Anda di halaman 1dari 7

INTRODUCTION, OBJECTIVES AND HISTORY

OF EPIDEMILOGY

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


MKU EPIDEMIOLOGI DASAR
Dosen: Dwi Agustian, dr., MPH, PhD

GAIPYANA SEMBIRING 131020220011

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
RINGKASAN BUKU EPIDEMIOLOGY
CHAPTER 1 INTRODUCTION

BAB I: memberikan gambaran epidemiologi (definisi dan tujuan epidemiologi),


menggunakan banyak contoh sejarah untuk menggambarkan bagaimana epidemiologi
dikembangkan.

A. Definisi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan
penyakit dalam masyarakat dan penerapan ilmu tersebut untuk pengendalian masalah-
masalah Kesehatan.

B. Tujuan Epidemiologi
Tujuan Khusus epidemiologi terdiri dari 5 yaitu :

1. Mengidentifikasi faktor risiko dan etiologi suatu penyakit


Tujuannya adalah memahami bagaimana penularan penyakit dari satu orang
ke orang lain atau dari reservoir non-manusia ke populasi manusia sehingga terbentuk
program pencegahan yang dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit tersebut. Jika kita dapat mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi, kita
dapat melakukan upaya pencegahan langsung, seperti melakukan deteksi dini
penyakit untuk mengurangi atau mengubah faktor resiko tersebut.
Contoh :
Etiologi Virus hepatitis B adalah virus DNA sirkuler berantai ganda Family
Hepadnaviridae, mempunyai 3 jenis antigen, yaitu antigen surface hepatitis B
(HBsAg) yang terdapat pada mantel (envelope virus), antigen core hepatitis B
(HbcAg) terdapat pada inti dan antigen “e” hepatitis B (HBeAg) terdapat pada
nukleokapsid virus. Ketiga jenis antigen ini menimbulkan respons antibodi spesifik
terhadap antigen – antigen disebut anti-HBs anti-HBe, dan anti-HBc (Gozali, 2020) .
Berdasarkan etiologi dan faktor resiko penyakit Hepatitis B pada ibu hamil
maka Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan
skrining VHB pada wanita hamil. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB
(memiliki pasangan seksual lebih dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran
kemih, menggunakan narkotika injeksi) wajib divaksinasi. Pencegahan transmisi
perinatal VHB, yaitu dengan identifikasi VHB pada ibu hamil dan pemberian
immunoprophylaxis aktif ataupun pasif pada bayi baru lahir. (Schillie, 2018).
2. Menentukan beban penyakit (prevalensi) yang ditemukan di masyarakat
Mengetahui bagaimana luasnya penyakit yang ditemukan di komunitas penting untuk
merencanakan fasilitas pelayanan Kesehatan dan memperkirakan jumlah tenaga
Kesehatan yang perlu untuk dilatih.
Contoh kasus :
Penelitian Anaedobe (2015) menunjukkan prevalensi Hepatititis B pada ibu
hamil dengan endemitas tinggi di Nigeria. Berdasarkan hasil penelitian
Seroprevalensi HBsAg adalah 8,3% di antaranya 26,7% positif HBeAg, 53,3%
memiliki HBeAb, 20% tidak memiliki HBeAg maupun HBeAb, 100% memiliki total
HBcAb dan 86,7% memiliki DNA HBV dalam serum. Pencegahan primer (vaksin
dan profilaksis pasca pajanan) dan pencegahan sekunder HBV belum optimal.
Langkah-langkah untuk deteksi dini dan pengobatan wanita hamil yang terinfeksi
belum terlaksana.
Berdasarkan temuan tersebut dapat merencanakan fasilitas pelayanan
Kesehatan dan memperkirakan jumlah tenaga Kesehatan yang perlu dilatih dalam
upaya pencegahan dan penatalaksanaan Hepatitis B pada Ibu Hamil di Nigeria.
Tindakan pencegahan yang meliputi skrining rutin dan tes konfirmasi untuk infeksi
virus hepatitis B (VHB), kunjungan antenatal care, serta vaksinasi di kalangan wanita
usia reproduksi sebelum konsepsi. Penatalaksanaan Pengobatan wanita hamil yang
terinfeksi, imunoprofilaksis untuk terpapar bayi baru lahir dan pengawasan bagi
mereka dengan infeksi kronis sangat penting. Program pendidikan kesehatan tentang
