PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Jenis-jenis IMS
Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan
manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan umur (tabel 1).
Tabel 1. Patogen penyebab dan jenis IMS yang ditimbulkan.
Infeksi Virus
Human Infeksi HIV / Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
Immunodeficiency Laki-laki dan perempuan : penyakit yang berkaitan dengan
Virus (HIV) infeksi HIV, AIDS
Herpes simplex Herpes genitalis
virus (HSV) tipe 2 Laki-laki dan perempuan : lesi vesikuler dan/atau ulseratif di
dan tipe 1 daerah genitalia dan anus
Neonatus : herpes neonatus Kondiloma akuminata
Laki-laki : kondiloma akuminata di daerah penis dan anus,
Humman kanker penis dan anus
papillomavirus Perempuan : kondiloma akuminata di daerah vulva, vagina,
(HPV) anus, dan serviks; kanker serviks, vulva, dan anus
Neonatus : papilloma laring Hepatitis virus
Laki-laki dan perempuan : hepatitis akut, sirosis hati, kanker
hati Moluskum kontagiosum
Virus Hepatitis B
Laki-laki dan perempuan : papul multipel, diskret,
berumbilikasi di
Virus moluskum
kontagiosum daerah genitalia atau generalisata
Infeksi Protozoa
Trichomonas Trikomoniasis
vaginalis Laki-laki : urethritis non-gonokokus, sering asimtomatis
Perempuan : vaginitis dengan duh tubuh yang banyak dan
berbusa, kelahiran prematur
Neonatus : bayi dengan berat badan lahir rendah
Infeksi Jamur
Candida albicans Kandidiasis
Laki-laki : infeksi di daerah glans penis
Perempuan : vulvo-vaginitis dengan duh tubuh vagina
bergumpal, disertai rasa gatal dan terbakar di daerah vulva
Infeksi Parasit
Phthirus pubis Pedikulosis Pubis
Laki-laki dan perempuan : papul eritematosa, gatal, terdapat
kutu dan telur di rambut pubis
Sarcoptes scabei Skabies
Papul gatal, di tempat predileksi terutama malam hari
2. Epidemiologi
Insiden dan prevalensi IMS ditentukan oleh adanya perubahan demografi dan sosial
ekonomi. Terdapat sekitar 340 juta kasus baru IMS, diantaranya infeksi Treponema
pallidum, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis dan Trichomonas vaginalis
terjadi tiap tahun pada pria maupun wanita usia 15-49 tahun, dengan proporsi terbesar
di Asia tenggara, diikuti oleh Afrika dan Amerika Selatan. Pada wanita hamil,
penyakit sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan
bayi lahir mati sebanyak 25%, dan mengakibatkan kematian neonatus sebanyak
14%. Prevalensi sifilis pada wanita hamil di Afrika rata-rata 4%-15%. Infeksi
Chlamydia dan Gonococcal yang tidak diobati pada wanita dapat menyebabkan
penyakit radang panggul pada 40% kasus, satu dari empat pasien ini menimbulkan
kemandulan. Terdapat 4000 bayi baru lahir di seluruh dunia menjadi buta tiap
tahunnya yang disebabkan oleh infeksi mata karena ibu mereka menderita infeksi
Gonococcal dan Chlamydia yang tidak diobati.
Pada tahun 2014, telah tercatat 234 kasus baru di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah poliklinik kulit dan kelamin sudivisi infeksi menular seksual, yang
paling banyak yaitu Infeksi Human Papilloma Virus (kondiloma akuminata)
37,6% (88 orang), urethritis gonore 13,6% (32 orang) dan sifilis 8,5% (20 orang).
Dari segi usia, tercatat paling sering menderita IMS yaitu usia 15-44 tahun.
3. Penularan
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung, yaitu kontak dengan
eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa terlihat ataupun tidak terlihat
dengan jelas. Penularan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual baik vaginal,
oral, maupun anal.
Penularan HIV juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu transfusi darah dengan
darah yang sudah terinfeksi HIV, saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba,
tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/ tidak sengaja, menindik telinga
atau tato dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau cukur secara bersama-
sama, dari ibu kepada bayi saat hamil, saat melahirkan, dan saat menyusui.
