Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari seks. Karena dari
situ awal sebuah kelangsungan hidup lewat reproduksi.Namun saat ini seks tidak
lagi dipandang seperti itu. Kata seks sudah diartikan negative dan menyimpang
dari makna sebenarnya.

Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan
pemudi yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan
terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah
kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara
pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah
mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya
budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat..

Oleh karena itu, para remaja harus banyak mendapat bimbingan para guru
dan orang tua. Karena zaman yang sudah semakin maju remaja sangat mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang baru apalagi dengan perubahan-perubahan remaja.
Zaman sekarang para remaja sudah banyak terjerumus dalam seks bebas.

Saat ini perbuatan sodomi merupakan kejahatan yang cukup mendapat


perhatian dikalangan masyarakat. Sering di koran atau majalah diberitakan terjadi
tindak pidana pencabulan yang akhi-akhir ini terdapat kasus seorang jika
mempelajari sejarah, sebenarnya jenis perbuatan ini sudah ada sejak dulu, atau
dapat dikatakan sebagai suatu kejahatan klasik yang akan selalu mengikuti
perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri, ia akan selalu ada dan
berkembang setiap saat walaupun mungkin tidak terlalu berbeda jauh dengan
sebelumnya.

perbuatan sodomi anak dibawah umur ini tidak hanya terjadi di kota-kota
besar yang relatif lebih maju kebudayaan dan kesadaran atau pengetahuan
hukumnya, tapi juga terjadi diperdesaan yang relatif masih memegang nilai tradisi
dan adat-istiadat.terkadang pelaku melakukan perbuatan sodomi tersebut
dikarenakan pelaku itu juga telah menjadi korban perbuatan sodomi sewaktu
pelakunya msih kecil oleh karena itu pelaku melakukan tersebut terhadap orang
lain yang terhadap hal ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian seks bebas?
2. Apa Faktor Yang Mendorong Seks Bebas?
3. Apa dampak dan bahayanya seks bebas?
4. Apa saja ciri-ciri orang kecanduan seks?
5. Bagaimana pencegahan terjadinya seks bebas?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seks bebas


2.1.1 Pengertian Seks Bebas
Seks bebas adalah sebuah perilaku beresiko yang merupakan sebuah hasil
akumulatif dan kombinasi sejumlah faktor yang mampu menerabas norma-norma
tersebut kita pelajari sejak kecil dan kita yakin seks bebas itu sebuah hal yang
dilarang.
Seks bebas merupakan perilaku tidak terpuji yang melanggar nilai-nilai
spiritual semua ajaran agama mengajarkan nilai dan norma dalam bergaul dan
tentunya semua agama tidak setuju adanya seks bebas.Seks bebas tidak
menjunjung nilai yang berlaku.
Seks bebas merupakan tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual yang
ditunjukan dalam bentuk tingkah laku.

2.1.2 Faktor Yang Mendorong Seks Bebas


Seks bebas pada umumnya dilakukan oleh para remaja. Faktor-faktor yang
mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, adalah :
 Karena mispersepsi terhadap makna pacaran yang menganggap bahwa
hubungan seks adalah bentuk penyaluran kasih sayang.
 Karena kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan
benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam
menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik tanpa dipengaruhi oleh
situasi kondisi apapun.
 Kematangan biologis yang tida disertai dengan kemampuan
mengendalikan diri cenderung berakibat Negatif, yakni terjadi hubungan
seksual pranikah dimasa pacaran. Sebaliknya kematangan biologis yang
disertai dengan kemampuan mengendalikan diri akan membawa
kebahagian remaja dimasa depannya sebab ia tidak akan melakukan
hubungan seksual pranikah.
Faktor lain yang menyebabkan orang melakukan seks bebas adalah
sebagai berikut.
 Kurangnya pemahaman individu akan ajaran agamanya secara benar dan
mendalam
 kurangnya perhatian orangtua
 merasa bukan anak gaul, dengan pernah melakukan seks dianggap ”Gaul”
 cueknya masyarakat akan situasi linkungan
 taraf pendidikan sex bagi remaja yang belum tertata secara benar
 terlupakannya intisari adat budaya luhur bangsa sebagai katalisator dalam
pergaulan akibat pengaruh globalisasi.

2.1.3 Dampak dan Bahayanya Seks Bebas


Seks bebas banyak sekali dampak negative yang di timbulkan terutama
bagi individu yang melakukannya dan lingkungannya. Dampak tersebut
diantaranya :
1. Beberapa penyakit yang siap mendatangi seperti, herpes, HIV Aids, Raja
singa, dan penyakit lainnya.
2. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan permasalahan baru, apabila
anda masih kuliah atau sekolah tentu saja orang tua anda akan sangat kesal
kepada anda. Dan anda pun takut untuk jujur kepada orang tua anda dan
pasangan anda, akhirnya anda memutuskan untuk melakukan dosa baru
yaitu aborsi.
3. Apabila anda menikah di usia muda, permasalahan yang belum siap anda
hadapi akan datang, seperti masalah keungan, masalah kebiasaan, masalah
anak.
4. Nama baik keluarga akan tercoreng oleh sikap anda. Keluarga anda akan
menghadapi masalah yang anda buat apabila anda mendapatkan efek
buruk dari seks bebas ini.
5. Apabila anda hamil dan pasangan anda tidak mau bertanggung jawab,
apa yang akan anda lakukan?. Akan banyak pikiran buruk yang akan
mengganggu anda. Seperti ingin bunuh diri, berpikir tidak rasional yang
mengakibatkan gangguan mental atau gila.
2.1.4 Penyakit Menular yang ditimbulkan Seks Bebas
1. Gonorrhea
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum
dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva). Infeksi ini dimulai
beberapa hari sampai beberapa minggu setelah berhubungan intim dengan
orang yang terjangkit penyakit ini. Gonore bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput
di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi
yang bisa menyebabkan kemandulan apabila tidak segera diobati.
Sedangkan pada pria penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari
kemaluan pria dan buang air kecil terasa sakit.

2. Herpes
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya
(persyarafannya). Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh
seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya
seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk
cacar air). Herpes ini dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan. Gejala
timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan
penderita penyakit ini. Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian
terbuka menjadi lubang kecil dan berair. Dalam 5 sampai 10 hari gejala
hilang. Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan
kadang-kadang sering. Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita
herpes karena lecet terjadi di dalam vagina.
3. Infeksi Jamur
Disebabkan oleh jamur yang dapat menyebabkan kegatalan berwarna
merah di bawah kulit pria yang tidak disunat. Pada wanita akan ke luar
cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal.
4. Syphilis
Syphilis adalah penyakit infeksi yang serius oleh bakteri Treponema
pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan dapat
menyerang organ dalam tubuh terutama system kardiovaskular, otak dan
susunan saraf. Penyakit syphilis disebut juga Mal de naples, morbus
gallicus, lues venereal (Prat), disease of the isle of espanole (Dias),
Spanish of French disease, Italian or Neopolitan disease atau raja singa.
Penderita penyakit ini, luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi
yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit dan luka akan hilang
setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan
penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet
ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain.
5. Vaginistis
Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya. cairan dari
vagina yang berbau dan menimbulkan ketidak nyaman. Disebabkan oleh
berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea atau jamur dan Juga dapat
disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap
pada vagina. Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut
dengan mikroskop.
6. Bisul Alat Kelamin
Dapat disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV). Muncul
berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun
setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut. Pada
umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di dalam vagina,
atau pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka. Dapat
berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix.
7. Kutu Kelamin
Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu
kecoklatan, menetap pada rambut kemaluan.
8. Kutu di Bawah Kulit
Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di
bawah kulit. Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh.
Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh. Pakaian, seprei
dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat menetap
pada kain-kain terebut.
9. HIV/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang
menyebabkan timbulnya AIDS. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak
bekerjanya sistim kekebalan tubuh. Tidak ada gejala yang nyata tanpa
penelitian darah. Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun
setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan telah ditemukan walaupun
sifatnya hanya memperlambat penyebaran virusnya. Disebarkan melalui
hubungan intim seperti berciuman mulut dan melakukan seks dan
hubungan dengan lendir penderita dan pemakaian jarum suntik secara
bersamaan. Janganlah menjerumuskan diri sendiri kedalam lembah yang
sangat merugikan diri kita, gunakanlah masa hidupmu dengan baik, isilah
dengan kegiatan yang positif dan bisa berguna bagi orang lain tentu ini
sangat membanggakan diri kita sendiri.
10. Klamidia
Kondisi ini mempunyai gejala mirip gonore, walaupun bisa juga muncul
tanpa gejala. Penyakit Klamidia dapat menyebabkan artritis parah dan
kemandulan pada pria. 4 juta orang Amerika terinfeksi Kmidia setiap
tahun.
11. Jengger Ayam (Genital wart)
disebabkan oleh sejenis virus papiloma, yang terkait dengan kanker penis
serta anus.
12. Hepatitis B
Penyakit ini dapat berlanjut ke sirosis hati atau kanker hati. Setiap tahun
kasus yang dilaporkan penderita Hepatitis B mencapai 200.000.
13. Kanker Prostat
Pria yang sering melakukan seks dengan banyak wanita berisiko 2 kali
lipat terkena kanker prostat.
14. Kanker Serviks (leher rahim)
95 persen kanker serviks disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV).
33 persen wanita dilaporkan punya virus HPV, yang menyebabkan adanya
sakit di leher rahim. Virus ini bisa menular lewat hubungan seksual, dan
laki-laki pun bisa tertular oleh virus ini.
15. Trichomoniasis
Penyakit ini bisa menyebabkan bayi terlahir prematur jika sang ibu
menderita penyakit ini saat hamil. Trichomoniasis Bisa menyebabkan
daerah di sekitar vagina menjadi berbuih atau berbusa. oral seks dan
penggunaan alat bantu seks seperti vibrator juga berisiko menularkan virus
Trichomoniasis.

2.1.5. Ciri-ciri Kecanduan Seks


Lalu, seperti apakah tanda-tanda dari mereka yang menderita kecanduan
seks? Dr Patrick Carnes salah seorang terapis profesional masalah seks
mengisyaratkan adanya 10 kemungkinan tanda yang perlu diwaspadai:
1. Merasakan bahwa perilaku seks Anda tidak terkendali.
2. Sadar bisa muncul akibat yang parah bila Anda terus berlanjut dengan
perilaku itu.
3. Merasa tak sanggup menghentikan perilaku Anda meski sadar akan
akibatnya.
4. Tetap memburu kegiatan seks yang destruktif dan/atau berisiko tinggi
itu.
5. Terus berharap akan menghentikan atau mengendalikan apa yang Anda
lakukan dan bertindak aktif untuk membatasi kegiatan berbahaya yang
Anda lakukan.
6. Menggunakan fantasi-fantasi seksual sebagai cara untuk mengatasi
perasaan atau situasi sulit.
7. Butuh nge-seks terus-menerus agar selalu merasa nikmat.
8. Menderita akibat perasaan yang terus bergejolak di seputar kegiatan
seks.
9. Menghabiskan banyak waktu guna merencanakan, melakukan, atau
menyesali dan melakukan lagi kegiatan seksual.
10. Mengabaikan kegiatan sosial, kegiatan kantoran, dan kegiatan
rekreasional yang penting demi seks.

2.1.6 Pencegahan Terjadinya Seks Bebas


Untuk orang tua
a. Cobalah berempati
Cobalah ‘menjadi’ mereka.Empati seperti itulah saran yang paling Dianjurkan
oleh para ahli dalam menjembatani komunikasi orang tua dan anak dalam
menangani perilaku seks bebas di kalangan remaja.Baik dalam memberikan
informasi-informsi dini tentang pergaulan, menjaga kesehatan reproduksi
maupun dalan penanganan kasus yang sudah berlanjut.
Hampir semua orang tua mengaku bermasalah dengan anak remajanya yang
sedang pubertas semua orang tua juga mengaku ada gap (jarak) pada saat
harus membicarakan tentang seks.
Jarak tersebut dapat berupa jomplangnya pengetahuan seks dan reproduksi
orang tua di bandingkan dengan anak maupun pendekatan orang tua terhadap
anak pada saat akan membicarakan masalah tersebut pasalnya sering kali
pengetahuan anak tentang seks lebih jauh dari pada oramg tua.
Hal itu terjadi karena begitu banyak sumber informasi yang diperoleh
anak.Melalui internet,tayangan televisi,buku-buku,film dan masih banyak
lagi.Informasi itu juga sangat cepat berubah sehingga tidak dapat diikuti oleh
orang tua,akibatnya dengan pengetahuan orang tua yang terbatas anak-anak
pada umumnya melesat sendirian.Padahal,secara psikologis dorongan seksual
usia remaja juga sangat tinggi.Akibatnya manakala ada dorongan dari teman-
temannya untuk melakukan perilaku seks yang tidak semestinya,remaja itupun
akhirnya bereksperimen (coba-coba).
Jika anak sudah berperilaku di luar batas kewajaran ataupun masih dalam
mencari tahu apa itu perilaku seksual.jalan terbaik bagi para orang tua adalah
mencoba menjadi mereka,menyelami apa yang di rasakan mereka.
Caranya, cobalah bergaul dengan teman-temannya, kenali lingkungannya,
dekatilah dengan guru dan sekolah tempat anak tersebut bersekolah sehingga
orang tua tahu dan memahami apa yang sedang terjadi pada anak.Kendati
demikian tidak semestinya orang tua seakan-akan menjadi mata-mata bagi
seluruh kegiatan anaknya.Jika hal itu terjadi orang tua akan berlaku over
protective.
Padahal cara-cara yang mengarah pada otoritas sangat tidak disukai remaja
karena otoritas merupakan sumber dari kekuasaan.Jika hal itu diterapkan
remaja akan merasa sebagai ’Yang dikuasai’.
Seorang remaja akan sangat terbuka bila mereka diperlakukan sebagai teman
atau sahabat.Langkah ini memang tidak mudah.
Syarat utama orang tua harus dekat dengan anak.. “ Bila kedekatan sudah
terbentuk berbicara apapun akan mudah anak dan orang tua akan saling
berbagi dalam segala hal.
Semua orang tua pasti akan sedih dan kecewa manakala mendapatkan anaknya
terlanjur masuk pada pergaulan bebas.Jika itu terjadi,Jangan pernah
‘mendakwa’ mereka akan tetapi terimlah mereka apa adanya.Lalu
berintrofeksilah,Apa akar masalah yang menyebabkan remaja melakukan hal
itu?? Orang tua jangan merasa benar sendiri,gois,toh anak remajanya
menyimpang pasti ada apa-apanya
b. Memberikan pendidikan agama sejak dini
c. Memberikan perhatian dan pengertian terhadap anak remaja
d. Menjadi teman yang baik terhadap ank remaja
Untuk ‘Remaja’ :
a. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif
b. Memilih teman dan lingkungan pergaulan
c. Hindari ikut-ikutan pada gank-gank an

d. Hindari nongkrong-nongkrong yang tidak jelas

e. Hindari nonton film-film porno


f. Berfikir panjang
2.2 Pedofilia

2.2.1 (Pais, paidos = anak : phileo. Philos = mencinta) Pedofilia adalah gejala
rasa tertarik dan mendapatkan kepuasan seksual pada orang dewasa dengan
melakukan persetubuhan dengan anak-anak kecil.
Sejak tahun 2002, beberapa penelitian tentang pedofilia dari faktor-faktor biologis
telah dilakukan.
2.2.2 Beberapa faktor dan teori-teori dalam menentukan penyebab pedofilia,
seperti:
IQ rendah dan ingatan jangka pendek
Kurangnya white matter pada otak
Kurangnya testosteron
Masalah-masalah otak
2.2.3 Faktor - Faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pedofilia :
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terlibat secara seksual
dengan orang dewasa, memiliki latar belakang :
a. Keluarga yang terpisah atau keluarga yang bercerai
b. Kondisi sosial ekonomi yang kurang atau kemiskinan
c. Kurang perhatian orang tua
d. Mengalami hal atau kekerasan seksual pada masa kecilnya
e. Kehilangan cinta kasih dari orang - orang sekitarnya atau oarng yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap dirinya
2.2.4 Cara Mengatasi Pedofilia :
Terapi Binaural Beats- normalizing pedofilia merupakan sebuah terapi yang
dirancang khusus oleh para ahli untuk mengatasi gangguan kejiwaan pedofilia
terapi ini telah meleawati proses penelitian panjang dan telah terbukti efektif
dalam membantu seseorang mengurangi dan mencegah ekspresi perilaku
pedofilia. Terapi binaural beats- normalizing pedofilia bekerja dengan
memanfaatkan kekuatan otak manusia. Dimana saat menggunakan terapi
binaural beats- normalizing pedofilia ini, gelombang otak akan diubah
frekuensinya menuju frekuensi yang telah ditentukan sehingga akan
merasakan ketenangan dan rileksasi yang sangat dalam. Ketenangan dan
rileksasi yang didapatkan saat menggunakan terapi ini akan memudahkan
melepaskan semua masalah gangguan dan dorongan seksual yang tidak lazim
yang selama ini dirasakan.

2.3 Incest
2.3.1 Incest adalah hubungan seks antara pria dan wanita didalam atau diluar
ikatan perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau
keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan melakukan pernikahan dan hubungan senggama. Incest banyak
terjadi di kalangan rakyat dari tingkat sosial, ekonomi, yang sangat rendah dan
pada orang-orang keturunan darah campuran (mixed blood). Juga banyak kita
jumpai dikalangan kaum bangsawan serta hartawan untuk menjamin
kelangsungan (darah biru), dan menjamin terpusatnya harta kekayaan.
Pada banyak peristiwa incest ayah- anak perempuan, si anak berbuat
sedemikian dengan kemauan sendiri ada kompleks oedipus yang kuat hanya
sebagian kecil saja mau menjalani karna dipaksa atau diancam oleh ayahnya.
Juga ada incest"kakak-adik" dan incest "ibu-anak laki-laki". Perbuatan incest
ini disebut sebagai peristiwa "penodaan darah". Dan produk tingkah laku
incest sering melahirkan anak-anak yang cacat jasmaniah dan rohaniah.
Hubungan sedarah (Inggris: Incest) adalah hubungan badan atau
hubungan seksual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan
pertalian darah, misal ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak
laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.
Incest adalah hubungan seksual antara anggota keluarga dalam rumah,
baik antara kakak-adik kandung/tiri, ayah dengan anak kandung/tiri, paman
dengan keponakan atau ibu dengan anak kandung/tiri. (Ruth S Kempe & C.
Henry Kempe)
Incest adalah hubungan seksual sampai taraf koitus antar anggota
keluarga, misalnya antara kakak lelaki dan adik perempuan atau antara ayah
dan anak perempuan, yang dilarang oleh adat kebudaan. (Supraptiknya, 1995)
Incest adalah hubungan seks antara dua orang didalam atau diluar
perkawinan dengan keluarga dekat sehingga secara legal tidak diizinkan
melakukan pernikahan. (Sunaryo, 2004)
Incest. Incest (Incestum, in/non=tidak; castus=suci, bersih;
incest=penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak
suci) ialah hubungan seks di antara pria dan wanita didalam atau diluar ikatan
perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau
keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan meakukan pernikahan dan persetubuhan. Incest banyak terjadi
dikalangan rakyat dari tingkat social ekonomis yang sangat rendah dan pada
orang keturunan darah campuran. Juga banyak dijumpai pada kalangan kaum
bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan dari darah
kebangsawaannya dan untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat
dalam lingkungan keturunan. (Yustinus Semiun, 2006)
Incest adalah hubungan seksual antara orang-orang yang memiliki
hubungan darah atau hubungan saudara. Kejadian incest yang sering adalah
antara kakak dan adik, serta ayah kandung dengan anaknya. Incest antara ibu
dengan anak laki-lakinya sangat jarang terjadi.

Dalam kasus incest antara ayah dengan anak, jarang terjadi karena
adanya unsur suka sama suka; dan umumnya anak lebih merupakan korban
pemerkosaan. Dengan demikian, ada unsure kekerasan seksual yang
dilakukan ayah terhadap putri kandungnya. Secara psikologis,kekerasan
seksual (pemerkosaan) yang dilakukan oleh sang ayah akan sangat
menghancurkan mental korban (anak). Kejadian incest jarang dilaporkan
kepada yang berwajib karena akan memalukan keluarga atau khawatir akan
mendapat hukuman. (Nilam Widyarini, 2009)
2.3.2 Sejarah Incest
Peristiwa incest telah terjadi sejak dulu kala. Dalam sejarah dicatat raja-
raja Mesir kuno dan putra-putrinya kerap kali melakukan tingkah laku incest
dengan motif tertentu, sangat mungkin bertujuan untuk meningkatkan dan
kualitas generasi penerusnya. Pascainvasi Alexander the Great (Iskandar
Zulkarain) para bangsawan Mesir banyak yang melakukan perkawinan
dengan saudara kandung dengan maksud untuk mendapatkan keturunan
berdarah murni dan melanggengkan kekuasaan. Contoh yang terdokumentasi
adalah perkawinan Ptolemeus II dengan saudara perempuannya, Elsione.
Beberapa ahli berpendapat, tindakan seperti ini juga biasa dilakukan kalangan
orang biasa. Toleransi semacam ini didasarkan pada Mitologi Mesir Kuno
tentang perkawinan Dewa Osiris dengan saudaranya, Dewi Isis. Sedangkan
dalam mitologi Yunani kuno ada kisah Dewa Zeus yang kawin dengan Hera,
yang merupakan kakak kandungnya sendiri.:
Di Indonesia sendiri sampai saat ini perilaku incest masih ada pada
kelompok masyarakat tertentu, seperti suku Polahi di Kabupaten Polahi,
Sulawesi, dimana praktek hubungan incest banyak terjadi. Perkawinan
sesama saudara adalah hal yang wajar dan biasa di kalangan suku Polahi

2.3.3 Jenis Incest


Incest terbagi menjadi 2 (dua) jenis menurut sifatnya, yaitu:
1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan).
Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama suka.
2. Incest yang bersifat paksaan.

Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan pada


anak perempuan diancam akan dibunuh oleh ayahnya karena tidak mau
melayani nafsu seksual. Incest seperti ini pada masyarakat lebih dikenal
dengan perkosaan incest.

Jenis-jenisnya berdasarkan penyebabnya adalah:


1. Incest yang terjadi secara tidak sengaja, misalnya kakak-asik lelaki-
perempuan remaja yang tidur sekamar, bisa tergoda melakukan eksplorasi
dan eksperimentasi seksual sampai terjadi incest.
2. Incest akibat psikopatologi berat. Jenis ini bisa terjadi antara ayah yang
alkoholik atau psikopatik dengan anak perempuannya. Penyebabnya
adalah kendornya control diri akibat alcohol atau psikopati pada sang ayah
3. Incest akibat peudofillia, misalnya seorang lelaki yang harus menggauli
anak-anak perempuan dibawah umur, termasuk anaknya sendiri.
4. Incest akibat contoh buruk dari ayah. Seorang lelaki menjadi senang
melakukan incest karena meniru ayahnya melakukan perbuatan yang sama
dengan kakak atau adik perempuannya.
5. Incest akibat patologi keluarga dan hubungan perkawinan yang tidak
harmonis. Seorang suami-ayah yang tertekan akibat sikap memusuhi serba
mendominasi dari istrinya bisa terperosok melakukan incest dengan anak
perempuannya.(Supraptiknya, 1995)
2.3.4 Penyebab Incest
Ada beberapa penyebab atau pemicu timbulnya incest. Akar dan
penyebab tersebut tidak lain adalah karena pengaruh aspek struktural, yakni
situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi
menyebabkan ketidakberdayaan pada diri individu. Khususnya apabila ia
seorang laki-laki (notabene cenderung dianggap dan menganggap diri lebih
berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan ketidakseimbangan
mental-psikologis. Dalam ketidakberdayaan tersebut, tanpa adanya iman
sebagai kekuatan internal/spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan
primitif, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas. Faktor-faktor struktural
tersebut antara lain adalah:
1. Konflik budaya

Seperti kita ketahui, perubahan sosial terjadi begitu cepatnya


seiring. dengan perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti
radio, televisi, VCD, HP, koran, dan majalah telah masuk ke seluruh
pelosok wilayah Indonesia. Seiring dengan itu masuk pula budaya-
budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma-
norma setempat. Orang dengan mudah mendapat berita kriminal seks
melalui tayangan televisi maupun tulisan di koran dan majalah. Juga
informasi dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media.
Akibatnya, tayangan televisi, VCD, dan berita di koran atau majalah
yang sering menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak
kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bisa
mengontrol nafsu birahinya.
2. Kemiskinan

Meskipun incest dapat terjadi dalam segala lapisan ekonomi, secara


khusus kondisi kemiskinan merupakan suatu rantai situasi yang sangat
potensial menimbulkan incest. Sejak krisis 1998, tingkat kemiskinan di
Indonesia semakin tinggi. Banyak keluarga miskin hanya memiliki satu
petak rumah. Kita tidak dapat membedakan mana kamar tidur, kamar
tamu, atau kamar makan. Rumah yang ada merupakan satu atau dua
kamar dengan multi fungsi. Tak pelak lagi, kegiatan seksual terpaksa
dilakukan di tempat yang dapat ditonton anggota keluarga lain. Tempat
tidur anak dan orangtuanya sering tidak ada batasnya lagi. Ayah yang tak
mampu menahan nafsu birahinya mudah terangsang melihat anak
perempuannya tidur. Situasi semacam ini memungkinkan untuk
terjadinya incest kala ada kesempatan.
3. Pengangguran.

Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang


berakibat banyak orang yang menganggur. Dalam situasi suit mencari
pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri
banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah
(apalagi bila menjadi TKW), membuat sang suami kesepian. Mencari
hiburan di luar rumah pun butuh biaya. Tidak menutup kemungkinan
anak yang sedang dalam kondisi bertumbuh menjadi sasaran pelampiasan
nafsu birahi ayahnya.(Nilam Widyarini, 2009)

Selain faktor-faktor diatas, Lustig (Sawitri Supardi: 2005)


mengemukakan factor-faktor lain yaitu:
1. Keadaan terjepit, dimana anak perempuan manjadi figur perempuan
utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu.
2. Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan
seksualnya.
3. Ketidakmampuan ayah untuk mencari pasangan seksual di luar rumah
karena kehutuhan untuk mempertahankan facade kestabilan sifat
patriachat-nya.
4. Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan beberapa
anggota keluarga untuk lebih memilih desintegrasi struktur daripada
pecah sama sekali.
5. Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam
tuntutan peranan seksual sebagai istri.
6. Pengawasan dan didikan orangtua yang kurang karena kesibukan orang
bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh orangtua
bisa terjadi incest.
7. Anak remaja yang normal pada saat mereka remaja dorongan seksualnya
begitu tinggi karena pengaruh tayangan yang membangkitkan naluri
birahi juga ikut berperan dalam hal ini.

Dilihat dari datangnya incest sendiri, faktor penyebabnya dapat


dibedakan menjadi factor internal dan eksternal.
1. Faktor internal, yang terdiri dari :
a. Biologis

Dorongan seksual yang terlalu besar dan ketidak mampuan pelaku


mengendalikan hawa nafsu seksnya. Faktor biologis ini merupakan
faktor yang susah untuk di sembuhkan.

Menurut pengakuan pelaku incest yang di publikasikan di media


massa, hubungan incest mereka lakukan dengan alasan kesepian di
tinggal istri, kurang puas dengan layanan istri, kebiasaan anak
perempuan tidur dengan bapaknya selain itu juga kejadian ini dapat
terjadi karena adanya dugaan pelaku mengidap kelainan seks dan
masalah gangguan kejiwaan.
b. Psikologis

Pelaku memiliki kepribadian menyimpang, seperti minder, tidak


percaya diri, kurang pergaulan, menarik diri dan sebagainya.

Selain faktor biologis incest juga berpengaruh pada psikologis si


pelaku, dalam hal ini mungkin saja si pelaku tidak percaya diri, susah
bergaul dengan lingkungannya, faktor – faktor tersebut juga sangat
mempengaruhi terjadinya incest. Kurang pergaulan yang mana pada
keluarga tertentu di larang bergaul dengan dunia luar. Kadang – kadang
ada juga penyebab dimana satu keluarga di larang menikah di luar
kalangannya agar semua harta yang dimiliki tidak keluar dari keluarga
besarnya. Ada juga kemungkinan di harapkan supaya turunan mereka
lebih asli sebagai bangsawan.
2. Faktor eksternal, yang terdiri dari :
a. Ekonomi keluarga

Selain faktor inernal yang telah di paparkan di atas faktor


eksternal juga sangat mempengaruhi seperti halnya ekonomi keluarga
yang minim yang pas – pasan.

masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah atau mempunyai


keterbatasan pendapatan untuk bermain diluar lingkungan mereka
sehingga mempengaruhi cara pandang dan mempersempit ruang
lingkup pergaulan. Dalam masyarakat yang kurang mampu hal ini
banyak sekali terjadi. Kemiskinan yang absolut menyebabkan seluruh
anggota keluarga suami istri dan anak-anak tidur dalam satu tempat
tidur. Apabila satu waktu seorang ayah bersentuhan dengan anak
perempuannya yang masih gadis maka ada kemungkinan salah satu dari
keduanya bisa terangsang yang akhirnya terjadi hubungan seksual,
paling tidak kontak seksual. Situasi semacam ini memungkinkan utuk
terjadinya incest kala ada kesempatan.
b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah.

Selain faktor ekonomi keluarga tingkat pendidikan dan pergaulan


yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor inilah kemampuan
berfikir seseorang tidak berkembang, mereka tidak berfikir logis, tidak
memikirkan dampak kedepannya seperti apa, mereka hanya berfikir
hanya untuk kepuasan semata.
c. Tingkat pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama
yang kurang.

Di samping faktor-faktor yang telah di jelaskan di atas, menurut


pendapat saya ada faktor yang lebih mempengaruhi yaitu tingkat
pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama yang
kurang. Apabila seseorang memiliki tingkat pemahaman agama yang
minim.
d. Konflik budaya

Perubahan social terjadi begitu cepat seiring dengan


perkembangan teknologi. Alat – alat komunikasi seperti radio, televise,
VCD, HP, Koran dan majalah telah masuk keseluruh pelosok wilayah
Negara kita (indonesia). Seiring dengan itu masuk pula budaya baru
yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma – norma
setempat. Orang dengan mudah mendapat berita criminal seks melalui
tayangan televise maupun tulisan di Koran dan majalah. Juga informasi
dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya,
tayangan telvisi, VCD, dan berita di Koran atau majalah yang sering
menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat
menjadi model bagi mereka yang tidak bias mengontrol hawa nafsu
birahinya.
e. Pengangguran.

Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang


berakibat banyak orang yang mengganggur. Dalam situasi sulit mencari
pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri
banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah
(apalagi kalau isri menjadi TKW), membuat sang suami kesepian.
Mencari hiburan di luarpun butuh biaya sedangkan uang tidak ada.
Tidak menutup kemungkinan anak yang sedang dalam perkembangan
(remaja atau gadis) menjadi sasaran pelampiasan nafsu birahi sang
ayah.
Selain faktor – faktor diatas, terdapat juga :
1. Factor usia

Pikiran anak – anak terbatas dan memiliki ketakutan. Biasanya


faktor ini sering terjadi antara ayah dan anak perempuannya yang masih
kecil dalam artian di bawah umur. Dalam kasus ini sering kali sang anak
belum mengerti akan seks akan tetapi yang lebih cenderungnya yaitu
ketakutan sang anak pada ayah apabila tidak mengikuti kemauan sang
ayah. Kadang – kadang tidak ada tanda – tanda pemaksaan yang muncul.
Tetapi ketika melibatkan orang tua dan anak, perasaan takut ketahuan dan
takut di hukum merupakan bagian dari hubungan tersebut. Diakui bahwa
otoritas dan ketakutan superior orang dewasa biasanya mendorong anak
menyetujui dan mau melakukannya. Ini juga mungkin merupakan
dorongan bagi sebagian anak atau remaja untuk mendapatkan perhatian
dan kasih sayang orang dewasa atau saudara sekandungnya.
2. Jenis kelamin

Perempuan dan laki – laki kedudukannya tidak setara, laki – laki


lebih berkuasa.

Masalah kedudukanpun ikut serta dalam terjadinya incest karena di


kalangan masyarakat yang awam banyak mengganggap kedudukan laki-
laki lebih besar di bandingkan perempuan sehingga para kaum laki-laki
memperlakukan perempuan tidak di dasari dengan norma – norma atau
hukum yang ada baik di lihat dari aspek agama maupun sosial. Pengaruh
aspek structural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks.
Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan para individu.
Khususnya apabila ia seorang laki – laki (notabene cendrung dianggap
dan menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan
menimbulkan ketidakseimbangan mental psikologis. Dalam
ketidakberdayaan tersebut , tanpa adanya iman sebagai kekuatan
internal / spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitive,
yakni dorongan seksual ataupun agresivitas
3. Bermain lama –lama dalam satu kamar sehingga lama – lama kelamaan
nafsu biologis mereka akan terangsang.

Hal seperti ini harus di hindari oleh laki – laki dan perempuan yang
mempunyai hubungan darah, baik itu perempuan dan laki-laki dewasa
ataupun di bawah umur karena di khawatirkan akan terjadi hal – hal yang
tidak di ingikan seperti terjadinya incest ini.
4. Kurangnya pengetahuan tentang seks.

Masalah yang satu inipun harus benar – benar di perhatikan karena


pengetahuan tentang seks ini masyarakat khususnya remaja ataupun para
orang tua harus benar – benar memepelajari pengetahuan ini agar
terhindar dari hal – hal yang berbau seks yang negatif seperti kasus yang
sedang saya bahas yaitu mengenai incest (perkawinan sedarah) selain
inces masih banyak kasus – kasus lainnya seperti PMS, pernikahan dini
dan lain sebagainya.

2.3.5 Alasan Anggota Keluarga Melakukan Incest


1. Ayah sebagai pelaku.

Kemungkinan pelaku mengalami masa kecil yang kurang menyenangkan,


latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bahkan mungkin saja pelaku
merupakan korban penganiayaan seksual di masa kecilnya. Pelaku cenderung
memiliki kepribadian yang tidak matang, pasif, dan cenderung tergantung pada
orang lain. Ia kurang dapat mengendalikan diri/hasratnya, kurang dapat berfikir
secara realistis, cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan emosinya, kurang
memiliki rasa percaya diri. Selain itu, kemungkinan pelaku adalah pengguna
alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.
2. Ibu sebagai pelaku.

Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat


kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang
melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong oleh keinginan
adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik
maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat
memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang
didapati, terutama karena secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat
mengasuh dan ‘melindungi’ anak.
3. Saudara kandung sebagai pelaku.
Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya menirukan
perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan mendominasi/menghukum
adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual mungkin pula dilakukan oleh orang tua
angkat/tiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara
angkat.
2.3.6 Akibat Incest
Ada beberapa dampak dari perilaku incest ini. Diantaranya adalah:
1. Dampak Psikologis

Incest dapat menimbulkan tekanan psikologis.


a. Masalah konstruksi social tentang keluarga, misalnya masyarakat
mengenal ayah dan anak sebagai satu kesatuan keluarga. Tetapi jika
terjadi kasus Incest, maka status ayahnya tersebut menjadi ganda,
ayah sekaligus kakek.
b. Kasus pemerkosaan Incest, misalnya pemerkosaan ayah terhadap
anak perempuannya, anak laki – laki kepada ibunya. Dalam hal ini
mungkin terjadi didasarkan kelainan anak yang terlalu mencintai
ibunya, dalam ilmu psikologis disebut dengan istilah Oedipus
Compleks.
c. Dari berbagai peristiwa hubungan incest yang banyak di laporkan di
media akhir – akhir ini menunjukan betapa menderitanya perempuan
korban incest. Ketergantungan dan ketakutan akan ancaman
membuat perempuan tidak bisa menolak di perkosa oleh ayah,
kakek, paman, saudara atau anaknya sendiri. Sangat sulit bagi
mereka untuk keluar dari kekerasan berlapis – lapis itu karena
mereka sangat tergantung hidupnya pada pelaku dan masih berfikir
tidak mau membuka aib laki – laki yang pada dasarnya di
sayanginya yang seharusnya menyayanginya dan menjadi pelindung
bagi keluarganya terutama (istri dan anak perempuannya) dengan
terjadinya incest akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup
dan gangguan jiwa., sehingga kejiwaannya akan terganggu hal ini
merupakan dampak psikologis dari peristiwa incest
d. Gangguan psikologis. Gangguan psikologis akibat dan kekerasan
seksual atau trauma post sexual abuse, antara lain : tidak mampu
mempercayai orang lain, takut atau khawatir dalam berhubungan
seksual, depresi, ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri
yang lain, harga diri yang rendah, merasa berdosa, marah,
menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, dan makan
tidak teratur.
2. Dampak Terhadap Fisik

Dari segi medis tidak setiap pernikahan Incest akan melahirkan


keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan.Incest
memiliki alasan besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis.
Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat menyebabkan
rusaknya alat reproduksi anak dan resiko tertular penyakit menular
seksual. Korban dan pelaku menjadi stress yang akan merusak kesehatan
kejiwaan mereka. Dampak lainnya dari hubungan incest adalah
kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen
homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui gen homozigot
resesif yang dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia,
gangguan penglihatan pada anak umur 4 – 7 tahun yang bisa berakibat
buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada perkawinan sepupu yang
mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino lebih besar
13,4 kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih
berpeluang muncul dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah
dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki
kedekatan keturunan.

Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih


besar pada anak yang dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit
genetika yang berpeluang muncul lebih besar, contoh :
a. Skizoprenia : kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Penyakit ini merupakan suatu gangguan psikologis fungsional
berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala –
gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi social, fungsi
kerja, dan perawatan diri. Penyakit ini mempunyai beberapa tipe
yaitu: Skizofrenia tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala – gejala
positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan
pada skizofrenia tipe II ditemukan gejala – gejala negative seperti
penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Penyakit ini
terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia, penyakit
ini terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala
– gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja awal atau dua
puluhan. Pada pria sering mengalami penyakit ini lebih awal di
bandingkan dengan wanita.
b. Leukodystrophine atau kelainan pada bagian syaraf yang disebut
milin, yang merupakan lemak yang meliputi insulates serat saraf
yang menyebabkan proses pembentukan enzim terganggu. Tanda –
tanda gejala penyakit ini biasanya di mulai pada awal bayi, namun
tentu saja kondisi bias sangat bervariasi. Bayi yang mempunyai
penyakit ini biasanya normal untuk beberapa bulan pertama lahir
akan tetapi pada bulan – bulan berikutnya akan terlihat kelainannya
c. Idiot : keterlambatan mental serta perkembangan otak yang lemah.
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John
Longdon Down. Karena cirri – cirri yang tampak aneh seperti tinggi
badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang mongoloid maka sering juga di kenal dengan
mongolisme.
d. Kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu
mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu.
Gangguan emosional yang dialami si ibu akibat kehamilan yang
tidak di harapakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janian pra dan pasca kelahiran dan pada akhirrnya
bayi yang ada dalam rahim ibupun akan mengalami kelainan –
kelainan genetic yang nantinya akan berdampak buruk pada bayi
tersebut.
e. Hemophilia : penyakit sel darah merah yang pecah yang
mengakibatkan anak harus menerus mendapatkan transfuse darah.
Penyakit ini merupakan gangguan perdarahan yang bersifat herediter
akibat kekurangan factor pembekuan VIII dan IX.
3. Dampak dari Segi Kemanusiaan

Nurani kemanusiaan universal (secara umum) yang beradab sampai


hari ini, detik ini mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai –
nilai kemanusiaan. Meskipun dilakukan secara suka sama suka (sukarela)
dan tidak ada yang merasa menjadi korban, incest telah mengorbankan
persaan moral public. Dengan terjadinya incest ini moral – moral
kemanusiaan akan hilang dan masa depan bangsa kita (indonesia) akan
terpuruk apabila generasi masa depannya saja mempunyai moral – moral
yang tidak manusiawi dan tidak melihat pada kaca mata agama.
4. Dampak dari Segi Sosial
Peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan menyebabkan
hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga tersebut dapat di
kucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat.
Masalah yang lebih penting di cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana anak
menghamili anak perempuannya, maka bila janin yang di kandung oleh anak
perempuan tersebut maka status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus
kakek. Hal inilah yang nanatinya akan berdampak social dari hubungan incest.
dampak secara sosial, dimana anak sebagai korban akan mengalami keterasingan
diri lantaran harus berhadapan dengan tekanan sosial selaku korban pedofilia
(supriyanto, 2016)

2.3.7 Upaya Mencegah Incest


Untuk menghindari terjadinya incest yang baik disertai atapun tidak
disertai kekerasan seksual, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara benar.
Bukan hanya mengutamakan ritual, tetapi terutama menghayati nilai-
nilai yang diajarkan sehingga menjadi bagian integral dari diri sendiri.
Hal ini dapat dicapai dengan penghayatan akan Tuhan sebagai pribadi,
sehingga relasi dengan Tuhan bersifat “mempribadi”, bukan sekadar
utopia yang absurd.
2. Memperkuat rasa empati, sehingga lebih sensitif terhadap penderitaan
orang lain, sekaligus tidak sampai hati membuat orang lain sebagai
korban.
3. Mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif.
4. Menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat membangkitkan
syahwat.
5. Memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anggota keluarga,
sehingga dapat terkontrol.
6. Memberikan pendidikan seks sejak dini, sesuai dengan usia anak.

2.3.8 Tindakan Terhadap Korban Incest

Tindakan yang perlu dilakukan terhadap korban incest dengan


kekerasan seksual adalah:
1. Mengamankan untuk sementara ke tempat yang tenang.
2. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang memberikan
pelayanan konseling untuk korban kekerasan seksual.
3. Menyerahkan pelayanan medis ke dokter atau rumah sakit yang dapat
dipercaya dapat menjaga privasi korban.
4. Melapor kepada yang berwajib dan memberikan bantuan hukum.
5. Memberikan advokasi kepada keluarga yang sedang panik dan bingung

2.4 Homoseksual/Lesbian/Biseksual/Transgender

2.4.1 Pengertian Homoseksual adalah relasi atau hubungan seks dengan jenis
kelamin yang sama,atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama
(Kartono, 1989)

Lesbian atau Lesbi merupakan istilah bagi perempuan yang mengarahkan


pilihan orientasi seksualnya kepada semua perempuan atau disebut juga
perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional
atau spiritual

Biseksual adalah orang yang mempunyai ketertarikan seksual terhadap dua


jenis kelamin yang berbeda sekaligus. Dengan kata lain, orang yang biseksual
adalah orang yang memiliki orientasi heteroseksual dan homoseksual.
Biseksual bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan (Safrudin, 2017)

Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendiskripsikan orang yang


melakukan,merasa,berfikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang
berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir (Transgender,
2012)
2.4.2 Faktor Penyebab Terjadinya LGBT atau Homoseksual /Lesbian
/Biseksual /Transgender

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan bisa memicu terjadinya LGBT, misalnya saja karena salah
pergaulan. Ketika seseorang berteman dengan orang yang termasuk LGBT,
ada kecenderungan dia akan ikut menjadi anggota LGBT disebabkan faktor
pengaruh teman. Jadi, lingkungan dan kebiasaan menjadi faktor pemicu paling
besar terjadinya LGBT di Indonesia. Adanya pengaruh budaya barat yang
masuk ke Indonesia juga bisa menyebabkan penyimpangan perilaku ini
terjadi.

2. Faktor keluarga

Jika seorang anak mengalami kekerasan di lingkungan keluarganya, hal ini


bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dia menjadi LGBT. Sebagai
contoh, seorang anak perempuan yang mendapatkan perlakukan kasar dari
ayah atau saudara laki-lakinya akan berpikir untuk membenci lawan jenisnya.
Alhasil, dia memilih untuk hidup sebagai LGBT karena pengalaman hidup
yang tidak mengenakkan.

Oleh sebab itulah, peranan di dalam keluarga sangat penting. Kehangatan dan
keharmonisan keluarga akan mendorong anak untuk tumbuh normal dan
wajar. Selain itu, jika kedua orang tua memberikan pendidikan agama dan
moral yang baik, hal ini akan membentengi seseorang untuk menyimpang
menjadi LGBT.

3. Faktor Genetik

Kemudian, faktor penyebab LGBT bisa terjadi ialah karena faktor genetik.
Maksudnya ialah penyimpangan seksual seperti Lesbian, Gay, Biseksual
ataupun Transgender bisa terjadi karena adanya riwayat keturunan dari
anggota keluarga sebelumnya.

Dalam tubuh manusia, kromosom seorang laki-laki normal ialah XY dan


perempuan yaitu XX. Namun, di kehidupan nyata, bisa ditemukan bahwa
seorang laki-laki memiliki kromosom XXY. Kelebihan kromosom ini bisa
menyebabkan dia memiliki perilaku menyerupai seorang perempuan.

2. 4.3 Dampak LGBT

Penyebaran LGBT sangat cepat, bahaya yang di timbulkan antara lain:

a. Kanker anal atau dubur


Para gay melakukan hubungan sek anal sehingga mereka memiliki resiko
tinggi terkena penyakit kanker anal.

b. Kanker mulut

Kebiasaan melakukan oral seks bisa menyebabkan kanker mulut.

c. Meningitis

Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi mikroorganisme,


kanker, penyalahgunaan obat-obatan tertentu dan mengalami peradangan
tubuh. Namun, hal lain diungkapkan dalam tulisan di DetikHealth bahwa
meningitis terjadi karena penularan hubungan seks yang dilakukan oleh
LGBT.

d. HIV/AIDS

Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan banyak orang
sehingga kecenderungan terkena virus HIV/ AIDS sangat tinggi.

e. Dampak Pendidikan

Selain berdampak pada kesehatan, LGBT juga mempengaruhi pendidikan


seseorang. Sebab faktanya, seorang LGBT memiliki permasalahan putus
sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi atau siswa normal.

f. Dampak keamanan

Adanya LGBT ini menyebabkan terjadinya pelecehan seksual terjadi di mana-


mana. Bahkan, banyak kasus yang mana pelecehan tersebut terjadi pada anak-
anak.

2.4.4 Cara Mengatasi LGBT

Karena dampak LGBT sangat mengerikan, sebaiknya ada upaya untuk


mencegah timbulnya LGBT. Caranya antara lain sebagai berikut ini:

1. Menjaga pergaulan

2. Menutup segala celah pornografi misalnya dari gadget. Orang tua harus
aktif dalam hal ini.

3. Diadakan kajian atau seminar mengenai bahaya LGBT di sekolah-sekolah

4. Adanya undang-undang yang melarang adanya LGBT sehingga hal ini tidak
menyebar semakin parah.
5. Diadakan penyuluhan keagamaan mengenai LGBT yang menyimpang dari
aturan agama.

2.5 Sodomi

2.5.1 Pengertian Sodomi adalah aktivitas seksual yang melibatkan masuknya


penis ke dalam anus (andrian, 2018).

2.5.2 Dampak Sodomi

1.Dampak Sodomi secara Fisik (andrian, 2018):

Sodomi jelas akan berdampak pada kondisi fisik korban, baik berupa luka ataupun
tertular penyakit. Korban sodomi bisa mengalami berbagai kondisi dan penyakit,
seperti:

1. Fisura anal (anus robek).


2. Kutil dubur.
3. Iritasi usus besar.
4. Nyeri perut dan nyeri panggul kronis.
5. Migrain
6. Penyakit menular seksual, seperti HIV, hepatitis B, dan gonore.
7. Gangguan otot anus, seperti encopresis (buang kotoran di celana), atau
nyeri saat buang air besar.

2.Dampak sodomi secara psikis (andrian, 2018)

Sedangkan secara psikis dan emosional, korban sodomi dapat mengalami:

1. Ketakutan berlebihan.
2. Kecemasan.
3. Mudah marah dan gugup.
4. Post-traumatic stress disorder (PTSD).
5. Gangguan tidur dan gangguan makan.
6. Merasa rendah diri dan depresi.
7. Stress
8. Penyalahgunakan alkohol dan narkoba.
9. Masalah dalam hubungan intim.
10. Percobaan bunuh diri.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Akhirnya kita mengetahui sebagian kecil dari kejadian –kejadian
yangpernah ada atau yang sedang terjadi,pelecehan seksual bukanlah hal baru
ternyata pelecehan seksual sudah ada sejak dulu dan tersebar dimana-mana
hanya saja susah untuk menghentikannya.Ini tugas dari kita generasi baru
untuk menjaga dunia dari tangan-tangan tidak bermoral dan juga dari
kepolisian harus lebih mempertegas tentang hokum yang berlaku.

3.2 SARAN
Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan seksual
sangat berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya
mulai dari beban mental yang diderita oleh korban,penyakit yang akan
diderita oleh pelaku dan juga oleh korban dan lain sebagainya. Maka dari itu
kita harus bisa menjaga diri dengan cara mendekat diri kepada yang.

Anda mungkin juga menyukai