TUBERKULOSIS DAN
MALARIA PADA IBU HAMIL
PRESENT BY :
KELOMPOK 1
NUR PRATIWI PASAENO (NIM G2U121001)
MEGA SASMITA (NIM G2U121013)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam rahimnya
terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya
janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan
sekitar 40 minggu dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014). Jumlah ibu hamil di
Indonesia pada tahun 2017 tercatat sekitar 5.324.562 jiwa.
Komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi pada tahap kehamilan trimester manapun,
mulai dari fertilisasi hingga persalinan. Diagnosis dini faktor risiko terhadap komplikasi
akan mengarah pada pengobatan dan mencegah timbulnya bahaya terhadap ibu maupun
janin (Johnson, 2016). Terdapat beberapa penyakit berbahaya bagi ibu hamil diantara
yaaitu HIV/AIDS, tuberkolusis dan malaria.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sebuah penyakit menular yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama Human
Immunodeficiency Virus (HIV). HIV ditemukan pada cairan darah dan kelamin yang menular melalui
hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terinfeksi HIV, transplantasi organ,
dan penularan dari ibu ke janin. HIV AIDS tertinggi menurut status/pekerjaan, diderita oleh ibu rumah
tangga dimana salah satu faktor resiko penularan terbanyak HIV/AIDS melalui penularan perinatal
(Kemenkes RI, 2016).
Pengobatan antiretroviral (ART) adalah komponen penting untuk penderita HIV. Efektivitas ART
dipengaruhi oleh kecukupan gizi dan status gizi penderita yang akan berdampak pada proses
perbaikan kondisi komplikasi metabolik. Makanan dapat memengaruhi penyerapan metabolisme,
distribusi, dan ekskresi dari substansi obat yang dikonsumsi penderita HIV. Tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memberikan edukasi kepada calon ibu, betapa bahaya nya pengaruh HIV/AIDS
terhadap kandungannya dan memberikan edukassi terkait struktur HIV tersebut, bagaimana cara
mencegahnya.
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium
tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah karena sebagian
besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection danselanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis)
adalah salah satu manifestasi yang diakibatkannya. TBC paru ini dapat menimbulkan masalah pada
wanita itu sendiri bayinya dan masyarakat sekitarnya. Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh
terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan
yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang,
berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit sekitar dada. Tingginya angka
penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan
yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan
mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya sertakurangnya informasi tentang proses
penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah.
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak terkecuali wanita
hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan dapat disebabkan oleh keempat
spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum merupakan parasit yang dominan dan mempunyai
dampak paling berat terhadap morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya (Bray and Anderson, 1979).
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan wanita
tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang menurun selama kehamilan,
akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi densitas parasit malaria berat (Gregor and Avery,
1974).
Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil umumnya cukup tinggi,
dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil; dari berbagai tempat bervariasi antara 2-
76% (Campell, et.al. 1980).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji mengenai dampak
HIV/AIDS, TUBERKULOSIS dan malaria pada ibu hamil.
B. Rumusan Masalah
1. 2. 3.
Apa saja dampak HIV/AIDS Apa saja dampak tuberkolusis Apa saja dampak malaria
pada ibu hamil? paru pada ibu hamil? pada ibu hamil?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui dampak
HIV/AIDS pada ibu hamil?
2. 3.
Untuk mengetahui dampak Untuk mengetahui dampak
tuberkolusis paru pada ibu malaria pada ibu hamil?
hamil?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dampak HIV/AIDS Pada Ibu Hamil
Penularan HIV tertinggi umumnya terjadi pada saat persalinan ketika
kemungkinan terjadi percampuran darah ibu dan lendir ibu dengan bayi. Tetapi
sebagian besar bayi dari ibu HIV positif tidak tertular HIV.3 Jika tidak
dilakukan intervensi terhadap ibu hamil HIV positif, risiko penularan HIV dari
ibu ke bayi berkisar antara 25-45%. Frekuensi rata-rata transmisi vertikal dari
ibu ke anak dengan infeksi HIV mencapai 25-30%. Pada tahun 2001, United
Nations General Assembly Special Session untuk HIV/AIDS berkomitmen
untuk menurunkan 50% proporsi infeksi HIV pada bayi dan anak pada tahun
2010. Program tersebut termasuk intervensi yang berfokus pada pencegahan
primer infeksi HIV pada wanita dan pasangannya, pencegahan kehamilan yang
tidak direncanakan pada wanita infeksi HIV, pencegahan transmisi dari ibu ke
anak, pengobatan, perawatan serta bantuan bagi wanita yang hidup dengan
HIV/AIDS, anak dan keluarga mereka. Oleh karena itu, untuk memberantas
transmisi vertical HIV yang terus meningkat diperlukan penatalaksanaan yang
tepat pada ibu dan bayi selama masa antepartum, intrapartum dan postpartum.
Selain itu adanya ibu hamil dengan HIV/AIDS mengalami diare kronis lebih
dari 1 bulan, dan adanya demam lama lebih dari 1 bulan.
Adapun dampak HIV/AIDS pada ibu hamil Menurut Suhaimi, D., Savira, M., dan
Krisnadi, S. R.(2009) yaitu :
Harold Oster MD, 2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif)
tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun,
jika kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan
kesuburan. Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup
sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum
memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih
dahulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan
kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.
Dampak Tuberculosis Terhadap Janin
Menurut Oster, (2007) jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap
janin. Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan
seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di
luar paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum
melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir.
Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, Kala Vasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999
tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak
berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun jika dibandingkan dengan kelompok
wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi
(21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah
(<2500 ) Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin,
kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut
TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,
seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan
kongenital sampai saat ini masih belum jelas, apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
C. Dampak Malaria Pada Ibu Hamil
Demam
Anemia
Hipoglikemia
—SOMEONE FAMOUS
Pada semua daerah, malaria maternal dapat dihubungkan dengan berkurangnya berat badan lahir,
terutama pada kelahiran anak pertama (Menendez, 1995). Hal ini mungkin akibat gangguan
pertumbuhan intra-uretrin, persalinan prematur atau keduanya. Selama epidemi telah dilaporkan
kelahiran prematur yang tinggi, mungkin hal ini berhubungan dengan gejala infeksi akut.
Pertumbuhan lambat intra-uretrin pada malaria maternal berhubungan dengan malaria plasenta
dan hal ini disebabkan oleh berkurangnya transfer makanan dan oksigen dari ibu ke janin
(Menendez, 1995). Tetapi hal ini biukan suatu mekanisme yang menghambat pertumbuhan intra
uretrin, karena berat badan lahir rendah (BBLR) dilaporkan pada daerah dengan pervalensi
malaria plasenta rendah. Laporan terakhir menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
BBLR dengan malaria plasenta. Hal ini berarti bahwa patofisiologi pertumbuhan lambat intra-
uretrin pada malaria adalah multifactor. Sebagai contoh, anemia maternal berhubungan dengan
BBLR baik di daerah endemi maupun pada daerah non-endemi.
Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu lebih tinggi daripada
primipara (persalinan pertama) dan makin rendah sesuai dengan peningkatan paritas
ibu. Demikain pula berat badan lahir dipengaruhi oleh paritas ibu, ini dapat
diterangkan bahwa pada multi gravida kekeblan pada ibu telah dibentuk dan
meningkat.
D. Penyakit Menular
Untuk penyakit menular, prioritas masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS,
tuberkulosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu burung. Di samping itu,
Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected
diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lainlain. Angka kesakitan dan
kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada
maternal maupun neonatal sudah sangat menurun, bahkan pada tahun 2014,
Indonesia telah dinyatakan bebas polio. Kecenderungan prevalensi kasus HIV pada
penduduk usia 15 49 tahun meningkat. Pada awal tahun 2009, prevalensi kasus HIV
pada penduduk usia 15 49 tahun hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada
tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus meningkat menjadi
0,43% pada 2013. Namun angka Case Fatality Rate (CFR) AIDS menurun dari
13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013.
Program Preventif dari Pemerintah bagi
Ibu beresiko sebelum hamil
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan tersebut telah dilakukan berbagai upaya
pendekatan program, misalkan dengan program peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan, program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan,
program aksesibilitas serta mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, program
penelitian dan pengembangan, program manajemen, regulasi dan sistem informasi
kesehatan dan program kesehatan lainnya. Sebagai upaya untuk mendukung
program yang saat ini dirasakan kurang maka perlu dilakukan penetapan area
prioritas yang dapat memberikan dampak yang signifikan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat tanpa meninggalkan program diluar area prioritas. Uraian
secara garis besar kegiatan yang dilakukan dalam masingmasing area prioritas
adalah sebagai berikut
1. Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) Dalam rangka menurunkan (AKI) dan (AKB), kegiatan intervensi
dilakukan mengikuti siklus hidup manusia sebagai berikut.
(1). Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) ter padu.
(2). Meningkatkan jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
(3). Meningkatkan persalinan di fasi litas kesehatan.
(4). Menyelenggarakan konseling Ini siasi Menyusui Dini dan KB paska persalinan.
(5). Meningkatan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA.
1) Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak
merokok, dan mengkonsumsi narkoba.
2) Pendidikan kesehatan reproduksi.
a). HIVAIDS:
1) Identifikasi terduga TB di antara anggota keluarga, termasuk anak dan ibu hamil.
2) Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk mengakses pe layanan TB yang sesuai standar.
3) Pemberian informasi terkait peng endalian infeksi TB kepada anggota keluarga, untuk men cegah
penularan TB di dalam keluarga dan masyarakat
4) Pengawasan kepatuhan peng obatan TB melalui Pengawas Menelan Obat (PMO).
c). Malaria:
THANKS
CREDITS: This presentation template was created
!
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics and images by Freepik
DAFTAR PUSTAKA
Algasaff Hood, Mukty Abdul. Bab 2 infeksi (2008) : Tuberkulosis Paru. Dasar dasar Ilmu Penyakit Paru .
Surabaya: Airlangga University Press.
Beeson JG, Amin N, Kanjala M, Rogerson SJ. Selective accumulation of mature asexual stages of Plasmodium
falciparuminfected erythrocytes in the placenta. Infect Immun 2002; 70: 5412–5.
Bray R. S and Anderson M. J. Falciparum Malaria in Pregnancy. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1979 (73) 4. 427-
431.
Cahaya I. Pengaruh malaria selama kehamilan. Universitas Sumatera Utara. USU digital library 2003.
Campell C. C ; J. M Martinez and W. E Collins. Seroepidemiological Studies of Malaria in Pregnant Women and
New Borns from Coastal El Salvador. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1980. 29 (2) : 151-157.
Departemen kesehatan RI. Pedoman Nasional (2016) Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 cetakan Pertama .
Depkes RI. Jakarta
Fleming A. F ; Harriso K. A : Briggs N. D. Anemia in Young Primigravidae in the Guinea Savanna of Nigeria :
Sickle cell trait gives partial protection againts Malaria. Ann. Trop. Med. Parasitol. 1984. (78) 395-404.
Gilles H. M. Management of Severe and Complicated Malaria. A practical Handbook. 1991. WHO. Geneva.
Hanifa W. Plasenta dan Likuor Amnii. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1986.
Jakarta.
Johnson, J.Y. 2016. Keperawatan Maternitas DeMYSTiFieD Buku Wajib Bagi Praktisi dan Mahasiswa
Keperawatan. Penerjemah : Diana Kurnia S. Yogyakarta : Rapha Publishing
Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta
Kuswanti, I. 2014. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Menendez C. Malaria During Pregnancy : A Priority Area of Malaria Research and Control. Parasitology Today.
1995. May. Vol. 11 No. 5 (119) 178-183.
Mc. Gregor I. A. Tropical Aspects of the Epidemiology of Malaria. Israel J. Med. Sci. 1978 (14) 523-533.
Mc. Gregor I. A. Epidemiology, Malaria and Pregnancy. Am. J. Trop. Med. Hyg. (1984). 33 (4) 517-525.
Mc. Gregor J. D and Avery J. G. Malaria Transmission and Fetal Growth. 1974. British Med. Journal (3) 433-436.
Pearson RD. Parasites, pregnancy, prolactin and pandemics? Trends Parasitol 2005; 21: 555–6.
Quinn TC. 1992. Parasitic Disease During Pregnancy. Sciarra JJ, Eschenbach DA, Depp R, eds. In: Gynecology
and Obstetrics. Volume 3. Philadephia : JB Lippincott Company,1-6.
Raghupathy R. Th1-type immunity is incompatible with successful pregnancy. Immunol Today 1997; 18: 478–82.
Robson, E.S., and Waugh, J. (2012). Medical Disorders in Pregnancy : a Manual for Midwives. Penerjemah : Devi
Yulianti. Jakarta : EGC
Suhaimi, D., Savira, M., & Krisnadi, S. R. 2009. Pencegahan Dan Penatalaksanaan Infeksi Hiv/Aids Pada
Kehamilan. Jurnal Kedokteran Umum.http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/viewFile/184/pdf_68
Sukarni, K.I., dan Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Tjitra E. Manifestasi Klinis dan Pengobatan Malaria. P3M. BPPK Depkes RI, jakarta. Cermin Dunia Kedokteran
No. 94. 1994.
Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Pres
White N. J ; Warrel D. A and Chantavanich. Severe hypoglicemia and Hyperinsulinemia in facsiparum malaria. N.
Engl. J. Med. 1983 (309) : 61-66.
WHO. 2018. Fact Sheet on Maternal Mortality : Key Fact, Where do Maternal Death Occur?. Restrived from
http://www.who.int/en/news-room/factsheets/detail/maternal-mortality