Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN HIV/AIDS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS
Dosen : Ns.Viere Allanled Siauta, S.Kep.,M.Kep

DI SUSUN
Oleh :

NURHASANAH 202201301

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN T.A 2022/2023


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiv Aids” dapat diselesaikan pada
waktu nya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Keperawatan Hiv Aids, selain itu untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi pembaca
sehingga makalah ini dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu dengan rendah hati penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah yang akan datang.

i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B .Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi HIV/AIDS 3
B. Penularan HIV pada Ibu Hamil 3
C. Dampak HIV/AIDS pada Ibu Hamil dan Janin 4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS
A. Pencatatan dan Pengkajian 5
1. Riwayat Kesehatan dan Status HIV/AIDS 5
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan 5
B. Perencanaan Asuhan Keperawatan 6
1. Tujuan Asuhan Keperawatan 6
2. Rencana Tindakan Keperawatan 6
C. Implementasi Asuhan Keperawatan 6
1. Perawatan Medis 6
2. Edukasi dan Konseling 6
3. Dukungan Psikososial 6
D. Evaluasi Asuhan Keperawatan 7
1. Pemantauan Kesehatan Ibu Hamil dan Janin 7
2. Evaluasi Efektivitas Tindakan Keperawatan 7
BAB IV Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain 8
A. Dokter Spesialis Penyakit Menular 8
B. Bidan atau Perawat Kebidanan 8
C. Konselor atau Psikolog 8
D. Tim Sosial 9
BAB V. Kesimpulan 10
Saran 11
BAB VI. Daftar Pustaka 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester
pertama. Wanita hamil terimester pertama pada umumnya mengalami mual, muntah, nafsu
makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung
memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topik yang sangat sensitif sehingga banyak penelitian melibatkan anak-
anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap usaha dipastikan bahwa keluarga akan
merasa baik.

Penyakit AIDS (acquired Immunodeficiency syndrome) merupakan suatu


syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh retrovirus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertama
kali ditemukan oleh gottlieb di amerika serikat pada tahun 1981 dan virusnya ditemukan
oleh Luc montagnier pada tahun 1983.

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyebab penyakit dan


kematian yang ditemukan dikalangan perempuan dan anak-anak dinegara-negara dengan
tingkat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang tinngi. Transmisi HIV dari
ibu keanak (Mother To Child Transmission- MCTC) adalah rute infeksi HIV pada anak
yang paling signifikan. Beberapa intervensi telah terbukti efektif dalam mengurangi MTCT
termasuk pilihan persalinan secara caeseran, substitusi menyusui dan terapi antiretroviral
selama kehamilan, persalinan, dan pasca melahirkan. Jika intervensi ini di terapkan dengan
benar, maka dapat mengurangi MTCT sebesar 2%.

Ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah salah satu kelompok pasien yang
membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan kesehatan. Infeksi HIV/AIDS pada ibu
hamil dapat memberikan dampak yang signifikan pada kesehatan ibu dan janin yang
sedang dikandungnya. Oleh karena itu, pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan
komprehensif sangat penting untuk memastikan kesehatan dan keamanan ibu hamil serta
mengurangi risiko penularan HIV pada bayi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi HIV/AIDS


2. Bagaimana penularan HIV/AIDS pada ibu hamil
3. Bagaimana dampak HIV/AIDS pada ibu hamil dan janin
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS
5. Bagaimana pencatatan dan pengkajian asuhan keperawatan
6. Bagaimana perencanaan asuhan keperawatan
7. Bagaimana implementasi asuhan keperawatan
8. Bagaimana evaluasi asuhan keperawatan
9. Bagaimana kolaborasi dengan tim kesehatan lain