4. Tujuan Pencegahan
a. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan infeksi menular
seksual
Infeksi menular seksual dapat menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas
terutama di negara sedang berkembang dengan sumber daya yang terbatas. Secara
Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui
hubungan seksual, terutama pada populasi yang memiliki banyak pasangan
seksual, misalnya penjaja seks dan pelanggannya. Keberadaan IMS dengan
bentuk inflamasi atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV
saat melakukan hubungan seksual tanpa pelindung antara seorang yang telah
terinfeksi IMS dengan pasangannya yang belum tertular. Ulkus genitalis atau
seseorang dengan riwayat pernah menderita ulkus genitalis diperkirakan
meningkatkan risiko tertular HIV 50-300 kali setiap melakukan hubungan
seksual tanpa pelindung.
5. Program Pencegahan
1.1 Kegiatan promosi kesehatan
Strategi pemberdayaan dan promosi dalam upaya pengendalian IMS, HIV
dan AIDS didasari atas 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan, yaitu Gerakan
Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina Suasana dan
Advokasi. Strategi tersebut harus dikombinasikan dengan semangat dan dukungan
dari pasangan. Seluruh strategi tersebut diarahkan agar masyarakat mampu
mempraktekkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.
1.4 Advokasi
Merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari seluruh masyarakat. Advokasi diarahkan untuk
menghasilkan kebijakan yang mendukung pada upaya penanggulangan HIV dan
AIDS, terutama pada upaya penurunan IMS dan HIV melalui praktek perilaku
seks aman maupun praktek penggunaan jarum suntik steril.
Strategi untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung pada upaya
penanggulangan HIV dan AIDS adalah sebagai berikut :
a. Mendapatkan komitmen dan dukungan gubernur dan bupati/walikota.
b. Mendapatkan komitmen dan dukungan dari departemen teknis terkait pada
wilayah prioritas.
c. Mendapatkan komitmen dan dukungan dari populasi kelompok umur 15 tahun
ke atas, dengan prioritas 15-24 tahun.
1.5 Kemitraan
Sasaran primer program ini adalah kelompok populasi berperilaku risiko tinggi
terhadap penularan HIV. Kelompok populasi yang dimaksud terdiri dari pekerja
seks komersial (perempuan dan laki-laki), Waria, Lelaki berhubungan Seks
dengan Lelaki (LSL) dan pelanggan/pasangan dari 3 kelompok di Atas Sasaran
sekunder adalah semua orang yang dianggap mempunyai pengaruh secara
langsung pada sasaran primer.
1.7 Membentuk klinik infeksi menular seksual
Pada situasi bencana dan krisis kesehatan, upaya pemenuhan layanan terkait
HIV dan IMS secara komprehensif memerlukan adanya integras antara dua sistem,
yaitu sistem layanan kesehatan serta sistem layanan komunitas (Sutrisna et al.,
2021). Hal ini bertujuan untuk menjamin adanya kesatuan rangkaian layanan HIV
dan IMS yang berkesinambungan. Oleh sebab itu, upaya untuk koordinasi,
kolaborasi, dan integrasi sangat penting untuk dilakukan antara layanan kesehatan
dengan layanan di komunitas:
1. Upaya Koordinasi
2. Upaya Kolaborasi
3. Upaya Integrasi
Upaya intergasi layanan HIV dan IMS antara layanan komunitas dengan
layanan kesehatan di situasi bencana sangat penting untuk dilakukan untuk
menjamin layanan yang berkesinambungan serta meningkatkan efektivitas serta
efisiensi pelayanan. Dalam hal ini, integrasi antara layanan HIV dan IMS di
fasilitas kesehatan dengan layanan komunitas tidak hanya dilakukan ketika
bencana terjadi, tetapi sebaiknya dilakukan di masa pra-bencana. Salah satu
integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan database pasien
yang bisa diakses oleh layanan kesehatan maupun komunitas, sehingga ketika
terjadi bencana 12 dapat memudahkan untuk memetakan orang dengan HIV
maupun penderita IMS yang memerlukan bantuan.
2.1 Dalam melakukan upaya koordinasi, terdapat beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan antara layanan kesehatan dengan layanan di
komunitas terkait dengan program HIV dan IMS di situasi bencana :
PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari Kemenkes RI Tri Wulan 1 Tahun 2021 jumlah kasus HIV
di Indonesia sejumlah 427.201 kasus dan kasus AIDS 1677 kasus. Sementara kasus IMS
dari periode Januari- maret ‘2021 adalah 7364 kasus dan kejadian kekerasan seksual yang
terjadi /terlapor di tahun 2021 338.496 menurut siaran pers komnas perempuan.
PENUTUP
KESIMPULAN