Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Batasan usia
remaja menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 adalah penduduk dalam rentang usia
10-18 tahun. Di dunia diperkirakan remaja saat ini berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah
penduduk dunia (World Health Organization, 2023). Remaja sebagai generasi penerus bangsa
perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual.
Status kesehatan remaja merupakan hal yang perlu dipelihara dan ditingkatkan agar
menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas (Buzarudina, 2013).
Remaja masih harus menghadapi permasalahan yang kompleks seiring dengan masa transisi
yang dialami remaja. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh
berbagai pengenalan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupannya kelak.
Kehidupan yang penuh gejolak ini sering membuat kaum muda terjerumus pada “ perilaku seks
bebas” bahkan “menyimpang”.

Seks bebas adalah melakukan hubungan seksual secara bebas, tanpa dibatasi oleh aturan-
aturan serta tujuan yang jelas. Perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis mulai dari tingkah laku yang
dilakukannya dengan sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belum menempelkan alat
kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat
kelamin tetapi belum bersenggama (necking) dan bercumbuan sampai menempelkan alat
kelamin yaitu dengan saling menggesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum
bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan diluar
hubungan pernikahan (Wiknjosastro, 2010). Faktor-faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan-perubahan hormonal
yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya
dari buku-buku dan VCD porno, rasa ingin tahu (curiousity) yang sangat besar, serta kurangnya
pengetahuan yang dapat dari orang tua dikarenakan orang tua menganggap hal tersebut tabu
untuk dibicarakan (Sarwono, 2005). Perilaku seks bebas yang dilakukan pada usia remaja
menjadi resiko terkena infeksi menular seksual (Brooker, 2008).

Infeksi menular seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Infeksi menular
seksual (IMS) merupakan penyakit yang penularannya menyebar terutama melalui hubungan
seksual. Terdapat lebih dari 30 bakteri, virus dan parasit berbeda yang dapat menyebabkan
IMS. Jenis penyakit yang umum terjadi adalah gonorrhoea, syphilis, trichomoniasis, chancroid,
human immunodeficiency virus (HIV), chlamydia, herpes genital, kutil kelamin, dan infeksi
hepatitis B. Secara Epidemiologi, IMS tersebar diseluruh dunia angka kejadian paling tinggi
ditemukan di Asia Selatan, dan Asia Tenggara, kemudian diikuti oleh Afrika bagian Sahara,
Amerika Latin dan Kariba. Setiap tahunnya terjadi jutaan IMS yang disebabkan oleh virus,
diantaranya HIV, virus herpes, HPV dan virus hepatitis B (World Health Organization, 2020).

Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan kesehatan yang disebut


Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi
remaja juga terdapat dalam Program Generasi Berencana (GenRe) yang diselenggarakan oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Program Generasi Berencana
(GenRe) dilaksanakan dengan pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja itu
sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang memiliki remaja. Pendekatan kepada remaja
dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R), sedangkan
pendekatan kepada keluarga melalui pengembangan kelompok Bina Ketahanan remaja (BKR)
( Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2022, angka kejadian IMS
tertinggi terjadi di Kota Makassar, disusul Kabupaten Jeneponto kemudian Kota Palopo.
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Palopo tahun 2019, Kecamatan Wara menempati posisi
tertinggi kasus IMS dalam hal ini ditemukan 10 kasus HIV/AIDS, Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “ Asuhan Kebidanan Remaja Putra dengan IMS di
Puskesmas Wara Kota Palopo”.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan yang akan diberikan
secara tepat pada remaja putra sehubungan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS) di
Puskesmas Wara Kota Palopo.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan tentang IMS dan penanganannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Gambaran Umum IMS (Infeksi Menular Seksual)

Telah diketahui bahwa IMS merupakan penyebab timbulnya sekumpulan penyakit akut,
infertilitas, cacat menetap, dan kematian, dengan akibat medis dan psikologis pada jutaan
wanita, pria dan bayi. Dampak dari IMS akan mempermudah penyebaran infeksi HIV
(Depkes, 2000). Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia juga menyebutkan estimasi
populasi rawan tertular HIV pada tahun 2006 pada wanita pekerja seks 1360, pelanggan
3720 dan pasangan pelanggan 670 (KPA, 2006).