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah:
1. Meningkatkan pemahaman ibu tentang HIV/AIDS, termasuk metode penularan,
pengelolaan, dan tindakan pencegahan yang diperlukan.
2. Mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke janin atau bayi yang baru lahir.
3. Mempertahankan kesehatan ibu hamil dengan HIV/AIDS, termasuk mendukung kesehatan
fisik dan mental ibu.
4. Mengurangi komplikasi kesehatan yang mungkin timbul akibat infeksi HIV/AIDS selama
kehamilan.
5. Memberikan dukungan emosional dan psikososial kepada ibu hamil untuk mengatasi
stigma dan diskriminasi yang terkait dengan HIV/AIDS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Virus ini menginfeksi dan merusak sel-sel kekebalan tubuh, terutama sel-sel T CD4+,
yang berperan penting dalam melawan infeksi dan penyakit. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan rentan terhadap infeksi oportunistik, yaitu infeksi yang biasanya tidak
menyerang individu dengan kekebalan tubuh yang sehat.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah tahap lanjutan dari infeksi HIV. AIDS
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh telah terganggu secara signifikan oleh virus HIV, dan
individu tersebut rentan terhadap infeksi yang parah dan kanker yang jarang terjadi pada orang
yang sehat. Diagnosis AIDS ditegakkan berdasarkan kondisi klinis yang terkait dengan
kegagalan kekebalan tubuh dan hasil tes laboratorium yang menunjukkan jumlah sel T CD4+
yang sangat rendah.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh seperti air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, cairan anal, dan ASI dari individu yang terinfeksi HIV.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik
bersama yang terkontaminasi, atau transfusi darah yang tidak aman. Selain itu, ibu hamil juga
dapat menularkan virus HIV kepada janinnya selama kehamilan, persalinan, atau melalui ASI.
HIV/AIDS tidak memiliki vaksin atau obat yang dapat menyembuhkan sepenuhnya. Namun,
terapi antiretroviral (ARV) dapat digunakan untuk mengendalikan perkembangan virus HIV,
meningkatkan kualitas hidup individu yang hidup dengan HIV/AIDS, dan mengurangi risiko
penularan kepada orang lain. Pencegahan penularan HIV melalui edukasi, penggunaan kondom
saat berhubungan seksual, penggunaan jarum suntik steril, pemeriksaan darah sebelum
transfusi, dan pencegahan penularan vertikal kepada bayi juga merupakan bagian penting dari
upaya pengendalian HIV/AIDS.
B. Penularan HIV pada Ibu Hamil: Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat
ditularkan kepada ibu hamil melalui beberapa jalur penularan berikut:

➢ Penularan Vertikal: Ini adalah jalur utama penularan HIV dari ibu kepada janin selama
kehamilan, persalinan, atau menyusui. Penularan vertikal dapat terjadi saat ibu yang
terinfeksi HIV memindahkan virus kepada janinnya melalui darah atau cairan tubuh
lainnya. Penularan ini dapat terjadi dalam beberapa tahap, seperti:
a. Intrauterin: Penularan terjadi di dalam rahim selama kehamilan melalui aliran darah ibu
ke janin.
b. Saat Persalinan: Penularan dapat terjadi saat bayi melewati jalan lahir yang terpapar
cairan tubuh ibu yang terinfeksi HIV.

3
c. Melalui Air Susu Ibu (ASI): Ibu yang menyusui dapat menularkan HIV kepada bayi
melalui ASI.
➢ Penularan Non-Vertikal: Selain penularan vertikal, ibu hamil juga berisiko terinfeksi HIV
melalui jalur penularan yang sama seperti individu dewasa non-hamil, yaitu melalui
hubungan seksual yang tidak aman, menggunakan jarum suntik bersama yang
terkontaminasi, atau melalui transfusi darah yang tidak aman.
C. Dampak HIV/AIDS pada Ibu Hamil dan Janin:
➢ Dampak pada Ibu Hamil:
a. Gangguan Imunologi: HIV/AIDS menurunkan sistem kekebalan tubuh ibu,
meningkatkan risiko terhadap infeksi oportunistik, dan dapat memperburuk kesehatan
umum ibu hamil.
b. Kehamilan yang Rumit: Ibu hamil dengan HIV/AIDS mungkin mengalami komplikasi
kehamilan seperti keguguran, persalinan prematur, anemia, infeksi saluran kemih, atau
infeksi lainnya.
c. Perubahan Psikososial: Diagnosis HIV/AIDS dapat menyebabkan stres emosional dan
psikologis yang signifikan pada ibu hamil, termasuk rasa takut, depresi, dan
stigmatisasi.
➢ Dampak pada Janin:
a. Penularan HIV: Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV berisiko tinggi tertular
virus, baik selama kehamilan, persalinan, atau melalui ASI.
b. Gangguan Pertumbuhan: Janin yang terpapar HIV memiliki risiko lebih tinggi
mengalami pertumbuhan terhambat dan kelahiran prematur.
c. Komplikasi Infeksi: Bayi yang terinfeksi HIV memiliki risiko tinggi mengalami infeksi
oportunistik dan komplikasi kesehatan lainnya, seperti infeksi saluran pernapasan,
penyakit kulit, atau masalah neurologis.

4
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS

A. Pencatatan dan Pengkajian


1. Riwayat Kesehatan dan Status HIV/AIDS:
a. Riwayat Infeksi HIV/AIDS: Pada bagian ini, perawat perlu mendapatkan informasi tentang
saat diagnosis HIV/AIDS ditegakkan, apakah sudah ada gejala yang muncul, dan apakah
telah memperoleh perawatan sebelumnya.
b. Riwayat Pengobatan ARV: Perawat perlu menanyakan tentang penggunaan terapi
antiretroviral (ARV), apakah ibu hamil telah mengikuti regimen ARV yang
direkomendasikan dan apakah ada efek samping atau kepatuhan terhadap pengobatan.
c. Riwayat Komplikasi dan Infeksi Oportunistik: Penting untuk mengetahui apakah ibu hamil
pernah mengalami komplikasi kesehatan terkait HIV/AIDS, seperti infeksi oportunistik,
kanker, atau masalah kesehatan lainnya.
d. Riwayat Penggunaan Obat Terlarang dan Seksualitas: Perawat harus mengajukan
pertanyaan sensitif tentang riwayat penggunaan obat terlarang, praktik seksual, dan riwayat
penyalahgunaan narkoba yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan penularan
HIV/AIDS.
e. Riwayat Vaksinasi: Perawat perlu menanyakan apakah ibu hamil telah menerima vaksin
yang direkomendasikan, seperti vaksin hepatitis B, untuk melindungi kesehatan ibu dan
janin.
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
a. Usia Kehamilan: Perawat harus mengetahui usia kehamilan ibu, karena hal ini akan
mempengaruhi perencanaan dan penanganan persalinan.
b. Riwayat Kehamilan Terdahulu: Penting untuk menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya,
termasuk jumlah kehamilan, riwayat persalinan, dan komplikasi kehamilan sebelumnya
yang dapat mempengaruhi asuhan keperawatan saat ini.
c. Pemeriksaan Prenatal: Perawat perlu mengetahui frekuensi kunjungan prenatal, hasil
pemeriksaan, dan intervensi medis yang telah dilakukan selama kehamilan.
d. Status Kesehatan Janin: Perawat harus menanyakan apakah telah dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi, tes darah, atau tes lainnya untuk mengevaluasi kesehatan janin dan deteksi
kemungkinan komplikasi terkait HIV/AIDS pada janin.

5
B. Perencanaan Asuhan Keperawatan
1. Tujuan Asuhan Keperawatan:
a. Mencegah penularan HIV dari ibu kepada janin atau bayi yang baru lahir.
b. Meningkatkan kualitas hidup ibu hamil dengan HIV/AIDS melalui manajemen gejala,
pengobatan ARV yang tepat, dan perawatan yang komprehensif.
c. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, pencegahan penularan,
pengelolaan kesehatan, dan perencanaan kehamilan selanjutnya.
d. Memberikan dukungan emosional dan psikososial kepada ibu hamil dalam menghadapi
stigma dan diskriminasi terkait dengan HIV/AIDS.
2. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Rencana Persalinan: Perawat perlu mengetahui rencana persalinan ibu hamil, apakah
akan melahirkan secara normal atau melalui operasi sesar, serta pertimbangan medis
terkait penularan HIV kepada bayi.

b. Rencana Pengelolaan ASI: Jika ibu hamil berencana menyusui, perawat perlu
mengevaluasi pemahaman ibu tentang risiko penularan HIV melalui ASI dan
memberikan informasi tentang manajemen yang aman untuk mengurangi risiko
penularan HIV kepada bay

C. Implementasi Asuhan

1. Perawatan Medis:
a. Mengawasi penggunaan terapi antiretroviral (ARV) dan memastikan kepatuhan terhadap
pengobatan.
b. Memantau kesehatan ibu hamil secara teratur, termasuk tes darah untuk memantau jumlah
sel T CD4+ dan viral load HIV.
c. Memberikan perawatan yang tepat untuk mencegah dan mengelola infeksi oportunistik.
2. Edukasi dan Konseling:
a. Memberikan informasi yang akurat tentang HIV/AIDS, cara penularannya, dan strategi
pencegahan penularan kepada ibu hamil dan pasangan.
b. Menjelaskan pentingnya kepatuhan terhadap terapi ARV, pengelolaan kesehatan, dan
manajemen kehamilan.
c. Memberikan dukungan emosional dan konseling terkait dengan stres, kecemasan, dan
perubahan sosial yang mungkin dialami oleh ibu hamil.
3. Dukungan Psikososial:
a. Mengidentifikasi dan mengatasi stigma terkait HIV/AIDS melalui pendekatan yang
empatik dan mendukung.
b. Menyediakan dukungan sosial melalui kelompok dukungan atau sumber daya komunitas
yang ada.
6
c. Membantu ibu hamil dalam mengembangkan strategi pengelolaan stres dan
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

D. Evaluasi Asuhan Keperawatan


1. Pemantauan Kesehatan Ibu Hamil dan Janin:
• Melakukan pemantauan kesehatan ibu hamil secara teratur, termasuk tes darah untuk
memantau jumlah sel T CD4+ dan viral load HIV.
• Memantau kesehatan janin melalui pemeriksaan ultrasonografi dan tes laboratorium
yang diperlukan.
• Menilai pertumbuhan dan perkembangan janin serta memantau adanya komplikasi
terkait HIV/AIDS.
2. Evaluasi Efektivitas Tindakan Keperawatan:
• Mengukur tingkat kepatuhan ibu hamil terhadap terapi antiretroviral (ARV) dan
pengelolaan kesehatan secara keseluruhan.
• Mengevaluasi perubahan dalam jumlah sel T CD4+ dan viral load HIV setelah
pengobatan ARV.
• Mengamati kemajuan dalam mencegah penularan HIV kepada bayi melalui penerapan
strategi pencegahan vertikal.
• Menilai pemahaman ibu hamil tentang HIV/AIDS, pencegahan penularan, dan
manajemen kesehatan.
• Mengevaluasi tingkat stres, kecemasan, dan stigma terkait dengan HIV/AIDS serta
memberikan dukungan yang sesuai.
Dalam evaluasi, perawat perlu mengidentifikasi apakah asuhan keperawatan yang diberikan
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika ada kekurangan atau perubahan yang perlu
dilakukan, perawat dapat melakukan penyesuaian rencana tindakan keperawatan untuk
memastikan efektivitas yang optimal dalam merawat ibu hamil dengan HIV/AIDS. Evaluasi
yang baik akan membantu perawat menilai keberhasilan intervensi dan mengidentifikasi area
yang memerlukan perhatian lebih lanjut.

7
BAB IV
KOLABORASI DENGAN
TIM KESEHATAN LAIN

A. Dokter Spesialis Penyakit Menular:

• Kolaborasi dengan dokter spesialis penyakit menular yang berpengalaman dalam


pengobatan dan manajemen HIV/AIDS.

• Membantu dalam merencanakan dan memantau terapi antiretroviral (ARV) yang sesuai
untuk ibu hamil.

• Berkonsultasi mengenai pengobatan infeksi oportunistik atau komplikasi kesehatan lain


yang terkait dengan HIV/AIDS.

• Melakukan pemantauan terhadap kemajuan pengobatan dan penilaian kesehatan secara


keseluruhan.

B. Bidan atau Perawat Kebidanan:

• Kolaborasi dengan bidan atau perawat kebidanan dalam perencanaan dan penanganan
persalinan ibu hamil dengan HIV/AIDS.

• Membahas rencana persalinan yang aman dan strategi pencegahan penularan HIV kepada
bayi.

• Melakukan pemantauan kesehatan ibu hamil selama kehamilan, termasuk pemantauan


pertumbuhan janin dan deteksi dini komplikasi terkait HIV/AIDS.

• Memberikan edukasi dan dukungan pada ibu hamil terkait perawatan prenatal, persiapan
persalinan, dan perawatan pasca persalinan.

C. Konselor atau Psikolog:

• Kolaborasi dengan konselor atau psikolog yang berpengalaman dalam memberikan


dukungan emosional dan psikososial kepada ibu hamil dengan HIV/AIDS.

• Menyediakan konseling individu atau kelompok untuk membantu ibu hamil mengatasi
stres, kecemasan, dan stigma terkait dengan HIV/AIDS.

• Memberikan dukungan dalam menghadapi perubahan sosial, perubahan identitas, dan


kesiapan mental terkait kehamilan dan persiapan menjadi orang tua.

