Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “E” DENGAN GONORE

DI PMB YANUARTI

YANUARTI

1250018023

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’ SURABAYA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan ini dibuat dengan tujuan sebagai bentuk dokumentasi SOAP atas
asuhan yang telah diberikan pada Ny. E dengan Gonore. Pada pelaksanaan praktik klinik
kebidanan 1 di prodi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya. Adapun rangkaian praktik klinik kebidanan 1 dimulai pada 7
september - 25 september secara online.

Surabaya, 11 September 2020


Mahasiswi

Yanuarti

NIM: 1250018023

Pembimbing Akademik

Uliyatul Laili S.ST,M.Keb


NPP:
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS)
yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,
Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), yang menginfeksi membran mukosa dari
urethra, endocervix, rectum, dan pharynx. Infeksi ini bisa tidak menimbulkan gejala
(Morel, 2010). Gonore merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan
kedua tersering dari IMS di Amerika. Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seks
vaginal, anal dan oral dengan pasangan yang terinfeksi bakteri N. gonorrhoeae. Gonore
juga dapat ditularkan melalui ibu yang sedang mengandung kepada bayi yang ada dalam
kandungannya selama proses melahirkan bayi tersebut sehingga menyebabkan ophtalmia
neonatorum dan systemic neonatal infection (Wong, 2016).
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda dengan laki-laki.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin laki-laki dan
perempuan. Pada perempuan, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang
ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Pada umumnya
perempuan datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Gejala pertama pada laki-laki
berupa uretritis sedangkan pada perempuan berupa uretritis dan servisitis. Masa tunas
gonore sangat singkat, pada laki-laki umumnya berkisar 2-5 hari, kadang lebih lama.
Gejala tersebut dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun sistemik selain itu juga
dapat menyebabkan komplikasi diseminata seperti artritis, miokarditis, endokarditis,
perikarditis, meningitis, dan dermatitis (Daili, 2014).
Menurut WHO, pada tahun 2008 terjadi peningkatan infeksi N. Gonorrhoeae yang
signifikan selain di benua Eropa dan daerah Timur Tengah, yaitu dari sebanyak 87,7 juta
kasus pada tahun 2005 menjadi 106,1 juta kasus pada tahun 2008. Pada Benua Afrika
insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 9,6 juta
Di Indonesia, IMS yang paling banyak ditemukan adalah sifilis dan gonore.
Prevalensi infeksi menular di Indonesia yakni kota Bandung sebanyak 37,4% untuk
kasus gonore, klamidia 34,5%, dan sifilis 25,2%. Di Surabaya prevalensi infeksi
klamidia 33,7%, sifilis 28,8%, dan gonore sebanyak 19,8%. Jakarta sebagai ibu kota
negara Republik Indonesia memiliki jumlah kasus gonore sebanyak 29,8%, sifilis 25,2%
dan klamidia 22,7%. Di Medan angka kejadian syphilis terus meningkat setiap tahun.
Peningkatan penyakit ini terbukti sejak tahun 2003 meningkat 15,4%, sedangkan pada
tahun 2004 terus menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%, sementara pada tahun 2005
menjadi 22,1%
Upaya pencegahan yang harus dilakukan agar tidak tertular IMS adalah dengan
menanyakan kepada pasangan sebelum berhubungan seksual apakah pasangan anda
sedang menderita gonore, gunakan kondom dengan benar setiap kali berhubungan seks,
berpikir dua kali sebelum berhubungan seks terutama jika bukan dengan pasangan tetap,
batasi jumlah pasangan dalam berhubungan seks, dan mengetahui status diri sendiri
apakah sedang menderita IMS sehingga dapat menjauhkan pasangan dari risiko tertular
IMS (Center for Disease Control and Prevention, 2016)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada Nn. E dengan gangguan kesehatan
reproduksi IMS (Gonore)
2. Tujuan khusus
- Mampu melakukan pengumpulan data, dan melakukan pemeriksaan pada
gangguan reproduksi khusunya pada kasus infeksi menular seksual
- Menegakkan diagnose pada kasus infeksi menular seksual
- Melakukan evaluasi tindakan pada kasus infeksi menurlar seksual
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Definisi IMS

