Anda di halaman 1dari 16

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI

Harry Kurniawan Gondo


Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAK
Pelayanan PMTCT semakin menjadi perhatian dikarenakan epidemi HIV/AIDS di Indonesia meningkat
dengan cepat. Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu dan bayi. Dampak infeksi HIV terhadap ibu
antara lain: timbulnya stigma sosial, diskriminasi, morbiditas dan mortalitas maternal. Sebagian besar
infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu, hanya sebagian kecil yang terjadi karena proses
transfusi. Kecenderungan Infeksi HIV pada Perempuan dan Anak Meningkat oleh karenanya diperlukan
berbagai upaya untuk mencegah infeksi HIV pada perempuan, serta mencegah penularan HIV dari ibu
hamil ke bayi yaitu PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission). Dengan intervensi yang
baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25 hingga 45% bisa ditekan menjadi kurang dari
2%. Intervensi tersebut meliputi 4 konsep dasar: (1) Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif,
(2) Menurunkan viral load serendah-rendahnya, (3) Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap darah dan
cairan tubuh ibu HIV positif, dan (4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu dengan HIV positif.

PREVENTION OF MOTHER TO CHILD HIV TRANSMISSION, PMTCT


Harry Kurniawan Gondo
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAC
Service of PMTCT progressively become attention because of epidemic of HIV/AIDS in Indonesia
mount swiftly. Infection of HIV can affect to baby and mother. Infection impact of HIV to mother for
example: incidence of social stigma, discrimination, and morbiditas of mortalitas maternal. Most infection
of HIV at baby caused by infection of mother, only some of small that happened because transfusion
process. Tendency of Infection of HIV at woman and child mount for the reason needed various effort to
prevent infection of HIV at woman, and also prevent infection of HIV of pregnant mother to baby that is
PMTCT (Prevention Prevention of Mother to Child HIV Transmission). With good intervention hence
risk infection of HIV of mother to baby equal to 25 till 45% can be depressed to become less than 2%.
The intervention cover 4 elementary concept: (1) Lessening the amount of pregnant mother with positive
HIV, (2) Degrading rock bottom load viral, (3) Minimization fetus presentation/ baby to mother body
dilution and blood of HIV positive, and (4) is Optimal [of] health of mother with positive HIV

