Tugas ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum mata kuliah Keperawatan
HIV/AIDS
Disusun oleh:
No. Bp : 1911312036
Kelompok :A
Kelas : 3A 2019
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIV/AIDS
A. Latar belakang
Data dari United National Joint Programme for HIV and AIDS (2013) menyatakan
bahwa pada tahun 2012 sekitar 35,3 juta orang di dunia hidup dengan HIV/ AIDS.
Pada tahun yang sama jumlah kasus baru HIV di dunia mencapai 2,3 juta kasus dan
kasus kematian karena AIDS mencapai 1,6 juta kasus.
Meningkatnya penularan HIV dari ibu ke anak menyebabkan program PPIA harus
segera dilaksanakan. Sesuai Pemodelan Matematik oleh Kementerian Kesehatan
(2012), prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan akan meningkat dari 0,38%
pada tahun 2012 menjadi 0,49% pada tahun 2016. Jumlah ibu hamil dengan HIV
positif yang membutuhkan layanan PPIA akan meningkat dari 13.189 orang pada
tahun 2012 menjadi 16.191 orang pada tahun 2016. Sejak Januari hingga September
2013, jumlah layanan PPIA yang dilaporkan di Indonesia adalah sebanyak 114
pelayanan dan telah melayani 4364 ibu hamil.
D. Materi Terlampir
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Cara Penularan HIV/AIDS
3. Penularan HIV dari Ibu kepada Bayinya
4. Pencegahan Penularan HIV Pada Ibu dan Anak
5. Pemberian Terapi Antirtroviral (ARV)
6. Persalinan Aman
7. Nutrisi Ibu dengan HIV/AIDS
8. Nutrisi Anak dengan HIV/AIDS
E. Metode
Ceramah dan Diskusi
F. Media
PPT
G. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 2 menit Mengucapkankan Menjawab salam
salam Mendengarkan
Perkenalan dan
Menyebutkan materi memperhatikan
yang akan diberikan
2. Inti 22 menit Menjelaskan& Mendengarkan
menyebutkan materi dan
tentang: memperhatikan.
Pengertian Mengajukan
HIV/AIDS pertanyaan
Cara Penularan kepada penyuluh
HIV/AIDS jika masih belum
Penularan HIV dari jelas.
Ibu kepada Bayinya
Pencegahan
Penularan HIV Pada
Ibu dan Anak
Pemberian Terapi
Antirtroviral (ARV)
Persalinan Aman
Nutrisi Ibu dengan
HIV/AIDS
Nutrisi Anak dengan
HIV/AIDS
H. Lampiran Materi
1. Pengertian HIV/AIDS
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan
gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi
didapat dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh masuknya virus HIV
(Human Immuno deficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae ke dalam
tubuh seseorang. AIDS juga didefinisikan sebagai kejadian penyakit yang
disifatkan oleh suatu penyakit yang menunjukkan adanya gangguan
immunoseluler, misalnya sarcoma kaposi atau satu atau lebih penyakit
opportunistic yang didiagnosis dengan cara yang dapat dipercaya.
Itulah sebabnya, ibu hamil yang positif HIV harus rutin melakukan
pemeriksaan darah untuk membantu ibu mendeteksi segala kemungkinan sedini
mungkin. Tindakan ini sangat membantu menentukan apa yang harus dilakukan
untuk menekan risiko kemungkinan tertular pada janin.
Untuk mengetahui proses penularan virus HIV dari ibu ke janin perlu
dilakukan pemeriksaan. Melalui serangkaian pemeriksaan, setidaknya dapat
diketahui kapan kemungkinan bayi mulai terinfeksi. Penularan dalam kandungan
terjadi melalui tali plasenta, saat terjadi pertukaran asupan makanan untuk janin.
Selain dapat menular sejak dalam kandungan, biasanya seorang anak dapat
mengalami HIV saat peristiwa persalinan. Pada tahap ini, bayi dapat tertular darah
atau cairan milik ibu yang terinfeksi HIV. Umumnya cairan ini mungkin telah
terminum oleh bayi, sehingga virus yang terkandung di dalamnya mulai
menginfeksi tubuh bayi.
Ibu yang positif terinfeksi HIV biasanya ditemukan virus pada cairan yang
keluar dari sekitar area organ intim. Di samping itu, sekitar 21 persen dari virus itu
juga ditemukan pada bayi yang dilahirkan. Hanya saja besarnya paparan pada
proses persalinan sangat dipengaruhi dengan beberapa faktor. Seperti kadar HIV
pada cairan vagina, cara persalinan, ulkus serviks, dan permukaan dinding vagina.
Selain itu, ada pula faktor infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, serta
persalinan prematur yang juga dapat memengaruhinya.
Perlu diketahui juga bahwa penularan HIV juga dapat terjadi selama ibu
menyusui bayi. Proses penularan melalui air susu ibu (ASI) bahkan dapat
meningkat hingga dua kali lipat. Risiko penularan melalui ASI dapat mencapai 5
hingga 20 persen. HIV dapat terkandung dalam ASI dalam jumlah yang cukup
banyak.
Sebagian besar (90%) infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari
ibu,hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses transfusi. Infeksi yang
ditularkan dari ibu ini kelak akan mengganggu kesehatan anak. Padahal
dengan intervensi yang mudah dan mampu laksana proses penularan sudah
dapat ditekan sampai sekitar 50%nya. Selain itu tindakan intervensi dapat
berupa pencegahan primer/primary prevention (sebelum terjadinyainfeksi),
dilaksanakan kepada seluruh pasangan usia subur, dengan kegiatan konseling,
perawatan dan pengobatan ditingkat keluarga. Sebagai langkah antisipasi maka
dalam Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2003-2007 ditegaskan bahwa
pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi merupakan program prioritas
(Kurniawan, 2013).
b. Tujuan
Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi bertujuan untuk:
Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Sebagian besar infeksi HIV
pada bayi disebabkan penularan dari ibu. Infeksi yang ditularkan dari ibu
ini kelak akan mengganggu kesehatan anak. Diperlukan upaya intervensi
dini yang baik, mudah dan mampu laksana guna menekan proses penularan
tersebut.
Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi. Dampak akhir
dari epidemi HIV berupa berkurangnya kemampuan produksi dan
peningkatan beban biaya hidup yang harus ditanggung oleh ODHA dan
masyarakat Indonesia di masa mendatang karena morbiditas dan mortalitas
terhadap Ibu dan Bayi. Epidemi HIV terutama terhadap Ibu dan Bayi
tesebut perlu diperhatikan, dipikirkan dan diantisipasi sejak dini untuk
menghindari terjadinya dampak akhir tersebut (Kurniawan, 2013).
Strategi pencegahan penularan HIV pada ibu hamil yang telah terinfeksi
HIV ini merupakan inti dari kegiatan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang komprehensif mencakup
kegiatan sebagai berikut:
Cara paling efektif untuk menekan replikasi HIV adalah dengan memulai
pengobatan dengan kombinasi ARV yang efektif. Semua obat yang dipakai harus
dimulai pada saat yang bersamaan pada pasien baru.Terapi kombinasi ARV harus
menggunakan dosis dan jadwal yang tepat.Obat ARV harus diminum terus
menerus secara teratur untuk menghindari timbulnya resistensi.Diperlukan peran
serta aktif pasien dan pendamping/keluarga dalam terapi ARV. Di samping ARV,
timbulnya infeksi oportunistik harus mendapat perhatian dan tata laksana yang
sesuai.
Pemberian ARV pada ibu hamil dengan HIV selain dapat mengurangi risiko
penularan HIV dari ibu ke anak, adalah untuk mengoptimalkan kondisi kesehatan
ibu dengan cara menurunkan kadar HIV serendah mungkin.
Pilihan terapi yang direkomendasikan untuk ibu hamil dengan HIV adalah
terapi menggunakan kombinasi tiga obat (2 NRTI + 1 NNRTI).Seminimal
mungkin hindari triple nuke (3 NRTI).
Data yang tersedia menunjukkan bahwa pemberian ARV kepada ibu selama
hamil dan dilanjutkan selama menyusui adalah intervensi PPIA yang paling efektif
untuk kesehatan ibu dan juga mampu mengurangi risiko penularan HIV dan
kematian bayi.
Pemberian ARV untuk ibu hamil dengan HIV mengikuti Pedoman Tata
laksana Klinis dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, Kementerian
Kesehatan (2011).Pemberian ARV disesuaikan dengan kondisi klinis ibu dan
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Ibu hamil merupakan indikasi pemberian ARV.
Untuk perempuan yang status HIV-nya diketahui sebelum kehamilan, dan
pasien sudah mendapatkan ART, maka saat hamil ART tetap diteruskan dengan
regimen yang sama seperti saat sebelum hamil.
Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui sebelum umur kehamilannya 14
minggu, jika ada indikasi dapat diberikan ART. Namun jika tidak ada indikasi,
pemberian ART ditunggu hingga umur kehamilannya 14 minggu. Regimen
ART yang diberikan sesuai dengan kondisi klinis ibu.
Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui pada umur kehamilan ≥ 14
minggu, segera diberikan ART berapapun nilai CD4 dan stadium klinisnya.
Regimen ART yang diberikan sesuai dengan kondisi klinis ibu.
Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui sesaat menjelang persalinan,
segera diberikan ART sesuai kondisi klinis ibu. Pilihan kombinasi regimen ART
sama dengan ibu hamil yang lain (PERMENKES RI, 2013).
6. Persalinan Aman
Pemilihan persalinan yang aman diputuskan oleh ibu setelah mendapatkan
konseling lengkap tentang pilihan persalinan, risiko penularan, dan berdasarkan
penilaian dari tenaga kesehatan. Pilihan persalinan meliputi persalinan per vaginam
dan per abdominam (bedah sesar atau seksio sesarea).
Penanganan nutrisi yang tepat pada anak dengan HIV/AIDS sangat penting
namun tetap dengan menerapkan aturan pengobatan antiretroviral (ART).
Pengobatan antiretroviral (ART) adalah jenis obat yang didapatkan penderita
HIV/AIDS untuk mengendalikan infeksi virus HIV/AIDS. Prinsip penanganannya
pun sama dengan klien HIV/AIDS usia dewasa. Penanganan nutrisi pada anak bisa
melalui orangtua anak (khususnya ibu) dengan memberikan konseling gizi. Selain
itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan nutrisi pada anak dengan
HIV/AIDS diantaranya :
Selalu ajarkan pada anak untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah makan.
Menghindari makanan yang diawetkan atau mengandung bahan pengawet.
Mengonsumsi kebutuhan makronutrien seperti makanan tinggi karbohidrat,
lemak dan tinggi protein hewani maupun nabati penting bagi anak dengan
HIV/AIDS.
Makanan tinggi karbohidrat diantaranya nasi, roti, kentang, ubi, sereal dan
umbi-umbian.
Makanan yang tinggi protein nabati diantaranya tahu, tempe, kacang kedelai dan
kacang-kacangan lainnya seperti kacang merah, kacang hijau dan kacang
polong.
Makanan yang tinggi protein hewani diantaranya telur, susu dan produk
turunannya seperti ikan air tawar, ikan laut, berbagai macam sea food, daging
ayam dan daging merah (daging sapi, daging kerbau atau daging kambing).
Makanan yang merupakan sumber lemak diantaranya telur, ikan, margarin,
mentega atau butter, buah alpukat, minyak kelapa dan minyak jagung.
Kastubi, Iman. 2020. HIV AIDS dan Perilaku Hidup Sehat Ibu Rumah Tangga Muslim di
Kabupaten Cianjur Tahun 2014. Tesis. Tidak diterbitkan. UIN Syarif Hidayatullah:
Jakarta.
Fitriana, R. (2016). Anak Perempuan Usia 3 Tahun dengan Malnutrisi dan Infeksi HIV Rizni
Fitriana A 3 Years Old Girl with Malnutrition and HIV Infection. 4(3), 133–137. Jusuf,
H., Ningsih, S., Otok, B. W., & Suharsono, A. (2016). PEMODELAN INFEKSI
OPURTUNISTIK PADA KASUS HIV / AIDS DENGAN MODERATING
KEPATUHAN TERAPI ARV. Jurnal Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo, 4(2).
Margareth, W., Manungkalit, E. M., Kurniati, N., & Arupah, U. (2020). Nutrition counseling
about general messages of balanced nutrition improve energy intake and haemoglobin
level among HIV children. Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics, 8(1), 30–38.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21927/ijnd.2020.8(1).30-38
Ningsih, Inka Kartika & Hastuti, Sari. 2018. KAJIAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK PADA ANTENATAL CARE OLEH BIDAN PRAKTIK
MANDIRI DI YOGYAKARTA. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6
Nomor 1 Januari – Juni 2018. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Yogyakarta Indonesia.
Selain, Maria Karolina. 2015. Pengaruh Manajemen Kasus HIV / AIDS Terhadap Kualitas
Hidup Pasien HIV / AIDS Di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong Papua Barat. Tesis.
Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.
UNAIDS. (2014). Guidance and Note : Food and nutrition for PLWHA. World Food
Programme.
UNAIDS. (2019). UNAIDS Data 2019 Reference. UNAIDS Joint United Nations
Programme on HIV/AIDS. unaids.org
http://papua.bkkbn.go.id/?p=624
http://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/550/manajemen-nutrisi-pada-anak-dengan-hiv-aids