Infeksi menular seksual (IMS) adalah suatu penyakit infeksi yang kebanyakan
ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal, atau lewat vagina), selain itu juga dapat
ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan. Kuman penyebab infeksi
ini berupa jamur, virus dan parasit (Widyastuti,2009)

Secara gender perempuan memiliki resiko tinggi terhadap penyakit yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan, juga terhadap penyakit kronik dan infeksi. Dampak
IMS pada kehamilan bergantung pada organisme penyebab, lamanya infeksi, dan usia
kehamilan pada saat perempuan terinfeksi hasil konsepsi yang tidak sehat seringkali
terjadi akibat IMS, misalnya kematian janin (abortus spontan atau lahir mati), berat bayi
lahir rendah (akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan janin dalam rahim) dan
infeksi kongenital atau perinatal (kebutaan, pneumonia neonatus, dan retardasi mental).

Diagnosis dan manajemen IMS pada kehamilan dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas maternal maupun janin. Sebagian besar IMS bersifat asimptomatik atau
muncul dengan gejala yang spesifik. Tanpa adanya tingkat kewaspadaan yang tinggi dan
ambang batas tes yang rendah, sejumlah besar kasus IMS dapat terlewatkan, yang pada
akhirnya mengarah pada hasil perinatal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, riwayat
IMS yang lengkap dan melakukan pemeriksaan skrining yang sesuai pada pasien yang
sedang hamil pada saat pemeriksaan prenatal yang pertama adalah penting.

Dengan adanya perubahan fisiologik selama kehamilan yang mempengaruhi


farmakokinetik dari terapi medic, eksposur obat ke janin dan pertimbangan keamanan
menyusui untuk bayi, penatalaksaan IMS pada perempuan hamil, dan pascapersalinan
dapat berbeda dari tatalaksana untuk perempuan tidak hamil. Selain itu, pertimbangan
khusus berkaitan dengan potensi penularan untuk beberapa IMS viral perlu
dipertimbangkan dalam menentukan keamanan dari pemberian air susu.

B. Tanda dan gejala


1. Luka dengan atau tanpa rasa sakitdisekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian
tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sakit disekitar alat kelamin
2. Cairan yang tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,kekuningan, kehijauan,
berbau atau berlendir
3. Sakit saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan sakit
atau burning urinatiom
4. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin
5. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan tidak
berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi
yang telah berpindah kebagian dalam sistematik reproduksi, termasuk tuba falopi dan
ovarium)
6. Kemerahan yaitu disekitar alat kelamin

C. Macam – macam penyakit menular seksual


Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan menjadi empat kelompok
yaitu:
1. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non spesifik, Sifilis,
Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bakterial

2. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma Akuminata, Infeksi
HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.

3. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis

4. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis, Pedikulosis


Pubis, Skabies.
D. Definisi Gonore
Gonore merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh kuman
Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu manusia dan dapat
menginfeksi pria maupun wanita. Penularannya melalui kontak seksual antar manusia
(vaginal, anal, atau oral)
Gonore merupakan salah satu penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yaitu bakteri diplokokus Gram negatif.
Penularan penyakit ini melalui kontak seksual dan bakteri ini dapat menginfeksi
permukaan mukosa pada organ urogenital (leher rahim, uretra, rektum) (Casey et al.,
2010). Selain itu bakteri ini juga dapat menginfeksi selaput mata pada bayi yang lahir
melalui jalur normal (Brooks et al., 2013).
E. Faktor Yang Mempengaruhi Gonore
Gonore dapat terjadi pada semua manusia. Tetapi tidak semua manusia mempunyai
risiko tinggi untuk terinfeksi kuman penyebab gonore ini. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko untuk terinfeksi kuman Neissreia gonorrhoeae adalah :