tindakan pencegahan dan pengendalian harus dilembagakan (Anaedobe, 2015).
3. Menilai Perjalanan Penyakit, Diagnosis Penatalaksanaan Dan Prognosis Penyakit
Mendefinisikan sejarah perjalanan penyakit untuk mengembangkan mode
intervensi baru baik melalui perawatan atau melalui cara baru untuk mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.
Contoh :
Hepatitis B saat hamil dapat ditegakkan saat skrining kehamilan karena
asimptomatik. Penularan Infeksi virus Hepatitis B (VHB) dapat terjadi dengan 2 cara,
yaitu penularan horizontal dan vertical. Penularan horizontal VHB dapat melalui
penularan perkutan, melalui selaput lender dan mukosa. Penularan vertical atau
mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi jika ibu hamil penderita Hepatitis B
akut atau pengidap persisten HBV menularkan ke bayi yang dikandungnya atau
dilahirkannya. Penularan HBV vertical dapat dibagi menjadi penularan VHB in-utero,
penularan perinatal, dan penularan post natal (Gozali, 2020).
Prognosis dari hepatitis pada ibu hamil menurut Sinaga (2018) infeksi VHB
dapat menjadi kronis dan karsinoma hepatoselular, serta yang menjadi perhatian
adalah penularan VHB yang dapat membahayakan keselamatan si ibu dan bayi ketika
persalinan. Sebuah studi menunjukkan bahwa infeksi VHB kronis dapat menyebabkan
diabetes mellitus gestasional, perdarahan antepartum, dan meningkatkan resiko
persalinan prematur. Ibu dengan komplikasi fungsi hati yang abnormal, rentan
terhadap pendarahan pasca persalinan, infeksi nifas, bayi dengan berat badan rendah,
gawat janin, kelahiran premature, dan kematian janin.
Ibu hamil yang terinfeksi virus Hepatitis B berbeda dengan populasi umum,
dan perlunya mempertimbangkan masalah khusus yang dapat terjadi pada wanita
hamil, seperti efek infeksi virus hepatitis B pada ibu dan janin, efek kehamilan
terhadap replikasi virus Hepatitis B, pertimbangan memperoleh terapi antiretroviral
HBV selama kehamilan, dan masalah khusus lainnya. Maka dari itu perlu
dilakukannya terapi pengobatan dan perlu memperhatikan efek samping dari terapi
pengobatan tersebut terhadap kondisi ibu hamil dan janin (Sinaga, 2018).
4. Mengevaluasi pencegahan, penanganan penyakit dan pelayanan Kesehatan
Evaluasi pencegahan, penanaganan dan pelayanan Kesehatan untuk
menurunkan hepatitis B pada ibu hamil melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut :Program Pencegahan penyakit hepatitis B yang dilakukan oleh WHO adalah
dengan vaksinasi. Indonesia terpilih menjadi model pertama vaksinasi HB yang
terintegrasi dengan EPI. Melalui program vaksinasi tersebut terjadi penurunan
prevalensi HBsAg prevalence pada bayi dari 6.2% menjadi 1.4%. Tatalaksana
antiviral pada ibu hamil harus dibatasi pada obat-obat yang aman. Persalinan dengan
SC direkomendasikan pada pasien DNA VHB > 1 juta kopi/mL; tidak dijumpai
perbedaan signifikan pada luaran bayi yang dilahirkan secara SC dan persalinan per
vaginam (Gozali, 2020). Target Pelayanan Kesehatan untuk pencegahan VHB yaitu
skrining semua ibu hamil pada kunjungan antenatal pertama sampai menjelang
kehamilan, semua ibu hamil dengan hepatitis B mendapatkan tatalaksana sesuai
standar, semua bayi dari ibu dengan hepatitis B mendapatkan HB0 dan HBIg
(Kemenkes, 2019).
5. Memberikan dasar untuk mengembangkan kebijakan publik yang berkaitan dengan
pertimbangan pencegahan penyakit dan promosi Kesehatan.
Penularan HBV bersifat prenatal merupakan presentase tertinggi di dunia. Di
Indonesia sendiri, presentase penularan HBV bersifat prenatal menunjukkan angka
95% (Anandah, 2019). Pemerintah membuat Kebijakan PPIA untuk melakukan
pencegahan penularan Hepatitis B dari Ibu ke anak. Prong ketiga dalam program
PPIA adalah dengan layanan ANC terpadu, terapi ibu, persalinan aman, dan
melakukan rujukan ibu hepatitis B(Kemenkes, 2019).

