Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS
yang di berikan oleh P. Supono, S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.MB

Disusun oleh Kelompok 2 :

Achmad Nur Huda Aida NoorRochmat


Is Kuswanto Ayu Fafa Rifqa Aulia
M. Ikhwan Amelia Septi Nur Herlin
Danang Budi Setiawan Erine Diana Sasminta
Danu Yenne Murtin Ismail
M. Adib Mabruri Rizky Putri DwikeHertyana
Ricky Septian Ardi Mita Syahnia
Anggita Kirana

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS
KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Askep Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS”

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah membantu dan memberi bimbingan dalam proses penyusunan makalah ini.
Terima kasih kepada Supono, S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.MB selaku dosen matakuliah
Keperawatan HIV/AIDS.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membutuhkan.

Malang, Juli 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari AIDS. AIDS
adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang
timbul akibat infeksi HIV. Penyebab Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2012).
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dicurigai bila paling sedikit
mempunyai dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab-
sebab penekanan imun yang lain yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat
atau sebab-sebab lain. Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama hamil
(5-10%), melahirkan (10 20%) dan saat menyusui (5-20%) (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Diseluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang
meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta berusia <15 tahun. jumlah infeksi baru
HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan
240.000 anak berusia <15 tahun. jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta
yang terdiri dari 190.000 anak berusia <15 tahun (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).
Faktor penularan virus HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara
yaitu hubungan seksual;pajanan oleh darah, produk darah atau organ dan jaringan
yang terinfeksi termasuk terpajan jarum suntik yang telah terinfeksi HIV;
penularan dari ibu ke anak (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Pencegahan penularan HIV dengan berbagai cara sederhana antara lain
berperilaku seks yang aman (abstinen, saling setia, seks dengan menggunakan
kondom), mencegah penularan melalui alat-alat yang tercemar dengan prinsip
kewaspadaan universal, pencegahan pada transfusi darah dengan skrining donor
dan pencegahan penularan dari ibu ke anak dengan program PMTCT.
Pengobatan ARV jangka panjang, teratur dan disiplin, penularan HIV dari ibu
ke anak bisa diturunkan hingga 2% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2012). ARV sudah terbukti dapat menghambat replikasi virus sehingga kadar
virus dalam darah yang menginfeksi sel kekebalan tubuh atau CD4 menurun dan
akibatnya kekebalan tubuh mulai pulih atau meningkat (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat terkait dengan ibu hamil dengan HIV yang didapatkan
dari hasil study kasus di poli klinik kandungan RSUD Dr. Saiful Anwar
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanna pada ibu hamil dengan
HIV dengan asuhan kebidanan secara komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan subjektif dan data
objektif pada ibu hamil dengan HIV
2. Mehasiswa mampu merumuskan diagnose dan masalah pada ibu hamil
dengan HIV
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya diagnosa potensial pada
ibu hamil dengan HIV
4. Mahasiswa mampu menyusun intervensi dan rasional pada ibu hamil
dengan HIV
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai intervensi yang di
buat pada ibu hamil dengan HIV
1.4 Manfaat
1.4.1 MaanfaatTeoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam
penerapan asuhan kebidanan komprehensif, terhadap ibu hamil dengan HIV

1.4.2 Manfaat praktis


Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan informasi
tentang penyakit HIV terhadap ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Konsep Dasar HIV
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari AIDS. AIDS
adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang
timbul akibat infeksi HIV (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Virus HIV memasuki tubuh seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai
mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (Sel limfosit T CD4 dan Makrofag).
Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan
antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi
yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah antara 2-12
minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela, pasien
sangat infeksius sehingga mudah menularkan kepada orang lain meskipun hasil
pemeriksaan laboratorium masih negatif (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015). AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang
disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai
depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk
pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita
hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu
yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002)

AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.
(Menurut Center for Disease Control and Prevention). Human Imunodefisiensi
Virus. HIV adalah virus yang membunuh SDP (CD4) di dalam tubuh , SDP
berfungsi membantu melawan infeksi dan penyakit yang masuk kedalam tubuh.