1. Semakin muda usia (<25 tahun) untuk melakukan hubungan seksual pertama kali

2. Penggunaan obat-obatan terutama secara injeksi, peminum alkohol

3. Tinggal bersama di suatu tempat penahanan / penjara

4. Memiliki banyak pasangan seksual secara bersamaan dan bergantian

5. Berhubungan seksual dengan pasangan baru, penderita infeksi menular seksual


(heteroseksual, homoseksual, biseksual)

6. Tidak menggunakan kondom atau menggunakan kondom tapi tidak benar (wanita
memiliki risiko ±40-60% tertular oleh pasangannya yang terinfeksi)

7. Kondisi tubuh yang rentan terhadap suatu infeksi

8. Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah

9. Timbulnya erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis.
10. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah 2-3 hari, bintik
kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri.
11. 5-7 hari kemudian, vesikel pecah dan keluar cairan jernih dan pada lokasi vesikel
yang pecah, timbul keropeng (atau ditutupi lapisan kekuningan bila terkena infeksi
sekunder).
12. Bila mengenai region genitalia yang cukup luas, dapat menyebabkan gangguan
mobilitas, vaginitis, urethritis, sistitis dan fisura ani herpetika.
13. Dapat menyebabkan abortus, anomaly kongenital dan infeksi pada neonatus
(konjungtivitis/keratitis, ensefalitis, vesikulitis kutis, icterus dan konvulsi.
F. Proses Transmisi

Neisseria gonorrhoeae menempel pada permukaan mukosa epitel kolumner


menggunakan pili dan protein II lalu menuju ruang subepitelial supaya bisa masuk ke
dalam sel dalam waktu 24-48 jam. Dengan adanya lipooligosakarida akan menstimulasi
produksi Tumor Necrosis Factor (TNF) dan menyebabkan kerusakan sel epitel mukosa
dan lapisan submukosa secara progresif dan menyebabkan terbentuknya eksudat.
Selanjutnya netrofil segera menuju ke lokasi kuman dan memakannya. Namun kuman
tersebut tetap masih dapat bertahan hidup di dalam netrofil sampai netrofil yang
memakan kuman tersebut mati dan melepaskan kuman Neisseria gonorrhoeae kembali.
Tetapi hal tersebut masih belum diketahui penyebabnya
G. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya gonore :
1. Berganti-ganti pasangan seksual
2. Homoseksual dan PSK (Pekerja Seks Komersial)
3. Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih rentan terkena gonore
4. Bayi dengan ibu menderita gonore
5. Hubungan seksual dengan penderita gonore tanpa menggunakan proteksi atau
kondom
(Triastuti 2016)
H. Terapi Gonore
Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Menular Seksual 2011 Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Sefiksim 400 mg, dosis tunggal, per oral Tiamfenikol 3,5 g, dosis tunggal, per oral
Levofloksasin 500 mg, dosis tunggal, per Ofloksasin 400 mg, dosis tunggal, per oral
oral
Kanamisin 2 g, dosis tunggal, injeksi Intra Kanamisin 2 g, dosis tunggal, injeksi Intra
Muskular (IM)
Muskular (IM)
Tiamfenikol 3,5 g, dosis tunggal, per oral Spektinomisin 2 g, dosis tunggal, injeksi
Intra Muskular (IM)
Seftriakson 250 mg, dosis tungggal, injeksi
Intra Muskular (IM)
I. Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan yang harus dilakukan agar tidak tertular IMS adalah
dengan menanyakan kepada pasangan sebelum berhubungan seksual apakah pasangan
anda sedang menderita gonore, gunakan kondom dengan benar setiap kali
berhubungan seks, berpikir dua kali sebelum berhubungan seks terutama jika
bukan dengan pasangan tetap, batasi jumlah pasangan dalam berhubungan seks,
dan mengetahui status diri sendiri apakah sedang menderita IMS sehingga dapat
menjauhkan pasangan dari risiko tertular IMS (Center for Disease Control and
Prevention, 2016)
BAB 3
SOAP TEORI

Konsep dasar asuhan kebidanan pada masa nifas.

