia dapat melahirkan

secara normal dan dia percaya bahwa proses persalinannya

akan berjalan dengan baik dan lancar, maka secara

psikologis telah mengasifmasi alam bawah sadar ibu untuk

bersikap dan berperilaku positif selama proses persalinan

sesuai dengan apa yang diharapkan ibu bersalin. (Fitriana,

2018)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 340
2.2.6 Asuhan Persalinan Kala I

2.2.6.1 Perubahan Fisiologi Kala I

1. Perubahan Uterus

Pada masa persalinan akan terjadi perubahan di bagian

uterus. Perubahan yang terjadi sebagai berikut:

a. Kontraksi uteru yang dimulai dari fundus dan terus

menyebar ke depan dan ke bawah abdomen dan

berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat

pada undus uteri.

b. Segmen Atas Rahim (SAR), dibentuk oleh korpus uteri

yang bersifat aktif dan berkontraksi. Dinding SAR akan

bertambah tebal dengan majunya persalinan sehingga

mendorong bayi keluar.

c. Segmen Bawah Rahim (SBR), dibentuk oleh ismus

uteri bersifat aktif relokasi dan dilatasi. Dilatasi makin

tipi karena uteru teru diregang dengan majunya

persalinan.

d. Dominasi fundus bermula dari fundus dan merembet ke

bawah.

e. Perubahan uterus berlangsung paling lama dan paling

kuat di fundus.

f. Perubahan fisiologi mencapai puncak kontraksi

bersamaan pada seluruh bagain uterus dan mereda

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 341
bersamaan dengan serviks membuka dan mengalami

proses pengeluaran janin.

2. Perubahan Bentuk Rahim

Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim

bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang dan

ukuran muka belakang berkurang. Perubahan bentuk rahim

ini adalah sebagai berikut.

a. Ukurang melintang menjadi turun, akibatnya

lengkungan punggung bayi turun dan menjadi lurus.

Bagian atas bayi tertekan fundus, dan bagian bawah

bagi tertekan ointu atas panggul.

b. Rahim bertambah panjang, sehingga otot-otot

memanjang diregang dan menarik segmen bawah rahim

dan serviks. Peristiwa tersebut menimbulkan terjadinya

perubahan serviks, sehingga segmen atas rahim (SAR)

dan serviks bawah rahim (SBR) juga terbuka.

3. Faal Ligamentum Rotundum

Perubahan yang terjadi pada Faal Ligamentum

Rotundum adalah sebagai berikut:

a. Pada saat kontraksi, fundus yang tadinya bersandar

pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak

dinding perut ke arah depan. Perubahan letak uterus

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 342
pada waktu kontraksi ini penting karena menyebabkan

sumbu rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.

b. Kontraksi yang terjadi pada ligamentum rotundum

tersebut menyebabkan fundus uteri terhambat sehingga

fundus tidak dapat naik keatas.

4. Perubahan Serviks

Pada saat persalinan serviks akan mengalami beberapa

perubahan, di antaranya sebagai berikut:

a. Pendataran serviks (effacement), yaitu pemendekan

kanalis servikalis dari 1-2 cm menjadi satu lubang

dengan pinngir yang tipis.

b. Pembukaan serviks, yaitu pembesara dari ostium

eskternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan

diameter beberapa milimeter menjadi bagian lubang

kira-kira 10 cm dan nantinya dapat di lalui bayi. Saat

pembukaan lengkap, bibir portio tidak teraba lagi,

kepala janin akan menekan serviks, dan membantu

pembukaan secara efisien.

5. Perubahan Sistem Urinaria

Pada akhir bulan ke-9, pemeriksaan fundus uteri

menjadi lebih rendah, kepala janin mulai masuk pintu atas

panggul, dan menyebabkan kandung kemih tertekan

sehingga merangsang ibu untuk sering kencing. Pada kala I,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 343
adanya kontraksi uterus menyebabkan kandung kemih

semakin tertekan. Poliuria sering terjadi selama persalinan.

Hal ini disebabkan oleh peningkatanan cardiac output,

peningkatan filtrasi glomelurus, dan peningkatan aliran

plasma ginjal. Poliuri akan berkurang pada posisi

terlentang.

6. Perubahan Vagina dan Dasar Panggul

Pada kala I, ketuban ikut meregangkan bagian atas

vagina sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah

segala perubahan yang ditimbulkan oleh bagian depan bayi

pada dasar panggul menjadi sebuah saluran dengan bagian

dinding yang tipis. Ketika kepala sampai ke vulva, lubnag

vulva menghadap ke depan atas. Dari lubang peregangan

oleh bagian depan nampak pada perineum yang menojol

dan menjadi tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.

Regangan yang kuat disebabkan oleh bertambahnya

pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar panggul,

tetapi kalau jaringan tersebut robek akan menimbulkan

perdarahan yang banyak.

7. Perubahan pada Sistem Pernafasan

Pada saat persalinan, ibu lebih banyak

mengeluarkan karbondioksida dalam setiap nafasnya.

Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 344
kedalaman pernafasan juga semakin meningkat.

Peningkatan frekuensi pernafasan ini sebagai respon

terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat

bertambahnya laju metabolik. Rata-rata PaCO2 menurun

dari 32 mm hg pada awal persalinan menjadi 22 mm hg

pada akhir kala I.

Masalah yang umum terjadi ketika perubahan

sistem pernafasan ini adalah hiperventilasi maternal.

Hiperventilasi maternal ini menyebabkan kadar PaCO2

menurun dibawah 16 sampai 18 mm hg. Kondisi ini dapat

di manifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan kaki

yang di alami ibu bersalin. Mengejan yang berlebihan atau

kepanjangan selama kala II dapat menyebabkan penurunan

oksigen sebagai akibat sekunder dari menahan nafas.

Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi

uterus dan peningkatan metabolisme dan diafragma

tertekan oleh janin. (Fitriana, 2018)

2.2.6.2 Perubahan Psikologis Kala I

1. Rasa cemas dan takut pada dosa-dosa atau kesalahan

sendiri. Ketakutan tersebut dapat berupa rasa takut jika bayi

yang akan di lahirkan dalam keadaan cacat, kurang sehat

atau lainnya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 345
2. Adanya rasa tegang dan konflik batin yang disebabkan oleh

semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat

mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman, tidak

bisa tidur nyenyak, sulit bernafas dan gangguan-gangguan

lainnya.

3. Ibu bersalin terkadang merasa jengkel, tidak nyaman, selalu

kegerahan, serta tidak sabaran sehingga antara ibu janin nya

menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala bayi

sudah masuk pintu atas panggul dan timbulnya kontraksi-

kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula

diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-

bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.

4. Ibu bersalin memilki harapan mengenai jenis kelamin bayi

yang akan dilahirkan. Secara tidak langsung, relasi antara

ibu dan anak terpecah sehingga menjadikan ibu merasa

cemas.

5. Ibu bersalin memiliki angan-angan negatif akan kelahiran

bayinya. Angan-angan tersebut misalnya keinginan untuk

memiliki janin yang unggul, cemas kalau bayinya tidak

aman diluar rahim, merasa belum mampu bertanggung

jawab sebagai seorang ibu dan lain sebagainya.

6. Kegelisahan dan ketakutan lainnya menjelang kelahiran

bayi.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 346
Perubahan sikap dan perilaku ibu bersalin pada kala

I ini biasanya dipengaruhi oleh dukungan dari orang-orang

sekitarnya.(Fitriana, 2018)

2.2.6.3 Manajemen Kala I

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai tingkat

kesehatan dan kenyamanan ibu dan bayinya sebagai dasar

untuk menentukan keputusan klinik. Selain itu juga, untuk

menentukan diagnosis serta mengembangkan rencana

asuhan yang paling sesuai dengan kondisi ibu bersalin dan

bayinya. (Fitriana, 2018) Hal – hal yang diperiksa adalah

sebagai berikut.

a. Pemeriksaan Abdomen

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan TFU,

memantau kontraksi uterus, memantau DJJ,

menentukan presentasi dan menentukan bagian

terbawah janin.

b. Menentukan TFU

Pada saat akan menentukan TFU, pastikan tidak ada

kontraksi. Bidan mulai mengukur TFU dengan pita

pengukur mulai d/i atas simfisis rentangkan hingga

fundus uteri mengikuti aksisi atau linea medialis pada

abdomen.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 347
c. Memantau Kontraksi Uterus

Proses pemantauan kontraks uterus dilakukan

dengan menggunakan jarum detik. Letakkan tangan

diatas uterus dan rasakan jumlah kontrksi yang terjadi

dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi setiap

kontraksi berlangsung. Pada fase aktif minimal terjadi

kontraksi 2x kontraksi dalam 10 menit, lama kontraksi

kira-kira 40 detik atau lebih.

2. Pemeriksaan Janin

a. Pemantauan DJJ

Pemantaun DJJ dilakukan dengan menggunakan

jarum detik dan sebuah feneskop pinard atau doppler.

Feteskop digunakan untuk mendengarkan DJJ yang

dihantarkan melalui dinding abdomen. Selanjutnya,

bidan menentuka puctum maximum dari DJJ. Berilah

penilaian terhadap DJJ selama konraksi uterus terjadi.

Dengarka DJJ selama minimal 60 detik. Jika DJJ

kurang dari 120 atau lebih dari 160 kemungkinan ada

gangguan sirkulasi uteroplacenterpada janin. Namun,

apabila DJJ kurang dari 100 atau lebih dari180, bidan

harus segera membraingkan ibu ke sisi kiri dan

anjurkan ibu untuk santai. Lakukan penilaian ulang DJJ

selama 15 menit kemudian untuk menentukan apakah

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 348
DJJ tetap abnormal. Apabila selama itu DJJ belum

mengelami perbaikan, maka siapkan untuk segera

dirujuk.

b. Menentukan Bagian Terendah Janin

Bidan seharusnya melakukan penilaian terhadap

penurunan kepala janin (jika persentasi kepala) dengan

hitungan perlima bagian kepala janin yang bisa di

palpasi di atas sympisis pubis. Kepala janin dapat

dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Bagian 5/5, jika seluruh kepala janin dapat diraba di

atas sympisis pubis.

2) Bagian 4/5, jika sebagian besar kepala janin berada

diatas sympisis pubis (dapat diraba 4 jari).

3) Bagian 3/5, jika 3 jari kepala janin berada diatas

sympisis.

4) Bagian 2/5, jika 2 jari bagian kepala janin berada

diatas syimpisis berarti hampir seluruh kepala turun

kedalam panggul (bulatnya tidak dapat diraba dan

kepala janin sudah tidak dapat digoyangkan).

5) Bagian 1/5, jika hanya 1 jari bagian kepala janin

teraba diatas sympisis.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 349
6) Bagian 0/5, jika kepala sudah tidak teraba dari luar

(seluruh kepala sudah masuk panggul). (Fitriana,

2018)

2.2.6.4 Asuhan Kala I

Asuhan kala I adalah asuhan pendampingan dan pelayanan

kepala ibu bersalin ketika memasuki tahapan persalinan kala I.

Beberapa asuhan yang harus dilakukan diantaranya:

1. Dukungan Dalam Persalinan

Kehadiran pendamping pada persalinan sangat

menentukan lancar tidak nya proses persalinan ibu bersalin.

Dukungan ini dapat diperoleh dari bidan, keluarga, teman

dan lain sebagainya. Dukungan yang diberikan kepada ibu

bersalin dapat berupa pemberin dorongan semangat,

pemberian informasi tentang kemajuan persalinan,

pemberian informasi tentang kelengkapan dan sterillisasi

alat pertolongan persalinan, dan penerimaan sikap dan

perilaku ibu.

2. Pengurangan Rasa Sakit

Proses persalinan dapat menimbulkan rasa sakit yang

sangat luar biasa. Oleh karena itu, bidan harus bisa

mengurangi rasa sakit yang diderita ibu bersalin. Berikut

cara-cara mengurangi rasa sakit, yaitu:

a. Memberikan rangsangan alternatif yang kuat

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 350
b. Mengurangi reaksi mental yang negatif, emosional dan

reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit

c. Adanya seseorang yang dapat mendukung ibu bersalin

selama proses persalinan

d. Pengaturan posisi

e. Relaksasi dan latihan pernafasan

f. Istirahat dan privasi

g. Kompres hangat dan kompres dingin

h. Relaksasi dengan alunan musik

3. Persiapan Persalinan

Persiapan persalinan bisa dikenal dengan akronim

“BAKSOKU”

B : Bidan

A : Alat

K : Kendaraan

S : Surat persetujuan

O : Obat

K : Keluaran

U : Uang

(Fitriana, 2018 )

4. Pemenuhan Kebutuhan Fisik dan Psikologis (Ibu dan

Keluarga)

Pemenuhan kebutuhan fisik meliputi kebutuhan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 351
makanan, minuman, kebutuhan cairan, kebutuhan

eliminasi, dan posisi saat bersalin. Lain hal nya dengan

kebutuhan psikologis, meliputi kehadiran pemdamping

persalinan, kenyamanan, penerimaan atas sikap, dan

perilakunya. Informasi tentang kemajuan persalinan.

5. Tanda Bahaya Kala I

Apabila pada proses persalinan kala I menjumpai

tanda – tanda bahaya sebagai berikut, maka pasien harus

dirujuk ke tempat yang lebih berfasilitas dan lengkap.

Tanda – tanda bahaya tersebut diantaranya ketuban pecah

lebih dari 24 jam, perdarahan pervaginam, ibu dengan

hipertensi, ibu dengan riwayat caesar, ibu dengan anemia,

ibu bersalin dengan partus lama, partus tak maju, dan punya

riwayat bayi besar.

6. Pendokumentasian Kala I

Pendokumentasian adalah proses pencatatan,

penyimpanan informasi, data atau fakta yang bermakna

dalam pelaksanaan kegiatan. Pendokumentasian kala I

dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:

a. SOAP

SOAP merupakan salah satu cara mencatat

informasi tentang pasien yang sudah tercatat pada buku

catatan kebidanan. SOAP merupakan singkatan dari

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 352
subyektif, obyektif, assesment, planning. S = Subyektif,

catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang pasein mengenai kekhawatiran,dan keluhannya

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

berhubungan diagnosa (DS). O = Obyektif, data ini

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa. A = Assesment atau

analisa pengkajian, yaitu masalah atau diagnosa yang

ditegakkan berdasarkan data dan informasi subyektif

atau obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. P =

Planning (perencanaan), yaitu cara membuat rencana

saat itu atau yang akan datang, ini untuk mengusahakan

mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga

mempertahankan kesejahteraannya. (Fitriana, 2018)

2.2.7 Asuhan Persalinan Kala II

Persalinan kala II dimulai dengan terjadinya pembukaan

lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya seorang bayi.

Proses ini berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada

multi. Tanda – tanda dimulainya tahap persalinan kala II ini

diantaranya:

1. Ibu mulai ingin meneran

2. Perineum menonjol

3. Vulva vagina membuka

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 353
4. Spihncter anus membuka

5. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

(Yuni Fitriana, 2018)

2.2.7.1 Perubahan Fisiologi Kala II

Pada tahap persalinan kala II ini juga mengalami beberapa

perubahan. Salah satunya, yait perubahan fisiologi. Beberapa

perubahan fisiologi yang terjadi pada ibu bersalin kala II

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya tekanan darah selama proses persalinan

2. Sistole mengalami kenaikan 15 (10-20) mmHg

3. Diastole mengalami kenaikan menjadi 5-10 mmHg

4. His menjadi lebih kuat dan kontraksinya terjadi selama 50-

100 detik, datangnya tiap 2-3 menit

5. Ketuban biasanya pecah pada kala ini dan ditandai dengan

keluar nya cairan kuning-kuning yang banyak

6. Pasien mulai mengejan

7. Terjadinya peningkatan metabolisme karbohidrat areob dan

anaerob

8. Terjadi peningkatan suhu badan ibu, nadi, dan pernafasan

9. Pasien mulai mengejan

10. Poliuria sering terjadi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 354
11. Hb mengalami peningkatan selama persalinan sebesar 1,2

gr% dan akan kembali pada masa prapersalinan pada hari

pertama pascapersalinan

12. Terjadi peningkatan leukosit secara progresif pada awal

kala II hingga mencapai ukuran jumlah maksimal

13. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwakepala bayi sudah

sampai didasar panggul, perineum terlihat menojonl, vulva

membuka, rectum membuka

14. Pada puncak his, bagian kepala sudah mulai nampak

divulva dan hilang lagi ketika his berhenti. Begitu seterus

nya sampai kepala terlihat lebih besar. Kejadin ini biasa

disebut dengan “kepala membuka pintu”

15. Pada akhirnya, lingkaran terbesar kepala terpegang oleh

vulva, sehingga tidak bisa mundur lagi. Tonjolan tulang

ubun-ubun telah lahir dan suocciput sudah berada dibawah

simpisis. Kejadian ini disebut dengan kepala keluar pintu.