I. Latar Belakang mempersulit proses pencegahan dan


pengendalian infeksi. Dampak buruk dari
Pelayanan PMTCT semakin penularan HIV dari ibu ke bayi dapat
menjadi perhatian dikarenakan epidemi dicegah apabila : (1) Terdeteksi dini, (2)
HIV/AIDS di Indonesia meningkat dengan Terkendali (Ibu melakukan perilaku hidup
cepat (jumlah kasus AIDS pada akhir sehat, Ibu mendapatkan ARV profilaksis
triwulan II 2008 adalah 12,686 kasus). secara teratur, Ibu melakukan ANC secara
Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu teratur, Petugas kesehatan menerapkan
dan bayi. Dampak infeksi HIV terhadap ibu pencegahan infeksi sesuai Kewaspadaan
antara lain: timbulnya stigma sosial, Standar), (3) Pemilihan rute persalinan
diskriminasi, morbiditas dan mortalitas yang aman (seksio sesarea), (4) Pemberian
maternal. Besarnya stigma sosial PASI (susu formula) yang memenuhi
menyebabkan orang hidup dengan HIV persyaratan, (5) Pemantauan ketat tumbuh-
AIDS (Odha) semakin menutup diri tentang kembang bayi & balita dari ibu dengan HIV
keberadaannya, yang pada akhirnya akan positif, dan (6) Adanya dukungan yang
tulus, dan perhatian yang 1. Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke
berkesinambungan kepada ibu, bayi dan Bayi.
keluarganya. Pelayanan PMTCT dapat Sebagian besar infeksi HIV pada bayi
dilakukan di berbagai sarana kesehatan disebabkan penularan dari ibu. Infeksi
(rumah sakit, puskesmas) dengan proporsi yang ditularkan dari ibu ini kelak akan
pelayanan yang sesuai dengan keadaan mengganggu kesehatan anak.
sarana tersebut. Namun yang terutama Diperlukan upaya intervensi dini yang
dalam pelayanan PMTCT adalah baik, mudah dan mampu laksana guna
tersedianya tenaga/staf yang mengerti dan menekan proses penularan tersebut.
mampu/berkompeten dalam menjalankan 2. Mengurangi dampak epidemi HIV
program ini.1,2 terhadap Ibu dan Bayi
II. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Dampak akhir dari epidemi HIV berupa
ke Bayi (Preventif mother to child berkurangnya kemampuan produksi
transmission) dan peningkatan beban biaya hidup
yang harus ditanggung oleh Odha dan
Sebagian besar (90%) infeksi HIV
masyarakat Indonesia di masa
pada bayi disebabkan penularan dari ibu,
mendatang karena morbiditas dan
hanya sekitar 10% yang terjadi karena
mortalitas terhadap Ibu dan Bayi.
proses transfusi. Infeksi yang ditularkan
Epidemi HIV terutama terhadap Ibu
dari ibu ini kelak akan mengganggu
dan Bayi tesebut perlu diperhatikan,
kesehatan anak. Padahal dengan intervensi
dipikirkan dan diantisipasi sejak dini
yang mudah dan mampu laksana proses
untuk menghindari terjadinya dampak
penularan sudah dapat ditekan sampai
akhir tersebut.1,2
sekitar 50%nya. Selain itu tindakan
intervensi dapat berupa pencegahan primer/ B. Sasaran Program PMTCT
primary prevention (sebelum terjadinya Guna mencapai tujuan tersebut, Program
infeksi), dilaksanakan kepada seluruh PMTCT mempunyai sasaran program,
pasangan usia subur, dengan kegiatan antara lain:
konseling, perawatan dan pengobatan di 1. Peningkatan Kemampuan Manajemen
tingkat keluarga. Sebagai langkah antisipasi Pengelola Program PMTCT
maka dalam Strategi Nasional 2. Peningkatan akses informasi mengenai
Penanggulangan AIDS 2003-2007 PMTCT
ditegaskan bahwa pencegahan penularan 3. Peningkatan akses intervensi PMTCT
HIV dari ibu ke bayi merupakan program pada ibu hamil, bersalin dan nifas
prioritas.1,2 4. Peningkatan akses pelayanan
Kecenderungan Infeksi HIV pada Dukungan Perawatan dan Pengobatan
Perempuan dan Anak Meningkat oleh (Care, Support dan Treatment) bagi ibu
karenanya diperlukan berbagai upaya untuk dan bayi.1,2
mencegah infeksi HIV pada perempuan, C. Bentuk-bentuk intervensi PMTCT
serta mencegah penularan HIV dari ibu 1. Intervensi untuk Pencegahan Penularan
hamil ke bayi yaitu PMTCT (Prevention of HIV dari Ibu ke Bayi
Mother to Child HIV Transmission) Dengan intervensi yang baik maka
A. Tujuan Program PMTCT risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
Program Pencegahan Penularan HIV dari sebesar 25 – 45% bisa ditekan menjadi
Ibu ke Bayi bertujuan untuk: kurang dari 2%. Menurut estimasi
Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu
hamil HIV positif yang melahirkan di menghambat multiplikasi virus, belum
Indonesia. Berarti, jika tidak ada menghilangkan secara total keberadaan
intervensi diperkirakan akan lahir virus dalam tubuh Odha. Walaupun
sekitar 3.000 bayi dengan HIV positif demikian, ARV merupakan pilihan
setiap tahunnya di Indonesia. Intervensi utama dalam upaya pengendalian
tersebut meliputi 4 konsep dasar: (1) penyakit guna menurunkan kadar virus.
Mengurangi jumlah ibu hamil dengan 4. Meminimalkan paparan janin dan bayi
HIV positif, (2) Menurunkan viral load terhadap cairan tubuh ibu
serendah-rendahnya, (3) Persalinan dengan seksio sesarea
Meminimalkan paparan janin/bayi berencana sebelum saat persalinan tiba
terhadap darah dan cairan tubuh ibu merupakan pilihan pada Odha. Pada
HIV positif, dan (4) Mengoptimalkan saat persalinan pervaginam, bayi
kesehatan dari ibu dengan HIV positif. terpapar darah dan lendir ibu di jalan
2. Mengurangi jumlah ibu hamil dengan lahir. Bayi mungkin juga terinfeksi
HIV positif karena menelan darah atau lendir jalan
Secara bermakna penularan infeksi lahir tersebut (secara tidak sengaja pada
virus ke neonatus dan bayi terjadi trans saat resusitasi). Beberapa hasil
plasenta dan intrapartum (persalinan). penelitian menyimpulkan bahwa seksio
Terdapat perbedaan variasi risiko sesarea akan mengurangi risiko
penularan dari ibu ke bayi selama penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar
Kehamilan dan Laktasi, tergantung sifat 50-66% . Apabila seksio sesarea tidak
infeksi terhadap ibu : Infeksi primer bisa dilaksanakan, maka dianjurkan
( HSV/ Herpes Simpleks Virus, HIV1), untuk tidak melakukan tindakan invasif
Infeksi Sekunder/ Reaktivasi (HSV, yang memungkinkan perlukaan pada
CMV/ Cyto Megalo Virus), atau bayi (pemakaian elektrode pada kepala
Infeksi Kronis (Hepatitis B, HIV1, janin, ekstraksi forseps, ekstraksi
HTLV-I). Mengingat adanya vakum) dan perlukaan pada ibu
kemungkinan transmisi vertikal dan (episiotomi).
adanya kerentanan tubuh selama proses Telah dicatat adanya penularan melalui
kehamilan, maka pada dasarnya ASI pada infeksi CMV, HIV1 dan
perempuan dengan HIV positif tidak HTLV-I. Sedangkan untuk virus lain,
dianjurkan untuk hamil. Dengan alasan jarang dijumpai transmisi melalui ASI.
hak asasi manusia, perempuan Odha HIV teridentifikasi ada dalam
dapat memberikan keputusan untuk kolustrum dan ASI, menyebabkan
hamil setelah melalui proses konseling, infeksi kronis yang serius pada bayi
pengobatan dan pemantauan. dan anak . Oleh karenanya ibu hamil
Pertimbangan untuk mengijinkan Odha HIV positif perlu mendapat konseling
hamil antara lain: apabila daya tahan sehubungan dengan keputusannya
tubuh cukup baik (CD4 di atas 500), untuk menggunakan susu formula
kadar virus (viral load) minimal/ tidak ataupun ASI eksklusif. Untuk
terdeteksi (kurang dari 1.000 kopi/ml), mengurangi risiko penularan, ibu HIV
dan menggunakan ARV secara teratur. positif bisa memberikan susu formula
3. Menurunkan viral load/ kadar virus kepada bayinya. Pemberian susu
serendah-rendahnya formula harus memenuhi 5 persyaratan
Obat antiretroviral (ARV) yang ada AFASS dari WHO (Acceptable=
sampai saat ini baru berfungsi untuk mudah diterima, Feasible= mudah
dilakukan, Affordable= harga atau mencegah penularan bila pasangan
terjangkau, Sustainable= bukan Odha.1,2
berkelanjutan, Safe= aman
penggunaannya). Pada daerah tertentu III. Mekanisme penularan HIV dari ibu
dimana pemberian susu formula tidak ke bayi
memenuhi persyaratan AFASS maka
Penularan HIV dari ibu ke bayi
ibu HIV positif dianjurkan untuk
memiliki resiko sebesar 15-35%. Terendah
memberikan ASI eksklusif hingga
dilaporkan di Eropa dan tertinggi di Afrika.
maksimal 3 bulan, atau lebih pendek
Sebuah lembaga International telah
jika susu formula memenuhi
mengembangkan standard metode
persyaratan AFASS sebelum 3 bulan
perhitungan rerata angka penularan secara
tersebut. Setelah usai pemberian ASI
vertical berdasarkan studi prenatal,
eksklusif, bayi hanya diberikan susu
prosedur pemantauan, criteria diagnosis dan
formula dan menghentikan pemberian
definisi kasus. Hal-hal tersebut lebih
ASI. Sangat tidak dianjurkan
mempengaruhi terjadinya penularan
pemberian makanan campuran (mixed
disbanding area geografi yang telah
feeding), yaitu ASI bersamaan dengan
dilaporkan. Angka penularan kemungkinan
susu formula/ PASI lainnya. Mukosa
lebih mencerminkan faktor resiko dari ibu
usus bayi pasca pemberian susu
ke bayi pada beberapa kelompok dan dapat
formula/ PASI akan mengalami proses
berubah dengan waktu.3,4,5
inflamasi. Apabila pada mukosa yang
inflamasi tersebut diberikan ASI yang A. Faktor virus
mengandung HIV maka akan 1. Karakteristik virus.
memberikan kesempatan untuk Penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi
transmisi melalui mukosa usus. Risiko dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
penularan HIV melalui pemberian ASI utama yang penting adalah jumlah virus
akan bertambah jika terdapat (viral load). Adanya faktor antigen p24
permasalahan pada payudara (mastitis, secara konsisten mempunyai hubungan
abses, lecet/luka putting susu). Oleh terhadap meningkatnya penularan
karenanya diperlukan konseling kepada (meningkat 2-3 kali dibanding wanita
ibu tentang cara menyusui yang baik. tidak hamil 4). Beberapa studi
5. Mengoptimalkan kesehatan ibu dengan berdasarkan data bayi yang terinfeksi
HIV positif dari ibunya menunjukkan tingginya
Melalui pemeriksaan ANC secara jumlah kuman (viral load) yang
teratur dilakukan pemantauan dihitung dengan teknik kultur
kehamilan dan keadaan janin. kuantitatif, dan menganalisa plasma
Roboransia diberikan untuk suplemen RNA dengan polymerase chain
peningkatan kebutuhan mikronutrien. reaction (PCR) atau berdasarkan nomer
Pola hidup sehat antara lain: cukup kode DNA, semuanya berhubungan
nutrisi, cukup istirahat, cukup olah dengan tingginya penularan.3
raga, tidak merokok, tidak minum Plasma jumlah virus seorang ibu
alkohol juga perlu diterapkan. dengan HIV merupakan prediktor yang
Penggunaan kondom tetap diwajibkan kuat sebagai sumber penularan.
untuk menghindari kemungkinan Peningkatan jumlah penularan pada
superinfeksi bila pasangan juga Odha, wanita dengan infeksi HIV primer
muncul ketika plasma jumlah virus
yang aktif berada pada titik tertinggi mengevaluasi antibody-mediator imun.
(peak). Sedikitnya penularan terjadi 8,9,10,19