C. Epidemiologi dan Pencegahan


Jenis Pencegahan Definisi Contoh
Primer tindakan yang dilakukan untuk Imunisasi
mencegah perkembangan penyakit
pada yang sehat dan tidak memiliki
penyakit yang dimaksud
Sekunder Deteksi dini untuk mengurangi Skrining
keparahan dan komplikasi penyakit Penyakit kanker
Tersier Tindakan yang dilakukan untuk Rehabilitasi
mengurangi dampak dari penyakit stroke
pada penderita yang telah
terdiagnosis

D. Dari Pengamatan ke Tindakan Pencegahan


Ada tiga contoh observasi epidemilogi dalam sejarah yang telah berhasil menemukan langkah
pencegahan yang efektif
1. IGNÁZ SEMMELWEIS dan infeksi post partum
Pada Juli 1846, Semmelweis ditempatkan sebagai penanggung jawab utama di
Klinik Kebidanan Allgemeine Krankenhaus (Rumah Sakit Umum) di Wina.
Semmelweis terkesan dengan tingkat kematian ibu nifas di dua klinik pada tahun
1842. Kematian di Klinik Pertama (16%) dua kali lebih tinggi dibandingkan Klinik
Kedua (7%). Semmelweismenyimpulkan bahwa dokter dan mahasiswa kedokteran di
kinik pertama membawa infeksi dari ruang otopsi ke pasien di Klinik Pertama dan
meningkatkan kematian yang tinggi dari demam post partum di Klinik pertama.
Tingkat kematian di Klinik Kedua tetap rendah karena bidan yang mengelola Klinik
Kedua tidak memiliki kontak dengan ruang otopsi. Semmelweis kemudian
mengembangkan dan mengimplemaentasikan kebijakan bagi dokter dan mahasiswa
kedokteran di klinik pertama, kebijakan yang dirancang untuk mencegah infeksi pada
masa nifas. Para dokter dan mahasiswa kedokteran di Klinik Pertama harus mencuci
tangan dan setelah mereka menyelesaikan otopsi dan sebelum mereka melakukan
kontak dengan pasien. Pada tahun 1848, kematian di Klinik pertama turun dari
12,2% menjadi 2,4%,.
2. EDWARD JENNER dan SMALLPOX
Jenner mengamati seorang wanita muda yang pekerjaannya memerah susu
sapi. Pada saat terjadi wabah cacar, Wanita tersebut tidak terkena cacar karena sudah
terkena cacar sapi.” Jenner menjadi yakin bahwa cacar sapi dapat melindungi dari
cacar dan memutuskan untuk menguji hipotesisnya dengan menyuntikkan bahan dari
cacar sapi tersebut kepada seorang anak dan anak tersebut tidak tertular wabah cacar.
Pada tahun 1967 WHO memulai upaya untuk memberantas cacar menggunakan
vaksinasi dengan virus vaccinia (cacar sapi).

3. JOHN SNOW dan CHOLERA


Ketika terjadi wabah kolera di London, Snow meyakini bahwa wabah kolera
terjadi dari air yang terkontaminasi. angka kematian akibat kolera lebih rendah pada
orang yang mendapatkan air dari Perusahaan Lambeth (aliran airnya berada di hulu
sungai dan kurang tercemar sungai thames) daripada mereka yang mendapatkan
airnya dari perusahaan lain. Snow melakukan survey dari rumah ke rumah,
menghitung semua kematian akibat kolera di setiap rumah, dan menentukan
perusahaan mana yang memasok air ke setiap rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Anaedobe. 2015. Prevalence, socio-demographic features and risk factors of Hepatitis B virus
infection among pregnant women in Southwestern Nigeria. Southwestern Nigeria: The
Pan African Medical Journal

Gozali. 2020. Diagnosis, Tatalaksana, dan Pencegahan Hepatitis B dalam Kehamilan. : CDK

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Informasi Dasar Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak (PPIA)

Schillie S, Vellozzi C, Reingold A, et al. 2018. Prevention of hepatitis B virus infection in the
United States: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization
Practices: National Library Of Medicine

Sinaga.2018. Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (Hbsag) Dan Anti-Hbs Pada Ibu
Hamil Sebagai Skrining Penularan Hepatitis B. Semarang: Jurnal Riset Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai