Anda di halaman 1dari 6

PAPER

(jurnal Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual dan Hubungan infeksi chlamydia
trachomatic dengan kejadian Abortus Spontan )

DISUSUN OLEH :

SARINA RUMLAWANG (NPM : 12114201180025)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

TAHUN 2020
Rangkuman jurnal

Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual

1. Pengertian infeksi menular seksual


Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan memlalui hubungan seksual, yang
popular disebut penyakit kelamin. Semua tehnik hubungan seks lewat vagina, dubur atau
mulut dapat menjadi wahana penularan penyakit kelamin.
Hubungan seksual merupakan jalur utama penularan infeksi menular seksual, tetapi
bayi/janin dapat tertular dari ibu pada saat dalam kandungan atau saat kelahiran
(Kemenkes, 2011).

2. Penyebab infeksi menular seksual


bakteri (misalnya gonore, sifilis), jamur, virus (misalnya herpes, HIV), atau parasit
(misalnya kutu), penyakit ini dapat menyerang pria maupun wanita (UNESCO, 2012).
3. Komplikasi infeksi menular seksual
 radang panggul pada perempuan, kemungkinan terjadi kemandulan baik pada
perempuan atau laki-laki, infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat
menyebabkan kebutaan, kehamilan ektopik (di luar kandungan) dan memudahkan
penularan infeksi HIV (Dailli, 2009)
 Penyakit sifilis disebut juga raja singa, disebabkan bakteri Treponema palidum.
Gejala yag timbul tampak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri, bintil/bercak
merah di tubuh yang hilang dengan sendirinya, dan sering limfadenopati.
 kerusakan pada otak dan jantung, pada kehamilan dapat ditularkan pada bayi,
keguguran atau lahir cacat dan memudahkan penularan infeksi HIV (Holmes,
2005)
4. faktor- faktor yang mempengaruhi peningkatan IMS
 perubahan demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi,
pergerakan masyarakat yang meningkat karena pekerjaan ataupun pariwisata,
kemajuan teknologi berbasis IT (Informasi Teknologi) dan peningkatan sosial
ekonomi. Utamanya kemajuan teknologi berbasis IT menyebabkan dunia tanpa
batas, yang dapat mengakibatkan perubahan-perubahan demografi sehingga
terjadi pergeseran nilai-nilai moral dan agama pada masyarakat.
 kelalaian negara dalam memberi pendidikan kesehatan dan seks kepada
masyarakat, fasilitas kesehatan yang belum memadai dan banyak kasus
asimptomatik sehingga pengidap merasa tidak sakit, namun dapat menularkan
penyakitnya kepada orang lain (Djuanda, 2010). Infeksi itu sendiri dapat terjadi
pada siapa saja, dari lapisan masyarakat manapun dan mulai dari usia muda
hingga tua. Dengan memahami gambaran infeksi menular seksual yang terjadi
pada masyarakat dan distribusi populasi berisiko tinggi terhadap infeksi ini akan
sangat membantu upaya pencegahan penularan IMS dan pengobatan dini terhadap
pengidapnya (Kemenkes, 2011).
5. Faktor resiko terjadi IMS
Faktor resiko terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan alamat tempat
tinggal dengan jenis IMS didapatkan adanya hubungan yang bermakna yaitu pada faktor
resiko jenis kelamin dan pekerjaan terhadap jenis IMS, karena didapatkan nilai p˂0,05.
Sedangkan faktor resiko umur, pendidikan, dan alamat tempat tinggal tidak ada hubungan
yang bermakna terhadap jenis IMS, karena didapatkan nilai p>0,05.
6. Upaya pencegahan terjadinya penyebaran IMS
Tim kesehatan harus mampu mengetahui dan memahami gambaran infeksi menular
seksual yang terjadi pada masyarakat dan distribusi populasi berisiko tinggi terhadap
infeksi ini akan sangat membantu upaya pencegahan penularan IMS dan pengobatan dini
terhadap pengidapnya (Kemenkes, 2011).
memberikan pengobatan berupa suntikan obat antibiotik agar dapat mematikan bakteri.
Rangkuman jurnal