pada plasma HIV dengan viral load < 3. Infektivitas virus


1000 copi/mL, tanpa memperhatikan Perbedaan secara biologi dari retrovirus
apakah ibu tersebut sedang atau belum menghantar perbedaan pada
mendapatkan ARV Zidovudine.3,4,12 kemungkinan terjadinya penularan.
2. Antibodi Neutralizing Human Immunodeficiency virus type 2
Tingginya kadar antibody neutralizing (HIV-2) jarang menyebabkan penularan
pada loop V3 menunjukkan hubungan dari ibu ke bayinya, lebih sering HIV-1.
menurunnya resiko penularan, tapi Pada studi kecil mengatakan wanita
tidak ada studi yang membandingkan dengan multi patner lebih dari 3
dengan kelompok control. Variabilitas kecenderungan untuk menularkan ke
ikatan antara peptide V3-loop dan bayinya selam masa kehamilan lebih
antibodi V3, dimana ikatan yang kuat besar dibanding wanita yang dengan
terhadap antibody V3-loop akan satu pasangan terinfeksi HIV, ini terkait
bereaksi melawan epitop secara luas dengan potensi tertular oleh karena
sebagai proteksi melawan penularan. peningkatan viral load pada vagina atau
Studi tentang inmunisasi pasif HIV potensial jenis viral fetotropik dapatan,
dapat menjelaskan mekanisme ini lebih hal tersebut merupakan informasi yang
lanjut.3,7 sangat sempit.4,7
Karakteristik penularan dari Human Fenotipe, perbedaan strain pada
Immunodeficiency Virus Type 1 (HIV- replikasi in vitro, selular tropism dan
1) adalah kemahiran “berpura-pura” induksi sinsitium. Terdapat evidence
bersifat homogen. Yang terpenting bahwa strain sinsitium inducing
adalah mengerti tentang mekanisme meningkatkan virulensi. Macrophage-
potensial proteksi penularan secara specifik tropism telah diteliti pada
selektif, memberikan informasi beberapa strain, belum diketahui secara
terhadap perkembangan vaksin HIV-1 pasti apakah lebih sering diketemukan
dan penggunaan mekanisme pertahanan pada sekresi cairan genital, air susu ibu
kedepan dengan regimen antibody atau plasenta. 4,8,9
monoclonal. Sejak antibody dari ibu
melewati plasenta hingga masuk ke B. Faktor Bayi
aliran darah janin, penularan infeksi 1. Prematuritas
HIV perinatal memberikan kesempatan Beberapa pusat penelitian telah
yang unik untuk mempelajari efek memaparkan tentang hubungan
profilaksis yang potensial dari an prematuritas terhadap infeksi HIV.
autologous neutralizing antibody Sebagai contoh status HIV maternal
(aNAB) yang dijumpai pada kedua menjembatani prematuritas kehamilan.
donor ibu dan bayinya. An autologous Ryder dan teman-teman pada tahun
neutralizing antibody (aNAB) ibu 1989 di Zaire, menggaris bawahi
memiliki sifat pertahanan dan efek tentang prematuritas sebsar 13% pada
selektif pada uterus terutama pada 18 wanita + HIV dan 3% pada kelompok
minggu pertama masa kehamilan dan control. Pengamatan tersebut tidak
intrapartum, serta kedepan dapat konsisten pada Negara berkembang,
menjadi kerangka pikiran untuk bayi yang lahir premature lebih
pembuatan vaksin HIV dengan beresiko terinfeksi HIV dibanding bayi
yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. dari luar dan sering mengalami ketidak
4,5,6,19
mampuan dalam mengkopi agen mayor
2. Nutrisi Fetus infeksi. Merupakan perkembangan
Terlepas dari status infeksi HIV, nutrisi immunologi termasuk dalam
prenatal yang buruk dapat menghadapi berbagai virus seperti
menyebabkan retardasi pertumbuhan cytomegalovirus, hepatitis B dan virus
janin dalam rahim atau intrauterine herpes simplek. Ketiga infeksi tersebut
growth retandation (IUGR) dengan bersifat kronik, menjadi karier dalam
perbandingan pertumbuhan yang tidak tubuh dan dapat menyebabkan penyakit
sesuai dengan umur kehamilan. Semua neonates yang fatal. Pada saat system
akan menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh neonatus tidak
imunitas selular dengan jumlah sel T matang, menyebabkan system sel T
yang rendah, respon proliferatif yang tidakberfungsi dnegan baik terutama
buruk, pertumbuhan thymus yang terhadap infeksi HIV, peranan antibody
terganggu, meningkatkan dan system makrofag rendah. Sistem
kecenderungan terserang infeksi, dan antibody pada janin bersifat dorman,
menetap selama 5 tahun masa digantikan oleh system kekebalan tubuh
pertumbuhan yang akan terganggu. dari Ig G ibu melalui transplasenta dan
Direkomendasikan untuk asupan sekresi IgA dari air susu ibu.
vitamin A, untuk mencegah perburukan Rendahnya kadar IgG dan IgA dari ibu
gejala diare yang ada baik pada ibu dengan kehamilan cenderung
maupun bayinya.4 melahirkan premature danjuga antibody
3. Fungsi Pencernaan neutralizing yang rendah. Yang paling
Fungsi pencernaan pada neonatus utama adalah defek selT sehingga
memegang peranan penting dalam berpengaruh pada fungsi nya sebagai
penularan HIV. Sejak infeksi HIV produksi sitokin, respon sel T
diperkirakan masuk melalui pencernaan sitotoksik, lambatnya system penolakan
saat kelahiran, oleh karena terpapar terhadap se lasing dan tropism terhadap
darah yang terinfeksi, sekresi vagina, replikasi virus intraselular. T-helper-1
cairan amnion dan air susu ibu. Pada (TH-1) berperan terhadap respon imun
system pencernaan bayi memiliki selular, bila terjadi defisiensi akan
keasaman lambung yang rendah, terjadi pula defisiensi dari interferon
aktifitas enzyme pencernaan yang (IFN-y). terjadi pula defisiensi respon
rendah, produksi cairan mukosa yang segala tipe sitotoksik termasuk CDS
rendah dan sedikit sekresi dari CTL. Oleh Luzuriaga pada tahun 1991
immunoglobulin A (Ig A) yang dikatakan terdapat defisiensi CDS T-
merupakan system kekebalan pada sel pada bayi yang terinfeksi HIV di 1
pencernaan untuk melawan kuman tahun pertama kehidupan.7,19
yang masuk. Pada infeksi sekunder
akan terjadi diare, pertumbuhan yang C. Faktor ibu, kehamilan dan proses
terganggu, dan menunjukkan persalinan.
prekembangan perjalanan penyakitnya.6 Seorang ibu yang terinfeksi HIV
4. Respon imun neonatus dengan kehamilan memiliki resiko untuk
Sistem kekebalan tubuh bayi yang baru menularkan HIV ke bayinya, dibagi dalam
lahir secara anatomi memiliki defisiensi tiga tahapan waktu yaitu; 7
fungsional, belum terpapar oleh antigen 1. Antepartum:
Viral load dari ibu, apakah sudah Sebetulnya pada ibu dengan infeksi
mendapat terapi anti retroviral, jumlah HIV, pemberian air susu ibu beresiko
CD4+, defisiensi vitamin A, co- kecil untuk terjadi penularan oleh
reseptor mutasi dari HIV, malnutrisi, karena terdapatnya antibody terhadap
sedang dalam terapi pelepasan HIV, bagaimanapun juga di Negara
ketergantungan obat, perokok, korionik berkembang, makanan formula
villus sampling CVS), amniosintesis, menjadikan bayi memiliki resiko tinggi
berat badan ibu. terkena infeksi yang lain, air susu ibu
2. Intrapartum: merupakan pilihan terbaik.4
Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal, Pemilihan pemberian makanan pada
proses persalinan, pecah ketuban kasep, bayi dengan 2 strategi sebagai
persalinan prematur, penggunaan fetal pencegahan penularan dari ibu ke
scalp electrode, penyakit ulkus bayinya postnatal, dengan pemberian
genitalia aktif, laserasi vagina, zidovudine sebagai profilaksis selama
korioamnionitis, dan episiotomi. 38 minggu. Ternyata didapatkan
3. Air susu ibu, mastitis. pemberian air susu ibu dengan
Telah diketahui air susu ibu degan zidovudine sebagai profilaksis tidak
infeksi HIV mengandung proviral HIV efektif seperti pemberian susu formula,
dan virus bebas lainnya, sebagai faktor akan tetapi bermakna dalam
pertahanan seperti antibody terhadap menurunkan angka kematian pada 7
HIV dan glikoprotein yang bulan pertama kehidupan, disimpulkan
menghambat ikatan HIV dengan CD4+. bahwa penularan postnatal dari infeksi
Kebanyakan kasus penulran terjadi virus HIV-1 lewat pemberian air susu
pada wanita yang diketahui negative ibu dapat diturunkan dengan intervensi
terhadap HIV akan tetapi penularan pemberian ARV saat perinatal .11
terjadi saat pemberian air susu ibu.
Gambar 1 :
Mekanisme penularan dari ibu ke bayinya merupakan proses yang komplek antara virulensi
virus, faktor ibu dan faktor janin. (NSI: non-syncytium-inducing, SI: syncytium-inducing). 20

4. Kehamilan dan cara melahirkan. neutralizing, atau aktifitas sel T


Resiko penularan terjadi pada kondisi sitotoksik, peranan plasenta melalui
korioamnionitis dan penyakit menular ekpresi FasL atau faktor tumor nekrosis
seksual. Hal ini berhubungan dengan berhubungan dengan kejadian apoptosis
gangguan pertahanan pada plasenta dan menginduksi ligand atau ekspresi
kecenderungan lahir premature, serta Apo2L dan faktor plasenta seperti
dapat meningkatkan viral load pada korioamnionitis, aktifitas supresi HIV,
organ genital. Disamping itu pemilihan atau faktor fetus seperti natibodi
cara melahirkan, lamanya persalinan, neutralizing atau HIV sel T spesifik
kapan pecahnya ketuban, dan saat sitotoksik.
proses kelahiran berjalan seorang bayi Faktor plasenta, sitokin plasenta tipe 1
dapat terpapar darah sang ibu. Inflamasi dan 2 menggerakkan ekspresi reseptor
pada daerah servik dan uretritis dapat kemokin. Sitokin dapat menurunkan
meningkatkan deteksi sel yang atau meningkatkan replikasi HIV. Studi
terinfeksi HIV-A. 4,5,6,7
terdahulu mengatakan adanya variasi
Beberapa studi telah mempelajari produksi plasenta tipe 1 dan 2 oleh
penularan secara vertikal dari ibu ke ekspresi sitokin dan sitokin
bayinya, penularan melalui plasenta proinflamatori. Sitokin yang terdapat
juga telah dipublikasikan. Terdapat pada plasenta dan hubungan hormonal-
beberapa faktor dari sang ibu, sitokin memegang peranan dalam
diantaranya, viral load, antibody pencegahan penolakan dari Allograph
fetus dan mendukung proses yang tidak terinfeksi HIV. Rendahnya
implantasi. Allograph dimediasi oleh kadar IL8 dan TNF –a didapati pada
sitokin tipe 1 termasuk interferon wanita yang terinfeksi HIV. Zidovudine
gamma, TNF-b. produksi dari tipe 2 menurunkan kadar ekpresi mRNA
sitokin (IL4,IL10), sebagai toleransi TNF-a pada mikroeksplan plasenta.15,16
Allograph dan mempertahankan Aktifitas ekspresi transporter ATP-
kehamilan. Pada kondisi terinfeksi oleh Binding Cassette (ABC) pada plasenta
HIV, akan menigkatkan rejeksi manusia mempengaruhi masuknya obat
terhadap janin jadi dapat memicu transplasenta, buruknya transfer
keguguran melalui jalur sitokin. obatkedalam plasenta akan
Pada wanita hamil yang tidak terinfeksi mempengaruhi transfer obat
sitokin milieu plasenta tipe 2, antiretroviral selama kehamilan.14
sedangkan pada wania terinfeksi lebih
mengekspresikan tipe 1. Adanya IV. Upaya pencegahan penularan dari
perubahan dari tipe 2 ke tipe 1 belum ibu ke bayinya.
jelan akan tetapi kondisi IV.1 Intervensi untuk Pencegahan
korioamnionitis dan vilitis Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
mempengaruhi mekanisme penularan. Dengan intervensi yang baik maka
reseptor kemokin CCR5 memegang risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
peranan pada penularan HIV dari ibu ke sebesar 25 hingga 45% bisa ditekan
bayinya. Janin dengan homogenus D32 menjadi kurang dari 2%. Menurut estimasi
atau genotype heterozigot Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu
menunjukkan pertahanan terhadap hamil HIV positif yang melahirkan di
infeksi HIV. Pada ibu yang terinfeksi Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi
HIV mempunyai rasio CCR5 yang diperkirakan akan lahir sekitar 3.000 bayi
rendah dibanding CXCR4. CXCR4 dengan HIV positif setiap tahunnya di
mRNA oleh IL10 menghantar Indonesia.
makrofag dan memediasi progesterone, Intervensi tersebut meliputi 4
keduanya CCR5 dan CXCR4 sebagai konsep dasar: (1) Mengurangi jumlah ibu
ekspresi dari makrofag dan limfosit hamil dengan HIV positif, (2) Menurunkan
akan tetapi bukan pencerminana viral load serendah-rendahnya, (3)
trofoblas. Sitokin tipe 2 dan rendahnya Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap
ratio CCR5:CXCR4 mencegah darah dan cairan tubuh ibu HIV positif, dan
replikasi dari virus HIV. Normal (4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu
plasma sitokin dari plasenta dengan HIV positif.1,2
memproduksi hormone b-HCG yang
diketahui menghambat replikasi dari
virus HIV.13,16 1. Mengurangi jumlah ibu hamil dengan
IL-16 merupakan ligand CD4 bersama HIV positif
dengan RANTES yangmerupakan Secara bermakna penularan infeksi
ligand dari co-reseptor CCR5 HIV, virus ke neonatus dan bayi terjadi trans
keduanya menghambat replikasi HIV-1 plasenta dan Intra partum. Terdapat
secara invitro. Kadar IFN-g dan alfa perbedaan variasi risiko penularan dari
dan sekresi IL10 didapati pada yang ibu ke bayi selama Kehamilan dan
terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Laktasi, tergantung sifat infeksi
Akan tetapi IL10 lebih tinggi pada ibu terhadap ibu : Infeksi primer ( HSV/
Herpes Simpleks Virus, HIV1), Infeksi penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar
Sekunder/ Reaktivasi (HSV, CMV/ 50-66% .
Cyto Megalo Virus), atau Infeksi Apabila seksio sesarea tidak bisa
Kronis (Hepatitis B, HIV1, HTLV-I).1,2 dilaksanakan, maka dianjurkan untuk
Mengingat adanya kemungkinan tidak melakukan tindakan invasif yang
transmisi vertikal dan adanya memungkinkan perlukaan pada bayi
kerentanan tubuh selama proses (pemakaian elektrode pada kepala
kehamilan, maka pada dasarnya janin, ekstraksi forseps, ekstraksi
perempuan dengan HIV positif tidak vakum) dan perlukaan pada ibu
dianjurkan untuk hamil. Dengan alasan (episiotomi).
hak asasi manusia, perempuan Odha HIV teridentifikasi ada dalam
dapat memberikan keputusan untuk kolustrum dan ASI, menyebabkan
hamil setelah melalui proses konseling, infeksi kronis yang serius pada bayi
pengobatan dan pemantauan. dan anak. Oleh karenanya ibu hamil
Pertimbangan untuk mengijinkan Odha HIV positif perlu mendapat konseling
hamil antara lain: apabila daya tahan sehubungan dengan keputusannya
tubuh cukup baik (CD4 di atas 500), untuk menggunakan susu formula
kadar virus (viral load) minimal/ tidak ataupun ASI eksklusif. Untuk
terdeteksi (kurang dari 1.000 kopi/ml), mengurangi risiko penularan, ibu HIV
dan menggunakan ARV secara teratur positif bisa memberikan susu formula
5.1,2 kepada bayinya. Risiko penularan HIV
2. Menurunkan viral load/ kadar virus melalui pemberian ASI akan bertambah
serendah-rendahnya jika terdapat permasalahan pada
Obat antiretroviral (ARV) yang ada payudara (mastitis, abses, lecet/luka
sampai saat ini baru berfungsi untuk puting susu). Oleh karenanya
menghambat multiplikasi virus, belum diperlukan konseling kepada ibu
menghilangkan secara total keberadaan tentang cara menyusui yang baik.1,2
virus dalam tubuh Odha. Walaupun 4. Mengoptimalkan kesehatan ibu dengan
demikian, ARV merupakan pilihan HIV positif
utama dalam upaya pengendalian Melalui pemeriksaan ANC secara
penyakit guna menurunkan kadar teratur dilakukan pemantauan
virus.1,2 kehamilan dan keadaan janin.
3. Meminimalkan paparan janin dan bayi Roboransia diberikan untuk suplemen
terhadap cairan tubuh ibu peningkatan kebutuhan mikronutrien.
Persalinan dengan seksio sesarea Pola hidup sehat antara lain: cukup
berencana (elective) sebelum saat nutrisi, cukup istirahat, cukup olah
persalinan tiba merupakan pilihan pada raga, tidak merokok, tidak minum
Odha. Pada saat persalinan pervaginam, alkohol juga perlu diterapkan.
bayi terpapar darah dan lendir ibu di Penggunaan kondom tetap diwajibkan
jalan lahir. Bayi mungkin juga untuk menghindari kemungkinan
terinfeksi karena menelan darah atau superinfeksi bila pasangan juga Odha,
lendir jalan lahir tersebut (secara tidak atau mencegah penularan bila pasangan
sengaja pada saat resusitasi). Beberapa bukan Odha.1,2
hasil penelitian menyimpulkan bahwa
seksio sesarea akan mengurangi risiko IV.2 Strategi Pencegahan Penularan
HIV dari Ibu ke Bayi 1,2
Menurut WHO terdapat 4 (empat) upaya  Konseling tentang HIV dan
yang perlu untuk mencegah terjadinya makanan bayi, serta pemberian
penularan HIV dari ibu ke bayi, meliputi: makanan bayi
1. Mencegah terjadinya penularan HIV  Persalinan yang aman.
pada perempuan usia reproduksi 4. Memberikan dukungan psikologis,
2. Mencegah kehamilan yang tidak sosial dan perawatan kepada ibu HIV
direncanakan pada ibu HIV positif positif beserta bayi dan keluarganya.
3. Mencegah terjadinya penularan HIV
dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang IV.3 Pemberian obat Antiretrovirus
dikandungnya. Bentuk intervensi sebagai pencegahan penularan ibu ke
berupa: bayinya.
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Perempuan dengan CD4
yang komprehensif
>250/mm3 memiliki resiko untuk
 Layanan konseling dan tes HIV
terjadinya hipersensitif terhadap NVP lebih
secara sukarela (VCT)
tinggi dengan toksisitas hati yang mungkin
 Pemberian obat antiretrovirus
fatal. Hal tersebut berlaku pada perempuan
(ARV)
yang hamil maupun yang sedang tidak
hamil

