Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

DAMPAK PSIKOLOGIS IBU HAMIL DENGAN HEPATITIS B

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Terapan


Kebidanan Jurusan Kebidanan Tahun Akademik 2022 / 2023

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 37

Dwi Wahyu Cahyaningsih (P07124122076A)


Eka Putri Andayani (P07124122077A)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul “Metode Terapi
dalam pelayanan kebidanan dengan setting home care pada asuhan layanan kehamilan”
Tak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu proses pembuatan tugas kelompok ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada :

1. dr.Yopi Harwinanda Ardesa, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Mataram


2. Ibu Fitra Arsy Nur Cory’ah, SST.,M.Keb selaku Dosen pengajar Mata kuliah Psikologi
Perkembangan di Poltekkes Kemenkes Mataram

Dalam pembuatan tugas kelompok ini ini, penyusun menyadari masih banyak
kekurangan, sehingga penyusun mengharapkan sumbangan saran yang membangun.
Semoga tugas kelompok ini bermanfaat bagi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram dan
yang membaca.

Sumbawa, 17 Februari 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi prioritas pembangunan dunia
dan masuk ke dalam tujuanke-3 dari Sustainable Development Goals (SDGs) PBB
yaitu ensure healthylives and promote well-being for all at all ages atau diartikan
sebagai kehidupan yang sehat dan sejahtera. Negara-negara di dunia
mengembangkan program-program kesehatan baik secarapromotif, preventif
maupun kuratif untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Berbagai program
promotif dan preventif khususnya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
telah dikembangkan, salah satunya adalahimunisasi untuk pencegahan penyakit
menular dari ibu ke anak (United Nations, 2018).
WHO memperkirakan 257 juta orang penduduk di dunia hidup dengan virus
Hepatitis B kronis. Sejumlah besar penduduk yang tertular Hepatitis B adalah
mereka yang lahir sebelum adanya program imunisasi Hepatitis B. Sampai dengan
tahun 2015 WHO memperkirakan 1,34 juta angka kematian karena hepatitis
kronis, sirosis dan kanker hati. Peningkatan angka kematian tersebut mencapai
22% sejak tahun 2000. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat, karena
penularan vertikal dari ibu ke bayi sangat berpotensi menjadi sirosis hati dan
kematian (WHO, 2017).
Penularan virus Hepatitis B ini ada dua cara, yaitu secara vertikal dan
horizontal melalui cairan tubuh penderita seperti darah, air liur, cairan cerebrospinalis,
cairan vagina dan cairan tubuh lainnya. Penularan secara vertikal adalah penularan
yang terjadi pada saat masa perinatal, yaitu penularan dari ibu kepada bayinya, jika
seorang ibu hamil carier Hepatitis B dan HbsAg positif, maka bayi yang dilahirkan 90%
kemungkinan terinfeksi dan menjadi carrier. Kemungkinan 25% dari jumlah tersebut
akan meninggal karena Hepatitis kronik atau kanker hati. Dalam Profil Kesehatan
Indonesia 2020 Infeksi Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya.
Prevalensi Hepatitis B pada ibu hamil adalah 2,5%. Risiko penularan dari ibu ke anak
untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90%. Dengan banyaknya jumlah penduduk
Indonesia, angka diatas termasuk ke dalam angka yang cukup tinggi sehingga
diperlukan adanya perhatian yang lebih untuk menanganinya (Kemenkes, 2017)
Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B, terbesar
kedua di Negara South East Asean Region (SEAR) setelah Myanmar. Terjadi
penigkatan prevalensi pengidap hepatitis pada semua umur, dari 0,6 % tahun 2007
menjadi 12 % tahun 2013. Ibu hamil di Indonesia yang terinfeksi virus hepatitis B
diperkirakan 1-5 %. (Depkes RI, 2013).
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B, yang dapat ditularkan melalui
transmisi vertikal dan horizontal. Menurut WHO, penularan terbesar hepatitis
B di dunia terjadi akibat transmisi vertikal, yaitu transmisi dari ibu ke bayi. Penularan
vertikal 95% terjadi pada masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intrauterine. Risiko
terinfeksi akibat transmisi vertical dilaporkan mencapai 70-90% pada bayi yang lahir
dari ibu dengan antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) dan antigen e hepatitis B
(HBeAg) positif. Penularan yang terjadi saat bayi baru lahir memiliki risiko sebesar 95%
akan menjadi hepatitis B kronik (Aditya Josua Elvon et al., 2019)
Karena tingginya penularan hepatitis B secara vertikal antara ibu dan bayi
saat melahirkan, sekitar 90% ibu dengan hasil positif hepatitis B atau HBsAg akan
mengurangi infeksi HBV anaknya dan mungkin menjadi pembawa HBV. Tes HBsAg
pada ibu hamil sebelum melahirkan dapat dilakukan skrining adanya penularan
hepatitis B. Risiko penularan hepatitis B dengan hasil tes HBsAg positif berbahaya bagi
janin ibu karena akan mengancam keselamatan ibu dan bayi. Selain itu, risiko
penularan infeksi hepatitis B saat melahirkan juga dapat terjadi, yaitu tenaga medis
yang membantu ibu hamil saat melahirkan. Dalam menangani pasien (terutama ibu
hamil), tenaga medis tentunya akan lebih memperhatikan keselamatan ibu dan bayi
daripada keselamatan dan keamanannya.(Dunggio, 2020)
Hepatitis merupakan satu diantara banyak penyebab kematian wanita di
dunia dan merupakan satu dari banyak kasus keganasan hepatoseluler di negara
berkembang. Pada wanita hamil penyakit ini dapat menyebabkan efek koagulasi,
kegagalan organ, dan peningkatan mortalitas maternal pada bayi baru lahir sedangkan
pada bayi dapat menyebabkan asfiksia dan berat badan lahir rendah (BBLR). Ibu hamil
sangat perlu mengetahui tentang penyakit Hepatitis B dan mempunyai sikap yang
positif tentang Hepatitis B sehingga mereka dapat melakukan pencegahan agar tidak
terjadi penularan baik ke ibu maupun janinnya, upaya yang dapat dilakukan untuk
pencegahan adalah kewaspadaan universal dengan menghindari hubungan seksual
dan pemakaian alat atau bahan dari pengidap, skrining ibu hamil terutama pada daerah
prevalensi Hepatitis B yang tinggi dan pemberian vaksin Hepatitis B (Nova Revika.,
2022)
Saat ini, petugas kesehatan di Puskesmas sudah mempunyai data konkrit
terkait ibu hamil yang menderita Hepatitis B sehingga sudah memiliki perencanaan
yang baik untuk penerapan asuhan kebidanan pada proses persalinannya. Konseling
tentang persiapan menghadapi persalinan pada ibu hamil tersebut dilakukan pada saat
ibu hamil datang ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya dengan
rata-rata kunjungan satu bulan sekali (Rusyanti et al., 2022)

B. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini yaitu :
1. Untuk memahami definisi dari Hepatitis B
2. Untuk mengetahui etiologi dari Hepatitis B
3. Untuk mengetahui Cara Penularan Hepatitis B
4. Untuk mengetahui klasifikasi Hepatitis B
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hepatitis B
6. Untuk mengetahui antigen Hepatitis B
7. Untuk mengetahui dampak Hepatitis B pada ibu hamil
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Hepatitis B pada ibu hamil
9. Menganalisis faktor resiko terkait kecemasan pada ibu hamil dengan Hepatitis B

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dalam
sumber teori terkait dampak psikologi ibu hamil dengan hepatitis B sehingga
institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu dan kualitas mahasiswa
b. Bagi Profesi Bidan dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar kewaspadaan
terhadap dampak psikologi ibu hamil dengan hepatitis B dan dapat memberikan
upaya preventif untuk penanganan kejadian ibu hamil dengan hepatitis B

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis Selanjutnya
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian
selanjutnya, sehingga dapat melakukan penelitian lebih baik lagi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Semoga Dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan sebagai masukan
dan menambah referensi tentang dampak psikologi ibu hamil dengan hepatitis B
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Hepatitis B
1. Pengertian Hepatitis B
adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi
sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6
bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh
secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama 6
bulan (Aini, 2017)