Tanggal : mengetahui tanggal dilakukan asuhan kebidanan

Tempat : mengetahui tempat dilakukan asuhan kebidanan

Waktu : mengetahui waktu dilakukan asuhan kebidanan

Identitas

Nama : Mengetahui dan mengenal pasien sehingga dapat mencegah kekeliruan


dengan pasien lainnya. (Marmi, 2012).
Umur : Mengetahui apakah umur beresiko dalam kehamilan. Umur yang aman untuk
kehamilan antara 19-34 tahun. Sedangkan umur <19 tahun atau >35 tahun
beresiko dalam masa kehamilan. (Cunning Ham, 2012)
Agama : Mengetahui keyakinan pasien dan memudahkan memberikan bimibingan
atau arahan kepada pasien dalam berdoa. (Marmi, 2012).
Suku Bangsa : Mengetahui asal, adat istiadat, dan kebiasaan yang bersifat positif maupun
negatif yang memiliki pengaruh terhadapa kehamilan. (Marmi, 2012).
Pendidikan : Mengetahui tingkat pendidikan, pengetahuan, dan taraf kemampuan berfikir
ibu. Sehingga memudahkan dalam menyampaikan dan melakukan
penyuluhan. (Marmi, 2012).
Pekerjaan : Mengetahui taraf kehidupan ekonomi pasein. (Marmi, 2012)
Alamat : Mengetahui dimana ibu menetap, dan mencegah kekeliruan apabila ada nama
yang sama dan dapat juga dijadikan petunjuk pada waktu kunjungan rumah.
(Marmi, 2012).
Data Subjektif (S)

Alasan kunjungan/ keluhan utama

Untuk mengetahui alasan kedatangan pasien dan keluhan dalam masalah kesehatan
reproduksinya

Riwayat menstruasi
Digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang dasar dari organ reproduksi pasien.
Beberapa data yang harus diperoleh dari riwayat menstruasi antara lain menarce (usia
pertama kali mengalami menstruasi). Siklus menstrusi (jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya biasanya sekitar 23 – 32 hari). Volume darah data ini
menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluar (beberapa wanita
menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi dan dapat menunjuk
pada diagnose tertentu).

Riwayat perkawinan

Mengkaji kawin berapa kali, umur dan lama perkawinan

Riwayat obstetric

Meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup, persalinan aterm, premature, keguguran
atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan, riwayat perdarahan pada kehamilan,
persalinan atau nifas

Riwayat kontrasepsi yang digunakan

Untuk mengetahui apakah keluhan yang dirasakan berhubungan dengan alat


kontrasepsi yang digunakan

Data objektif (O)

Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan pasien dengan gangguan kesehatan

reproduksi

Tanda – tanda vital :

Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah pada pasien dengan gangguan

kesehatan reproduksi

Nadi : untuk mengetahui nadi pasien dengan gangguan kesehatan reproduksi

Pernafasan : untuk mengetahui pernafasan pasien dengan gangguan kesehatan

reproduksi

Suhu : untuk mengetahui suhu pada pasien dengan gangguan kesehatan

reproduksi

Pemeriksaan fisik

Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala


Muka : untuk mengetahui apakah adanya pembengkakan pada wajah

Mata : untuk mengetahui warna sclera apakah icterus atau tidak dan

konjungtiva apakah anemis atau tidak

Hidung : untuk mengetahui adanya tidaknya secret berlebih, polip, pernapasan

cuping hidung (PCH)

Telinga : untuk Mengetahui ada tidaknya gangguan pendengaran, kebersihan

telinga, dan ada tidaknya cairan purulen.

Mulut : untuk Mengetahui kebersihan mulut dan lidah, kelembapan bibir,

keadaan gigi.

Leher : untuk mengetahui ada tidakya pembesaran kelenjar tiroid maupun

bendungan vena jugularis.

Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan putting, cairan yang

keluar.