Tabel 1 :
Rekomendasi untuk memulai Terapi ARV pada perempuan hamil menurut stadium klinis dan
ketersediaan penanda imunologis (menurut WHO 2006)17,18
Stadium Bila tidak tersedia tes CD4 Bila tersedia tes CD 4
klinis
menurut
WHO
1 Tidak diobati untuk kepentingan ibu Obati jika hitung sel CD 4 < 200 sel/mm 3
saat ini(rekomendasi tingkat A-III) (rekomendasi tingkat A-III)
2 Tidak diobati (rekomendasi tingkat A-
3 III)
Obati (rekomendasi tingkat A-III) Obati jika hitung sel CD 4< 350 sel/mm3
(rekomendasi tingkat A-III)
4 Obati (rekomendasi tingkat A-III) Obati tanpa memperhatikan hitung CD 4
((rekomendasi tingkat A-III)

Tabel 2 : Pemberian obat antiretroviral dalam program PMTCT ditujukan pada situasi klinik
No. Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan (Rejimen untuk Ibu)
1 Odha dengan indikasi ART dan  AZT (d4T) + 3TC + NVP (hindari EFV)
kemungkinan hamil atau sedang hamil  Hindari EFV pada trimester pertama
 Jika mungkin hindari ARV sesudah trimester
pertama

2 Odha sedang menggunakan ART dan  Lanjutkan rejimen (ganti dengan NVP atau
kemudian hamil golongan PI jika sedang menggunakan EFV pad
atrimester I)
 Lanjutkan dgn ARV yg sama selama dan sesudah
persalinan
3 Odha hamil dan belum ada indikasi ART AZT mulai 28 minggu + NVP dosis tunggal pada
awal persalinan
Alternatif
 Hanya AZT mulai 28 minggu
 AZT + 3TC mulai 36 minggu, selama persalinan,
1 minggu sesudah persalinan
 NVP dosis tunggal pada awal persalinan
4 Odha hamil dengan indikasi ART, tetapi AZT mulai 28 minggu + NVP dosis tunggal pada
belum menggunakan ARV awal persalinan
Alternatif
 Hanya AZT mulai 28 minggu
 AZT + 3TC mulai 36 minggu, selama persalinan,
1 minggu sesudah persalinan
 NVP dosis tunggal pada awal persalinan

5 Odha hamil dengan tuberkulosis aktif OAT yg sesuai tetap diberikan


Rejimen untuk ibu
Bila pengobatan mulai trimester III:
 AZT (d4T) + 3TC + EFV
 Bila belum akan menggunakan ARV:
disesuaikan dengan skenario 3

6 Bumil dalam masa persalinan dan tidak Tawarkan konseling dan testing dalam masa
diketahui status HIV persalinan; atau konseling dan testing setelah
persalinan (ikuti skenario 8)
Jika hasil tes positif maka dapat diberikan :
 NVP dosis tunggal
 Bila persalinan sudah terjadi maka ikuti skenario
8; atau
 AZT + 3TC pada saat persalinan dilanjutkan 1
minggu setelah persalinan

7 Odha datang pada masa persalinan dan  NVP dosis tunggal ditambah
belum mendapat ART  AZT + 3TC pada saat persalinan dilanjutkan 1
minggu setelah persalinan

IV.4 Persalinan yang aman Sebagian besar penularan HIV dari ibu ke
Tujuan persalinan yang aman bagi ibu bayi terjadi pada saat persalinan. Hal ini
dengan HIV adalah : terjadi akibat :
 Tidak terjadi penularan HIV :  Tekanan pada plasenta meningkat
o ke janin/bayi menyebabkan terjadinya sedikit
o ke tim penolong (medis dan non percampuran antara darah ibu dan
medis) darah bayi.
o ke pasien lainnya  Lebih sering terjadi jika plasenta
 Kondisi ibu baik sesudah meradang atau terinfeksi.
melahirkan  Bayi terpapar darah dan lendir ibu
 Efektif dan efisien di jalan lahir.
 Bayi mungkin juga terinfeksi lecet pada puting yang dapat
karena menelan darah ataupun mempertinggi resiko bayi tertular HIV.
lendir ibu. Cara Menyusui yang dianggap aman :
 ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
IV.5 Pilihan asupan bagi bayi yang lahir atau hingga tercapainya AFASS.
dari ibu dengan HIV positif.  Jangka waktu laktasi singkat – 6 bulan
1. Ibu dengan status HIV negatif atau dengan penghentian cepat
status HIV tak diketahui  Safe sex practices selama laktasi untuk
 ASI eksklusif untuk usia 6 bulan mencegah infeksi atau re-infeksi
pertama  Manajemen laktasi yang baik
 Makanan padat yang aman, sesuai, (pelekatan dan posisi menyusui yang
dan ASI diteruskan hingga 2 benar serta semau bayi/tidak dijadwal)
tahun. untuk mencegah mastitis. Usahakan
 Dorong ibu untuk relaktasi bila proses menyusui sedini mungkin begitu
ibu belum menyusui. bayi lahir untuk mencegah teknik
2. Ibu dengan status HIV positif pelekatan yang salah sehingga puting
 Tersedia pengganti ASI yang ibu lecet.
memenuhi syarat AFASS  Hanya bagi ibu dengan hitung CD4
(affordable, feasible, acceptable, tinggi
sustainable, safe).  Ibu tidak boleh menyusui bila terdapat
 Bila kondisi AFASS tidak luka/lecet pada puting, karena akan
terpenuhi, maka dapat menyebabkan HIV masuk ke tubuh
dipertimbangkan pemberian ASI bayi. .
eksklusif yang jangka Teknik menyusui yang benar, ibu harus
pemberiannya singkat atau diajarkan teknik menyusui yang benar
alternatif ASI lainnya, yaitu: untuk menghindarkan terjadinya mastitis
o Pasteurisasi/memanaskan ASI dan lecet pada payudara. Teknik menyusui
perah ibu. terdiri dari posisi menyusui, dan cara
o Mencari Ibu Susu (perempuan pelekatan bayi pada payudara. Untuk
lain untuk menyusui bayinya) menghindari lecet puting, dianjurkan
yang telah dibuktikan HIV menggunakan pelindung putting (nipple
negatif. shield). Posisi Menyusuin yang benar
sebagai berikut ini:
Pemberian ASI bagi bayi dari ibu dengan 1. Kepala dan badan bayi berada
HIV positif . Ibu dengan HIV positif dapat dalam satu garis lurus.
memilih menyusui bayinya bila: 2. Wajah bayi harus menghadap
 Pengganti ASI tidak dapat memenuhi payudara dengan hidung
syarat AFASS. berhadapan dengan puting.
 Kondisi sosial ekonominya tidak 3. Ibu harus memeluk badan bayi
memungkinkan untuk mencari Ibu Susu dekat dengan badannya.
atau memanaskan ASI perahnya 4. Jika bayi baru lahir, ibu harus
sendiri. menyangga seluruh badan bayi -
 Memahami teknik menyusui yang bukan hanya kepala dan bahu.
benar untuk menghindarkan
peradangan payudara (mastitis) dan
Daftar pustaka
10. Xueling Wu, Adam B. Parast, et al.
1. Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Nautralization Escape Variants of
Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi Human Imunodeficiency Virus Type 1
2. Chris W. Green. Seri Buku Kecil, HIV, Are Transmitted from Mother to Infant.
Kehamilan dan Kesehatan Perempuan. Journal of Virology, 2006;80(2):835-
Yayasan Spiritia, Juli 2005 44.
3. Catherine Peckham, Diana Gibb. 11. Ibou Thyor, Shahin Lockman, et al.
Mother-to-child Transmission of the Breastfeeding Plus Infant Zidovudine
Human Immunodeficiency Virus. New Prophylaxix for 6 Months vs Formula
England Journal of Medicine Feeding Plus Infant Zidovudine for 1
1995;333(5):298-302 month to Reduce Mother to Child HIV
4. Grace C. John, Joan Kreiss. Mother-to- Transmission in Bostwana,
child Transmission of Human 2006;296(7):794-805.
Immunodeficiency Virus Type 1. 12. Patricia M. Gracia, Leslie A. Kalish,
Epidemiologic Reviews Jane Pitt, et al. Maternal Levels of
1996;18(2):149-157 Plasma Human Immunodefisiency
5. Joseph P. Mc.Gowan, Sanjiv S. Syah. Virus Type 1 RNA and The Risk of
Prevention of Perinatal HIV Perinatal Transmission. N Engl J Med
Transmission During Pregnancy. 1999;341:394-402.
Journal of Antimicrobial 13. Homira Behbahani, Edwina Popek,
Chemotherapy, 2000;46:657-68 Patricia Garcia, et al. Up- regulation of
6. Richard Stiehm. Newborn Factors in CCR5 Expression in the Placenta Is
Maternal-Infant Transmission of Associated with Human
Padiatrie HIV Infection. Journal of Immunodeficiency Virus-1 Vertical
Nutrition 1998;22:3166 Transmission. American Journal of
7. Ruth E. Dickover, Eileen M., et al. Pathology 2000;157(6):1811-7
Perinatal Transmission of Major, 14. Abhishek Gulati, Philip M. Gerk. Role
Minor, and Multiple Maternal Human of Placental ATP-Binding Cassette
Immunodeficiency Virus Type 1 (ABC) Transporter in Antiretroviral
Variants In Utero and Intrapartum. Therapy During Pregnancy. J Pharm
Journal of Virology, 2001;75(5):2194- Sci, 2009;98(7):2317-35.
203 15. Faye A., Pomprasert S., Mary J-Y.
8. Rajesh Ramakrishnan, Roshni Mehta, Characterization of the main placenta
et al. Characterization of HIV-1 cytokine profiles from HIV-1 infected
envelope gp41 genetic diversity and pregnant women treated with anti-
functional domains following perinatal retroviral drugs in France. Journal
transmission. Journal of Retrovirology, Compilation, 2007;149:430-9.
2006;3:42. 16. Usha K. Sharma, Jorge Trujillo, Hai
9. Ruth E. Dickover, Eileen M., et al. Role Feng Song. A Novel Factor Produced
of Maternal Autologous Neutralizing by Placental Cells with Activity
Antibody in Selective Perinatal Against HIV-1. The Journal of
Transmission of Human Immunilogy, 1998;161:6406-12.
Immunodeficiency Virus, Type 1 17. Depkes RI. In: Pedoman Nasional
Escape Variants. Journal of Virologi, Terapi Antiretroviral, dengan panduan
2006;80(13):6525-33. tatalaksana klinis infeksi HIV pada
orang dewasa dan remaja, 2009. ed II .
18. WHO. In: Antiretroviral Drugs for
Treating Pregnant Women and
Preventing HIV Infection in Infants,
Rekomendations for a public health
approach, 2010.
19. Vera Bongertz. Vertical Human
Immunodeficiency Virus Type 1-HIV-
1-Transmission. A Review. Mem Inst
Oswaldo Cruz, Rio de Jainero,
2001;96(1):1-14.
20. Stephen A. Spector. Mother–to-infant
transmission of HIV-1; The placenta
Fights Back. The Journal of Clinical
Investigations,2001;107(3):287-94.
21. WHO. In: HIV AND INFANT
FEEDING, Principles and
recommendations for infant feeding in
the context of HIV and a summary of
evidence,2010.

Anda mungkin juga menyukai