• Membantu dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mental ibu hamil dengan
HIV/AIDS.

8
D. Tim Sosial:

• Kolaborasi dengan tim sosial, seperti pekerja sosial atau konselor sosial, untuk membantu
ibu hamil mengakses sumber daya sosial, keuangan, dan perawatan yang dibutuhkan.

• Memberikan dukungan dalam mengatasi masalah sosial, termasuk stigma, diskriminasi,


dan isolasi sosial yang dapat dialami oleh ibu hamil dengan HIV/AIDS.

• Membantu dalam mendapatkan bantuan finansial, program dukungan masyarakat, dan


akses ke layanan kesehatan dan perawatan yang diperlukan.

• Mengoordinasikan dengan tim sosial untuk mendukung ibu hamil dalam proses
perencanaan kehamilan berikutnya dan memastikan adanya dukungan yang kontinu.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain ini penting untuk memberikan asuhan yang
komprehensif dan holistik kepada ibu hamil dengan HIV/AIDS. Kerjasama tim yang efektif
akan memastikan bahwa perawatan medis, dukungan psikososial, dan pelayanan sosial dapat
terkoordinasi dengan baik.

9
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah pendekatan yang
komprehensif dan holistik untuk memberikan perawatan yang optimal dan mendukung
kesehatan dan kualitas hidup ibu hamil tersebut. Melalui asuhan keperawatan yang tepat,
tujuan utama adalah mencegah penularan HIV dari ibu kepada janin atau bayi yang baru lahir,
serta meningkatkan kualitas hidup ibu hamil dengan HIV/AIDS.

Perawatan medis yang terdiri dari pengawasan terapi antiretroviral (ARV), pemantauan
kesehatan secara teratur, dan pengelolaan komplikasi kesehatan yang terkait dengan
HIV/AIDS merupakan bagian penting dari asuhan keperawatan. Selain itu, edukasi dan
konseling kepada ibu hamil dan pasangan mengenai HIV/AIDS, pencegahan penularan,
manajemen kesehatan, dan persiapan kehamilan selanjutnya juga menjadi fokus dalam asuhan
keperawatan.

Dukungan psikososial juga diberikan kepada ibu hamil untuk membantu mengatasi stigma,
kecemasan, dan perubahan sosial yang mungkin terjadi akibat HIV/AIDS. Tim kesehatan lain,
seperti dokter spesialis penyakit menular, bidan atau perawat kebidanan, konselor atau
psikolog, dan tim sosial, berkolaborasi untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan
terkoordinasi.

Pemantauan kesehatan ibu hamil dan janin secara rutin menjadi penting dalam asuhan
keperawatan, termasuk pemantauan jumlah sel T CD4+ dan viral load HIV, pertumbuhan
janin, dan deteksi dini komplikasi terkait HIV/AIDS. Evaluasi efektivitas tindakan
keperawatan dilakukan untuk menilai keberhasilan intervensi dan memastikan bahwa
perawatan yang diberikan telah mencapai tujuan yang ditetapkan.

Dalam kesimpulannya, asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS melibatkan
perawatan medis, edukasi dan konseling, dukungan psikososial, pemantauan kesehatan,
evaluasi efektivitas tindakan keperawatan, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dengan
pendekatan ini, diharapkan ibu hamil dengan HIV/AIDS dapat menghadapi kondisi mereka
dengan lebih baik, mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi, serta meningkatkan kualitas
hidup ibu hamil tersebut.
10
B. Saran
Berikut adalah beberapa saran asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada ibu hamil
dengan HIV/AIDS:
1. Edukasi dan Konseling:
• Berikan informasi yang akurat dan komprehensif tentang HIV/AIDS kepada ibu hamil
dan keluarganya, termasuk metode penularan, pencegahan penularan, pengobatan, dan
perawatan.
• Sediakan waktu untuk menjawab pertanyaan dan kekhawatiran ibu hamil serta
memberikan dukungan emosional.
• Diskusikan pentingnya kepatuhan terhadap terapi antiretroviral (ARV) dan tindak
lanjut medis yang diperlukan selama kehamilan dan setelahnya.
2. Pemantauan Kesehatan dan Pengobatan:
• Lakukan pemeriksaan dan pengujian HIV secara rutin pada ibu hamil untuk memantau
status infeksi dan tingkat virus dalam tubuh.
• Pastikan ibu hamil mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) yang sesuai dan konsisten
dengan panduan medis terkini.
• Pantau dan tinjau respons terhadap terapi ARV serta atasi efek samping yang mungkin
timbul.
• Monitor pertumbuhan janin secara teratur melalui pemeriksaan kehamilan dan
ultrasonografi.
3. Pencegahan Penularan HIV:
• Ajarkan ibu hamil mengenai pentingnya menghindari praktik berisiko yang dapat
menyebabkan penularan HIV kepada bayi, seperti transfusi darah yang tidak aman,
jarum suntik bersama, dan hubungan seks tanpa pengaman.
• Berikan penekanan pada pentingnya menghindari menyusui bayi secara alami (ASIP
eksklusif) dan memberikan formula susu yang aman untuk bayi.
• Bantu ibu hamil memahami dan mengikuti langkah-langkah pencegahan penularan
HIV selama persalinan, termasuk persalinan sesar elektif jika diperlukan.
4. Dukungan Fisik dan Psikososial:
• Berikan dukungan emosional dan psikososial kepada ibu hamil untuk membantu
mengatasi stres, kecemasan, dan stigma terkait dengan HIV/AIDS.
• Bantu ibu hamil dalam membangun jaringan dukungan, baik dari keluarga, teman,
maupun kelompok pendukung HIV/AIDS.
11
• Ajarkan teknik relaksasi dan strategi manajemen stres yang dapat membantu ibu hamil
menjaga kesehatan fisik dan mentalnya.
• Fasilitasi akses ibu hamil ke layanan konseling dan dukungan psikososial yang
tersedia.
5. Kolaborasi Tim Perawatan:
• Kerja sama dengan tim medis lainnya, seperti dokter kandungan, perawat spesialis
HIV/AIDS, ahli gizi, dan konselor, untuk memberikan perawatan yang holistik bagi
ibu hamil.
• Koordinasikan perencanaan dan persiapan persalinan dengan tim medis, termasuk
penentuan waktu yang tepat untuk melakukan tindakan pencegahan penularan HIV
kepada bayi.
• Lakukan konsultasi dengan tenaga medis yang berkompeten dalam manajemen
kehamilan dengan HIV

12
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. (2013). Consolidated guidelines on the use of antiretroviral


drugs for treating and preventing HIV infection: recommendations for a public health
approach. World Health Organization.

2. Centers for Disease Control and Prevention. (2021). HIV and Pregnancy. Retrieved from
https://www.cdc.gov/pregnancy/hiv/index.html

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Nasional Tatalaksana


Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

4. Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2014). Brunner & Suddarth's
Textbook of Medical-Surgical Nursing. Wolters Kluwer Health.

5. Taylor, C. L., Yee, L. M., Cheung, S. T., & Srinivas, S. K. (2016). The association between
HIV status and antenatal hospitalization in pregnancy. American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 215(1), 99.e1-99.e7.

6. Ayiasi, R. M., Moyer, C. A., Luginaah, I. N., & Kuguyo, R. K. (2017). Factors influencing
utilization of antenatal care services among pregnant women in rural communities in
Africa: a systematic review. BMC Pregnancy and Childbirth, 17(1), 1-13.

7. Nduati, R., John, G., Mbori-Ngacha, D., Richardson, B., Overbaugh, J., Mwatha, A., ... &
Kreiss, J. (2000). Effect of breastfeeding and formula feeding on transmission of HIV-1: a
randomized clinical trial. JAMA, 283(9), 1167-1174.

8. Ekstrand, M. L., Bharat, S., & Ramakrishna, J. (2012). HIV/AIDS stigma: Deepening the
theoretical understanding of stigma and exploring its implications for HIV/AIDS
prevention interventions. SAHARA-J: Journal of Social Aspects of HIV/AIDS, 9(3), 127-
133.

13
9. Turan, J. M., Nyblade, L., & HIV Stigma Research Team. (2013). HIV-related stigma as a
barrier to achievement of global PMTCT and maternal health goals: a review of the
evidence. AIDS and Behavior, 17(7), 2528-2539.

10. World Health Organization. (2016). Consolidated guidelines on the use of antiretroviral
drugs for treating and preventing HIV infection: recommendations for a public health
approach - Second edition. World Health Organization.

14

Anda mungkin juga menyukai