Abdomen : untuk mengetahui ada tidaknya bekas luka operasi, palpasi daerah

nyeri

Genetalia : untuk mengetahui kebersihannya, tanda tanda infeksi, dan penyakit

menular seksual lainnya

Ekstrimitas : untuk mengetahui ada tidaknya varises,

Pemeriksaan penunjang laboratorium

Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika terdapat kelainan saat pemeriksaan.

Analisa data (A)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dari data subjektif dan data objektif
Penatalaksanaan (P)

Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan


seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolabprasi, evaluasi/follow up dari rujukan

1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan


2. Menjelaskan tentang alas an keluhan yang dirasakan
3. Memberikan solusi dari masalah/ keluhan yang dirasakan
4. Memberikan HE mengenai pola nutrisi, eliminasi, aktivitas istirahat yang dapat
menganggu kesehatan reproduksi khusunya dalam infeksi menular seksual (IMS)
BAB IV

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI

PADA NY. E DENGAN GONORE

Tanggal pengkajian : 11 September 2020


Tempat pengkajian : PMB YANUARTI
Waktu pengkajian : 10.00 wib

DATA SUBJEKTIF

Identitas
Nama ibu : Ny ‘’E’’ Nama suami : Tn ‘’G’’
Umur : 22 tahun Umur : 22 tahun
Agama : islam Agama : islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : swasta
Alamat : Jl.Smea Alamat : Jl.Smea

Status perkawinan

Istri Suami
Kawin ke :1 Kawin ke :1
Usia kawin : 20 tahun Usia kawin : 20 tahun
Lama kawin : 2 tahun Lama kawin : 2 tahun

Riwayat menstruasi

Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Keluhan : nyeri pinggang
Alasan kunjungan

Ibu mengeluh keputihan berwarna putih susu agak kental dan berbau sejak 1 bulan lalu

Riwayat obstetric

Ibu mengatakan belum pernah hamil, keguguran dan melahirkan

Riwayat kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

Riwayat kesehatan ibu

Ibu mengatakan tidak dirawat dirumah sakit atau mempunya riwayat penyakit, menular,
menurun dan menahun.

Pola kebiasaan sehari-hari

Nutrisi : makan 3x/ hari porsi sedikit tapi sering ( nasi,lauk pauk, ikan dan sayur)
Minum air putih kurang lebih 8 gelas/hari.

Eliminasi : BAK 6-7 x/hari (warna kuning dan bau khas), BAB 1 hari sekali (warna
kuning, konsisten lembek, bau khas)

Istirahat : tidur siang 1 jam, tidur malam 6 jam.

Personal hygiene : mandi 2x/hari, ganti celana dalam 1x/hari, cebok dari depan ke belakang

Hubungan seksual : ibu mengatakan jarang berhubungan suami istri karena suaminya hanya

pulang kerumah setiap 2 bulan

Data objektif (O)

Pemeriksaan umum
Keadaan umum : sedikit cemas
Kesadaran : composmenti
TTV
TD : 110/70 MmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,7 ºC
Pemeriksaan Fisik

Kepala : rambut hitam, sedikit rontok, tidak ada benjolan abnormal

Wajah : simetris, tidak odeme

Mata : Simetris, konjungtiva merah muda (tidak anemis), seklera putih

Hidung : Kebersihan cukup, tidak ada pernapasan cuping hidung (PCH)

Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomotitis dan tonsillitis

Telinga : Simetris, kebersihan cukup

Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak da pembersaran kelenjar tyroid

Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Payudara : Simetris, putting susu menonjol dan kebersihan cukup, tidak ada nyeri tekan
dan benjolan abnormal, tidak ada cairan yang keluar dari putting susu

Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi

Genetalia : Vulva vagina berwarna kemerahan, terdapat sedikit pengeluaran keputihan

berwarna putih susu agak kental dan berbau.

Ekstremitis : Atas : tidak odema -/-

Bawah : tidak odema -/-

Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium
a. Polimorfnukleus (PMN) : positif
b. Diplokokkus gram Negatif: positif

Analisa Data (A)

NY. E usia 22 tahun dengan Gonore


Penatalaksanaan.