Apa Itu AIDS Terjadi setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang dan
menghancurkan sistem kekebalan tubuh Ketika sistem kekebalan tubuh seseorang
rusak,maka tubuh akan mudah terserang penyakit
A. Klasifikasi
1. Berdasar CD4:
a. CD4 > 500
b. CD4 > 200 – 499
c. CD4 < 200
2. Berdasar WHO:
a. Stadium I: asimtomatik,aktifitasN
b. Stadium II : Simtomatik, aktifitas N
c. Stadium III:simtomatik terbatas aktifitas >50%
d. Stad IV:simtomatik,aktifitas < 50%
Human Imunodefisiensi Virus. HIV adalah virus yang membunuh SDP (CD4) di
dalam tubuh , SDP berfungsi membantu melawan infeksi dan penyakit yang
masuk kedalam tubuh. Apa Itu AIDS Terjadi setelah virus HIV masuk ke dalam
tubuh seseorang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh Ketika sistem
kekebalan tubuh seseorang rusak,maka tubuh akan mudah terserang penyakit
Mengetahui status HIV secara dini waktu hamil sangat bermanfaat untuk
permpuan dan bayi. Kemampuan perempuan untuk mengawasi kesehatan dan
kehidupan sendiri perlu ditingkatkan bila dia mengetahui dirinya HIV-positif, ibu
dapat mencegah terjadinya penularan pada bayinya. Kegiatan pelayanan
Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak/Prevention of Mother to child HIV
transmision/PMTCT merupakan bagian dari pelayanan perawatan, dukungan dan
pengobatan/CST bagi pasien HIV/AIDS. Pelayanan PMTCT semakin menjadi
perhatian dikarenakan epidemi HIV/AIDS di Indonesia meningkat dengan cepat
(jumlah kasus AIDS pada akhir triwulan II 2008 adalah 12,686 kasus). Metode
penularan utama di Indonesia adalah penggunaan narkotika suntik yang tidak
aman dan perilaku seksual beresiko. Sebagian besar kasus HIV dan AIDS diderita
oleh laki-laki (rasio 3,79 : 1), namun kasus HIV dan AIDS pada perempuan usia
reproduktif dan anak-anak juga meningkat seiring dengan bergesernya epidemi
dari kelompok berisiko menjadi kelompok masyarakat umum.

2.1.2 ETIOLOGI
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan
seksual).
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu
berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi
HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi (WHO,2003).

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
a) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
b) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
c) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan
2. Manifestasi Klinis Minor
a) Batuk kronis
b) Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida
Albicans
c) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh
tubuh.

2.1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Diagnostik di bagi menjadi tiga, yaitu:


1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Tes Antibody
3. Pelacakan H
yang terdiri dari:
a. Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit, Sel
T4 Helper, T8 (sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai
Polimerasi dan Tes PHS 
b. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
c. Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium,
Biopsi.