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan kelamin.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito- genital saja, tetapi dapat juga
oro-genital sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas pada
daerah genital, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital. Cara penularan IMS
selain melalui hubungan seksual dengan orang yang menderita IMS juga bisa ditularkan
dengan saling menyentuh genitalia yang terinfeksi penyakit tersebut, atau ditularkan dari
ibu hamil ke bayi yang dikandungnya sebelum dilahirkan atau sewaktu dilahirkan. Hampir
seluruh IMS dapat diobati. Namun perlu diingat, IMS yang mudah diobati seperti gonorre
keadaannya untuk saat ini telah resisten terhadap berbagai macam antibiotik generasi
lama. Jenis IMS lain seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah IMS yang
disebabkan oleh virus, dan tidak dapat diobati/disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut
sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis,
AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, juga gonorre semuanya sudah dikenal dapat
menyebabkan kematian. Untuk beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi
seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi
kehamilan. Untuk itu diperlukan pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya- upaya
pencegahannya.

Secara garis besar Infeksi Menular Seksual dapat digolongkan menjadi 4


kelompok besar, berdasarkan penyebab yaitu :

a. IMS dengan penyebab Bakteri yaitu :


- Neisseria Gonorrhoeae
- Infeksi Genital Non Spesifik
- Sifilis
- Ulkus Molle
- Linfogranuloma Venereum
- Vaginosis Bakterial
b. IMS dengan penyebab Virus yaitu :
- Herpes Genitalis
- Kondiloma Akuminata
- Infeksi HIV/AIDS
- Hepatitis B
- Moluskum Kontagiosum
c. IMS dengan penyebab Jamur yaitu :
- Kandidosis Vulvovaginal
d. IMS dengan penyebab Protozoa dan Ektoparasit yaitu :
-. Trikomoniasis

- Pedikulosis Pubis
- Skabies
Infeksi Menular Seksual dapat dikategorikan menjadi yang dapat diobati seperti Gonore, infeksi
Klamidia, Sifilis, Trikomoniasis, Chancroid, Limfogranuloma Venereum. Yang dapat dicegah
namun belum dapat diobati seperti AIDS, Papiloma, Hepatitis B dan Herpes Simplex.

Gejala umum Infeksi Menular Seksual (Lentera,2000) yaitu :

a. Gejala secara umum yang nampak dan dirasakan laki-laki dan wanita adalah :
- Rasa sakit dan gatal pada alat kelamin
- Muncul benjolan, bintik dan luka di sekitar alat kelamin
- Pembengkakan di pangkal paha.
b. Khusus pada wanita :
Biasanya kurang menunjukkan gejala sama sekali, hal ini disebabkan anatomi dari
organ reproduksi wanita terletak di dalam tubuh sehingga kalau ada infeksi di dalam
vagina sulit diketahui. Jika ada, gejalanya bisa berupa :

- Keputihan, yaitu keluarnya cairan yang bukan berupa darah atau air ketuban
dari liang senggama. Pada wanita, keputihan ada yang fisiologis (normal)
dengan ciri jernih, tidak berbau, dan tidak menimbulkan gatal. Tapi ada juga
yang patologis (abnormal) dengan tanda jumlah banyak, berbau, berwarna
putih, kuning, kehijauan atau abu-abu, dan menimbulkan rasa gatal. Bila
semakin parah maka akan terdapat pembengkakan pada lipatan paha dan
nyeri di lubang kemaluan, serta sakit pada saat berhubungan seks.
- Gejala lain yang mungkin tampak adalah keluarnya darah bukan paada masa
haid. Ini menunjukkan bahwa pada saat itu kemungkinan telah terjadi infeksi
di dalam vagina.
- Rasa sakit dalam vagina atau perut bagian bawah pada saat melakukan
hubungan seks.
- Akibat infeksi penyakit kelamin yang telah naik ke bagian rahim, kadang-
kadang

c. Gejala IMS pada laki-laki


- Terasa sakit saat kencing
- Keluar cairan/nanah dari alat kelamin
- Terjadi pembengkakan pada buah pelir dan terasa sakit atau panas.
d. Faktor risiko
- Duh tubuh pada mitra seksual
- Umur <21 tahun
- >1pasangan seksual
- Pasangan seksual baru 3 bulan terakhir
- Belum menikah
- Pernah seks anal
- Pernah berHUS dengan WPS tanpa pelindung
- Pernah berHUS dengan ODHA
- Riwayat menderita ulkus kelamin, GO
e. Faktor yang mempengaruhi penyebaran IMS
- Tidak berperilaku seks yang aman
- Terlambat memperoleh pengobatan
- Antibiotika tidak rasional
- Pasangan seksual tidak ikut berobat
- Perawatan organ reproduksi
- Perilaku tradisional
- Sekskering risiko iritasi dan radang pada organ seks
- Perkosaan dan penganiyaan seksual
2. Jenis- Jenis IMS
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis IMS yang paling umum diderita masyarakat.
a. Klamidia
Sejenis IMS yang disebabkan oleh bakteri. Biasanya penderitanya tidak bergejala,
kalaupun bergejala hanya keputihan saja.

b. Gonore
Gonore alias GO disebut juga kencing nanah. Penyakit ini biasanya rnenyerang
organ-organ reproduksi seperti pada saluran kencing pria atau saluran kelamin
perempuan.

c. Herpes
Herpes adalah jenis IMS yang disebabkan oleh virus.Infeksi ini sering tanpa gejala,
tetapi tergantung daya tahan tubuh.

d. Infeksi HPV
HPV adalah singkatan dari Human Papilloma Virus. HPV ini biasanya menular melalui
kontak seksual secara genital, oral maupun anal.

e. Kutil Kelamin
Kutil kelamin rnerupakan salah satu bentuk IMS yang disebabkan oleh HPV (Human
Papiloma Virus) yaitu berupa kutil besar pada dan di sekitar alat kelamin, bahkan
sampai ke bagian dalam, liang kemaluan dan leher rahim.

f. Trikomonas
Trikomonas adalah IMS yang disebabkan oleh parasit Trichoma Vaginalis. dengan
gejala sebagai berikut :

1) Keputihan yang banyak


2) Gatal pada kemaluan
g. Sipilis

Gejala sipilis akan muncul dalam lima tahap, apabila tidak diobati. Ibu hamil yang
terkena sipilis dapat melahirkan bayi atau anak- anak mempunyai kelainan berupa:
kelainan bentuk muka, kelainan tulang, kebutaan, ketulian, kelainan bentuk gigi yang
tidak normal, kelainan kulit, bayi lahir mati.

3. Tatalaksana IMS
Berdasarkan Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual, Kemkes RI
tahun 2016, ada beberapa komponen penatalaksanaan IMS, diantaranya :
a. Anamnesis tentang riwayat infeksi/penyakit
b. Pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan
c. Diagnosa yang tepat
d. Pengobatan yang efektif
e. Penyuluhan yang berkaitan dengan prilaku seksual pada penderita
f. Penatalaksanaan mitra seksual
g. Pencatatan dan pelaporan kasus
h. Tindak lanjut klinis secara tepat
Majelis Kesehatan Dunia ke-75 pada Mei 2022 menyetujui penerapan Starategi Sektor Kesehatan Global yang
baru, masing-masing mengenai HIV, Virus Hepatitis dan IMS untuk periode 2022-2030 (GHSS).Starategi baru ini
mengusulkan Visi bersama untuk mengakhiri AIDS dan epidemi virus hepatitis dan IMS pada tahun 2030.

Untuk IMS, GHSS menetapkan target ambisius untuk :

a. Mengurangi kasus baru sifilis, gonore,klamidia dan trikomoniasis

b. Mengurangi kasus baru sifilis konginetal

c. Meningkatkan presentase anak perempuan menerima vaksin lengkap dengan vaksin Human Papilloma Virus
(HPV) pada usia 15 tahun

d. Meningkatkan presentase skrining sifilis pada populasi prioritas dan ibu hamil, meningkatkan presentase
skrining gonore pada populasi prioritas

e. Meningkatkan presentase perempuan yang diskrining untuk kanker serviks

f. Meningkatkan jumlah negara yang melaporkan resistensi antimikroba pada Neisseria gonorrhoe ke Program
engawasan Antimikroba Gonokokal WHO

Anda mungkin juga menyukai