Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH
RUJUKAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL
Dosen Pengampu :

Nani Surtinah, Sst, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Devi Galuh (P27824217031)


2. Ratfi Larasati (P27824217040)
3. Dona ayu luvita (P27824217045)
4. Siti khomariah (P27824217048)

KELAS 2-B

Kelompok 7

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang karena anugerahnya kami dapat

menyelesaikan tugas Tumbuh Kembang. Selama pembuatan makalah kami

juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka

dari itu kami haturkan banyak terimakasih kepada Ibu Nani Surtinah, Sst.,

M.Pd selaku dosen mata kuliah Kegawatdaruratan yang memberikan dorongan

dan juga masukan kepada penulis

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang sangat di

butuhkan untuk penyempuraan makalah ini kedepannya. Demikan yang dapat

kami sampaikan semoga makalah ini bisa bermanfaat, kami ucapkan terima

kasih.

Magetan, Maret 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ......................................................................................….i

DAFTAR ISI.....................................................................................................….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..…1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………....3

1.3 Tujuan Masalah……………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan…………………………………4

2.2 Rujukan Maternal dan Neonatal.................................................................….5

2.3 Penanganan umum kegawatdaruratan perdarahan pada kehamilan muda…...8

2.4 Rujukan kegawatdaruratan pada Abortus……………………………………9

2.5 Rujukan kegawatdaruratan pada Kehamilan Ektopik Terganggu…………...10


2.6 Rujukan kegawatdaruratan pada Mola Hidatidosa…………………………..11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................12

3.2 Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................1
4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rujukan adalah upaya pelimpahan wewenang dan tanggungjawab


penanganan kasus penyakit dan atau masalah kesehatan kepada dokter lain
yang sesuai Prof. D, Soekidjo Notoatmojo mendefisinikan system rujukan
sebagai suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal atau secara
horizontal. (Ani Triana, dkk 2015)

Penyebab masalah Tingginya AKI dan AKB di Indonesia ada 2


yaitu penyebab langsung dan tidak langsung salah satunya Abortus Saat
persalinan misalnya partus lama serta sesudah persalinan (nifas) maupun
keterlambatan saat mengambil keputusan, terlambat ke tempat rujukan
serta terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan. (Sari, 2015)

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena


implantasi tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang
mencapai aterm . oleh karena itu bidan perlu mengetahui kemungkinan
dapat melakukan rujukan medis. Kehamilan ektopik adalah kehamilan
yang terimplantasi dan berkembang di luar endometrium.Tempat yang
paling sering adalah tuba fallopi (96%). Berbagai macam kesulitan dalam
proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah. Namun,
dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa
meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik
diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam
rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam
kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu
uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai
5

komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian sehingga ini akan


berlanjut pada kehamilan ektopik terganggu. Istilah kehamilan ektopik
terganggu lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang
terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus yang
menimbulkan rupture pada tuba. Pada kasus yang jarang, kehamilan
ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur
sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya. (Manuaba, 2012)

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri


tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus
tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi
agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan
membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk
komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada
jaringan embrio.

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung


berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsialis
kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau
sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum
uteri. Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydrotopik dari stoma
jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada
bagian pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada
semua kasus mola susunan sex chromatin adalah wanita. Pada mola
hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya
pada satu ovarium, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini
berdinding tipis dan berisi cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai
ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena
perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista
ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan. . (Manuaba, 2010)
6

2.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud prinsip penanganan kegawatdaruratan?

2. Apa yang dimaksud Rujukan maternal dan neonatal ?

3. Bagaimana Penanganan umum kegawatdaruratan perdarahan pada


kehamilan muda ?

4. Bagaimana Rujukan Kegawatdaruratan pada abortus?

5. Bagaimana Rujukan Kegawatdaruratan pada Kehamilan Ektopik


Terganggu?

6. Bagaiamana Rujukan Kegawatdaruratan pada Kehamilan Mola


Hidatidosa?

3.1 Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui prinsip penanganan kegawatdaruratan

2. Untuk mengetahui Rujukan maternal dan neonatal

3. Untuk Mengetahui Penanganan umum kegawatdaruratan perdarahan


pada kehamilan muda

4. Untuk Mengetahui Rujukan Kegawatdaruratan pada abortus

5. Untuk Mengetahui Rujukan Kegawatdaruratan pada Kehamilan


Ektopik Terganggu

6. Untuk Mengetahui Rujukan Kegawatdaruratan pada Kehamilan Mola


Hidatidos
7

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Rujukan Maternal dan Neonatal

Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola secara
strategis,proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi
masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun
mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan
ketrerjangkauan pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka
berada .(Setyarini & Suprapti , 2016)

Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah pasien


akan dikelola di tingkat puskesmas mampu PONED atau dilakukan rujukan ke RS
pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya dengan alur sebagai berikut:

a. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan


kegawatdaruratan obstetric dan neonatal.
b. Bidan desa dan polindes dapat memberikan pelayanan langsung terhadap
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang dtang sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat. Selain menyelenggarakan pelayanan pertolongan
persalinan normal, bidan di desa dapat melakukan pengelolaan kasus
dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan
kemampuannya atau melakukan rujukan pada puskesmas, puskesmas
mampu PONED dan RS PONEK sesuai dengan tingkat pelayanan yang
sesuai.
c. Puskesmas non-PONED sekurang-kurangnya harus mampu melakukan
stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
datang sendiri maupun yang dirujuk oleh kader/dukun/bidan di desa
8

sebelum melakukan rujukan ke puskesmas mampu PONED dan RS


POINEK.
d. Puskesmas mampu PONED memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru
lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di
desa dan puskesmas. Puskesmas mampu PONED dapat melakukan
pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada RS
PONEK.
e. RS PONEK 24 jam memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
PONEK langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru
lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di
desa dan puskesmas, puskesmas mampu PONED. Pemerintah
provinsi/kabupaten melalui kebijakan sesuai dengan tingkat
kewenangannya memberikan dukungan secara manajemen, administratif
maupun kebijakan anggaran terhadap kelancaran PPGDON (Pertolongan
Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus).
f. Ketentuan tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat
dituangkan dalam bentuk peraturan daerah sehingga deteksi dini kelainan
pada persalinan dapat dilakukan lebih awal dalam upaya pencegahan
komplikasi kehamilan dan persalinan.
g. Pokja/satgas GSI merupakan bentuk nyata kerjasama liuntas sektoral
ditingkat propinsi dan kabupaten untuk menyampaikan pesan peningkatan
kewaspadaan masyarakat terhadap komplikasi kehamilan dan persalinan
serta kegawatdaruratan yang mungkin timbul olkeh karenanya. Dengan
penyampaian pesan melalui berbagai instansi/institusi lintas sektoral, maka
dapat diharapkan adanya dukungan nyata massyarakat terhadap sistem
rujukan PONEK 24 jam.
h. RS swasta, rumah bersalin, dan dokter/bidam praktek swasta dalam system
rujukan PONEK 24 jam, puskesmas mampu PONED dan bidan dalam
jajaran pelayanan rujukan. Institusi ini diharapkan dapat dikoordinasikan
dalam kegiatan pelayanan rujukan PONEK 24 jam sebagai kelengkapan
pembinaan pra RS.
9

(Setyarini & Suprapti , 2016)


2.2 Macam rujukan
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
 Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
mendesak. (KEMENKES RI, 2013)
Alur rujukan kasus kegawatdaruratan
a. Dari kader
Dapat langsung merujuk ke:
o Puskesmas pembantu
o Pondok bersalin/bidan desa
o Puskesmas rawat inap
o RS swasta/pemerintah
b. Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
o Puskesmas pembantu
o Pondok bersalin/bidan desa
(Setyarini & Suprapti , 2016)
 Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang
lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya
di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko
komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan
ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih
beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
- Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
- Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
- Persalinan sudah akan terjadi
- Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
- Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
(KEMENKES RI, 2013)
2.3 Perencanaan rujukan
Perencanaan menurut Setyarini & Suprapti (2016) adalah sebagai berikut :
 Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena
rujukan harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya.
Tenaga kesehatan perlu memberikan kesempatan, apabila situasi
memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan ibu serta
keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:
10

a. Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan


b. Alasan untuk merujuk ibu
c. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
d. Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
e. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan Untuk
merujuk
f. Tujuan rujukan
g. Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
h. Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
i. Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan
kesehatan yang dituju
j. Perkiraan lamanya waktu perawatan
k. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen
kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
l. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan
modalitas transportasi lain
m. Pilihan akomodasi untuk keluarga

Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan


sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal
berikut ini:
a. Indikasi rujukan
b. Kondisi ibu dan janin
c. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi
lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan)
d. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
e. Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum
transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima
pasien adalah:
a. Nama pasien
b. Nama tenaga kesehatan yang merujuk
c. Indikasi rujukan
d. Kondisi ibu dan janin
e. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
f. Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
 Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat
dan diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan
menerima pasien.
11

 Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun


melalui faksimili) sesegera mungkin:
a. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil
pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan
rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan)
b. Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
c. Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
d. Hasil pemeriksaan penunjang
e. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan
kesehatan
 Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
 Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul
berukuran 16 atau 18.
 Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera
setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua
resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan
pasien.
 Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan Untuk
merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi
selama transportasi.
 Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
 Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
c. Denyut jantung janin
d. Presentasi
e. Dilatasi serviks
f. Letak janin
g. Kondisi ketuban
h. Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
 Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga
kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir.
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam perjalanan rujukan,
keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan,
Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang)
12

2.4 Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat waktu harus
disesuaikan dengan medan dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan.
Berikut ini adalah contoh tampilan desain ambulans sederhana yang dapat
digunakan untuk merujuk ibu.
Gambar.
2.5 Penanganan umum kegawatdaruratan perdarahan pada kehamilan muda
(Abortus, KET, Mola Hidatidosa)
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tandatanda vital (nadi, tekanan darah, pemapasan, suhu).
 Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan. tekanan
sistolik kurang dari 90 mm Hg, nadi lebih dari 112 kali per menit).
 Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
 Jika pasien dalam keadaan syok pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik
terganggu.
 Pasang infus dengan jarum infus besar ( 16 G atau lebih besar), berikan
larutan garam fisiologik atau Ringer Laktat dengan tetesan cepat (500 ml
dalam 2 jam pertama).
(Saifuddin, 2014)

2.6 Rujukan kegawatdaruratan pada Abortus

Tatalaksana Umum menurut KEMENKES RI (2013) sebelum dilakukan


rujukan sebagai berikut:

 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk


tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).

 Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik


<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok . Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
13

penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya


dapat memburuk dengan cepat.

 Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,


berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:

- Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam

- Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

- Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

 Segera rujuk ibu ke rumah sakit .

 Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional


dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.

 Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

2.6 Rujukan kegawatdaruratan pada Kehamilan Ektopik Terganggu


Tatalaksana Umum sebelum dilakukan rujukan ke tempat rujukan yang lebih
tinggi sebelum ibu terkena syok dan perdarahan semakin banyak menurut
KEMENKES (2013), adalah sebagai berikut:
 Menstabilkan keadaan ibu dengan restorasi cairan tubuh dengan cairan
kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit
pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
 Segera rujuk ibu ke rumah sakit.

2.8 Rujukan kegawatdaruratan pada Mola Hidatidosa

 Untuk membantu menentukan ibu mengalami Mola Hidatidosa dengan


melakukan pengkajian data baik subyektif ataupun obyektif sebelum
melakukan asuhan kegawat daruratan maternal dengan Mola
Hidatidosa. Dan bidan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
untuk menegakkan diangnosa dan melakukan rujukan.
14

Sebelum dilakukan rujukan klien harus diberikan infus NS/RL preventif


terhadap perdarahan hebat,Observasi kadar HCg, Observasi kadar Hb
dan T/N/S serta perdarahan pervaginam. (Setyarini & Suprapti , 2016)
 Melakukan rujukan dengan transportasi yang disediakan bidan atau
dengan tranportasi yang disediakan keluarga dengan pendampingan
bidan ke RS PONEK untuk dilakukan kuretase.
(kebijakankesehatanindonesia.net, 2014)

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Maka dapat kita simpulkan bahwa Rujukan adalah upaya
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanganan kasus penyakit
15

dan atau masalah kesehatan Kehamilan ektopik merupakan kehamilan


yang berbahaya karena implantasi tidak memberikan kesempatan untuk
tumbuh kembang mencapai aterm . Mola Hidatidosa adalah kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab
embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik
terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif,
kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola
hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan
embrio dan ada jaringan embrio. Kegawatdaruratan dapat terjadi tiba-tiba,
dapat disertai kejang, atau dapat timbul sebagai akibat dari suatu
komplikasi yang tidak di tangani atau dipantau dengan semestinya.

3.2 Saran
Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu: Harus senantiasa
menjaga kesehatan saat kehamilan dan priksa USG rutin, Mengkonsumsi
makanan bergizi dan seimbang, Jangan kekurangan vitamin A, Periksa kepada
tenaga medis yang profesional jika terjadi tanda-tanda kehamilan.
Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam
pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini,
diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ani Triana, dkk. (2015). Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: CV


Budi Utama.

KEMENKES RI. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
16

kebijakankesehatanindonesia.net. (2014). Retrieved Maret 09, 2019, from


kebijakankesehatanindonesia.net: https://kebijakankesehatanindonesia.net/32-
pelatihan/1692-baru

Manuaba, dkk. (2012). Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan
bidan. jakarta: EGC.

Saifuddin, A. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal


. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sari, U. S. (2015). Rujukan Kehamilan Beresiko Dirumah Sakit. jakarta: EGC.

Setyarini, D. I., & Suprapti . (2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

LAMPIRAN:

1. Kapan waktu yang tepat untuk merujuk ? (tenny joan )

Jawab:
17

Jika dalam 3 kasus tersebut kondisi ibu mengalami syok dan perdarahan
hebat maka secepatnya harus dilakukan rujukan. Jadi batasan waktu yang
tepat adalah ketika keadaan ibu stabil dan belum terjadi syok.

Anda mungkin juga menyukai