2.1.5 PENATALAKSANAAN

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah


pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian infeksi oportunistik


Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi
opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat
enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses
nya.Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine,
recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak
berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh
sehat.
7. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi
imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi
dari masyarakat.
2.1.6 PATHWAY
2.1.7 TINJAUAN ASKEP
a. Pengakajian Umum
1. Identittas Ibu Hamil
2. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering terjadi pada pasien hamil dengan HIV /
AIDS adalah selain keluhan sehubungan dengan kehamilannya  ibu
juga mengeluh berbagai masalah sesuai dengan stadium
1.    Stadium Klinis 1
a)      Asimtomatis
b)      Limpa denopati persistent generalisata
c)      Penampilan atau aktivitas fisik skala 1: asimtomatis, aktivitas
normal.
2. Stadium Klinis 2
a)      Penurunan berat badan 10% dari berat badan sebelumnya
b)      Manisfestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborhhoic,
prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulserasi mukosa oral berulang,
cheilitis agularis ).
c)      Herpes zoster, dalam 5 tahun terakhir
d)     Infeksi berulang pada saluran pernapasan atas (misalnya
sinusitis bacterial)
3.   Stadium klinis 3
a)      Penurunan berat badan >10%
b)      Diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan
c)      Demam dengan sebab yang tidak jelas >1 bulan
d)     Kandidiasis oris
e)      Oral hairy leukoplakia
f)       TB pulmoner dalam 1 tahun terakhir
g)      Infeksi bacterial berat misalnya pneumonia, piomiositis.
4.  Stadium klinis 4
a)      HIV wasting syndrome, sesuai yang di tetapkan CDC
b)      PCP (pneumocystis carinii pneumonia)
c)      Cryptococcosis ekstrapulmoner
d)     Infeksi virus sitomegali
e)      Infeksi herper simpleks >1 bulan
f)       Berbagai infeksi jamur berat
g)      Kandidiasis esophagus, trachea atau bronkus
h)      Mikobakteriosis atypical
i)        Salmonlosis non tifoid disertai setikemia
j)        TB, ekstrapulmoner
k)      Limfoma maligna
l)        Sarcoma kaposis
m)    Ensefalopati HIV
3. Riwayat Obstetri
1.      Riwayat menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan HIV
mudah terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal bisa
menyebabkan keputihan.
2.      Riwayat obstetric lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC
3.      Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan pada trimester I,II atau III pada ibu hamil dengan HIV seperti
keluhan ibu hamil normal terkadang dijumpai keluhan berdasarkan
stadium HIV / AIDS
Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang
pada kehamilan 12-14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam,
obstipasi.
Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah
Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur
terlentang) sakit punggung, edema, varises
4. Riwayat Perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari
satu kali atau mempunyai banyak pasangan.
5. Riwayat Kesehatan Ibu
Pada ibu dengan HIV biasnya penyakit yang diderita beragam,
antara lain : demam, faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia,
letargi, malaise, nyeri kepala, mual, muntah, diare, anoreksia,
penurunan berat badan, dapat juga menimbulkan kelainan saraf
seperti meningitis, ensefaliitis neuropati perifer dan mielopati.
Gejala-gejala dermatologi yaitu ruam makropapulereritematosa dan
ulkus makokutan
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit HIV dapat diturunkan oleh orang tua ataupun ditularkan
oleh suami penderita.
7. Pola Fungsional Kesehatan