Hubungan infeksi chlamydia trachomatic dengan kejadian Abortus Spontan

1. Pengertian abortus
Abortus merupakan salah satu penyebab dari morbiditas dan mortalitas maternal yang
terkait dengan kehamilan di usia dini yang perlu mendapat perhatian.
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan oleh akibat-akibat tertentu.
Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia
kehamilan kurang dari 20 minggu4. Abortus dini terjadi pada kehamilan sebelum 12
minggu, sedangkan abortus tahap akhir (late abortion) terjadi antara 12-20 minggu
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang timbul karena infeksi chlamydia pada wanita adalah servisitis dan
uretritis. Infeksi urogenital didapatkan pada 30% kasus dengan memberikan gejala:
servisitis mukopurulen, duh tubuh vagina yang purulen, nyeri perut bawah, post-coital
atau intermenstrual bleeding, disuria, didapatkan tanda-tanda PID ataun yeri kronis pada
pelvis. Pada wanita hamil, C. trachomatis mempengaruhi perkembangan intra dan ekstra
uterus. Kehamilan itu sendiri dapat meningkatkan risiko kolonisasi C. trachomatis dan
mengubah respon imun.
3. Komplikasi abortus
penyebaran intraluminal ascending organisme dari serviks yang menyebabkan penyakit
radang panggul (PID), Infeksi menaik selama kehamilan yang dapat menyebabkan
abortus, pecahnya membran ketuban, korioamnionitis, persalinan prematur serta infeksi
nifas dan juga peningkatan risiko perkembangan karsinoma serviks
4. Hubungan Infeksi Chlamydia trachomatis dengan Kejadian Abortus Spontan
Hasil penelitian menunjukan proporsi kejadian abortus cenderung lebih tinggi pada
sampel dengan positif Chlamydia trachomatis yaitu 44,0% dibandingkan dengan sampel
dengan kelompok yang tidak abortus yaitu 12,0%, dan terdapat hubungan yang bermakna
antara infeksi C.trachomatis dengan kejadian abortus. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang melaporkan Prevalensi C. trachomatis lebih tinggi pada
kelompok abortus yaitu 15,2% dari kelompok sampel yang diteliti dibandingkan
kelompok kontrol.13 Sama dengan penelitian diatas penelitian lain melaporkan dari 145
wanita terdapat 31 orang (21,37%) infeksi C. trachomatis dan pada kelompok kontrol dari
75 wanita terdapat 3 orang (4%) ditemukan infeki C. trachomatis, hasil penelitian
menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan
5. Faktor yang mempengaruhi abortus
Banyak faktor yang mempengaruhi abortus, salah satu diantaranya adalah infeksi.
Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
6. Pencegahan penularan infeksi C.trachomatis
merupakan cara yang baik untuk mengurai resiko abortus yang disebabkan oleh infeksi
ini1
7. Peran perawat untuk mencegah terjadinya aborsi adalah Memberikan edukasi untuk
menjaga prilaku seksual yang sehat merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan
infeksi C. trachomatis. Selain itu perlu dilakukan skrining pada wanita usia subur
sebelum terjadinya proses kehamilan, dan dapat mendiagnosa dengan cepat dan tepat
infeksi C.trachomatis serta pemberian terapi yang optimal terhadap pasien yang telah
terdiagnosa infeksi C.trachomatis untuk menghindari terjadinya berbagai resiko yang
merugikan proses kehamilan dan persalinan seperti resiko abortus yang disebabkan oleh
infeksi C.trachomatis
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama. 2010. Data Kasus Infeksi Menular Seksual. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2010.

Azwar, S. 2010. Sikap manusia, teori dan pengukuran. Yogyakarta: Pustaka Fajar.

CDC (Centers of Disease Control and Prevention). 2013. Sexually Transmitted Disease. USA.
https://www.cdc.gov/std/general/other.htm

Daili, S.F. 2009. Gonore, InfeksiMenular Seksual, Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Analisis kecenderungan perilaku berisiko terhadap HIV di Indonesia.
Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2007. Dirjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014

WHO. Trends in maternal mortality 1990 to 2015. Geneva: World Health Organization; 2016

Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, Effendi JS. Obstetri Patologi Edisi 3. Jakarta: EGC; 2013. Hal 1-5

Anda mungkin juga menyukai