16. Pada his berikutnya, lahir lah ubub-ubub besar, dahi dan

mulu pada commisurra posterior. Saat ini, untuk primipara,

perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya

karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut.

17. Setelah kepala lahir, dilanjutka dengan putaran paksi luar,

sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 355
dada tertekan oleh jalan lahir, sehingga dari hidung anak

keluar lendir dan cairan

18. Pada his berikutnya, bahu belakang lahir kemudian bahu

depan disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral,

sesuai dengan paksi jalan lahir

19. Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang

tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang

bercampur darah. (Yuni Fitriana, 2018)

2.2.7.2 Perubahan Psikologis Kala II

Pada masa persalinan, seorang wanita akan mengalami

berbagai perasaan menjelang kelahiran bayinya tersebut. Hal

yang wajar yang dialami oleh ibu bersalin. Apalagi jika

persalinannyaa adalah persalinan yang pertama Perubahan

Psikologis yang terjadi pada Kala II yaitu:

1. Panik dan terkejut ketika pembukaan sudah lengkap

2. Bingung dengan apa yang terjadi ketika pembukaan

lengkap

3. Frustasi dan amarah

4. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di

kamar bersalin

5. Merasa lelah dan sulit mengikuti perintah

6. Fokus pada dirinya sendiri

7. Memilki persepsi sendiri tentang rasa sakitnya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 356
8. Memilki pengharapan yang berlebihan

Masalah psikologis utama yang dialami oleh ibu bersalin

adalah kecemasan. Kecemasan merupakan gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran

yang mendalam dan berkelanjutan. Ibu bersalin mengalami

gangguan dalam menilai realitas atau keadaan yang sedang

dialaminya. Perilaku ibu bersalin secara tidak langsung

menjadi terganggu dan berubah. Namun perubahan perilaku ini

masih dalam batas normal atau wajar.

Sulistyawati (dalam kurniawan, 2016) mengatakan

bahwa kecemasan berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah

respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif

dialami dan dikomunikasikan interpesonal secara langsung.

2.2.7.3 Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang diberikan seorang

bidan atau pendamping persalinan lainnya dengan menghargai

budaya, kepercayaan, dan keinginan ibu bersalin. Banyak

hasil penelitian menunjukkan bahwa para iu diperhatikan dan

diberi dukungan. Tindakan tersebut dilakukan selama

persalinan dan kelahiran. Tujuannya, mengetahui baik

mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka

terima. Setelah itu, akan mendapatkan rasa aman dan hasil

yang lebih baik. Asuhan sayang ibu selama ibu selama

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 357
persalinan termasuk memberikan dukungan emosional,

membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi,

meleluasaan untuk kekamar mandi secara teratur, dan

mencegah infeksi. (Fitriana, 2018)

1. Prinsip – Prinsip Umum Sayang Ibu

a. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap,

bertindak dengan tenang, dan berikan dukungan penuh

selama persalinan sampai kelahiran bayi

b. Menjawan setiap petanyaan yang diajukan oleh ibu atau

anggota keluarga

c. Mengajurkan suami atau anggota keluarga untuk hadir

dan memberikan dukungannya

d. Mewaspadai tanda-tanda penyulit selama persalinan dan

melakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan

e. Selalu siap dengan rencana rujukan

2. Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Asuhan Sayang Ibu

a. Penolong yang terampil. Penolong persalinan hendak

nya memiliki kemampuan, keterampilan, dan

pengetahuan yang baik agar persalinan pun dapat

berjalan dengan lancar.

b. Kesiapan menghadapi kelahiran dan kesiapain

menghadapi komplikasi bagi ibu dan keluarganya.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 358
c. Kesiapan menghadapi kelahira dan kesiapan

menghadapi komplikasi bagi pemberi asuhan. Seorang

tenaga medis yang akan membekan asuhan harus siap

dan bisa melakukan hal-hal dibawah ini:

1) Mendiagnosis dan menatalaksana masalah dan

komplikasi dengan aktual dan tepat waktu

2) Mengatur rujukan ke tingkat asuhan yang lebih

tinggi bila diperlukan

3) Memberi konseling untuk berpusat pada ibu tentang

kesiapain menghadapi persalinan dan kelahiran serta

kesiapan menghadapi komplikasinya

2.2.7.4 Posisi Meneran

1. Tujuan Posisi Meneran

Selama proses persalinan, posisi meneran memiliki

beberapa tujuan untuk ibu bersalin, diantaranya memberi

kenyamanan dalam proses persalinan, mempermudah

proses persalinan, memperlancar proses persalinan, dan

mempercepat kemajuan persalinan.

2. Macam – Macam Posisi Meneran

a. Duduk atau Setengah Duduk

Posisi duduk atau setenga duduk ini memiliki

beberapa keuntungan. Misalnya, dapat membantu

turunnya kepala janin jika persalinan berjalan,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 359
mengurangi rasa nyeri hebat, memberi kesempatan

untuk istirahat diantara kontraksi, memudahkan bidan

untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan

mengamati perineum.

b. Jongkok, Berdiri atau Bersandar

Posisi jongkok, berdiri, atau bersandar pada ibu

bersalin dapat membantu menurunkan kepala bayi,

memperbesar ukuran panggul, memperbesar dorongan

untuk meneran, dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.

c. Merangkak

Posisi merangkak pada ibu bersalin sangat baik

untuk persalinan ketika tulang punggung ibu bersalin

terasa sakit. Selain itu juga, dapat membantu bayi

melakukan rootasi, meregangkan perineum, dan

mengurangis keluhan haemorroid.

d. Tidur Berbaring Ke Kiri

Posisi tidur berbarin kekiri ketika proses persalinan

dapat memberi rasa santai bagi ib yang letih, memberi

oksigenasi yang baik bagi bayi, dan membantu

mencegah terjadinya laserasi. (Fitriana, 2018).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 360
2.2.8 Asuhan Persalinan Kala III

2.2.8.1 Fisiologi Kala III

1. Mekanisme Pelepasan Plasenta

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala III ini berlangsung

sekitar 15 menit sampai 30 menit, baik pada primipara maupun

multipara. Kala III ini sering disebut dengan kala uri atau kala

pengeluaran plasenta. Adanya kontraksi uterus setelah kala II

selesai menyebabkan terpisahnya plasenta dari dinding uterus.

Pada kala III persalinan otot uterus berkontraksi mengikuti

menyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.

Penyusutan ini menyebkan berkurangnya tempat perlekatan

plasenta. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah

uterus atau ke dalam vagina. (Fitriana, 2018)

2. Tanda – Tanda Lepasnya Plasenta

a. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba karena pecahnya

penyumbat retro plasenter saat plasenta pecah

b. Terjadi perubahan uterus yang semula discoid menjadi

globuler

c. Tali pusat memanjang. Hal ini disebabkan plasenta plasenta

turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga

vagina

d. Perubahan uterus, yaitu menjadi naik di dalam abdomen

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 361
e. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sesaat plasenta

lepas TFU akan naik. Hal ini disebabkan oleh adanya

pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah.

(Fitriana, 2018)

3. Fase Pelepasan Plasenta

Cara pelepasan plasenta dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Secara Schultze

Pelepasan ini dimulai pada bagian tengah plasenta

dan terjdi hematoma retroplasentair yang selanjutnya

mengangkat plasenta dari dasarnya. Pada pelepasan secara

schultze ini tidakada perdarah sebelum plasenta lahir atau

sekurang-kuranya terlepas secara keseluruhan.

b. Secara Duncan

Pelepasan dengan cara ini dimulai dari pinggir

plasenta. Lalu darah mengalir antara selaput janin dan

dinding rahim. Hal ini menyebabkan adanya perdarahan

sejak bagian dariplasenta lepas dan terus berlangsung

sampai seluruh bagian plasenta lepas. Pelepasan plasenta

dengan cara ini sering terjadi pada plasenta dengan letak

yang lebih rendah. (Fitriana, 2018)

4. Tempat Implantasi Plasenta

a. Plasenta Adhesiva, melekat pada desidua endometriu, lebih

dalam

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 362
b. Plasenta Akreta, melekat dan tumbuh pada vili chorialis

lebih dalam dan menembus desidua sampai ke myometrium

c. Plasenta Perkreta, tumbuh sampai menembus serosa

dinding rahim

d. Plasenta Inkreta, tumbuh lebih dalam ke myometrium tetapi

belum menembus serosa. (Fitriana, 2018)

2.2.8.2 Manajemen Aktif Kala III

1. Tujuan Manajemen Aktif Kala III

Manajemen aktif kala III bertujuan untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga

dapat mempersingkat waktu, mencegah pedarahan dan

mengurangi kehilangan darah pada kala III. (Fitriana,

2018)

2. Prosedur Pelaksanaan MAK III

a. Pemberikan suntik oksitosin

Selambat-lambatnya dalam 2 menit setelah bayi lahir.

segera suntikkan oksitosin 10 IU IM pada 1/3 bagian

atas paha kanan bagian luar.

b. Penegangan tali pusat terkendali

1) Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu

kala II pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva

2) Tangan menahan uterus pada saat melakukan

penegangan tali pusat terkendali

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 363
3) Setelah terjad kontraksi yang kuat, tegangkan tali

pusat kemudian tangan pada dinding abdomen

menekan korpus uteri ke bawah atas (dorso-kranial)

korpus.

4) Lakukan secara hati hati untuk menghindari

terjadinya inveriso uteri

5) Setelah plasenta lepas, anjurkan ibu untuk meneran

sehingga plasenta akan terdorong ke intoitus

vagina. Tetap tegangkan tali pusat ke arah bawah

mengikuti arah jalan lahir.

6) Pada saat plasenta terlihat di intoitus vagina,

teruskan kelahiran plasenta dengan menggunakan

kedua tangan.

7) Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-

lahan untuk melahirkan selaput ketuban. (Fitriana,

2018)

c. Massase Fundus Uteri

1) Letakkan telapak tangan pada fundus uteris

2) Gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri

sehingga uterus berkontraksi. Jika uterus tidak

berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 364
3) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan

keduanya utuh

4) Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya

5) Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan

pemijatan uterus sehingga segera dapat diketahui

jika uterus tidak berkontraksi dengan baik

6) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit satu jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama satu jam kedua pasca persalinan. (Fitriana,

2018)

2.2.9 Asuhan Persalinan Kala IV

2.2.9.1 Fisiologi Kala IV

Kala IV adalah masa antara satu sampai dua jam setelah

pengeluaran uri. Tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir

kurang leboh 2 jari di bawah pusat. Pembuluh darah yang ada

di anyaman-anyaman otot uterus akan terjapit ketika otot-otot

uterus berkontraksi. Proses ini nantinya akan menghentikan

perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Jika tanda-tanda vital

dan kontraksi uterus masih dalam batas normal selama 2 jam

pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami

perdarahan pascapersalinan. Namun, penolong sebaiknya tetap

berada disamping ibu dan bayi selama dua jam pertama pasca

persalinan. (Fitriana, 2018)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 365
2.2.9.2 Asuhan Kala IV

Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai

dengan 2 ja sesudahnya. Masa yang paling krisis pada ibu

pasca melahirkan adalah pada masa postpartum. Kematian ibu

pasca bersalin biasanya terjadi dalam 6 jam postpartum.

Selama kala IV, pemantauan dilakukan selama 15 menit

pertaman setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah

persalinan. Asuhan yang harus diberikan setelah plasenta lahir

adalah sebagai berikut:

1. Rangsangan taktil uterus untuk merangsang uterus

2. Evaluasi tinggi fundus uteri

3. Perkiraan darah yang hilang secara keseluruhan

4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif

5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi

6. Pendokumentasian

7. Penilaian klinik

(Fitriana, 2018)

2.2.9.3 Pemantauan Kala IV

1. Pemantauan Pasca Persalinan

Beberapa hal yang harus di pantau adalah sebagai berikut:

a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung

kemih dan perdarahan yang terjadi setip 15 menit

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 366
dalam satu jam pertama dan 30 menit dalam satu jam

kedua kala IV.

b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus keras setiap

15 menit dalam jam pertaman dan 30 menit dalam jam

kedua kala IV.

c. Pantau suhu tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama

pascapersalinan.

d. Penilaian perdarahan. Setiap 15 menit pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua kala IV.

e. Apabila kandung kemih penuh, bantu ibu untuk

mengkosongkan kandung kemihnya.

f. Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai tonus dan

perdarahan uterus.

g. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.

Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung

yang bersih serta posisi ibu agar nyaman. Jagalah agara

tubuh dan kepala bayi terselimuti dengan baik, lalu

berikan bayi kepada ibu, dan anjurkan untuk dipeluk

dan diberikan ASI. (Fitriana, 2018)

2. Tanda Bahaya Kala IV

Selama kala IV, bidan harus memberi tahu ibu dan keluarga

apabila menjumpai tanda-tanda berikut ini:

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 367
a. Demam

b. Perdarahan aktif

c. Bekuan darah banyak

d. Bau busuk dari vagina

e. Pusing

f. Lemas luar biasa

g. Kesulitan dalam menyusui

h. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram

uterus biasa (Fitriana, 2018)

2.2.10 Asuhan Persalinan Normal

A. Mengenali Tanda Gejala Kala II

Langkah 1

a. Ibu merasakan adanya dorongan yang kuat

b. Ibu merasakan adanya regangan yang semakin meningkat

pada rektum dan vagina

c. Perineum tampak menonjol

d. Vulva dan spingter ani membuka

B. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

Langkah 2

a. Menggelarkan kain diatas perut ibu, tempat resusitasi,

ganjal bahu bayi

b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali

pakai di dalam partus set

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 368
Langkah 3

Pakailah celemek plastik

Langkah 4

Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang di pakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan.

Langkah 5

Pakailah sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan

dalam

Langkah 6

Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik)

C. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin

Baik

Langkah 7

Bersihkan vulva dan perineum secara seksama dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau

kassa yang dibahasi air DTT

Langkah 8

Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

Langkah 9

Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupka tangan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 369
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan clorin

0,5% kemudian lepaska dan rendam dalam keadaan terbalik.

Cuci lah kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

Langkah 10

Lakukan pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ).

Dokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua

hasil penilaian dan asuhan.

D. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses

Bimbingan Meneran

Langkah 11

Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah

lengkap dan janin dalam keadaan baik.

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin

b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada

ibu untuk meneran secara benar.

Langkah 12

Meminta pihak keluarga untuk membantu menyiapkan posisi

meneran.

Langkah 13

Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada

dorongan kuat untuk meneran. (Fitriana.2018)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 370
Langkah 14

Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

untuk meneran dalam 60 menit. (Fitriana.2018)

E. Menyiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi

Langkah 15

Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu,

jika kelapa bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm.

Langkah 16

Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

Langkah 17

Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

Langkah 18

Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan Lahirnya Kepala.

Langkah 19

Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi dengan kain basah dan kering. Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 371
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran

perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.

Langkah 20

Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesua jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi

a. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di

dua tempat dan potong diantaran kedua klem tersebut

Langkah 21

Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar

Lahirnya Bahu.

Langkah 22

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Gerakkan kepala dengan lembut kearah bawah arkus pubis

dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

Langkah 23

Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 372
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah

bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang

lengan dan siku sebelah atas.

Langkah 24

Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berkelanjutan ke punggung. Pegang kedua mata kaki

(Masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing –

masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

F. Penanganan Bayi Baru Lahir

Langkah 25

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa

kesulitan

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif

Jika bayi tidak bernafas atau megap-megap, segera lakukan

tindakan resusitasi.

Langkah 26

a. Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu

b. Keringkan bayi dimulai dari muka, kepala, dan bagian

tubuh lainnya

c. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu

Langkah 27

Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 373
dalam uterus.

Langkah 28

Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin.

Langkah 29

Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

IU IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral.

Langkah 30

Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat bayi. Dari sisi luar

klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan

lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

Langkah 31

a. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat

b. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian lakukan pengguntingan tali pusat

c. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan

dan lakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan

simpul kunci

d. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

Langkah 32

Tempat bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 374
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.

Langkah 33

Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.

G. Penatalaksanaan Aktif Kala III

Langkah 34

Pindahkan klem pda tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

Langkah 35

Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ib, di tepi atas

simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali

pusat.

Langkah 36

Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang

atas dorsokranial secara hati-hati.

Mengeluarkan Plasenta

Langkah 37

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 375
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan

tali pusat

(1) Berikan dosis ulang oksitosin 10 unit IM

(2) Lakukan kateterisasi

(3) Mintalah pihak keluarga untuk menyiapka rujukan

(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

(5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit

setelah bayi lahir

(6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

Langkah 38

Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Rangsangan Taktil (Massase) Uterus

Langkah 39

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan

lakukan massase dengan gerakkan melingkar secara

lembut hingga uterus berkontraksi.

H. Menilai Perdarahan

Langkah 40

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 376
Periksa kedua sisi plasenta dengan baik bagian ibu maupun

bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat

khusus.

Langkah 41

Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan

perdarahan.

I. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan

Langkah 42

Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

Langkah 43

Berikan waktu yang cukup pada ibu untuk melakukan kontak

kulit antara ibu dan bayi.

Langkah 44

Lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, berikan tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K sebanyak 1 mg IM di

paha anterolateral setelah satu jam terjadi kontak kulit antara

ibu dan bayi.

Langkah 45

Berikan suntikkan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam pemberian

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 377
Vit K.

Evaluasi

Langkah 46

Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksidan pencegahan

perdarahan pervaginam.

Langkah 47

Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan massase uterus dan

menilai kontraksi.

Langkah 48

Lakukan evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

Langkah 49

Lakukan pemeriksaan nadi ibu dan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan 30 menit

selama 2 jam pertam pasca persalinan.

Langkah 50

Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik 40-60 kali permenit serta suhu tubuh

normal 36,5-37,5.

Kebersihan dan Keamanan

Langkah 51

Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5%.

Langkah 52

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 378
Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

Langkah 53

Bersihkan badan ibu dengan menggunakan air DTT .

Langkah 54

Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI.

Langkah 55

Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

Langkah 56

Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% .

Langkah 57

Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

Langkah 58

Lengkapi partograf. (Fitriana, 2018)

2.2.11 Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase

aktif persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf

adalah untuk mencapai hasil observasi dan kemajuan

persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui VT

dan mendeteksi adanya kemungkinan partus lama.

(Fitriana.2018)

a. Fungsi partograf

1) Mencatat kemajuan persalinan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 379
2) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan

dan kelahiran

3) Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara

dini mengidentifikasi adanya penyulit

4) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

pertograf harus digunakan

5) Untuk semua ibu hamil dalam fase aktif kala I

persalinan sebagai elemen penting asuhan

persalinan. Partofrag harus digunakan baik tanpa

ataupun adanya penyulit. Partograf akan memantau

pertolongan persalinan dalam memantau,

mengevaluasi, dan membantu keputusan klinik baik

persalinan normal maupun disertai dengan penyulit

6) Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat

(rumah, puskesmas, BPS, rumah sakit, dll)

7) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan kepada ibu selama bersalin dan

kelahiran. (Sp.OG, bidan, dokter umur, residen,

mahasiswa).

b. Waktu pengisian partograf

Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat

proses persalinan telah berada dalam kala I fase aktif,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 380
yaitu saat mulai terjadi pembukaan servkiks dari 4 cm

sampai 10 cm dan berakhir pada pemanatauan kala IV.

c. Pengisian lembar depan partograf

1) Informasi Tentang Ibu

a) Nama dan umur

b) Gravida, para, abortus

c) Nomor catatan medik atau nomor puskesmas

d) Tanggal dan waktu mulai rawat

e) Waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi Janin

a) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Nilai dan catat denyut jantung janin setiap 30 menit

(lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat

janin).

b) Warna dan Adanya Air Ketuban

U: Ketuban utuh (belum pecah)

J: Ketuban sudah pecah dan warna jernih

M: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

D: Ketuban sudah pecah dan bercampur darah

K: Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

(kering)

c) Penyusupan (Molase) Kepala Janin

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 381
O: Tulang kepala janin terpisah sutura dengan

mudah dapat di palpasi

1: Tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2: Tulang kepala janin saling bertumpang tindih,

tapi masih dapat dipisahkan

3: Tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapt dipisahkan

3) Kemajuan Persalinan

a) Pembukaan serviks.

Nilai dan catat pembukaan serviks tiap 4 jam (lebih

sering dilakukan bila ada tanda penyulit)

b) Penurunan bagian terbawah atau persentasi janin

Penurunan kepala janin dibagi menjadi 5 bagian

dicatat setiap pemeriksaan dalam dn diberikan

tanda lingkaran (O)

c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan

berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan

mencapai 1 cm perjam. Jika pembukaan serviks

mengarah ke sebelah kanan garis waspada,

maka harus dipertimbangkan adanya penyulit.

4) Waktu dan Jam

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 382
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan) terdapat kotak yang diberika angka

1-16 setiap kotak menyatakan waktu 1 jam sejak

dimulainya fase aktif persalinan.

5) Kontraksi uterus

a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.

Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi

dalam 10 menit dan lama nya kontraksi dalam

detik.

6) Obat – obatan yang diberikan

a) Oksitosein, diberika jika tetesan drip sudah

dimulai, dokumentasika setiap 30 menit jumlah

unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan

dalam satuan tetes per menit.

b) Obat – obatan lainnya dan cairan IV yang

diberikan. Lakukan pencatatan terhadap semua

obat yang digunakan dalam kotakyang sesuai

dengan kolom waktunya

7) Kondisi ibu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 383
a) Nadi dicatat setiap 30 menit. Beri tanda ( ) pada

kolom yang sesuai

b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih

sering, jika diduga ada penyulit, maka berilah

tanda panah pada partograf pada kolom waktu

yang sesuai

c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau

lebih sering. Catat lah suhu tubuh pada kotak

yang sesuai

d) Volume urin, protein dan aseton

Lakukan pengukuran dan pecatatan jumlah produksi urin setia 2 jam (setiap ibu
berkemih).(Fitriana, 2018
2.3 pengertian Nifas

1. Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika. alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

2. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan.

semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu

(Sulistyawati, 2009).

3. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil

(Mochtar,2008).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 384
4. Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan

biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2009).

2.4 Perdarahan
1. Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimaksud juga
perdarahan karena retensio plasenta (Mochtar, 2008).
2. Perdarahan postpartum sekunder (Late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke-5 sampai 15 postpartum
(Mochtar, 2008).
3. Yang dinamakan perdarahan pasca persalinan secara tradisional ialah
perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III (Sastrawinata, 2005).
4. Perdarahan pasca persalinan sekarang dapat dibagi menjadi :
a. Perdarahan pasca persalinan dini ialah perdarahan kurang lebih
500cc pada 24 jam pertama setelah persalinan.
b. Perdarahan pasca persalinan lambat ialah perdarahan kurang lebih
500cc setelah 24 jam persalinan.
5. Beberapa hal yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan adalah
perdarahan pasca persalinan, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan
ektopik terganggu, abortus, ruptura uteri, dan penyebab yang lain seperti
perdarahan karena robekan serviks, atonia uteri, retensio plasenta dan
perdarahan pasca persalinan karena retensio sisa plasenta
(Mochtar,2008).

2.5 Tinjauan Umum Tentang Asuhan Persalinan Kala III

1. Fisiologi Kala III

Dimulai sejak lahir bayi sampai lahirnya plasenta

atau uri yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Rata-

rata kala III berkisar 6-15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan adanya tekanan pada fundus

uteri, baik pada primipara maupun multipara. Tempat

implantasi plasenta sering pada dinding depan dan

belakang korpus uteri atau lateral. Serta sangat jarang pada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 385
fundus uteri. Setelah bayi lahir uterus akan teraba keras

dengan fundus akan setinggi pusat beberapa menit

kemudian uterus akan berkontraksi untuk melepaskan

plasenta dari tempat implantasinya. Pengeluaran akan

disertai dengan pengeluaran darah serta akan mengalami

pengerutan akibat kavim uteri dan kontraksi lanjutan

sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan

pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan

mendorong plaesenta keluar. Pada kala III, miometrium

berkontraksi mengikuti penyusupan volume rongga uterus

setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat

implantasi plasenta semakin kecil, sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,

menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah

lepas,plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau

kedalam vagina (Tando, 2013).

2. Mekanisme Pelepasan Plasenta

Setelah lahir bayi, uterus masih mengadakan kontraksi yang

mengakibatkan penciutan kavum uteri, tempat implantasi plasenta. Hal ini

mengakibatkan plasenta lepas dari tempat implantasinya.

a. Macam-macam pelepasan plasenta:

1) Metode Schultze

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 386
Pelepasan dimulai pada bagian tengah (sentral) dari plasenta dan akan

terjadi hematoma retro plasenta yang selanjutnya mengangkat

plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma bagian atas akan

jatuh ke bawah dan akan menarik selaput plasenta. Bagian plasenta

yang akan muncul pada vulva adalah permukaan fetal, sedangkan

hematoma terdapat dalam kantong yang terputar balik. Maka saat

pelepasan plasenta secara schultze tidak akan terjadi perdarahan

sebelum plasenta lahir atau sebagian terlepas seluruhnya, setelah

plasenta lahir akan ada darah menggumpal mengalir. Pelepasan

plasenta dengan metode Schultze adalah cara yang paling banyak

ditemui dalam proses kala uri.

2) Metode Duncan

Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) yang ditandai dengan

adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta sudah mulai terlepas.

Umumnya perdarahan tidak melebihi 400ml (Kuswanti dan

Melina,2014). Darah yang mengalir keluar antara selaput janin dan

dinding uterus, perdarahan ini telah terjadi sejak sebagian dari

plasenta dan akan berlangsung sampai seluruh plasenta lepas.

Pelepasan secara Duncan akan terjadi pada plasenta letak rendah

(Eniyati dan Sholihah2013). Apabila plasenta telah lahir, umumnya

otot-otot uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan

terjepit dan perdarahan akan segera berhenti. Pada keadaan normal

plasenta lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit stelah anak

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 387
lahir lengkap.

b. Tanda-tanda pelepasan plasenta

1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uterus

Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium mulai berkontraksi,uterus

berbetuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat

(Tando, 2015). Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong

ke bawah, uterus yang semula discoid menjadi glober (bundar)

akibat dari kontraksi uterus dan fundus berada di atas pusat

(Kuswanti dan Melina, 2013).

2) Semburan darah tiba-tiba

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong

plasenta keluar dengan adanya gaya gravitasi. Apabila

retroplasenter pooling dalam ruang di antara dinding uterus dan

permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas maka retroplasenter

akan pecah, sehingga terjadi semburan darah dari tepi plasenta

yang terlepas. Tanda ini tampak dalam waktu satu menit setelah

bayi lahir sampai lima menit(Tando, 2015).

3) Tali pusat memanjang

Tali pusat akan tampak menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld)

(Tando, 2015). Hal ini karena plasenta turun ke segmen uterus

yang lebih bawah atau rongga vagina (Kuswanti dan Melina,

2013).

4) Perubahan posisi uterus

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 388
Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah Rahim, maka

uterus muncul pada rongga abdomen (uterus naik di dalam

abdomen) (Kuswanti dan Melina, 2013).

c. Pengawasan perdarahan

Perasat-perasat untuk mengetahui plasenta lepas dari tempat implantasinya

1) Perasat Kustner

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan

kiri menekan diatas simfisis. Apabila tali pusat masuk ke dalam

vagina menandakan plasenta belum terlepas, sebaliknya bila tetap

atau tambah maju menandakan plasenta telah lepas dari dinding

uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, jika hanya

sebagian plasenta terlepas perdarahan abnormal akan terjadi

(Eniyati dan Sholihah, 2013).

2) Perasat Strassman

Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan

tangan kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat, apabila tali

pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, sebaliknya bila tidak

terasa getaran berarti plasenta sudah lepas dari dinding uterus.

Prasat ini menimbulkan tanda pelepasan plasenta yakni rahim

menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim

bundar dan keras, serta keluar darah tiba-tiba (Eniyati dan

Sholihah, 2013).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 389
3) Perasat Klien

Untuk melakukan prasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali

pusat tampak turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah

lepas bila pengejanan dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke

dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus

(Kuswanti dan Melina, 2013).

3. Manajemen Aktif Kala III

Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala

III selesai secepat mungkin dengan melakukan langkah-

langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir

dengan cepat. Tujuan manajemen aktif kala III adalah

untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih

efektif,mempersingkat waktu kala III, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III

persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan

fisiologis, sehingga dapat mengurangi angka kematian dan

angka kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan.

Penatalaksanaan manajemen kala III dapat mencegah

terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan yang

disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta. Syarat

manajemen aktif kala III yakni janin tunggalatau

memastikan tidak ada lagi janin di uterus. Dengan

membuat kontraksi uterus lebih efektif dapat memberi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 390
keuntungan di antaranya persalinan kala III lebih singkat,

mencegah perdarahan post partum dan menurunkan

kejadian retensio plasenta.

Manajemen aktif kala III dalam persalinan terdapat

tiga intervensi utama yakni pemberian uterotonika setelah

kelahiran bayi,penegangan tali pusat terkendali dengan

menunggu pelepasan dan pengeluaran plasenta serta

masase fundus uteri.

a. Pemberian oksitosin

Pemberian oksitosin perlu dilakukan pengkajian dengan melakukan

palpasi pada abdomen untuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal.

Pemberian oksitosin secara intramuscular pada sepertiga paha bagian

luar diberikan 1 menit setelah bayi lahir. Bila 15 menit plasenta belum

lahir, maka pemberian oksitosin kedua, evaluasi kandung kemih apakah

penuh atau tidak, bila penuh lakukan kateterisasi. Setelah 30 menit

belum lahir, maka berikan oksitosin ketiga sebanyak 10 mg dan rujuk

pasien (Kuswanti dan Melina Fitria, 2012).

Oksitosin dan ergometri kedua obat uterotonika tersebut dapat

mengurangi perdarahan pada periode postpartum. Berdasarkan

penelitian ibu hamil di Nigeria, ditemukan bahwa penggunan ergometri

aman untuk klien dengan tekanan darah normal. Pada resiko tinggi

seperti riwayat hipertensi tidak dapat diberi ergometri karena ergometri

meningkatkan tekanan darah secara bermakna membahayakan jiwa ibu,

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 391
sebaiknya menggunakan oksitosin untuk lebih aman bagi ibu (Fauziyah

Yulia, 2012).

b. Penengangan tali pusat terkendali

Penegangan tali pusat terkendali dilakukan dengan cara

menegangkan tali pusat secara berkala dengan mendorong uterus kearah

dorso cranial yakni kearah kepala ibu dengan tangan penolong

diletakkan di atas simphisis pubis ibu.Efek samping dari tindakan ini

walaupun jarang terjadi adalah putusnya tali pusat atau terjadinya

inversi uterus. Walaupun dikaitkan dengan kesalahan metode

pelaksanaannya, namun kejadian inversi uterus harus diwaspadai.

Setelah kelahiran plasenta, lakukan masase fundus uteri secara aktif

untuk menunjang kontraksi uterus hingga mencegah perdarahan

postpartum (Fauziyah Yulia,2012).

c. Masase fundus uteri

Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan

tangan kiri sedangkan tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan

selaput plasenta dalam keadaan lengkap dari sisi maternal dan fetal.

Masase fundus uteri perlu dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus

yang adekuat, sehingga perdarahan postpartum yang sering diakibatkan

oleh atonia uteri dapat dihindari (Fauziyah Yulia,2012).

4. Pemeriksaaan Plasenta

a. Plasenta

Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 392
memeriksa jumlah kotiledon yang rata-rata 15- 20 kotiledon. Periksa

dengan seksama pada bagian pinggir plasenta apakah kemungkinan

masih ada hubungan dengan plasenta lain (plasenta suksenturiata).

Amati apakah ada bagian tertentu yang seperti tertinggal atau tidak

utuh, jika kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk

membersihkan sisa plasenta (Walyani, Purwoastuti, 2015).

b. Selaput ketuban

Pada pemeriksaaan selaput ketuban setelah plasenta lahir, menilai

kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang

tertinggal di dalam uterus. Dengan cara meletakkan plasenta diatas

tempat yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil

mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput

ketuban.Jika ditemukan kemugkinan ada bagian yang robek, maka

segera lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput

ketuban karena sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang

tertinggal di dalam uterus akan menyebabkan perdarahan dan infeksi

(Walyani,Purwoastuti,2015).

c. Tali pusat

Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan

dengan tali pusat yakni panjang tali pusat, bentuk tali pusat (besar,kecil

atau terpilin-pilin), insersio tali pusat, jumlah vena dan arteri pada tali

pusat serta adanya lilitan tali pusat (Kuswanti dan Melina,2013).

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 393
5. Pemantauan kala III

a. Perdarahan

Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak. Bila jumlah

darah lebih dari 500 cc, segera lakukan penatalaksanaan sesuai faktor

penyebab (Tando,2013).

b. Kontraksi uterus

Setelah plasenta terlepas dan lahir, maka uterus akan melakukan kontraksi.

Kontraksi harus dipantau sampai kala IV persalinan, jika didapatkan

uterus berkontraksi jelek atau bahkan tidak berkontraksi,kemungkinan

terjadi atonia uteri sebagai factor terjadinya perdarahan pasca

persalinan (Tando,2013).

c. Robekan jalan lahir dan perineum

Saat melakukan PTT saat tidak adanya kontraksi, bidan akan melakukan

pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian

dilakukan sejak awal sehingga bidan dapat segera menentukan derajat

robekan dan teknik jahitan yang tepat yang akan digunakan sesuai

kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah darah yang keluar

merupakan akibat dari robekan jalan lahir atau karena pelepasan

plasenta (Walyani, Purwoastuti,2015).

d. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah yakni tekanan sistolik dan diastolik mulai kembali ke

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 394
tingkat sebelum persalinan. Nadi yakni secara bertahap meningkat

secara perlahan. Pernapasan akan kembali normal dan aktivitas

gastrointestinal, apabila tidak terpengaruh obat-obatan,motilitas

lambung dan absorbs kembali ke aktivitas normal, ibu bersalin yang

mengalami mual muntah selama kala III adalah hal yang abnormal

(Tando,2013).

e. Personal Hygiene

Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama pada daerah genetalia dilakukan

untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan

jala lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus. Kondisi pasien yang

sangat kotor akibat pengeluaran air ketuban, darah, atau feses saat

proses kelahiran janin. Saat plasenta telah lahir dan tidak adanya

perdarahan, maka segera keringkan bagian bawah pasien dari air

ketuban dan darah. Pasang underpad sebagai pengalas bokongberfungsi

untuk menampung darah. Apabila diperlukan unruk menghitung

volume darah, maka dapat dipasangkan bengkok dibagian bokong

pasien atau dapat di ketahui dari pemakaian pembalut (Walyani,

Purwoastuti,2015).

6. Kebutuhan Ibu Pada Kala III

a. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.

b. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.

c. Informasi yang jelas tentang keadaan pasien sekarang dan tindakan

apa yang akan dilakukan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 395
d. Menjelaskan pada pasien yang harus dilakukan untuk membantu

mempercepat kelahiran plasenta yakni kapan akan meneran dan

posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.

e. Merasa nyaman karena terbebas dari bagian bawah yang basah

dikarenakan darah dan air ketuban.

f. Hidariasi (Kuswanti dan Melina, 2013).

2.7 Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta

1. Definisi Retensio Plasenta

Retensio plasenta merupakan plasenta yang tidak

terpisah dan menimbulkan hemorhage yang tidak disadari

dan disadari ketika durasi waktu yang berlalu antara

kelahiran bayi dan kelahiran plasenta yang diharapkan.

Dalam berbagai ilmu atau tenaga kesehatan khususnya

bidan akan menunggu selama setengah jam untuk

mengetahui bahwa plasenta tertahan dalam uterus atau

belum lepas atau pun terlepas, namun tertahan akibat

kontriksi yang terjadi pada ostium uteri (Tando,2013).

Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam

setelah anak lahir disebut sebagai retensio plasenta.

Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif

kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara

plasenta dan uterus (Saifuddin,2014). Retensio plasenta

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 396
merupakan tertahannya atau belum lahirnya plasenta

hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir

(Nugroho T,2011).

2. Klasifikasi Retensio Plasenta

Klasifikasi retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis yakni:

a. Plasenta adhesiva merupakan implantasi yang kuat dari jonjot karion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

fisiologis.

b. Plasenta akreta merupakan implantasi jonjot karion plasenta hingga

menembus sebagian lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta merupakan implantasi jonjot karion plasenta hingga

mencapai atau menembus miometrium.

d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot karion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus

e. Plasenta inkarserata merupakan tertahannya plasenta di dalam kavum

uteri,karena kontruksi ostium uteri.

3. Predisposisi Retensio Plasenta

Faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau

plasenta tidak lahir selama durasi 30 menit yakni riwayat retensio plasenta,

persalinan premature, bekas luka operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan

Grandemultipara (Akinola, dkk:2013).

Menurut Walyani, Purwoastuti (2013) bahwa predisposisi retensio

plasenta atau faktor resiko retensio plasenta adalah grandemultipara,bekas

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 397
operasi pada uterus, plasenta previa karena pada bagian ishmus uterus,

pembuluh darah sedikit sehingga menembus jauh kedalam dan kehamilan

gemeli atau ganda yang memerlukan implantasi plasenta yang sedikit luas

serta infertilitas disebabkan karena lapisan endometriumnya tipis.

4. Etiologi Retensio Plasenta

Penyebab retensio plasenta:

a. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena melekat dan tumbuh

lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya:

1) Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan terjadi

perdarahan tetapi bila sebagian plasenta telah terlepas maka akan

terjadi perdarahan, hal ini akan menjadi indikasi untuk segera

mengeluarkannya.

2) Plasenta kemungkinan tidak keluar disebabkan oleh vesika urinaria

atau kandung kemih dan rektum penuh, hal yang harus dilakukan

dengan mengosongkannya.

3) Dapat diketahui plasenta telah lepas atau belum saat tindakan

pemeriksaan dalam dan tarikan tali pusat serta terjadi lebih dari 30

menit maka dapat dilakukan plasenta manual (Maryunani,

Yulianingsih, 2009).

b. Plasenta telah terlepas dari dinding uterus, namun belum keluar karena

atonia uteri atau adanya konstriksi pada bagian bawah Rahim (akibat

kesalahan penanganan kalau III) yang menyebabkan plasenta tidak lahir

(plasenta inkarserata) (Walyani, Purwoastuti, 2015:91). Penyebab

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 398
funsional terjadinya retensio plasenta yakni his kurang kuat (sebab

terpenting), plasenta sukar terlepas karena tempat insersi di sudut tuba,

bentuknya plasenta membranacea, plasenta anularis dan ukuran plasenta

sangat kecil disebut plasenta adhesive. Sedangkan sebab patologi-

anatomis yakni klasifikasi dari perlekatan plasenta (Pudiastuti,2012).

5. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta

Gejala yang secara umum selalu ada yakni plasenta belum lahir

dalam waktu 30 menit dan perdarahan segera kontraksi uterus baik.

Gejala yang kadang timbul yakni tali pusat putus akibat traksi berlebihan,

inversi uteri akibat tarikan, dan perdarahan lanjutan. Plasenta atau

sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan

perdarahan segera dan kontraksi uterus baik tapi tinggi fundus tidak

berkurangUntuk pelaksanaaan sebelumnya melakukan pemasangan infus

oksitosin 20 unit dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Bila

perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400mg melalui rectal (sebaiknya

tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat

menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri). Jika peregangan

tali pusat terkendali gagal maka lakukan manual plasenta. Pemberian

cairan untuk menghindari hipovolemia dan melakukan transfusi darah

apabila diperlukan dan pemberian antibiotika profilaksis (ampisilin 2g

IV/oral dan metronidazol 1g supositoria/oral) (Pudiastuti,2012).

Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta dalam kavum uteri,

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Penanganan pada plasenta

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 399
inkarserata yakni dengan mencoba 1-3 kali dengan prasat Crede. Bila

prasat Crede gagal, maka lakukan manual plasenta, transfusi darah bila

perlu dan pemberian uterotonika dan antibiotik (Kuswanti dan

Melina,2014).

Plasenta akreta adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

implantasi plasenta yang sangat kuat menempel pada dinding uterus,

akibat dari tidak adanya desidua basalis dan ketidaksempurnaan

pembentukan lapisan fibrinoid atau lapisan nitabuch. Plasenta akreta

umumnya dapat diketahui ketika pecahnya ketuban disertai perdarahan

vagina, kegawatan janin, bahkan kematian janin. Ketika terjadi

perdarahan akut dari plasenta akreta yang pecah, direkomendasikan untuk

segera melahirkan. Plasenta akreta dapat didiagnosis sebelum kelahiran

dengan menggunakan USG. Penatalaksanaan utama untuk plasenta akreta

bergantung pada diagnosis prenatal yakni melalui tindakan operatif

(Fauziyah, Yulia 2012).

6. Penanganan Retensio Plasenta

a. Penanganan secara umum

1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan

dan jika terasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta

tersebut.

2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Apabila diperlukan lakukan

kateterisasi kandung kemih Jika plasenta belum keluar, berikan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 400
oksitosin 10 unit secara Intamuskular, jika belum dilakukan pada

kala III.

3) Jangan berikan ergometri karena dapat menyebabkan kontraksi

uterus yang tonik yang bisa memperlambat pengeluaran plasenta.

4) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin

dan uterus teraba berkontraksi lakukan penarikan tali pusat

terkendali.

5) Jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk

mengeluarkan

plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji

pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan

setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan

mudah menunjukkan koagulapati.

6) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang

berbau) berikan antibiotik untuk metritis.

b. Penanganan secara khusus

1) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan

tindakan yang di ambil.

2) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila

ekspulsi plasenta tidak terjadi coba traksi terkontrol tali pusat.

3) Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40

tetes permenit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400

mg per rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 401
kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta

terperangkap dalam kavum uteriBila traksi terkontrol gagal untuk

melahirkan plasenta lakukan manual plasenta secara hati-hati dan

halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.

4) Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.

5) Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2g

IV/oral+metronidazole 1g supositorial/oral).

6) segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi dan

syok hemoragik.

Menurut WHO, Pengeluaran dengan manual plasenta merupakan

prosedur kebidanan yang umum dilakukan pada tahap kala III

persalinan sebagai tindakan segera terhadap plasenta yang tertahan

selama durasi 30 menit (Akinola, dkk:2013). Manual Plasenta adalah

tindakan untuk melepaskan plasenta secara manual dengan tindakan

menjemput dengan tangan dari tempat implantasinya dan kemudian

melahirkan melalui kavum uteri.

Prosedur

a. Persiapan

1) Pasang infus set dan cairan infus.

2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.

3) Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rectal.

4) Siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi.

b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 402
1) Pasang sarung tangan panjang DTT

2) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

3) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,

tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.

4) Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan

menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi

bawah tali pusat. Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten

atau penolong lain untuk memengang klem tali pusat kemudian

pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.

5) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke

kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari

merapat.

6) Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang

paling bawah. Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali

pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan

diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan

menghadap kebawah.Bila korpus depan maka pindahkan tangan

ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujungujung jari-jari tangan

diantara plasenta dan diding uters serta punggung tangan

menghadap ke atas.

7) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding

uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 403
tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (cranial ibu)

hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

8) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan

eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.

9) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan

segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten atau

penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa

plasenta keluar.

10) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi)

uterus kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan

tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah di sediakan.

11) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan

lain yang digunakan.

12) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

13) Cuci tangan dengan prinsip 6 langkah cuci tangan dibawah air

mengalir dengan sabunkemudian keringkan dengan handuk

bersih.

14) Periksa kembali tanda-tanda vital

15) Mencatat kenadaan umum ibu dan laporan tindakan

16) Menulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan

dari asuahan lanjutan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 404
17) Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah

selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan

lanjutan.

18) Melanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2021


Waktu Pengkajian : 09.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Sarinah

Pengkaji : Sarinah,S.Tr.Keb

A. DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS
Nama : Ny. Dewi Arum Sari Nama Suami :
Tn.Fikar I
Umur : 28 Tahun Umur : 29
Tahun
Suku/kebangsaan : Betawi/ Indonesia Suku/kebangsaan : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Swasta
Alamat rumah : Taman Nusa Citra O/11 Cibinong Bogor
Telp : 0838-9419-7093

9. Keluhan Utama:
Pasen mengatakan mules – Mules sejak jam 02.30 wib, disertai keluar lender
campur darah

10. Riwayat Menstruasi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 405
▪ HPHT : 13 -09-2020
▪ TTP : 20 -06 -2021
▪ Lamanya : 6 Hari
▪ Banyaknya: 2-3 x ganti softex
▪ Siklusnya : 28 hari, teratur
▪ Konsitensi : Cair disertai gumpalan

11. Riwayat kesehatan


• Riwayat penyakit menular dalam keluarga : Tidak ada
• Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : Tidak ada

12. Perilaku kesehatan :


• Penggunaan alkohol / obat sejenisnya : Tidak ada
• Obat/jamu yang sering digunakan : Tidak ada
• Rokok, makan sirih : Tidak ada
• Irigasi vagina : Tidak ada

13. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, KB yang lalu


Penyulit
Tahun Tempat Jenis
No UK Penolong Kehamilan/ JK BB PB
lahir Bersalin persalinan
Persalinan
39m
1 2015 RB Spontan Bidan Tidak ada L 3800 50
g
Hamil
2
ini

14. Riwayat hamil ini


• Pemeriksaan pertama kali pada kehamilan: 4 minggu
• Tempat periksa hamil : PMB Sarinah
• Frekwensi selama hamil :
• Immunisasi TT 1 tgl : 30 Januari 2021 TT2 tgl : 10 Maret
2021
• Keluhan mual : ada
• Keluhan pusing : ada
• Muntah : tidak ada
• Oedem : Tidak ada
• Nyeri perut : Tidak ada
• Penglihatan kabur : Tidak ada
• Gerakan janin pertama kali : 16 minggu

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 406
• Rasa gatal vulva dan vagina : Tidak ada
• Gerakan Janin sekarang : ada / sehari 8-9 x
pergerakan

15. Aktivitas sehari-hari


e. Diet/makan
• Makan sehari-hari : Nasi, sayur, lauk pauk (3 x1
sehari) Buah - buahan
• Ngidam : ada diusia kehamilan 8-12
mg
• Pantangan tehadap makanan : tidak ada
f. Pola eliminasi :
• Bak : 7-8 x/ hari Warna : kuning
• BAB : 1 x/ hari Konsistensi / warna: padat /
kuning
c. Pola istirahat dan tidur :
• Siang : ½ - 1 jam
• Malam : 7-8 jam
d. Pola seksulitas : 1-2 x dalam seminggu
e. Aktifitas sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah seperti nyapu
Ngepel, masak,mencuci pakaian, dibant
oleh
Suami

16. Riwayat Sosial


• Apakah kehamilan ini direncanakan : direncanakan
• Jenis kelamin yang diharapkan : Perempuan
• Status perkawinan : Menikah 1 kali
• Usia perkawinan : 8 Tahun
• Kegiatan spiritual : Tidak ada

B. OBJEKTIF
4. Pemeriksaan umum
• Keadaan umum : Baik
• kesadaran : compos mentis
• Keadaan emosional : stabil
• Vital sign :
➢ TD : 120/80 mmhg Nadi : 84 x/mnt
➢ RR : 22 x/mnt Suhu : 36,5 0C
• TB : 158 cm

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 407
• BB sebelum hamil : 47 kg
BB sekarang : 55 kg
Lila : 26 Cm