a)      Pola nutrisi
Pada pasien HIV pola makan harus dijaga untuk menghindari
terjadinya infeksi oportinistik. Wanita dewasa memerlukan 2.500
kalori/hari, jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu
hamil adalah 300 kalori/hari dengan komposisi menu seimbang.
Pada pasien HIV yang mengalami ulserasi mukosa oral terjadi
gangguan pemenuhan nutrisi karena ketidaknyamanan/sakit saat
makan
b)      Pola eliminasi
BAK dalam batas normal
BAB teratus setiap hari 1x
Pada stadium HIV lanjut (stadium III dan IV ) ibu dapat
mengalami diare akut
c)      Pola istirahat
Pada stadium lanjut HIV ibu membutuhkan istirahat selalu berada
di tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir
d)     Pola aktivitas
Stadium 1 : penampilan atau aktivitas fisik skala 1 : asimtomatis,
aktivitas normal.
Stadium 2 : dengan atau penampilan aktivitas fisik skala 2 :
simtomatis, aktivitas normal
Stadium 3 : dengan atau penampilan/ aktivitas fisik skala 3 : lemah,
berada di tempat tidur <50%/hari dalam bulan terakhir.
Stadium 4 : dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 4 : sangat
lemah, selalu berada di tempat tidur >50%/hari dalam bulan
terakhir .
e.       Aktivitas seksual
Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dari suami
sebelum dan selama kehamilan. Mungkin ditemukan adanya
penurunan aktivitas seksual utamanya pada mereka yang sudah
dikarenakan kondom dapat mencegah penularan HIV.
f.       Pola kebiasaan
Merokok
Minum alcohol
Mengkonsumsi narkoba : pemakaian narkoba dengan suntik atau
obat-obatan terlarang lainnya dapat meningkatkan resiko terkena
HIV / AIDS
Minum jamu-jamuan
Memelihara binatang peliharaan : (rantai penularan toxoplasmosis
yang dapat memperburuk HIV / AIDS dalam perkebangan janin)
8.  Riwayat psikososial budaya
Perkawinan ibu dengan HIV seringkali ditemui dengan ibu atau
suami menikah lebih dari sekali. Perencanaan kehamilan akan
berpengaruh pada penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan
ini dan bayinya nantinya, ibu merasa gelisah dn gemas apabila
keluhan yang dirasakan oleh ibu akan mengganggu kehamilannya.
b. Data objektif
1.      Pemeriksaan fisik umum
a)      TD : ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan tekanan darah dengan
ibu hamil normal
Normal antara 100/60 – 140/90 mmHg
b)      Suhu : suhu pada ibu hamil dengan HIV pada fase akut dan fase laten
akan mengalami demam .
Normal antara 36,5oC – 37,5oC
c)      Nadi : ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan jumlah nadi dengan
ibu hamil normal.
Nadi normal antara 80 – 100 x/menit
d)     RR : pada ibu dengan HIV tidak ada peningkatan jumlah pernapasan.
Normal 16-20 x/menit
e)      Berat badan sebelum hamil :
Penumbangan berat badan harus terus dipantau. Pada penderita HIV pada
fase infeksi laten mengalami penurunan berat badan 10%
f)       Berat badan sekarang
Mulai stadium II ibu mengalami penurunan BB tetapi <10 Kg, sedangkan
pada stadium III dan IV penurunan berat badan >10 Kg
i.        Pemeriksaan Fisik
a)      Mulut :
Mukosa bibir kering, caries gigi. Pada pasien HIV stadium klinis 2 terjadi
ulserasi mukosa berulang. Pada stadium klinis 3 terdapat kandidiasis oris
(pada rongga mulut terdapat pseudomembran yang berwarna putih krem
sampai keabu-abuan. Periksa adanya leukoplakia (plak putih di sekitar
rongga mulut) (Nasronudin, 2007).
b)      Dada :
Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi
kelainan organ pernafasan ( apabila sudah terjadi TB pulmonar dan PCP
(Pneumocystis Carinii Pneumonia) manifestasi dari HIV/AIDS. 
Pada pasien HIV mulai stadium 1 terdapat limpadenopati (pembengkakan
kelenjar limfe) (Nasronudin, 2007)
c)      Abdomen :
Ada luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap HIV
mencegah penularan ibu ke bayi. 
Pembesaran uterus terkadang tidak sesuai dengan umur kehamilan. Hal
tersebut dikarenakan adanya infeksi HIV menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada janin.
d)     Ekstrimitas :
Atas : tidak ada edema 
Bawah : tidak ada varises 
Pada stadium II terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku.
e)      Kulit :
Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo, dan
kelainan kulit lainnya akibat infeksi jamur.
f)       Genetalia :
Vulva dan vagina 
Keluaran : Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam
lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak
berbau, tidak gatal). Pada ibu hamil dengan HIV memungkinkan adanya
infeksi candida yang menyebabkan flour albus (Nasronudin, 2007).

d. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi
dan pola hidup yang beresiko
2. Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya
kontak darah dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan.
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan
berlebih sekunder terhadap diare

e. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Resiko tinggi infeksi      Setelah dilakukan tindakan  Mandiri

berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam


1.      - Monitor tanda-tanda infeksi
imunosupresi, malnutrisi dan didapatkan kriteria hasil : baru
pola hidup yang beresiko a. a. Tidak ada luka atau eksudat Rasional : Untuk pengobatan
b)      b.Tanda vital dalam batas dini
normal. 2.       - Gunakan teknik aseptic pada
c)      c. Pemeriksaan leukosit normal setiap tindakan invasive. Cuci
tangan sebelum memberikan
tindakan
Rasional:
Mencegah klien terpapar oleh
kuman pathogen yang
diperoleh di rumah sakit
3.      - Anjurkan pasien metode
pencegahan terpapar terhadap
lingkungan yang pathogen
Rasional :
Mencegah bertambahnya
infeksi
 Kolaborasi
4.      - Kumpulkan specimen untuk tes
lab sesuai intruksi dokter
Rasional :
Meyakinkan diagnosis akurat
dan pengobatan
5.      - Atur pemberian antiinfeksi
sesuai intruksi dokter
Rasional :
Mempertahankan kadar darah
yang terapeutik
2. Resiko tinggi infeksi a) Setelah dilakukan tindakan  Mandiri

(kontak pasien) berhubungan keperawatan selama 3x24 jam


1.      - Anjurkan klien atau keluarga

dengan infeksi HIV didapatkan kriteria hasil : lainnya metode mencegah


b) a. Kontak pasien dan TIM tranmisi
  HIV dan kuman
kesehatan tidak terpapar HIV patogen lainnya
b)      b. Tidak terinfeksi pathogen Rasional :
lain seperti TBC Klien dan keluarga mau dan
memerlukan informasi ini
2.    - Gunakan darah dan cairan tubuh
precaution bila merawat klien.
Gunakan masker bila perlu
Rasional :
Mencegah transimisi infeksi
HIV ke orang lain.
3. Resiko tinggi volume Setelah dilakukan tindakan  Mandiri

cairan berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam


1.      - Kaji konsistensi dan frekuensi

output cairan yang berlebih didapatkan kriteria hasil : feses dan adanya darah

sekunder terhadap diare a)     a.  Perut tidak kembung Rasional :


b)     b. Tidak tegang Mendeteksi adanya darah dalam
c)      c. Fese lunak, warna normal feses
d)     d. Kram perut hilang 2.      - Auskultasi bunyi bising usus\
Rasional :
Hipermotiliti umumnya dengan
diare
 Kolaborasi
3.      - Atur agen antimortilitas dan
psilium (Metamucil) sesuai
anjuran dokter
Rasional :
Mengurangi mortilitas usus,
yang pelan, mmperburuk
perforasi pada intestinal
4.      - Berikan ointment A dan D,
vaselin atau zinc oside
Rasional :
Untuk menghilangkan detensi

f. Implementasi Keperawatan
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau
potensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai berdasarkan
NCP.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Peremcanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2,
(Terjemahan), EGC, Jakarta

Green. W, 2005, HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan (Terjemahan), HIV


i-base http://www.i-base.info

Noer, Sjaefullah, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Jilid I, FKUI,
Jakarta.
Kemenkes RI. 2015. Pedoman, Pelaksanaan perencaan penularan HIV dan
sivilis ibu dan anak bagi tenaga kesehatan : Kementrian Kesehatan

Manuaba, I.B.G, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC

Pantikawati, Ika & Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).


Yohyakarta: Muha Medika
Prawiroharjo, sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba


Medika

Romauli, Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan 1 (Konsep Dasar Asuhan


Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.
Sulistyawati, Ari dan Nugraheny, Esti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada
Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba MedikaHani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan
Kebidanan paa Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika

Mandriwati, G. A. 2012. Asuhan Kebidanan Antenatal Edisi 2. Jakarta: EGC

Manurung, Santa. 2010. Keperawatan Profesionan. Jakarta: Tim

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai