Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah ini dengan judul “Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Bayi” dengan mata kuliah HIV AIDS dosen pengampu Susana Ramandey, S.Sos., M.Kes.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai sumber di internet dan
juga para teman-teman yang sudah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang bersifat membangun guna perbaikan tugas makalah ini lebih lanjut, akan kami terima
dengan senang hati. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada
khususnya. Akhir kata kami sampaikan.
Terima kasih
Penulis
KATA PENGANTAR………………………………………..…………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………...…………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………...1
1.2 TUJUAN………………………………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..
2.1 ALUR UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI……………….3
2.2AKTIVITAS PRONG 1………………………………………………………………………..4
2.3 AKTIVITAS PRONG 2……………………………………………………………………….7
2.4 AKTIVITAS PRONG 3……………………………………………………………………….8
2.5 AKTIVITAS PRONG 4……………………………………………………………………...15
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………..
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………16
3.2 SARAN………………………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...18
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui alur upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi
2. Untuk mengetahui aktivitas prong 1
3. Untuk mengetahui aktivitas prong 2
4. Untuk mengetahui aktivitas prong 3
5. Untuk mengetahui aktivitas prong 4
2. Mobilisasi masyarakat
a. Melibatkan petugas lapangan (seperti kader kesehatan/PKK, PLKB, atau posyandu) sebagai
pemberi informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan untuk membantu klien
mendapatkan akses layanan kesehatan
b. Menjelaskan tentang cara pengurangan risiko penularan HIV dan IMS, termasuk melalui
penggunaan kondom dan alat suntik steril
c. Melibatkan komunitas, kelompok dukungan sebaya, tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam
menghilangkan stigma dan diskriminasi
2. Diagnosis HIV
Pemeriksaan diagnostik infeksi HIV dapat dilakukan secara virologis (mendeteksi antigen DNA
atau RNA) dan serologis (mendeteksi antibodi HIV) pada specimen darah. Pemeriksaan
diagnostik infeksi HIV yang dilakukan di Indonesia umumnya adalah pemeriksaan serologis
menggunakan tes cepat (Rapid Test HIV) atau ELISA. Pemeriksaan diagnostik tersebut
dilakukan secara serial dengan menggunakan tiga reagen HIV yang berbeda dalam hal preparasi
antigen, prinsip tes, dan jenis antigen, yang memenuhi kriteria sensitivitas dan spesifitas. Hasil
pemeriksaan dinyatakan reaktif jika hasil tes dengan reagen 1 (A1), reagen 2 (A2), dan reagen 3
(A3) ketiganya positif (Strategi 3). Pemilihan jenis reagen yang digunakan berdasarkan
sensitivitas dan spesifisitas, merujuk pada Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan
Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik, Kementerian Kesehatan (SK Menkes No. 241 tahun
2006).
4. Persalinan aman
Pemilihan persalinan yang aman diputuskan oleh ibu setelah mendapatkan konseling
lengkap tentang pilihan persalinan, risiko penularan, dan berdasarkan penilaian dari tenaga
kesehatan. Pilihan persalinan meliputi persalinan per vaginam dan per abdominam (bedah sesar
atau seksio sesarea). Dalam konseling perlu disampaikan mengenai manfaat terapi ARV sebagai
cara terbaik mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Dengan terapi ARV yang sekurangnya
dimulai pada minggu ke-14 kehamilan, persalinan per vaginam merupakan persalinan yang
aman. Apabila tersedia fasilitas pemeriksaan viral load, dengan viral load < 1.000 kopi/μL,
persalinan per vaginam aman untuk dilakukan.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa bedah sesar akan mengurangi risiko
penularan HIV dari ibu ke bayi hingga sebesar 2%– 4%, namun perlu dipertimbangkan:
a. Ibu hamil dengan HIV perlu mendapatkan konseling sehubungan dengan keputusannya untuk
menyusui atau memberikan susu formula. Dengan adanya komunikasi dengan si ibu, petugas
dapat menggali informasi kondisi rumah ibu dan situasi keluarganya, sehingga bisa membantu
ibu untuk menentukan pilihan pemberian makanan pada bayi yang paling tepat.
b. Petugas harus memberikan penjelasan tentang manfaat dan risiko menyusui untuk
kelangsungan hidup bayi/anak, serta pentingnya terapi ART sebagai kunci upaya mencegah
penularan HIV dari ibu ke anaknya. Bayi yang diberi ASI dari ibu yang sudah dalam terapi ARV
dan minum obatnya secara teratur, memiliki risiko sangat kecil untuk menularkan HIV, karena
jumlah virus dalam tubuhnya jauh berkurang. Pemberian susu pengganti ASI yang tidak higienis
berpotensi menimbulkan penyakit infeksi lain yang mungkin mengancam kelangsungan hidup
bayi.
8. Pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Menurut Depkes RI (2008), Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT)
atau Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), merupakan program pemerintah untuk
mencegah penularan virus HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Program tersebut
mencegah terjadinya penularan pada perempuan usia produktif, kehamilan dengan HIV positif,
penularan dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya.
Menurut WHO (2009), kecenderungan infeksi HIV pada perempuan dan anak
meningkat, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk mencegah penularan HIV dari ibu hamil
ke bayi antara lain dengan program PMTCT. Program PMTCT dapat dilaksanakan pada
perempuan usia produktif, melibatkan para remaja pranikah dengan jalan menyebarkan informasi
tentang HIV/AIDS, meningkatkan kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari
penularan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS), menjelaskan manfaat dari konseling
dan tes HIV/AIDS secara sukarela, melibatkan kelompok yang beresiko, petugas lapangan, kader
PKK, dan bidan.
Untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi,dilaksanakan secara
komprehensif dengan menggunakan empat prong,yaitu:
Prong 1: Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi.Prong 2: Pencegahan
Keham ilan yang Tidak Direncanakan pada Perempuan HIV Positif
Prong 3: Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil HIV Positif ke Bayi
Prong 4: Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial dan Perawatan kepada Ibu HIV Positif Beserta
Bayi dan Keluarganya
Untuk menjalankan semua kegiatan dan program PMTCT, maka perlu ada kerja sama
antar Ikatan profesi yang berperan memantau kinerja tenaga kesehatan untuk menjamin
3.2 SARAN
Kita harus benar-benar mengerti dan memahami mengenai pentingnya program PMTCT
untuk mencegah peningkatan penularan HIV baik dari ibu yang positif HIV kepada bayi yang
sedang dikandungnya dan memberikan pendidikan konseling serta informasi kepada para remaja,
ibu hamil dan semua kalangan masyarakat tentang bahaya dan penularan HIV untuk menekan
peningkatan penularan kasus ini.