2. Etiologi
Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung
genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver
dan terus berkembangbiak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Serangan ini
mengakibatkan sistem kekebalan tubuh memberikan reaksi dan perlawanan
terhadap virus tersebut. Apabila tubuh berhasil melakukan perlawanan maka virus
dapat terbasmi habis, tetapi jika tidak berhasil virus akan tetap tinggal dan
menyebabkan Hepatitis B kronis sehingga penderita akan menjadi carrier atau
pembawa virus seumur hidupnya. Proses ini menyebabkan liver akan mengalami
peradangan (Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)

3. Cara Penularan
Penularan virus Hepatitis B ini ada dua cara. Hepatitis B akut memiliki masa
inkubasi 60-90 hari. Penularannya vertikal 95% terjadi masa perinatal (saat
persalinan) dan 5% intra uterine. Transmisi Hepatitis B dapat menyebar secara
vertikal (dari ibu ke anak) atau horizontal (dari satu individu ke individu lainnya).
Pada daerah yang endemik, transmisi umumnya secara vertikal, terutama saat
masa perinatal dan 95% bayi yang tertular saat masa perinatal akan menjadi
Hepatitis B kronik. Sementara itu, transmisi secara horizontal dapat melalui tranfusi
darah, jarum suntik yang tercemar, pisau cukur, tatto, atau transplantası organ.
Makin tinggi kadar HBV DNA pada ibu hamil, mempunyai risiko 3,5 kali penularan
pada bayinya (Aini, 2017).
4. Klasifikasi Hepatitis B
Menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016), Hepatitis B
dibagi menjadi dua, yakni :
a. Hepatitis B Akut
Hepatitis B Akut merupakan hepatitis B dari golongan virus DNA yang
penularannya vertikal 95% terjadi saat masa perinatal (saat persalinan) dan 5%
intrauterin. Penularan Horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar,
pisau cukur, tatto dan transplantasi organ. Hepatitis B akut memiliki masa
inkubasi 60-90 hari.
b. Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik merupakan perkembangan dari Hepatitis B akut. Usia
saat terjadi infeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat
bayi maka 95% akan menjadi Hepatitis kronik. Sedangkan bila penularan terjadi
saat usia balita, maka 20- 3% menjadi penderita Hepatitis B kronik dan bila
penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis kronik
(Nova Revika., 2022)

5. Manifestasi Klinis
Menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016), beberapa
gejala yang ditimbulkan pada penderita Hepatitis B yakni :
a. Hepatitis B akut
1) Malaise/lesu/kelelahan
2) Nafsu makan menurun.
3) Demam ringan.
4) Nyeri abdomen sebelah kanan
5) Kencing berwarna seperti teh.
6) Ikterik
a. Hepatitis B kronis
1) HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) positif
2) HbeAg (Hepatitis B E-Antigen, anti-Hbe dalam serum, kadar ALT (Alanin
Amino Transferase), HBV DNA (Hepatitis BVirus-Deoxyyribunukleic Acid)
positif.
3) Berlangsung >6 bulan
4) Asimtomatik (tanpa tanda dan gejala)
(Nova Revika., 2022)
6. Antigen Hepatitis B
HBsAg atau Hepatitis B Surface Antigen merupakan antigen permukaan
hepatitis B yang ditemukan pada permukaan virus dan pada partikelnya, serta
berbentuk tubular yang tidak melekat. Adanya antigen ini menunjukkan infeksi akut
atau karier kronik (didefinisikan sebagai > 6 bulan). Antibodi terhadap antigen
permukaan akan terjadi setelah infeksi alamiah atau dapat ditimbulkan oleh
imunisasi hepatitis B. HBsAg dapat terdeteksi setelah terinfeksi dan 1-6 minggu
sebelum muncul gejala klinisnya. Uji untuk menunjukkan keberadaan HBsAg
merupakan cara standar yang digunakan untuk mengidentifikasi infeksi awal oleh
VHB (Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)

B. Ibu Hamil dengan Hepatitis B


1. Diagnosis hepatitis B pada ibu hamil
merupakan salah satu bagian dari upaya untuk menurunkan transmisi vertikal
dari maternal. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan
untuk melakukan skrining hepatitis B surface antigen (HBsAg) setiap wanita hamil
pada setiap kehamilan, bahkan jika sebelumnya terdapat riwayat skrining maupun
vaksinasi. Ibu dengan hasil skrining positif diharapkan dapat dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk menegakkan diagnosis hepatitis B (Nova Revika., 2022)

2. Dampak Hepatitis B Pada Kehamilan


Infeksi Hepatitis B kronis atau akut pada kehamilan sama dengan populasi
pada umumnya. Infeksi hepatitis B menyebabkan peningkatan mortalitas maupun
menyebabkan efek teratogenik. Namun, pada infeksi VHB akut insidensi untuk
terjadinya berat bayi lahir rendah dan prematur lebih tinggi. Dimana diabetes
gestasional, perdarahan antepartum dan persalinan prematur lebih sering terjadi
pada infeksi hepatitis b kronik.
Kelahiran prematur meningkat sebesar 25-35%, yang kemungkinan
disebabkan karena keadaan penyakitnya berat, pengaruh virus pada janin atau
plasenta. Tidak didapatkannya efek teratogenik maupun kondisi akut pada janin,
sehingga dianggap outcome bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan HbsAg positif
dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak terinfeksi hepatitis B. pada umumnya
yang dipermasalahkan adalah penularan vertical dari ibu ke janinnya saja. Bila ibu
terinfeksi pada Trimester I dan II maka penularan vertikalnya hanya sebesar 10%
saja, namun saat ibu terinfeksi pada Trimester III , penularan vertikalnya menjadi
lebih tinggi yaitu 76% (Nova Revika., 2022)
3. Penataklasanaan
Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan terapi bagi wanita usia
reproduktif yang terinfeksi virus Hepatitis B diantaranya adalah keamanan saat
bersalin dan menyusui, efektivitas agen terapi, lama masa terapi dan yang paling
penting adalah akibat dari terapi tersebut bagi ibu dan janin.
Keputusan untuk memulai terapi selama kehamilan harus
mempertimbangkan beberapa hal mengenai resiko dan keuntungan bagi ibu serta
janin yang dikandungnya, bahkan harus pula dipikirkan mengenai kapan atau pada
trimester berapa terapi harus dimulai. Pada kasus Hepatitis B akut, tidak diberikan
penanganan khusus, penanganan hanya berupa tirah baring (bedrest) dan tinggi
protein, diet rendah lemak. Sedangkan indikasi untuk rawat inap seperti anemia
berat, diabetes, mual muntah hebat, gangguan protrombin time, kadar serum
albumin yang rendah, kadar bilirubin >15mg/dl.
Bagi wanita hamil yang merasa dirinya telah terpapar dengan virus Hepatitis
B dapat diberikan immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) untuk melawan virus tersebut,
idealnya diberikan dalam 72 jam pertama setelah paparan. Selain itu, sebagai
profilaksis, pasien tersebut dapat diberikan vaksin Hepatitis B dalam 7 hari pertama
setelah terpapar, dilanjutkan dengan 1 dosis pada bulan berikutnya (vaksin yang
kedua) dan 1 dosis (vaksin yang ketiga) lagi setelah 5 bulan dari vaksin ke dua atau
6 bulan dari saat terpapar. Pada kasus tertentu, obat-obatan antiviral harus
digunakan. Terdapat 7 pengobatan antivirus yang telah diterima oleh Food & Drugs
Administration (FDA) sebagai terapi untuk Hepatitis B yaitu Interferon alfa-2b,
Pegylated Interferon-2a, Lamivudine, Adefovir, Telbivudine, Entecavir, dan
Tenofovir, namun tidak satupun dari obat-obat tersebut yang bisa digunakan pada
ibu hamil (Nova Revika., 2022)

4. Analisis dampak Ibu hamil dengan Hepatitis B


Seorang ibu hamil yang terdiagnosis terkena hepatitis B dapat mengalami
kecemasan yang dirasakan oleh ibu maupun keluarga. Dari timbulnya kecemasan
dapat memicu ibu untuk berfikir negative atau lainnya. kecemasan adalah kondisi
emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan
pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta
tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas (Annisa & Ifdil,
2016).
Peningkatan kecemasan pada masa prenatal dan gejala depresi akan
meningkatkan risiko postpartum depresi, serta infeksi prenatal dan tingkat penyakit.
Kecemasan prenatal dan munculnya gejala depresi juga dapat menyebabkan
perubahan aktivitas fisik, nutrisi dan tidur, yang pada gilirannya memengaruhi
suasana hati ibu dan perkembagan janin (Sembiring, 2021). Dampak buruk dari
kecemasan ibu hamil memicu terjadinya rangsangan kontraksi rahim. Akibat dari
kondisi tersebut dapat meningkatkan tekanan darah sehingga mampu memicu
terjadinya preeklamsi dan keguguran. Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
dan bayi prematur juga merupakan dampak negatif dari kecemasan ibu hamil
(Hasim, 2018).
Sehingga kebutuhan psikologis ibu hamil seperti dukungan suami, dukungan
keluarga, Dukungan dari tenaga kesehatan akan tercipta rasa aman dan nyaman
selama kehamilan Ibu hamil membutuhkan perasaan aman dan nyaman yang
didapat dari diri sendiri dan orang sekitar. Untuk memperoleh rasa aman dan
nyaman maka ibu hamil sendiri harus dapat menerima kehamilan dengan senang
hati (Sembiring, 2021).
BAB III

ANALISIS FAKTOR RESIKO

Analasis dari kasus kecemasan ibu hamil dengan Hepatitis B

1. Menurut WHO, penularan terbesar hepatitis B di dunia terjadi akibat transmisi vertikal,
yaitu transmisi dari ibu ke bayi. Penularan vertikal 95% terjadi pada masa perinatal (saat
persalinan) dan 5% intrauterine. Risiko terinfeksi akibat transmisi vertical dilaporkan
mencapai 70-90% pada bayi yang lahir dari ibu dengan antigen permukaan hepatitis B
(HBsAg) dan antigen e hepatitis B (HBeAg) positif. Penularan yang terjadi saat bayi baru
lahir memiliki risiko sebesar 95% akan menjadi hepatitis B kronik.
2. Dampak buruk dari kecemasan ibu hamil memicu terjadinya rangsangan kontraksi
rahim. Akibat dari kondisi tersebut dapat meningkatkan tekanan darah sehingga mampu
memicu terjadinya preeklamsi dan keguguran. Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dan bayi prematur juga merupakan dampak negatif dari kecemasan ibu hamil.
3. Penatalaksanaan bagi wanita hamil yang merasa dirinya telah terpapar dengan virus
Hepatitis B dapat diberikan immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) untuk melawan virus
tersebut, idealnya diberikan dalam 72 jam pertama setelah paparan. Selain itu, sebagai
profilaksis, pasien tersebut dapat diberikan vaksin Hepatitis B dalam 7 hari pertama
setelah terpapar
4. Untuk Saat ini, petugas kesehatan di Puskesmas sudah mempunyai data konkrit terkait
ibu hamil yang menderita Hepatitis B sehingga sudah memiliki perencanaan yang baik
untuk penerapan asuhan kebidanan pada proses persalinannya. Konseling tentang
persiapan menghadapi persalinan pada ibu hamil tersebut dilakukan pada saat ibu hamil
datang ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya dengan rata-rata
kunjungan satu bulan sekali
5. Dalam jurnal Dedi Apriadi tahun 2021 yang membahas tentang Analisis faktor
keikutsertaan screening hepatitis B pada ibu hamil, ternyata Beberapa faktor yang
diduga memiliki keterkaitan dengan keikutsertaan screening hepatitis B pada ibu hamil
yaitu tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, peran suami dan tenaga
kesehatan. Ibu hamil yang pada saat di screening ternyata positif terkena Hepatitis B
akan mengalami kecemasan saat hamil walapun demikian kebutuhan psikologis ibu
hamil seperti dukungan suami, dukungan keluarga, Dukungan dari tenaga kesehatan
sangat berperan penting agar tercipta Rasa aman dan nyaman selama kehamilan.
dalam kehamilannya ibu mengalami penyakit hepatitis B membutuhkan perasaan aman
dan nyaman yang didapat dari diri sendiri dan orang sekitar. Untuk memperoleh rasa
aman dan nyaman maka ibu hamil sendiri harus dapat menerima kehamilan dengan
senang hati.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi
sirosis hati atau kanker hati
2. Etiologi Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung
genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver
dan terus berkembangbiak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Serangan ini
mengakibatkan sistem kekebalan tubuh memberikan reaksi dan perlawanan
terhadap virus tersebut
3. Seorang ibu hamil yang terdiagnosis terkena hepatitis B dapat mengalami
kecemasan yang dirasakan oleh ibu maupun keluarga. Dari timbulnya kecemasan
dapat memicu ibu untuk berfikir negative atau lainnya yang dapat mempengaruh
kesehata ibu serta perkembangan janin.
4. Sehingga kebutuhan psikologis ibu hamil seperti dukungan suami, dukungan
keluarga, Dukungan dari tenaga kesehatan akan tercipta rasa aman dan nyaman
selama kehamilan Ibu hamil membutuhkan perasaan aman dan nyaman yang
didapat dari diri sendiri dan orang sekitar. Untuk memperoleh rasa aman dan
nyaman maka ibu hamil sendiri harus dapat menerima kehamilan dengan senang
hati

B. Saran
Diharapkan kepada ibu hamil untuk selalu memeriksa kehamilannya. Peran
suami, keluarga serta petugas kesehatan untuk selalu memberikan dukungan kepada
ibu sangat berpengaruh terhadap psikologi ibu selama hamil sehingga akan tercipta rasa
aman dan nyaman selama kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Josua Elvon, Jansen Lalandos, & Stefany Adi Wahyuningrum. (2019). Pengaruh
Pemberian Hbig Terhadap Hasil Pemeriksaan Hbsag Pada Bayi Yang Lahir Dari Ibu
Hbsag Positif Di Kota Kupang. Pengaruh Pemberian Hbig Cendana Medical Journal,
16(1), 58–65.
Aini, F. (2017). BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 1–64.
Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Imunisasi Hepatitis B.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689-1699 Diunggah tanggal 25
Oktober 2020.
Hasim, R. P. (2018). Gambaran Kecemasan Ibu Hamil. Skripsi, 4(4), 373–385.
http://eprints.ums.ac.id/63124/1/NASKAH PUBLIKASI ILMIAH.pdf
Kesehatan, K., Indonesia, R., Kesehatan, P., Bengkulu, K., Studi, P., Program, K., Dan, T.,
& Profesi, P. (2022). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Individual Dengan Media
Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Perawatan Sidodadi
Bengkulu Tengah Tahun 2022.
Rusyanti, S., Rokayah, Y., Yuningsih, N., Kuswandi, K., & Banten, P. K. (2022).
KONSELING INTENSIF DAPAT MENINGKATKAN EFIKASI DIRI IBU HAMIL DENGAN
HEPATITIS B DALAM MENGHADAPI PERSALINAN INTENSIVE COUNSELLING
INCREASING SELF-EFFICACY OF PREGNANT WOMEN WITH HEPATITIS B IN
FACING DELIVERY. 9(November), 235–244.
Sembiring, J. (2021). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention Center Di Kota Tegal,
4(80), 4.
United Nations, 2018. The Sustainable Development Goals Report 2018. New
York: United Nations
WHO. 2017. Global Hepatitis Report 2017. Geneva: World Health Organization; 2017.
Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/255016/9789241565455-
eng.pdf;jsessionid=A9CB971AD1AC0E20C3A3EE8472260462?
sequence=1

Anda mungkin juga menyukai