5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
• Warna rambut : hitam
• Tekstur : lembut
• Luka : Tidak ada
• Kebersihan : bersih
b. Muka
• Oedema : Tidak ada oedem
• Pucat : Tidak
• Cloasma gravidarum : tidak ada
c. Mata
• Oedema : tidak ada
• Konjungtiva : tidak anemis
• Sklera : Tidak ikterik
d. Hidung Kebersihan : Bersih
• Radang : tidak radang
e. Gigi/mulut :
• Lidah dan geraham : Lidah bersih tidak anemis, geraham tidak
bolong
• Stomatits : Tidak ada
• Tonsil : Tidak bengkak
• Caries : Tidak ada
• Karang gigi : tidak ada
f. Telinga
• Kebersihan : Bersih
• Radang : Tidak ada
• Pendengaran : Normal/baik
g. Leher
• Kelenjer tiroid : Simetris dan tidak ada pembengkakan
• Kelenjar lymfa : Tidak ada pembengkakan
• Vena jugularis : Normal/ tidak ada pembesaran
h. Dada
• Bunyi jantung : Tidak ada murmur
• Bunyi paru : Normal
i. Payudara

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 408
• Pembesaran : Normal dan simetris
• Striae : Tidak ada
• Putting : menonjol
• Areola : Tampak menghitam
• Benjolan : Tidak teraba
• Pengeluaran : Adanya pengeluaran Colostrum
• Kebersihan : Bersih
j. Abdomen
• Bekas luka operasi : Tidak ada
• Pembesaran perut : Normal
• Bentuk perut : Bulat
• Striae : Tidak Ada
• Kandung kemih : Kosong
• Oedema : Tidak Odema
• Linea : Tidak Ada
k. Pemeriksaan kebidanan
• Palpasi uterus
➢ Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting
➢ Leopold II : Kanan : Teraba Panjang Keras Seperti Papan, Kiri
: Teraba Bagian Terkecil Janin
➢ Leopold III : Teraba Bulat. Keras. Melenting
➢ Leopold IV : Bagian Terbawah Sudah Masuk PAP, Teraba 2/5
• TFU : 33 cm
• TBJ : 3255 gr
• Auskultasi
➢ Frekuensi : 134 x/i
➢ Tempat : Punggung Kanan
➢ Irama : Teratur
• Kontraksi
➢ Frekuensi : 3 x 10 Menit
➢ Durasi : 40 Detik
l. Ekstremitas
• Oedema tangan dan jari : Tidak
• Oedema kaki : Tidak
• Betis merah/lembek/keras : Tidak
• Varises : Tidak
• Reflek patella ka/ki : Positif
m. Anogenital
• Inspeksi

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 409
➢ Vulva/vagina
- Varises : Tidak
- Kemerahan : Tidak
- Luka : Tidak
- Oedema : Tidak
- dll : Tidak
➢ Perineum (luka parut) : Tidak
n. Periksa Dalam
• Atas indikasi : Adanya Mules
• Pukul : 09.30 WIB
• Dinding vagina : Normal
• Portio (Effecement) : Lunak
• Posisi portio : Ante fleksi
• Pembukaan serviks : 4 CM
• Konsistensi servik : Teraba
• Ketuban : Utuh
• Presentasi fetus : Kepala
• Penurunan bagian terendah : UUK
• Posisi janin : Normal
• Bagian lain yang teraba : Tidak Ada
o. Punggung / pinggang dan anus
• Posisi tulang belakang : Normal
• Hemoroid : Tidak Ada

6. Pemeriksaan Penunjang
• HB : 11.8 gr%
• Protein urin : Negatif
• Golongan darah : A (+)
• HBSHG : NON REAKTIF
• HIV : NON REAKTIF
• SIFILIS : NON REAKTIF
• REPID ANTI GEN : NON REAKTIF

C. ANALISIS DATA :
DIAGNOSA : Ny.D 28 Tahun G2P1A0 Hamil 39 Minggu Dengan Inpartu Kala 1
Fase Aktif. Janin Tunggal, Hidup, Intrauterin, Persentasi Kepala
PENATALAKSANAAN :

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 410
1. Menginformasikan Hasil Pemeriksaan Dan Asuhan Yang Akan Diberikan
Kepada Ibu, Suami, Dan Keluarga. Ibu, Suami, Dan Keluarga Memahami.
2. Memberikan informasi atau konseling tentang tanda bahaya persalinan
seperti pusing hebat, mual muntah, pandangan kabur, banyaknya keluar
darah pervaginam. Ibu Memahami
3. Melakukan Infomed Consent Ke Ibu Dan Suami Mengenai Tindakan Yang
Akan Dilakukan. Ibu Dan Suami Setuju Dan Menandatangani.
4. Mengajarkan Ibu Untuk Melakukan Teknik Relaksasi Jika Ibu Merasa
Mulas. Ibu Mengetahu Dan Sudah Melakukan.
5. Mempersiapkan Kelengkapan Kain Ibu, Baju Bayi, Handuk, Peralatan
Persalinana. Perlengkapanm Sudah Siap.
6. Memantau Keadaan Ibu Dan Keadaan Janin Secara Berkala Dan
Merencanakan Pemeriksaan Dalam Per 4 Jam Sekali.
7. Melakukan Pedokumentasian Soap Dan Patograf. Soap Dan Patograf
Terlampir

Bogor, 14 Juni 2021

Pengkaji,

(Sarinah)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 411
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA I)

Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2021


Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB SARINAH

S : Ibu merasa ingin BAB dan ingin mengejan

O : Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg, P : 88 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,60C
His : 5x10”45” DJJ : 148 x/menit (regular)
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher) :
portio tidak teraba, Pembukaan lengkap (10 Cm), selaput ketuban
amniotomy ketuban berwarna jernih, kepala tampak di introitus vagina,
anus membuka.
Volume urine : kosong
Hasil pemeriksaan lainnya :
Tidak Ada
A : Ny. D G2p1a0 Hamil 39 Minggu Inpartu Kala 11
Janin Tunggal, Hidup, Intrauterin, Persentasi Kepala
P :
• Menjelaskan Hasil Pemeriksaan Bahwa Pembukaan Sudah Lengkap.
• Memberikan Dukungan Terus Menerus Pada Ibu Dengan
Memperbolehkan Suami Untuk Mendampingi.
• Menjelaskan Tentang Kemajuan Persalinan.
• Mengatur Posisi Tegak Agar Berkurngnya Rasa Nyeri, Mudah
Mengedan, Dan Mengurangi Trauma Jalan Lahir.
• Membimbing Mengedan Dengan Posisi Setengah Duduk.
• Memantau Keadaan Ibu, Djj Dan His.
• Mengulangi Pemeriksaan Dalam.
• Mendekatkan Alat Partus Dan Obat Uterotonika Serta Alat Resusitasi
Bayi.
• Memimpin Persalinana.
• Bayi Lahir Sepontan Pervaginam 11.23 Wib, Jenis Kelamin
Perempuan, Segera Menangis Kuat, Dan Tonus Otot Aktif
• Melakukan Klem Dan Pemotongan Tali Pusat.
• Meletakan Bayi Di Antara Payudarah Ibu Dan Mengajurkan Ibu Untuk
Memeluk Bayinya Selama 1 Jam (Imd)
• Cek Janin Ke Dua.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 412
Bogor, 14 Juni 2021
Pengkaji,

(Sarinah)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 413
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA III)

Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2021


Waktu Pengkajian : 11.33 Wib
Tempat Pengkajian : PMB Sarinah

S : Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya namun ibu merasa tidak ada
mulas
O : TFU : Sepusat
Kontraksi uterus : Tidak Ada
Kandung kemih : + 100 cc
Hasil pemeriksaan lainnya :
Terdapat tali pusat tidak memanjang dan tidak ada semburan darah
A : Ny.D P2A0 Partus dengan Retensio Plasenta
P :
1. Memberitahukan ibu bahwa ibu akan di beri suntikkan oksitosin.
2. Menyuntikan oksitosin 10 iu (I ampul) di paha sebelah kiri. Ibu
bersedia melakukan peregangan tali pusat terkendali. Setelah 15 menit
tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
3. Memberitahukan ibu bahwa plasenta belum lahir dan akan dilakukan
penyuntikan oksitosin ke dua.
4. Memberitahukan ibu bahwa plasenta belum lahir dan akan di lakukan
manual pelasenta. Dan akan di pasang infus.
5. Melakukan infomed consent kepada ibu dan suami mengenai tindakan
yang akan bidan lakukan. Ibu dan suami setuju dan menandatangani.
6. Melakukan pemasangan infus dan memberikan drip oksitosin 10 iu (1
ampul).
7. Melakukan tindakan manual plasenta dengan cara tangan kanan
menelusuri sisi bawah tali pusat sampai menyentuh kafum uteri,
meminta tolong asisten untuk peregangan tali pusat, mencari tempat
implantasi plasenta, mengubah tangan seperti memberi salam, menyisir
bagian palsenta yang lengket, setelah lepas membawa plasenta menuju
introitus vagina, melakukan pengeluaran plasenta searah jarum jam,
plasenta lahir pukul 11.28 Wib, pengecekan robekan jalan lahir dan
pengecekan plasenta, selaput ketuban tidak utuh, Panjang tali pusat 45
cm diameter 1.5 cm.
8. Melakukan massase uterus selama 15 detik sampai utuerus
berkontraksi dengan baik, uterus globuler
9. Melakukan evaluasi jalan lahir pada vagina dan perenium terlihat ada
robekan grade 2 dan perdarahan 150 cc.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 414
Bogor, 14 Juni 2021
Pengkaji,

(Sarinah)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 415
CATATAN PERKEMBANGAN (KALA IV)

Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2021


Waktu Pengkajian : 11.28 Wib
Tempat Pengkajian : PMB Sarinah

S : Ibu Mengatakan Lelah, Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules


O : Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg, P : 84 x/menit, R : 25 x/menit, S : 36.70C
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih : kosong
Hasil pemeriksaan lainnya :
Perdarahan + 100 cc, terdapat robekan perenium grade 2
A : Ny. D 28 tahun P2A0 Partus kala IV
p : 1. Menjelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan baik.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami rupture grade 2 dan akan
di lakukan penjahitan (heakting)
3. Melakukan penjahitan rupture derajat 2 dengan anastesi lidokain 1%.
4. Melakukan pemantauan kontraksi uterus dalam 15 menit pertama pada
jam pertama, pada jam ke dua setiap 30 menit sekali.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
6. Menjelaskan tanda bahaya kala IV yaitu kontraksi yang tidak baik di
tandai oleh uterus yang tidak berkeontraksi atau uterus ibu lembek
serta terjadi pendarahan secara tiba tiba dalam jumblah yang banyak.
7. Memberi terapi oral : amoxcilin 500 Mg 3x1, Asam efenamat 500Mg
3x1, Metronidazole 500 Mg 3x1, Vit A dosis 2000 iu 1x1, dan tablet
tambah darah 2x1
8. Melakukan pendokumentasian mengisi patrograf.
9. Membersihkah ibu dengan air DTT menggunakan waslap, memakai
pembalut dan kain bersih.
10. Memindahkan bayi dan ibu ke ruang perawatan.

Bogor, 14 Juni 2021


Penulis

(Sarinah)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 416
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. PEMBAHASAN

Pada langkah ini dikumpulkan semua data yang akurat yang

berkaitan dengan kondisi Ny.D. Ny. D mengaku ini kehamilan ke dua,

Ny.D selalu rutin ke bidan untuk memeriksakan kehamilan setiap bulan.

Pemeriksaan pertama ditemukan keluhan seperti mual muntah dan

pusing sehingga Ny. D kurang asupan makan sehingga berat badan tidak

naik. Dilakukan pemeriksaan lingkar lengan atas 26 cm. dan dilakukan

pemeriksaan penunjang ditemukan hasil penunjang laboratrium hb 11,8

g/dl, HBSHG, HIV, Sifilis Non Reaktif. Saat persalinan My. D merasa

senang atas kelahiran bayinya namun Ny. D merasa tidak adanya mulas

setelah bayinya lahir. Ny. D mengaku kelahiran putra pertamanya juga

mengalami permasalahan yang sama yaitu lengketnya plasenta hingga

dilakukan tindakan manual plasenta.

Dari pemeriksaan diatas ditemukan masalah pada Ny. D yaitu

kadar hemoglobin yang rendah dan adanya riwayat perlengketan plasenta

sehingga dilakukan tindakan manual plasenta saat persalinana.

Permaslaah dalam kasus ini ada kesaaman dengan jurnal penelitian

Riyanto dalam jurnal yang berjudul faktor risiko kejadian retensio

plasenta pada ibu bersalin di RSUD dr. H. Bob Bazar, SKM Kalianda.

Hasil penelitian menyimpulkan terdapat hubungan antara anemia dengan

kejadian retensio plasenta (p=0.016< = 0.05). Terdapat ibu bersalin

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 417
dengan anemia berjumlah 29,0% mengalami retesio plasenta.Ibu bersalin

dengan anemia mempunyai risiko 3,467 kali untuk mengalami retensio

plasenta dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak anemia (POR

3,467; 95% CI: 1,343-8,951).

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Oktasia

(2001)19 RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang yang menunjukan

hasil terdapat hubungan antara anemia dengan retensio plasenta (OR:

6,889 CI: 95% 5,000 -8,750). Hasil penelitian Ramadhani dan Sukarya

(2011)20 di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung periode 1 Januari – 31

Desember 2010 yang memperlihatkan terdapat hubungan kadar

haemoglobin (anemia) dengan kejadian retensio plasenta pada ibu

bersalin (p = 0,001, OR = 2,100). Penelitian oleh Hastuti (2013)12 di

RSUD Jendaral Ahamd Yani Kota Metro menyimpulkan terdapat

hubungan antara anemia dengan kejadian retensio plasenta (OR= 6,000;

CI 95%: 1,543-23,3).

Anemia pada ibu hamil dan bersalin dapat menyebabkan kontraksi

serat-serat myometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah

yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta menjadi lemah

sehingga memperbesar resiko terjadinya retensio plasenta karena

myometrium tidak dapat berkontraksi. Ibu dengan anemia dapat

menimbulkan gangguan pada kala uri yang diikuti retensio plasenta dan

perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2007)

Ibu yang memasuki persalinan dengan konsentrasi hemoglobin yang

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 418
rendah (di bawah 10g/dl) dapat mengalami penurunan yang lebih cepat

lagi jika terjadi perdarahan, bagaimanapun kecilnya. Anemia berkaitan

dengan debilitas yang merupakan penyebab lebih langsung terjadinya

retensio plasenta (Fraser & Coper, 2009)

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau

mengurangi kejadian retensio plasenta adalah pemberian tablet Fe kepada

ibu hamil saat ANC dengan dikonsumsi secara teratur dan memberikan

konseling tentang penanganan anemia. Selain itu, petugas Rumah sakit

bila mendapatkan ibu hamil dengan anemia untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya asupan nutrisi seimbang kehamilan dan

merujuk ke Puskesmas untuk penanganan lebih lanjut sehingga kejadian

anemia pada ibu hamil dapat dicegah dan retensio plasenta saat hamil

tidak terjadi atau dapat dicegah.

Hasil analisis penelitian juga didapatkan 71,0% ibu bersalin dengan

anemia tidak mengalami retensio plasenta. Hal ini diantaranya karena

pada ibu saat melahirkan mendapatkan penanganan atau manajemen aktif

kala tiga dengan baik.Manajemen aktif kala tiga persalinan dapat

mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi

perdarahan post partum, sehigga kejadian retensio plasenta yang

sebenarnya dapat dicegah (Wiknjosastro, dkk, 2008)21.

Oleh karena itu, upaya menurunkan atau mencegah terjadinya

retensio plasenta dengan ibu hamil berisiko tinggi seperti anemia, yaitu

mengimplementasikan asuhan persalinan normal (APN) secara benar

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 419
dengan menerapkan manajemen aktif kala III persalinan dan melatih

tenaga kesehatan, seperti Bidan untuk mengikuti pelatihan APN.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 420
BAB V
PENUTUP DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny.D
Usia 28 tahun G2P1A0 dengan Kala III Retensio plasenta di PMB Sarinah,
STr. Keb perum Bogor Asri Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor tahun
2021 maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala III
retensio plasenta telah melakukan pengkajian dan hasil pengkajian tersebut
meliputi data subjektif dan data objektif.
2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala III
retensio plasenta penulis dapat mendeteksi dini dan mengidentifikasi
diagnosa, masalah, dan kebutuhan diagnosa yang didapat yaitu Ny.D
P2A0 Dengan Kala III retensio plasenta.
3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala III
retensio plasenta penulis menemukan tindakan segera karena retensio
plasenta masih bisa ditangani di PMB dengan dibantu konsultasi ke dokter
obgyn.
4. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala III
retensio plasenta penulis membuat rencana sesuai kebutuhan pasien
5. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala III
retensio plasenta penulis melakukan asuhan sesuai perencanaan
6. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala III
retensio plasenta hasil evaluasi berjalan dengan baik sesuai dari
pencapaian maksimal dari penatalaksanaan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 421
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
saran sebagai berikut :
1. Bagi Ibu hamil
Diharapkan masyarakat terutama ibu hamil mengikuti setiap pengarahan dan
konseling yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan sehingga dapat
melakukan pencegahan terhadap tanda-tanda bahaya pada ibu hamil dan
saat bersalin.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya institusi dapat memberikan teori dan keterampilan yang lebih
kepada mahasiswa agar dapat dengan mudah dan bisa mandiri
memberikan pelayanan dengan baik dan benar, pembuatan studi kasus
yang telah ada tetap dijadikan acuan dan bahan perbandingan untuk
pembuatan studi kasus yang lebih baik
3. Bagi lahan praktek
Penulis mengharapkan agar lahan praktek lebih meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kesehatan yang sudah diprogramkan
khususnya pada masa kehamilan. dari melakukan pengkajian data klien,
mengidentifikasi masalah diagnosa dan kebutuhan, menentukan antisipasi
masalah potensial, memberikan tindakan segera bila dibutuhkan,
menyusun rencana sesuai kebutuhan, melakukan perencanaan yang telah
ditetapkan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti bila diperlukan.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 422
DAFTAR PUSTAKA

Endang Purwoastuti.Th, Siwi Walyani Elisabeth. 2015. Panduan Materi

Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka

Baru Press .

Fitriana Yuni , Nurwiandani Widy. 2018. Asuhan Persalinan konsep persalinan

secara komprehensif dalam ashan kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru

Press.

Febrianti,Aslina. 2019 . Praktik Klinik Kebidanan I. Yogyakarta : PT.PUSTAKA

BARU.

Manuaba Ayu . S ,DKK . 2016 . Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Untuk

Mahasiswa Bidan . Jakarta : EGC .

Mastiningsih Putu. 2019. Buku Ajar Program Pelayanan Keluarga Berencana.

Bogor : IN MEDIA.

Purwoastuti Endang, Walayani Siwi Elisabeth. 2015. Panduan Marei Kesehatan

Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Yogyakarta : PUSTAKA BARU

PRESS.

Rismalinda . 2015 . Buku Ajar Asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta : CV. Trans

Inpo Media.

Rosmiarti. Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Dengan Standar 14 T Di

Puskesmas Dempo Palembang Tahun 2017.

file:///C:/Users/user/Pictures/91-159-1-SM.pdf . ( diakses 25 Desember

2020).

Sukma Febi, DKK. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Fakultas

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 423
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhamadiah Jakarta .

file:///C:/Users/user/Pictures/Asuhan%20Kebidanan%20Nifas.pdf .

Sulisanti Anik, Sunarti. Kajian Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Oleh Bidan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran Seragen..

file:///C:/Users/user/Pictures/63-Article%20Text-182-1-10-20151126.pdf .

( Diakses Desember 2020 ).

Sumaryati, 2017. Asuhan Kebidanan Continuityof care pada Ny.S masa hamil

sampi dengan keluarg beremcana di RB Fauiah Pulung, Ponorogo. 2017.

Diakses dari http//eprints.umpo.ac.id. pada tanggal 01 Desember 2020 .

Susiana Sali. 2019. Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya

Penangananya. Jakarta : Pusat Peneliti Badan Keahliandpr RI.

file:///C:/Users/user/Pictures/Info%20Singkat-XI-24-II-P3DI-Desember-

2019-177.pdf .( Diakses 01 Januari 2020)

Tyastuti Siti , Wahyuningsih Puji . 2016 . Modul Bahan Ajar Kebidanan Asuhan

Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Penerbit dilindungi Undang-Undang.

file:///C:/Users/user/Pictures/Asuhan-Kebidanan-Kehamilan-

Komprehensif.pdf .

Walayani Siwi Elisabeth. 2015 . Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak

pertama Agar Bati Lahir dan tumbuh sehat. Yogyakrta: Pustaka Baru press

Walyani Elisabeth S, Purwoastuti Endang .2015. Asuhan Kebidanan Masa

Nifas&Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Walyani Siwi Elisabeth, Purwoastuti Endang . 2016. Asuhan Kebidanan

Persalinan&Bayi Baru Lahir . Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 424
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S DENGAN KEKURANGAN ENERGI
KRONIK (KEK) DI RUANG KIA PUSKESMAS NANGGUNG

Hidayani1 , Wiarnasari2
1,2
Fakultas Vokasi, UIMA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan secara global


sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000
kelahiran hidup (WHO, 2017). Sebanyak 99% kematian Ibu akibat
masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di negara–negara
berkembang.Rasio AKI masih dirasa cukup tinggi sebagaimana target
Sustainable Development Goals SDGs 70 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2030.1
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2015,Angka kematian Ibu ( AKI ) sebesar 305 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan
Negara-negara tetangga di kawasan ASEAN2.AKI di Negara-negara
ASEAN rata-rata sebesar 40-60 per 100.000 kelahiran hidup.Adapun
jumlah kasus kematian ibu tahun 2019 di Indonesia sebanyak 4197 kasus.
Jumlah kasus kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2019
sebanyak 684 kasus, menurun dibandingkan tahun 2018 sebanyak 700
kasus.Penyebab AKI di Jawa Barat tahun 2019 yaitu perdarahan
33%,hipertensi dalam kehamilan 33,8%,infeksi 3.4%,gangguan system
peredaran darah 9.5%,gangguan metabolic 1.7%, lain-lain 20.5%.2
Data kejadian KEK pada ibu hamil di Indonesia tahun 2018
sebanyak 15,1%.Berdasarkan umur, kejadian KEK pada ibu hamil tahun
2018 yaitu umur 15 – 19 tahun sebanyak 29.,5%, umur 20 – 24 tahun
sebanyak17,1%, umur 25 – 29 tahun sebanyak 13,9,%, umur 30 – 34 tahun

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 425
sebanyak13,3%, umur 35 – 39 tahun sebanyak 7,2%, umur 40 – 44 tahun
sebanyak7,9%, umur 45 – 49 tahun sebanyak 20,7%. Sementara itu jumlah
ibu hamil dengan KEK di Jawa Barat 12,2%.4
KEK pada ibu hamil dapat menyebabakan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain adalah: berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, anemia, pendarahan, dan terkena penyakit infeksi. Sedangkan
pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sebelum waktunya (prematus), persalinan sulit dan lama, pendarahan
setelah persalinan, serta persalinan dengan oprasi cenderung meningkat.
Selain itu, KEK pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, berat badan bayi
rendah (BBLR), bayi mati dalam kandungan.3
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil
menjadi faktor penentu angka kematian meskipun ada faktor lain yang
mempengaruhinya, seperti perdarahan, keracunan kehamilan yang disertai
kejang, aborsi, dan infeksi. Perdarahan menempati persentase tertinggi
penyebab kematian ibu yaitu sebesar 28% sedangkan penyebab utama
terjadinya perdarahan pada ibu hamil adalah anemia dan KEK.5
Peran bidan yaitu melakukan upaya yang terbaik dalam pelayanan
seperti meningkatkan pelayanan pemeriksaan ANC dengan mendeteksi
secara dini pada Ibu hamil dengan KEK sehingga dapat diberikan
penanganan dengan memberikan penyuluhan asupan gizi untuk Ibu hamil
dan pemberian PMT. Penatalaksanaan Ibu hamil dengan KEK menurut
Depkes RI (2013) yaitu dengan cara penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) yang dimaksudkan adalah berupa makanan tambahan
bukan sebagai pengganti makanan utama sehari – hari. Adapun
penanganan pada Ibu hamil dengan KEK adalah dengan menjaga pola
makan yang baik yaitu pola makan yang memiliki asupan gizi yang
seimbang, beragam, bervariasi.6
Berdasarkan data PWS KIA Puskesmas Nanggung tahun 2020
didapatkan jumlah ibu hamil tahun 2020 sebanyak 1094 orang diantaranya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 426
mengalami KEK sebanyak 197 (18,0%) ibu hamil dan diberikan PMT
sebanyak 99 (9,0%) ibu hamil. Berdasarkan uraian diatas angka kejadian
KEK masih cukup tinggi dan menjadi salah satu penyebab kematian pada
Ibu dan Bayi. Apabila KEK pada Ibu hamil tidak ditangani maka
ditakukan akan terjadi komplikasi pada Ibu dan janin. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil Ny”S” dengan Kekurangan Energi Kronik di Puskesmas
Nanggung Tahun 2021”.

I.2. Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan secara menyeluruh terhadap asuhan
kebidanan Pada Ibu Hamil Ny, S dengan Kekurangan Energi Kronik di
Puskesmas Nanggung Tahun 2021.
I.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan Pengkajian data Subjektif dalam memberikan asuhan
kebidanan pada Ibu hamil Ny “S” dengan kekurangan energi kronik di
Puskesmas Nanggung Tahun 2021.
b. Mampu melakukan Pengkajian data Objektif dalam memberikan asuhan
kebidanan pada Ibu hamil Ny”S” dengan kekurangan energi kronik di
Puskesmas Nanggung Tahun 2021.
c. Mampu melakukan Analisa dalam memberikan asuhan kebidanan pada
Ibu hamil Ny “S’ dengan kekurangan energi kronik di Puskesmas
Nanggung Tahun 2021.
d. Mampu melakukan Tindakan yang akan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada Ibu hamil Ny”S” dengan kekuranagn energi kronik
di Puskesmas Nanggung Tahun 2021.

I.1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
a. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi di perpustakaan dan menambah masukan untuk

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 427
mengevaluasi kemamapuan mahasiswa dalam menerapkan asuhan
pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
b. Manfaat Bagi Lahan Praktek
Dapat menambah bahan acuan dan wawasan serta meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan pada ibu hamil.
c. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu hamil.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 428
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan
2.1.2. Definisi Kehamilan
Kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel sperma,
sehingga terjadi fertilisasi, kemudian dilanjutkan dengan impantasi sampai
lahirnya janin.7
2.1.3. Perubahan Pada Kehamilan
Perubahan pada kehamilan, terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita,
khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna, serta payudara. Selain
perubahan fisik, wanita hamil juga akan mengalami perubahan psikologis, yang
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan hormon. Perubahan tersebut berinteraksi
dengan faktor internal yang memengaruhi masa transisi wanita hamil menjadi
seorang ibu.8
1. Perubahan Fisik
a. Trimester I (1-3 bulan)
Tanda fisik pertama yang dapat dilihat pada beberapa ibu adalah
perdarahan atau spoting sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat
embrio melekat pada lapisan uterus. Setelah terlambat satu periode
menstruasi, perubahan fisik berikutnya biasanya adalah nyeri dan
pembesaran payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang
kronis/menetap dan sering BAK. Mual dan muntah biasanya terjadi
pada usia 8-12 minggu. Pada usia kehamilan 12 minggu,
pertumbuhan uterus di atas simfisis pubis dapat teraba. Ibu akan
mengalami kenaikan berat bedan sekitar 1-2 minggu selama
trisemester pertama.
b. Trimester II (4-6 bulan)
Uterus akan tumbuh. Pada usia kehamilan 16 minggu, uterus biasanya
berada pada pertengahan antara simfisis pubis dan pusat.
Penambahan berat badan sekitar 0,4-0,5 kg/mg.. Pada usia
kehamilan 20 minggu, fundus berada dekat dengan pusat.Tinggi
fundus uteri yang normal adalah 2 cm lebih besar dari usia

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 429
kehamilan pada usia kehamilan di bawah 20 minggu sedangkan
pada usia kehamilan diatas 20 mingg useringkali angkanya sama
dengan usia kehamilan. Payudara mulai mengeluarkan kolostrum.
Ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan juga mengalami
perubahan yang normal pada kulit, meliputi adanya cloasma, linea
nigra, dan striae gravidarum
c.Trimester III (7-9 bulan) Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada
pada pertengahan antara pusat dan sifoideus. Pada usia kehamilan 32-
36 minggu fundus mencapai prosesus sifoideus. Payudara penuh dan
nyeri tekan. Sering BAK kembali terjadi. Sekita usia khamilan 38
minggu bayi masuk atau turun ke dalam panggul. Sakit punggung dan
sering BAK meningkat. Ibu kemungkinan akan sulit tidur, dan
kontraksi braxton hicks meningkat.
2. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil
Selama kehamilan tidak hanya terjadi perubahan fisik, akan tetapi
kehamilan akan menimbulkan perubahan psikologi dan
emosional.Sering kali kebanyakan seorang wanita akan merasa
bahagia karena menjadi seorang ibu. Namun, tidak jarang juga banyak
wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam
kehamilannya
a. Trimester I (1-3 bulan)
Setelah terjadinya konsepsi, kadar hormon progesteron dan estrogen
akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan timbulnya mual dan
muntah pada pagi hari, lemas, lemah dan membesarnya payudara.
Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya.
Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan,
dan kesedihan. Sering kali ibu pada awal kehamilannya berharap
untuk tidak hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama
sebagai calon ibu untuk dapat menerima kehamilannya. Keadaan
ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuk
dengan suami.9

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 430
b. Trimester II (4-6 bulan)
Trimester kedua adalah keadaan saat ibu merasa sehat. Tubuh ibu
sudah biasa terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan
rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu sudah
menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan
pikirannya secara lebih konstruktif.
c. Trimester III
Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpuasnya perhatian pada
kehadiran bayi. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester
ketiga. Wanita mungkin khawatir terhadap hidup dan bayinya
karena dia tidak akan tahu kapan dia akan melahirkan .
2.1.4. Tanda dan Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda yang mengindikasikan adanya
bahaya yang terjadi selama kehamilan atau selama periode antenatal. Tanda dan
bahaya kehamilan meliputi9:
1. Perdarahan pervaginam
Ibu hamil harus waspada jika mengalami perdarahan pada saat
kehamilan,hal ini bisa mengancam baik pada ibu maupun bayi
yang dikandungnya.Jika mengalami perdarahan hebat pada
hamil muda bisa menjadi tanda keguguran,hamil di luar
kandungan atau kehamilan anggur,sedangkan jika perdarahan
pada usia kehamilan tua bisa menjadi pertanda ada masalah
dengan plasenta.
2. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang dapat mengancam jiwa adalah nyeri yang
hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa
berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong
empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi kemih atau
infeksi lainnya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 431
3. Berkurangnya gerakan janin
Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada usia kehamilan 14-16
minggu. Gerakan yang awalnya terasa seperti getaran,
kemudian lama kelamaan semakin terasa seperti tendangan
atau sikutan. Bayi bergerak minimal 3 kali dalam 1 jam, jika
ibu berbaring atau sedang beristirahat.
4. Bengkak
Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti
dengan keluhan fisik lain,
5. Pre Eklamsia dan Eklamsia
Pre eklamsia dalam kehamilan terjadi apabila dijumpai tekanan
darah 140/90 mmHg pada kehamilan usia 20 minggu.
Sementara Eklampsia terjadi apabila ditemukan gejala seperti
kejang pada penderita pre eklampsia yang disertai dengan
koma.
6. Sakit kepala hebat
Sakit kepala yang terjadi selama kehamilan merupakan suatu
ketidak nyamanan yang wajar dalam kehamilanNamun apabila
sakit kepala dirasa semakin berat seperti ditusuk-tusuk dan
berat dibagian belakang kepala serta diikuti dengan penglihatan
yang kabur, bengkak pada tangan dan wajah, nyeri ulu hati,
serta tekanan darah tinggi maka sang ibu dapat waspada karena
kumpulan gejala tersebut menandakan preeklamsia. Sehingga
sang ibu dapat segera untuk menghubungi dokter atau menuju
pusat pelayanan kesehatan.
7. Selaput Kelopak Mata Pucat
Ibu hamil yang mengalami kelopak mata puacat, mata menonjol,
jemari gemetaran, sering berdebar-debar, panas, banyak
mengeluarkan keringat serta tampak pembengkakan di batang
leher bagian depan merupakan gejala ibu hamil yang

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 432
mengalami anemia. Anemia dalam kehamilan sering terjadi
akibat volume darah meningkat menjadi 50% selama
kehamilan.
8. Hyperemesis Gravidarum
Mual dan muntah pada pagi merupakan gejala yang sering
ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual dan muntah ini
dapat terjadi akibat meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum. Ibu hamil yang mengalami mual dan
muntah berlebihan (> 7 kali dalam sehari), maka disebut
hiperemesis gravidarum. Apabila keadaan tersebut disertai
lemah, tidak selera makan, penurunan berat badan, dan nyeri
ulu ati, ada kemungkinan ibu mengalami penyakit berat.
9. Keluar cairan pervaginam secara tiba-tiba
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah dini dapat disebabkan
karena kurangnya kekuatan membaran atau meningkatnya
tekanan intra uteri, bisa juga berasal dari infeksi pada vagina
serviks sehingga mengakibatkan persalinan pre term dan
inteksi pada bayi. Cairan ketuban yang keluar umumnya tidak
berwarna dan tidak berbau.

2.2. Kekurangan Energi Kronik (KEK)


2.2.1. Definisi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan di mana ibu megalami
malnutrisi yang disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi makanan
yang berlangsung kronik yang dapat mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut11. Sementara itu, Hasanah, dkk
(2013) menjelaskan Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu
masalah kurang gizi yang seringkali terjadi pada wanita hamil, KEK disebabkan
karena kekurangan energi dalam jangka waktu yang cukup lama12.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 433
2.2.2. Dampak KEK Pada Ibu Hamil
Kekurangan energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada
ibu maupun janin yang dikandungnya, berikut ini dampak dari KEK:
1. Terhadap ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara lain
:anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi
2. Terhadap persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan
3. Terhadap janin dapat mengakibatkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR)3
Hasil penelitian dari Mulyani di Puskesmas Pantolan (2016) menunjukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian BBLR dengan riwayat ibu hamil
KEK (p=0.0017).
2.2.3. Faktor Penyebab KEK
Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian KEK yaitu13:
a. Usia
Usia merupakan faktor penting dalam proses kehamilan
sampai persalinan. Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun memiliki risiko KEK yang lebih tinggi.Pada
usia muda, diperlukan tambahan gizi yang banyak karena
selain digunakan untuk pertumbuhan diri sendiri juga harus
berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya. Sedangkan
pada umur tua, diperlukan energi yang besar pula karena fungsi
organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal,
maka perlu adanya tambahan energi yang cukup sebagai
pendukung kehamilan yang sedang berlangsung, sehingga usia
yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun sampai dengan 35
tahun14. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu hamil yang
berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 berisiko memiliki
peluang 13,5 kali lebih besar mengalami KEK dibandingkan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 434
dengan Ibu yang berusia 20-35 tahun13. Demikian juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2018),di Puskesmas
Gabus 1 Kabupaten Pati yaitu ada hubungan antara umur
dengan kejadian KEK pada ibu hamil ,hasil uji statistic
diperoleh nilai p=0,03 dan nilai rasio prevalens sebesar
4,089.Artinya ibu yang usianya terlalu muda (<20 tahun) atau
terlalu tua (> 35 tahun) beresiko mengalami KEK pada saat
hamil sebesar 4,089 kali dibanding ibu hamil usia 20-35
tahun15
b. Pendidikan
Ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak mengalami KEK
karena ibu kurang paham mengenai zat gizi dalam makanan,
seberapa besar yang dibutuhkan kehamilannya, cara
pengolahan makanan, sehingga nilai gizi makanan ibu menjadi
berkurang bahkan hilang, dan kadang ibu hanya memakan
makanan yang itu-itu saja, hanya makanan yang diinginkan
dengan anggapan yang penting mau makan, sehingga
kebutuhan gizi dan nutrisinya tidak terpenuhi, yang dapat
mengakibatkan ibu mengalami KEK14. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ibu hamil yang berpendidikan rendah
memiliki peluang 13,2 kali lebih besar mengalami KEK
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki pendidikan
tinggi.13
c. Paritas
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya
berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang
dilahirkan. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri karena ibu memerlukan energi
yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan
anaknya. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan
menguras cadangan zat gizi ibu, sehingga ibu dengan paritas

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 435
tinggi berisiko akan lebih rentan mengalami KEK14. Hasil
penelitian menunjukan ibu hamil dengan paritas berisiko
memiliki peluang 6 kali lebih besar mengalmi KEK
dibandingkan dengan ibu hamil dengan paritas tidak berisiko13
d. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian
KEK pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu singkat
akan menguras cadangan zat gizi ibu. Selain itu, ibu yang hamil
dalam jarak kurang dari 2 tahun setelah melahirkan sebelumnya
memiliki risiko kehamilan premature dan bayi akan mengalami
berat lahir yang rendah16. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ibu hamil dengan jarak kehamilan berisiko memiliki peluang
9,3 kali lebih besar mengalami KEK dibandingkan dengan
jarak kehamilan tidak berisiko13.
e. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya
kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya
gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau
peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Kaitan
penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat
memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang buruk dapat
mempermudah infeksi, penyakit infeksi terkait status gizi yaitu
TB, diare dan malaria17. Dari hasil penelitian Renjani dan
Misra (2017) ibu hamil yang mengalami penyakit infeksi
memiliki peluang 9,3 kali lebih besar mengalami KEK
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami penyakit
infeksi13.
2.2.4. Tanda dan Gejala KEK
Tanda dan gejala KEK yaitu lelah, letih, lesu, lunglai, susah buang air
besar, nafsu makan berkurang, LILA kurang dari 23,5 cm17

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 436
2.2.5. Cara Pencegahan & Penanganan KEK
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori
dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap
hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan,
telur,kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali.
Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk
meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi juga dapat dicegah secara
bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, dan muntaber melalui
sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah
cacingan.Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil
yangmenderita KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan
konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil
dengan status gizi baik. Pada ibu hamil yang menderita KEK dan dari
Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan agar dapat
menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah.
Penatalaksanaan ibu hamil dengan dengan KEK menurut Depkes
RI (2012) yaitu dengan cara penyelenggaraan Pemberian
MakananTambahan (PMT) dimana PMT yang dimaksudkan adalah berupa
makanan tambahan bukan sebagai pengganti makanan utama sehari
hari.Makanan tambahan pemulihan ibu hamil dengan KEK adalah
makanan bergizi yang diperuntukan bagi ibu hamil sebagai makanan
tambahan untuk pemulihan gizi, mkanan tambahan ibu hamil diutamakan
berupa sumber protein hewani maupun nabati misalnya seperti ikan,telur,
daging, ayam, kacang-kacangan dan hasil olahan seperti tempe dan tahu.
Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-
turut,berbasis makanan lokal dapat diberikan makanan keluarga atau
makanan kudapan lainnya19.
Adapun Penatalakasanaan ibu hamil dengan kekurangan energi
kronis menurut para ahli lainnya, yaitu :
1. Memberikan Penyuluhan dan Melaksanakan Nasihat atau Anjuran

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 437
a) TambahanMakanan
Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
berpedoman umum gizi seimbang17
b) Istirahat lebih banyak
Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan cara
mengurangi kegiatan yang melelahkan siang 1
jam/hari,malam 8 jam/hari20
2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemberian PMT untuk memenuhi kalori dan protein,serta
variasi menu dalam bentuk makanan. Pemenuhan kalori yang harus
diberikan dalam program PMT untuk ibu hamil denganKekurangan
Energi Kronis sebesar 600-700 kalori dan protein 15-
20mmg21.Contoh makanan antara lain :
a. Susu ibu hamil
b. Makanan tinggi protein, contoh susu, roti dan biji-bijian.
c. Buah dan sayur yang kaya vitamin C
d. Sayuran berwarna hijau tua, buah dan sayuran
lainnya(Sandjaja, 2014).
3. Cara mengolah makanan menurut23
a. Jangan terlalu lama menyimpan makanan
b. Sayuran segara dihabiskan setelah diolah
c. Susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya
karenadapat menyebabkan hilangnya vitamin B.
d. Jangan member garam pada ikan atau daging sebelum
dimasak
e. Makanan yang mengandung protein lebih baik dimasak
janganterlalu panas.
Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu
dilakukan adalah24:
a. Rujuk untuk konsultasi
b. Perencanaan sasuai kondisi ibu hamil

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 438
c. Minum tablet zat besi atau tambah darah. Ibu hamil setiap hari
harus minum satu tablet tambah darah (60 mg) selama 90 hari
mulai minggu ke-20.
d. Periksa kehamilan secara teratur.Setiap wanita hamil
mengadapi komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.Ibu
hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya secara teratur
kepada tenaga kesehatan agar resiko pada waktu melahirkan
dapat dikurangi.Pelayanan prenatal yang dilakuka nadalah
minimal Antenatal Care 4 kali dengan ditambah kunjungan
rumah bila ada komplikasi oleh bidan.
2.3. Pengukuran Antropometri Lingkar Lengan Atas (LILA)
2.3.1. Definisi Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA adalah lingkar lengan bagian atas pada bagian trisep. LILA
digunakan untuk perkiraan tebal lemak-bawah-kulit25. LILA adalah salah
satu cara yang digunakan uuntuk mengetahui gizi kurang pada wanita usia
15-45 tahun. Namun, pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA
cukup representatif, ukuran LILA ibu hamil erat dengan IMT, yaitu
semakin tinggi LILA pada ibu hamil maka diikuti pula dengan semakin
tinggi IMT ibu itu sendiri26.

2.3.2. Tujuan Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)


LILA memiliki beberapa tujuan yang mencakup masalah WUS
baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas
lintas sektoral, adapun tujuan tersebut adalah27:
1. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR)
2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 439
3. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan
gizi WUS yang menderita KEK.
5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK.

2.3.3. Cara Pengukuran LILA


Cara pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah
ditetapkan. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA, yaitu27:
1. Tetapkan posisi bahu dan siku
2. Letakkan pita antara bahu dan siku
3. Tentukan titik tengah lengan
4. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
5. Pita jangan terlalu ketat
6. Pita jangan terlalu longgar
7. Cara pembacaan skala harus benar

2.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)


2.4.1 Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang
dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau
permasalahan khususnya dalam KIA atau KB.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung
jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan dan atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan,
persalinan,nifas,bayi dan keluarga berencana termasuk Kesehatan
reproduksi perempuan serta pelayanan Kesehatan masyarakat28.
2.4.2 Pendokumentasian Kebidanan
Pendokumentasian adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap keadaan yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 440
metode SOAP. S adalah subjektif, O adalah objektif, A adalah analisis/
assessment dan P adalah planning. SOAP merupakan catatan yang sederhana,
jelas, logis dan singkat.
Alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar
diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses
berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu
1. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan
keluarga melalui anamnesa sebagai langkah l Varney.
2. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,hasil
laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah l Varney.
3. Analisa data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
diagnosa/masalah,antisipasi diagnosa / masalah potensial perlunya
tindakan segera olehbidan atau dokter, konsultan / kolaborasi dan atau
rujukan sebagailangkah 2, 3 dan 4 Varney.
4. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaaan, tindakan
implementasi dan evaluasi berdasarkan assesmen sebagai langkah 5,
6, 7 Varney30.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 441
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

No. Registrasi : 40058.02/06/II/Rm/20


TanggalPengkajian : 26 April 2021
Waktu Pengkajian : 08.30 WIB
TempatPengkajian : Ruang KIA Puskesmas Nanggung
Pengkaji :Wiarnasari

A. DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS

Nama Klien : Ny.SusiNama Suami


:Tn.Wisnu
Umur :19 Tahun Umur :23
Tahun
Kebangsaan :Indonesia Kebangsaan
:Indonesia
Agama :Islam Agama
:Islam
Pendidikan :SD Pendidikan :SD

Pekerjaan :Ibu rumah tangga Pekerjaan


:Buruh
Alamat :Kp Pangkalan
1. Alasan Kunjungan saat ini
• Kunjungan Pertama
• Kunjungan Ulang
• Rutin

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 442
• Keluhan
2. Riwayat kehamilan ini :
2.1 Riwaya tMenstruasi
Hari pertama haid terakhir tanggal : 25 - 08– 2020 pasti/tidak,
Taksiran Persalinan : 01– 6 - 2021
Lamanya :7hari
Banyaknya : 3-4 X ganti pembalut/hari.
Siklus : 28 hari, teratur/tidakteratur
Warna :Merah kecoklatan
2.2 Tanda-tanda kehamilan (trimester)
Hasil tes kehamilan (jika dilakukan)
Tanggal : 29– 10 – 2020 hasil : positif/ negatif
2.3 Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : Usia kehamilan 4 bulan
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : .lebih dari 10kali
2.4 Keluhan yang dirasakan (ada / tidak ada)
• Rasa lelah
• Mual dan muntah yang lama :
• Nyeri Perut :
• Panas, mengigil :
• Sakit kepala berat/terus menerus :
• Penglihatan kabur :
• Rasa nyeri/panas waktu BAK :
• Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya :
• Pengeluaran pravaginam : cairan, lendir, darah, keputihan :
• Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai :
• Oedema :
2.5 Diet/makan
Sebelum Hamiil Sesudah Hamil
Makan
a. Frekuensi :3 x/hari 3-4 x/hari

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 443
b. Jenis :Nasi,laukpauk,sayuran Nasi,laukpauk,sayuran
Minum
a. Frekuensi :6-7 gelas /hari 7-8 gelas/hari
b. Jenis :Air putih
Keluhan :Tidak nafsu makan
Pola Eliminasi
2.62.6
BAB :1 x sehari BAB :1 x sehari
Konsistensi :Lunak Konsistensi :Padat
Warna :Kuning Warna :Kuning
kecoklatan
2.7 Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur :Siang tidak pernah tidur siang, malam : 8jam.
Seksualitas : 1 x dalam seminggu
Pekerjaan : Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
membereskan rumah,mencuci, memasak dan lain-lain.
2.8 Riwayat Imunisasi TT
TT1 :16 – 12 - 2020
TT2 :13 – 01 - 2021
TT3 :
TT4 :
TT5 :
2.9 Kontrasepsi yang pernah digunakan :Belum pernah
Lamanya :-
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Tgl/ Anak
Tempat Usia Jenis PenyakitKeh
Tahun
No Pertolonga Kehamil Persal Penolong amilan&Pers T Keada
Persali- JK BB
n an inan alinan B an
nan
1 Hamil ini
4. Riwayat Kesehatan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 444
4.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita ( ada / tidakada
)
• Jantung :
• Tekanan darah tinggi :
• Hepar :
• Diabetes melitus :
• Anemia berat :
• Penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS :
• Campak :
• Malaria :
• Tuberkulosis :
• Gangguan mental :
• Operasi :
• Lain-lain :
• Prilaku kesehatan
• Penggunaan alkohol/obat-obatan sejenisnya :Tidak pernah
• Obat-obatan /jamu yang sering digunakan :Tidak pernah
• Merokok, makan sirih : Tidak pernah
• Irigasi vagina/ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari
5. Data Psikososial
4.2 Status perkawinan :
Jumlah : 1kali
Lama perkawinan : 1tahun
4.3 Susunankeluarga yang tinggalserumah :
Jenis Umur Hubungan
No Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin tahun Keluarga
1 Laki-laki 47 Bapak mertua SD Petani

2 Perempuan 40 Ibu mertua SD Ibu ruma htangga

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 445
3 Laki-laki 23 Suami SD Buruh

4 Perempuan 19 Istri SD Iburumahtangga

5 Laki-laki 15 Adikipar SMP Pelajar

6 Perempuan 10 Adik ipar SD Pelajar


4.4 Pengambil keputusan dalam keluarga :Bapak mertua
4.5 Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan :Ya
4.6 Jenis kelamin yang diharapkan : Apa saja
4.7 Respon Ibu terhadap kehamilan : Sangat senang
4.8 Dukungan suami dan keluarga :Keluarga sangat
mendukung
4.9 Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas
:Tidak ada
6. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Tidak ada penyakit kronis,menular dan keturunan di keluarga

B. OBJEKTIF :
1. Keadaan umum : Baik kesadaran : Komposmentis
2. Keadaan emosional : Tenang
3. Tanda-tanda vital
Tekanandarah : 100/70mmHg Denyutnadi : 84 x /
menit
Suhu tubuh : 36 5 ◦C Pernafasan : 20 x /
menit
4. Tinggi badan : 146 cm Berat badan : 42kg
5. Kenaikan berat badan selama hamil : 8 kg
6. Pemeriksaan fisik
6.1. Muka : Tidak ada oedema,tidak ada cloasma
gravidarum

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 446
kelopak mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Pucat
Sklera : Tidak ikterik,tidak ada pengeluaran sekret
Mulut dan gigi : Bersih, tidak ada sariawan dan karies
6.2. Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran
6.3. Kelenjar getah benning : Tidak ada pembesaran
6.4. Dada :
Jantung : Lup dup
Paru : Tidak ada wheezing
Payudara : Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol
Simetris : Ya / Tidak
Benjolan/tumor : Tidak ada
Pengeluaran : Ada colostrum
Rasa nyeri : Tidak ada
Lain-lain :Tidak ada
6.5. Punggung dan pinggang :
Posisi tulang belakang :Lordosis
Pinggang nyeri :Ya
6.6. Ekstremitas atas dan bawah odema : Tidak ada oedema
Kekakuan sandi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek : Patela positif
LILA : 22,5cm
6.7 Abdomen :
➢ Inspeksi
Bentuk : Memanjang
bekas luka operasi : Tidak ada
Stric Gravidarum : Ada
Lineanigra : Ada línea alba :Tidak ada

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 447
➢ Palpasi
Leopold I :Tfu 3 Jari bawahPx( 27cm ),di fundus teraba bagian
yang bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
Leopold II :Sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janin (
ekstermitas )
sebelah kanan teraba bagian yang datar keras seperti papan (
punggung )
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat ,keras dan melenting
(kepala ),belum masuk PAP
Leopold IV :Konvergant ( 5/5 )
Auskultasi
Punctum maximum :Kwadran kanan bawah terdengar satu
titik.
Denyut jantung fetus :135 x /menit teratur/tidak teratur
Taksiran berat janin :27 – 12 x 155 = 2325 gr.
6.7. Ano-ganital
6.7.1. Inspeksi
Perineum : luka parut : Tidak ada
Vulva vagina : Warna : Merah muda
Luka : Tidak ada
Fistula :Tidak ada
Varises :Tidak ada
Pengeluaran pervaginam :Tidak ada Warna :-
Konsistensi : - Jumlah :-
Kelenjar bartolini : -
Pembengkakan : -
Rasa nyeri : -
Anus : haemoroid : -
6.7.2. Periksa dalam : Tidak dilakukan
Serviks dan vagina (jika ada indikasi)
Dinding vagina :................................

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 448
Ukuran serviks : ................................
Posisi serviks : ................................
Konsistensi : ................................
Mobilitas : ................................
Lain-lain : ................................
6.7.3. Pelvimetri klinis : Tidak dilakukan
Promontorium : ...............................
Spinaisiadicha : ................................
Linea inominata : ...............................
Ujung sekrum /coccygis : ................................
Dinding samping : ................................
Kesannpanggul : ................................
Arcus pubis :.................................
6.7.4. Adnexa……………………………………………………
Ukuran …………………………………………………
Bentuk ……………………………………………………
Posisi …………………………………………………
Konsistensi………………………………………………
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal :26 – 4 – 2021
Darah : Hb : 11gr% Golongan darah :-
Urine Protein :Negatif Reduksi :-
Pemeriksaan penunjang lain:
Tanggal : 16 – 12 - 2020
Hbsag : Negatif Hb : 11,6
gr%
HIV : Non reaktif Golongan darah :A
Sifilis : Non reaktif Gds 89

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 449
C. ANALISIS DATA :
Ny.S. Usia 19 tahun G1 P0 A0 hamil 35 mg dengan KEK,Janin Tunggal
Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala.
D. PENATALAKSANAAN :
1. Melakukan informad consent atas pemeriksaan yang akan dilakukan,
informed consent telah di tanda tangani
2. Menjelasakan pada ibu hasil pemerikasaan bahwa secara umum
keadaan, ibu dan bayinya baik, TD : 100/70 mmhg, N : 84 X/ menit,
R : 20 X/ menit, S: 36 5 0 c, Djj : 135 x/ menit, usia kehamilan 35 mg,
presentasi kepala, taksiran persalinan ibu tanggal 01-06 2021, ibu
mengerti
3. Menjelasakan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan lain LILA Ibu 22,5
cm, Tfu 27 cm,adalah keadaan yang kurang normal, dimana LILA
yang normal adalah ≥ 23,5 cm, dan Tfu minimal 35 cm (sesuai
dengan usia kehamilan) hal ini beresiko untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah ( BBLR ),ibu mengerti
4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat siang minimal 1 jam dan 8
jam pada malam hari untuk mengurangi kelelahan pada ibu, ibu
mengerti
5. Memberikan konseling gizi seimbang dan cara mengolah makanan
yang benar untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan bayi dan
mengingatkan ibu untuk selalu makan sayuran dan buah–buahan
selain untuk pemenuhan nutrisi,ibu mengerti
6. Memberikan KIE tanda-tanda bahaya pada kehamilan trimester 3
seperti bengkak pada muka, kaki dan tangan, tekanan darah
tinggi,perdarahan dari jalan lahir, ibu mengerti
7. Memberikan tablet Fe 1x1untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu
dan B com 1x1 untuk menambah nafsu makan ibu, ibu berjanji akan
meminumnya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 450
8. Melakukan rujukan internal kebagian pelayanan gizi untuk
mendapatkan PMT, ibu sudah mendapatkan PMT dan berjanji akan
meminumnya
9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 27 April
2021,ibu berjanji akan datang
10. Melakukan pendokumentasian. Dokumentasi sudah dilakukan di
register bumil, kartu ibu dan buku KIA

Nanggung, 26 April 2021


Pengkaji

(Wiarnasari)

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 451
BAB IV
PEMBAHASAN
Pendokumentasian yang digunakan dalam penyusunan kasus ini adalah
menggunakan pendekatan manajemen Varney dengan menggunakan metode
pendokumentasian SOAP. Pada pembahasan studi kasus ini, penyusun mencoba
menyajikan pembahasan yang membandingkan teori dengan manajemen
kebidanan yang diterapkan pada pasien Ny. S, usia 19 tahun G1P0A0 hamil 35
minggu dengan KEK.
I. Data Subjektif
Asuhan kebidanan pada pasien Kekurangan Energi Kronik dilakukan di
Puskesmas Nanggung pada Ny. S pada Senin, 26 April 2021. Data subjektif yang
diperoleh bahwa Ny. S berumur 19 tahun, agama islam, bangsa Indonesia,
pendidikan terakhir SD, pekerjaan sebagai IRT, dan ibu tinggal di Kp. Pangkalan,
Ibu datang ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin dengan
keluhan yang dirasakan yaitu ibu merasa lelah dan tidak nafsu makan.HPHT 25-
08-2020,TP 01-06-2021.
Berdasarkan data subjektif diperoleh usia ibu 19 tahun hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Renjani dan Misra ( 2017) tentang Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian KEK di Puskesmas Krueng Barona
Jaya yang menyatakan bahwa ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun berisiko memiliki peluang 13,5 kali lebih besar mengalami
KEK dibandingkan dengan Ibu yang berusia 20-35 tahun13 .Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2018),di Puskesmas Gabus 1
Kabupaten Pati yaitu ada hubungan antara umur dengan kejadian KEK pada ibu
hamil ,hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,03 dan nilai rasio prevalens sebesar
4,089.Artinya ibu yang usianya terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (> 35
tahun) beresiko mengalami KEK pada saat hamil sebesar 4,089 kali disbanding
ibu hamil usia 20-35 tahun15.
Dari data subjektif juga diperoleh keluhan ibu adalah rasa Lelah dan tidak
nafsu makan, Sedangkan berdasarkan teori gejala KEK yaitu lelah, letih, lesu,
lunglai, susah buang air besar, nafsu makan berkurang17. Pada ibu tidak

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 452
ditemukan gejala letih,lesu,lunglai dan susah buang air besar,sehIngga
penatalaksanaan dilakukan hanya berdasarkan keluhan ibu.

2. Data Objektif
Data objektif diperoleh hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD 100/70 mmHg,
5 0
N: 84 x/m, R: 20x/m, T: 36 c. LILA 22,5 cm, Leopold I:Tfu 3 jari bawah Px(
27cm ),di fundus teraba bagian yang bulat, lunak dan tidak melenting (bokong),
Leopold II :Sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janin ( ekstermitas ) sebelah
kanan teraba bagian yang datar keras seperti papan ( punggung ), Leopold III :
Bagian terendah teraba bulat ,keras dan melenting (kepala ),belum masuk PAP,
Leopold IV:Konvergant (5/5), Auskultasi: punctum maximum: kwadran kanan
bawah terdengar satu titik, denyut jantung fetus:135x/menit teratur/tidak teratur,
taksiran berat janin sebesar 2325 gr.
Berdasarkan data objektif , LILA 22,5 cm, hal ini sesuai dengan teori tanda
KEK adalah LILA <23,5 cm (Supariasa, 2014).Selain itu dari data objektif juga
diperoleh data TFU 27 cm dan TBJ 2325 gram.sedangkan berdasarkan teori TFU
pada kehamilan diatas 20 minggu seringkali angkanya sama dengan usia
kehamilan. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan janin tidak sesuai dengan
usia kehamilan dimana salah satu dampak dari KEK adalah beresiko untuk
melahirkan bayi dengan BBLR3.Hal ini juga sesuai dengan Hasil penelitian dari
Mulyani di Puskesmas Pantolan (2016) menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kejadian BBLR dengan riwayat ibu hamil KEK
(p=0.0017).
3. Analisa Data
Analisa data menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnosa/masalah,
antisipasi diagnosa / masalah potensial perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter, konsultan / kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4
Varney.Pada kasus ini penulis dapat menegakkan diagnosa kebidanan yaitu
G1P0A0 hamil 35 mg dengan KEK janin tunggal hidup intra uterin presentasi
kepala.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 453
Dalam penegakkan diagnosa ini sesuai dengan teori bahwa diagnosa
potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi30.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu menganjurkan pada ibu untuk
istirahat siang minimal 1 jam dan 8 jam pada malam hari,,memberikan konseling
gizi seimbang ,hal ini sesuai dengan teori ahli bahwa salah satu penatalaksaana
KEK adalah menganjurkan ibu untuk istirahat siang minimal 1 jam dan 8 jam
pada malam hari20. dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
berpedoman pada gzi seimbang17. Selain itu penatalaksanaan yang dilakukan juga
dengan memberikan makanan tambahan (Depkes RI,2012), PMT yang diberikan
berupa susu ibu hamil,hal ini sesuai dengan teori bahwa makanan tambahan pada
ibu hamil dapat berupa susu21. Menganjurkan ibu untuk minum tablet fe 1 kali
sehari sesuai dengan teori yaitu Ibu hamil setiap hari harus minum satu tablet
tambah darah (60 mg) selama 90 harimulai minggu ke-2024.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 454
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada Ny.S,penyusun
dapat menarik kesimpulan bahwa asuhan kebidanan telah dilakukan secara
menyeluruh,mulai dari pengkajian data subjektif dan objektif,analisa data telah
dilakukan berdasarkan data subjektif dan objektif,serta telah dilakukan
penatalaksaaan sesuai dengan kebutuhan klien.
5.2.Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti membagi saran penelitian ke
dalam empat jenis, yaitu saran untuk institusi pendidikan, lahan praktek,
mahasiswa dan klien. Pada penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran
yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya mengenai Ibu Hamil dengan
KEK. Adapun saran yang dapat diberikan, yaitu:
1. Saran Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan agar mahasiswa
lulusannya dapat lebih terampil dan terlatih dalam membrikan asuahan kebidanan
2. Saran Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu karena resiko yang disebabkan
oleh ibu hamil dengan KEK,dengan melaksanakan pencegahan melalui
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan reproduksi calon pengantin,dan
melaksanakan penatalaksanaan ibu hamil dengan adekuat.
3. Saran Bagi Mahasiswa
Agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan sesuai
dengan standar yang dipersyaratkan

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 455
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2017. World Health statistics,Monitoring Health For The SDGs.


Launches New Report : World Health Organization, 2017.
2. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).2015.Angka Kematian
Ibu (internet). Tersedia pada http:/www.depkes.go.id/resources/ download/
pusdatin/ profil - kesehatan-indonesia-2015.pdf (diakses 20 Mei 2021)
3. Waryana. 2016. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia: 2020.
5. Bappenas.2015.https://www.bappenas.go.id/index.php/downloadfile/view/7
450/ 5666/
6. Depkes,RI.Profil Kesehatan Indonesia,Departemen Kesehatan
RI.Jakarta:2013.
7. Syaiful, Y., Ns,S. K., Kep, M., Fatmawati, L., & ST, S. (2019). Asuhan
Keperawatan Kehamilan. Jakad Media Publishing
8. Sunarsih, V. N. (2011) Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
9. Kumalasari, I. (2015). Panduan Praktik Laboratorium Dan Klinik Perawatan
Antenatal. Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, Dan Kontrasepsi.
10. Lalage, Z. (2013). Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi Ed. 4. Jakarta:
EGC
11. Sipahutar, H., Aritonang, E. Y., & Siregar, M. A. (2015). Gambaran
Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola Makan Dalam
Pemenuhan Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan
Habinsaran Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013. Gizi, Kesehatan
Reproduksi dan Epidemiologi, 1(1).
12. Hasanah, D. N., Febrianti., Minsarnawati. (2013). Kebiasaan Makan
Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu
Hamil di Poli Kebinan RSI&A Lestari Cirendeu Tangerang Selatan. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 4(2), 91-104

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 456
13. Renjani, R. S., & Misra, M. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh
Besar. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 3(2), 254-270.
14. Helena. 2013. Buku Saku Gizi Dan Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta
15. Ernawati, A. (2018). Hubungan Usia dan Status Pekerjaan Ibu dengan
Kejadian Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil. Jurnal Litbang: Media
Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 14(1), 27-37.
16. Sutriani, 2015.Pertumbuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. PT.
Gramedia Pustaka Umum : Jakarta
17. Supariasa, DKK. (2014). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
18. Depkes, R.I. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan
Bayi Baru Lahir. http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-
percepatanpenurunan-angka-kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-
indonesia/. Diakses tanggal 11 Mei 2020.
19. Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Depkes RI
20. Wiryo, H. (2012). Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui
dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto.
21. Nurpudji. (2011). Kontroversi Seputar Gizi Buruk. Yogyakarta: Nuha
Medika
22. Sandjaja, dkk. (2014). Kamus Gizi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
23. Proverawati, A dan Wati, E.K. 2011. Ilmu Gizi untuk Perawat dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Yulia Medika
24. Saifuddin, AB. 2013. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
25. Almatsier, Sunita, dkk. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: kompas Gramedia.
26. Hidayati, F. (2011). Hubungan antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan
pantang makanan terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu
hamil di puskesmas ciputat kota tangerang selatan tahun 2011.

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 457
27. Nugraha, R. N., Lalandos, J. L., & Nurina, R. L. (2019). HUBUNGAN
JARAK KEHAMILAN DAN JUMLAH PARITAS DENGAN KEJADIAN
KURANG ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI KOTA
KUPANG. Cendana Medical Journal (CMJ), 7(2), 273-280.
28. Asrinah, P. S., Sulistyorini, D., Muflihah, I., & Sari, N. D. (2017). Asuhan
Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta, Graha Ilmu.
29. Waryana. 2016. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
30. Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta
: Fitramaya

Kumpulan Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir 458

Anda mungkin juga menyukai