Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2021/2022

Mata Kuliah: IMS dan HIV/AIDS


Dosen: Dr. dr. Made Nyandra, Sp.KJ.,M.Repro
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Hari / Tanggal: Jumat, 4 Februari 2022
Nama : Ayu Vistari Suaryanthi
Nim :21120706039

1. Jelaskan hubungan antara IMS dan Budaya (budaya trtntu ada kegiatan2 yg
merupakan prostitusi terselubung, misal daerah kemukus jogja cari kekayaan
harus bawa pasangan. pasangan yg ditukar)
2. Jelaskan hubungan antara IMS dan kehamilan. (tergantung jenis penyakit
imsnya bisa cacat bayinya, abortus, meninggal, konjungititis blenore)
3. Jelaskan peran anda sebagai sarjana kesehatan masyarakat dalam melakukan
promosi dan prevensi pada kejadian IMS yg berhubungan dengan pariwisata.
(perpindahan org)
4. Jelaskan mengapa penyakit IMS susah diberantas di muka Bumi. (krn 1 faktor
manusia punya keinginan untuk punya pasangan lagi poligami dan poliandri, 2.
faktor penyakit itu yg menularkan)
5. Jelaskan apa yg disebut periode jendela/window period pada HIV/AIDS

Jawaban:

1. Hubungan antara IMS dan Budaya kita di indonesia melihat dari beberapa aspek
dibawah ini :

a. Aspek budaya sangat mempengaruhi perilaku seksual seseorang. Budaya juga


dapat mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan
tersebut dapat berdampak positif yang menguntungkan setiap anggota dari budaya
tersebut dan dapat juga berdampak negatif yang dapat merugikan anggotanya.

b. Budaya rebu dibuat sebagai kontrol sosial dari norma adat masyarakat Karo,
untuk menghindari perilaku seks bebas dalam suatu keluarga Karo. Selain itu
masyarakat Karo juga yang masih tabu dalam membicarakan pendidikan seks
terlalu vulgar. Disadari atau tidak sikap seperti ini pada tingkatan tertentu
mengakibatkan seseorang yang akan menanjak dewasa tidak diberi pembekalan
yang baik dan terarah mengenai perilaku seksual yang seharusnya.

c. Budaya Patriarkat yang dianut oleh masyarakat Karo memiliki dampak yang
merugikan pada kaum perempuan, sebagai pihak yang lemah. Dimana laki-laki
adalah superior dan perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk
menguasai dan mengontrol perempuan. Hal ini menjadikan perempuan
tersubordinasi.

d. Terdapat interpretasi yang keliru terhadap stereotip jender yang tersosialisasi


amat lama dimana perempuan dianggap lemah, sedangkan laki-laki, umumnya
lebih kuat. Sehingga dengan melemahnya kaum perempuan, membuat perempuan
tidak dapat berpendapat dan memutuskan keputusan dalam berbagai hal,
termasuk dalam masalah seksual, yang nantinya dapat berdampak ketidakadilan
dan kekerasan seksual dalam rumah tangga dan berujung penyeberan virus HIV
tersebut.

e. Daerah Kemukus Jogja, kerap menjadi tempat orang mencari jalan instan
menjadi kaya. Meskipun cara yang ditemput cukup ekstrim. Konon, sang pencari
pesugihan di gunung kemukus ini wajib melakukan hubungan badan dengan
pasangan yang tidak sah selama tujuh kali berturut-turut dan dilaksanakan di
malam Jumat Pon. Ritual yang sudah ada selama berabad-abad itu, mengharuskan
pasangan yang baru bertemu untuk berhubungan seksual di samping candi, di sisi
Gunung Kemukus, yang terletak di sebuah desa dekat Solo, Jawa Tengah. Budaya
ini merupakan kegiatan prostitusi terselubung atau seks bebas yang
memungkinkan penularan IMS. Apalagi jika banyaknya pencari pesugihan yang
datang. Hal ini jelas berdampak negatif bagi kesehatan kulit dan alat kelamin.

2. Infeksi menular seksual alias IMS adalah penyakit yang berpindah dari satu
orang ke orang lainnya melalui hubungan seksual. Proses penularan penyakit ini
bisa terjadi akibat adanya aktivitas seksual melalui mulut, anus, penis maupun
vagina. Bisa dikatakan, IMS merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi. Jika terjadi pada ibu hamil, penyakit ini bisa
mengancam keselamatan ibu maupun janin dalam kandungan. Berikut beberapa
contoh IMS pada ibu hamil dan pengaruhnya terhadap janin:

a. HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah jenis virus yang dapat menular
melalui melalui hubungan seksual atau bertukar jarum suntik dengan penderita
HIV. Selain itu, jika Anda memiliki luka di kulit dan luka tersebut terpapar cairan
tubuh penderita HIV, maka Anda juga sangat berisiko untuk tertular penyakit
tersebut. Calon bayi dari ibu penderita HIV juga berisiko mengalami penyakit yang
sama. Ini karena HIV dapat menular melalui plasenta (semasa hamil), proses
persalinan, juga melalui ASI.

b. Gonore

Gonore adalah infeksi menular seksual yang terjadi akibat paparan bakteri
Neisseria gonorrhoea. Jika penyakit ini terjadi pada ibu hamil, terjadinya keputihan
berbau, rasa terbakar sewaktu berkemih, atau nyeri perut tak bisa dihindari. Tak
hanya itu, bahaya IMS gonore yang tak ditangani dengan baik adalah risiko
keguguran, kelahiran prematur, kehamilan di luar kandungan, dan gangguan
kesuburan di masa mendatang. Sementara itu, bayi yang lahir dari ibu dengan
gonore sangat berisiko untuk mengalami kebutaan, infeksi sendi, dan infeksi darah.
Semua kondisi tersebut sangat mungkin mengancam nyawa.

c. Klamidia

Infeksi klamidia (chlamydia) yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis


sangat berbahaya jika dialami oleh ibu hamil. Penyakit ini bisa menyebabkan
terjadinya keputihan abnormal, sering buang air kecil dan terasa nyeri, sakit perut,
hingga perdarahan. Bila tidak segera diobati, klamidia dapat memicu terjadinya
komplikasi berat, seperti:

 Peradangan rongga panggul.


 Kecacatan pada bayi.
 Gangguan kesuburan.
 Kehamilan di luar kandungan.
 Kelahiran prematur.
 Pecah ketuban dini.
 Berat badan bayi lahir rendah.
 Pneumonia.
 Kematian bayi.

d. Sifilis

Sifilis adalah jenis infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Penyakit ini dapat dengan mudah menular pada calon bayi
jika dialami oleh ibu hamil. Infeksi sifilis pada janin dapat dimulai sejak usia
kehamilan 14 minggu, dan risiko semakin meningkat seiring bertambahnya usia
kehamilan. Bahaya IMS pada ibu hamil membuat bayi berisiko tinggi untuk lahir
secara prematur dan mengalami masalah organ tubuh. Bahkan, sekitar 40% wanita
hamil yang mengalami sifilis dan tidak diobati dapat berakhir pada kematian bayi.

e. Bakterial Vaginosis

Bakterial vaginosis adalah jenis infeksi vagina yang paling sering terjadi pada
wanita yang sudah aktif secara seksual. Penyebabnya, yaitu paparan bakteri
Gardnerella vaginalis, Mobiluncus, Mycoplasma hominis, dan Bacteroides.
Beberapa kasus bakterial vaginosis menyebabkan vagina berbau amis, terutama
saat berhubungan seksual. Jika IMS ini terjadi pada ibu hamil, risiko berbagai
kondisi berikut bisa meningkat:

 Infeksi cairan ketuban.


 Infeksi pada masa nifas.
 Radang panggul.
 Kelahiran prematur.
 Kontraksi prematur.

3. Sebagai sarjana kesehatan masyarakat, kita dapat melakukan kampanye atau


sosialisasi kepada para remaja mengenai penularan IMS dan pencegahnnya.
Remaja menjadi sasaran utama karena remaja merupakan masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa dan merupakan masa yang rawan. Lingkungan
pariwisata sekitar rumah memberikan pengaruh sosial terutama pada remaja di
luar keluarga. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali memang harus terbuka. Akibat
dari keterbukaan tersebut, maka berbagai pengaruh dari luar berperan terhadap
perkembangan masyarakat disana. Pola-pola hubungan interpersonal juga
diperkirakan ikut terpengaruh diantaranya adalah pola hubungan seks termasuk
menjadi rentannya remaja terinfeksi infeksi penyertanya yaitu Infeksi Menular
Seksual. Disini remaja, mendapat pengalaman untuk mengenal lingkungan sosial
baru yang berlainan dengan yang dikenalnya di rumah. Dalam hal mendapatkan
pengetahuan tentang seks remaja bisa mendapatkannya luar rumah pada
lingkungan dan sumber yang tepat, sehingga remaja mempunyai kebebasan
memilih darimana ia akan mendapatkan informasi tersebut. Tingginya perilaku
berisiko dan lingkungan yang mendorong remaja berisiko tertular IMS
mencerminkan perilaku remaja terhadap pencegahan IMS masih kurang. Jika hal
ini tidak segera ditanggulangi, bukannya tidak mungkin akan terjadi “lost
generation” karena terinfeksi IMS akan meningkatkan penularan HIV sampai 10
kali lipat.

4. (WHO) mengeluarkan rangkuman statistik soal Infeksi Menular Seksual (IMS)


di dunia. Laporan tersebut menggambarkan bahwa penyebaran penyakit ini
menunjukkan tren peningkatan. Selain itu, usaha memerangi IMS semakin sulit
karena beberapa bakteri telah menunjukkan gejala resistensi antimikrobial. Salah
satu faktor lain yang membuat IMS sulit ditekan adalah adanya keinginan manusia
untuk mempunyai pasangan lebih dari satu atau poligami. Selain itu, faktor
penyebab yang membuat penyakit ini sulit ditekan jumlahnya adalah minimnya
pengetahuan terkait IMS. Individu yang mengalami gejala IMS, seringkali enggan
memeriksakan diri kepada tenaga kesehatan karena malu. Yang paling parah,
mereka tidak menyadari telah terjangkit IMS, karena penyakit menular tersebut tak
memiliki gejala yang jelas. Gejala umum IMS termasuk keputihan, keputihan pada
uretra atau rasa terbakar pada pria, bisul kelamin, dan sakit perut. Penyakit asli
IMS seringkali bersembunyi di balik gejala-gejala penyakit semu tersebut,
sehingga kurang bisa dibedakan jika hanya dengan pengetahuan awam. IMS, jika
tidak dikonsultasikan segera dengan dokter, maka penanganannya akan semakin
sulit. Namun, di samping permasalahan-permasalahan klasik seperti itu, muncul
hambatan lain yang lebih besar dalam upaya pengobatan IMS. Kini dunia sedang
menghadapi Resistensi Antimikrobial (AMR) di segala sektor pengobatan
antimikrobial, dan beberapa patogen IMS mulai menunjukkan kekebalannya
terhadap obat-obatan antimikrobial.

5. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS yang


mampu melemahkan sistem kekebalan atau perlindungan tubuh. Sedangkan AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan Kumpulan beberapa gejala
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Seseorang
yang telah terinfeksi virus HIV secara bertahap akan mengalami sekumpulan
gejala penurunan sistem kekebalan tubuh. HIV (human immunodeficiency virus)
dikenal bisa menyebabkan infeksi berbahaya karena menyerang sistem kekebalan
tubuh. Masa atau periode jendela HIV (window period of HIV) adalah rentang
waktu yang dibutuhkan virus untuk membentuk antibodi dalam darah sampai
infeksi virus terdeteksi di dalam tubuh. Masa jendela HIV penting diketahui untuk
menentukan kapan waktu tes yang tepat sehingga bisa memperoleh hasil diagnosis
HIV yang akurat. Biasanya, masa jendela HIV berlangsung selama 10 hari hingga
3 bulan sejak paparan awal sampai bisa terdeteksi oleh tes HIV. Berapa lama
periode jendela ini tergantung dari jenis tes HIV yang dijalani. Pasalnya, masing-
masing tes HIV memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda dalam mendeteksi
virus. Hal ini dipengaruhi oleh berapa lama masa infeksi HIV berlangsung. Ambil
contoh, tes antibodi cepat yang memiliki 3 bulan periode jendela (window period
of HIV). Artinya, tes bisa mendeteksi antibodi dari virus setelah 3 bulan terinfeksi
HIV. Sementara itu, hasil tes HIV dari kombinasi antigen maupun tes RNA
memiliki periode jendela HIV yang lebih cepat. Tes kombinasi dapat mendeteksi
keberadaan antibodi setelah 20-45 hari infeksi awal, sedangkan pada tes RNA hasil
akurat bisa didapatkan setelah 10-14 hari dari infeksi pertama kali.

Anda mungkin juga menyukai