Tanggal : 7 September 2020

Jam : 10.20 wib

1. Memberitahu kepada bahwa keluhan yang dirasakan oleh ibu adalah penyakit
kelaminyang dinamakan Gonore
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai kondisi yang ibu alami disebabkan oleh bakteri yang
terdapat pada mulut rahim ibu, juga bisa karena sering bergonta ganti pasangan ataupun
karena berhubungan seksual dengan penderita gonore
3. Memberikan HE kepada ibu
- Menganjurkan ibu makan-makanan yang bergizi dan banyak meminum air putih
- Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
- Memberitahu ibu pendidikan perawatan kesehatan diri
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit Gonorrhoe
- Menganjurkan ibu untuk tidak berhubungan seksual terlebih dahulu, jika ingin
berhubungan menganjurkan ibu untuk menggunkan kondom
4. Menganjurkan ibu untuk konsul ke Dokter mengenai penyakit yang dialami ke Dokter
Sp.OG
5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, dokumentasi terlampir
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny E dilakukan pengambilan data subjektif dengan


anamnesa yaitu keluhan utama yang dirasakan oleh ibu adalah keluar keputihan berwarna
putih kental seperti susu, gatal, dan berbau, pada pengambilan data objektif didapatkan saat
pemeriksaan fisik pada genetalia terlihat kemerahan, keluar cairan berwarna putih dan
berbau. Sehingga dalam kasus ini penulis memberi kesimpulan berdasarkan keluhan dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan bahwa Ny E mengalami Gonore

Teori yang mendukung bahwa Ny E mengalami Gonore, Gejala yang muncul pada
penderita gonore adalah vaginal discharge (cairan purulen dengan bau tidak sedap), disuria,
nyeri saat berhubungan seksual, perdarahan inter menstrual, dan nyeri abdomen bawah
ringan. Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seks vaginal, anal dan oral dengan
pasangan yang terinfeksi bakteri N. gonorrhoeae. Gonore juga dapat ditularkan melalui ibu
yang sedang mengandung kepada bayi yang ada dalam kandungannya selama proses
melahirkan bayi tersebut sehingga menyebabkan ophtalmia neonatorum dan systemic
neonatal infection (Wong, 2016).

Gejala pertama pada laki-laki berupa uretritis sedangkan pada perempuan berupa
uretritis dan servisitis. Masa tunas gonore sangat singkat, pada laki-laki umumnya berkisar
2-5 hari, kadang lebih lama. Gejala tersebut dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun
sistemik selain itu juga dapat menyebabkan komplikasi diseminata seperti artritis,
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis
(Daili, 2014).
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam asuhan pada Ny. E diberikan asuhan sesuai dengan kesehatan
reproduksi. Dilakukan pengambilan data subjektif dengan anamnesa yaitu keluhan
utama yang dirasakan, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat obstetric, dan
pola kebiasaan sehari hari. Dengan pengambilan data objektif meliputi pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik khusus.
Maka dengan ini didapatkan kesimpulan dan diagnosis Ny.E usia 22 tahun
dengan Gonore. Tidak didapatkan diagnosis potensial, masalah kebutuhan, dan
kebutuhan tindakan segera seperti kolaborasi dan rujukan.
Tata laksana dari asuhan pada Ny. E adalah memberitahu tentang hasil
pemeriksaan, memberikan KIE mengenai nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas, dan
memberikan kie tentang pendidikan kesehatan reproduksi, pencegahan penularan
gonore. Pasien mengerti dan bersedia melakukan yang dianjurkan oleh bidan.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan (kampus)
Institusi pendidikan diharapkan menambah buku/ referensi yang dapat menujang
dalam kegiatan belajar
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat menggunakan kesempatan belajar di dalam praktek
klinik kebidanan secara online ini dengan baik dan dapat mengambil ilmu yang
didapat .
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, GF., Carroll KC, Butel JS, Morse, and all (2013). Mikrobiologi

Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. Ed. 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta7

Widyastuti Y, Rahmawati A, Purnamaningrum YE. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta


: Fitramaya. 

Anda mungkin juga menyukai